Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

NEGARA
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan
Dosen Pengampu: Dr. Toto M Ahmad

Disusun oleh :
 Muhammad Dhiyau Syams El Syafi’i (1212030088)
 Muhammad Izzul Arifin (1212030092)
 Lina herlina (1212030075)

PENDIDIKAN BAHASA ARAB


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUN DJATI
BANDUNG
2021/2022
KATA PENGANTAR

Bismillaahirraahmaanirraahiim,
Alhamdulillah, puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. Berkat nikmat, rahmat dan
karunianya kami bisa menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "NEGARA" tepat pada
waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu untuk memenuhi tugas dari Bapak Dr.Toto
M Ahmad selaku dosen pengampu mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan. Selain itu makalah
ini juga bertujuan untuk menambah wawasan kami sebagai penulis dan para pembaca.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami untuk
dapat menyelesaikan tugas makalah ini.
Kami menyadari makalah ini masih banyak kekurangan dan kesalahan. Untuk itu kami
mengharapkan kritikan dan saran yang membangun semangat bagi kami untuk memperbaiki
makalah ini.

Bandung, 18 Maret 2022

Kelompok 2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................3
BAB I..........................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................................4
A. Latar Belakang.....................................................................................................................................4
B. Rumusan masalah................................................................................................................................4
BAB II........................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................5
A. Konsep Negara...................................................................................................................................5
B. Teori Asal Mula Negara....................................................................................................................5
C. Unsur-unsur Negara..........................................................................................................................7
D. Tujuan dan Fungsi Negara...............................................................................................................9
E. Hak dan Kewajiban Negara............................................................................................................11
F. Hubungan Negara dan Warga Negara..........................................................................................11
G. Hubungan Agama dan Negara dalam perspektif islam................................................................12
BAB III.....................................................................................................................................................14
KESIMPULAN........................................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................15
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Negara merupakaan salah satu bentuk organisasi yang ada dalam kehidupan
masyarakat. Pada prinsipnya setiaap warga mayaraka menjadi anggota dari suatu negara
dan harus tunduk pada kekuasaan negara. Melalui kehidupan bernegara dengan
pemerintah yang ada di dalamnya, masarakat ingin mewujutkan tujuan tujuan tertentu
sepertti teerwujudnya kertentaraman, ketertiban, dan kesejahteraan masyrakat. Agar
pemerintah suatu negara memiliki kekuasaan untuk mengatur kehidupan masayakat tidak
bertindak seenaknya, maka ada system aturan tersebut menggambarakan suatu hierakhi
atau pertindakan dalam aturan yang paliing tinggi tingkatanya sampai pada aturan yng
paling rendah.
Negara dan konstitusi adalah dwitunggal. Jika diibaratkan bangunan, negara sebagai
pilar-pilar atau tembok tidak bisa berdiri kokoh tanpa pondasi yang kuat, yaitu konstitusi
Indonesia. Hampir setiap negara mempunyai konstitusi, terlepas dari apakah konstitusi
tersebut telah dilaksanakan dengan optimal atau belum. Yang jelas, konstitusi adalah
perangkat negara yang perannya tak bisa dipandang sebelah mata.
Kata negara mempunyai dua arti, pertama, negara adalah masyarakat atau wilayah
yang merupakan satu kesatuan politis, kedua, negara adalah lembaga pusat yang
menjamin kesatuan politi tersebut, yang menata dan dengan demikian menguasai wilayah
tersebut.1 Sebagaimana diketahui bahwa tidak ada suatu definisi yang disepakati tentang
negara. Namun secara umum mungkin dapat dijadikan sekedar pegangan-sebagaimana
lazim dikenal dalam hukum internasional bahwa suatu negara biasanya memiliki unsur-
unsur pokok suatu negara.

