Dosen Pembimbing
DONI EKA PUTRA, SH, MH, CPL, CPCLE
i
KATA PENGATAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberi begitu banyak nikmat
yang tidak terhingga, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini berisi
uraian mengenai “ Negara Dan Pemerintahan ” yang diajukan untuk memenuhi
mata kuliah Sosiologi Dan Politik.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan atau kesalahan didalamnya baik dari segi isi maupun bahasa. Semoga
makalah ini bermanfaat bagi kita dan semoga makalah ini dapat memberikan
wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Penulis sangat mengharapkan sekali
kritik dan sarannya dari pembaca yang budiman untuk kesempurnaan makalah di
masa yang akan datang. Atas kritik dan saran yang diberikan kepada penulis,
penulis ucapkan terima kasih.
Kelompok 1
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................i
KATA PENGANTAR......................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................i
BAB I Pendahuluan
1.1. Latar Belakang...............................................................................1
1.2. Rumusan Masalah..........................................................................2
BAB II Pemabahasan
2.1. Konsep Negara...............................................................................3
2.2. Unsur-Unsur Negara .....................................................................4
2.3. Teori Lahirnya Negara...................................................................5
2.4. Bentuk Negara...............................................................................6
2.5. Konsep Pemerintahan....................................................................7
2.6. Bentuk Pemerintahan.....................................................................8
2.7. Susunan Pemerintahan...................................................................9
2.8. Sistem Pemerintahan ....................................................................10
BAB III Penutup
3.1. Kesimpulan....................................................................................11
3.2. Saran..............................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa itu Konsep Negara
2. Mengetahui Unsur-Unsur Negara
3. Bagaimana Teori Lahirnya Negara
4. Bagaimana Bentuk Negara
5. Apa itu Konsep Pemerintahan
6. Bagaimana Bentuk Pemerintahan
7. Bagaimana Susunan Pemerintahan
8. Bagaimana Sistem Pemerintahan
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Unsur-unsur negara adalah bagian-bagian yang menjadikan negara itu ada.
Berdirinya suatu Negara terdiri atas unsur-unsur pembentuknya yang tidak
dimiliki oleh organisasi lain. Unsur-Unsur Negara sebagai organisasi memiliki
status yang kokoh apabila di dukung oleh tiga unsur pokok yang menjadi
persyaratan mutlak berdirinya suatu negara, ditambah satu unsur deklaratif. Tiga
unsur pokok pembentuk suatu Negara , yaitu rakyat, wilayah, dan pemerintah
yang berdaulat.
Berikut ini penjelasan masing-masing unsur-unsur negara tersebut:
Rakyat: rakyat adalah semua orang yang ada di wilayah suatu Negara dan
taat pada peraturan di Negara tersebut. Rakyat suatu Negara meliputi
penduduk dan bukan penduduk (orang asing).
Wilayah: wilayah Negara merupakan tempat tinggal rakyat dan
penyelenggara pemerintahan. Sebuah Negara tidak mungkin berdiri jika
tidak memiliki wilayah. Wilayah suatu Negara meliputi daratan, lautan,
dan udara.
Pemerintah yang Sah dan Berdaulat: pemerintah yang sah mempunyai
kedaulatan, yaitu kekuasaan untuk mengatur Negara. Kedaulatan yang
dimiliki oleh pemerintah meliputi kedaulatan ke dalam (intern) dan keluar
(ekstern). Kedaulatan ke dalam maksudnya kekuasaan untuk mengatur
rumah tangganya sendiri tanpa campur tangan bangsa lain. Adapun
kedaulatan keluar maksudnya kekuasaan untuk bekerja sama atau
berhubungan dengan Negara lain.
Pengakuan dari Negara Lain: pengakuan dari Negara lain sangat
diperlukan bagi suatu Negara dalam tata hubungan internasional.
Pengakuan dari Negara lain termasuk dalam unsur deklaratif. Jadi,
meskipun tanpa pengakuan dari Negara lain, ketiga unsur di atas sudah
cukup menunjukkan sahnya kebedaraan suatu Negara. Pengakuan dari
Negara lain meliputi dua macam, yaitu pengakuan de facto dan de
jure. Pengakuan de facto adalah pengakuan berdasarkan kenyataan bagi
Negara baru yang telah memiliki unsur konstitusi. Sedangkan, pengakuan
de jure adalah pengakuan terhadap suatu Negara baru yang sesuai dengan
hukum internasional
4
2.3. Teori Lahirnya Negara
Mengenai asal-usul berdirinya suatu negara, teori-teori yang
dibangun lebih bertumpu kepada hasil pemikiran teoritis-deduktif,
dibandingkan dengan kajian empiris-induktif. Dalam ilmu politik dikenal
banyak teori tentang lahirnya sebuah negara, teori-teori tersebut
merupakan pengaruh dari perkembangan ilmu-ilmu sosial. Para ahli
umunya membagi delapan teori mengenai terbentuknya sebuah negara.
