Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

NEGARA DAN KEKUASAAN POLITIK

SOSIOLOGI POLITIK

DOSEN PENGAMPUH ( ENDANG MEILIANI., S.IP.MM.)

NAMA KELOMPOK : AMELIA LUCYANA

DWI LESTARI

JUNALDI ALBAR

ARDIANSYAH

RIZKI DWI APRILLA

MAYA HERLINA

KELAS : 5/B1 MAMANAJEMEN

UNIVERSITAS GRAHA KARYA MUARA BULIAN


TAHUN AKADEMIK

1
2022/2023

KATA  PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat yang senantiasa
dilimpahkan kepada kita semua. Penulis merasa bahagia dapat menyelesaikan penyusunan
makalah yang berjalan lancar.
Makalah ini berjudul” NEGARA DAN KEKUASAAN POLITIK” , adapun tujuan
penyusunan makalah ini yaitu untuk memenuhi tugas mata kuliah agama.
Akhir kata “Tiada Gading Tak Retak” tiada manusia yang tidak lepas dari kesalahan.
Penulis menyadari adanya kekurangan-kekurangan dalam menyusun, maka dari itu penulis
mengharap kritik dan saran yang membangun dan bilamana terdapat kesalahan dan
kekurangan penulisan mohon maaf. Semoga saja makalah ini dapat berguna dan bermanfaat
bagi penulis dan pembaca.

Muara Bulian,20 oktober 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
BAB I.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.....................................................................................................................4
A. Latar Belakang................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................4
C. Tujuan.............................................................................................................................4
BAB II .......................................................................................................................................5
PEMBAHASAN........................................................................................................................5
A. Pengertian Taqwa............................................................................................................5
B. Makna Taqwa..................................................................................................................5
C. Tiga Tingkatan Pribadi Muslim......................................................................................6
D. Ciri Ciri Orang Yang Bertaqwa......................................................................................7
E. Hati Yang Bersih Sebagai Penyempurna Taqwa............................................................9
F. Salah Satu Bentuk Taqwa...............................................................................................9
G.. Ruang Lingkup Taqwa....................................................................................................9
BAB III....................................................................................................................................16
PENUTUP...............................................................................................................................16
A. Kesimpulan dan saran...................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................17

3
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Sebuah wilayah dapat dikatakan sebagai sebuah negara jika wilayah tersebut telah
memenuhi berbagai unsur yang diperlukan oleh sebuah negara di dalamnya. Hingga saat ini,
jumlah negara yang di seluruh dunia mencapai 195 negara. Setiap negara tersebut memiliki
bentuk pemerintahan yang berbeda antara satu sama lain, dimana ada yang menggunakan
sistem pemerintahan kerajaan sampai republik.
Menurut Prof. Miriam Budihardjo, negara merupakan organisasi yang ada di dalam suatu
wilayah yang dapat memaksakan kekuasaannya yang sah terhadap semua golongan
kekuasaan yang berada di dalamnya dan dapat menetapkan berbagai tujuan dari kehidupan
tersebut.
Menurut Prof. Nasroen, definisi sebuah negara adalah sebuah bentuk pergaulan hidup. Oleh
karena itu, sebuah negara harus ditinjau secara sosiologis agar dapat dijelaskan serta
dipahami.
Menurut Prof. Dr. Djokosoetono, SH. yang mendefinisikan sebuah negara sebagai
organisasi manusia maupun kumpulan individu yang berada di bawah sebuah pemerintahan
yang sama.
Menurut Prof. Farid S., negara merupakan sebuah wilayah merdeka yang sudah
mendapatkan pengakuan dari negara lain serta memiliki sebuah kedaulatan.

