Anda di halaman 1dari 18

Bentuk-bentuk Negara dan

Wilayah negara

Rio Ramadany|202110110311296
Universitas Muhammadiyah Malang
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan
rahmat dan karunia-Nya penulis yang dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“BENTUK-BENTUK NEGARA DAN WILAYAH NEGARA” Makalah ini
bersumber dari berbagai media informasi baik media elektronik maupun
nonelektronik. Makalah ini terdiri atas 3 bab, yaitu bab pendahuluan, pembahasan
dan penutup serta daftar pustaka. Setiap isi dari bab tersebut terangkai secara
komperhensif untuk membahas mengenai Bentuk-bentuk Negara dan Wilayah
negara.
Makalah ini disusun berdasarkan tugas yang diberikan kepada penulis dari
dosen pengampu mata kuliah Ilmu Negara, Fakultas Hukum, Universitas
Muhammadiyah Malang.
Penulis sangat berharap supaya makalah ini dapat bermanfaat, baik bagi
diri penulis sendiri maupun bagi teman-teman mahasiswa yang lain. Penulis
sangat menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Untuk itu, penulis
sangat terbuka atas kritik dan saran positif bagi Bapak/Ibu sekalian.
Terimakasih dan penghargaan sebesar-besarnya kepada yang terhormat :
1. Dosen mata kuliah Ilmu Negara, Bayu Dwi Widdy Jatmiko, SH., MHum
Semoga Allah SWT memberikan balasan atas segala amal yang dilakukan
dan makalah ini dapat berguna bagi orang banyak khususnya Mahasiswa Hukum.

Maluku Utara, 11 November 2021

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Negara adalah organisasi kekuasaan yang berdaulat dengan tata pemerintahan
yang melaksanakan tata tertib atas orang-orang di daerah tertentu. Negara juga
merupakan suatu wilayah yang memiliki suatu sistem atau aturan yang berlaku
bagi semua individu di wilayah tersebut, dan berdiri secara independen. Syarat
primer sebuah negara adalah memiliki rakyat, memiliki wilayah dan memiliki
pemerintahan yang berdaulat. Sedangkan syarat sekundernya adalah mendapat
pengakuan dari negara lain.
Dalam mempelajari negara, tentu harus memahami secara komperhensif bentuk-
bentuk dari negara dan juga wilayah dari negara. Oleh karena itu, dalam makalah
ini disajakan paparan tentang bentuk-bentuk dan wilayah negara.
1.2 Rumusan Masalah
a. Teori Klasifikasi Negara klasik
b. Teori bentuk Negara modern
c. Teori bentuk Negara kotemporer - ideologis.
d. Wilayah dan pembagian wilayah negara.
BAB II
Pembahasan
2.1 Teori Klafisikasi Bentuk Negara Klasik
Sebelum jauh mendalami tentang klasifikasi dari bentuk-bentuk negara, tentu
perlu dijelaskan mengenai pengertian atau definisi mengenai bentuk negara itu
sendiri. Berikut adalah pengertian bentuk negara dari para ahli.
1. Aristoteles
Menurut Artistoteles bentuk negara adalah yang membentuk suatu sistem
pemerintahan dan terbagi menjadi bentuk negara baik dan bentuk negara buruk.
Adapun kritertia penentu bentuk negara dapat dilihat dari segi kualitas terkait
jumlah pemegang pemerintahan dan kuantitasnya terkait tujuan pemerintahan itu
sendiri
Aristoteles membagi negara menjadi enam bagian dengan tiga baik dan tiga juga
yang buruk. Bentuk negara baik adalah monarki, aristokrasi, dan politeia,
sedangkan bentuk negara buruk adalah demokrasi, tirani, dan oligarki.
2. Jellinek
Jellinek dalam bukunya yang berjudul “Algemeine Staatslehre” menyatakan
bahwa bentuk suatu negara ditetapkan berdasarkan pihak yang mengambil
keputusan. Ketika kemauan negara ditetapkan oleh satu orang, maka negara
tersebut berbentuk monarki, sedangkan jika diputuskan oleh lebih dari satu orang,
maka berbentuk republik.
3. Leon Duguit
Leon Duguit di dalam bukunya yang berjudul “Traitede Droit Constitutionel”
menyatakan bahwa bentuk negara bergantung pada cara pengangkatan kepala
negara. Penunjukan ini terbagi dua yaitu berdasarkan keturunan yang
mengindikasikan bentuk monarki dan pemilihan yang menunjukkan bentuk
negara republik.
Pengertian Bentuk Negara Menurut KBBI
Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia atau KBBI, bentuk negara dapat
diartikan terlebih dahulu berdasarkan katanya. Kata ‘bentuk’ sendiri berarti
lengkung, gambaran, serta sistem dalam hal ini pemerintahan, perserikatan, dan
yang berhubungan dengannya.
Sedangkan kata ‘negara’ adalah organisasi dalam suatu wilayah yang mempunyai
kekuasaan tertinggi secara sah serta ditaati oleh seluruh rakyat dan kelompok
sosial yang menduduki wilayah atau daerah tertentu yang berada di bawah
lembaga politik dan pemerintah yang bersifat efektif, serta mempunyai kesatuan
dan kedaulatan dalam menentukan tujuan.
Dengan begitu bentuk negara adalah suatu sistem pemerintahan yang
diberlakukan oleh suatu negara yang berada di dalam wilayah tertentu dan
mempunyai lembaga politik dan pemerintah yang mempunyai kesatuan untuk
menentukan tujuan negara.
Klasifikasi Negara Klasik-tradisional
Sejak timbulnya pemikiran tentang negara dan hukum, para pemikir memberikan
pengertian berbeda-beda. Ajaran-ajaran dari Plato, Aristoteles, Polybius, dan
Thomas van Aquinas mengklasifikasikan negara dalam 3 bentuk yaitu monarki,
aristokrasi, dan demokrasi. Kriterianya sebagai berikut:
 Susunan dari pemerintahannya. Maksudnya jumlah orang yang memegang
pemerintahan.
 Sifat dari pemerintahannya. Artinya pemerintahan itu ditujukan untuk
kepentingan umumatau kepentingan golongan tertentu.

