Anda di halaman 1dari 18

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada tuhan yang maha esa atas selesainya
makalah yang berjudul “ konsep negara dan bentuknya” . atas bantuan dosen dan
kawan anggota kelompok yang telah dibentuk langsung oleh kosma 1A dan semua
pihak yang sudah berkonstribusi sedikit banyaknya didalam penyusunan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari bahwa seutuhnya masih jauh dari kata
sempurna baik dari segi susunan kalimat maupun dalam segi tata bahasanya. Oleh
karena itu, kami terbuka untuk menerima segala masukan dan kritik yang bersifat
membangun semangat dan motivasi untuk yang terbaik lagi dari pembaca sehingga
kami bisa melakukan perbaikan makalah ini sehingga menjadi makalah yang baik dn
benar.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ini bisa bermanfaat ataupun
inspirasi bagi pembaca.

Billahitaufik wal hidayah

Bengkalis, 12 september 2019

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada materi perkuliahan teknik penulisan karya ilmiah ini merupakan langkah
awal mahasiswa untuk mendorong mahasiswa untuk mendalami dasar dari materi
tersebut. Salah satunya adalah Konsep Negara dan Bentuknya, ilmu ini akan
menambah pengetahuan kita tentang dasar dari mendalami ilmu dasar dari suatu
negara.

1.2 Ruang Lingkup


Pembahasan ini terfokus pada;
1). Konsep Negara
2). Bentuk Negara

1.3 Tujuan Pembuatan Makalah


Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah;
1). Sebagai tugas pertama pada mata kuliah pengantar ilmu politik
2). Meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam mendalami ilmu suatu negara
3). Menjadi bahan diskusi mahasiswa untuk lebih mendalami materi ini
4). Menjadikan tugas mahasiswa untuk berbagi ilmu kepada mahasiswa yang lain
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 KONSEP NEGARA

Berikut ini membahas tentang negara dilihat dari definisi, fungsi, unsur, dan hal-
hal yang berkaitan dengan konsep negara.
1. Pengertian Negara
Negara adalah suatu organisasi dalam suatu wilayah yang memiliki kekuasaan
tertingggi yang sah dan ditaati oleh rakyatnya.

Negara merupakan integrasi dari kekuasaan politik. Negara adalah alat (agency)
dari masyarakat yang mempunyai kekuasaan un tuk mengatur hubungan-hubungan
manusia dalam masyarakat dan menertibkan gejala-gejala kekuasaan dalam
masyarakat. Manusia hidup dalam suasana kerja sama, sekaligus suasana antagonis
dan penuh pertentanngan. Negara adalah organisasi yang dalam sesuatu wilayah
dapat memaksakan kekuasaannya secara sah terhadap semua golongan kekuasaan
lainnya dan yang dapat menetapkan tujuan-tujuan dari dari kehidupan bersama itu.

Definisi orang para ahli politik tentang negara :

a.) Roger H. Soltau “ Negara adalah agen (agency) atau kewewenangan (authority)
yang mengatur atau mengandalikan persoalan-persoalan bersama atas nama
masyarakat ( The state is an agency or authority managing or controlling these
(common) affairs on behalf of and in the name of the community.” [1]

b.) Harold J. Laski” Negara adalah suatu masyarakat yang diintegrasikankarena


mempunyai wewenang yang bersifat memaksa dan yang secara sah lebih berkuasa
daripada individu atau kelompok yang merupakan bagian dari masyarakat.
Masyarakat adalah suatu kelompok manusia yang hidup dan bekerja sama untuk
memenuhi terkabulnya keinginan-keinginan mereka bersama. Masyarakat merupakan
negara kalau cara hidup yang harus ditaati baik oleh individu maupun oleh asosiasi-
asosiasi ditentukan oleh suatu wewenang yang bersifat memaksa dan mengikat.” [2]

c.) Max Weber “ Negara adalah suatu masyarakat yang mempunyai monopoli dalam
penggunaan kekerasan fisik secara sah dalam sesuatu wilayah.” [3]

d.) Robert M. MacIver “ Negara adalah asosiasi yang menyelenggarakan penertiban


di dalam suatu masyarakat dalam suatu wilayah dengan berdasarkan sistem hukum
yang diselenggarakan oleh suatu pemerintah yang untuk maksud tersebut diberi
kekuasaan memaksa.