5
monarkhi. Pengalihan hak ini dapat dianalogikan kepada pembentukan
negara sebagai hasil revolusi.
Teori Penaklukan
Teori Organis
Teori Ketuhanan
6
Teori Garis Kekeluargaan (Patriarkhal, atau Matriarkhal)
Teori Alamiah
7
Negara Kesatuan adalah negara bersusunan tunggal, yakni kekuasaan
untuk mengatur seluruh daerahnya ada di tangan pemerintah pusat.Pemerintah
pusat memegang kedaulatan sepenuhnya, baik ke dalam maupun ke
luar.Hubungan antara pemerintah pusat dengan rakyat dan daerahnya dapat
dijalankan secara langsung.Dalam negara kesatuan hanya ada satu konstitusi, satu
kepala negara, satu dewan menteri (kabinet), dan satu parlemen. Demikian pula
dengan pemerintahan, yaitu pemerintah pusatlah yang memegang wewenang
tertinggi dalam segala aspek pemerintahan. Ciri utama negara kesatuan adalah
supremasi parlemen pusat dan tiadanya badan-badan lain yang berdaulat.
Negara kesatuan dapat dibedakan menjadi dua macam sistem, yaitu:
1. Sentralisasi
2. Desentralisasi
Dalam negara kesatuan bersistem sentralisasi, semua hal diatur dan diurus
oleh pemerintah pusat, sedangkan daerah hanya menjalankan perintah-perintah
dan peraturan-peraturan dari pemerintah pusat. Daerah tidak berwewenang
membuat peraturan-peraturan sendiri dan atau mengurus rumah tangganya sendiri.
Keuntungan sistem sentralisasi:
1. adanya keseragaman (uniformitas) peraturan di seluruh wilayah negara;
2. adanya kesederhanaan hukum, karena hanya ada satu lembaga yang
berwenang membuatnya;
3. penghasilan daerah dapat digunakan untuk kepentingan seluruh wilayah
negara
8
4. rakyat di daerah kurang mendapatkan kesempatan untuk memikirkan dan
bertanggung jawab tentang daerahnya;
5. keputusan-keputusan pemerintah pusat sering terlambat.
9
1. tiap negara bagian memiliki kepala negara, parlemen, dewan menteri
(kabinet) demi kepentingan negara bagian;
2. tiap negara bagian boleh membuat konstitusi sendiri, tetapi tidak boleh
bertentangan dengan konstitusi negara serikat;
3. hubungan antara pemerintah federal (pusat) dengan rakyat diatur melalui
negara bagian, kecuali dalam hal tertentu yang kewenangannya telah
diserahkan secara langsung kepada pemerintah federal.
Menurut C.F. Strong, yang membedakan negara serikat yang satu dengan yang
lain adalah:
1. cara pembagian kekuasaan antara pemerintah federal dan pemerintah
negara bagian;
10
2. badan yang berwenang untuk menyelesaikan perselisihan yang timbul
antara pemerintah federal dengan pemerintah negara bagian.
11
Negara koloni atau jajahan adalah suatu daerah yang dijajah oleh bangsa
lain. Koloni biasanya merupakan bagian dari wilayah negara penjajah.Hampir
semua soal penting negara koloni diatur oleh pemerintah negara penjajah.Karena
terjajah, daerah/ negara jajahan tidak berhak menentukan nasibnya sendiri.Dewasa
ini tidak ada lagi koloni dalam arti sesungguhnya.
5. Trustee (Perwalian)
Negara Perwalian adalah suatu negara yang sesudah Perang Dunia II diurus
oleh beberapa negara di bawah Dewan Perwalian dari PBB.Konsep perwalian
ditekankan kepada negara-negara pelaksana administrasi.
Menurut Piagam PBB, pembentukan sistem perwalian internasional dimaksudkan
untuk mengawasi wilayah-wilayah perwalian yang ditempatkan di bawah PBB
melalui perjanjian-perjanjian tersendiri dengan negara-negara yang melaksanakan
perwalian tersebut.
