A. Kerangka Konseptual
kota).1
bentuk dan susunan negara, dapat dilihat, apakah kekuasaan itu dibagi ke
1
RM. A. B. Kusuma, Lahirnya…., Op. Cit., hlm. 299. Perdebatan tentang kesatuan atau federal
dalam pendirian NKRI, terjadi pada saat sidang Panitia Hukum Dasar tanggal 11 Juli 1945 yang
dibuka pada jam 16.45 dan dipimpin oleh Syusa (Ketua) Ir. Soekarno. H. Agus Salim mengajukan
tanggapan “….perundingan tentang memilih antara unitarisme atau federalisme…… sebab itu
tergantung pada sifat dan bentuknya urusan yang kita letakkan antara pemerintah pusat dan
pemerintah daerah….”. Hasil sidang menunjukkan setelah Soekarno (syusa) meminta pengambilan
suara, dengan 17 orang yang menyatakan mufakat untuk unitarisme (berdiri), dan 2 orang tidak
mufakat (tidak berdiri).
20
proposal penelitian
4
daerah-daerah, atau kekuasaan itu dipusatkan di pemerintah pusat. Dari
pemerintahan di daerah.
dan Republik, dan istilah susunan negara ditujukan pada Kesatuan dan
melalui pemilu.
20
proposal penelitian
5
kwalitas” dengan menegaskan teorinya dalam gagasan, bahwa untuk
bentuk negara ada dua, yaitu: negara kesatuan dan negara federasi. 2
2
Utrecht memakai istilah bentuk pemerintah yang dibagi dalam 1. Monarki atau pewarisan yang
terdiri dari monarchi absolute, monarchi konstitusional, monarchi parlementer. 2. Republik yang
tediri dari republik mtlak, republik konstitutional, republik parlementer, sebagaimana terpetik dalam
E. Utrecht dan Moh. Saleh Jindang, Pengantar Dalam Hukum Indonesia, (Jakarta, Ikhtiar Baru,
1983), hlm. 73.
20
proposal penelitian
6
doktrin campuran antara autokrasi dan liberalisme. Sedangkan Harold J.
membagi dua bentuk negara, yaitu: Pertama, bila rakyat dapat atau
tersebut disebut negara demokrasi. Kedua, bila rakyat tidak dapat atau
yang ada pada masing-masing pihak dalam negara, yaitu; negara yang
warga negara, maka lahirlah klasifikasi negara totaliter atau etatistis dan
bentuk negara yaitu: negara serikat dan negara kesatuan dan persatuan.
3
Harold J.Laski, Pengantar Ilmu Politik, (Jakarta : PT. Pembangunan, 1959), hlm. 69. Lihat F.
Iswara, Pengantar Ilmu Politik, (Bandung : Dhiwantara, 1964), hlm. 164-165.
20
proposal penelitian
7
kesatuan, serikat, dan serikat negara-negara. Sementara penentuan
tersebut.
ahli dan berkembang di zaman modern, bermuara pada dua paham yang
4
K.C.Wheare, Federal Government, (London: London University Press, 1956), hlm 27. Bentuk
Negara yang dikenal di dunia sekarang ini, yaitu : negara serikat, negara kesatuan dan persatuan.
Sementara bentuk pemerintahan, dikenal dalam negara Republik dan negara kerajaan. Kerajaan
(Monarchie) dikepalai raja dan bersifat turun temurun, dan Republik adalah negara dengan
pemerintahan rakyat yang dikepalai presiden. Untuk melihat pembagian kekuasaan antara Pusat
dengan Pemerintah yang ada di daerahnya, memakai istilah bangunan negara, yaitu : negara
kesatuan (unitaris), negara serikat (federalis), dan serikat negara-negara.
5
Bouger, Masalah-Masalah Demokrasi, (Jakarta :Yys-Pembangunan, 1952), hlm.32-33.
20
proposal penelitian
8
pemerintahan dimana terdapat hubungan yang erat antara eksekutif dan
rakyat.
Hobbes (abad ke-17), Rousseau (abad ke-18), Spencer (abad ke-19), dan
Laski (abad ke-20). Inti dari ajaran ini adalah bahwa negara ialah legal
Teori Golongan (class theory) yang diajarkan oleh Marx, Engels, dan
Lenin. Inti ajarannya adalah negara sebagai alat dari sesuatu golongan.
(abad ke-18 dan 19). Inti ajarannya adalah bahwa negara tidak untuk
6
Henry B, Mayo, An Introduction to Democratie Theory, (New York : Oxford University Press,
1960), hlm. 218. Bahwa nilai yang mendasari suatu negara demokrasi adalah : Menyelesaikan
perselisihan dengan damai dan secara melembaga, Menjamin terselenggaranya perubahan secara
damai dalam suatu perubahan, Melakukan pergantian pimpinan secara teratur, Membatasi
pemakaian kekerasan secara minimun.