Jadi sebagai definisi umum dapat dikatakan bahwa negara adalah suatu daerah
teritorial yang rakyatnya diperintah (governed) oleh sejumlah pejabat dan yang
berhasil menuntut dari warga negaranya ketaatan pada peraturan perundang-
undangannya melalui penguasa (kontrol) monopolisitis terhadap kekuasaan yang sah.

2. Sifat-sifat Negara
Negara mempunyai sifat khusus yang merupakan manifestasi dari kedaulatan
yang dimilikinya. Berikut adalah sifat-sifat negara :

a.) Sifat memaksa


Agar peraturan perundang-undangan ditaati dan dengan demikian terjadi sebuah
penertiban.
b. Sifat monopoli

Negara mempunyai tujuan dalam menetapkan tujuan bersama dari masyarakat.

c. Sifat mencakup semua (all—encompassing, all-embracing). Semua peraturan


perundang-undangan berlaku untuk semua tanpa terkecuali.

3. Unsur-Unsur Negara
Unsur negara sebagai syarat berdirinya suatu negararakyat, wilayah,
pemerintahan dan pengakuan suatu negara apabila ingin diakui sebagai negara yang
berdaulat secara internasional harus memenuhi empat persyaratan unsur negara
berikut ini :

a.) Memiliki Wilayah

Untuk mendirikan suatu negara dengan kedaulatan penuh diperlukan wilayah


yang terdiri atas darat, laut dan udara sebagai satu kesatuan. Untuk wilayah yang
jauh dari laut tidak memerlukan wilayah lautan. Di wilayah negara itulah rakyat
akan menjalani kehidupannya sebagai warga negara dan pemerintah akan
melaksanakan fungsinya.

b.) Memiliki Rakyat

Diperlukan adanya kumpulan orang-orang yang tinggal di negara tersebut dan


dipersatukan oleh suatu perasaan. Tanpa adanya orang sebagai rakyat pada suatu
ngara maka pemerintahan tidak akan berjalan. Rakyat juga berfungsi sebagai
sumber daya manusia untuk menjalankan aktivitas kehidupan sehari-hari.

c.) Pemerintahan yang Berdaulat

Pemerintahan yang baik terdiri atas susunan penyelengara negara seperti lembaga
yudikatif, lembaga legislatif, lembaga eksekutif, dan lain sebagainya untuk
menyelengarakan kegiatan pemerintahan yang berkedaulatan.

d.) Pengakuan dari Negara Lain

Untuk dapat disebut sebagai negara yang sah membutuhkan pengakuan negara
lain baik secara de facto (nyata) maupun secara de yure. Sekelompok orang bisa saja
mengakui suatu wilayah yang terdiri atas orang-orang dengan sistem pemerintahan,
namun tidak akan disetujui dunia internasional jika didirikan di atas negara yang
sudah ada.
4. Tujuan dan Fungsi Negara

Menurut Roger H. Soltau tujuan negara adalah “ Memungkinkan rakyatnya


berkembang serta menyelenggarakan daya ciptanya sebebas mungkin.” [5] Dan
menurut harold L. Laski “ Menciptakan keadaan dimana rakyat dapat mencapai
keinginan-keinginan mereka secara maksimal.

Akan tetapi setiap negara, terlepas dari ideologinya, menyelenggarakan


beberapa minimum fungsi yang mutlak perlu, yaitu:

1.)Melaksanakan penertiban (Law and Order)

2.)Mengusahakan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat

3.)Pertahanan

4.)Menegakkan keadilan

Charles E. Merriam, menyebutkan lima fungsi negara,yaitu:

1.) Keamanan ekstern

2.) Ketertiban intern

3.) Keadilan

4.) Kesejahteraan umum

5.) Kebebasan

Keseluruhan fungsi negara diatas diselenggarakan oleh pemerintah untuk


mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama.

