Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH

NEGARA DAN HUKUM

Disusun Oleh :
KELOMPOK 3

1. CHINDY ARUM LARASATI (2021143572)


2. MUTIA AMELIA (2021143576)
3. NABILAH ROMADANI (2021143586)
4. SAPARUDIN SAPUTRA (2021143593)

DOSEN PEMBIMBING :
David Budi Irawan, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG
2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-
Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "NEGARA DAN
HUKUM" dengan tepat waktu.
Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Konsep Dasar PKN
SD. Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang Negara dan
Hukum.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada BAPAK DAVID BUDI
IRAWAN, M.Pd. selaku dosen Mata kuliah pendidikan kewarganegaraan (PKN).
Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu
diselesaikannya makalah ini.Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari
sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang membangun diharapkan demi
kesempurnaan makalah ini.

Palembang, 5 Maret 2022


Penyusun,

Kelompok 3

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan Makalah........................................................................2
BAB II......................................................................................................................2
PEMBAHASAN......................................................................................................2
2.1 Pengertian Negara.......................................................................................2
2.2 Bentuk Negara............................................................................................2
2.3 Unsur-unsur Negara...............................................................................3
2.4 Tujuan Negara.......................................................................................7
2.5 Pengertian Hukum.................................................................................8
2.6 Tujuan Hukum.....................................................................................13
2.7 Unsur Hukum.......................................................................................16
2.8 Ciri-ciri Hukum...................................................................................16
2.9 Sumber Hukum....................................................................................17
2.10 Penegakan Hukum...............................................................................24
2.11 Penegakan hukum objektif..................................................................25
2.12 Aparatur penegak hukum.....................................................................27
BAB III..................................................................................................................29
PENUTUP..............................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................31

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Negara merupakan salah satu bentuk organisasi yang ada dalam kehidupan
masyarakat. Pada prinsipnya setiap warga masyarakat menjadi anggota dari suatu
negara dan harus tunduk pada kekuasaan negara. Melalui kehidupan bernegara
dengan pemerintah yang ada di dalamnya, masyarakat ingin mewujutkan tujuan
tujuan tertentu seperti terwujudnya ketentraman, ketertiban, dan kesejahteraan
masyarakat. Agar pemerintah suatu negara memiliki kekuasaan untuk mengatur
kehidupan masyarakat tidak bertindak seenaknya, maka ada sistem aturan tersebut
menggambarkan suatu hierakhi atau pertindakan dalam aturan yang paling tinggi
tingkatanya sampai pada aturan yang paling rendah.
Negara dan konstitusi adalah dwi tunggal. Jika di ibaratkan bangunan,
negara sebagai pilar-pilar atau tembok tidak bisa berdiri kokoh tanpa pondasi
yang kuat, yaitu konstitusi Indonesia. Hampir setiap negara mempunyai
konstitusi, terlepas dari apakah konstitusi tersebut telah dilaksanakan dengan
optimal atau belum. Yang jelas, konstitusi adalah perangkat negara yang
perannya tak bisa dipandang sebelah mata.
Hukum adalah undang-undang yang dibuat dan ditegakkan melalui
lembaga sosial atau pemerintah untuk mengatur perilaku masyarakat. Hukum
yang ditegakkan oleh negara dapat dibuat oleh legislatif kelompok atau oleh
seorang legislator tunggal, yang menghasilkan undang-undang oleh eksekutif
melalui keputusan dan peraturan atau ditetapkan oleh hakim melalui presiden.
Hukum merupakan peraturan yang berupa norma dan sanksi yang dibuat
dengan tujuan untuk mengatur tingkah laku manusia, menjaga ketertiban, keadilan,
mencegah terjadinya kekacauan. Hukum memiliki tugas untuk menjamin bahwa
adanya kepastian hukum dalam masyarakat. Oleh sebab itu setiap masyarat
berhak untuk memperoleh pembelaan didepan hukum. Hukum dapat diartikan
sebagai sebuah peraturan atau ketetapan/ketentuan yang tertulis ataupun yang
tidak tertulis.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian, bentuk, hakikat, unsur-unsur dan tujuan negara?
2. Bagaimana hukum sebagai kaidah?
3. Apa saja sumber hukum?

1.3 Tujuan Penulisan Makalah


1. Untuk mengetahui apa pengertian, bentuk, hakikat, unsur-unsur dan tujuan
dari negara.
2. Untuk mengetahui bagaimana hukum sebagai kaidah.
3. Untuk mengetahui apa saja bentuk sumber hukum.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Negara


Negara merupakan salah satu bentuk organisasi yang ada dalam kehidupan
masyarakat. Pada prinsipnya setiap warga masyarakat menjadi anggota dari suatu
negara dan harus tunduk pada kekuasaan negara. Melalui kehidupan bernegara
dengan pemerintah yang ada di dalamnya, masyarakat ingin mewujudkan tujuan-
tujuan tertentu seperti terwujudnya ketentraman, ketertiban, dan kesejahteraan
masyarakat. Agar pemerintah suatu negara memiliki kekuasaan untuk mengatur
kehidupan masyarakat tidak bertindak seenaknya, maka ada sistem aturan tersebut
menggambarkan suatu hierarkhi atau pertindakan dalam aturan yang paliing tinggi
tingkatanya sampai pada aturan yang paling rendah.
Negara dan konstitusi adalah dwi tunggal. Jika diibaratkan bangunan,
negara sebagai pilar-pilar atau tembok tidak bisa berdiri kokoh tanpa pondasi
yang kuat, yaitu konstitusi Indonesia. Hampir setiap negara mempunyai konstitusi,
terlepas dari apakah konstitusi tersebut telah dilaksanakan dengan optimal atau
belum. Yang jelas, konstitusi adalah perangkat negara yang perannya tak bisa
dipandang sebelah mata.

2.2 Bentuk Negara


1. Negara Kesatuan
Negara kesatuan adalah negara yang tersusun tunggal, negara yang
hanya berdiri satu negara saja, tidak terdapat negara dalam suatu negara. Dalam
pelaksanaan pemerintah derah di negara kesatuan dapat di laksanakan dengan dua
alternatif sistem, yaitu Sistem desantralisasi, dimana daerah-daerah diberikan
keleluasaan dan kekuasaan untuk mengurus rumah tangganya sendiri (otonomi).
Sistem sentralisasi, dimana segala sesuatu urusan dalam negara tersebut langsung
diatur dan di urus oleh pemerintah pusat, termasuk segala hal yang menyangkut
pemerintahan dan kekuasaan di daerah.

2
3

2. Negara Serikat
Negara serikat adalah negara yang merupakan gabungan dari beberapa,
kemudian menjadi negara-negara bagian dari pada suatu negara serikat.
2.3 Unsur-unsur Negara
Teori unsur negara yang berkenaan dengan syarat yang harus dipenuhi agar
suatu wilayah dapat dikatakan sebagai negara. Perkembangan teori unsur-unsur
negara adalah sebagai berikut:
1. Teori Politik
Suatu masyarakat politik, untuk dapat disebut sebagai negara harus memenuhi
tiga unsur mencakup:
1. Harus ada rakyat atau penduduk,
2. Harus ada wilayah, dari segi geopolitik termasuk kekayaan alam yang
merupakan ruang hidup bagi suatu negara,
3. Harus ada pemerintah yang berdaulat, artinya mampu mempertahankan
eksistensi negara baik dari serangan dan dominasi asing atau negara lain
serta mampu menjamin ketertiban dan kemanan dalam negeri.
Moh. Yamin dalam bukunya Sapta Praja Tata Negara Majapahit mengatakan
empat unsur negara yaitu Phrabu/raja, Praja/penduduk, Mandala/ wilayah, tujuan
negara yang dinyatakan dengan kalimat “kadigyijayanira Narendra ing Praja”
artinya kemakmuran raja dan penduduknya.
2. Teori Hukum Internasional
Unsur-unsur yang diperlukan bagi terbentuknya negara, ada yang
termasuk unsur yang bersifat mutlak atau konstitutif, dan ada pula yang bersifat
tambahan atau deklaratif. Menurut Convensi on right and Duties of state di
Montevideo (Pan Amerika), tahun 1933 adalah: 1) A permanent population, 2) A
defined territory, 3) A government, 4) A capacity to enter into relation with other
state.
a. Penduduk/ Rakyat
Yang dimaksud dengan rakyat adalah sekumpulan manusia yang hidup
bersama sehingga menghimpun menjadi masyarakat, meskipun mereka mungkin
berbeda keturunan, kepercayaan, warna kulit, yang hidup terorganisir dengan baik
4