Perwalian berlaku terhadap:
1. wilayah-wilayah yang sebelumnya ditempatkan di bawah mandat oleh
Liga Bangsa-Bangsa setelah Perang Dunia I;
2. wilayah-wilayah yang dipisahkan dari negara-negara yang dikalahkan
dalam Perang Dunia II;
3. wilayah-wilayah yang ditempatkan secara sukarela di bawah negara-
negara yang bertanggung jawab tentang urusan pemerintahannya.
6. Dominion
Bentuk kenegaraan ini hanya terdapat di dalam lingkungan Kerajaan
Inggris. Negara dominion semula adalah negara jajahan Inggris yang setelah
merdeka dan berdaulat tetap mengakui Raja/ Ratu Inggris sebagai lambang
persatuan mereka. Negara-negara itu tergabung dalam suatu perserikatan
bernama “The British Commonwealth of Nations” (Negara-negara
Persemakmuran).
12
Tidak semua bekas jajahan Inggris tergabung dalam Commonwealth
karena keanggotaannya bersifat sukarela. Ikatan Commonwealth didasarkan pada
perkembangan sejarah dan azas kerja sama antaranggota dalam bidang ekonomi,
perdagangan (dan pada negara-negara tertentu juga dalam bidang keuangan).
7. Uni
Bentuk kenegaraan Uni adalah gabungan dari dua negara atau lebih yang
merdeka dan berdaulat penuh, memiliki seorang kepala negara yang sama.
Pada umumnya Uni dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
1. Uni Riil (Uni Nyata)
Yaitu suatu uni yang terjadi apabila negara-negara anggotanya memiliki alat
perlengkapan negara bersama yang telah ditentukan terlebih dulu. Perlengkapan
negara itu dibentuk untuk mengurus kepentingan bersama.Uni sengaja dibentuk
guna mewujudkan persatuan yang nyata di antara negara-negara anggotanya.
Contoh: Uni Austria – Hungaria (1867-1918), Uni Swedia – Norwegia (1815-
1905), Indonesia – Belanda (1949).
2. Uni Personil
Yaitu suatu uni yang memiliki seorang kepala negara, sedangkan segala
urusan dalam negeri maupun luar negeri diurus sendiri oleh negara-negara
anggota.
Contoh: Uni Belanda – Luxemburg (1839-1890), Swedia – Norwegia (1814-
1905), Inggris – Skotlandia (1603-1707;
Selain itu ada yang dikenal dengan nama Uni Ius Generalis, yaitu bentuk
gabungan negara-negara yang tidak memiliki alat perlengkapan bersama.
Tujuannya adalah untuk bekerja sama dalam bidang hubungan luar negeri.
Contoh: Uni Indonesia – Belanda setelah KMB.
8. Protektorat
Sesuai namanya, negara protektorat adalah suatu negara yang ada di
bawah perlindungan negara lain yang lebih kuat. Negara protektorat tidak
dianggap sebagai negara merdeka karena tidak memiliki hak penuh untuk
menggunakan hukum nasionalnya. Contoh: Monaco sebagai protektorat Prancis.
13
Negara protektorat dibedakan menjadi dua (2) macam, yaitu:
1. Protektorat Kolonial, jika urusan hubungan luar negeri, pertahanan dan
sebagian besar urusan dalam negeri yang penting diserahkan kepada
negara pelindung. Negara protektorat semacam ini tidak menjadi subyek
hukum internasional. Contoh: Brunei Darussalam sebelum merdeka adalah
negara protektorat Inggris.
2. Protektorat Internasional, jika negara itu merupakan subyek hukum
internasional. Contoh: Mesir sebagai negara protektorat Turki (1917),
Zanzibar sebagai negara protektorat Inggris (1890) dan Albania sebagai
negara protektorat Italia (1936).
9. Mandat
Negara Mandat adalah suatu negara yang semula merupakan jajahan dari
negara yang kalah dalam Perang Dunia I dan diletakkan di bawah perlindungan
suatu negara yang menang perang dengan pengawasan dari Dewan Mandat
LBB.Ketentuan-ketentuan tentang pemerintahan perwalian ini ditetapkan dalam
suatu perjanjian di Versailles. Contoh: Syria, Lebanon, Palestina
14
“perintah” disalin dengan “to order” atau “to command” dengan lain kata
“to command” tidak diturunkan dari “to govern”.