2.2 KONSEP NEGARA VERSI ISLAM


Dalam ketatanegaraan Islam klasik dan modern, memang terdapat perbedaan
yang sangat mencolok terutama ketika pembahasan difokuskan pada hubungan islam
dan politik dan spesifik lagi pada eksistensi negara dan bentuknya. Perbedaan
pendapat tentang hubungan antara islam dan negara pada pemahaman yang berbeda
tentang "Apakah kekuasaan politik nabi Muhammad SAW sebagai bagian dari risalah
kenabian ataukah merupakan kebutuhan (keharusan) hostoris yang terlepas dari
risalah itu".

Secara umum terkait masalah ini ada dua pandangan:

 Pertama, Islam mempunyai konsep tentang negara,


 Kedua, sebaliknya, islam tidak mempunyai konsep tentang negara, masalah
kenegaraan bersifat ijtihad (hasil penalaran manusia dan karenanya multitafsir).

Kedua pendapat ini sama-sama memiliki penganut baik di Timur Tengah


maupun di beberapa negara islam di dunia, dan lebih khusus lagi di Indonesia.
Dikalangan umat islam sampai sekarang terdapat tiga aliran tentang hubungan antara
islam dan politik.

 Aliran pertama, berpendapat bahwa islam bukan semata-mata agama dalam


pngertian barat, yakni hanya menyangkut hubungan antara manusia dengan
tuhan, sebaliknya Islam adalah agama yang sempurna (kafah) dan lengkap
(kamilah) yang mengatur segala aspek kehidupan manusia, termasuk kehidupan
bernegara. Tokoh utama dari aliran ini antara lain Syekh Hasan al-Banna, Sayyid
Quthb, Muhammad Rasyid Ridla dan Ahmad A.Maududi.
 Aliran kedua, berpendapat bahwa islam adalah agama dalam pengertian Barat,
yang tidak ada hubungannya dengan urusan kenegaraan. Menurut aliran ini,
Muhammad hanyalah seorang Rasul biasa seperti halnya Rasul-Rasul yang lain,
dengan tugas utama mengajak (dakwah) manusia kepada jalan tuhannya dengan
menjunjung tinggi nilai moral, dan Nabi tidak dimaksudkan untuk mendirikan
dan mengepalai suatu negara. Pendapat ini dalam khasanah pemikoran islam
kontemporer diwakili oleh seorang ulama Mesir, Ali Abd Ar-raziq, dalam
risalahnya yang sangat ramai di perdebatkan, al-islam wa Ushul al-Hukm (Islam
dan dasar-dasar kekuasaan), pernah mengemukakan bahwa Muhammad hanyalah
Seorang Rasul dan Juru Dakwah, bukan seorang pemimpin negara.
 Aliran ketiga, menolak pendapat bahwa islam adalah suatu agama yang serba
lengkap (al-islam huwa al-Din wa al-Daulah). Tetapi aliran ini pula menolak
anggapan bahwa islam adalah agama dalam pengertian sekuler yang hanya
mngatur hubungan antara manusia dengan tuhannya. Aliran ini berpendapat
bahwa dalam islam tidak terdapat sistem ketatanegaraan, tetapi terdapat tata nilai
etika bagi kehidupan bernegara. Salah seorang tokohnya Nurcholis Majid.
konsekuensi dari aliran ini melahirkan pemahaman bahwa istilah Islamic state
atau negara islam tidak ada dalam Al-Qur'an maupun dalam sunnah. Oleh karena
itu, tidak ada perintah dalam islam untuk menegakkan negara islam. Yang ada
hanyalah khilafah yaitu suatu misi kaum muslimin yang harus di tegakkan di
muka bumi ini untuk memakmurkan sesuai dengan petunjuk dan peraturan Allah
SWT maupun Rasulnya.

