Anda di halaman 1dari 8

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH

TUGAS 1

Nama Mahasiswa : Dwi Nurcahyo Harjanmoko

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 041973479

Kode/Nama Mata Kuliah : HKUM4201/Hukum Tata Negara

Kode/Nama UPBJJ : 89/Ternate

Masa Ujian : 2021/22.1 (2021.2)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS TERBUKA
JAWABAN

1. Soal No. 1
a. Karena di dalam batang tubuh UUD 1945 diakomodir materi muatan pokok J.G. Steenbeek
yaitu jaminan HAM dan warga Negara sebagaimana diatur dalam BAB XA hingga BAB XIII.
Ditetapkan pula, materi muatan pokok lainya dalam UUD 1945 sesudah perubahan, yaitu
susunan ketatanegaraan suatu Negara yang bersifat fundamental dan pembagian dan
pembatasan tugas ketatanegaraan yang bersifat fundamental.

Secara garis besar, konstitusi memuat tiga hal, yaitu: pengakuan HAM,struktur ketatanegaraan
yang mendasar dan pemisahan atau pembatasan kekuasaan. Konstitusi di Indonesia sudah
terkandung 3 muatan pokok konstitusi menurut J.G. Steenbeek Setelah adanya ajaran trias
politica yang kemudian berkembang denganajaran-ajaran tentang negara berdasar atas hukum
(rechtsstaat) dariJulius Stahl, dan ajaran negara hukum (rule of law) dari Dicey, maka
pengertian konsitusi (modern) di samping “membatasi kekuasaan” dan “mengatur kekuasaan”
antar lembaga/organ negara tersebut, maka kemudian ditambahkan lagidengan adanya unsur
perlindungan hak asasi manusia (HAM) dari Dicey dan adanyaperadilan tata usaha negara bagi
pejabat (penguasa) yang telah melanggar hakasasi manusia (HAM) warga negaranya dari
Julius Stahl. Dengandemikian apabila diambil hakekat dari suatu konstitusi adalah
memberikanbatasan-batasan kewenangan kepada lembaga/organ negara agar tidak
salingtumpang tindih dan saling intervensi yang bermuara adanya keterkendalian dan
keseimbangan (checks and balances) antara ketiga pemegang kekuasaan negara tersebut.

Menurut Mirriam Budiardjo, setiap UUD memuat ketentuan-ketentuan tentang:


1) Organisasi Negara, misalnya pembagian kekuasaan antara badan legislaif, eksekutuif dan
yudikatif; pembagian kekuasaan antara pemerintah federal dan pemerintah Negara bagian;
prosedur menyelesaikan masalah pelanggaran yurisdiksi oleh salah satu badan pemerintah
dan sebagainya.
2) Hak Asasi Manusia.
3) Prosedur mengubah UUD.
4) Ada kalanya memuat larangan untuk mengubah sifat tertentu dari UUD.

• Materi muatan konstitusi, pada pokoknya ada 3 hal :


1) Ada jaminan terhadap HAM dan warga Negara;
2

2) Ditetapkannya susunan ketatanegaraan suatu negara yang bersifat fundamental;


3) Ada pembagian dan pembatasan tugas-tugas ketatanegaraan yang bersifat fundamental;
Yang lainnya:
4) Bentuk Negara;
5) Bentuk pemerintahan;
6) Prinsip-prinsip/asas-asas buatan rakyat dan negara hukum;
7) Hal keuangan;
8) Identitas negara; bendera, bahasa lambang negara

Menurut Sri Soemantri, paling tidak ada tiga hal yang harus dimuat sebagai materi
muatandalam suatu konstitusi yaitu:
- pembentukan lembaga/organ negara;
- pembagiankekuasaan/kewenangan antar lembaga/organ tersebut;
- pengaturan hubungankewenangan antar lembaga/organ negara tersebut.