1. Monarki
Monarki atau kerajaan termasuk bentuk pemerintahan tertua di dunia. Negara
dipimpin oleh raja, kaisar, syah, atau ratu yang berganti secara turun temurun dan
berlangsung seumur hidup. Contoh monarki: Inggris, Belanda, dan Brunei
Darussalam.
Monarki sendiri dibagi menjadi:
 Monarki mutlak (absolut), seluruh kekuasaan dan wewenang tidak terbatas
(kekuasaan mutlak).
 Monarki Konstitusional, kekuasaan raja dibatasi oleh suatu konstitusi (UUD)
 Monarki Parlementer, ialah suatu monarki di mana terdapat suatu parlemen
(DPR), para menteri, baik perseorangan maupun secara keseluruhan,
bertanggung jawab sepenuhnya pada parlemen tersebut

2. Aristokrasi
Pada bentuk pemerintahan aristokrasi, kekuasaan dipegang oleh beberapa orang
yang dianggap mempunyai peran utama dalam negara, misalnya cendekiawan.
Prancis adalah contoh negara yang sempat menjalankan bentuk pemerintahan ini,
sekitar tahun 1700-an.
3. Demokrasi
Demokrasi merupakan suatu kekuasaan yang dapat dipegang oleh siapapun. Ada 2
(dua) jenis demokrasi, yaitu demokrasi langsung dan demokrasi perwakilan.
Demokrasi langsung berarti rakyat memilih secara langsung tanpa perantara.
Salah satu pendukung demokrasi langsung adalah Jean Jacques Rousseau, yang
mengemukakan 4 (empat) kondisi yang memungkinkan untuk dilaksanakan
demokrasi langsung, yaitu :
1. Jumlah warganegara yang kecil.
2. Pemilikan dan kemakmuran dibagi secara merata.
3. Masyarakat harus homogen dalam budaya.
4. Sebagian masyarakatnya memiliki mata pencaharian sebagai petani.

2.2 Teori Bentuk Negara Modern


Menurut teori-teori modern sekarang ini, bentuk negara yang terpenting ialah
negara kesatuan(Unitarianisme) dan negara serikat (Federasi).

1. Negara Kesatuan Negara


Kesatuan adalah bentuk suatu negara yang merdeka dan berdaulat, dengan satu
pemerintahan pusat yang berkuasa dan mengatur seluruh daerah. Namun dalam
pelaksanaannya, negara kesatuan ini terbagi kedalam 2 macam sistem
pemerintahan yaitu: Sentral dan Otonomi. Negara Kesatuan, apabila kekuasaan
pemerintahan pusat dan pemerintahan daerah tidak sama dan tidak sederajat.

a. Negara kesatuan dengan sisitem sentralisasi adalah pemerintahan yang


langsung dipimpin oleh pemerintahan pusat, sementara pemerintahan daerah di
bawahnya melaksanakan kebijakan pemerintahan pusat. Model pemerintahan
Orde Baru di bawah pemerintahan presiden Soeharto adalah salah satu contoh
sistem pemerintahan model ini.

