Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

NEGARA HUKUM

(Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan)

Dosen Pengampu :

Dra. Katrina Samosir, M.Pd

NIP : 196308281989032003

Disusun Oleh:

Arya Fenita Rajagukguk (4193111052)

Nadya Gracella Simanjuntak (4193111053)

Silviana Lamsihar Nababan (4193111055)

Reggie Angelina (4193111056)

Ayu Lestari Sihombing (4193111057)

Kelas : PSPM D 2019

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

JURUSAN MATEMATIKA

2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena berkat rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kami masih diberi kesempatan untuk dapat menyelesaikan tugas
makalah yang berjudul negara hukum matakuliah Pendidikan Kewarganegaraan. Tugas
makalah ini kami buat untuk memenuhi penyelesaian tugas yang telah diberikan oleh Ibu
Dra.Katrina Samosir, M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah Pendidikan
Kewarganegaraan. Semoga tugas makalah yang berjudul negara hukum ini dapat menambah
wawasan dan pengetahuan bagi para pembaca dan juga kami sendiri.

Kami menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari kata sempurna karena masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, kami dengan segala kerendahan hati meminta maaf dan
mengharap kritik serta saran yang membangun perbaikan serta penyempurnaan kedepannya.

Akhir kata kami mengucapkan selamat membaca dan semoga materi yang ada dalam
tugas makalah yang berjududl negara hukum ini dapat bermanfaat sebagaimana mestinya bagi
para pembaca.

Medan, November 2020


Penulis

Kelompok VII

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................................2
1.3 Tujuan.........................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................3
2.1 Defenisi Negara Hukum.............................................................................................3
2.2 Prinsip Negara Hukum Dalam Kehidupan Sebagai Warga Negara.....................6
2.3 Menanya Alasan Mengapa Diperlukan Penegakan Hukum yang Berkeadilan...6
2.4 Konsep Dasar Negara Hukum di Indonesia............................................................9
2.5 Lembaga Penegak Hukum Indonesia.....................................................................11
BAB III PENUTUP.................................................................................................................17
3.1 Kesimpulan...............................................................................................................17
3.2 Saran..........................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................18

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Negara hukum Indonesia sudah berdiri sejak lebih dari enam puluh tahun lamanya.
Kualifikasinya sebagai negara hukum pada tahun 1945 terbaca dalam penjelasan
Undang-Undang Dasar. Dalam penjelasan mengenai “Sistem Pemerintahan Negara”
dikatakan “Indonesia ialah negara yang berdasar atas hukum (rechtsstaat)” . Selanjutnya
di bawahnya dijelaskan , “Negara Indonesia berdasar atas hukum (rechtsstaat) ,tidak
berdasar kekuasaan belaka (machtsstaat)”. Sekian puluh tahun kemudian ia lebih
dipertegas melalui amandemen keempat dan dimasukkan ke dalam batang tubuh
konstitusi ,yaitu Bab I tentang “Bentuk dan Kedaulatan”. Dalam Pasal 1 ayat 3 ditulis
“Negara Indonesia adalah Negara hukum” .

Negara hukum sudah merupakan tipe negara yang umum dimiliki oleh bangsa-bangsa
di dunia dewasa ini. Ia meninggalkan tipe negara yang memerintah berdasarkan kemauan
sang penguasa. Sejak perubahan tersebut, maka negara diperintah berdasarkan hukum
yang sudah dibuat dan disediakan sebelumnya dan penguasa pun tunduk kepada hukum
tersebut. Istilah Negara Hukum baru dikenal pada abad XIX tetapi konsep Negara
Hukum telah lama ada dan berkembang sesuai dengan tuntuntan keadaan. Pemerintahan
berdasarkan hukum adalah suatu prinsip dimana menyatakan bahwa hukum adalah
otoritas tertinggi dan bahwa semua warga negara tunduk kepada hukum dan berhak atas
perliindungannya. Secara sederhana supremasi hukum bisa dikatakan bahwa kekuasaan
pihak yang kuat diganti dengan kekuasaan berdasarkan keadilan dan rasional.

