Disusun Oleh :
KELOMPOK 3
DOSEN PEMBIMBING :
David Budi Irawan, M.Pd
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-
Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "NEGARA DAN
HUKUM" dengan tepat waktu.
Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Konsep Dasar PKN
SD. Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang Negara dan
Hukum.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada BAPAK DAVID BUDI
IRAWAN, M.Pd. selaku dosen Mata kuliah pendidikan kewarganegaraan (PKN).
Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu
diselesaikannya makalah ini.Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari
sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang membangun diharapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
Kelompok 3
ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan Makalah........................................................................2
BAB II......................................................................................................................2
PEMBAHASAN......................................................................................................2
2.1 Pengertian Negara.......................................................................................2
2.2 Bentuk Negara............................................................................................2
2.3 Unsur-unsur Negara...............................................................................3
2.4 Tujuan Negara.......................................................................................7
2.5 Pengertian Hukum.................................................................................8
2.6 Tujuan Hukum.....................................................................................13
2.7 Unsur Hukum.......................................................................................16
2.8 Ciri-ciri Hukum...................................................................................16
2.9 Sumber Hukum....................................................................................17
2.10 Penegakan Hukum...............................................................................24
2.11 Penegakan hukum objektif..................................................................25
2.12 Aparatur penegak hukum.....................................................................27
BAB III..................................................................................................................29
PENUTUP..............................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................31
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Negara merupakan salah satu bentuk organisasi yang ada dalam kehidupan
masyarakat. Pada prinsipnya setiap warga masyarakat menjadi anggota dari suatu
negara dan harus tunduk pada kekuasaan negara. Melalui kehidupan bernegara
dengan pemerintah yang ada di dalamnya, masyarakat ingin mewujutkan tujuan
tujuan tertentu seperti terwujudnya ketentraman, ketertiban, dan kesejahteraan
masyarakat. Agar pemerintah suatu negara memiliki kekuasaan untuk mengatur
kehidupan masyarakat tidak bertindak seenaknya, maka ada sistem aturan tersebut
menggambarkan suatu hierakhi atau pertindakan dalam aturan yang paling tinggi
tingkatanya sampai pada aturan yang paling rendah.
Negara dan konstitusi adalah dwi tunggal. Jika di ibaratkan bangunan,
negara sebagai pilar-pilar atau tembok tidak bisa berdiri kokoh tanpa pondasi
yang kuat, yaitu konstitusi Indonesia. Hampir setiap negara mempunyai
konstitusi, terlepas dari apakah konstitusi tersebut telah dilaksanakan dengan
optimal atau belum. Yang jelas, konstitusi adalah perangkat negara yang
perannya tak bisa dipandang sebelah mata.
Hukum adalah undang-undang yang dibuat dan ditegakkan melalui
lembaga sosial atau pemerintah untuk mengatur perilaku masyarakat. Hukum
yang ditegakkan oleh negara dapat dibuat oleh legislatif kelompok atau oleh
seorang legislator tunggal, yang menghasilkan undang-undang oleh eksekutif
melalui keputusan dan peraturan atau ditetapkan oleh hakim melalui presiden.
Hukum merupakan peraturan yang berupa norma dan sanksi yang dibuat
dengan tujuan untuk mengatur tingkah laku manusia, menjaga ketertiban, keadilan,
mencegah terjadinya kekacauan. Hukum memiliki tugas untuk menjamin bahwa
adanya kepastian hukum dalam masyarakat. Oleh sebab itu setiap masyarat
berhak untuk memperoleh pembelaan didepan hukum. Hukum dapat diartikan
sebagai sebuah peraturan atau ketetapan/ketentuan yang tertulis ataupun yang
tidak tertulis.
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian, bentuk, hakikat, unsur-unsur dan tujuan negara?
2. Bagaimana hukum sebagai kaidah?
3. Apa saja sumber hukum?
2
BAB II
PEMBAHASAN
2
3
2. Negara Serikat
Negara serikat adalah negara yang merupakan gabungan dari beberapa,
kemudian menjadi negara-negara bagian dari pada suatu negara serikat.