Pemikiran politik islam secara historis terpetakan dalam tiga periode awal
terbentuknya pemikiran itu sampai sekarang, yaitu periode klasik, pertengahan, dan
kontemporer. pemikiran politik islam periode klasik dan pertengahan, melahirkan
tokoh-tokoh intelektual semacam Ibn Arabi, al-Farabi, al-Mawardi, Ghazali Ibnu
Taimiyah, dan Ibnu Khaldun

Pemikiran Politik islam kontemporer melibatkan para toko intelektual muslim


antaranya; al-Afghani, Muhammad Abduh, Rasyid Ridla, Sayyid Quthb, Ali Abd
Raziq, al-Maududi, Muhammad Husein Haikal, dan di Indonesia dikenal antara lain
Muhammad Natsir, Nurcholis Madjid, Amien Rais dan Abdurrahmad Wahid.

2.3 BENTUK NEGARA

1. Bentuk Negara Pada Zaman Yunani Kuno Plato mengemukakan ada lima macam
bentuk negara yang sesuai dengan sifat tertentu dari jiwa manusia, yaitu:
a) Aristokrasi

adalah pemerintahan oleh Aristokrat (cendikiawan) sesuai dengan pikiran


keadilan.

b) Timokrasi

yaitu pemerintahan oleh orang-orang yang ingin mencapai kemahsyuran dan


kehormatan.

c) Oligarchi

yaitu pemerintahan oleh para hartawan. Keadaan ini melahirkan milik partikulir,
maka orang-orang miskin pun bersatu melawan kaum hartawan.

d) Demokrasi

yaitu pemerintahan oleh rakyat miskin. Karena salah mempergunakannya maka


keadaan ini berakhir dengan kekacauan atau anarki.

e) Tirani

yaitu pemerintahan seorang penguasa yang bertindak secara sewenag-wenang.


Bentuk ini adalah yang paling jauh dari cita-cita tenang keadilan.

Aristoteles mengemukakan tiga macam bentuk negara yang dibaginya menurut


bentuk yang ideal dan bentuk pemrosotan, sehingga dijumpai tujuh bentuk negara,
yaitu sebagi berikut:

a.) Monarchi

Adalah pemerintahan oleh satu orang guna kepentingan seluruh rakyat.

b.) Tirani

adalah pemerintahan oleh satu orang untuk kepentingan dirinya sendiri.

c.) Aristokrasi
adalah pemerintahan oleh sekelompok orang yaitu para cendikiawan guna
kepentingan seluruh rakyat.

d.) Oligarchi

adalah pemerintahan oleh sekelompok orang guna kepentingan kelompok


(golongan) nya sendiri.

e.) Plutokrarsi

adalah pemerintahan oleh sekelompok orang kaya guna kepentingan orang-orang


kaya.

f.) Politiea

adalah suatu pemerintahan oleh seluruh orang guna kepentingan seluruh rakyat.

g.) Demokrasi

adalah pemerintahan dari orang-orang yang tidak tahu sama sekali tentang soal-
soal pemerintahan. Ketujuh bentuk negara tersebut tidak berdiri sendiri,
akantetapi mempunyai hubungan satu dengan yang lainnya sehingga merupakan
datu cyclus.

2. Bentuk Negara Pada Masa Sekarang

a.) Negara kesatuan

Negara Kesatuan ialah suatu negara yang merdeka dan berdaulat, diseluruh
negara yang berkuasa hanya ada satu pemerintah (pusat) yang mengatur seluruh
daerah. Salah satu bentuk negara ini adalah Indonesia. Myanmar, Sri Lanka dan
Singapura juga digolongkan kedalam bentuk negara kesatuan. Perancis dan Inggris
Raya adalah juga negara Kesatuan, meskipun untuk Inggris Raya wilayahnya terdiri
dari Inggris (England), Skotland (Scodland) dan Irlandia Utara (Northbern Ireland).
Negara kesatuan dapat pula berbentuk:
1) Negara kesatuan dengan sistem sentralisasi yang segala sesuatu dalam negara itu
langsung diatur dan diurus oleh pemerintah pusat dan daerah-daerah tinggal
melaksanakannya.

2) Negara kesatuan dengan sistem desentralisasi, dimana kepala daerah diberikan


kesempatan dan kekuasaan untuk mengurus daerahnya sendiri (otonomi daerah)
yang dinamakan daerah Swatantra.