Untuk mewujudkan prinsip-prinsip Negara hukum, diperlukan baik norma-norma


hukum atau peraturan perundang-undangan juga aparatur pengemban dan penegak
hukum yang professional, berintegritas, dan disiplin, yang didukung dengan sarana dan
prasarana hukum, serta perilaku hukum masyarakat. Oleh karena itu setiap negara
hukum, termasuk Indonesia, harus memeliki institusi penegak hukum yang bertugas
menegakkan keadilan dan kebenaran.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud Negara hukum?
2. Apa Unsur-unsur dan Ciri-ciri Hukum?
3. Bagaimana Konsep Dasar Negara Hukum Indonesia?
4. Bagaimana Indonesia sebagai Negara Hukum?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui Defenisi Negara Hukum.
2. Mengetahui Unsur-unsur dan Ciri-ciri Negara Hukum.
3. Mengetahui Konsep Dasar Negara Hukum Indonesia.
4. Mengetahui Indonesia sebagai Negara Hukum

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Defenisi Negara Hukum


Perkembangan konsep negara hukum merupakan produk dari sejarah.
Rumusan pengertiannya terus berkembang mengikuti sejarah perkembangan
masyarakat dalam bernegara. Akar terjauh awal pemikiran negara hukum dapat
dirujuk pada masa Yunani Kuno dan Romawi dengan konsep kedaulatan rakyat,
Mesir Kuno dengan sistem hukum kerajaan, Dataran China, juga Indo-Malaya.
Namun secara praktis pembahasan negara hukum merujuk pada konsep negara
modern mainstream sejak abad ke-19.Tidak dapat dipungkiri bahwa perkembangan
hukum di dunia telah melalui transformasi yang panjang. Tiap negara memiliki cara
yang berbeda dalam mengembangkan hukum yang sesuai pandangan hidup (way of
life) dan cara hidup. Sistem hukum sangat berhubungan dengan ide, cita-cita dan
tujuan dari masyarakatnya. Hukum mencerminkan kecerdasan, sosial, ekonomi, dan
iklim politik pada waktunya.
Istilah negara hukum termasuk istilah yang masih muda, baru muncul pada
abad ke- 19, jika dibandingkan dengan istilah-istilah terkenal lainnya dalam
ketatanegaraan seperti demokrasi, konstitusi, kedaulatan dan sebagainya. Telah tegas
tercantum dalam konstitusi sebagai hukum tertinggi bahwa Indonesia adalah negara
hukum. Negara hukum menurut F.R Bothlingk adalah negara, dimana kebebasan
kehendak pemegang kekuasaan dibatasi oleh suatu kehendak hukum. Sedangkan
menurut A.Hamid S. Attamimi dengan mengutip Burkens, mengatakan bahwa negara
hukum secara sederhana adalah negara yang menempatkan hukum sebagai dasar
kekuasaan negara dan penyelenggaraan kekuasaan tersebut dalam segala bentuknya
dilakukan dibawah kekuasaan hukum.
Ada dua tokoh yang mengambangkan unsur negara hukum yaitu Friedrick
Julius Stahl dan Albert Venn Dicey. Unsur-unsur negara hukum ada 4 menurut
Friedrick Julius Stahl yang penting dalam sebuah negara yang taat terhadap hukum
antara lain:
a. Hak-hak asasi manusia;