2.3 Unsur-unsur Negara
Teori unsur negara yang berkenaan dengan syarat yang harus dipenuhi agar
suatu wilayah dapat dikatakan sebagai negara. Perkembangan teori unsur-unsur
negara adalah sebagai berikut:
1. Teori Politik
Suatu masyarakat politik, untuk dapat disebut sebagai negara harus memenuhi
tiga unsur mencakup:
1. Harus ada rakyat atau penduduk,
2. Harus ada wilayah, dari segi geopolitik termasuk kekayaan alam yang
merupakan ruang hidup bagi suatu negara,
3. Harus ada pemerintah yang berdaulat, artinya mampu mempertahankan
eksistensi negara baik dari serangan dan dominasi asing atau negara lain
serta mampu menjamin ketertiban dan kemanan dalam negeri.
Moh. Yamin dalam bukunya Sapta Praja Tata Negara Majapahit mengatakan
empat unsur negara yaitu Phrabu/raja, Praja/penduduk, Mandala/ wilayah, tujuan
negara yang dinyatakan dengan kalimat “kadigyijayanira Narendra ing Praja”
artinya kemakmuran raja dan penduduknya.
2. Teori Hukum Internasional
Unsur-unsur yang diperlukan bagi terbentuknya negara, ada yang
termasuk unsur yang bersifat mutlak atau konstitutif, dan ada pula yang bersifat
tambahan atau deklaratif. Menurut Convensi on right and Duties of state di
Montevideo (Pan Amerika), tahun 1933 adalah: 1) A permanent population, 2) A
defined territory, 3) A government, 4) A capacity to enter into relation with other
state.
a. Penduduk/ Rakyat
Yang dimaksud dengan rakyat adalah sekumpulan manusia yang hidup
bersama sehingga menghimpun menjadi masyarakat, meskipun mereka mungkin
berbeda keturunan, kepercayaan, warna kulit, yang hidup terorganisir dengan baik
4
a. Asas ius sanguinis (law of the blood), atau asas pertalian darah, yakni
kewarganegaraan seseorang ditentukan dari kewarganegaraan orang
tuanya.
b. Asas ius soli (law of the soil), berdasarkan kedaerahan atau teritorial,
yakni menentukan kewarganegaraan seseorang berdasarkan tempat di
mana ia dilahirkan.
c. Asas naturalisasi, kewarganegaraan seseorang didapatkan karena
mengajukan permohonan untuk menjadi warga Negara suatu Negara.
b. Wilayah
Wilayah adalah batas wilayah dimana kekuasaan negara itu berlaku, yang
dapat dikenali dengan baik secara factual maupun yuridis. Oppenheim dalam
bukunya Internasional Law, menerangkan bahwa tanpa adanya batas-batas tertentu
suatu negara tidak akan dianggap segala kedaulatannya dan eksistensinya. Pengertian
negara disini tidak dapat dipisahkan dari konsep dasar sebagai suatu kesatuan
geografis disertai dengan kedaulatan yurisdiksinya masing-masing. Tidak menjadi
persoalan sempit atau luasnya wilayah. Wilayah teritorial dalam konsep negara Islam
mencakup setiap kawasan atau setiap bagian negeri yang tunduk pada kekuasaan dan
otoritas kaum muslimin. Berdasarkan cakupan wilayah adalah: a. Wilayah Teritorial
Negara, meliputi: 1) tanah daratan; 2) sungai nasional; 3) lautan teritorial; b. Wilayah
ekstrateritorial, seperti kapal yang berbendera yang melntasi lintas negara.
c. Pemerintah Yang Berdaulat
Pengertian Kedaulatan Kedaulatan sering disebut dengan soveregnty,
souveranitat, souvereniteit, sering disebut dengan kekuasaan tertinggi, jika
kekuasaan diartikan secara yuridis, maka kekuasaan disebut sebagai kedaulatan. Pada
awalnya kedaulatan diartikan sebagai kekuasaan yang tertinggi yang bersifat mutlak,
karena tidak ada kekuasaan lain yang mengatasinya. Kemudian setelah adanya
hubungan antar negara dengan diadakannya perjanjian internasional, maka
kedaulatan semakin terbatas. Kedaulatan adalah kekuasaan tertinggi untuk membuat
undang-undang dan melaksanakannya dengan semua cara (termasuk dengan paksaan)
yang tersedia.