B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud Konsep Negara?
2. Bagaimana teori asal mula sebuah Negara?
3. Jelaskan unsur-unsur sebuah Negara!
4. Apa saja tujuan dan fungsi sebuah Negara?
5. Apa hak dan kewajiban Negara?
6. Bagaimana hubungan Negara dengan warga Negara?
7. Bagaimana hubungan agama dan Negara dalam perspektif islam?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Negara
Untuk memahami secara detail mengenai negara, maka terlebih dahulu akan
diawali dengan penelusuran kata negara tersebut. Secara literal istilah Negara merupakan
terjemahan dari kata asing, yakni state (bahasa Inggris), staat (bahasa Belanda dan
Jerman) dan etat (bahasa Prancis). Kata staat, state, etat diambil dari kata bahasa latin
status atau statum, yang berarti keadaan yang tegak dan tetap atau sesuatu yang memiliki
sifat-sifat yang tegak dan tetap.
Kata status atau statum lazim diartikan sebagai standing atau station (kedudukan).
Istilah ini dihubungkan dengan kedudukan persekutuan hidup manusia, yang juga sama
dengan istilah status civitatis atau status republicae. Dari pengertian yang terakhir inilah,
kata status pada abad ke-16 dikaitkan dengan kata Negara. Secara etimologi, Negara
diartikan dengan organisasi tertinggi dianara satu kelompok masyarakat yang mempunyai
cita-cita untuk bersatu, hidup di dalam daerah tertentu dan mempunyai pemerintahan
yang berdaulat. Pengertian ini mengandung nilai-nilai konstitutif dari sebuah negara yang
meniscayakan adanya unsur-unsur dlam sebuah negara, yakni adanya masyarakat
(rakyat), adanya wilayah (daerah), dan adanya pemerintahan yang berdaulat.
Menurut Roger F, Soltau, Negara didefinisikan dengan alat (agency) atau
wewenang (authority) yang mengatur atau mengendalikan persoalan-persoalan bersama,
atas nama masyarakat. Lain halnya dengan apa yang dikemukakan Harold J. Laski.
Menurutnya Negara merupakan suatu masyarakat yang diintegrasikan karena mempunya
wewenang yang bersifat memaksa dan yang secara sah lebih agung daripada individu
atau kelompok yang merupakan bagian dari masyarakat itu. Masyarakat merupakan suatu
kelompok manusia yang hidup dan bekerja sama untuk mencapai terkabulnya keinginan-
keinginan mereka bersma.
Sejalan dengan Harold J. Laksi, Max Weber pun mendefinisikan bahwa Negara
adalah suatu masyarakat yang mempunyai monopoli dalam penggunaan kekerasan fisik
secara sah dalam suatu wilayah. Sedangkan dalam konsep Robert M. Mac Iver, Negara
diartikan dengan asosiasi yang menyelenggarakan penertiban di dalam suatu masyarakat
dalam suatu wilayah dengan berdasarkan sistem hukum yang diselenggarakan oleh suatu
pemerintah yang untuk maksud tersebut diberikan kekuasaan memaksa.