(organized population). Oppenheim-Lauterparcht menyatakan bahwa rakyat adalah


kumpulan manusia dari kedua jenis kelamin yang hidup bersama dalam suatu
masyarakat, meskipun mereka berasal dari keturunan yang berlainan, menganut
kepercayaan yang berlainan, atau memiliki warna kulit yang berlainan.
Rakyat dalam pengertian Negara Islam adalah sekumpulan orang yang
menetap di Negara Islam, yaitu komunitas muslim yang yakin terhadap Islam
sebagai agama, sistem undang-undang, akidah dan politik, dan orang-orang non
muslim yang mengikat perjanjian damai dengan pihak penguasa dan tunduk terhadap
sistem hukum yang dijalankan. Nama lain dari rakyat, Rumpun (karena mempunyai
ciri-ciri jasmaniah yang sama), Bangsa (persamaan kebudayaan), Natie (persamaan
politik). Ernest Renan mengartikan bangsa sebagai kumpulan masyarakat yang
mempunyai perasaan yang sama.
Dalam kehidupan bernegara, rakyat biasanya dibedakan menjadi: 1)
penduduk dan bukan penduduk, 2) warga negara dan bukan warga negara. Penduduk
adalah mereka yang bertempat tinggal atau berdomisili di wilayah negara, adapun
bukan penduduk ialah mereka yang berada di dalam wilayah negara, tetapi tidak
bermaksud untuk bertempat tinggal di negara itu. Termasuk bukan penduduk antara
lain wisatawan asing yang sedang melakukan perjalanan di dalam wilayah negara.
Warga negara ialah mereka yang berdasarkan hukum merupakan anggota
dari suatu negara. Orang asing adalah mereka yang bukan warga negara suatu negara.
Status kewarganegaan seseorang ada 4 yakni:
1. Status positif, warga Negara yang memperoleh fasilitas dan jaminan untuk
mendapatkan kemakmuran negara
2. Status negatif, negara tidak mencampuri hak asasi rakyatnya bila tidak
perlu.
3. Status aktif, warga negara ikut dalam pemerintahan negara,
4. Status pasif, tunduk pada ketentuan negara.
Untuk menentukan kewarganegaraan seseorang ada bebarapa asas
kewarganegaraan yakni:
5

a. Asas ius sanguinis (law of the blood), atau asas pertalian darah, yakni
kewarganegaraan seseorang ditentukan dari kewarganegaraan orang
tuanya.
b. Asas ius soli (law of the soil), berdasarkan kedaerahan atau teritorial,
yakni menentukan kewarganegaraan seseorang berdasarkan tempat di
mana ia dilahirkan.
c. Asas naturalisasi, kewarganegaraan seseorang didapatkan karena
mengajukan permohonan untuk menjadi warga Negara suatu Negara.
b. Wilayah
Wilayah adalah batas wilayah dimana kekuasaan negara itu berlaku, yang
dapat dikenali dengan baik secara factual maupun yuridis. Oppenheim dalam
bukunya Internasional Law, menerangkan bahwa tanpa adanya batas-batas tertentu
suatu negara tidak akan dianggap segala kedaulatannya dan eksistensinya. Pengertian
negara disini tidak dapat dipisahkan dari konsep dasar sebagai suatu kesatuan
geografis disertai dengan kedaulatan yurisdiksinya masing-masing. Tidak menjadi
persoalan sempit atau luasnya wilayah. Wilayah teritorial dalam konsep negara Islam
mencakup setiap kawasan atau setiap bagian negeri yang tunduk pada kekuasaan dan
otoritas kaum muslimin. Berdasarkan cakupan wilayah adalah: a. Wilayah Teritorial
Negara, meliputi: 1) tanah daratan; 2) sungai nasional; 3) lautan teritorial; b. Wilayah
ekstrateritorial, seperti kapal yang berbendera yang melntasi lintas negara.
c. Pemerintah Yang Berdaulat
Pengertian Kedaulatan Kedaulatan sering disebut dengan soveregnty,
souveranitat, souvereniteit, sering disebut dengan kekuasaan tertinggi, jika
kekuasaan diartikan secara yuridis, maka kekuasaan disebut sebagai kedaulatan. Pada
awalnya kedaulatan diartikan sebagai kekuasaan yang tertinggi yang bersifat mutlak,
karena tidak ada kekuasaan lain yang mengatasinya. Kemudian setelah adanya
hubungan antar negara dengan diadakannya perjanjian internasional, maka
kedaulatan semakin terbatas. Kedaulatan adalah kekuasaan tertinggi untuk membuat
undang-undang dan melaksanakannya dengan semua cara (termasuk dengan paksaan)
yang tersedia.
6

Negara mempunyai kekuasaan tertinggi untuk memaksa semua penduduknya


agar mentaati peraturan perundang-undangan (kedaulatan ke dalam/ internal
sovereignty), disamping itu negara-negara mempertahankan kemerdekaannya
terhadap serangan-serangan dari negara lain dan mempertahankan (kedaulatan ke
luar/ eksternal sovereignty).
Pada awalnya kedaulatan secara teori dikemukakan oleh Jean Bodin (1530-
1596), yang mendefinisikan bahwa kedaulatan adalah kekuasaan tertinggi tehadap
para warganegara dan rakyat tanpa suatu pembatasan undang-undang. Raja tidak
terikat undang-undang. Menurut Jean Bodin bahwa kedaulatan itu adalah kekuasaan
tertinggi untuk menentukan hukum dalam suatu negara, yang sifatnya tunggal, asli,
abadi, dan tidak dapat dibagi-bagi.
3. Teori Kedaulatan
a. Teori Kedaulatan Tuhan
Teori ini berkembang pada zaman abad pertengahan yaitu abad ke V sampai
abad ke XV. Teori ini sangat erat hubungannya dengan agama pada saat itu yakni
agama Kristen. Adapun tokoh-tokoh teori ini antara lain: Augustinus, Thomas
Aquinas, dan Marsilius. Menurut ajaran ini pemilik kedaulatan itu adalah Tuhan,
persolannya adalah siapa pemilik kedaulatan yang ada di dunia ini, Raja atau Paus.
Menurut Augustinus pemilik kedaulatan di muka bumi ini adalah Paus/ Gereja.
Tomas Aquinas mengatakan bahwa kekuasaan Raja dan Paus adalah sama, bedanya
Raja dalam lapangan duniawi, sedangkan Paus dalam lapangan keagamaan.
Marsilius berpendapat raja adalah wakil Tuhan untuk melaksanakan kedaulatan atau
memegang kedaulatan di dunia.
b. Teori Kedaulatan Negara
Penganut teori ini mengatakan bahwa pemegang kedaulatan di dunia
bukanlah Tuhan, melainkan negara. Negaralah yang menciptakan hukum, jadi segala
sesuatu harus tunduk pada negara. Penganut teori ini antara lain Jean Bodin, George
Jellineck. Menurut Jellineck, hukum itu merupakan penjelmaan dari kemauan negara.
Jadi negara lah yang menciptakan hukum, maka negara dianggap satu-satunya
sumber hukum.
7

c. Teori Kedaulatan Rakyat


Teori kedaulatan rakyat dipelopori oleh J.J. Ruosseau. Pada dasarnya ajaran
kedaulatan rakyat adalah bahwa yang memberi kekuasan tertinggi adalah rakyat, atau
juga disebut dengan pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, untuk rakyat. Rousseau
mengatakan bahwa kehendak rakyat ada dua macam yakni:
i. Kehendak rakyat seluruhnya yang dinamakan volunte de tous, yang hanya
dipergunakan oleh rakyat seluruhnya sekali saja, yakni kehendak rakyat pada
waktu negara hendak dibentuk melalui perjanjian masyarakat. Keputusan ini
merupakan suatu kehendak dan jika negara sudah berdiri pernyataan setuju
itu tidak dapat ditarik kembali.
ii. Volunte general, dinyatakan sesudah negara ada sebab dengan keputusan
suara terbanyak kini negara bisa berjalan. Sistem suara ini dipakai oleh
negara-negara demokrasi barat.
4. Teori Kedaulatan Hukum
Menurut teori kedaulatan hukum bahwa yang memiliki kedaulatan dalam
suatu negara adalah hukum itu sendiri. Penganut teori ini antara lain Krabbe dan
AAH. Struycken. Menurut Krabbe yang menjadi sumber hukum itu adalah rasa
hukum yang terdapat di dalam masyarakat itu sendiri. Jadi menurut Krabbe hukum
itu tidaklah timbul atas kehendak negara, dan hukum berlaku terlepas dari kehendak
negara.