Negara kesatuan sebagai negara dengan sentralisasi kekuasaan, menurut


Thorsten V, Kalijarvi ialah: “ Negara-negara dimana seluruh kekuasaan dipusatkan
pada satu atau beberapa organ pusat, tanpa pembagian kekuasaan antara pemerintah
pusat dengan pemerintah bagian-bagian negara itu hanyalah bagian pemerintahan
pusat yang bertindak sebagai wakil-wakil pemerintah pusat untuk menyelenggarakan
administrasi setempat .

Dalam negara kesatuan bagian-bagian negara itu lazim disebut dengan daerah,
sedangkan istilah daerah ini merupakan istilah teknis begi penyebutan suatu bagian
territorial yang berpemerintahan sendiri dalam rangka negara kesatuan yang
dimaksud. Untuk dapat lebih memahami istilah atau pengertian tersebut dapat
ditambahkan, bahwa dengan kata daerah (gabiedsdeel) dimaksudkan lingkunagan
yang dijelmakan dengan mambagi suatukesatuan lingkungan yang disebut
“ wilayah” (gabiaed). Dengan kata lain, istilah “ daerah” bermakna “ bagian” atau
unsur dari suatu lingkungan yang lebih besar sabagai suatu kesatuan.

b.) Negara Serikat (federasi)

Negara serikat (federasi) ialah suatu negara yang merupakan gabungan dari
beberapa negara, yang menjadi negara-negara bagian dari negara serikat itu. Negara-
negara bagian itu asal mulanya adalah suatu negara yang merdeka dan berdaulat serta
berdiri sendiri. Dengan menggabungkan diri dalam suatu negara serikat, maka negara
yang tadinya berdiri sendiri itu sekarang menjadi negara bagian, melepaskan sebagian
kekuasaan dan menyerahkannya kepada negara serikat itu. Kekuasaan yang
diserahkan itu disebutkan satu demi satu (limitatif),hanya kekuasaan yang disebutkan
itu yang diserahkan kepada negara serikat (delegated powers).

Kekuasaan asli ada pada negara bagian. Negara bagian berhubungan langsung
dengan rakyatnya. Kekuasaan negara serikat adalah kekuasaan yang diterimanya dari
negara bagian. Biasanya yang diserahkan negara-negara bagian kepada negara serikat
ialah hal-hal yang berhubungan dengan hubungan luar negeri, pertahanan negara,
keuangan dan urusan pos. Adakalanya dalam pembagian kekuasaan antara
pemerintah federasi dan pemerintah negara-negara bagian yang disebut adalah
urusan-urusan yang diselenggarakan oleh pemerintah negara-negara bagian, yang
berarti bahwa bidang kegiatan pemerintah federal adalah urusan-urusan kenegaraan
selebihnya (residuary powers).

c.) Negara federal

Negara federal dilihat dari asal usulnya, kata “ federal” berasal dari bahasa
latin feodus” , yang artinya liga. Liga negara-negara kota yang otonom pada zaman
Yunani kuno dapat di pandang sebagai negara federal yang mula-mula. Model negara
federal berangkat dari suatu asumsi dasar bahwa negara federal dibentuk oleh
sejumlah wilayah yang independen, yang sejak awal memiliki kedaulatan atau
semacam kedaulatan yang ada pada dirinya masing-masing negara atau wilayah-
wilayah itu kemudian bersepakat membentuk sebuah federal. Wilayah pendiri federal
itu kemudian berganti status menjadi negara bagian atau wilayah administrasi dengan
nama tertentu dalam lingkungan federal.

Salah satu ciri negara federal ialah bahwa ia mencoba menyesuaikan dua
konsep yang sebenarnya bertentangan, yaitu kedaulatan negara federal dalam
keseluruhannya dan kedaulatan negara bagian. Untuk membentuk suatu negara
federal menurut C.F. Strong diperlukan dau syarat, yaitu: (pertama, adanya perasaan
sebangsa diantara kesatuan-kesatuan politik yang hendak membentuk federasi itu,
dan yang kedua yaitu, adanya keinginan pada kesatuan-kesatuan politik yang hendak
mengadakan federasi untuk mengadakan ikatan terbatas, oleh karena apabila
kesatuan-kesatuan politik itu menghendaki persatuan sepenuhnya, maka bukan
federasilah yang akan dibentuk, melainkan negara kesatuan.)