Menguraikan konsep kekuasaan politik kita perlu melihat pada kedua elemennya,
yakni kekuasaan dari akar kata kuasa dan politik yang berasal dari bahasa Yunani Politeia
(berarti kiat memimpin kota (polis)). Sedangkan kuasa dan kekuasaan kerap dikaitkan dengan
kemampuan untuk membuat gerak yang tanpa kehadiran kuasa (kekuasaan) tidak akan
terjadi, misalnya kita bisa menyuruh adik kita berdiri yang tak akan dia lakukan tanpa
perintah kita (untuk saat itu) maka kita memiliki kekuasaan atas adik kita. Kekuasaan politik
dengan demikian adalah kemampuan untuk membuat masyarakat dan negara membuat
keputusan yang tanpa kehadiran kekuasaan tersebut tidak akan dibuat oleh mereka.

Bila seseorang, organisasi, atau suatu partai politik bisa mengorganisasi, sehingga berbagai
badan negara yang relevan misalnya membuat aturan yang melarang atau mewajibkan suatu
hal atau perkara maka mereka mempunyai kekuasaan politik.

B .RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu negara?
2. bagaimana kekuasaan politik ?

C.TUJUAN
1. Mengetahui arti dan definisi negara

4
2. Mengetahui definisi kekuasaan politik

BAB II
PEMBAHASAN

A.    PENGERTIAN NEGARA

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia atau KBBI, kata negara dapat diartikan kedalam dua
hal. Yang pertama, negara adalah sebuah organisasi yang berapa pada suatu wilayah dan
memiliki kekuasaan tertinggi secara sah serta ditaati oleh masyarakat di dalamnya.

Yang kedua, sebuah negara dapat disimpulkan sebagai kelompok sosial yang mendiami
sebuah wilayah maupun daerah tertentu yang berada di bawah lembaga politik maupun
pemerintah yang efektif, memiliki kesatuan politik, berdaulat yang memiliki tujuan nasional
yang ingin dicapai oleh suatu wilayah tersebut.

Selain itu, menurut Muh Nur El Ibrahimi mengenai pengertian negara terbagi menjadi tiga,
yang dikutip dari buku “Bentuk Negara dan Pemerintahan RI”, terdiri dari:

 Sebuah bentuk organisasi yang ada pada baik satu kelompok maupun beberapa
kelompok individu yang tinggal bersama atau mendiami suatu wilayah tertentu.
Selain itu, mereka juga mengakui adanya suatu pemerintahan di dalam sebuah negara
yang bertugas untuk mengurus tata tertib serta keselamatan sekelompok maupun
beberapa kelompok individu yang ada.
 Sebuah perserikatan yang menjalankan sebuah pemerintahan melalui hukum yang
sifatnya mengikat masyarakat yang ada di dalamnya melalui kekuasaan untuk
memaksa para masyarakat yang ada di dalam suatu wilayah tertentu serta
membedakannya dengan kondisi masyarakat yang berada di luar wilayah tersebut
untuk menciptakan ketertiban sosial.
 Sebuah asosiasi yang melaksanakan penertiban di dalam sebuah kelompok
masyarakat maupun wilayah tertentu yang berdasarkan dengan sistem hukum yang
sudah disahkan dan diselenggarakan oleh sistem pemerintah yang ada.

Pengertian Negara dari Empat Sudut Pandang


Pengertian dari sebuah negara dapat ditinjau berdasarkan empat sudut berbeda, yang
terdiri dari sebagai berikut.
1. Negara sebagai organisasi kekuasaan
Sudut pandang sebuah negara yang pertama adalah negara sebagai organisasi
kekuasaan. Hal ini dikarenakan negara merupakan alat yang digunakan oleh
sekelompok individu yang memiliki kekuasaan untuk mengatur hubungan antar
individu lainnya yang berada di dalam kehidupan masyarakat di suatu wilayah
tersebut.
Hal ini dikemukakan juga pada pengertian negara menurut Logemann dan Harold J.
Laski. Logemann sendiri menyatakan bahwa sebuah negara merupakan organisasi

5
kekuasaan yang memiliki tujuan untuk mengatur masyarakat yang ada di dalamnya
menggunakan kekuasaan tersebut.
Negara yang dijadikan sebagai organisasi kekuasaan juga pada hakekatnya
merupakan sebuah tata kerja sama dalam membuat individu yang ada di dalam sebuah
wilayah tertentu untuk berbuat maupun bersikap sesuai dengan kehendak yang telah
dibuat oleh negara tersebut.