Untuk memahami sebuah materi muatan konstitusi, tidak hanya cukup dengan analisa
constitusional doctrine, tetapi perlu adanya pendekatan historical dan institutionals. Hal ini
diperlukan untuk melihat konstitusi secara keseluruhan secara utuh. Akan tetapi, historical
theories bukanalah hal yang paling utama didalam interpretasi konstitusi. Karena interpretasi
konstitusi juga harus memahami prinsip-prinsip konstitusi yang sedang terjadi pada saat
konstitusi berlaku. Hal ini berarti bagaimankah teks konstitusi dipahami dalam konteks konstitusi
pada saat itu.

Dari pembahasan diatas maka dapat kita tarik kesimpulan bahwa materi muatan dari konstitusi
tersebut memuat hal-hal tentang:
1) Adanya pengakuan HAM;
2) Ketatanegaraan yang mendasar dan pemisahan atau pembatasan kekuasaan;
3) Dalam konstitusi juga harus terdapat pasal mengenai perubahan konstitus;
4) Konstitusi merupakan hukum dasar suatu Negara;
5)Konstitusi merupakan sekumpulan aturan dasar yang menetapkan lembaga-lembaga penting
dalam Negara;
6) Konstitusi melakukan pengaturan kekuasaan dan hubungan keterkaitannya;
7) Konstitusi mengatur hak-hak dasar dan kewajiban warga Negara dan pemerintah;
3

8) Konstitusi harus dapat membatasi dan mengatur kekuasaan Negara dan lembaga-
lembaganya;
9) Konstitusi merupakan ideology elit penguasa;
10) Konstitusi menentukan hubungan materiil antara Negara dengan masyarakat.

b. Pengaturan bentuk negara, bentuk kedaulatan, sistem pemerintahannya, dan suprastruktur


politik indonesia. Sudah dijelaskan bentuk negara dalam UUD NRI 1945 diatur dalam Pasal 1
ayat (1) yang berbunyi “Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan yang berbentuk Republik”,
dan bentuk kedaulatan dalam Pasal 1 ayat (2) UUD NRI 1945 yang berbunyi “Kedaulatan
berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang Undang Dasar”. Kedaulatan di
tangan rakyat, artinya Indonesia menganut sistem demokrasi dalam menjalankan
pemerintahannya. Dalam negara demokrasi kekuasaan tertinggi berada di tangan rakyat. NKRI
merupakan negara kesatuan yang dibagi atas daerah-daerah provinsi yang dibagi atas
kabupaten dan kotamadya. Hal ini sesuai dengan UUD NRI Tahun 1945, Pasal 18 ayat
(1):”Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah itu
dibagi atas kabupaten dan kota yang tiap-tiap provinsi, kabupaten dan kota itu mempunyai
pemerintahan daerah, yang diatur dengan undang-undang”. Indonesia saat ini menganut
sistem pemerintahan Presidensil, dimana adanya pemisahan kekuasaan yaitu Eksekutif,
Legislatif dan Yudikatif yang berdasarkan prinsip “checks and balances”, ketentuan ini tertuang
dalam konstitusi, namun tetap diperlukan langkah penyempurnaan, terutama pengaturan atas
pembatasan kekuasaan dan wewenang yang jelas antara ketiga lembaga Negara tersebut

Di Indonesia, kedudukan tertinggi diisi oleh Presiden yang fungsinya mengepalai negara.
Sebelum menjadi seorang pemimpin, calon presiden akan dipilih melalui pemilihan umum yang
diadakan setiap 5 tahun sekali. Pendapat tersebut tercantum dalam Pasal 4 Ayat 1 UUD 1945,
yang mengungkapkan bahwa sistem pemerintahan di Indonesia memang dipimpin oleh
seorang Presiden: “Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan menurut
Undang-Undang Dasar.” Kendati Presiden memiliki tanggung jawab atas kedudukan tertinggi
di sistem pemerintahan Indonesia, tetap ada cara yang dapat dilakukan oleh komponen lain
untuk mengawasi kinerjanya. Saat ini, tugas pengawasan tersebut dilakukan oleh Majelis
Permusyawaratan Rakyat (MPR) dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).
4