6
Negara Menurut Para Ahli Selain itu negara secara umum, para ahli kenegaraan juga
mempunyai pendapat tersendiri tentang apa tujuan negara. Berikut ini kami paparkan
tujuan Negara menurut para ahli :
1. Tujuan negara dari Imanuel Kant
Tujuan negara menurut Imanuel Kant adalah menegakkan hak-hak dan
kebebasan warga negara atau kemerdekaan individu. Untuk menjamin kebebasan
individu berupa jaminan perlindungan HAM harus diadakan pemisahan kekuasaan
seperti Trias Politika.
karena ada anggapan bahwa “jika dua orang sarjana hukum berkumpul dan
berdebat tentang suatu objek perdebatan, maka akan melahirkan tiga pendapat.”
Kesulitan mendefinisikan hukum tidak lain karena wujud hukum yang
abstrak, dan cakupannya yang sangat luas sehingga (manusia lahir dijemput oleh
hukum, hidup diatur oleh hukum, bahkan mati pun diantar oleh hukum), sehingga
Immanuel Kant mengatakan “noch suchen die juristen eine definition zu ihrem
begriffe von recht.”
Meskipun dirasakan sulit memberikan definisi tentang hukum bagi
seseorang yang memulai mempelajari ilmu hukum perlulah disajikan beberapa
definisi tentang hukum dengan tujuan untuk memberikan pedoman tentang arti
secara tepat serta memberikan suatu gambaran tentang hukum dan bagaimana
beroperasinya hukum di tengah masyarakat.
Law, yang mengadung pengertian:
1. Deskripsi mengenai apa yang seharusnya dilakukan dalam mencapai keadilan
2. Aturan perilaku yang ditujukan untuk menciptakan ketertiban masyarakat.
Yang pertama dalam bahasa Latin disebut ius, bahasa Prancis droit, bahasa
Belanda dan Jerman recht, dan dalam bahasa Indonesia disebut hukum. Yang kedua,
dalam bahasa Latin lex, Prancis loi, Belanda wet, Jerman gesetz dan bahasa Indonesia
undang-undang.
Kata law dalam bahasa Inggris berasal dari kata lagu, yaitu aturan-aturan dibuat
oleh raja-raja Anglo-Saxon yang telah angkir dikodifikasikan, lagu berada dalam
garis lex dan bukan ius.
Ilmu hukum dalam bahasa Inggris dikenal dengan Jurisprudence. Kata itu
berasal dari dua kata latin yakni iuris yang artinya hukum dan prudentia yang artinya
kebijaksanaan atau pengetahuan. Ilmu hukum (jurisprudence) secara luas sebagai
sesuatu yang bersifat teoretis tentang hukum dan mempunyai pengertian suatu
metode kajian tentang hukum secara umum.
Kata science diidentikkan dengan ilmu pengetahuan yang empiris (ilmu alam).
Ilmu hukum dalam artian jurisprudence tidak tergolong dalam pengertian science
yang mengandung makna verifikasi empirik. Gijssels dan Van Hoecke
mendefinisikan jurisprudence sebagai suatu pengetahuan yang sistematis dan
10
Hukum adalah peraturan yang dibuat oleh yang hanya memiliki tujuan untuk
mengatur tata kehidupan bermasyarakat yang memiliki peraturan dan melarang
serta memiliki paksaan dengan menjatuhkan sanksi bagi yang melanggarnya.
8. Abdul Kadir Muhammad, S.H., Pengantar Ilmu Hukum (2010)
Hukum adalah segala peraturan tertulis dan tidak tertulis yang mempunyai
sanksi yang tegas terhadap pelanggarnya.
9. Mochtar Kusuma Atmaja dalam Hukum, Masyarakat dan Pembinaan Hukum
Nasional (1976: 15)
Pengertian hukum yang memadai harus tidak hanya dan asas-asas yang
mengatur kehidupan manusia dalam perangkat kaidah memandang hukum itu
sebagai suatu masyarakat, tapi harus pula mencakup lembaga (institusi) dan
proses yang diperlukan untuk mewujudkan hukum dalam kenyataan.
10. Roscoe Pound
Hukum dalam arti sebagai tata hukum (hubungan antara manusia dengan
individu lainnya dan tingkah laku para individu yang memengaruhi individu
lainnya, atau tata sosial, atau tata ekonomi).
Hukum dalam arti selaku kumpulan dasar-dasar kewenangan dari putusan-
putusan pengadilan dan tindakan administratif (harapan-harapan atau
tuntutan-tuntutan) oleh manusia sebagai individu ataupun kelompok-
kelompok manusia yang memengaruhi hubungan mereka atau menentukan
tingkah laku mereka.