20
proposal penelitian
9
menjamin kepentingan seseorang atau kelompok tetapi untuk kepentingan
21
proposal penelitian
0
Perdebatan tentang kekuasaan yang ada pada negara, terkait
besar, antara lain : Teori Theokrasi (Theocratische Theoria), Teori Kekuasaan (Nachtattheorie), dan
Teori Yuridis (Yuridische Theorie). Teori Theokrasi dibagi lagi dalam dua, yaitu secara langsung dan
tidak langsung. Teori Kekuasaan dibagi dalam Kekuasaan Fisik dan Ekonomis. Teori Yuridis dibagi
dalam Patriarchaal, Patrimonical, dan Perjanjian. Soehino, op. cit., hlm149-150. Dua bagian
mengenai teori sumber kekuasaan, yaitu Teori Teokrasi yang berkembang pada jaman abad
pertengan (abad ke-5 sampai ke-15) dan Teori Hukum Alam (abad ke-15 sampai abd ke-19).
Mengenai teori kedaulatan dibagi atas, Teori Kedaulatan Tuhan (abad V – XV) dengan penganut
Augustinus, Aquinos, dan Marsillius. Teori Kedaulatan Negara dengan penganut Bodin dan Jellinek.
Teori Kedaulatan Hukum dengan penganut Krabbe. Teori Kedaulatan Rakyat yang diajarkan oleh
J.J. Rousseau.
10
John Locke, Two Tretises of Civil Government, (Cambridge University Press, 1998). John
Locke berpendapat, bahwa Kekuasaan Legislatif adalah untuk membuat UU, Kekuasaan Eksekutif
adalam melaksanakan UU, dan Kekuasaan Federatif adalah mengadakan perserikatan dan aliansi.
Sedangkan Montesquieu berpendapat, bahwa Kekuasaan Legislatif dilaksanakan Parlemen,
Kekuasaan Eksekutif dilaksanakan Pemerintah (presiden bersama menteri), Kekuasaan Yudikatif
dilaksanakan badan peradilan.
21
proposal penelitian
1
Tuhan, tetapi dikonstruksi berdasarkan suatu Social Contract menurut
11
Llyoid L. Weinreb, Natural Law and Justice, (London : Harvard University Press, 1985),
hlm.10.
12
Deliar Noer, Pemikiran Politik Di Negeri Barat, (Jakarta : Mizan, 1996), hlm. 135.
21
proposal penelitian
2
suatu sistem hukum, ditentukan oleh sanksi yang dipaksakan oleh
negara.13
13
Hans Kelsen, Pure Theory of Law, (Berkley : Univ. of California Press, 1978), hlm. 5.
14
Rouscoe Pound, An Introduction to the Philosophy of Law, (London : Transaction Publisher,
1999), hlm. 52. Lihat juga Roman Tomasic, The Sociology of Law, (London : Sage Publication,
1978), hlm. 99.
21
proposal penelitian
3
standar kehidupan sosial masyarakat. Pelaksanaan hukum yang dapat
Asasi Manusia.
dalam suatu negara,15 dilandasi dalam dua teori. Pertama, teori secara
15
Ditinjau dari segi pembagian kekuasaan, dibagi menurut garis horisontal dan vertikal. Secara
horisontal didasarkan atas sifat tugas yang berbeda-beda jenisnya, yang menimbulkan berbagai
macam lembaga di dalam suatu negara. Sedangkan secara vertikal melahirkan dua garis
hubungan antara pusat dan daerah dalam sistem desentralisasi dan dekonsentrasi. Menurut teori
Ivor Jennings sebagai sanggahan Teori Trias Politica Montesquieu. Teorinya untuk melihat dan
menilai apakah suatu UUD menganut pemisahan atau pembagian kekuasaan. Pemisahan
kekuasaan (separation of powers) dapat dilihat dari sudut materil dan formil. Sudut materil berarti
pembagian kekuasaan itu dipertahankan dengan tegas dalam tugas-tugas kenegaraan yang
secara karakteristik memperlihatkan adanya pemisahan kekuasaan dalam tiga bagian, yaitu;
Legislatif, Eksekutif, Yudikatif disebut sebagai pemisahan kekuasaan. Sebaliknya dari sudut formil,
pembagian kekuasaan tidak dipertahankan secara tegas, disebut pembagian kekuasaan.