3
Ciri-ciri negara hukum yang paling utama adalah adanya pengakuan dan
perlindungan terhadap hak asasi manusia bagi seluruh rakyatnya. Hak asasi
manusia adalah hak yang paling mendasar dan fundamental. Bagi para pelanggar
HAM bisa dijatuhi hukum secara tegas.
b. Pemisahan/Pembagian kekuasaan;
Ciri-ciri negara hukum selanjutnya yaitu adanya pembagian kekuasaan yang
jelas. Pembagian kekuasaan ini menjunjung tinggi nilai demokrasi. Setiap
lembaga memiliki tugas dan fungsinya masing-masing sehingga tidak adanya
tumpang tindih.
Jika muncul permasalahan atau konflik, maka lembaga yang berwenang
mampu menerapkan hukum yang tepat sesuai yang berlaku. Seperti yang
disampaikan tokoh terkenal, John Locke, bahwa kekuasaan dibedakan menjadi
tiga yaitu legislatif, eksekutif dan yudikatif.
c. Setiap tindakan pemerintah harus didasarkan pada peraturan perundang-undangan
yang telah ada;

d. Adanya peradilan administasi yang berdiri sendiri.


Peradilan dalam negara hukum haruslah bebas dan tidak bias atau tidak
memihak. Peradilan disini adalah termasuk hakim, jaksa, petugas administrasi
pengadilan, dan tentu saja hukum yang ditetapkan. Akan tetapi, akhir – akhir ini di
Indonesia sering terjadi kasus yang melibatkan pejabat peradilan seperti jaksa dan
hakim yang menerima suap atau gratifikasi saat menangani sebuah kasus. Tidak
hanya di tingkat daerah, hal tersebut juga terjadi di area pemerintahan pusat. 

Unsur negara hukum menurut Alberth Venn Dicey mewakili dari kalangan ahli hukum
Anglo Saxon, memberikan 3 ciri utama sebagai unsur-unsur Negara hukum yaitu:

a. Supremasi hukum, dalam arti tidak boleh ada kesewenang-wenangan, sehingga


seseorang akan di hukum jika melanggar hukum.
b. Bahwa setiap orang sama didepan hukum, baik selaku pribadi maupun dalam
kualifikasi pejabat negara.
c. Terjaminnya hak-hak manusia oleh Undang-Undang dan keputusankeputusan
pengadilan.

Negara hukum juga memiliki ciri-ciri , yaitu :

4
a. Berdasarkan sebuah undang-undang yang menjamin HAM
Pengakuan hak asasi manusia adalah merupakanunsur utama dalam ciri – ciri
negara hukum secara umum di Indonesia. hal ini karena hak asasi manusia adalah
hak yang paling dasar dimana pelanggaran terhadapnya harus bisa ditindak tegas.
Disitulah hukum diperlukan, sebagai alat maupun  pedoman dalam usaha
penegakan, perlindungan, dan pengakuan terhadap hak asasi manusia.
b. Menuntut pembagian kekuasaan
Seperti yang telah disampaikan oleh negarawan terkenal dunia, John Locke,
dalam negara hukum harus ada pembagian kekuasaan. Pembagian kekuasaan ini
terutama diterapkan oleh negara hukum yang menjunjung tinggi demokrasi seperti
halnya Indonesia. menurut John Locke, pembagian kekuasaan negara dibagi
menjadi tiga. Dari situlah muncul istilah trias politika dimana kekuasaan negara
dibagi menjadi kekuasaan legislatif, eksekutif dan yudikatif.
Kekuasaan legislative dipegang oleh Majelis Permusyawarahan Rakyat atau
MPR, Dewan Perwakilan Daerah atau DPD, dan Dewan Perwakilan Rakyat atau
DPD. Lembaga legislatif ini khususnya MPR mempunyai tugas dan wewenang
untuk membuat undang – undang atau yang disebut dengan wewenang konstitutif
MPR. Sedangkan pemegang Kekuasan Eksekutif Presiden yang mempunyai
wewenang – wewenang yang diantaranya adalah melantik dan memberhentikan
menteri dalam kabinet kepresidenan. Selain itu, kekuasaan yudikatif dipegang
oleh Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi, dan Komisi Yudisial, yang
mengawasi jalannya penerapan kebijakan dan melakukan pengawasan terhadap
jalannya peradilan.

c. Adanya Supremasi Hukum


Salah satu ciri – ciri negara hukum secara umum di Indonesia adalah adanya
supremasi hukum. Supremasi hukum adalah dimana hukum bisa dijadikan
patokan atau aturan dalam segala bidang. meskipun begitu, kekuatan hukum
tersebut tidak bisa digunakan dengan semena – mena. Seberapapun kekuatan
hukum, hukum hanya bisa dijatuhkan kepada yang salah. Aturan dalam
menjatuhkan hukum pun harus ditaati dengan benar.