“hukum merupakan realitas sosial”
“negara didirikan demi kepentingan umum dan hukum adalah sarana
utamanya”
11. Zweck im Jhering, Der Recht (1877) memaknai hukum sebagai:
Hukum adalah penjumlahan dari kondisi kehidupan sosial dalam arti yang
seluas-luasnya dari istilah tersebut, sebagaimana dijamin oleh kekuatan negara
melalui cara-cara paksaan eksternal.
(Hukum adalah sejumlah kondisi kehidupan sosial dalam arti luas, yang dijamin
oleh kekuasaan negara melalui cara paksaan yang bersifat eksternal).
12
berhak diterima. Anggapan ini berdasarkan etika dan Aristoteles berpendapat bahwa
hukun bertugas hanya membuat keadilan (etische theorie).
Tentang isi keadilan sukar untuk memberi batasannya Aristoteles
membedakan adanya dua macam keadilan, yaitu:
A. Keadilan distributive (Justitia distributive)
B. Keadilan Komutatif (Justitia Commutativa)
Justitia distributiva, menuntut bahwa setiap ora mendapat apa yang menjadi hak
atau jatahnya. Jatah ini tidak sama untuk setiap orangnya, tergantung pada kekayaan
kelahiran, pendidikan, kemampuan, dan sebagainya, sifatnya pun proporsional.
Justitia Commutativa, berikan kepada semua orang jumlah yang sama. Dalam
pergaulan dalam masyarakat, justitia commutativ merupakan kewajiban setiap orang
terhadap sesamanya. Di sini yang dituntut adalah kesetaraan. Yang adil adalah ketika
semua orang diperlakukan sama tanpa memandang posisi dan sebagainya.
2. Teori Utilitas
Menurut teori ini hukum ingin menjamin kebahagiaan yang terbesar bagi
manusia dalam jumlah yang sebanyak banyaknya (the greatest good of the greatest
number). Pada hakikatnya menurut teori ini tujuan hukum adalah manfaat dalam
menghasilkan kesenangan atau kebahagiaan yang terbesar bagi jumlah orang yang
terbanyak. Penganut teori ini antara lain adalah Jeremy Bentham, Menurut Jeremy
Bentham hukum harus menuju ke arah barang apa yang berguna (mengutamakan
utilitet, utiliteits theorie).
Namun yang dirumuskan oleh Bentham tersebut hanyalah hal-hal yang
berfaedah dan tidak mempertimbangkan tentang hal-hal yang konkret. Sulit bagi kita
untuk menerima anggapan Bentham sebagaimana yang telah dikemukakan bahwa
apa yang berfaedah lebih ditonjolkan, maka dia akan menggeser nilai keadilan ke
samping. Jika kepastian yang diutamakan maka akan menggeser nilai kegunaan atau
faedah dan nilai keadilan.
3. Teori Campuran
Teori ini dianut oleh Mochtar Kusumaatmadja, menurut beliau tujuan pokok
dan pertama dari hukum adalah ketertiban. Kebutuhan akan ketertiban ini syarat
pokok (fundamental) bagi adanya suatu masyarakat yang teratur.
15
Pasal 15 AB:
“Selain pengecualian-pengecualian yang diberikan terhadap orang Indonesia
dan orang-orang yang dipersamakan itu, maka kebiasaan tidak merupakan
hukum, kecuali apabila UU menetapkan demikian.”
Pasal 1339 KUHPerdata:
“Perjanjian tidak hanya mengikat hal-hal yang dengan tegas dinyatakan di
dalamnya, tetapi juga segala sesuatu yang menurut sifat perjanjian itu
disyaratkan oleh kepatutan, kebiasaan, atau undang-undang.”
Pasal 1347 KUHPerdata:
"Hal-hal yang menurut kebiasaan selamanya di perjanjikan, dianggap secara
diam-diam dimasukkan dalam persetujuan, meskipun tidak dengan tegas
dinyatakan."
Pasal 1571 KUHPerdata:
"Apa yang meragu-ragukan harus ditafsirkan menurut apa yang menjadi
kebiasaan dalam negeri atau di tempat persetujuan telah dibuat."