b. Negara kesatuan dengan sistem desentralisasi adalah penyerahan wewenang


dari pemerintahahan pusat ke daerah. Contohnya, kepala daerah diberikan
kesempatan dan kewenangan untuk mengurus urusan pemerintahan di wilayah
sendiri. Sistem ini dikenal dengan istilah otonomi daerah atau swatantra. Sistem
pemerintahan negara Malaysia dan pemerintahan paske Orde Baru di Indonesia
dengan sistem otonomi khusus dapat dimasukan kedalam model ini.
2. Negara serikat
Negara serikat atau Federasi merupakan bentuk negara gabungan yang terdiri dari
beberapa negara bagian dari sebuah negara serikat. Pada mulanya negara-negara
bagian tersebut merupakan negara yang merdeka, berdaulat dan berdiri sendiri.
Setelah memnggabungkan dengan negara serikat, dengan sendirinya negara
tersebut melepaskan sebagian darikekuasaannya dan menyerahkannya kepada
Negara Serikat. Penyerahan kekuasaan dari negara-negara bagian kepada nagara
serikat tersebut dikenal dengan istilah limitatif (satu demi satu) dimana hanya
kekuasaan yang diberikan oleh negara-negara bagian saja (delagated powers) yang
menjadi kekuasaan Negara Serikat. Namun pada perkembangan selanjutnya,
negara serikat mengatur hal yang bersifat strategis seperti kebijakan politik luar
negeri, keamanan dan pertahanan negara.

2.3 Ideologi Dan Sistem Pemerintahan Kontemporer


Pengertian ideologi sendiri dapat diartikan sebagai sebuah sistem keyakinan
yang akan memandu perilaku dan tindakan sosial. Dari bahasanya, ideologi
berasal dari perpaduan dua istilah Yunani yaitu ”idein” dan ”logos”. Idein berarti
memandang, melihat, ide, dan cita-cita, sementara Logos adalah logia atau ilmu.
Dari perpaduan kata tersebut, ideologi dapat diartikan sebagai seperangkat ide
yang membentuk keyakinan dan paham untuk mewujudkan cita-cita manusia.

Bentuk Pemerintahan Kontemporer

Dalam perjalanannya, bentuk-bentuk pemerintahan ternyata tidak berhenti dengan


kriteria kwantitatif dari zaman klasik. Pembahasan bentuk pemerintahan di zaman
moderen ini cenderung semakin sederhana. Pelopornya adalah Niccolo
Machiavelli. Bentuk pemerintahan hanya dibedakan menjadi dua, monarkhi dan
republik. (Republik berasal dari kata res = hal, benda, kepentingan dan publica =
publik, umum, rakyat).

Georg Jellinek dalam bukunya “Allgemeine Staatslehre,” juga membagi dua


bentuk pemerintahan: monarkhi dan republic.
Menurut Leon Duguit. Dalam bukunya “Traite de Droit Constitutionale”, Duguit
mengusulkan kriteria pembeda anatar republic dan monarki, yakni berdasarkan
cara penunjukan kepala negara.
Dengan kriteria ini, menurut Duguit, sebuah pemerintahan dikatakan ’Monarkhi’
apabila kepala negaranya diangkat berdasarkan waris atau keturunan (herediter)
dan menjabat seumur hidup. Dan karena berdasarkan warisan, pemerintahan
monarkhi tentu tidak mengenal pemilihan kepala negara, baik oleh rakyat maupun
oleh parlemen.

Sementara sebuah pemerintahan dikategorikan ’Republik’ apabila kepala


negaranya dipilih oleh rakyat, baik itu dipilih secara langsung maupun melalui
perwakilannya di parlemen. Dan karena ia dipilih, maka masa jabatannya juga
dibatasi agar sistem itu bisa berjalan kontiniu dan reguler (contohnya Amerika
Serikat yang menyelenggarakan pemilu setiap 4 tahun, atau Indonesia sekali
dalam 5 tahun).

Pendapat Duguit didukung oleh ahli lain, Otto Koellreutter. Tetapi menurut
Koellreutter, kriteria pembeda yang lebih tepat adalah kesamaan dan
ketidaksamaan. Dengan kriteria ini, ’Monarkhi’ merupakan bentuk pemerintahan
yang didasarkan atas ukuran ketidaksamaan, karena tidak setiap orang dapat
menjadi kepala negara (raja). Sedangkan ’Republik’ merupakan bentuk
pemerintahan yang didasarkan atas ukuran kesamaan, karena dalam pemerintahan
berbentuk republik setiap orang memiliki hak yang sama untuk berkompetisi
menjadi kepala negara.