2. Negara sebagai organisasi politik


Sudut pandang sebuah negara yang kedua adalah negara sebagai organisasi politik.
Negara dianggap sebagai sebuah asosiasi yang memiliki fungsi untuk menjaga
ketertiban pada masyarakat yang ada di dalamnya menggunakan sistem hukum yang
telah dijalankan oleh sistem pemerintahan yang ada dan sifat dari kekuasaannya
memaksa.
Berdasarkan sudut pandang organisasi politik, sebuah negara merupakan bentuk
integrasi dari kekuasaan politik maupun sebuah organisasi pokok dari kekuasaan
politik yang berlaku.

3. Negara sebagai organisasi kesusilaan

Sudut pandang sebuah negara yang ketiga adalah negara sebagai organisasi
kesusilaan. Negara dianggap sebagai sebuah bentuk jelmaan dari keseluruhan individu
yang ada di dalamnya. Hal ini juga dapat kita lihat melalui pandangan Friedrich Hegel
yang menyatakan bahwa negara merupakan sebuah organisasi kesusilaan yang
terbentuk sebagai sintesa antara kemerdekaan universal bersama serta kemerdekaan
bagi individu.

Negara juga merupakan sebuah organisme dimana setiap individu di dalamnya dapat
menjelma menjadi dirinya, karena negara merupakan bentuk jelmaan dari seluruh
individu, dengan begitu sebuah negara memiliki kekuasaan yang paling tinggi dan
tidak ada kekuasaan lain yang lebih tinggi dari negara.

Selain itu, adanya pemilihan umum diadakan di negara Indonesia bukanlah karena
sebuah bentuk jelmaan dari keinginan mayoritas dari masyarakat yang ada secara
perseorangan namun secara universal dan kehendak kesusilaan.

Berdasarkan pendapat Hegel tersebut, maka dapat diartikan sebuah negara yang
merupakan organisasi kesusilaan, dipandang dapat mengatur tata tertib setiap
kehidupan masyarakat yang ada di dalamnya. Selain itu berarti menandakan bahwa
negara mengatur kehidupan bermasyarakat serta bernegara setiap individunya dan
individu yang ada di dalamnya tidak dapat berbuat semaunya sendiri.

4. Negara sebagai integrasi antara pemerintah serta rakyat

Sudut pandang sebuah negara yang keempat adalah negara sebagai integrasi antara
pemerintah dan rakyat. Negara dianggap sebagai sebuah kesatuan bangsa, sedangkan
seorang individu yang ada di dalamnya dianggap sebagai bagian integral dari negara.
Setiap individu tersebut memiliki kedudukan serta fungsi dalam menjalankan sebuah
negara.

6
B. Fungsi Negara

Sebuah negara yang merupakan bentuk dari organisasi di suatu wilayah tertentu juga
memiliki berbagai fungsi, yang terdiri dari:

1. Melaksanakan penertiban

Fungsi dari sebuah negara yang pertama adalah melaksanakan penertiban. Hal ini
dikarenakan dalam sebuah negara agar tujuan bersama yang ingin diraih tercapai,
harus adanya penertiban yang merupakan sebuah bentuk pencegahan agar bentrokan
antara masyarakat tidak terjadi.

Negara dalam hal ini bertindak sebagai stabilisator yang menjaga keseimbangan
segala lingkungan yang ada di dalamnya.

2. Mengusahakan kesejahteraan serta kemakmuran rakyat

Fungsi dari sebuah negara yang kedua adalah mengusahakan kesejahteraan serta
kemakmuran rakyat. Negara dalam hal ini memiliki arti bahwa akan selalu berusaha
untuk memperjuangkan kehidupan masyarakat di dalamnya dan mengeluarkan usaha
agar masyarakat yang ada dapat hidup dengan makmur secara adil dan juga merata.