2. Soal No. 2
a. Berikut bentuk Negara beserta teori kedaulatan yang digunakan
1) Teori kedaulatan negara kesatuan adalah teori kedaulatan rakyat, yaitu kekuasaan
tertinggi ada di tangan rakyat. Maka dari itu legitimasi kekuasaan pemerintah adalah
berasal dari rakyat Teori Kedaulatan Rakyat (dikembangkan oleh Johannes Althusius,
montesque, dan Jhon Locke), Dalam negara kesatuan, kedaulatan negara bersifat
tunggal dan di dalamnya tidak terdapat negara bagian. Negara kesatuan menempatkan
pemerintah pusat sebagai otoritas tertinggi. Sementara wilayah-wilayah administratif di
bawahnya hanya menjalankan kekuasaan yang dipilih oleh pemerintah pusat untuk
didelegasikan. Contoh negara yang memiliki bentuk kesatuan, seperti Spanyol, Brunei
Darussalam, dan Indonesia.

2) Teori kedaulatan negara federal adalah Teori kedaulatan Negara yaitu teori kedaulatan
tertinggi ada pada pemimpin Negara yang melekat sejak Negara itu ada (dikembangkan
oleh Paul Laband dan George Jelinek). Kedaulatan di negara serikat atau federal berasal
dari negara bagian. Di mana sebagian kedaulatan tersebut diserahkan kepada negara
federal. Sehingga pada hakikatnya kedaulatan berada pada negara bagian. Contoh
negara yang berbentuk serikat seperti Amerika Serikat, India, dan Jerman. ciri-ciri negara
serikat, yakni : Mempunyai lebih dari satu kepala Negara, Memiliki lebih dari satu
konstitusi, Memiliki lebih dari satu cabinet, Memiliki lebih dari satu lembaga perwakilan.
Dalam kedaulatan negara menganggap bahwa dalam wilayah suatu negara hanya negara
itu yang berdaulat penuh. Tidak ada seorang yang berhak menentang kehendak negara.
Sehingga kekuasaan negara tidak ada yang membatasi.

3) Teori kedaulatan negara konfederal adalah teori kedaulatan Hukum yaitu teori kedaulatan
dimana kekuasaan dijalankan oleh pemimpin Negara berdasarkan atas hukum dan yang
berdaulat adalah hukum (dikembangkan oleh Hugo De Groot, Krabbe, dan Immanuel
Kant). pada Negara federal kedaulatan ada pada keseluruhannya sedangkan pada
Negara konfederal kedaulatan ada pada Negara-negara bagiannya, contohnya Belanda
adalah Negara yang mengalami beberapa kali bentuk susunan Negara, contoh lainya
adalah Negara Amerika Serikat yang semula berbentuk konfederal kemudian menjadi
Negara federal. Kemudian dalam kedaulatan hukum, kedaulatan yang berasal dari hukum
yang berlaku di suatu negara

b. Berikut hubungan pemerintah pusat dan daerah


1. Pada negara dengan susunan kesatuan, selain kewenangan yang harus dilakukan oleh
pemerintah pusat, maka urusan tersebut dilaksanakan oleh daerah berdasarkan asas
desentralisasi. Perwujudan desentralisasi adalah otonomoi daerah, pengaturan tentang
pemerintahan daerah pada UUD NRI 1945 BAB VI Tentang Pemerintahan Daerah Pasal
18. Asas desentralisasi ada 4 jenis yaitu :
a) Dekonsentrasi
b) Devolusi
5

c) Delegasi
d) Tugas pembantuan, yang terdiri dari : hubungan kewenangan,pengawasan dan keuangan

2. Pada negara dengan susunan federal, konsep yang dibangun adalah timbal balik yang
saling menguntungkan dan dalam derajat tertentu, Negara-negara yang bersepakat harus
menyerahkan sebagian kedaulatanya kepada pemerintah federal untuk mengatur dan
mengurus kewenangan bersama. Terdapat dua cara yang pertama tujuanya adalah untuk
mengawasi kekuasaan federal, mempertahankan indepedensi Negara bagian dan untuk
mempertahankan karakter masing-masing Negara bagian, cara yang kedua tujuannya
adalah untuk memperkuat kekuasaan federal.