B. Teori Asal Mula Negara


Ada beberapa teori yang menjelaskan tentang asal mula suatu negara, yaitu teori
teokrasi, teori hukum alam, teori perjanjian masyarakat, teori kekuatan atau kekuasaan,
teori positivisme, teori organis, teori garis kekeluargaan, dan teori modern.
1. Teori Teokrasi
Teori teokrasiatau teori ketuhanan merupakan salah satu teori yang
mengkonstruksi tentang asal mula negara. Teori teokrasi yang mempunyai
kaitan dengan asal mula negara terdiri atas dua teori. Dua teori tersebut yaitu
teori teokrasi klasik dan theori teokrasi modern. Teori teokrasi klasik
menyatakan bahwa otoritas kekuasaan berasal Tuhan dan kemudian diberikan
secara langsung kepada manusia yang memerintah. Manusia yang mendapat
kekuasaan tersebut yang dianggap sebagai titisan Tuhan. Sebagai contoh
Iskandar Zulkarnaen yang dianggap sebagai putera Zeus, Fir’aun dari Mesir
yang juga dianggap sebagai titisan Dewa Ra atau Dewa Matahari.
Teori teokrasi yang kedua adalah teori teokrasi modern. Teori teokrasi
modern juga menyatakan bahwa kekuasaan berasal dari Tuhan, tetapi dengan
perspektif yang agak berbeda. Teori ini mengamini bahwa kekuasaan berasal
dari Tuhan dan diberikan pada manusia tertentu dalam suatu proses sejarah
tertentu. Salah satu tokoh populer teori ini yaitu Friederich Julius Stahl, yang
menyatakan bahwa negara tumbuh dikarenakan adanya ketetapan historis dan
negara tidak tumbuh karena ketetapan manusia, tapi skenario dari Tuhan
Teori teokrasi yang kedua adalah teori teokrasi modern. Teori teokrasi
modern juga menyatakan bahwa kekuasaan berasal dari Tuhan, tetapi dengan
perspektif yang agak berbeda. Teori ini mengamini bahwa kekuasaan berasal
dari Tuhan dan diberikan pada manusia tertentu dalam suatu proses sejarah
tertentu. Salah satu tokoh populer teori ini yaitu Friederich Julius Stahl, yang
menyatakan bahwa negara tumbuh dikarenakan adanya ketetapan historis dan
negara tidak tumbuh karena ketetapan manusia, tapi skenario dari Tuhan.
2. Teori Perjanjian masyarakat
Teori perjanjian masyarakat diperkenalkan oleh tokoh yang bernama
Thomas Hobbes, yang lahir pada tahun 1588 dan meninggal pada tahun 1679.
Hobbes menyatakan bahwa yang berlaku pada masa sebelum adanya negara
adalah hukum rimba. Di masa tersebut, yang berlaku adalah prinsip homo
homini lupus, yang berarti manusia menjadi serigala bagi manusia lain. Selain
itu, juga berlaku prinsip bellum omnium contra omnes¸ yang artinya semua
lawan semua. Kemudian, untuk mengakhiri hukum rimba di tegah
masyarakat, maka masyarakat membuat kontrak sosial atau perjanjian
masyarakat. Kontrak sosial tersebut berupa penyerahan kewenangan atau
kekuasaan kepada raja untuk memerintah. Artinya masyarakat secara
bersama-sama berjanji untuk menyerahkan kekuasaan kepada raja yang
ditunjuk untuk memerintah agar hukum rimba tidak terjadi lagi (Atmadja,
2012: 26-27). Hobbes juga menyatakan bahwa perjanjian untuk membuat
negara dimulai dengan rakyat yang mengadakan perjanjian. Kemudian rakyat
menyerahkan semua kekuasaan kepada negara, agar dengan kekuasaan yang
dimiliki negara dapat mengatur masyarakat secara mutlak. Menurut Hobbes,
kondisi tersebut menimbulkan konsekuensi politik, di mana kekuasaan yang
sudah diberikan tersebut tidak dapat ditarik lagi. Hobbes menyatakan bahwa
bentuk negara yang ideal adalah kerajaan atau monarki absolut.
Selain Hobbes, John Locke juga merupakan salah satu tokoh pencetus
teori perjanjian masyarakat. Locke, yang lahir pada tahun 1632 dan meninggal
pada tahun 1704, menyatakan bahwa manusia pada dasarnya secara alamiah
sudah mempunyai hak-hak asasi. Hak-hak tersebut meliputi hak hidup, hak
kemerdekaan, dan hak milik. Sebagai wujud untuk melindungi hak-hak
tersebut maka dibuatlah kontrak sosial.
John Locke menyatakan bahwa ada dua macam kontrak sosial. Pertama,
pactum unionis, atau perjanjian yang sebenarnya. Perjanjian yang sebenarnya
merujuk pada perjanjian antara satu individu dengan individu yang lain untuk
membuat suatu negara. Kedua, pactum subjectionis, atau perjanjian
pemerintahan. Perjanjian pemerintahan yaitu merupakan perjanjian antara
rakyat dengan penguasa yang diberi wewenang untuk memerintah. Perjanjian
ini pada era sekarang dapat juga disebut semacam kontrak politik.
3. Teori Modern
Teori selanjutnya yang bisa menjelaskan tentang asal mula negara yaitu
teori modern. Kranenburg menjelaskan bahwa negara lahir karena adanya
komunitas manusia yang disebut sebagai bangsa. Negara akan lahir apabila
terdapat suatu bangsa. Oleh karena itu, bangsa menjadi fondasi bagi
terciptanya negara. Pendapat Kranenberg ini menyimpulan bahwa tidak akan
mungkin ada negara jika tidak ada komunitas yang disebut bangsa. Keadaan
tersebut menyebabkan penguasa dari sebuah negara adalah bangsa yang
menciptakan negara. Penjelasan dari Kranenberg bertolak belakang dengan
penjelasan Logemann, yang menjelaskan bahwa negara lebih dulu ada
sebelum tercipta bangsa. Logemann berpandangan bahwa negara, dengan
kekuasaan yang dimilikinya, kemudian menciptakan suatu bangsa, sehingga
bangsa itu ada karena adanya suatu Negara.