Pasal 22 AB:
"Hakim yang menolak untuk mengadili dengan alasan undang-undangnya
bungkam, tidak jelas atau tidak lengkap, dapat dituntut karena menolak untuk
mengadili."
Pasal 14 UU No. 14 tahun 1970:
"Pengadilan tidak boleh menolak untuk memeriksa suatu perkara yang
diajukan dengan dalih bahwa hukum tidak atau kurang jelas, melainkan wajib
untuk memeriksa dan mengadilinya."
Kelemahan Hukum Kebiasaan
1. Hukum kebiasaan bersifat tidak tertulis oleh karenanya tidak dapat
dirumuskan secara jelas dan sukar menggantinya.
2. Hukum kebiasaan tidak menjamin kepastian hukum dan sering menyulitkan
dalam beracara karena kebiasaan sangat beraneka ragam.
Hubungan hukum kebiasaan dan hukum adat.
Adat istiadat adalah peraturan-peraturan atau kebiasaan sosial yang sejak
lama ada dalam masyarakat dengan maksud mengatur tata tertib. Pada umumnya
21
adat istiadat bersifat sakral serta merupakan tradisi. Hukum adat termasuk bagian
hukum kebiasaan dan tidak semua adat merupakan hukum.
3. Yurisprudensi
Dalam sistem common law, yurisprudensi diterjemahkan sebagai: "Suatu
ilmu pengetahuan hukum positif dan hubungan-hubungannya dengan hukum lain."
Sedangkan dalam sistem statute law dan civil law, diterjemahkan sebagai "Putusan
putusan hakim terdahulu yang telah berkekuatan hukum tetap dan diikuti oleh para
hakim atau badan peradilan lain dalam memutus perkara atau kasus yang sama"
(Simorangkir, 1987: 78).
Menurut Prof. Subekti, yang dimaksud dengan yurisprudensi adalah
"Putusan-putusan Hakim atau Pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap dan
dibenarkan oleh Mahkamah Agung sebagai pengadilan asasi, atau putusan
Mahkamah Agung sendiri yang sudah berkekuatan hukum tetap. Tidak semua
putusan hakim tingkat pertama atau tingkat banding dapat dikategorikan sebagai
yurisprudensi, kecuali putusan tersebut sudah melalui proses eksaminasi dan notasi
Mahkamah Agung dengan rekomendasi sebagai teputusan yang telah memenuhi
standar hukum yurisprudensi. Dikenal 2 (dua) jenis yurisprudensi, yaitu
yurisprudensi tetap dan yurisprudensi tidak tetap. Yurisprudensi memiliki beberapa
kandungan makna, yaitu:
Yurisprudentia (latin) = pengetahuan hukum.
Yurisprudentie (Prancis) = peradilan.
Jurisprudence (Inggris) = teori ilmu hukum.
Dari segi praktik peradilan yurisprudensi adalah keputusan hakim yang selalu
dijadikan pedoman hakim lain dalam memutuskan kasus-kasus yang sama.
Sebuah putusan pengadilan pada dasarnya hanya mengikat para pihak yang
bersengketa (Pasal 1917 BW) dan tidak mengikat setiap orang pada umumnya
seperti UU. Putusan adalah hukum sejak dijatuhkan hingga dilaksanakan. Dan
setelah dilaksanakan putusan pengadilan hanyalah merupakan sumber hukum.
Sebab-sebab seorang hakim mempergunakan putusan hakim lainnya adalah:
Pertimbangan psikologis
Pertimbangan praktis
22
4. Perjanjian
Traktat adalah perjanjian yang dibuat oleh dua negara atau lebih. Perjanjian
yang dibuat oleh dua negara disebut Perjanjian Bilateral, sedangkan perjanjian yang
dibuat oleh lebih dari dua negara disebut Perjanjian Multilateral. Selain itu, ada juga
yang disebut dengan Traktat Kolektif yang merupakan kesepakatan antara beberapa
23
negara dan kemudian terbuka bagi negara lain untuk mengikatkan diri dalam
kesepakatan keduanya.
Traktat merupakan perjanjian yang dibuat risp antarnegara yang dituangkan
dalam bentuk tertentu. Pasal 11 UUD menentukan: "Presiden dengan persetujuan
DPR me nyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan uri negara
lain." Perjanjian dengan negara lain yang dikehendaki dalam diktum Pasal 11 UUD
1945 adalah perjanjian antarnegara atau perjanjian internasional yang kekuatan
hukumnya sama dengan UU. Mengingat secara prosedural perjanjian antarnegara
dibuat oleh Presiden dengan persetujuan DPR.Berdasarkan Surat Presiden No.