2.4 Tujuan Negara


Tujuan negara sangat menentukan segala keadaan yang ada dalam negara.
Dengan mengetahui tujuan negara, yaitu kekuasaan organisasi negara dan juga dapat
mengetahui isi faktor organisasi negara. Sebagai sebuah organisasi, negara
mempunyai tujuan untuk mengarahkan segala kegiatannya. Dengan demikian, tujuan
Negara adalah hal yang sangat penting. Secara umum, tujuan Negara di bagi menjadi
2, antaralain: 1. Mengatur penghidupan Negara dengan sebaik-baiknya, 2. Mengatur
dan menyelenggarakan pemerintahan. Dengan melaksanakan dua hal tersebut, tujuan
Negara dapat tercapai dengan baik. Dalam hal ini, tujuan Negara akan dipengaruhi
oleh tata nilai social sesuai budaya, kondisi geografis, sejarah, dan politik. Tujuan
8

Negara Menurut Para Ahli Selain itu negara secara umum, para ahli kenegaraan juga
mempunyai pendapat tersendiri tentang apa tujuan negara. Berikut ini kami paparkan
tujuan Negara menurut para ahli :
1. Tujuan negara dari Imanuel Kant
Tujuan negara menurut Imanuel Kant adalah menegakkan hak-hak dan
kebebasan warga negara atau kemerdekaan individu. Untuk menjamin kebebasan
individu berupa jaminan perlindungan HAM harus diadakan pemisahan kekuasaan
seperti Trias Politika.

2. Teori tujuan negara dari Niccol Machiavelli


Teori Machiavelli tentang tujuan negara dikemukakan dalam bukunya “II
Principe” (Kepala Negara). Menurut Machiavelli, tujuan negara adalah untuk
memupuk kekuasaan guna mencapai kemakmuran rakyat. Pemerintah atau Raja
digunakan sebagai teknik memupuk dan menggunakan kekuasaan.

Dalam usaha memupuk kekuasaan, raja atau pemimpin negara harus


mempunyai sifat-sifat sebagai harimau, singa atau sifat-sifat sebagai kancil. Raja
harus mempunyai sifat-sifat harimau agar ditakuti oleh rakyat dan musuh-musuhnya
yang lebih lemah. Bersifat sebagai kancil yang cerdik, licik agar dapat menguasai
rakyat dan menerobos lubang-lubang jaring atau perangkap yang dipasang oleh
lawan-lawan politiknya yang lebih kuat.

Negara boleh mengadakan perjanjian dengan negara-negara lain, tetapi tidak


perlu mentaati perjanjian itu, yang penting rakyat tidak dirugikan dan kesejahteraan
bisa dicapai.

2.5 Pengertian Hukum


Bagi seseorang yang mempelajari ilmu hukum dirasakan betapa sulit
menemukan definisi hukum yang tunggal, kesulitan itu membuat sebagian orang
meragukan sifat keilmuan “ilmu hukum”. Setiap “sarjana hukum” memberikan
definisi hukum sendiri, sehingga sering orang berseloroh bahwa banyaknya definisi
hukum sebanyak sarjana hukum di dunia. Bahkan sering juga dikatakan bahwa
definisi hukum jumlahnya lebih banyak dibandingkan jumlah ahli hukum yang ada,
9

karena ada anggapan bahwa “jika dua orang sarjana hukum berkumpul dan
berdebat tentang suatu objek perdebatan, maka akan melahirkan tiga pendapat.”
Kesulitan mendefinisikan hukum tidak lain karena wujud hukum yang
abstrak, dan cakupannya yang sangat luas sehingga (manusia lahir dijemput oleh
hukum, hidup diatur oleh hukum, bahkan mati pun diantar oleh hukum), sehingga
Immanuel Kant mengatakan “noch suchen die juristen eine definition zu ihrem
begriffe von recht.”
Meskipun dirasakan sulit memberikan definisi tentang hukum bagi
seseorang yang memulai mempelajari ilmu hukum perlulah disajikan beberapa
definisi tentang hukum dengan tujuan untuk memberikan pedoman tentang arti
secara tepat serta memberikan suatu gambaran tentang hukum dan bagaimana
beroperasinya hukum di tengah masyarakat.
Law, yang mengadung pengertian:
1. Deskripsi mengenai apa yang seharusnya dilakukan dalam mencapai keadilan
2. Aturan perilaku yang ditujukan untuk menciptakan ketertiban masyarakat.
Yang pertama dalam bahasa Latin disebut ius, bahasa Prancis droit, bahasa
Belanda dan Jerman recht, dan dalam bahasa Indonesia disebut hukum. Yang kedua,
dalam bahasa Latin lex, Prancis loi, Belanda wet, Jerman gesetz dan bahasa Indonesia
undang-undang.
Kata law dalam bahasa Inggris berasal dari kata lagu, yaitu aturan-aturan dibuat
oleh raja-raja Anglo-Saxon yang telah angkir dikodifikasikan, lagu berada dalam
garis lex dan bukan ius.
Ilmu hukum dalam bahasa Inggris dikenal dengan Jurisprudence. Kata itu
berasal dari dua kata latin yakni iuris yang artinya hukum dan prudentia yang artinya
kebijaksanaan atau pengetahuan. Ilmu hukum (jurisprudence) secara luas sebagai
sesuatu yang bersifat teoretis tentang hukum dan mempunyai pengertian suatu
metode kajian tentang hukum secara umum.
Kata science diidentikkan dengan ilmu pengetahuan yang empiris (ilmu alam).
Ilmu hukum dalam artian jurisprudence tidak tergolong dalam pengertian science
yang mengandung makna verifikasi empirik. Gijssels dan Van Hoecke
mendefinisikan jurisprudence sebagai suatu pengetahuan yang sistematis dan
10

terorganisasikan tentang gejala hukum, struktur kekuasaan, norma-norma, hak-hak


dan kewajiban.
Menurut Hans Wehr, kata hukum berasal dari bahasa Arab, asal kata "Hukm",
kata jamaknya "Ahkam" yang ber arti putusan (judgement, verdice, decision),
ketetapan (provision), perintah (command), pemerintahan (government), dan
kekuasaan.
Berikut ini definisi hukum menurut para ahli;
1. Tullius Cicerco (Romawi) dalam De Legibus (1469)
Hukum adalah akal tertinggi yang ditanamkan oleh alam dalam diri manusia
untuk menetapkan apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan.
2. Hugo Grotius dalam “De Jure Belli Pacis” (Hukum Perang dan Damai) (1625)
Hukum adalah aturan tentang tindakan moral yang mewajibkan apa yang
benar.
3. J.C.T. Simorangkir, S.H., Penetapan UUD Dilihat dari Segi Hukum Tata Negara
Indonesia (1974) dan Woerjono Sastropranoto, S.H., Asas-asas Hukum Tata
Negara Indonesia (1977)
Hukum adalah peraturan-peraturan yang bersifat memaksa, yang menentukan
perilaku manusia dalam lingkungan masyarakat yang dibuat oleh badan-badan
resmi yang berwajib.
4. Thomas Hobbes dalam “Leviathan” (1651)
Hukum adalah perintah-perintah dari orang yang me miliki kekuasaan untuk
memerintah dan memaksakan perintahnya kepada orang lain.
5. Rudolf von Jhering dalam “Der Zweck Im Recht” (1877-1882)
Hukum adalah semua peraturan yang memaks yang berlaku di suatu negara.
6. E. Utrecht, Pengantar Dalam Hukum Indonesia (1980)
Hukum merupakan himpunan petunjuk hidup yang berisi perintah dan
larangan yang mengatur tata tertib dalam suatu masyarakat yang seharusnya
ditaati oleh seluruh anggota masyarakat oleh karena itu, pelanggaran petunjuk
hidup tersebut dapat menimbulkan tindakan oleh pemerintah penguasa itu.
7. R. Soeroso S.H., Pengantar Ilmu Hukum (2006)
11

Hukum adalah peraturan yang dibuat oleh yang hanya memiliki tujuan untuk
mengatur tata kehidupan bermasyarakat yang memiliki peraturan dan melarang
serta memiliki paksaan dengan menjatuhkan sanksi bagi yang melanggarnya.
8. Abdul Kadir Muhammad, S.H., Pengantar Ilmu Hukum (2010)
Hukum adalah segala peraturan tertulis dan tidak tertulis yang mempunyai
sanksi yang tegas terhadap pelanggarnya.
9. Mochtar Kusuma Atmaja dalam Hukum, Masyarakat dan Pembinaan Hukum
Nasional (1976: 15)
Pengertian hukum yang memadai harus tidak hanya dan asas-asas yang
mengatur kehidupan manusia dalam perangkat kaidah memandang hukum itu
sebagai suatu masyarakat, tapi harus pula mencakup lembaga (institusi) dan
proses yang diperlukan untuk mewujudkan hukum dalam kenyataan.
10. Roscoe Pound
 Hukum dalam arti sebagai tata hukum (hubungan antara manusia dengan
individu lainnya dan tingkah laku para individu yang memengaruhi individu
lainnya, atau tata sosial, atau tata ekonomi).
 Hukum dalam arti selaku kumpulan dasar-dasar kewenangan dari putusan-
putusan pengadilan dan tindakan administratif (harapan-harapan atau
tuntutan-tuntutan) oleh manusia sebagai individu ataupun kelompok-
kelompok manusia yang memengaruhi hubungan mereka atau menentukan
tingkah laku mereka.
 “hukum merupakan realitas sosial”
 “negara didirikan demi kepentingan umum dan hukum adalah sarana
utamanya”
11. Zweck im Jhering, Der Recht (1877) memaknai hukum sebagai:
Hukum adalah penjumlahan dari kondisi kehidupan sosial dalam arti yang
seluas-luasnya dari istilah tersebut, sebagaimana dijamin oleh kekuatan negara
melalui cara-cara paksaan eksternal.
(Hukum adalah sejumlah kondisi kehidupan sosial dalam arti luas, yang dijamin
oleh kekuasaan negara melalui cara paksaan yang bersifat eksternal).
12