Yang baru dari Koellreutter adalah ia menambahkan dalam pembahasannya satu


bentuk pemerintahan baru yang disebutnya Autoritarien Fuhrerstaat atau bentuk
pemerintahan otoriter. Yakni sebuah bentuk pemerintahan oleh satu orang dan
bersifat mutlak. Beberapa negara sedang berkembang di Asia dan Amerika Latin
sepanjang tahun 1970-1980-an, termasuk Indonesia, sering disebut termasuk
dalam kategori bentuk pemerintahan otoriter ini.
Indonesia sendiri adalah negara kesatuan yang berbentuk republic.
Macam-macam Monarkhi dan Republik
Dalam praktiknya, baik bentuk pemerintahan Monarkhi maupun Republik tidak
muncul secara seragam, tetapi dalam beberapa varian bentuk pemerintahan. Dan
yang lebih penting adalah bahwa cara penunjukan kepala negara ternyata tidak
selalu berbanding lurus dengan demokratis atau tidaknya sebuah pemerintahan
yang dijalankan. Sebuah monarkhi bisa saja menjalankan pemerintahan secara
demokratis dan konstitusional, sebagaimana negara republik boleh jadi dalam
praktiknya bersifat absolut dan diktator.
Dalam pembahasan akademik dikenal sedikitnya 3 varian bentuk pemerintahan
Monarkhi :
Pertama, Monarki absolut
Monarki absolut adalah bentuk pemerintahan dalam suatu negara yang dikepalai
oleh seorang raja, ratu, syah, atau kaisar yang kekuasaan dan wewenangnya tidak
terbatas. Perintah raja merupakan wewenang mutlak yang harus dipatuhi oleh
rakyatnya. Pada diri raja terdapat sekaligus kekuasaan eksekutif, yudikatif, dan
legislatif.
Kedua, Monarki konstitusional
Monarki konstitusional adalah bentuk pemerintahan dalam suatu negara yang
dikepalai oleh seorang raja atau sebutan lainnya yang kekuasaannya dibatasi oleh
undang–undang dasar (konstitusi). Biasanya pembatasan konstitusional ini
muncul kemudian, bisa atas dasar inisiatif raja atau kaisar bisa juga lewat sebuah
proses tuntutan rakyat atau revolusi.
Ketiga, Monarki parlementer
Adapun monarki parlementer adalah bentuk pemerintahan dalam suatu negara
yang dikepalai oleh seorang raja, namun dengan kehadiran lembaga parlemen atau
perwakilan rakyat sebagai pemegang kekuasaan tertinggi. Di sini, kekuasaan
eksekutif dipegang oleh kabinet (perdanan menteri) dan bertanggung jawab
kepada parlemen. Fungsi raja hanya sebagai kepala negara (simbolik) yang
kedudukannya tidak dapat diganggu gugat. Sedangkan kekuasaan pemerintahan
sehari-hari berada di luar istana.
Sama dengan monarkhi, Republik juga secara akademik dapat dibedakan ke
dalam tiga varian bentuk pemerintahan.
Pertama, Republik absolut
Seperti namanya, di sini pemerintahan republik bersifat diktator tanpa ada
pembatasan kekuasaan. Biasanya lembaga-lembaga demokrasi tetap ada seperti
parlemen, partai politik, dan Undang-Undang Dasar sebagai konstitusi resmi
negara. Tetapi ia sudah tidak berfungsi untuk membatasi kekuasaan pemerintahan,
bahkan tidak jarang semuanya dikendalikan dan dimanfaatkan untuk melegitimasi
kekuasaan.
Kedua, Republik konstitusional
Dalam republik konstitusional, presiden memegang kekuasaan kepala negara dan
kepala pemerintahan. Namun, kekuasaan presiden dibatasi oleh konstitusi. Di
samping terdapat pengawasan yang efektif dilakukan oleh parlemen.
Ketiga, Republik parlementer
Di sini presiden hanya berfungsi sebagai kepala negara. Namun, presiden tidak
dapat diganggu–gutat. Sedangkan kepala pemerintahan yang menjalankan
kekuasaan sehari-hari berada di tangan perdana menteri yang bertanggung jawab
kepada parlemen. Dalam sistem ini, kekuasaan legislatif lebih tinggi dari pada
kekuasaan eksekutif.
Ideologi-ideologi kontemporer saat ini
Komunisme
Komunisme adalah ebuah konsep politik dan konsep bernegara serta salah satu
ideologi politik, ekonomi, dan sosial dalam sejarah peradaban dunia modern.
Secara umum, pengertian komunisme adalah sebuah gagasan yang menghendaki
adanya masyarakat tanpa kelas, yaitu masyarakat yang tidak memiliki hak milik,
uang, hingga negara untuk membuat masyarakat terstratifikasi dalam kelas yang
berbeda. Ideologi komunisme ini dikenal luas atas pemikiran seorang tokoh yang
bernama Karl Marx (5 Mei 1818 – 14 Maret 1883) dan Friedrich Engels (28
November 1820 – 5 Agustus 1895), Meski demikian, istilah “komunisme” itu
sendiri sebenarnya sudah jauh dicetuskan dalam peradaban manusia modern oleh
tokoh yang bernama Victor d’Hupay (1746 – 1818).
Dalam konteks kajian nasionalisme dan sejarah bangsa-bangsa dunia, konsep
politik dan ideologi ini beriringan dengan konsep nasionalisme dalam menjadi
penggerak terbentuknya banyak negara-negara baru di sekitaran abad ke-20.
Selain menjadi salah satu kelompok yang terlibat dalam pergerakan nasional suatu
bangsa, banyak juga warga masyarakat di negeri jajahan atau di negeri kuno
membangun rasa kebangsaannya melalui ideologi komunisme. Mereka
menganggap bahwa penjajahan negara Eropa yang notabene adalah negara liberal
berisikan kelas pemilik alat produksi (borjuis) menindas para negara koloni,
sehingga kemerdekaan adalah salah satu tahapan untuk mewujudkan keadilan
masyarakat hingga mewujudkan masyarakat tanpa kelas. Contoh kasus dari
penerapan komunisme dalam peristiwa nasionalisme dan sejarah bangsa-bangsa di
dunia antara lain: revolusi Rusia (7-8 November 1917), kemerdekaan Vietnam (2
September 1945) hingga Republik Rakyat Cina (1 Oktober 1949).
Liberalisme
Liberalisme adalah sebuah konsep politik serta salah satu ideologi politik,
ekonomi, dan sosial dalam sejarah peradaban dunia modern. Secara umum,
pengertian liberalisme adalah sebuah gagasan dan prinsip yang menekankan
kebebasan individu berdasarkan kemerdekaan dan kesetaraan hak dalam banyak
aspek kehidupan bernegara dan bermasyarakat; seperti: pemerintahan, hak sipil,
hak perekonomian, dan banyak lagi. Konsep ini sendiri berkembang dari banyak
pemahaman tokoh-tokoh serta berakar dari sebuah istilah bahasa Latin, sehingga
tidak ada satu pengertian tunggal yang telah dibakukan. Beberapa tokoh yang
terkenal dalam sumbangsihnya terhadap pemikiran ideologi liberalisme antara lain
yaitu: Thomas Hobbes (5 April 1588 – 4 Desember 1679), John Locke (29 August
1632 – 28 October 1704), Montesquieu (18 Januari 1689 – 10 Februari 1755),
Jean-Jacques Rousseau (28 Juni 1712 – 2 Juli 1778), John Stuart Mill (20 Mei
1806 – 8 Mei 1873), Alexis de Tocqueville (29 Juli 1805 – 16 April 1859), hingga
Adam Smith (5 Juli 1723 - 17 Juli 1790).
Dalam konteks kajian nasionalisme dan sejarah bangsa-bangsa dunia, konsep
politik dan ideologi ini menjadi dasar perkembangan negara-negara Eropa.
Masyarakat Eropa yang dahulu mengalami masa kemunduran dan kegelapan
akibat Feodalisme mulai menyadari pentingnya memperhatikan aspek individu
dalam masyarakat. Berkat itulah, terdapat perubahan besar dalam masyarakat
Eropa baik dalam sisi positif (revolusi industri, perkembangan sains dan
teknologi, hingga pemerintahan untuk kesejahteraan umum) maupun dalam aspek
negatif (ketimpangan sosial, revolusi sosial, hingga imperialisme modern).
Contoh kasus dari penerapan liberalisme hingga perubahan berkat liberalisme
antara lain yaitu: revolusi industri, revolusi Amerika (4 Juli 1776), revolusi
Prancis (14 Juli 1789), hingga politik pintu terbuka di Indonesia (1870).
Sosialisme
Sosialisme adalah sebuah konsep politik dan konsep bernegara serta salah satu
ideologi ekonomi dan sosial dalam sejarah peradaban dunia modern. Secara
umum, pengertian sosialisme adalah sebuah gagasan yang menggambarkan
masyarakat yang mengelola kepemilikan alat produksi sesuai dengan prinsip-
prinsip sosial, seperti kepemilikan oleh publik, kolektif, kerjasama, atau
warganegara. Untuk kepentingan penyederhanaan, sosialisme seringkali disama
artikan dengan komunisme meski pada hakekatnya kedua hal tersebut adalah hal
yang berlainan. Sosialisme dapat dianggap sebagai bentuk halus atau bentuk
sederhana dari komunisme, dan sosialisme juga dianggap sebagai salah satu
langkah menuju komunisme. Beberapa tokoh ternama yang berkontribusi
terhadap perkembangan gagasan sosialisme antara lain: Karl Marx (5 Mei 1818 –
14 Maret 1883) dan Friedrich Engels (28 November 1820 – 5 Agustus 1895),
Mikhail Bakunin (30 Mei 1814 – 1 Juli 1876), Antonio Gramsci (22 Januari 1891
– 27 April 1937), dan lainnya. Istilah sosialisme sendiri sudah dicetuskan oleh
tokoh yang bernama Henri de Saint-Simon (17 Oktober 1760 – 19 Mei 1825).
Dalam konteks kajian nasionalisme dan sejarah bangsa-bangsa dunia, konsep
politik dan ideologi ini menjadi pemandu jalannya pemerintahan negara-negara
yang baru berdiri pasca kemerdekaan. Beberapa negara memiliki semangat untuk
menolak model pemerintahan yang berlangsung di negara eks-penjajah mereka
karena dianggap bertentangan dengan semangat keadilan. Untuk itulah, mereka
melirik konsep sosialisme yang dianggap menjadi bentuk ringan atau bentuk halus
dari komunisme dalam mengupayakan pemerintahan yang adil. Tidak ada contoh
negara yang secara baku dan kaku untuk menjadi ilustrasi penerapan sosialisme.