Menurut Hornby.A.S supremasi hukum adalah kekuasaan tertinggi hukum


dalam mengatur kehidupan manusia. Sedangkan menurut Soetandyo
Wignjosoebroto supremasi hukum merupakan upaya untuk menempatkan hukum
5
dalam tempat tertinggi sebagi perlindungan pada seluruh masyarakat tanpa adanya
intervensi dari manapun termasuk para pemegang kekuasaan negara. Selain itu,
pendapat lain dari Abdul Manan menyatakan bahwa supremasi hukum adalah kiat
untuk menegakkan hukum di posisi tertinggi sebagai komandan atau panglima
yang melindungi dan menjaga stabilitas kehidupan bangsa dan negara. Dari
pengertian – penngertian tersebut, yang harus kita ingat adalah bahwa posisi
hukum menempatkan kita untuk bisa menghormati hukum dengan menaati
peraturan yang berlaku.

2.2 Prinsip Negara Hukum Dalam Kehidupan Sebagai Warga Negara


Prinsip Negara Hukum yang berkembang pada abad 19 cenderung mengarah
pada konsep negara hukum formal, yaitu pengertian negara hukumdalam arti sempit.
Dalam Prinsip ini negara hukum diposisikan ke dalamruang gerak dan peran yang
kecil atau sempit. Seperti dalam uraian terdahulunegara hukum dikonsepsikan sebagai
sistem penyelenggaraan kekuasaan pemerintahan negara yang didasarkan atas hukum.
Pemerintah dan unsur - unsur lembaganya dalam menjalankan tugas dan
wewenangnya terikat oleh hukum yang berlaku. Peran pemerintah sangat kecil dan
pasif. Dalam dekade abad 20 konsep negara hukum mengarah pada pengembangan
negara hukum dalam arti material. Arah tujuannya memperluas peran pemerintah
terkait dengan tuntutan dan dinamika perkembangan jaman. Prinsip Negara Hukum
material yang dikembangkan di abad ini sedikitnya memiliki sejumlah ciri yang
melekat pada negara hukum atau Rechtsstaat, yaitu sebagai berikut :
1. HAM terjamin oleh undang-undang.
2. Supremasi hukum.
3. Pembagian kekuasaan ( Trias Politika) demi kepastian hukum.
4. Kesamaan kedudukan di depan hukum.

5. Peradilan administrasi dalam perselisihan.


6. Kebebasan menyatakan pendapat, bersikap dan berorganisasi.
7. Pemilihan umum yang bebas.
8. Badan kehakiman yang bebas dan tidak memihak.

6
2.3 Menanya Alasan Mengapa Diperlukan Penegakan Hukum yang Berkeadilan

Terdapat enam agenda reformasi, satu di antaranya adalah penegakan hukum.


Dari sebanyak tuntutan masyarakat, beberapa sudah mulai terlihat perubahan ke arah
yang positif, namun beberapa hal masih tersisa. Mengenai penegakan hukum ini,
hampir setiap hari, media massa baik elektronik maupun cetak menayangkan masalah
pelanggaran hukum baik terkait dengan masalah penegakan hukum yang belum
memenuhi rasa keadilan masyarakat maupun masalah pelanggaran HAM dan KKN.