12. Vinogradoff, Common Sense in Law (1959) mendefinisikan:


Hukum sebagai seperangkat aturan yang diadakan dan di laksanakan oleh
suatu masyarakat dengan menghormati kebijakan dan pelaksanaan kekuasaan
atas setiap manusia dan barang.
Dari uraian yang bervariasi di atas jelaslah bahwa "Hukum adalah
seperangkat kaidah atau aturan yang tersusun dalam satu sistem, yang
menentukan apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan oleh manusia
sebagai warga masyarakat dalam kehidupan bermasyarakatnya, yang bersumber
ba dari masyarakat sendiri maupun dari sumber lain, yang dia berlakunya oleh
otoritas tertinggi dalam masyarakat tersebut serta benar-benar diberlakukan oleh
warga masyarakat tesebut (sebagai satu keseluruhan) dalam kehidupannya, da
jika kaidah tersebut dilanggar akan memberikan kewenang bagi otoritas tertinggi
untuk menjatuhkan sanksi yang sifat eksternal.

Demikian luas pengertian hukum itu, maka Prof. D Soerjono Soekanto


akhirnya memaknai hukum bermacam macam, yaitu:
1. Hukum dalam arti ilmu (pengetahuan)
Hukum sebagai ilmu pengetahuan, yakni pengetahua yang tersusun secara
sistematis atas dasar kekuatan pemikiran.
2. Hukum dalam arti disiplin atau sistem ajaran tentang ke nyataan.
Hukum sebagai disiplin, yakni suatu sistem ajaran tentang kenyataan atau
gejala-gejala yang dihadapi.
3. Hukum dalam arti kaidah atau norma
Hukum sebagai kaidah, yakni pedoman atau patokan sikap tindak atau
perikelakuan yang pantas atau diharapkan.
4. Hukum dalam arti tata hukum atau hukum positif
Hukum sebagai tata hukum, yakni struktur dan proses perangkat kaidah-
kaidah hukum yang berlaku pada suatu waktu dan tempat tertentu serta
berbentuk tertulis.
5. Hukum dalam arti keputusan pejabat
13

Hukum sebagai petugas, yakni pribadi-pribadi yang me rupakan


berhubungan erat dengan penegakan hukum (Law-enforcement officer).
6. Hukum dalam arti petugas
Hukum sebagai putusan penguasa proses diskresi yang menyangkut
(Wayne La Favre, 1964):
“kewenangan yang diberikan oleh hukum untuk bertindak dalam kondisi
atau situasi tertentu sesuai dengan pertimbangan dan hati nurani seorang
pejabat atau badan resmi. Ini adalah gagasan moral, termasuk zona senja
antara hukum dan moral.”
7. Hukum dalam arti proses pemerintahan
Hukum sebagai proses pemerintahan, yaitu proses hubungan timbal balik
antara unsur-unsur pokok dari sistem kenegaraan. Artinya, hukum dianggap
sebagai (Henry Pratt et.al, 1979):
“Sebuah perintah atau larangan yang berasal dari badan resmi negara dan
didukung oleh otoritas dan kapasitas untuk melaksanakan kekuatan yang
merupakan ciri khas negara.”
8. Hukum sebagai sikap tindak perilaku yang teratur, yaitu perilaku yang
diulang-ulang dengan cara yang sama, yang bertujuan untuk mencapai
perdamaian.
9. Hukum dalam arti jalinan nilai-nilai
Hukum sebagai jalinan nilai-nilai, yaitu jalinan dari konsepsi-konsepsi
abstrak tentang apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk (G.
Duncan Mitche 1977).

2.6 Tujuan Hukum


1. Teori Etis
Menurut teori etika hukum semata-mata ditujukan untuk keadilan. Isi
undang-undang ditentukan oleh keyakinan kita tentang apa yang adil dan apa yang
tidak. Pakar yang mempercayai teon adalah Geny.
Aristoteles dalam bukunya Ethica Nicomachea dan Rhetoria mengatakan
hukum mempunyai tugas yang suci yakni memberi kepada setiap orang apa yang
14

berhak diterima. Anggapan ini berdasarkan etika dan Aristoteles berpendapat bahwa
hukun bertugas hanya membuat keadilan (etische theorie).
Tentang isi keadilan sukar untuk memberi batasannya Aristoteles
membedakan adanya dua macam keadilan, yaitu:
A. Keadilan distributive (Justitia distributive)
B. Keadilan Komutatif (Justitia Commutativa)
Justitia distributiva, menuntut bahwa setiap ora mendapat apa yang menjadi hak
atau jatahnya. Jatah ini tidak sama untuk setiap orangnya, tergantung pada kekayaan
kelahiran, pendidikan, kemampuan, dan sebagainya, sifatnya pun proporsional.
Justitia Commutativa, berikan kepada semua orang jumlah yang sama. Dalam
pergaulan dalam masyarakat, justitia commutativ merupakan kewajiban setiap orang
terhadap sesamanya. Di sini yang dituntut adalah kesetaraan. Yang adil adalah ketika
semua orang diperlakukan sama tanpa memandang posisi dan sebagainya.
2. Teori Utilitas
Menurut teori ini hukum ingin menjamin kebahagiaan yang terbesar bagi
manusia dalam jumlah yang sebanyak banyaknya (the greatest good of the greatest
number). Pada hakikatnya menurut teori ini tujuan hukum adalah manfaat dalam
menghasilkan kesenangan atau kebahagiaan yang terbesar bagi jumlah orang yang
terbanyak. Penganut teori ini antara lain adalah Jeremy Bentham, Menurut Jeremy
Bentham hukum harus menuju ke arah barang apa yang berguna (mengutamakan
utilitet, utiliteits theorie).
Namun yang dirumuskan oleh Bentham tersebut hanyalah hal-hal yang
berfaedah dan tidak mempertimbangkan tentang hal-hal yang konkret. Sulit bagi kita
untuk menerima anggapan Bentham sebagaimana yang telah dikemukakan bahwa
apa yang berfaedah lebih ditonjolkan, maka dia akan menggeser nilai keadilan ke
samping. Jika kepastian yang diutamakan maka akan menggeser nilai kegunaan atau
faedah dan nilai keadilan.
3. Teori Campuran
Teori ini dianut oleh Mochtar Kusumaatmadja, menurut beliau tujuan pokok
dan pertama dari hukum adalah ketertiban. Kebutuhan akan ketertiban ini syarat
pokok (fundamental) bagi adanya suatu masyarakat yang teratur.
15

Menurut Purnadi Purbacaraka dan Soerjono Soekanto, tujuan hukum adalah


kedamaian hidup antarpribadi yang meliputi ketertiban ekstern antarpribadi dan
ketenangan intern pribadi. Van Apeldoorn tujuan hukum adalah mengatur pergaulan
hidup manusia secara damai.
Sedangkan Soebekti berpendapat bahwa huk mengabdi kepada tujuan negara,
yaitu mendatangkan kemuran dan kebahagiaan bagi rakyatnya. Dalam meng kepada
tujuan negara itu dengan menyelenggarakan dan ketertiban.
Tujuan hukum yang bersifat universal adalah:
 Ketertiban
 Ketenangan
 Kedamaian
 Kesejahteraan
 kebahagiaan dalam tata kehidupan bermasyarakat.
Dalam perkembangannya, tujuan hukum di dalam masyarakat mengalami
kemajuan, yaitu:
1. Sebagai alat pengatur tata tertib masyarakat
Sebagai alat pengatur tata tertib hubungan masyarakat hukum sebagai
norma merupakan petunjuk untuk kehidupan Manusia dalam masyarakat, hukum
menunjukkan man baik dan mana yang buruk, hukum juga memberi petu
sehingga segala sesuatunya berjalan tertib dan teratur B2 pula hukum dapat
memaksa agar hukum itu ditaati masyarakat.
2. Sebagai sarana untuk mewujudkan keadilan sosial batin
Hukum memiliki sifat memerintah, melarang pemaksaan. Hukum
memiliki kekuatan mengikat dan psikologis karena hukum memiliki sifat, zero de
binding power, maka hukum dapat memberikan kead yaitu untuk menentukan
siapa yang bersalah dan siapa yang benar.
3. Sebagai penggerak pembangunan
Daya mengikat dan memaksa dari hukum dapat digunakan atau
didayagunakan untuk menggerakkan pembangunan. Di sini hukum dijadikan alat
untuk membawa masyarakat kearah yang lebih maju.
4. Sebagai fungsi kritis hukum
16

Dr. Soedjono Dirdjosisworo, S.H. mengatakan: “Dewasa ini sedang


berkembang suatu pandangan bahwa hukum mempunyai fungsi kritis, yaitu daya
kerja hukum tidak semata-mata melakukan pengawasan pada aparatur
pemerintah (petugas) saja melainkan aparatur penegak hukum termasuk di
dalamnya.”
Agar fungsi hukum berjalan dengan baik, maka para penegak hukum dituntut
kemampuannya untuk melak sanakan dan menerapkan hukum dengan baik, dengan
seni yang dimiliki masing-masing petugas, misalnya:
1. Menafsirkan hukum sesuai dengan keadilan dan posisimasing-masing ketika
perlu untuk mengadakan interpretasi analogis tentang penyempurnaan hukum
atau untuk memberikan ekspresi a contrario.
2. Selain hal di atas, kompetensi juga diperlukandan keterampilan serta
ketangkasan para penegak hukum dalam menerapkan hukum yang berlaku.