Nasionalisme
Nasionalisme adalah sebuah konsep politik dan konsep bernegara. Nasionalisme
juga dianggap sebagai salah satu ideologi politik dalam sejarah peradaban dunia
modern. Secara umum, pengertian nasionalisme adalah sebuah gerakan untuk
mengukuhkan kedaulatan sebuah bangsa atas tanah airnya. Konsep ini sendiri
memiliki beberapa pengertian dari beberapa tokoh, sehingga tidak memiliki satu
gagasan tunggal yang mutlak. Salah satu rujukan pengertian lain yang bisa
diambil untuk menjelaskan konsep nasionalisme adalah definisi dari filsuf
bernama Joseph Ernest Renan (28 Februari 1823 – 2 Oktober 1892) dan menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).
Dalam konteks kajian nasionalisme dan sejarah bangsa-bangsa dunia, konsep
politik dan ideologi ini menjadi penggerak terbentuknya banyak negara-negara
baru di sekitaran abad ke-20. Banyak warga masyarakat di negeri jajahan bangsa
Eropa atau negeri-negeri kuno lainnya yang mulai memiliki rasa kebangsaan,
yaitu rasa bahwa mereka adalah sebuah masyarakat yang memiliki ikatan jati diri
yang serupa. Perasaan kebangsaan itu pada nantinya akan mendorong mereka
untuk membentuk sebuah gerakan dan cita-cita untuk memperoleh kedaulatan
dalam menyelenggarakan kehidupan bernegara demi kepentingan bangsanya
tersebut. Contoh kasus dari kemunculan nasionalisme ini adalah di negara Mesir
(22 Februari 1922), India (15 Agustus 1947), Cina (1 Januari 1912), dan
Indonesia (17 Agustus 1945).
2.4 Wilayah dan Pembagian Wilayah Negara
Wilayah adalah sebuah daerah yang dikuasai atau menjadi teritorial dari sebuah
kedaulatan. Pada masa lampau, sering kali sebuah wilayah dikelilingi oleh batas-
batas kondisi fisik alam, misalnya sungai, gunung, atau laut. Sedangkan setelah
masa kolonialisme, batas-batas tersebut dibuat oleh negara yang menduduki
daerah tersebut, dan berikutnya dengan adanya negara bangsa, istilah yang lebih
umum digunakan adalah batas nasional. Wilayah dalam sebuah negara bisa
dibatasi oleh lautan dan/atau daratan. Wilayah negara itu bisa diperbatas juga oleh
tembok atau pagar yang dibangun untuk menambah keamanan.
Pembagian wilayah administratif di Indonesia
Pembagian administratif Indonesia adalah pembagian wilayah daratan dan
perairan di Indonesia untuk dikelola oleh pemerintah daerah di dalam batas-batas
wilayahnya masing-masing menurut prinsip otonomi, dekonsentrasi,
desentralisasi, dan tugas pembantuan. Saat ini diatur melalui UU no. 23 tahun
2014 tentang Pemerintah Daerah yang sudah diubah beberapa kali, dan diregulasi
oleh Kementerian Dalam Negeri
Berdasarkan UUD 1945 Pasal 25, Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah
sebuah negara kepulauan yang berciri Nusantara dengan wilayah dan batas-batas
dan hak-haknya ditetapkan dengan undang-undang. Undang Undang yang berlaku
yaitu UU no. 43 Th. 2008 tentang Wilayah Negara yang mengatur tentang
kedaulatan, kewilayahan, dan manajemen peratasan, termasuk juga didalamnya
yaitu wewenang Pemerintah Daerah
Provinsi
Menurut Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945 amendemen kedua,
pada Bab VI tentang Pemerintahan Daerah Pasal 18 Ayat 1, dinyatakan bahwa,
"Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi, dan
daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi,
kabupaten, dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah, yang diatur dengan
undang-undang." Hal tersebut menyatakan bahwa provinsi merupakan tingkat
pertama dari pembagian wilayah di Indonesia.
Saat ini terdapat 34 provinsi di Indonesia yang masing-masing memiliki
pemerintahan daerah sendiri yang dikepalai oleh seorang Gubernur. Setiap
provinsi memiliki lembaga legislatif yang disebut Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah (DPRD) provinsi. Gubernur dan anggota DPRD dipilih melalui suatu
pemilihan umum untuk masa jabatan lima tahun. Setiap provinsi terdiri dari
kabupaten atau kota, namun hingga Januari 2011, Provinsi Sulawesi Barat
merupakan provinsi yang belum memiliki kota otonom.
Hingga saat ini setidaknya ada lima provinsi memiliki status khusus dan/atau
istimewa:
 Aceh melalui Undang Undang no. 11 tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh
 Daerah Khusus Ibukota Jakarta melalui Undang Undang no. 29 tahun 2007
tentang Pemerintahan Daerah Khusus Ibu kota Jakarta sebagai Ibu kota Negara
Kesatuan Republik Indonesia
 Papua melalui Undang Undang no. 21 tahun 2001 tentang Otonomi Khusus
Papua
 Papua Barat melalui Undang Undang no. 21 tahun 2001 tentang Otonomi
Khusus Papua yang sudah diubah melalui Perppu no. 1 tahun 2008
 Daerah Istimewa Yogyakarta melalui Undang Undang no. 13 tahun 2012
tentang Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta

Kabupaten/Kota
Kabupaten dan kota memiliki tingkat yang setara serta memiliki pemerintah
daerah dan lembaga legislatif sendiri. Setiap kabupaten/kota terdiri dari beberapa
kecamatan/distrik, dan secara ukuran kabupaten lebih luas daripada kota.
Kabupaten dipimpin oleh seorang bupati dengan DPRD kabupaten, sedangkan
kota dipimpin oleh seorang wali kota dengan DPRD kota. Baik bupati maupun
wali kota dipilih melalui proses pemilihan umum.
Suatu pengecualian, Jakarta dibagi ke dalam 1 kabupaten administrasi dan 5 kota
administrasi yang kesemuanya itu tidak otonom. Kabupaten administrasi dan kota
administrasi tidak memiliki DPRD kabupaten/kota. Bupati/wali kotanya pun tidak
dipilih langsung oleh rakyat melalui pemilihan umum, melainkan ditunjuk oleh
Gubernur Jakarta.
Kecamatan
Secara nasional, kecamatan adalah wilayah administratif yang merupakan
kepanjangan tangan dari pemerintah kabupaten atau kota. Sejak diberlakukannya
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi
Papua, maka khusus untuk wilayah Provinsi Papua (dan oleh karenanya juga
untuk Provinsi Papua Barat), istilah kecamatan diganti dengan distrik.[1]
Kecamatan dipimpin oleh seorang camat, sedangkan distrik dipimpin oleh seorang
kepala distrik, masing-masing merupakan pegawai negeri sipil serta bertanggung
jawab kepada bupati atau wali kota yang melingkupi batas-batas wilayahnya.
Setiap kecamatan terdiri dari beberapa kelurahan/desa atau nama lain. Setiap
distrik terdiri dari beberapa kelurahan/kampung.
Kelurahan/Desa
ingkatan di bawah kecamatan adalah kelurahan atau desa. Kelurahan dipimpin
oleh seorang lurah, sedangkan desa dipimpin oleh seorang kepala desa. Hingga ke
tingkatan desa inilah pembagian administratif Indonesia resmi digunakan. Sejak
2014, terjadi perubahan paradigma Desa yaitu mengatur tentang kemandirian
desa, percepatan pembangunan dan adanya dana desa melalui Undang Undang no.
6 tahun 2014.
Di beberapa daerah, istilah lain dipergunakan, antara lain:
 Nagari di Sumatra Barat
 Kampung di Papua dan Papua Barat
 Gampong di Aceh
 Pekon di Lampung
 Banjar di Bali (Pembagian administratif dibawah kelurahan/desa)
 Desa Pekraman di Bali (Pembagian administratif setara kelurahan/desa dengan
perbedaan status, kedudukan, dan fungsi dengan desa dinas)
 Kampung di Kabupaten Kutai Barat