Beberapa di antaranya permasalahan kehidupan bermasyarakat, berbangsa,


dan bernegara. yang terkait dengan masalah penegakan hukum adalah:

1. Perilaku warga negara khususnya oknum aparatur negara banyak yang belum
baik dan terpuji (seperti masih ada praktik KKN, praktik suap, perilaku
premanisme, dan perilaku lain yang tidak terpuji);
2. Masih ada potensi konflik dan kekerasan sosial (seperti SARA, tawuran,
pelanggaran HAM, etnosentris, dan lan-lain);
3. Maraknya kasus-kasus ketidakadilan sosial dan hukum yang belum
diselesaikan dan ditangani secara tuntas;
4. Penegakan hukum yang lemah karena hukum bagaikan pisau yang tajam ke
bawah tetapi tumpul ke atas, dan
5. Pelanggaran oleh Wajib Pajak atas penegakan hukum dalam bidang
perpajakan.

Munculnya permasalahan-permasalahan tersebut tentu menimbulkan


pertanyaan dalam pikiran kita. Oleh karena itu, Anda dapat mempertanyakan secara
kritis terhadap masalah-masalah tersebut. Berikut ini adalah contoh pertanyaan yang
dapat diajukan:

1) Mengapa banyak oknum aparatur negara yang belum baik dan terpuji? Siapa
aparat penegak hukum atau badan peradilan yang ada di Indonesia? Mereka
masih melakukan praktik KKN yang merugikan keuangan negara yang
dikumpulkan dari uang rakyat melalui pajak, praktik suap, perilaku
premanisme, dan perilaku lain yang tidak terpuji. Padahal, ketika bangsa

7
Indonesia memasuki era reformasi masalahmasalah tersebut telah menjadi
perhatian dan target bersama untuk diberantas atau dihilangkan;
2) Mengapa masih terjadi konflik dan kekerasan sosial yang bernuansa SARA,
bahkan mereka tawuran dengan merusak aset negara yang dibiayai dari pajak,
melanggar HAM, bersikap etnosentris padahal bangsa Indonesia terkenal
sebagai bangsa yang ramah, santun, dan toleran? Siapa saja yang bertanggung
jawab untuk menyelesaikan masalah konflik dan kekerasan?;
3) Mengapa setelah Indonesia merdeka lebih dari setengah abad masih marak
terjadi kasus-kasus ketidakadilan sosial dan hukum yang belum diselesaikan
dan ditangani secara tuntas? Siapa yang bertanggung jawab untuk
menyelesaikan masalah konflik dan kekerasan?;
4) Mengapa penegakan hukum di Indonesia dianggap lemah sehingga muncul
sebutan “bagaikan pisau yang tajam ke bawah tetapi tumpul ke atas? Masalah
yang keempat ini merupakan masalah klasik, artinya masalah ini sudah lama
terjadi dalam praktik, tetapi sampai saat ini masih tetap belum dapat
terselesaikan. Siapa yang bertanggung jawab dalam penegakan hukum di
Indonesia?;
5) Mengapa masih saja terdapat warga negara yang tidak patuh akan
kewajibannya sebagai Wajib Pajak? Sebagaimana kita tahu bahwa pajak
adalah tulang punggung penerimaan negara, akan tetapi masih saja terdapat
kasus di mana Wajib Pajak berusaha melakukan penghindaran pajak maupun
rekayasa perpajakan yang bersifat melanggar hukum sebagaimana yang
dilakukan PT. Asian Agri pada Tahun 2002-2005. Siapa yang
bertanggungjawab terhadap pelanggaran hukum di bidang perpajakan?

Alasan penegakan hukum yang adil adalah sebagai berikut:

1. Demi mencapai pelaksanaan hukum yang normal, damai dan tidak terjadi
pelanggaran.
2. Tidak merugikan pihak tertentu.
3. Menunjukkan ketegasan dari pelanggar agar memberi efek jera.
4. Mengurangi tingkat kejahatan dengan memberlakukan hukum secara adil.

Hukum merupakan suatu bentuk perlindungan dari negara kepada bangsanya


sendiri. Agar setiap manusia yang hidup dalam bernegara dan berbangsa berlangsung

8
dengan normal, damai dan tentram haruslah menegakkan hukum setegak-tegaknya
agar setiap manusia tidak akan melanggar peraturan yang dapat merugikan suatu
individu, masyarakat atau negara.