3. Pertahanan

Fungsi dari sebuah negara yang ketiga adalah pertahanan. Dalam konteks ini,
pertahanan negara merupakan suatu hal yang sangat penting bagi berjalannya serta
kelangsungan hidup dari sebuah negara.

4. Menegakkan keadilan

Fungsi dari sebuah negara yang keempat adalah menegakkan keadilan. Hal ini
dikarenakan, keadilan merupakan suatu hal yang penting dan bukanlah suatu status
yang dapat langsung terjadi, melainkan untuk meraih keadilan ini sendiri
membutuhkan sebuah proses. Pada sebuah negara, terdapat berbagai badan
pengadilan yang dapat digunakan untuk menegakkan keadilan bagi seluruh
masyarakat di dalamnya.

C. Unsur-unsur Negara

Setelah mengetahui fungsi sebuah negara, terdapat beberapa unsur yang membuat sebuah
wilayah dapat disebut sebagai sebuah negara. Berikut unsur dasar dari sebuah negara:

1. Rakyat atau jumlah penduduk

7
Unsur dari sebuah negara yang pertama adalah adanya rakyat maupun jumlah
penduduk. Hal ini dikarenakan tanpa adanya masyarakat di dalam sebuah negara
maka akan mustahil negara tersebut dapat terbentuk. Seperti yang Leacock katakan,
dimana sebuah negara tidak dapat berdiri tanpa adanya sekelompok individu yang
tinggal di dalamnya.

Selain itu, sekelompok individu yang tinggal di sebuah wilayah tersebut harus
dipersatukan oleh sebuah perasaan maupun tujuan sehingga dapat terbentuknya
sebuah negara.

Tanpa adanya masyarakat di dalam sebuah negara maka sistem pemerintahan pada
negara tersebut tidak dapat berjalan. Masyarakat yang ada pada sebuah negara juga
berfungsi sebagai SDM atau Sumber Daya Manusia yang berguna bagi sebuah negara
dalam menjalankan kegiatan atau aktivitasnya di kehidupan sehari-hari.

2. Wilayah

Unsur dari sebuah negara yang kedua adalah adanya wilayah, dimana jika pada
sebuah negara tidak ada wilayah yang dapat ditempati atau tinggali oleh manusia di
dalamnya, maka negara tersebut tidak akan terbentuk. Selain itu, individu yang ada di
dalamnya juga harus tinggal secara permanen, agar sebuah negara dapat terbentuk.

Seperti pada contoh yang dapat kita lihat adalah Bangsa Yahudi, dimana mereka tidak
mendiami sebuah tempat secara permanen dan terus bepergian sehingga mereka tidak
memiliki tempat tinggal atau wilayah yang jelas yang dapat mereka jadikan sebagai
sebuah negara.

Dengan adanya wilayah itu sendiri, para masyarakat di sebuah negara dapat
menjalankan kegiatan serta kehidupan sehari-harinya sebagai warga negara dan
sistem pemerintahan yang ada dapat berjalan dan beroperasi sesuai dengan fungsinya.

3. Pemerintahan

Unsur dari sebuah negara yang ketiga adalah adanya pemerintahan, dimana selain
memiliki penduduk serta wilayah, sebuah negara juga penting untuk memiliki sistem
pemerintahan di dalamnya.

Pemerintahan sendiri memiliki definisi sebagai berikut, secara luas pemerintah dapat
diartikan sebagai sekumpulan orang yang bertugas untuk mengelola kewenangan serta
kebijakan yang ada dalam mengambil sebuah keputusan dan melaksanakan
kepemimpinan serta koordinasi pemerintahan dan pembangunan masyarakat serta
wilayahnya. Hal ini dapat dilakukan dengan membentuk sebuah lembaga pada
wilayah yang mereka tempati.

4. Kemampuan membuat hubungan dengan negara lain

Unsur dari sebuah negara yang ketempat adalah kemampuan sebuah negara dalam
membangun hubungannya dengan lain.