C. Unsur-unsur Negara
Untuk Mengetahui hal-hal apa saja yang harus ada atau diperlukan bagi terbentuknya
suatu negara, (elemen dari pada negara), maka berikut adalah unsur-unsur negara yang
telah ditentukan :
1) Penduduk / Rakyat
Setiap negara harus memiliki penduduk, dan kekuasaan negara menjangkau
semua penduduk didalam wilayahnya. Rakyat merupakan unsur terpenting dalam
Negara karena rakyatlah pertama kali berkehendak membentuk Negara. Rakyatlah
yang mulai merencanakan, merintis, mengendalikan, dan menyelenggarakan
pemerintahan negara. Rakyat dalam suatu negara dapat di bedakan menjadi berikut.
a. Penduduk dan Bukan Penduduk
Penduduk adalah mereka yang telah memnuhi syaratsyarat tertentu yang
ditetapkan undang-undang yang berlaku dalam suatu negara dan bertujuan
untuk menetap di wilayah negara tertentu. Bukan penduduk adalah
mereka/orang-orang yang bertempat tinggal di suatu negara hanya untuk
sementara waktu.
b. Warga Negara dan bukan warga Negara
Warga negara orang-orang yang berada di wilayah suatu negara. Bukan
warga negara adalah orang-orang yang berada diwilayah suatu negara yang
berniat hanya sementara waktu dan tunduk pada pemerintah negara dimana ia
berada.
c. Bangsa
Menurut Ernest Renant, bangsa adalah satu jiwa atau satu asas
kerohanianyang ditimbulka oleh adanya kemuliaan bersama dimasa lampau
atau bangsa tumbuh karena adanya soidaritas kesatuan.
2) Wilayah
Setelah rakyat, unsur selanjutnya yang membentuk suatu negara adalah wilayah.
Unsur wilayah adalah hal yang sangat penting untuk menunjang pembentukan suatu
negara. Tanpa adanya wilayah, mustahil sebuah negara bisa terbentuk. Wilayah
inilah yang akan ditempati oleh rakyat dan penyelenggaraan pemerintahan. Wilayah
suatu negara adalah kesatuan ruang yang meliputi daratan, lautan, udara, dan wilayah
ekstrateritorial.
Pertama, batas wilayah daratan biasanya ditentukan dalam perjanjian dengan
negara-negara tetangga. Batas negara itu mungkin sengaja dibuat seperti tembok dan
patok, atau berupa benda-benda alam yang telah ada seperti gunung atau sungai yang
besar.
Kedua, lautan adalah seluruh wilayah lautan disuatu negara dengan batas-batas
tertentu dan disebut laut territorial. Laut di luar itu disebut laut terbuka.
Ketiga, wilayah udara suatu negara di atas wilayah daratan dan lautan negara itu.
Kekuasaan atas wilyah udara suatu negara diatur dalam perjanjian Paris tahun 1919.
Keempat, daerah ekstra teritorrial ini bedasarkan hukum internasional, misalnya,
mencakupi kapal-kapal laut yang berlayar di laut terbuka di bawah bendera suatu
negara tertentu dan tempat bekerja perwakilan suatu negara tertentu, seperti kantor
kedutaan besar. Daerah ekstra territorial artinya walaupun tempat itu terletak di
wilayah negara lain, tetapi dianggap menjadi wilayah negara yang diwakili. Misalnya
kantor perwakilan negara Amerika Serikat di Jakarta, maka termpat kedudukan
kantor perwakilan itu adalah menjadi ekstra territorial negara Amerika Serikat.
3) Pemerintahan yang berdaulat
Unsur ketiga dari negara yang sifatnya mutlak adalah pemerintah. Disini yang
dimaksud pemerintah adalah seoran atau berapa orang dan memerintah menurut huku
negaranya. Berkaitan dengan itu, Utrech menerangkan bahwa setidaknya ada tiga
pengertian pemerintah:
a. Pemerintah sebagai sebagai gabungan dari semua badan kenegaan atau
kelengkapan negara yang berkuasa memerintah dalam arti luas, yang meliputi
eksekutif, legislatif dan yudikatif.
b. Pemerintah sebagai gabungan badan-badan keegaraan tertinggi yang berkuasa
memerintah di dalam wilayah negara. Misalnya, Presiden, Raja, Badan
Unisoviet dan yang dipertuan Agung di Malaysia.
c. Pemerintahan dalam arti kepala negara (presiden) bersama-sama dengan
mentri-mentrinya yang berarti orang eksekutif.
Pemerintah sebagai unsur negara adalah dalam pengertian luas yaitu gabunga dari
seluruh alat perlengkapan negara. Pemerintah itu harus berdaulat, kedaulatan dalam
Jean Bodin (1530-1596) adalah sebagai kekuasaan mutlak, abadi dan asli dari suatu
negara.
4) Kemampuan untuk mengadakan hubungan dengan Negara lain
Pengakuan dari negara-negara lain tidak termasuk unsur mutlak, dalam arti kata
lain, tidak merupakan pembentukan Negara, melainkan hanya bersifat menerangkan
tentang adanya suatu Negara. Pengakuan dari negara lain ini terdiri atas dua macam,
yaitu pengakuan “De Facto” dan pengakuan “De Jure”. Pengakuan De Facto
berdasarkan kepada kenyataan (fakta), bahwa diatas wilayah itu diakui telah berdiri
suatu negara. Sedangkan pengakuan De Jure adalah pengakuan berdasarkan hukum.