David Salmon memberikan ciri-ciri negara federal sebagai berikut:

1) Pemerintah pusat mempunyai kekuasaan penuh atas nama negara bagian dalam
berhubungan dengan negara-negara lain.
2) Pemerintahan dibagi di antara pemerintahan pusat dan sejumlah pemerintahan di
negara bagian. Kecuali ditentukan lain oleh konstitusi, masing-masing
mempunyai kedaulatan sendiri.
3) Kekuasaan antara pemerintahan pusat dengan pemerintahan negara bagian diatur
sedemikian rupa sehingga masing-masing pemerintahan berpengaruh langsung
terhadap warga negara. Pemerintahan negara bagian tidak hanya sebagai
pelaksanaan pemerintahan pusat.
4) Biasanya, terdapat badan peradilan yang berfungsi sebagai penengah. Peralihan
ini menjamin bahwa baik pemerintah pusat maupun pemerintah negara bagian
tidak melangkah di luar kekuasaannya sebagimana ditentukan konstitusi.
Menurut catatan Bank Dunia (world bank), dari 116 negara yang termasuk ke
dalam negara berkembang yang menjalankan desentralisasi, 106 negara
diantaranya memiliki bentuk negara kesatuan.

Cohen dan Person mengemukakan bahwa: “ Unitary systems need not be


legally decentralized, but most are throught hierarchy of lower level units have
specified geographical jurisdictions. In unitary system, the centre maintains ultimate
souvereignty over public sector tasks decentralized to lower-level units.”

Dengan demikian dapat dipahami bahwa di dalam negara kesatuan,


pemerintahan pusat menjalankan kedaulatan tertinggi negara. Agar tidak sewenang-
wenang, aktivitas pemerintahan pusat diawasi dan dibatasi oleh undang-undang.

Menurut Fred Isjwara, negara kesatuan adalah bentuk negara kenegaraan yang
paling kokoh, jika dibandingkan dengan federal atau konfederasi.
d.) Monarchi dan Republik

Dari keputusan ilmu negara dikenal klasifikasi bentuk-bentuk negara dan


pemerintahan atas Monarchi dan Republik. Kliasifikasi seperti ini sudah berlaku sejak
zaman Yunani kuno. Didalam bukunya “ IL PRINCIP” Machiavelli mengatakan,
bahwa semua negara kalau tidak Republik adalah Monarchi. Menurut pendapat
Jellinek: “ Monarchi adalah suatu negara yang dikepalai seseorang yang bertitel Raja.
Kekuasaan tertinggi berada ditangan seseorang itu saja, tidak bersandar pada orang
lain” . Jadi negara itu terbentuk berdasarkan psychologis. Republik adalah suatu
negara yang dikepalai oleh seorang presiden. Kekuasaan tertinggi berada ditangan
beberapa orang. Jadi negara itu terbentuk bukan berdasarkan perseorangan seperti
Monarchi. Pembentukan ini adalah bersifat Juridische. Monarchi dapat dibedakan
atas:

a.) Monarchi Absolut yaitu, kerajaan dibawah pimpinan seorang raja dengan
kekuasaan penuh tidak terbatas. Kehendak raja pada negara seperti ini adalah
kehendak mutlak.

b.) Monarchi Konstitusional yaitu, kerajaan dimana kekuasaan raja dibatasi oleh
Undang-Undang Dasar atau konstitusi yang menjadi pedoman raja dalam
menjalankan kekuasaanya.