8
Dengan memiliki kemampuan ini, sekelompok orang yang menempati suatu wilayah
tertentu dan sudah memiliki sistem pemerintahannya layak menjadi subjek hukum
internasional atau tidak.

Dengan diakui oleh berbagai negara lain maka negara tersebut akan dianggap
memiliki tingkatan yang setara dan diakui namanya oleh negara lain.

D. Bentuk-bentuk Negara

Bentuk negara merupakan suatu organisasi atau susunan secara keseluruhan mengenai
struktur dari sebuah negara dengan batas peninjauan secara sosiologis dan yuridis. Bentuk
dari suatu negara akan membahas tentang dasar negara, susunannya, dan tata tertib dari suatu
negara itu sesuai dengan kedudukan dan kekuasaan yang dianut oleh negara tersebut.

Batas peninjauan secara sosiologis merupakan suatu bentuk negara yang tanpa melihat
bagaimana keseluruhan isinya. Sedangkan, peninjauan secara yuridis adalah suatu bentuk
negara yang melihat dari struktur dan isinya.

Berikut ini merupakan beberapa bentuk negara berdasarkan zamannya, antara lain:

1. Bentuk Negara Pada Zaman Yunani Kuno

Adapun tiga bentuk negara pada zaman yunani kuno, yaitu Monarki, Demokrasi, dan
Oligarchi.

o Monarki merupakan bentuk negara yang berasal dari bahasa Yunani “monos”
yang berarti “satu”. Sedangkan, archien berarti “memerintah”.
o Demokrasi adalah bentuk negara yang berasal dari bahasa Yunani “Demos”
yang berarti “rakyat”. Oleh karena itu, pemerintahannya dipegang oleh rakyat.
o Oligarchi yaitu bentuk negara yang berasal dari bahasa Yunani “oligai” yang
berarti “beberapa”. Oleh sebab itu, pemerintahannya dipegang oleh beberapa
orang dalam suatu negara tersebut.

Selain itu, terdapat beberapa pendapat menurut ahli lain pada zaman ini yaitu sebagai
berikut.

Menurut Plato terdapat lima macam bentuk negara, antara lain:

 Tirani merupakan bentuk negara yang pemerintahannya dipegang oleh seorang


penguasa yang bertindak secara sewenang-wenang.
 Demokrasi adalah suatu bentuk negara yang pemerintahannya dipegang oleh
rakyat miskin.
 Oligharki yaitu bentuk negara yang pemerintahannya dijalankan oleh para
golongan hartawan yang melahirkan partikuli.
 Timokrasi merupakan bentuk negara yang pemerintahannya diurusi oleh
orang-orang yang ingin mencapai suatu kehormatan dan kemasyhuran.
 Aristokrasi yaitu bentuk negara yang pemerintahannya dipegang oleh
Aristokrat (cendikiawan) dengan kesesuaian dengan pikiran orang lain.

Menurut Aristoteles terdapat tujuh macam bentuk negara, diantaranya:

9
 Monarki merupakan pemerintahan yang dijalankan oleh satu orang dengan
kepentingan seluruh rakyatnya.
 Tirani adalah bentuk negara yang dipegang oleh satu orang demi
kepentingannya sendiri.
 Aristokrasi yaitu pemerintahan yang dipegang oleh sekelompok orang atau
para cendekiawan demi kepentingan seluruh rakyat.
 Oligarhki adalah pemerintah yang dijalankan oleh sekelompok orang guna
kepentingan golongannya sendiri atau kelompoknya.
 Plutokrasi merupakan pemerintahan yang dipegang oleh sekelompok orang
kaya demi kepentingan orang kaya tersebut.
 Politea yaitu pemerintahan yang dijalankan oleh seluruh orang untuk
kepentingan rakyatnya.
 Demokrasi adalah bentuk negara yang dipegang oleh orang yang tidak
mengetahui apapun soal pemerintahan.

2. Bentuk Negara Pada Zaman Pertengahan 

Pada zaman pertengahan bentuk negaranya adalah Republik dan Kerajaan.