D. Tujuan dan Fungsi Negara


A. Tujuan Negara
Tujuan negara dapat diklasifikasikan menjadi tujuan negara eschatologis dan
tujuan negara mythologis. Tujuan negara eschatologis merupakan tujuan negara yang
tidak dapat diwujudkan dalam kehidupan alam dunia. Tujuan negara eschatologis
hanya dapat diwujudkan di alam akhirat. Dengan kata lain, tujuan negara
eschatologis hanya diwujudkan setelah kehidupan dunia. Adapun tujuan negara
mythologis merupakan tujuan negara yang bisa diwujudkan oleh negara apabila
negara tersebut masih ada atau berdiri. Jika negara tersebut masih ada dan berusaha
untuk mewujudkan tujuan negara, maka tujuan tersebut akan dapat terwujud.
Sebagai sebuah organisasi kekuasaan dari kumpulan orang-orang yang
mendalaminya, Negara harus memiliki tujuan yang disepakati bersama. Tujuan
Negara dapat bermacam-macam, antara lain;
1. Bertujuan untuk memperluas kekuasaan semata-mata,
2. Bertujuan menyelenggarakan ketertiban hukum’
3. Bertujuan untuk mencapai kesejahteraan umum.
Dalam konsep dan ajaran plato, tujuan adanya Negara adalah untuk memajukan
kesusilaan manusia, sebagai perseorangan (individu) dan sebagai makhluk sosial.
Sedangkan menurut Roger F. Soltau, tujuan Negara adalah memungkinkan rakyatnya
berkembang serta menyelenggarakan daya ciptanya sebebas mungkin.
Seperti halnya pembahasan pada bagian sebelumnya yang mengkaji berdasarkan
pada sudut pandang teori. Pembahasan tujuan negara juga menggunakan teori tujuan
negara. Pembahasan tersebut sangat penting mengingat teori sebagai pisau analisis
terhadap suatu kajian termasuk kajian tentang tujuan negara. Di sini akan dijelaskan
lima teori tentang tujuan negara yang ikut berperan dalam mengembangkan kajian
Ilmu Negara. Lima teori tersebut adalah (1) teori otoritas negara; (2) teori
pemeliharaan agama dan kesejahteraan masyarakat; (3) teori kebebasan dan
kehormatan negara; (4) teori perdamaian dunia; dan (6) teori penjaminan hak dan
kebebasan. Teori-teori tersebut ditemukan dan dipopulerkan oleh para ahli-ahli
tentang Ilmu Negara.
B. Fungsi Negara
Fungsi Negara secara umum terdapat 4, yakni
1. Fungsi melaksanakan ketertiban dan keamanan. Negara mengatur ketertiban
masyarakat supaya tercipta kondisi yang stabil juga mencegah bentrokan-
bentrokan yang terjadi dalam masyarakat. Dengan terciptanya ketertiban, segala
kegiatas yang dilakukan oleh masyarakat atau warga Negara dapat dilaksanakan.
2. Fungsi kemakmuran dan kesejahteraan. Untuk dapt mewujudkan kemakmuran
dan kesejahteraan, Negara harus menciptakan sistem perekonimian yang baik
dan juga pembangunan yang makmur disegal bidang.
3. Fungsi pertahanan. Fungsi pertahanan ini untuk mengantisipasi bila ada serangan
dari Negara lain. Dibutuhkan personil militer yang kuat untuk menjalankan
fungsi ini.
4. Fungsi menegakkan keadilan. Negara memiliki fungsi untuk menegakkan
keadilan bagi seluruh warganya meliputi aspek kehidupan melalui badan-badan
peradilan dibidang politik, pertahanan, keamanan, dan lain-lain.

E. Hak dan Kewajiban Negara


Ada beberapa yang menjadi hak Negara, diantaranya :
1. Menciptakan peraturan dan perundang-undangan yang dapat mewujudkan ketertiban
dan keamanan bagi keseluruhan rakyat.
2. Melakukan monopoli terhadap sumber daya yang menguasai hajat hidup orang banyak.
3. Memaksa setiap warga negara untuk taat pada hukum yang berlaku.
Adapun kewajiban sebuah Negara, yakni
1. Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia
2. Mencerdaskan kehidupan bangsa
3. Memajukan kesejahteraan umum
4. Ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan perdamaian abadi dan keadilan sosial
5. Negara menjamin kemerdekaan tiaptiap penduduk memeluk agama dan kepercayaannya