Pembagian wilayah berdasarkan letak geografis


Secara umum, wilayah negara terbagi berdasarkan karakter geografisnya, yakni
daratan, perairan atau laut teritorial, dan udara. Selain itu, ada juga kategori
wilayah ekstrateritorial yang ditentukan berdasarkan kewenangan politik. Semua
jenis wilayah negara itu ditentukan batas-batasnya berdasarkan aspek geografis
dan dapat pula sesuai perjanjian. Batas geografis itu bisa berupa koordinat garis
lintang dan bujur, pembatas buatan maupun alamiah.
Sementara perjanjian bisa dalam bentuk konvensi ataupun traktat. Mengutip buku
Modul PPKN Kelas X KD 3.2 (2020:9-10) terbitan Kemdikbud, berikut
penjelasan tentang macam-macam wilayah negara beserta contohnya.
1. Wilayah perairan (lautan)
Wilayah perairan atau lautan merupakan laut yang berada di dalam wilayah suatu
negara. Disebut juga dengan lautan teritorial, wilayah jenis ini mencakup perairan
di luar daratan. Berdasar isi traktat atau perjanjian multilateral di Jamaica
mengenai laut teritorial yang diresmikan pada 10 desember 1982, ketentuan
penentuan batas wilayah lautan adalah sebagai berikut:
 Laut teritorial ditetapkan sejauh 12 mil, yang diukur dari pantai ketika surut.
 Batas zona bersebelahan antara dua negara yang jaraknya 24 mil.
 Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) diukur jaraknya 200 mil dari pantai. Di
perairan ZEE, negara yang memilikinya berhak mengambil manfaat ekonomi,
sedangkan negara lain hanya boleh mengarungi atau memakai daerah tersebut.
 Landas benua atau landas kontinen diukur batasnya 200 mil lebih dari pantai.
Negara pemilik bisa mengambil manfaat ekonomi, tapi wajib bagi untung
dengan masyarakat internasional.