Seorang ahli bernama Duguit mengemukakan pendapatnya bahwa negara Republik
dengan Kerajaan memiliki perbedaan. Jika cara pengangkatan kepala negaranya
ditunjuk oleh keturunannya maka disebut Monarkhi. Namun, apabila kepala
negaranya terpilih maka disebut Republik.

Berbeda dengan pendapat ahli lain yaitu Machiavelli yang mengemukakan bahwa
negara Kerajaan dalam pembentukannya dipilih berdasarkan kemauan seseorang atau
orang tertentu, sedangkan negara berbentuk Republik dipilih berdasarkan atas
kemauan negara yang diatur oleh hukum dan keinginan dari banyak orang.

3. Bentuk Negara Pada Zaman Modern-Sekarang

Pada zaman modern seperti sekarang bentuk negaranya adalah Kesatuan dan Serikat.

1) Negara Kesatuan

Negara kesatuan adalah suatu bentuk negara yang berdaulat dan merdeka
dengan satu pemerintahan yang berpusat pada kekuasan dengan mengatur seluruh
daerah. Namun, dalam pelaksanaannya negara kesatuan ini terbagi lagi ke dalam dua
macam sistem pemerintahan yaitu Sentral dan Otonomi.

a. Negara Kesatuan dengan Sistem Sentralisasi

Pemerintahan pada sistem ini merupakan pemerintahan yang dipimpin langsung oleh
pemerintah pusat dengan pemerintah daerah di bawah naungannya yang
melaksanakan kebijakan pemerintahan pusat tersebut. Salah satu contoh sistem
pemerintahan pada zaman ini yaitu pada masa pemerintahan presiden Soeharto pada
Orde Baru.

b. Negara Kesatuan dengan Sistem Desentralisasi

10
Sistem desentralisasi adalah penyerahan wewenang dari pemerintahan pusat ke
daerah. Sistem ini dikenal dengan istilah otonomi daerah atau swatantra.

2) Negara Serikat

Negara serikat atau Federasi adalah suatu bentuk negara gabungan yang terdiri dari
beberapa negara bagian dari sebuah negara serikat. Pada awalnya, negara-negara
bagian ini merupakan suatu negara yang berdaulat, merdeka, dan berdiri sendiri.
Sistem pada negara ini dapat melepaskan sebagian dari kekuasaannya dengan
menyerahkannya kepada negara serikat. Penyerahan kekuasaan dari negara-negara
bagian tersebut kepada negara serikat biasa disebut dengan istilah limitatif.

E. KEKUASAAN POLITIK

Kekuasaan adalah kemampuan seseorang atau sekelompok manusia untuk


mempengaruhi tingkah-lakunya seseorang atau kelompok lain sedemikian rupa sehingga
tingkah-laku itu menjadi sesuai dengan keinginan dan tujuan dari orang yang mempunyai
kekuasaan itu. Kekuasaan Politik adalah “kemampuan untuk mempengaruhi kebijaksanaan
umum (pemerintah) baik terbentuknya maupun akibat- akibatnya sesuai dengan tujuan-tujuan
pemegang kekuasaan sendiri”.
Pada dasarnya kekuasaan politik adalah kemampuan individu atau kelompok untuk
memanfaatkan sumber-sumber kekuatan yang bisa menunjang sektor kekuasaannya dalam
rangka mencapai tujuan tertentu. Sumber-sumber tersebut bisa berupa media massa, media
umum, mahasiswa, elit politik, tokoh masyarakat ataupun militer.
Jenis-jenis kekuasaan yang kita ketahui pada umumnya sekiranya dapat dibagi beberapa jenis
kekuasaan sebagai berikut: (a) kekuasaan eksekutif, yaitu yang dikenal dengan kekuasaan
pemerintahan dimana mereka secara teknis menjalankan roda pemerintahan, (b) kekuasaan
legislatif, yaitu sesuatu yang berwenang membuat, dan mengesahkan perundang-undangan
sekaligus mengawasi roda pemerintahan, (c) kekuasaan yudikatif, yaitu sesuatu kekuasaan
penyelesaian hukum, yang didukung oleh kekuasaan kepolisian, demi menjamin law
enforcement/ pelaksanaan hukum.2
Unsur-unsur kekuasaan, ada tiga komponen dalam rangkaian kekuasaan yang akan
mempengaruhi penguasa atau pemimpin dalam menjalankan kekuasaannya. Komponen ini
harus diikuti,dipelajari, karena saling terkait didalam roda kehidupan penguasa. Tiga
komponen ini adalah pemimpin (pemilik atau pengendali kekuasaan), pengikut dan situasi.
Perhatikan gambar berikut:

Pemimpin

Pengikut Situasi

11
Dari gambar tersebut bisa dijelaskan sebagai berikut. Pemimpin, sebagai pemilik kekuasaan,
bisa mempengaruhi pengikutnya. Bahkan menciptakan pengikut, menggiring pengikut,
menjadi provokator pengikut, sehingga kepengikutan si pengikut akan membabi buta, tidak
rasional lagi. Pengikut sebaliknya juga bisa mempengaruhi pemimpin, bisa memberikan
bisikan kepada pemimpin, bisa menyuruh untuk mempertahankan kekuasaan dan bahkan bisa
menjatuhkan kekuasaannya. Pemimpin juga bisa menciptakan suatu situasi, merekayasa
situasi. Akan tetapi perlu diketahui bahwa dari situasi itu juga maka sang pemimpin bisa
mujur, bisa untung dan karena situasi itu pula sang pemimpin pada akhirnya akan jatuh dan
menghabiskan riwayat kekuasaannya sendiri. Dalam hal ini dibutuhkan figur pemimpin yang
benar-benar cerdas dalam memperhitungkan situasi yang diciptakannya.
Dari gerak tiga komponen diatas, maka kekuasaan juga mempunyai unsur influence, yakni
menyakinkan sambil beragumentasi, sehingga bisa mengubah tingkah laku. Kekuasaan juga
mempunyai unsur persuation, yaitu kemampuan untuk menyakinkan orang dengan cara
sosialisasi atau persuasi (bujukan atau rayuan) baik yang positif maupun negatif, sehingga
bisa timbul unsur manipulasi, dan pada akhirnya bisa berakibat pada unsur coersion, yang
berarti mengambil tindakan desakan, kekuatan, kalau perlu disertai kekuasaan unsur force
atau kekuatan massa, termasuk dengan kekuatan militer.3 Dengan begitu penjelasan tentang
kekuasaan diatas para kandidat bisa menggunakan tiga komponen yaitu diantara influence,
persuation, dan coercion.
Dalam kekuasaan ini, menggunakan teori kekuasaan Max Weber dan teori fungsional
struktural talcoot parsons. weber mendefinisikan kekuasaan sebagai kemungkinan bagi
seseorang untuk memaksakan orang-orang lain berperilaku sesuai dengan
kehendaknya.Politik demikian dapat kita simpulkan pada instansi pertama berkenaan dengan
pertarungan untuk kekuasaan.

F. Konsep Kekuatan Politik


Pada masa orde baru, ketika ideologi developmentalisme menjadi pilihan paradigma
pembangunan orde baru, ironisnya konsep ini bukan sepenuhnya produk elit negara
melainkan hasil kontruksi kekuatan kapital global. Sebagai akibatnya, produk-produk
kebijakan publik dan program pembangunan yang dihasilkan oleh lembaga-lembaga
demokrasi pada masa orde baru tidak lain suara dari para wakil rakyat yang dibawah kontrol
dan untuk kepentingan lembaga birokrasi, militer, presiden dan kroni-kroninya. Kekuatan
eksekutif birokrasi menjadi representasi kekuatan negara sebagai agen kapitalisme global.
Implikasinya , strategi pertumbuhan ekonomi pada masa orde baru dengan prinsip triccle
down effect atau menetes kebawah, justru mengalirkan hasil pembangunan itu ke rezim orde
baru sendiri. Rakyat yang sudah tertindas oleh represi politik pun menjadi lebih tertindas
secara ekonomi politik.
Kekuatan politik dimanapun di atas dunia selalu mencerminkan masalah-masalah mendalam
kesejarahan dan struktural di mana kekuatan- kekuatan politik itu tumbuh, berkembang dan
melakukan peranan. Menurut Hannah Arendt Kekuatan (strength) merupakan sifat atau
karakter yang di miliki setiap individu. Pada hakikatnya kekuatan berdiri sendiri, namun
keberadaan kekuatan dapat dilihat dari relasi antara individu terkait dengan orang lain.
Karena itu, kekuatan dapat dipengaruhi. Individu yang sangat kuat pun dapat terpengaruh.