2.7 Unsur Hukum


Unsur hukum meliputi:
1. peraturan mengenai tingkah laku manusia dalam bermasyarakat;
2. peraturan dibuat oleh badan yang berwenang
3. peraturan itu secara umum bersifat memaksa; dan
4. sanksi dapat dikenakan bila melanggarnya sesuai dengan ketentuan atau
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Makna dari uraian unsur-unsur hukum di atas adalah bahwa hukum
mengandung aturan-aturan dalam kehidupan masyarakat, hukum dipegang oleh
badan yang berwenang yaitu legislatif dengan persetujuan badan eksekutif dan
sebaliknya, pada umumnya hukum bersifat memaksa. yaitu hukum yang tegas bila
dilanggar dapat dikenakan sanksi atau hukum sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

2.8 Ciri-ciri Hukum


Ciri-ciri hukumnya antara lain:
1. Ada perintah atau larangan
2. Perintah atau larangan itu harus dipatuhi oleh masing-masing orang
17

2.9 Sumber Hukum


Sumber Hukum adalah segala sesuatu yang dapat menimbulkan aturan-aturan
yang mempunyai kekuatan yang bersifat memaksa. Artinya, aturan-aturan yang jika
dilanggar mengakibatkan sanksi yang tegas dan nyata.
Para ahli membedakan sumber hukum ke dalam dua bagian, yaitu sumber
hukum dalam arti materil dan sumber hukum dalam arti formal.
1. Sumber hukum dalam arti materil, yaitu suatu keyakinan/perasaan hukum
individu dan pendapat umum yang menentukan isi hukum. Dengan demikian,
keyakinan/perasaan hukum individu (anggota masyarakat) dan pendapat hukum
(legal opinion) dapat menjadi sumber hukum materil. Di samping itu, sumber
hukum dalam arti materiil ialah sumber dari substansi hukum berupa perjanjian,
kebiasaan-kebiasaan dan sebagainya yang dapat memengaruhi pembentukan
hukum, misalnya:
 Struktural ekonomi dan kebutuhan-kebutuhan masyarakat antara lain: kekayaan
alam, susunan geologi, perkembangan-perkembangan perusahaan dan pembagian
kerja.
 Kebiasaan yang telah menjadi standar dalam masyarakat yang telah
berkembang dan pada tingkat tertinggi diamati sebagai aturan perilaku yang
tetap.
 Hukum yang berlaku.
 Tata hukum negara-negara lain.
 Keyakinan tentang agama dan moralitas.
 Kesadaran hukum.
2. Sumber hukum dalam arti formal adalah sumber hukum yang berkaitan dengan
masalah tata cara atau pembentukannya.
1. Sumber Hukum dalam arti formal yang tertulis
Hukum merupakan salah satu contoh hukum tertulis. Dengan demikian,
hukum adalah aturan negara yang dibentuk oleh aparatur negara yang berwenang,
dan mengikat masyarakat umum.
Dari definisi undang-undang tersebut, terdapat dua macam pengertian:
18

1. Undang-undang dalam arti materiil, yaitu setiap peraturan yang dikeluarkan


oleh negara yang isinya langsung mengikat masyarakat umum. Misalnya:
Ketetapan MPR, Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (PERPU),
Keputusan Presiden (KEPRES), Peraturan Daerah (PERDA), dan lain-lain.
2. Undang-undang dalam arti formal, yaitu: setiap peraturan negara yang karena
bentuknya disebut undang-undang atau dengan kata lain setiap
keputusan/peraturan yang dilihat dari cara pembentukannya. Di Indonesia,
undang undang dalam arti formal dibuat oleh Presiden dengan persetujuan DPR
(lihat Pasal 5 ayat 1 UUD 45).
Perbedaan dari kedua macam undang-undang tersebut terletak pada sudut
peninjauannya. Undang-undang dalam arti materiil ditinjau dari sudut isinya yang
mengikat umum, sedangkan undang-undang dalam arti formal ditinjau segi
pembuatan dan bentuknya. Oleh karena itu,untuk memudahkan dalam membedakan
kedua macam pengertian undang-undang tersebut, maka undang-undang dalam arti
materiil biasanya digunakan istilah peraturan, sedangkan undang-undang dalam arti
formal disebut dengan undang-undang.
2. Kebiasaan atau Hukum Tak Tertulis
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, adat adalah aturan (perbuatan, dan
sebagainya) yang lazim diturut atau dilakukan sejak dahulu kala, cara (kelakuan dan
sebagainya) yang sudah menjadi kebiasaan wujud gagasan kebudayaan yang terdiri
atas nilai-nilai budaya, norma, hukum, dan aturan yang satu dengan lainnya berkaitan
menjadi suatu sistem. Karena istilah adat yang telah diserap ke dalam bahasa
indonesia menjadi kebiasaan, maka istilah hukum adat dapat disamakan dengan
hukum kebiasaan.
Namun menurut Van Dijk, kurang tepat bila hukum adat diartikan sebagai
hukum kebiasaan. Menurutnya, hukum kebiasaan adalah kompleks peraturan hukum
yang timbul karena kebiasaan lamanya orang bisa bertingkah laku menurut suatu
cara tertentu sehingga lahir suatu peraturan yang diterima dan juga diinginkan oleh
masyarakat. Menurut Van Dijk, hukum adat dan hukum kebiasaan itu memiliki
perbedaan.
19

Sedangkan menurut Soerjono Soekanto, hukum ada hakikatnya merupakan


hukum kebiasaan, namun kebiasaan yang mempunyai akibat hukum (das sein das
sollen).
Berbeda dengan kebiasaan (dalam arti biasa), kebiasaan yang merupakan
penerapan dari hukum adat adalah perbuatan perbuatan yang dilakukan berulang-
ulang dalam bentuk yang sama menuju kepada Rechtsvaardige Ordening Der
Semenleving.
Menurut Ter Haar yang terkenal dengan teori Beslis singenleernya (teori
keputusan), terungkap bahwa hukum adat meliputi segala peraturan yang diwujudkan
dalam keputusan pejabat hukum yang mempunyai wewenang dan pengaruh, serta
dalam pelaksanaannya berlaku segera dan dipatuhi dengan sepenuh hati oleh mereka
yang diatur oleh keputusan tersebut. Putusan tersebut dapat berupa perselisihan,
tetapi juga diambil berdasarkan kerukunan dan musyawarah. Dalam tulisannya, Ter
Haar juga menyatakan bahwa hukum adat dapat muncul dari keputusan warga negara.
Syaikh Jalaluddin menjelaskan bahwa hukum adat pertama-tama merupakan
persambungan tali antara dulu dengan kemudian, pada pihak adanya atau tiadanya
yang dilihat dari hal yang dilakukan berulang-ulang. Hukum adat tidak terletak pada
peristiwa tersebut, melainkan pada apa yang tidak tertulis di belakang peristiwa
tersebut, sedang yang tidak tertulis itu adalah ketentuan keharusan yang berada di
belakang fakta fakta yang menuntut bertautnya suatu peristiwa dengan peristiwa lain.
Kebiasaan (Custom). Kebiasaan merupakan tindakan menurut pola tingkah
laku yang tetap, ajeg, dan normal di dalam suatu masyarakat atau komunitas hidup
tertentu. Sebagai sebuah perilaku kebiasaan merupakan perilaku yang selalu berulang
hingga melahirkan satu keyakinan atau kesadaran bahwa hal itu patut dilakukan dan
memiliki kekuatan normatif yang mengikat. Tidak semua kebiasaan dapat menjadi
sumber hukum, kebiasaan yang dapat menjadi sumber hukum meniscayakan
beberapa syarat:
1. Syarat materiil adanya perbuatan tingkah laku yang dilakukan berulang-ulang.
2. Syarat intelektual adanya keyakinan hukum dari masyarakat yang bersangkutan.
3. Adanya akibat hukum jika kebiasaan tersebut dilanggar.
Di Indonesia kebiasaan diatur dalam beberapa undang-undang:
20