Pada dasarnya hukum tidak boleh menyimpang yang ditunjukkan dalam suatu
semboyan yang berbunyi "flat justitia el pereat mundus" yang artinya meski dunia ini
runtuh akan tetapi hukum harus ditegakkan.

Pelaksanaan hukum yang adil melibatkan beberapa komponena yaitu pihak


aparat kemanan, pihak pembuat peraturan atau hukum, denda/sanksi yang dikenakan,
dan ancaman yang berat dengan memberikan efek jera.

2.4 Konsep Dasar Negara Hukum di Indonesia


Negara hukum Indonesia dapat diibaratkan sebagai sebuah proyek rumah, di
mana dia harus dibangun, kemudian dirawat, lalu diwariskan pada penerusnya.
Diperlukan penemuan jati diri atau identitas dalam pembentukannya. Dilihat dari sisi
sejarah Indonesia mengikuti langkah Rechtsstaat atau civil law, karena Indonesia
cukup lama dijajah oleh Belanda.
a. Konsep rechtsstaat mengutamakan prinsip wetmatigheid yang kemudian menjadi
rechtmatigheid.
Unsur-unsur rechtsstaat :
1. Adanya perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia (HAM).
2. Adanya pemisahan dan pembagian kekuasaan negara untuk menjamin
3. Perlindungan  HAM,
4. Pemerintahan berdasarkan peraturan,
5. Adanya peradilan administrasi.

Dari uraian unsur-unsur rechtsstaat maka dapat dikaitkan dengan konsep


perlindungan hukum, sebab konsep rechtsstaat tersebut tidak lepas dari gagasan untuk
memberi pengakuan dan perlindungan terhadap hak asasi manusia. Dengan demikian
rechtsstaat memiliki inti upaya memberikan perlindungan pada hak-hak kebebasan
sipil dari warga negara, berkenaan dengan perlindungan terhadap hak-hak dasar yang
sekarang lebih populer dengan HAM, yang konsekuensi logisnya harus diadakan
pemisahan atau pembagian kekuasaan di dalam negara. Sebab dengan pemisahan atau

9
pembagian kekuasaan di dalam negara, pelanggaran dapat dicegah atau paling tidak
dapat diminimalkan.

Di samping itu, konsep rechtsstaat menginginkan adanya perlindungan bagi


hak asasi manusia melalui pelembagaan peradilan yang independen. Pada konsep
rechtsstaat terdapat lembaga peradilan administrasi yang merupakan lingkungan
peradilan yang berdiri sendiri.

b. Konsep Negara Hukum (Anglo Saxon)

Negara Anglo Saxon tidak mengenal negara hukum atau rechtstaat, tetapi
mengenal atau menganut apa yang disebut dengan “The Rule Of The Law” atau
pemerintahan oleh hukum atau government of judiciary.

Menurut A.V.Dicey, Negara hukum harus mempunyai 3 unsur pokok :

1. Supremacy Of Law
Dalam suatu Negara hukum, maka kedudukan hukum merupakan
posisi tertinggi, kekuasaan harus tunduk pada hukum bukan sebaliknya hukum
tunduk pada kekuasaan, bila hukum tunduk pada kekuasaan, maka kekuasaan
dapat membatalkan hukum, dengan kata lain hukum dijadikan alat untuk
membenarkan kekuasaan. Hukum harus menjadi “tujuan” untuk melindungi
kepentingan rakyat.
2. Equality Before The Law
Dalam Negara hukum kedudukan penguasa dengan rakyat dimata
hukum adalah sama (sederajat), yang membedakan hanyalah fungsinya, yakni
pemerintah berfungsi mengatur dan rakyat yang diatur. Baik yang mengatur
maupun yang diatur pedomannya satu, yaitu undang-undang. Bila tidak ada
persamaan hukum, maka orang yang mempunyai kekuasaan akan merasa
kebal hukum. Pada prinsipnya Equality Before The Law adalah tidak ada
tempat bagi backing yang salah, melainkan undang-undang merupakan
backine terhadap yang benar.
3. Human Rights
Human rights, maliputi 3 hal pokok, yaitu :