F. Hubungan Negara dan Warga Negara


Negara dan warga negara memiliki hubungan timbal balik dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Dimana, negara memiliki tanggungjawab terhadap warga
negaranya begitu juga sebaliknya. Untuk memfomulasikan Menurut Miriam Budiardjo
(Suryo, 2008:49) “Negara adalah suatu daerah teritorial yang rakyatnya di perintah oleh
sejumlah pejabat dan yang berhasil menuntut dari warga negaranya ketaatan pada
peraturan perundang-undangan melalui penguasaan monopolistis terhadap kekuasaan
yang sah”.
Dalam Pembukaan Undang – Undang Dasar 1945 yang menjadi tujuan negara
adalah “Memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaiaan abadi dan
keadilan sosial”. Dalam hal ini, dapat dilihat bahwa hubungan antara negara dan warga
negaranya memiliki relevansi dalam aspek kehidupan berbangsa dan bernegara.
Namun demikian, negara yang berkewajiban dalam memenuhi hak-hak warga
negaranya tidak dapat berlangsung dengan baik tanpa dukungan warganya. Dukungan
yang dimaksud adalah adanya bentuk pelaksanaan kewajiban sebagai warga negara.
Dalam pemenuhan hak warga negaranya haruslah sejalan dengan pelaksanaan
kewajibannya, salah satunya warga negara harus menunjukkan sikap patuh terhadap
peraturan yang diberlakukan.
Menjadi warga negara yang baik (be a good citizen) merupakan suatu hasil yang
diharapkan dari hubungan antara negara dengan warga negara. Warga negara yang baik
adalah warga negara yang sadar akan hak dan kewajibannya mampu mengkritisi, serta
partisipatif, dan bertanggungjawab dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dari hal
tersebut, maka warga negaranya mampu melaksanakan serta memahami keseimbangan
antara hak dan kewajibannya maka terbentuklah masyarakat yang mandiri sering disebut
madani (civil society).
G. Hubungan Agama dan Negara dalam perspektif islam
Islam sebagai agama merupakan satu mata rantai ajaran Tuhan (wahyu Allah)
yang menyatu dan kehadirannya di muka bumi telah dinyatakan final dan sempurna
hingga akhir zaman. Ajaran Islam merupakan satu kesatuan yang terdiri atas keimanan
dan amal yang dibangun di atas prinsip ibadah hanya kepada Allah, bahkan ajaran
tentang tauhid (prinsip ke-Esa-an Tuhan) merupakan sistem kehidupan (manhaj al-
hayat) bagi setiap muslim kapan dan di mana pun. Pendek kata, Islam itu satu kesatuan
yang menyeluruh dan tidak dapat dipecah-pecah, al-Islām kullu lā yatajazā.
Konsepsi tentang negara dan pemerintahan telah menimbulkan diskusi panjang
dikalangan para pemikir muslim dan memunculkan perbedaan pendapat serta
pandangan yang cukup panjang, yang tidak hanya berhenti pada tataran teoritis
konseptual, tetapi juga memasuki wilayah politik praktis, sehingga acapkali membawa
pertentangan dan perpecahan dikalangan umat Islam.