 Pasal 15 AB:
“Selain pengecualian-pengecualian yang diberikan terhadap orang Indonesia
dan orang-orang yang dipersamakan itu, maka kebiasaan tidak merupakan
hukum, kecuali apabila UU menetapkan demikian.”
 Pasal 1339 KUHPerdata:
“Perjanjian tidak hanya mengikat hal-hal yang dengan tegas dinyatakan di
dalamnya, tetapi juga segala sesuatu yang menurut sifat perjanjian itu
disyaratkan oleh kepatutan, kebiasaan, atau undang-undang.”
 Pasal 1347 KUHPerdata:
"Hal-hal yang menurut kebiasaan selamanya di perjanjikan, dianggap secara
diam-diam dimasukkan dalam persetujuan, meskipun tidak dengan tegas
dinyatakan."
 Pasal 1571 KUHPerdata:
"Apa yang meragu-ragukan harus ditafsirkan menurut apa yang menjadi
kebiasaan dalam negeri atau di tempat persetujuan telah dibuat."
 Pasal 22 AB:
"Hakim yang menolak untuk mengadili dengan alasan undang-undangnya
bungkam, tidak jelas atau tidak lengkap, dapat dituntut karena menolak untuk
mengadili."
 Pasal 14 UU No. 14 tahun 1970:
"Pengadilan tidak boleh menolak untuk memeriksa suatu perkara yang
diajukan dengan dalih bahwa hukum tidak atau kurang jelas, melainkan wajib
untuk memeriksa dan mengadilinya."
Kelemahan Hukum Kebiasaan
1. Hukum kebiasaan bersifat tidak tertulis oleh karenanya tidak dapat
dirumuskan secara jelas dan sukar menggantinya.
2. Hukum kebiasaan tidak menjamin kepastian hukum dan sering menyulitkan
dalam beracara karena kebiasaan sangat beraneka ragam.
Hubungan hukum kebiasaan dan hukum adat.
Adat istiadat adalah peraturan-peraturan atau kebiasaan sosial yang sejak
lama ada dalam masyarakat dengan maksud mengatur tata tertib. Pada umumnya
21

adat istiadat bersifat sakral serta merupakan tradisi. Hukum adat termasuk bagian
hukum kebiasaan dan tidak semua adat merupakan hukum.
3. Yurisprudensi
Dalam sistem common law, yurisprudensi diterjemahkan sebagai: "Suatu
ilmu pengetahuan hukum positif dan hubungan-hubungannya dengan hukum lain."
Sedangkan dalam sistem statute law dan civil law, diterjemahkan sebagai "Putusan
putusan hakim terdahulu yang telah berkekuatan hukum tetap dan diikuti oleh para
hakim atau badan peradilan lain dalam memutus perkara atau kasus yang sama"
(Simorangkir, 1987: 78).
Menurut Prof. Subekti, yang dimaksud dengan yurisprudensi adalah
"Putusan-putusan Hakim atau Pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap dan
dibenarkan oleh Mahkamah Agung sebagai pengadilan asasi, atau putusan
Mahkamah Agung sendiri yang sudah berkekuatan hukum tetap. Tidak semua
putusan hakim tingkat pertama atau tingkat banding dapat dikategorikan sebagai
yurisprudensi, kecuali putusan tersebut sudah melalui proses eksaminasi dan notasi
Mahkamah Agung dengan rekomendasi sebagai teputusan yang telah memenuhi
standar hukum yurisprudensi. Dikenal 2 (dua) jenis yurisprudensi, yaitu
yurisprudensi tetap dan yurisprudensi tidak tetap. Yurisprudensi memiliki beberapa
kandungan makna, yaitu:
 Yurisprudentia (latin) = pengetahuan hukum.
 Yurisprudentie (Prancis) = peradilan.
 Jurisprudence (Inggris) = teori ilmu hukum.
Dari segi praktik peradilan yurisprudensi adalah keputusan hakim yang selalu
dijadikan pedoman hakim lain dalam memutuskan kasus-kasus yang sama.
Sebuah putusan pengadilan pada dasarnya hanya mengikat para pihak yang
bersengketa (Pasal 1917 BW) dan tidak mengikat setiap orang pada umumnya
seperti UU. Putusan adalah hukum sejak dijatuhkan hingga dilaksanakan. Dan
setelah dilaksanakan putusan pengadilan hanyalah merupakan sumber hukum.
Sebab-sebab seorang hakim mempergunakan putusan hakim lainnya adalah:
 Pertimbangan psikologis
 Pertimbangan praktis
22

 Memiliki pendapat yang sama


Arti pentingnya yurisprudensi menurut beberapa aliran hukum adalah:
1. Aliran Legisme adalah aliran yang menganggap UU adalah aturan yang
sempurna sehingga segala persoalan hukum di masyarakat pada dasarnya
sudah tertampung dalam UU. Adapun posisi hakim dalam memutuskan suatu
perkara sebagai penyambung lidah dari UU. Hakim dalam melaksanakan
tugas terikat pada UU sehingga yang ia lakukan adalah melakukan suatu
upaya deduksi logis dari sebuah diktum UU. Artinya, menurut aliran
legismektam pengetahuan UU adalah primer sementara yurisprudensiegar
adalah sekunder.
2. Aliran Freie Rechtbewegung mengatakan bahwa mempelajari yurisprudensi
lebih penting dari UU. Karena yurisprudensi adalah wujud konkret dari
sebuah putusan hukum. Dan aliran ini memberikan kebebasan pada hakim
untuk menciptakan hukum.
3. Aliran Rechtvinding adalah jalan tengah dari dua aliran di atas. Menurutnya
hakim memiliki kebebasan yang terikat untuk menyelaraskan UU dengan
keadaan masyarakat dengan cara penafsiran jika peraturan tidak jelas atau
mengonstruksi hukum jika UU tidak mengaturnya.
Asas-asas yurisprudensi :
1. Asas Presedent; Hakim terikat pada putusan yang dulu dari hakim yang sama
derajatnya atau hakim yang lebih tinggi. Asas ini dianut oleh negara-negara
Anglo Saxon (Inggris-Amerika)
2. Dasar Independen, Hakim tidak terikat dengan keputusan hakim sebelumnya
yang setingkat atau lebih tinggi.

4. Perjanjian
Traktat adalah perjanjian yang dibuat oleh dua negara atau lebih. Perjanjian
yang dibuat oleh dua negara disebut Perjanjian Bilateral, sedangkan perjanjian yang
dibuat oleh lebih dari dua negara disebut Perjanjian Multilateral. Selain itu, ada juga
yang disebut dengan Traktat Kolektif yang merupakan kesepakatan antara beberapa
23

negara dan kemudian terbuka bagi negara lain untuk mengikatkan diri dalam
kesepakatan keduanya.
Traktat merupakan perjanjian yang dibuat risp antarnegara yang dituangkan
dalam bentuk tertentu. Pasal 11 UUD menentukan: "Presiden dengan persetujuan
DPR me nyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan uri negara
lain." Perjanjian dengan negara lain yang dikehendaki dalam diktum Pasal 11 UUD
1945 adalah perjanjian antarnegara atau perjanjian internasional yang kekuatan
hukumnya sama dengan UU. Mengingat secara prosedural perjanjian antarnegara
dibuat oleh Presiden dengan persetujuan DPR.Berdasarkan Surat Presiden No.
2826/HK/60 yang dimaksud dengan perjanjian dalam Pasal 11 UUD adalah
perjanjian yang paling utama saja, yang berkaitan dengan masalah politik dan
menyangkut hajat hidup orang banyak, biasa disebut dengan perjanjian.

5. Doktrin Hukum
Doktrin hukum adalah pendapat para ahli atau sarjana hukum ternama. Dalam
yurisprudensi dapat di lihat bahwa hakim sering berpegangan pada pendapat seorang
atau beberapa sarjana hukum yang terkenal namanya. Pendapat para sarjana hukum
itu menjadi dasar keputusan-keputusan yang akan diambil oleh seorang hakim dalam
menyelesaikan suatu perkara.
Doktrin adalah teori-teori yang disampaikan oleh para sarjana hukum yang
ternama yang mempunyai kekuasaan dan dijadikan acuan bagi hakim untuk
mengambil keputusan. Dalam penetapan apa yang akan menjadi keputusan hakim, ia
sering menyebut (mengutip) pendapat seseorang sarjana hukum mengenai kasus
yang harus diselesaikannya; apalagi jika sarjana hukum itu menentukan bagaimana
seharusnya. Pendapat itu menjadi dasar keputusan hakim tersebut.
Pendapat para sarjana hukum yang merupakan doktrin adalah sumber hukum.
Ilmu hukum itu sebagai sumber hukum, tapi bukan hukum karena tidak langsung
mempunyaikekuatan mengikat sebagai hukum. Hukum baru bersifat mengikat dan
mempunyai kekuatan hukum apabila dijadikan pertimbangan hukum dalam putusan
pengadilan. Selain itu, dikenal juga dengan pepatah dimana orang tidak boleh
menyimpang dari “communis opinion doctorum” (pendapat umum para ulama).
24

6. Revolusi / Kudeta
Salah satu sumber hukum yang tidak normal (abnormal) ialah revolusi atau
coup d'etat yaitu suatu tindakan dari warga negara yang mengambil alih kekuasaan
di luar cara-cara yang diatur dalam konstitusi suatu negara. Jika tindakan itu
(revolusi atau coup d'etat) itu berhasil maka revolusi atau coup d'etat itu adalah:
1. Sumber hukum normal:
a. Sebuah sumber hukum normal yang langsung atas pengakuan UU, yaitu
UU, perjanjian antar negara dan kebiasaan.
b. Sumber hukum normal yang tidak langsung atas pengakuan UU, yaitu
perjanjian doktrin dan yurisprudensi.