10
 The rights to personal freedom ( kemerdekaan pribadi), yaitu hak untuk
melakukan sesuatu yang dianggan baik badi dirinya, tanpa merugikan orang
lain.
 The rights to freedom of discussion ( kemerdekaan berdiskusi), yaitu hak
untuk mengemukakan pendapat dan mengkritik, dengan ketentuan yang
bersangkutan juga harus bersedia mendengarkan orang lain dan bersedia
menerima kritikan orang lain.
 The rights to public meeting ( kemerdekaan mengadakan rapat), kebebasan
ini harus dibatasi jangan sampai menimbulkan kekacauan atau
memprovokasi.

Persamaan Negara hukum Eropa Kontinental dengan Negara hukum Anglo


saxon adalah keduanya mengakui adanya “Supremasi Hukum”. Perbedaannya adalah
pada Negara Anglo Saxon tidak terdapat peradilan administrasi yang berdiri sendiri
sehingga siapa saja yang melakukan pelanggaran akan diadili pada peradilan yang
sama. Sedangkan nagara hukum Eropa Kontinental terdapat peradilan administrasi
yang berdiri sendiri.

c. Konsep Negara Hukum (Perumusan Para Jurist/Hakim Asia Tenggara dan Pasifik)

Rumusan konsep negara hukum menurut perumusan para Jurist Asia Tenggara
dan Pasifik (15-19 Februari 1965), sebagaimana tercantum dalam buku “The
Dynamics Aspects of the rule of law in the Modern Age”, bahwa syarat rule of law
adalah: 1) perlindungan konstitusi dalam arti bahwa konstitusi selain menjamin hak-
hak individu harus menentukan pula cara prosedural untuk memperoleh perlindungan
atas hak-hak yang dijamin; 2) badan kehakiman yang bebas dan tidak memihak; 3)
kebebasan untuk menyatakan pendapat; 4) pemilihan umum yang bebas; 5) kebebasan
untuk berserikat/berorganisasi dan beroposisi; dan 6) pendidikan civic.

Dalam sebuah simposium negara hukum di Jakarta pada tahun 1966 antara
lain diputuskan bahwa sifat negara hukum adalah alat perlengkapannya hanya dapat
bertindak menurut dan terikat kepada aturan-aturan yang telah ditentukan lebih dahulu
oleh alat-alat perlengkapan yang dikuasakan untuk mengadakan aturan itu, atau
singkatnya disebut prinsip “rule of law”. Sedangkan ciri-ciri khas negara hukum
adalah; a) pengakuan dan perlindungan hak asasi manusia yang mengandung
persamaan dalam bidang politik, hukum, sosial, ekonomi, dan kebudayaan; b)

11
peradilan yang bebas dan tidak memihak serta tidak dipengaruhi oleh suatu kekuasaan
atau kekuatan apapun; dan c) legalitas dalam segala bentuknya.