Perbedaan pandangan selain disebabkan sosio-historis dan sosio kultural, juga
disebabkan oleh faktor yang bersifat teologis yakni tidak adanya keterangan tegas (clear
cut explanation) tentang negara dan pemerintahan dalam sumber-sumber Islam
(Alquran dan Sunnah). Memang terdapat beberapa istilah yang sering dihubungkan
dengan konsep negara, seperti khalīfah, dawlah dan hukūmah, namun istilah tersebut
berada dalam kategori ayat-ayat zanniyah yang memungkinkan penafsiran. Alquran
tidak membawa keterangan yang jelas tentang bentuk negara, konsepsi tentang
kekuasaan, kedaulatan, dan ide tentang konstitusi.
Perbedaan tentang negara dan pemerintahan, dapat dilacak sejak Nabi
Muhammad saw wafat. Dalam hal ini terdapat perbedaan pandangan tentang masalah
suksesi kepemimpinan yang terjadi di sekitar kewafatan Nabi Muhammad saw.
walaupun sebagain kelompok umat Islam (kelompok syiah) meyakini bahwa Nabi
Muhammad saw telah mewariskan kepemimpinannya kepada Ali bin Abi -alib melalui
peristiwa Gahdir Khum.
Karya Hamka yang pertama tentang Politik dan Revolusi Agama, menjelaskan
“dengan menyebut nama Islam saja, kita teringat pada suatu agama, yang mengatur
hidup dunia dan akhirat, diri dan masyarakat bersama. Pendeknya suatu agama-negara,
suatu negara-agama (Hamka, 1984: 89- 90).
Dalam pemikiran politik Islam, pembicaraan tentang negara dan pemerintahan oleh para
ulama politik mengarah kepada dua tujuan. Pertama menemukan idealitas Islam tentang
negara atau pemerintahan (menekankan aspek teoritis dan formal), yaitu mencoba
menjawab pertanyaan “apa bentuk negara menurut Islam?’. Kedua, melakukan
idealisasi dari perspektif Islam terhadap proses penyelenggaraan negara atau
pemerintahan (menekankan aspek praksis dan subtansial), yaitu mencoba menjawab
pertanyaan bagaimana isi negara menurut Islam? (Hamid, 2011: 6).
Jika pendekatan pertama bertolak dari anggapan bahwa Islam memiliki konsep
tertentu tentang negara dan pemerintahan, maka pendekatan kedua bertolak dari
anggapan bahwa Islam tidak membawa konsep tertentu tentang negara dan
pemerintahan, tetapi hanya membawa prinsip-prinsip dasar berupa nilai etika dan moral.
Islam, menurut Hamka, bukanlah sekadar agama, tetapi juga sebuah ideologi dan
sebuah weltanschaung yang meliputi langit bumi, benda nyawa, dan dunia akhirat. Bila
saja ajaran-ajaran Islam itu dipelajari dengan sungguhsungguh dan disertai kecintaan,
bukan dengan kebencian, nyatalah bahwa ajaran Islam tidak mengenal sama sekali apa
yang disebut perpisahan agama dan negara. Istilah perpisahan agama dengan negara
yang dipergunakan Hamka, tampaknya adalah terjemahan dari kata-kata separation of
church and state dalam bahasa Inggris sheiding van kerk en staat dalam bahasa Belanda.