Pembagian kewenangan yang dimaksudkan adalah bukan distribusi kekuasaan yang berupa
pembagian kekuasaan atau pemisahan kekuasaan pemerintahan dalam suatu negara, yaitu :
bidang legislatif, eksekutif, dan yudikatif seperti teori “trias politica” yang dipopulerkan oleh
21
proposal penelitian
4
vertikal, melahirkan garis hubungan pusat dan daerah yang berwujud
negara.
ekonomi, dan politik dalam satu sistem, yang saling mempengaruhi dalam
yang ada dalam negara, diwujudkan melalui sejauhmana luas atau lingkup
Mountesqiue, tetapi distribusi kekuasaan yang dimaksud adalah berupa pembagian kompetensi
mengatur dan mengurus, antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah, yang pada hakekatnya
adalah perihal penentuan hal apakah (matters) yang termasuk wewenang pemerintah pusat dan
hal apakah yang termasuk wewenang pemerintah daerah”. Sementara Carl J. Friedrich memakai
istilah pembagian kekuasaan secara territorial (territorial division of power) atau pembagian
kekuasaan secara vertikal.
16
Roman Tomasic, The Sociology of Law, (London : Sage Publication, 1978), hlm. 99.
17
Jack H. Nagel, The Discriptive Analisis of Power, (New Haven : Yale University Press, 1975),
hlm. 14.
21
proposal penelitian
5
Lingkup kedaulatan yang dimaksud meliputi proses pengambilan
18
Carl J. Friedrich, Constituional Government and Democracy : Theory and Practice in Europe
and America, 5 th ed. (Weltham Mass : Blaisdel Publishing Company, 1967), hlm. 5. Lihat juga
Arthur Maass, Area and Power : A Theory of Local Government, (Glencoe, Illinois : The Free Press,
1959), hlm. 10.
21
proposal penelitian
6
apresiasi pemerintah dan daerah terhadap aturan-aturan formal,
masyarakat di daerah).
yang berlaku positif (UU formal). Asas legalitas ini, menjadi dasar
21
proposal penelitian
7
Kewenangan pemerintahan, baik pada pemerintahan pusat
berikut wewenangnya baik kepada organ yang sudah ada maupun yang
lainnya. Wewenang yang diperoleh dari delegasi itu dapat pula disub-
delegasi. Jadi wewenang yang diperoleh dari atribusi dan delegasi dapat
organ atau pejabat yang secara resmi memperoleh wewenang itu tidak
21
proposal penelitian
8
berdasarkan mandat, sehingga secara yuridis-formal bahwa mandataris
dan mandat. Untuk itu, dalam pengembangan studi atas penulisan dan
masalah yang akan dibahas dan dicarikan jawaban dengan teori yang
sebagai teori madya atau teori pendamping (middle range theory). Teori
19
Delegasi selalu dituntut adanya dasar hukum, karena bila delegans ingin menarik kembali
wewenang yang telah didelegasikannya, maka harus dengan peraturan perundang-undangan yang
sama. Mandat mengenai kewenangan penguasaan diartikan dengan pemberian kuasa (biasanya
bersamaan dengan perintah) oleh alat perlengkapan pemerintah yang memberi wewenang ini
kepada yang lain, yang akan melaksanakannya atas nama tanggungjawab alat pemerintah yang
pertama tersebut. Pada mandat tidak ada penciptaan ataupun penyerahan wewenang.
21
proposal penelitian
9
Signifikansi teori ini, terletak pada faktor-faktor berikut. Pertama,
22
proposal penelitian
0
kebijaksanaan dalam penyelenggaraan dipencarkan, memberikan
kesatuan itu sendiri. Prinsip pada negara kesatuan ialah, bahwa yang
20
Amrah Muslimin, Aspek-Aspek Hukum Otonomi Daerah, (Bandung : Alumni, 1982), hlm. 7.
Kewenangan “zelfwetgeving” diberikan batasan pengertian sebagai kewenangan daerah
membentuk peraturan perundang-undangan sendiri. Kewenangan “zelfbestuur” diartikan sebagai
salah satu usaha pemerintah dalam mengambil tindakan buat melayani kesejahteraan umum, atau
sebagai kewenangan untuk melakukan pemerintahan sendiri,
21
Bagir Manan, Hubungan Antara Pusat daerah Menurut UUD 1945, (Jakarta:Sinar
Harapan,1994), hlm. 17.