Tidak semua negara memiliki laut teritorial. Swiss, Zambia, Afganistan, dan Laos
adalah sebagian contoh dari negara yang tidak memiliki laut teritorial. Contoh
kepemilikan wilayah perairan adalah Indonesia, dengan detail luas berikut:
 Luas perairan pedalaman dan perairan kepulauan Indonesia 3.110.000 km2
 Luas laut teritorial Indonesia adalah 290.000 km2
 Luas zona tambahan Indonesia adalah 270.000 km2
 Luas zona ekonomi eksklusif Indonesia adalah 3.000.000 km2
 Luas landas kontinen Indonesia adalah 2.800.000 km2
 Luas total perairan Indonesia adalah 6.400.000 km2.

2. Wilayah daratan
Wilayah daratan merupakan tempat bermukim dan menyelenggarakan
pemerintahan. Batas darat dapat diukur dengan menetapkan batas alam (gunung,
sungai), garis lintang dan garis bujur dan batas buatan. Batas-batas tersebut
kemudian dikukuhkan melalui perjanjian di antar dua ataupun banyak negara.
Contoh kepemilikan wilayah daratan di Indonesia, dengan detail sebagai berikut:
Luas daratan negara Indonesia adalah 1.919.440 kilometer persegi Daratan
Indonesia tersebar di 17.508 pulau.
3. Wilayah udara
Wilayah udara merupakan ruang udara yang berada di atas permukaan wilayah
daratan dan lautan suatu negara. Luas wilayah udara umumnya diukur secara
tegak lurus ke atas sampai dengan tidak terbatas. Sebagai contoh, mengutip laman
Kementerian Pertahanan (Kemhan) RI, dalam pengaturan Ruang Udara, Indonesia
tunduk pada Konvensi Internasional Penerbangan Sipil (Chicago Convention on
Civil Aviation 1944). Indonesia telah mematuhinya sejak 27 April 1950 dan
mengakui kedaulatan setiap negara yang penuh dan eksklusif di atas wilayah
udara teritorialnya. Namun, ada juga negara yang menentukan batas wilayah
udara dengan perjanjian karena dipicu oleh kompetisi teknologi penerbangan.
Contohnya adalah Iran dan Amerika Serikat.
4. Wilayah ekstrateritorial
Wilayah ekstrateritorial adalah kawasan yang menurut hukum internasional diakui
sebagai wilayah kekuasaan suatu negara meskipun letaknya di negara lain.
Contohnya: Kapal yang berbendera kebangsaan suatu negara Gedung kedutaan
besar suatu negara.
BAB III
Penutup
3.1 Kesimpulan
Negara adalah organisasi kekuasaan yang berdaulat dengan tata pemerintahan
yang melaksanakan tata tertib atas orang-orang di daerah tertentu. Negara juga
merupakan suatu wilayah yang memiliki suatu sistem atau aturan yang berlaku
bagi semua individu di wilayah tersebut, dan berdiri secara independen.
Dalam klasifikasinya terdapat bentuk-bentuk negara klasik dan modern. Ahli-ahli
yang berpendapat tentang bentuk-bentuk negara klasik diantaranya Aristoteles,
plato dan John Locke. Adapun bentuk-bentuk negara modern terdiri dari dua
bagian, yakni negara kesatuan dan negara federasi.
Bentuk-bentuk pemerintahan dan Ideologi kontemporer diantaranya ada
sosialime, kapitalisme, liberalism dan nasionalisme. Indonesia sendiri menganut
adalah negara kesatuan yang berbentuk republic, dimana ideologinya adalah
Pancasila (Nasionalime)
Pembagian-pembagian wilayah diklasifikasikan ke dalam 2 bentuk pembagian,
yakni pembagian secara administratif maupun geografis. Untuk Indonesia sendiri
pembagian administratifnya terdiri dari daerah provinsi, kabupaten/kota,
kecamatan, dan kelurahan/desa sedangkan pembagian wilayah secara geografis
terdiri dari wilayah daratan, lautan, udara, dan eksatrateritorial.
Daftar Pustaka
Miriam Budiardjo (1977), Dasar-Dasar Ilmu Politik, Jakarta, Gramedia.
C.S.T Kansil dan Christine (2001), Ilmu Negara, Jakarta, Pradnya Paramita.
Budiyanto, Pendidikan Kewarganegaraan, Jakarta, Erlangga.
C.S.T. Kansil (1987), Hukum Antar Tata Pemerintahan (Comparative
Government), Jakarta, Erlangga.
Bangun, Budi Hermawan. "Konsepsi dan pengelolaan Wilayah perBatasan
negara: perspeKtif huKum internasional." Tanjungpura Law Journal 1.1 (2017):
52-63.

Anda mungkin juga menyukai