Paham penyatuan agama dengan negara yang dianut Hamka, membawa


implikasi kewajiban bagi kaum muslimin untuk membentuk negara berdasarkan
pertimbangan akal atau penalaran rasional manusia dan bukan berdasarkan atas nas
syariah yang tegas baik di dalam Alquran maupun hadis Nabi. Negara menurut Hamka
diperlukan manusia karena pertimbanganpertimbangan praktis, tetapi negara itu
bukanlah institusi keagamaan itu sendiri secara langsung. Negara menurut pandangan
Islam, kata Hamka, tidak lain daripada alat untuk melaksanakan hukum kebenaran dan
keadilan bagi rakyatnya. Selanjutnya, Hamka berkata, kebenaran dan keadilan yang
yang mutlak ialah dari Allah. Ada yang mengatakan bahwa al-Din wa al-Daulah (Islam
adalah agama dan negara). Rumusan ini pun kurang tepat, yang tepat ialah Islam
adalah negara.
BAB III

KESIMPULAN

Secara etimologi, Negara diartikan dengan organisasi tertinggi dianara satu kelompok
masyarakat yang mempunyai cita-cita untuk bersatu, hidup di dalam daerah tertentu dan
mempunyai pemerintahan yang berdaulat.
Negara dan konstitusi adalah dwitunggal. Jika diibaratkan bangunan, negara sebagai pilar-
pilar atau tembok tidak bisa berdiri kokoh tanpa pondasi yang kuat, yaitu konstitusi Indonesia.
Hampir setiap negara mempunyai konstitusi, terlepas dari apakah konstitusi tersebut telah
dilaksanakan dengan optimal atau belum. Yang jelas, konstitusi adalah perangkat negara yang
perannya tak bisa dipandang sebelah mata.
Kata negara mempunyai dua arti, pertama, negara adalah masyarakat atau wilayah yang
merupakan satu kesatuan politis, kedua, negara adalah lembaga pusat yang menjamin kesatuan
politi tersebut, yang menata dan dengan demikian menguasai wilayah tersebut.1 Sebagaimana
diketahui bahwa tidak ada suatu definisi yang disepakati tentang negara. Namun secara umum
mungkin dapat dijadikan sekedar pegangan-sebagaimana lazim dikenal dalam hukum
internasional bahwa suatu negara biasanya memiliki unsur-unsur pokok suatu negara.
DAFTAR PUSTAKA
 Subhan Sofhyan dan Asep Sahid Gatara.2011. Pendidikan Kewarganegaraan,
Pendidikan Politik, Nasionalisme dan Demokrasi. Bandung. Fokusmedia. h.66
 Laurensius Arliman S.2020. Pendidikan Kewarganegaraan. Deepublish. Yogyakarta
 Dani Muhtada, Ayon Diniyanto. 2018. Dasar-dasar Ilmu Negara. BPFH UNNES
(Universitas Negeri Semarang). Jawa Tengah
 Edi Gunawan. 2017. RELASI AGAMA DAN NEGARA PERSPEKTIF PEMIKIRAN ISLAM.
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Manado. Vol. 11, No. 2

Anda mungkin juga menyukai