c.) Monarchi Parlementer yaitu, didalam negara yang berbentuk ini, dewan
perwakilan rakya (parlemen) sudah memegang peran penting, Karena disini anggota-
anggota DPR tidak lagi ditunjuk atau diangkat oleh raja tetapi dipilih oleh rakyat.
Keputusan terakhir adalah berada pada parlemen, jadi dalam hal ini kedudukan raja
hanya sebagai lambang. Didalam negara Monarchi, kehendak negara terwujud dalam
kehendak raja selaku pemegang kekuasaan tertinggi dalam negara. Keputusan
Rajalah yang menentukan segala-galanya. Dan sebaliknya, didalam negara Republik,
kehendak negara adalah hasil dari suatu peristiwa hukum. Karena dialam bentuk
negara ini terdapat suatu badan yang mewakili
Sejumlah orang sebagai pemegang kekuasaan, dimana badan ini mempunyai
kriteria sendiri menurut hukum. Segala keputusan yang dikeluarkan oleh badan ini
dilahirkan menurut prosedur hukum sesuai dengan ketentuan undang-undang.

e.) Negara Netral

Menurut Starke, yang dimaksud dengan negara netral ialah suatu negara yang
kemerdekaan, politik dan wilayahnya dengan kokoh dijamin oleh suatu perjanjian
bersama negara-negara besar (the great power). Negara-negara ini tidak akan pernah
berperang melawan negara lain, kecuali untuk pertahanan diri, dan tidak akan pernah
mengadakan perjanjian alianis yang dapat menimbulkan peperangan. Tujuan
netralisasi ini adalah untuk memelihara perdamaian dengan cara:

1) Melindungi negara-negara kecil dari negara-negara kuat yang berdekatan


dengannya.

2) Melindungi dan menjga kemedekaan negara netral ini di antara negara-negara


kuat. Menurut D.P. O’ Connell, kewajiban Negara netral ini adalah:

 Negara netral harus terlepas dari tindakan-tindakan ofensif dan dari alianis-
alianis ofensif atau defensive, kecuali dalam hal adanya tindakan agresi dari
pihak lain.

 Negara nertal harus bertindak tidak memihak terhadap negara-negara besar


(power) dalam tindakan politiknya. Salah satu contoh negara netral ini adalah
Switzerland (Swis). Swis menerima jaminan sebagai negara netral

pada kongres Wina tahun 1815 dan dikuatkan kembali dalam pasal 435
perjanjian Versailles tahun 1919 dan dengan Pertukaran Nota ( Excbange of Notes)
antara Inggris dan Italy tahun 1938. Contoh negara netral lainnya adalah Australia.
Meskipun Australia adalah anggota PBB, namun negara ini dinyatakan netral oleh
The State Treaty yang dikeluarkan oleh negara-negara Komunis dan negara-negara
Barat. Pasal 4 treaty ini melarang Australia untuk membuat kerja sama dibidang
politik dan ekonomi dengan Jerman. Pasal 12 menetapkan sifat angkatan bersenjata
Australia, pasal 13 melarang pemilikan senjata atom dan pasal 16 melarang Australia
untuk membuat produksi pesawat udara untuk kepentingan Jerman dan Jepang.

Disamping kewajiban negara netral diatas, adapun kewajiban negara yang


memberikan netralisasi adalah sebagai berikut:

1) Tidak menyerang atau mengancam wilayah negara netral.


2) Melakukan intervensi dengan kekuatan militer apabila negara netral ini
diserang oleh negara lainnya dan negara-negara panjamin ini diminta
pertolongannya.

3. Bentuk negara dilihat dari sudut bentuk kejadian politik

Selain tersebut di atas, negara juga dapat dilihat dari sudut bentuk kejadian
politik yang mewujudkan ideologi tertentu antara lain:

a) Beberapa negara menggabungkan diri untuk mewujudkan satu ideologi kesatuan


yanh di sebut negara kesatuan, makna politiknya adalah negara yang tidak terdiri
dari beberapa negara bagian dan yang dapat menentukan sendiri politiknya dalam
dan luar megri dan hanya memiliki satu pemerintahan pusat di bantu oleh
pemerintahan daerah, misalnya Republik Iran, Republik Irak, dan Republik
Indonesia.
b) Penggabungan negara-negara, di dasarkan atas hak memberi perlindungan kepada
negara yang lemah di sebut negara protektorat. Makna politiknya adalah negara
yang lemah kedudukannya menggabungkan diri kepada negara yang lebih kuat
agar berada di bawah perilindungannya, selain itu negara yang lemah juga
menyerahkan hal politik luar negrinya kepada negara yang memberi perlindungan,
misalnya negara Mesir protektorat dari Rirki (1517).
c) Penggabungan negara-negara berdasarkan persamaan hak dan derajat antara lain:
1) Negara serikat (Federasi)
Negara yang terdiri dari negara-negara bagian, yang masing-masing tidak
mempunyai kekuasaan dan kedaulatan penuh. Penyelenggaraan kepentingan-
kepentingan publik dan merakyat dilaksanakan oleh pusat, misalnya politik luar
negri, pertahanan, keuangan sementara negara- negara bagian hanya diberi porsi
untuk menyelenggarakan secara penuh kepentingan-kepentingan yang berkaitan
dengan daerahnya, yang tidak ada hubungan secara administratif dengan
pemerintahan federasi. Misalnya negara Amerika Serikat, Italia, dan Malaysia.
2) Serikat negara (Konfederasi)
Penggabungan beberapa negara yang memberikan kekuasaan dan kedaulatan
penuh kepada negara-negara bagiannya, guna mempertahankan kemerdekaannya
dan hubungan politik luar negrinya, namun masing-masing negara bagian saling
mengadakan perjanjian, dimana keputusan-keputusan yang dihasilkan dari
perjanjian tersebut sangat mengikat semua negara yang bergabung, misalnya
Amerika sebelum menjadi Uni (1776-1787).
3) Personele Uni
Yaitu dua negara yang berdaulat penuh mempunyai satu kepala negara, akan tetapi
masing-masing masih menjalankan politiknya dalam dan luar negri sendiri-sendiri.
Misalnya Netherland dan Luksemburg (1839-1890).
4) Reele Uni Yaitu dua negara mempunyai satu kepala negara, akan tetapi masing-
masing menyerahkan politik luar negerinya kepada badan pemerintahan bersama,
misalnya Australia dan Hungaria (1867).
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Negara merupakan lembaga tertinggi dalam masyarakat atau bangsa yang


merupakan wadah bagi masyarakat untuk mendapatkan kesejahteraan dan keadilan
secara utuh. Sebuah Negara harus memiliki unsur pokok yaitu wilayah, rakyat,
pemerintahan yang berdaulat baik keluar maupun kedalam, kemudian mendapat
pengkuan internasional.

Di dalam sebuah Negara juga terdapat sebuah pemerintahan (Government) dan


Tata pemerintahan (Governance) yang saling mempengaruhi satu sama lainnya bisa
dikatakan jika menciptakan Tata Pemerintahan (Governance) yang baik, maka
pemerintah (Government) yang baik juga akan tercipta. Dan di dalam suatu Negara
juga terdapat sebuah bentuk-bentuk pemerintahan yang sangat mempengaruhi
perkembangan Negara itu sendiri. Dan bentuk-bentuk pemerintahan di dalam suatu
Negara sangat identik dengan kekuasaan.

Negara merupakan subjek hukum yang terpenting (par exel lence) dibanding dengan
subjek-subjek hukum internasional lainnya. Sebagai subjek hukum internasional,
negara memiliki hak-hak dan kewajiban menurut hukum internasional. Negara juga
merupakan suatu wadah/organisasi terbesar tempat manusia mencapai tujuan-
tujuannya dan dapat melaksanakan kegiatan-kegiatannya. Bentuk negara merupakan
batas antara peninjauan secara sosiologis dan peninjauan secara yuridis mengenai
negara. Peninjauan secara sosiologis yaitu apabila negara dilihat secara keseluruhan
tanpa melihat isinya dan sebagainya. Disebut peninjauan yuridis yaitu apabila negara
hanya dilihat dari isi atau strukturnya. Bentuk negara melukiskan dasar-dasar negara
dan tertib suatu negara berhubungan dengan organ tertinggi dalam negara itu dan
kedudukan masing-masing oragan itu dalam kekuasaan negara

Anda mungkin juga menyukai