Pada umumnya yang disebut dengan “pemerintah” adalah sekelompok
individu yang mempunyai wewenang tertentu untuk melaksanakan kekuasaan
yang dalam arti ini melaksanakan wewenang yang sah dan melindungi serta
meningkatkan tarap hidup masyarakat melalui perbuatan dan pelaksanaan
berbagai keputusan.
15
1. Monarkhi : Adalah pemerintahan yang dipegang oleh seorang (raja/kaisar)
yang ditujukan untuk kepentingan umum. Bentuk monarkhi dapat merosot
menjadi Tyrani.
2. Tyrani : Adalah pemerintahan yang dipegang oleh seorang (raja/kaisar)
yang kekuasaannya ditujukan untuk kepentingan sendiri.
3. Aristokrasi : Adalah pemerintahan yang dipegang oleh sejumlah/beberapa
orang terbaik (misalnya kaum cerdik pandai atau bangsawan), yang
kekuasaannya ditujukan untuk kepentingan umum. Bentuk aristokrasi
dapat merosot menjadi oligarkhi dan bentuk oligarkhi dapat melahirkan
Plutokrani atau Plutokrasi.
4. Oligarkhi : Adalah pemerintahan yang dipegang oleh beberapa orang,
yang kekuasaannya untuk kepentingan kelompok mereka sendiri.
5. Plutokrani : Adalah pemerintahan yang dijalankan oleh orang–orang kaya
untuk kepentingan mereka sendiri.
6. Polity : Adalah pemerintahan yang dipegang banyak orang, yang
pelaksanaan pemerintahannya ditujukan untuk kepentingan umum.
7. Demokrasi : Adalah pemerintahan yang kekuasaan tertinggi negara
dipegang oleh rakyat.
Menurut Aritoteles, bentuk pemerintahan demokrasi merupakan bentuk
pemerosotan dari bentuk polity. Sehingga menurutnya bentuk Monarkhi,
Aristokrasi dan Polity merupakan bentuk pemerintahan yang ideal
(terbaik).Pendapat Aristoteles berbeda dengan pendapat Plato, dimana Plato
berpendapat bahwa bentuk demokrasi merupakan bentuk ideal (terbaik) yang
dapat merosot menjadi mobokrasi (Okhlokrasi).
Polybios
Dalam teorinya (disebut Cyclus Polybios), ia menyatakan bahwa bentuk
pemerintahan negara mengalami pertumbuhan dan perkembangan secara siklus
yaitu bentuk Monarkhi – Aristokrasi – Demokrasi akan selalu berganti–ganti dan
berputar ke bentuk asal.
2. TEORI MODERN.
16
Dalam teori modern, bentuk pemerintahan dibedakan antara bentuk
Monarkhi dan Republik.Pembagian bentuk pemerintahan menjadi Monarkhi dan
Republik mula pertama kali dikemukakan oleh Nicollo Machiavelli. Dalam
bukunya yang berjudul “Il Principe”, ia menyatakan bahwa Monarkhi merupakan
pemerintahan negara yang dipegang oleh seorang, yang dalam menjalankan
kekuasaannya untuk kepentingan semua orang, sedangkan Republik berasal dari
kata “Res–Publika” yang berarti organisasi kenegaraan yang mengurus
kepentingan bersama. Akan tetapi Machiavelli tidak memberikan penjelasan lebih
lanjut mengenai kreteria yang dapat digunakan untuk membedakan kedua bentuk
tersebut.
Ada beberapa kreteria atau ukuran untuk membedakan antara Monarkhi
dan Republik yang dikemukakan oleh para ahli :
George Jellinek.
Pembedaan antara Monarkhi dan Republik adalah berdasarkan cara
pembentukan kehendak negara :
Jika kehendak negara terjelma sebagai kehendak seseorang (secara
psychologis), maka terdapat bentuk pemerintahan Monarkhi.
Jika kehendak negara terjelma sebagai kehendak rakyat atau kemauan dari
hasil peristiwa secara yuridis, maka terdapat bentuk Republik.
Leon Duguit.
Pembedaan antara Monarkhi dan Republik adalah berdasarkan cara
penunjukkan kepala negara :
Monarkhi adalah bentuk pemerintahan yang kepala negaranya (raja)
memperoleh kedudukan berdasarkan hak waris secara turun temurun dan
masa jabatannya tidak ditentukan dalam batas waktu tertentu.