3. Pada negara dengan susunan konfederal, dalam Negara konfederal pemerintah pusat
tidak dapat menggunakan wewenangnya secara langsung terhadap setiap warga Negara.
Negara-negara pembentuk konfederal tetap memiliki kedaulatan dan tidak terjadi
pelimpahan kedaulatan pada konfederal, sehingga konfederal hanya memiliki kewenangan
untuk mengatur beberapa hal yang sudah disepakati, dan dapat dibubarkan jika
dikehendaki Negara pembentuknya.

3. Soal No. 3
a. Ya karena bentuk pemerintahan Negara Monarki adalah bentuk pemerintahan yang
kekuasaannya dipegang seorang raja atau kaisar. Pada sistem pemerintahan tersebut biasanya
akan berlangsung sepanjang hayat sang raja, ratu, atau sultan. Selanjutnya akan digantikan oleh
penerusnya yang berasal dari keluarga kerajaan.Seluruh Negara monarki menggunakan system
parlementer karena Raja atau Ratu dipertahankan sebagai Kepala Negara sedangkan kepala
pemerintahan dijalankan oleh perdana menteri, contoh Negara tersebut adalah Inggris dan
Belanda. Sistem parlementer adalah sebuah sistem pemerintahan yang parlemennya memiliki
peranan penting dalam pemerintahan. Dalam hal ini parlemen memiliki wewenang dalam
mengangkat perdana menteri dan parlemen pun dapat menjatuhkan pemerintahan, yaitu dengan
cara mengeluarkan semacam mosi tidak percaya. Berbeda dengan sistem presidensial, sistem
parlemen dapat memiliki seorang presiden dan seorang perdana menteri, yang berwenang
terhadap jalannya pemerintahan. Sistem parlemen dipuji, dibanding dengan sistem presidensial,
karena kefleksibilitasannya dan tanggapannya kepada publik. Kekurangannya adalah dia sering
mengarah ke pemerintahan yang kurang stabil, seperti dalam Republik Weimar Jerman dan
Republik Keempat Prancis. Sistem parlemen biasanya memiliki pembedaan yang jelas antara
kepala pemerintahan dan kepala negara, dengan kepala pemerintahan adalah perdana menteri,
dan kepala negara ditunjuk sebagai dengan kekuasaan sedikit atau seremonial. Namun
beberapa sistem parlemen juga memiliki seorang presiden terpilih dengan banyak kuasa sebagai
kepala negara, memberikan keseimbangan dalam sistem ini. Negara yang menganut sistem
pemerintahan parlementer adalah Inggris, Jepang, Belanda, Malaysia, Singapura dan
sebagainya.
6

b. Sistem pemerintahan presidensial memiliki stabilitas tinggi karena sistem negara yang dipimpin
oleh presiden dimana Presiden adalah kepala negara sekaligus kepala pemerintahan. Presiden
dan wakil presiden dipilih secara langsung oleh rakyat melalui pemelihan umum (pemilu).

Sistem presidensial atau disebut juga dengan sistem kongresional, merupakan sistem
pemerintahan negara republik di mana kekuasaan eksekutif dipilih melalui pemilu dan terpisah
dengan kekuasaan legislatif.

Untuk disebut sebagai sistem presidensial, bentuk pemerintahan ini harus memiliki tiga unsur
yaitu:

1) Presiden yang dipilih rakyat;


2) Presiden secara bersamaan menjabat sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan dan
dalam jabatannya ini mengangkat pejabat-pejabat pemerintahan yang terkait;
3) Presiden harus dijamin memiliki kewenangan legislatif oleh UUD atau konstitusi.

Dalam sistem presidensial, presiden memiliki posisi yang relatif kuat dan tidak dapat dijatuhkan
karena rendah subjektif seperti rendahnya dukungan politik. Namun masih ada mekanisme untuk
mengontrol presiden. Jika presiden melakukan pelanggaran konstitusi, pengkhianatan terhadap
negara, dan terlibat masalah kriminal, posisi presiden bisa dijatuhkan. Bila ia diberhentikan
karena pelanggaran-pelanggaran tertentu, biasanya seorang wakil presiden akan menggantikan
posisinya.