2. Sumber hukum abnormal yaitu:


a. Proklamasi
b. Revolusi
C. Kudeta

2.10 Penegakan Hukum


Penegakan hukum adalah proses dilakukannya upaya untuk tegaknya atau
berfungsinya norma-norma hukum secara nyata sebagai pedoman perilaku dalam lalu
lintas atau hubungan-hubungan hukum dalam kehidupan bermasyarakat dan
bernegara. Ditinjau dari sudut subjeknya, penegakan hukum itu dapat dilakukan oleh
subjek yang luas dan dapat pula diartikan sebagai upaya penegakan hukum oleh
subjek dalam arti yang terbatas atau sempit. Dalam arti luas, proses penegakan
hukum itu melibatkan semua subjek hukum dalam setiap hubungan hukum. Siapa
saja yang menjalankan aturan normatif atau melakukan sesuatu atau tidak melakukan
sesuatu dengan mendasarkan diri pada norma aturan hukum yang berlaku, berarti dia
menjalankan atau menegakkan aturan hukum. Dalam arti sempit, dari segi subjeknya
itu, penegakan hukum itu hanya diartikan sebagai upaya aparatur penegakan hukum
tertentu untuk menjamin dan memastikan bahwa suatu aturan hukum berjalan
25

sebagaimana seharusnya. Dalam memastikan tegaknya hukum itu, apabila diperlukan,


aparatur penegak hukum itu diperkenankan untuk menggunakan daya paksa.

2.11 Penegakan hukum objektif


Secara objektif, norma hukum yang hendak ditegakkan mencakup pengertian
hukum formal dan hukum materiil. Hukum formal hanya bersangkutan dengan
peraturan perundang-undangan yang tertulis, sedangkan hukum materiil mencakup
pula pengertian nilai-nilai keadilan yang hidup dalam masyarakat. Dalam bahasa
yang tersendiri, kadang-kadang orang membedakan antara pengertian penegakan
hukum dan penegakan keadilan. Penegakan hukum dapat dikaitkan dengan
pengertian “law enforcement” dalam arti sempit, sedangkan penegakan hukum
dalam arti luas, dalam arti hukum materiil, diistilahkan dengan penegakan keadilan.
Dalam bahasa Inggris juga terkadang dibedakan antara konsepsi “court of law”
dalam arti pengadilan hukum dan “court of justice” atau pengadilan keadilan.
Bahkan dengan semangat yang sama pula, Mahkamah Agung di Amerika Serikat
disebut dengan istilah “Supreme Court of Justice”.
Istilah-istilah itu dimaksudkan untuk menegaskan bahwa hukum yang harus
ditegakkan itu pada intinya bukanlah norma aturan itu sendiri, melainkan nilai-nilai
keadilan yang terkandung di dalamnya. Memang ada doktrin yang membedakan
antara tugas hakim dalam proses pembuktian dalam perkara pidana dan perdata.
Dalam perkara perdata dikatakan bahwa hakim cukup menemukan kebenaran formil
belaka, sedangkan dalam perkara pidana barulah hakim diwajibkan mencari dan
menemukan kebenaran materiil yang menyangkut nilai-nilai keadilan yang harus
diwujudkan dalam peradilan pidana. Namun demikian, hakikat tugas hakim itu
sendiri memang seharusnya mencari dan menemukan kebenaran materiil untuk
mewujudkan keadilan materiel. Kewajiban demikian berlaku, baik dalam bidang
pidana maupun di lapangan hukum perdata. Pengertian kita tentang penegakan
hukum sudah seharusnya berisi penegakan keadilan itu sendiri, sehingga istilah
penegakan hukum dan penegakan keadilan merupakan dua sisi dari mata uang yang
sama.
26

Setiap norma hukum sudah dengan sendirinya mengandung ketentuan tentang


hak-hak dan kewajiban-kewajiban para subjek hukum dalam lalu lintas hukum.
Norma-norma hukum yang bersifat dasar, tentulah berisi rumusan hak-hak dan
kewajiban-kewajiban yang juga dasar dan mendasar. Karena itu, secara akademis,
sebenarnya, persoalan hak dan kewajiban asasi manusia memang menyangkut
konsepsi yang niscaya ada dalam keseimbangan konsep hukum dan keadilan. Dalam
setiap hubungan terkandung di dalamnya dimensi hak dan kewajiban secara paralel
dan bersilang. Karena itu, secara akademis, hak asasi manusia mestinya diimbangi
dengan kewajiban asasi manusia. Akan tetapi, dalam perkembangan sejarah, hak
asasi manusia itu sendiri terkait erat dengan persoalan ketidakadilan yang timbul
dalam kaitannya dengan persoalan kekuasaan. Dalam sejarah, kekuasaan yang
diorganisasikan ke dalam dan melalui organ-organ negara, seringkali terbukti
melahirkan penindasan dan ketidakadilan. Karena itu, sejarah umat manusia
mewariskan gagasan perlindungan dan penghormatan terhadap hak-hak asasi
manusia. Gagasan perlindungan dan penghormatan hak asasi manusia ini bahkan
diadopsikan ke dalam pemikiran mengenai pembatasan kekuasaan yang kemudian
dikenal dengan aliran konstitusionalisme. Aliran konstitusionalisme inilah yang
memberi warna modern terhadap ide-ide demokrasi dan nomokrasi (negara hukum)
dalam sejarah, sehingga perlindungan konstitusional terhadap hak asasi manusia
dianggap sebagai ciri utama yang perlu ada dalam setiap negara hukum yang
demokratis (democratische rechtsstaat) ataupun negara demokrasi yang berdasar atas
hukum (constitutional democracy).
Dengan perkataan lain, issue hak asasi manusia itu sebenarnya terkait erat
dengan persoalan penegakan hukum dan keadilan itu sendiri. Karena itu, sebenarnya,
tidaklah terlalu tepat untuk mengembangkan istilah penegakan hak asasi manusia
secara tersendiri. Lagi pula, apakah hak asasi manusia dapat ditegakkan? Bukankah
yang ditegakkan itu adalah aturan hukum dan konstitusi yang menjamin hak asasi
manusia itu, dan bukannya hak asasinya itu sendiri? Namun, dalam praktek sehari-
hari, kita memang sudah salah kaprah. Kita sudah terbiasa menggunakan istilah
penegakan ‘hak asasi manusia’. Masalahnya, kesadaran umum mengenai hak-hak
27

asasi manusia dan kesadaran untuk menghormati hak-hak asasi orang lain di
kalangan masyarakat kitapun memang belum berkembang secara sehat.

2.12 Aparatur penegak hukum


Aparatur penegak hukum mencakup pengertian mengenai institusi penegak
hukum dan aparat (orangnya) penegak hukum. Dalam arti sempit, aparatur penegak
hukum yang terlibat dalam proses tegaknya hukum itu, dimulai dari saksi, polisi,
penasehat hukum, jaksa, hakim, dan petugas sipir pemasyarakatan. Setiap aparat dan
aparatur terkait mencakup pula pihak-pihak yang bersangkutan dengan tugas atau
perannya yaitu terkait dengan kegiatan pelaporan atau pengaduan, penyelidikan,
penyidikan, penuntutan, pembuktian, penjatuhan vonis dan pemberian sanksi, serta
upaya pemasyarakatan kembali (resosialisasi) terpidana. Dalam proses bekerjanya
aparatur penegak hukum itu, terdapat tiga elemen penting yang mempengaruhi, yaitu:
(i) institusi penegak hukum beserta berbagai perangkat sarana dan prasarana
pendukung dan mekanisme kerja kelembagaannya; (ii) budaya kerja yang terkait
dengan aparatnya, termasuk mengenai kesejahteraan aparatnya, dan (iii) perangkat
peraturan yang mendukung baik kinerja kelembagaannya maupun yang mengatur
materi hukum yang dijadikan standar kerja, baik hukum materielnya maupun hukum
acaranya. Upaya penegakan hukum secara sistemik haruslah memperhatikan ketiga
aspek itu secara simultan, sehingga proses penegakan hukum dan keadilan itu sendiri
secara internal dapat diwujudkan secara nyata.
Namun, selain ketiga faktor di atas, keluhan berkenaan dengan kinerja
penegakan hukum di negara kita selama ini, sebenarnya juga memerlukan analisis
yang lebih menyeluruh lagi. Upaya penegakan hukum hanya satu elemen saja dari
keseluruhan persoalan kita sebagai negara hukum yang mencita-citakan upaya
menegakkan dan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Hukum
tidak mungkin akan tegak, jika hukum itu sendiri tidak atau belum mencerminkan
perasaan atau nilai-nilai keadilan yang hidup dalam masyarakatnya. Hukum tidak
mungkin menjamin keadilan jika materinya sebagian besar merupakan warisan masa
lalu yang tidak sesuai lagi dengan tuntutan zaman. Artinya, persoalan yang kita
hadapi bukan saja berkenaan dengan upaya penegakan hukum tetapi juga pembaruan
28