Republik adalah bentuk pemerintahan yang kepala negaranya (lazim
disebut Presiden) memperoleh kedudukan karena dipilih melalui
pemilihan dan memegang jabatannya dalam kurun waktu tertentu.
Pembedaan atas dasar penunjukkan kepala negara yang dilakukan Leon
Duguit itulah yang banyak diterima dan dianut oleh negara–negara modern pada
masa sekarang.
Otto Koellreutter.
17
Pandangan Otto Koellreutter sependapat dengan Leon Duguit.Ia membedakan
Monarkhi dan Republik atas dasar kreteria “Kesamaan” dan “Ketidak samaan”.
Monarkhi : merupakan bentuk pemerintahan atas dasar ukuran
ketidaksamaan yaitu bahwa setiap orang tidak dapat menjadi kepala
negara.
Republik : merupakan bentuk pemerintahan berdasarkan kesamaan yaitu
bahwa setiap orang memiliki hak yang sama untuk menjadi kepala negara.
Selain kedua bentuk tersebut di atas, Otto Koellreutter menambahkan bentuk
ketiga yaitu Pemerintahan Otoriter (Autoritarien Fuhrerstaat) yaitu suatu
pemerintahan yang dipegang oleh satu orang yang bersifat mutlak. Dalam
pemerintahan otoriter kepala negara diangkat berdasarkan pemilihan, akan tetapi
didalam berkuasa makin lama makin berkuasa secara mutlak. Contoh : Jerman
pada masa Hittler, Italia pada masa Musolini.
A. Pemerintahan Pusat
MPR
DPR
DPD
MA
MK
KY
BPK
Presiden RI
18
Wakil Presiden
B. Pemerintahan Daerah
o Tingkat daerah I
Gubernur
Wakil Gubernur
o Daerah Tingkat II
DPRD Kabupaten
Bupati / Walikota
o Tingkat Kecamatan
Camat
Sekretaris Camat
o Tingkat desa/kelurahan
Lurah
Carek
19
1. Sistem Parlementer
20
Dalam sistem presidensial, presiden memiliki posisi yang relatif kuat dan
tidak dapat dijatuhkan karena rendah subjektif seperti rendahnya dukungan
politik.Namun masih ada mekanisme untuk mengontrol presiden.Jika presiden
melakukan pelanggaran konstitusi, pengkhianatan terhadap negara, dan terlibat
masalah kriminal, posisi presiden bisa dijatuhkan. Bila ia diberhentikan karena
pelanggaran-pelanggaran tertentu, biasanya seorang wakil presiden akan
menggantikan posisinya.
21
itu terus berlaku. Tetapi apabila undang-undang itu ditolak dalam
referendum tersebut, maka undang-undang itu tidak berlaku lagi.
3. Referendun konsultatif adalah referendum yang menyangkut soal-soal
teknis. Biasanya rakyat sendiri kurang paham tentang materi undang-
undang yang dimintakan persetujuannya.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Pengertian jenis kekuasaan bentuk negara dan sistem pemerintahan
merupakan aneka konsep pokok dalam studi ilmu politik. Dalam mempelajari
ilmu politik kita kerap ‘dipusingkan’ oleh berbagai macam istilah yang satu sama
lain saling berbeda. Peristilahan yang seringkali ditemukan tersebut misalnya
22
monarki, tirani, aristokrasi, oligarki, demokrasi, mobokrasi, federasi, kesatuan,
konfederasi, presidensil, dan parlementer.
Jika kita berbicara mengenai bentuk negara, berarti kita tengah
membicarakan bagaimana sifat atau hubungan antara kekuasaan pusat saat
berhadapan dengan daerah. Hubungan seperti ini disebut pula sebagai hubungan
vertikal, artinya ‘pusat’ diasumsikan berada di atas ‘daerah’, dalam mana
keberadaan pusat di ‘atas’ tersebut berbeda derajatnya baik di negara kesatuan,
federasi, atau konfederasi.
3.2. Penutup
DAFTAR PUSTAKA
http://ruchcitra.wordpress.com/2008.11/09/bentuk-negara-dan-bentuk-
kenegaraan/
http://sistempemerintahanindonesia.com/struktur-pemerintahan-indonesia.html
http://wiradaha-batarihyang.blogspot.com/2012/02/susunan-pemerintahan-
republik-indonesia.html?m=1
23
http://dwicahyadiwibowo.blogspot.com/2013/02/konsep-teori-dan-proses-
terbentuknya.html?m=1
https://www.academia.edu/49786899/Negara_dan_bentuk_pemerintahan
24