22
proposal penelitian
1
disebabkan faktor-faktor tertentu:22 Negara kesatuan ialah suatu negara
22
Pertama ; secara umum sentralisasi mengandung berbagai kebaikan, antara lain:
Sentralisasi meletakkan dasar kesatuan politik masyarakat (de politieke eenheid van
degemeenschap); Sentralisasi dapat merupakan alat untuk memperkokoh perasaan persatuan
(versterking van hesaamhorigheidsgefoel); Sentralisasi mendorong kesatuan dalam pelaksanaan
hukum (de eenheid van rechts bedeling); Sentralisasi membawa kepada penggalangan kekuatan
(bundeling van krachten); Dalam keadaan tertentu sentralisasi dapat lebih efesien. Kedua;
Kecenderungan sentralisasi yang timbul sebagai akibat perkembangan negara kesejahteraan,
didorong oleh faktor-faktor, yaitu : Untuk menjamin keseragaman pelayanan (equal treatment)
terhadap semua warga negara atau penduduk. Perbedaan-perbedaan ini dapat dapat dirasakan
sebagai ketidak-adilan. Untuk menghindarinya, maka pusat akan membuat berbagai aturan dan
kebijaksanaan yang akan menjamin pelaksanaan pelayanan itu. Dengan demikian, daerah akan
kehilangan atau setidak-tidaknya dikurangi haknya dalam mengatur dan mengurus urusan
tersebut;
23
Tujuan desentralisasi adalah : 1. Mengurangi beban pemerintah pusat dan campur tangan
tentang masalah-masalah kecil pada tingkat lokal. Demikian pula memberikan peluang untuk
koordinasi pelaksanaan pada tingkat lokal. 2. Meningkatkan pengertian rakyat serta dukungan
mereka terhadap usaha pembangunan sosial ekonomi. Demikian pula pada tingkat lokal, dapat
merasakan keuntungan dari pada kontribusi kegiatan mereka itu. 3. Penyusunan program-program
untuk perbaikan sosial ekonomi pada tingkat lokal, sehingga dapat lebih realistis. 4. Melatih rakyat
untuk bisa mengatur urusannya sendiri (self government). 5. Pembinaan kesatuan nasional.
22
proposal penelitian
2
desentralisasi pada negara kesatuan, adalah sebagai wujud amanat
24
Philipus M. Hadjon, Pengantar Hukum Indonesia, (Yokyakarta : Gadjah Mada Press, 1994),
hlm. 112.
22
proposal penelitian
3
wakilnya turut serta dalam pelaksanaan pemerintahan di daerah, dalam
daerah, hanya sebagai salah satu usaha untuk lebih melancarkan tugas
22
proposal penelitian
4
Mengenai konsep kewenangan pemerintah daerah, sering terjadi
pemerintahan yang boleh diatur dan diurus secara bebas dan mandiri itu,
state.
22
proposal penelitian
5
sebagai hal yang tabu dalam membangun kehidupan bernegara bagi
luasnya.25
25
Soehino, Perkembangan Pemerintahan di Daerah, (Yokyakarta : Liberty, 1980), hlm 50.
Urusan rumah tangga daerah mencakup beberapa hal, antara lain : 1. Segenap urusan
pemerintahan yang tidak termaktub sebagai kewenangan pemerintah pusat beralih menjadi urusan
rumah tangga daerah otonom. 2. Urusan penyelenggaraan rumah tangga sebanyak mungkin
diserahkan kepada daerah otonom, kecuali apa yang secara tegas dimaktub sebagai kewenangan
pemerintah pusat. 3. Betapapun luasnya cakupan otonomi daerah, keluasan dimaksud tetap dalam
lingkup Negara Kesatuan. Lihat M.Nasroen, Masalah Sekitar Otonomi Daerah, (Jakarta : J.B.
Wolters, 1951), hlm. 28.
22
proposal penelitian
6
akan mengatur hal-hal dan masalah-masalah yang harus diatur
pemerintah pusat itu sendiri, dan segala sesuatu yang tidak termasuk
keharusan itu, pada pokoknya harus diatur oleh pemerintah daerah. Agar
pada landasan hukum yang berbeda-beda. Pada orde lama lain dengan
pada orde baru, demikian pula pada orde reformasi. Pada prinsipnya
hubungan yang serasi antara pemerintah pusat dan daerah atas dasar
22
proposal penelitian
7
di Indonesia tidak bisa ditawar, karena kedudukan rakyat menjadi sentral
sebagai suatu bentuk, bukan terletak pada konsep itu sendiri, tetapi
22
proposal penelitian
8
Gambar 1: Diagram Kerangka Pikir
22
proposal penelitian
9
DIAGRAM KONSEPTUAL
Cita dan Idea
Konstitusi
Bernegara
UU, PP, Per.
Lainnya PENDIRIAN NKRI
Negara Kesatuan/Republik
Negara Hukum/Demokrasi
ATRIBUSI DESENTRALISASI
DELEGASI DEKONSENTRASI
MANDAT TUGAS PEMBANTUAN
23
proposal penelitian
0
C. Hipotesis Penelitian
daerahnya.
konstitusi sesuai dengan cita dan idea bernegara serta filisofi pendirian
pelaksanaan PEMDA.
23
proposal penelitian
1
5. Pelaksanaan otonomi daerah dalam hukum dasar negara dan
Indonesia.
7. Kaidah dan norma otonomi daerah yang termaktub dalam hukum dasar
makna dan kaidah dari waktu ke waktu dalam wujud politik hukum
pemerintah.
23
proposal penelitian
2