hukum atau pembuatan hukum baru. Karena itu, ada empat fungsi penting yang
memerlukan perhatian yang seksama, yang yaitu (i) pembuatan hukum (‘the
legislation of law’ atau ‘law and rule making’), (ii) sosialisasi, penyebarluasan dan
bahkan pembudayaan hukum (socialization and promulgation of law), dan (iii)
penegakan hukum (the enforcement of law).
Ketiganya membutuhkan dukungan (iv) adminstrasi hukum (the
administration of law) yang efektif dan efisien yang dijalankan oleh pemerintahan
(eksekutif) yang bertanggungjawab (accountable). Karena itu, pengembangan
administrasi hukum dan sistem hukum dapat disebut sebagai agenda penting yang
keempat sebagai tambahan terhadap ketiga agenda tersebut di atas. Dalam arti luas,
‘the administration of law’ itu mencakup pengertian pelaksanaan hukum (rules
executing) dan tata administrasi hukum itu sendiri dalam pengertian yang sempit.
Misalnya dapat dipersoalkan sejauhmana sistem dokumentasi dan publikasi berbagai
produk hukum yang ada selama ini telah dikembangkan dalam rangka
pendokumentasian peraturan-peraturan (regels), keputusan keputusan administrasi
negara (beschikkings), ataupun penetapan dan putusan (vonis) hakim di seluruh
jajaran dan lapisan pemerintahan dari pusat sampai ke daerah-daerah. Jika sistem
administrasinya tidak jelas, bagaimana mungkin akses masyarakat luas terhadap
aneka bentuk produk hukum tersebut dapat terbuka? Jika akses tidak ada, bagaimana
mungkin mengharapkan masyarakat dapat taat pada aturan yang tidak diketahuinya?
Meskipun ada teori ‘fiktie’ yang diakui sebagai doktrin hukum yang bersifat
universal, hukum juga perlu difungsikan sebagai sarana pendidikan dan pembaruan
masyarakat (social reform), dan karena itu ketidaktahuan masyarakat akan hukum
tidak boleh dibiarkan tanpa usaha sosialisasi dan pembudayaan hukum secara
sistematis dan bersengaja.
2

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Negara adalah suatu wilayah merdeka yang mendapat pengakuan negara


lain serta memiliki kedaulatan. Negara adalah organisasi kekuasaan dari
sekelompok manusia yang telah berkediaman di wilayah tertentu. Negara adalah
suatu organisasi manusia atau kumpulan manusia yang berada di bawah suatu
pemerintahan yang sama.
Negara mempunyai kekuasaan tertinggi untuk memaksa semua
penduduknya agar mentaati peraturan perundang-undangan (kedaulatan ke dalam/
internal sovereignty), disamping itu negara-negara mempertahankan
kemerdekaannya terhadap serangan-serangan dari negara lain dan
mempertahankan (kedaulatan ke luar/ eksternal sovereignty).
Hukum adalah peraturan yang berupa norma dan sanksi yang dibuat
dengan tujuan untuk mengatur tingkah laku manusia, menjaga ketertiban, keadilan,
mencegah terjadinya kekacauan. Hukum memiliki tugas untuk menjamin bahwa
adanya kepastian hukum dalam masyarakat. Oleh sebab itu setiap masyarat
berhak untuk memperoleh pembelaan didepan hukum. Hukum dapat diartikan
sebagai sebuah peraturan atau ketetapan/ketentuan yang tertulis ataupun yang
tidak tertulis untuk mengatur kehidupan masyarakat dan menyediakan sangsi
untuk orang yang melanggar hukum. Hukum dapat dikelompokkan sebagai
berikut:
– Hukum berdasarkan Bentuknya: Hukum tertulis dan Hukum tidak tertulis.
– Hukum berdasarkan Wilayah berlakunya: Hukum local, Hukum nasional dan
Hukum Internasional.
– Hukum berdasarkan Fungsinya: Hukum Materil dan Hukum Formal.
– Hukum berdasarkan Waktunya: Ius Constitutum, Ius Constituendum, Lex
naturalis/ Hukum Alam.
– Hukum Berdasarkan Isinya: Hukum Publik, Hukum Antar waktu dan Hukum
Private. Hukum Publik sendiri dibagi menjadi Hukum Tata Negara, Hukum
Administrasi Negara, Hukum Pidana dan Hukum Acara. Sedangkan Hukum
3

Privat dibagi menjadi Hukum Pribadi, Hukum Keluarga, Hukum Kekayaan, dan
Hukum Waris.
– Hukum Berdasarkan Pribadi: Hukum satu golongan, Hukum semua golongan
dan Hukum Antar golongan.
– Hukum Berdasarkan Wujudnya: Hukum Obyektif dan Hukum Subyektif.
– Hukum Berdasarkan Sifatnya: Hukum yang memaksa dan Hukum yang
mengatur.
Ciri-ciri hukumnya antara lain:
1. Ada perintah atau larangan
2. Perintah atau larangan itu harus dipatuhi oleh masing-masing orang

3.2 Saran
Setelah membaca makalah ini, kita mengetahui tentang negara dan hukum
di Indonesia. Perlu ditingkatkan dan diperlakukan sesuaikan norma yang berlaku
sanksi tidak boleh mendegradasikan nilai hukum, menderitakan tidak
diperbolehkan merendahkan martabat manusia. Dalam hal hukum memberi nilai
penghormatan atas kehidupan manusia sanksi sama sekali tidak boleh melanggar
nilai tersebut maka dari itu sanksi pidana mati jelas tidak dibolehkan, karena hal
tersebut juga pelanggaran hukum. Hukum memberi nilai penghormatan atas hak
milik sehingga kaidah hukum melarang pencurian maka sanksi yang mengambil
melebihi hak pelaku pencurian adalah tidak dibenarkan sehingga sanksi yang
memiskinkan seorang koruptor juga adalah pelanggaran hukum. Sanksi harus
ditujukan untuk mengabdi pada hukum bukan sebaliknya, apabila hukum
menghendaki untuk manusia tidak membunuh maka sanksi sebagai penegak
larangan tersebut tidak boleh menghilangkan nyawa manusia.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Ahmad, Menguak Tabir Hukum, Suatu Kajian Filosofis dan sosiologis.
Jakarta: Chandra Pratama, 1996.
Hart, H.L.A, The Concept Of Law, New York: Clarendon Press Oxford, 1997.
Marzuki, Peter Mahmud, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta: Kencana Predena
Media Grup, 2009.
Asikin, Z. (2015). Pengantar Ilmu Hukum Edisi Kedua. Definisi Hukum Menurut
Ahli. Depok: PT. RajaGrafindo Persada. hlm. 13-14
Askin, Z. (2015). Pengantar Ilmu Hukum Edisi Kedua. Depok: PT. Raja Grafindo
Persada.
Atmaja, I. D. (2015). Ilmu negara : sejarah, konsep negara dan kajian
kenegaraan. Malang Setara Press.
Bodin, J. (2013). Teori Hukum Dalam Konteks Kedaulatan. Yogyakarta:
RadjaPedia.
Is Sadi , M. (2017). Pengantar Ilmu Hukum. PT. Kharisma Putra Utama.
Jellineck, G., & Bodin , J. (2022). Teori Kedaulatan Rakya: Pengertian dan
Maknanya. Gramedia.com.
Kurnaisih , W. (2021). Hukum : Pengertian, tujuan, fungsi, unsur, dan jenis .
Gramedia.blog.
Kusria, S. (2017). Ilmu Negara. Unisula.
Nughara, J. (2021). Mengenal Teori Tujuan Negara. Merdeka.com.
Sutama, P. (2021). Tujuan negara Kesatuan Republik Indonesia dan Teori
Menurut Ahli. Tintoid.
Wati , P., & Pania , C. (2021). Pengantar Ilmu Negara. Penerbit Adab.

31

Anda mungkin juga menyukai