2826/HK/60 yang dimaksud dengan perjanjian dalam Pasal 11 UUD adalah
perjanjian yang paling utama saja, yang berkaitan dengan masalah politik dan
menyangkut hajat hidup orang banyak, biasa disebut dengan perjanjian.
5. Doktrin Hukum
Doktrin hukum adalah pendapat para ahli atau sarjana hukum ternama. Dalam
yurisprudensi dapat di lihat bahwa hakim sering berpegangan pada pendapat seorang
atau beberapa sarjana hukum yang terkenal namanya. Pendapat para sarjana hukum
itu menjadi dasar keputusan-keputusan yang akan diambil oleh seorang hakim dalam
menyelesaikan suatu perkara.
Doktrin adalah teori-teori yang disampaikan oleh para sarjana hukum yang
ternama yang mempunyai kekuasaan dan dijadikan acuan bagi hakim untuk
mengambil keputusan. Dalam penetapan apa yang akan menjadi keputusan hakim, ia
sering menyebut (mengutip) pendapat seseorang sarjana hukum mengenai kasus
yang harus diselesaikannya; apalagi jika sarjana hukum itu menentukan bagaimana
seharusnya. Pendapat itu menjadi dasar keputusan hakim tersebut.
Pendapat para sarjana hukum yang merupakan doktrin adalah sumber hukum.
Ilmu hukum itu sebagai sumber hukum, tapi bukan hukum karena tidak langsung
mempunyaikekuatan mengikat sebagai hukum. Hukum baru bersifat mengikat dan
mempunyai kekuatan hukum apabila dijadikan pertimbangan hukum dalam putusan
pengadilan. Selain itu, dikenal juga dengan pepatah dimana orang tidak boleh
menyimpang dari “communis opinion doctorum” (pendapat umum para ulama).
24
6. Revolusi / Kudeta
Salah satu sumber hukum yang tidak normal (abnormal) ialah revolusi atau
coup d'etat yaitu suatu tindakan dari warga negara yang mengambil alih kekuasaan
di luar cara-cara yang diatur dalam konstitusi suatu negara. Jika tindakan itu
(revolusi atau coup d'etat) itu berhasil maka revolusi atau coup d'etat itu adalah:
1. Sumber hukum normal:
a. Sebuah sumber hukum normal yang langsung atas pengakuan UU, yaitu
UU, perjanjian antar negara dan kebiasaan.
b. Sumber hukum normal yang tidak langsung atas pengakuan UU, yaitu
perjanjian doktrin dan yurisprudensi.
asasi manusia dan kesadaran untuk menghormati hak-hak asasi orang lain di
kalangan masyarakat kitapun memang belum berkembang secara sehat.
hukum atau pembuatan hukum baru. Karena itu, ada empat fungsi penting yang
memerlukan perhatian yang seksama, yang yaitu (i) pembuatan hukum (‘the
legislation of law’ atau ‘law and rule making’), (ii) sosialisasi, penyebarluasan dan
bahkan pembudayaan hukum (socialization and promulgation of law), dan (iii)
penegakan hukum (the enforcement of law).
Ketiganya membutuhkan dukungan (iv) adminstrasi hukum (the
administration of law) yang efektif dan efisien yang dijalankan oleh pemerintahan
(eksekutif) yang bertanggungjawab (accountable). Karena itu, pengembangan
administrasi hukum dan sistem hukum dapat disebut sebagai agenda penting yang
keempat sebagai tambahan terhadap ketiga agenda tersebut di atas. Dalam arti luas,
‘the administration of law’ itu mencakup pengertian pelaksanaan hukum (rules
executing) dan tata administrasi hukum itu sendiri dalam pengertian yang sempit.
Misalnya dapat dipersoalkan sejauhmana sistem dokumentasi dan publikasi berbagai
produk hukum yang ada selama ini telah dikembangkan dalam rangka
pendokumentasian peraturan-peraturan (regels), keputusan keputusan administrasi
negara (beschikkings), ataupun penetapan dan putusan (vonis) hakim di seluruh
jajaran dan lapisan pemerintahan dari pusat sampai ke daerah-daerah. Jika sistem
administrasinya tidak jelas, bagaimana mungkin akses masyarakat luas terhadap
aneka bentuk produk hukum tersebut dapat terbuka? Jika akses tidak ada, bagaimana
mungkin mengharapkan masyarakat dapat taat pada aturan yang tidak diketahuinya?