12
Pengaruh yang masuk terkadang tampak seperti ingin memperkuat individu yang
bersangkutan, namun sesungguhnya memiliki potensi melakukan pengrusakan terhadap
kekuatan.15
Miriam budiardjo mengatakan bahwa yang diartikan dengan kekuatan-kekuatan politik
adalah yang bisa masuk dalam pengertian individual maupun dalampengertian kelembagaan.
Dalam pengertian yang brsifat individual adalah kekuatan-kekuatan politik yang tidak lain
adalah aktor-aktor politik atau orang-orang yang memainkan peranan dalam kehidupan
politik. Secara kelembagaan di sini kekuatan-kekuatan politik bisa berupa lembaga atau
organisasi-organisasi ataupun bentuk lain yang melembaga dan bertujuan mempengaruhi
proses pengambilan keputusan plitik dalam sistem politik.
Pada dasarnya, banyak aspek potensial yang menjadi kekuatan politik sebagaimana yang di
katakan oleh Bachtiar Effendiy, yakni apakah kekuatan ini bersifat formal atau nonformal.
Kekuatan politikyang formal mengambil bentuk kedalam partai-partai politik. Sementara
yang diartikan dengan kekuatan-kekuatan politik yang bersifat nonformal adalah merupakan
bagian dari bangunan civil society.

G. kuasa dalam politik Relasi


Kekuasaan terdapat di semua bidang kehidupan, kekuasaan mencakup kemampuan
untuk memerintah (agar yang diperintah patuh) dan juga untuk memberi keputusan-
keputusan yang secara langsung maupun tidak langsung mempengharuhi tindakan-tindakan
pihak lain. Dalam setiap hubungan antar manusia maupun antar kelompok sosial selalu
tersimpul pengertian-pengertian kekuasaan dan wewenang.
Pada dasarnya hubungan kekuasaan politik adalah kemampuan individu atau kelompok untuk
memanfaatkan sumber-sumber kekuatan yang bisa menunjang sektor kekuasaannya dalam
rangka mencapai tujuan tertentu. Sumber-sumber tersebut bisa berupa media massa, media
umum, mahasiswa, elit politik, tokoh masyarakat ataupunmiliter.17Hubungan kekuasaan
merupakan suatu bentuk hubungan sosial yang menunjukkan hubungan yang tidak setara
(asymetric relationship), hal ini disebabkan dalam kekuasaan terkandung unsur “pemimpin“
(direction) atau apa yang oleh Weber disebut “pengawas yang mengandung perintah“
(imperative control). Dalam hubungan dengan unsur inilah hubungan kekuasaan
menunjukkan hubungan antara apa yang oleh Leon Daguit disebut “pemerintah”
( gouvernants ) dan “yang diperintah” ( gouvernes ).

13
BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan

14
DAFTAR PUSTAKA

https://www.gramedia.com/literasi/pengertian-negara/

https://id.wikipedia.org/wiki/Kekuasaan_politik

http://digilib.uinsby.ac.id/2360/5/Bab%202.pdf#:~:text=Kekuasaan%20%20Politik
%20%20adalah%20%20%E2%80%9Ckemampuan%20,akibat-%20akibatnya%20sesuai
%20dengan%20tujuan-tujuan%20pemegang%20kekuasaan%20sendiri%E2%80%9D.

15

Anda mungkin juga menyukai