 Kelebihan Sistem Pemerintahan Presidensial:


1) Badan eksekutif lebih stabil kedudukannya karena tidak tergantung pada parlemen.
2) Masa jabatan badan eksekutif lebih jelas dengan jangka waktu tertentu. Misalnya, masa
jabatan Presiden Amerika Serikat adalah empat tahun, Presiden Filipina adalah enam
tahun, dan Presiden Indonesia adalah lima tahun.
3) Masa pemilihan umum lebih jelas dengan jangka waktu tertentu.
4) Penyusun program kerja kabinet mudah disesuaikan dengan jangka waktu masa
jabatannya.
5) Legislatif bukan tempat kaderisasi untuk jabatan-jabatan eksekutif karena dapat diisi oleh
orang luar termasuk anggota parlemen sendiri.

 Kekurangan Sistem Pemerintahan Presidensial:


1) Kekuasaan eksekutif di luar pengawasan langsung legislatif sehingga dapat menciptakan
kekuasaan mutlak.
2) Sistem pertanggungjawaban kurang jelas.
3) Pembuatan keputusan atau kebijakan publik umumnya hasil tawar-menawar antara
eksekutif dan legislatif sehingga dapat terjadi keputusan tidak tegas.
4) Pembuatan keputusan memakan waktu yang lama.
7

Dalam sejarah, Indonesia pernah memakai berbagai sistem pemerintahan. Pada awal
pemerintahan setelah proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 memakai sistem pemerintahan
presidensial. Pemakaian sistem tersebut mulai diperlakukan pada 1945-1949. Setelah itu terjadi
perubahan sistem pemerintahan. Berikut perkembangan sistem pemerintahan Indonesia sejak
kemerdekaan hingga sekarang:
- Sistem pemerintahan presidensial (19 Agustus 1945-27 Desember 1949)
- Sistem pemerintahan parlementer semi (27 Desember 1949-15 Agustus 1950)
- Sistem pemerintahan parlementer (15 Agustus 1950-5 Juli 1959)
- Sistem pemerintahan presidensial zaman Orde Lama (5 Juli 1959-22 Februari (1966)
- Sistem pemerintahan presidensial zaman Orde Baru (22 Februari 1966-21 Mei 1998)
- Sistem pemerintahan presidensial (21 mei 1998-sekarang).

Indonesia adalah negara berbentuk negara kesatuan dengan prinsip otonomi daerah yang luas.
Negara kesatuan adalah negara bentuk negara berdaulat yang diselenggarakan sebagai satu
kesatuan tunggal. Negara kesatuan menempatkan pemerintah pusat sebagai otoritas tertinggi
sedangkan wilayah-wilayah administratif di bawahnya hanya menjalankan kekuasaan yang dipilih
oleh pemerintah pusat untuk didelegasikan. Wilayah administratif di dalam negara Indonesia saat
ini terbagi menjadi 34 provinsi.

c. Sistem pemerintahan semi yang pernah diterapkan di Indonesia adalah system pemerintahan
semi presidensial dan sistem pemerintahan semi parlemeneter. UUD 1945 (sebelum perubahan)
menggunakan sistem pemerintahan presidensial, sedangkan konstitusi RIS dan UUDS RI
menggunakan sistem pemerintahan semi parlementer. UUD 1945 (sesudah perubahan) dapat
dikelompokan kedalam sistem pemerintahan presidensial yang khas Indonesia, berdasarkan
BAB II hingga BAB VII UUD 1945 (sebelum perubahan) merupakan konstitusi sistem
pemerintahan semi presidensial sebab terdapat kriteria sistem pemerintahan parlementer dan
sistem pemerintahan presidensial. Dalam UUD 1945 karakteristik sistem pemerintahan lebih
dominan, sehingga yang digunakan dalam UUD 1940 adalah sistem pemerintahan semi
presidensial.

Anda mungkin juga menyukai