Meskipun ada teori ‘fiktie’ yang diakui sebagai doktrin hukum yang bersifat
universal, hukum juga perlu difungsikan sebagai sarana pendidikan dan pembaruan
masyarakat (social reform), dan karena itu ketidaktahuan masyarakat akan hukum
tidak boleh dibiarkan tanpa usaha sosialisasi dan pembudayaan hukum secara
sistematis dan bersengaja.
2
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Privat dibagi menjadi Hukum Pribadi, Hukum Keluarga, Hukum Kekayaan, dan
Hukum Waris.
– Hukum Berdasarkan Pribadi: Hukum satu golongan, Hukum semua golongan
dan Hukum Antar golongan.
– Hukum Berdasarkan Wujudnya: Hukum Obyektif dan Hukum Subyektif.
– Hukum Berdasarkan Sifatnya: Hukum yang memaksa dan Hukum yang
mengatur.
Ciri-ciri hukumnya antara lain:
1. Ada perintah atau larangan
2. Perintah atau larangan itu harus dipatuhi oleh masing-masing orang
3.2 Saran
Setelah membaca makalah ini, kita mengetahui tentang negara dan hukum
di Indonesia. Perlu ditingkatkan dan diperlakukan sesuaikan norma yang berlaku
sanksi tidak boleh mendegradasikan nilai hukum, menderitakan tidak
diperbolehkan merendahkan martabat manusia. Dalam hal hukum memberi nilai
penghormatan atas kehidupan manusia sanksi sama sekali tidak boleh melanggar
nilai tersebut maka dari itu sanksi pidana mati jelas tidak dibolehkan, karena hal
tersebut juga pelanggaran hukum. Hukum memberi nilai penghormatan atas hak
milik sehingga kaidah hukum melarang pencurian maka sanksi yang mengambil
melebihi hak pelaku pencurian adalah tidak dibenarkan sehingga sanksi yang
memiskinkan seorang koruptor juga adalah pelanggaran hukum. Sanksi harus
ditujukan untuk mengabdi pada hukum bukan sebaliknya, apabila hukum
menghendaki untuk manusia tidak membunuh maka sanksi sebagai penegak
larangan tersebut tidak boleh menghilangkan nyawa manusia.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Ahmad, Menguak Tabir Hukum, Suatu Kajian Filosofis dan sosiologis.
Jakarta: Chandra Pratama, 1996.
Hart, H.L.A, The Concept Of Law, New York: Clarendon Press Oxford, 1997.
Marzuki, Peter Mahmud, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta: Kencana Predena
Media Grup, 2009.
Asikin, Z. (2015). Pengantar Ilmu Hukum Edisi Kedua. Definisi Hukum Menurut
Ahli. Depok: PT. RajaGrafindo Persada. hlm. 13-14
Askin, Z. (2015). Pengantar Ilmu Hukum Edisi Kedua. Depok: PT. Raja Grafindo
Persada.
Atmaja, I. D. (2015). Ilmu negara : sejarah, konsep negara dan kajian
kenegaraan. Malang Setara Press.
Bodin, J. (2013). Teori Hukum Dalam Konteks Kedaulatan. Yogyakarta:
RadjaPedia.
Is Sadi , M. (2017). Pengantar Ilmu Hukum. PT. Kharisma Putra Utama.
Jellineck, G., & Bodin , J. (2022). Teori Kedaulatan Rakya: Pengertian dan
Maknanya. Gramedia.com.
Kurnaisih , W. (2021). Hukum : Pengertian, tujuan, fungsi, unsur, dan jenis .
Gramedia.blog.
Kusria, S. (2017). Ilmu Negara. Unisula.
Nughara, J. (2021). Mengenal Teori Tujuan Negara. Merdeka.com.
Sutama, P. (2021). Tujuan negara Kesatuan Republik Indonesia dan Teori
Menurut Ahli. Tintoid.
Wati , P., & Pania , C. (2021). Pengantar Ilmu Negara. Penerbit Adab.
31