2.5 Lembaga Penegak Hukum Indonesia


Aparatur penegak hukum mencakup pengertian mengenai institusi
penegak hukum dan aparat (orangnya) penegak hukum. Dalam arti sempit,
aparatur penegak hukum yang terlibat dalam proses tegaknya hukum itu,
dimulai dari saksi, polisi, penasehat hukum, jaksa, hakim, dan petugas sipir
pemasyarakatan. Setiap aparat dan aparatur terkait mencakup pula pihak-pihak
yang bersangkutan dengan tugas atau perannya yaitu terkait dengan kegiatan
pelaporan atau pengaduan, penyelidikan, penyidikan, penuntutan, pembuktian,
penjatuhan vonis dan pemberian sanksi, serta upaya pemasyarakatan kembali
(resosialisasi) terpidana.
Dalam proses bekerjanya aparatur penegak hukum itu, terdapat tiga
elemen penting yang mempengaruhi, yaitu: (i) institusi penegak hukum beserta
berbagai perangkat sarana dan prasarana pendukung dan mekanisme kerja
kelembagaannya; (ii) budaya kerja yang terkait dengan aparatnya, termasuk
mengenai kesejahteraan aparatnya, dan (iii) perangkat peraturan yang mendukung
baik kinerja kelembagaannya maupun yang mengatur materi hukum yang
dijadikan standar kerja, baik hukum materielnya maupun hukum acaranya.
Upaya penegakan hukum secara sistemik haruslah memperhatikan ketiga aspek itu
secara simultan, sehingga proses penegakan hukum dan keadilan itu sendiri secara
internal dapat diwujudkan secara nyata. Untuk menjalankan hukum sebagaimana
mestinya, maka dibentuk beberapa lembaga penegakhukum yang bersinergitas antara
lembaga penegak hukum itu sendiri, seperti:
1. Kejaksaan
Dalam Undang-Undang No. 16 tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik
Indonesia Pasal 1 dinyatakan bahwa: “Jaksa adalah pejabat fungsional yang diberi
wewenang oleh undang-undang untuk bertindak sebagai penuntut umum dan
pelaksanaan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap serta
wewenang lain berdasarkan undang-undang”.Lembaga kejaksaan mempunyai tugas
pokok yakni untuk menyaring kasus yang layak diajukan ke pengadilan,
mempersiapkan berkas-berkas yang diperlukan misalnya membuat surat dakwaan,

12
melakukan pembuktian dimuka siding dan melakukan penuntutan serta melaksanakan
putusan pengadilan. (H. Edi Setiadi dan Kristian, 2017:114)
Kejaksaan merupakan lembaga eksekutif yang tunduk pada presiden. Akan
tetapi, bila dilihat dari segi fungsinya, kejaksaan merupakan bagian dari lembaga
yudikatif. Hal ini termuat pada pasal 24 amandemen ketiga UUD Negara RI 1945
yang menegaskan bahwa kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah mahkamah
agung dan badan peradilan lain yang fungsinya berkaitan dengan kekuasaan
kehakiman. Penegasan lainnya terdapat pada pasal 41 Undang-undang No 4 Tahun
2004, tentang kekuasaan kehakiman, sebagai berikut: “Badan-badan lain yang
fungsinya berkaitan dengan kekuasaan kehakiman meliputi kepolisian negara republik
indonesia, kejaksaan republik indonesia, dan badan badan lain diatur dalam udang-
undang”
2. Kehakiman
Berdasarkan UUD 1945 yakni dalam Bab IX Kekuasaan Kehakiman. Pasal 24
UUD 1945 menyatakan:Kekuasaan Kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka
untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan;Kekuasaan
kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan yang
berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama,
lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha negara, dan oleh sebuah
Mahkamah Konstitusi; Badan-badan lain yang fungsinya berkaitan dengan kekuasaan
kehakiman diatur dalam undang-undang.
3. Advokat
Landasan hukum tentang advokat terdapat dalam undang-undang No.18
Tahun 2003 tentang Advokat, sekaligus menjadi alasan penting bagi profesi advokat
sebagai salah satu lembaga penegak hukum. Hal tersebut ditegaskan pada pasal 5 ayat
(1) UU NO.18 Tahun 2003 menyebutkan bahwa advokat berstatus sebagai penegak
hukum, bebas dan mandiri serta dijamin oleh hukum dan peraturan perundang-
undangan. Pada pasal 5 tersebut ditegaskan, bahwa yang dimaksud “advokat berstatus
sebagai sebagai penegak hukum. Advokat sebagai salah satu perangkat dalam proses
peradilan yang memiliki kedudukan setara dengan penegak hukum lainnya dalam
menegakkan hukum dan keadilan.
4. Lapas (Lembaga Pemasyarakatan)
Lembaga pemasyarakat diatur dalam UU No 12 Tahun 1995 tentang
Pemasyarakatan yang mengubah sistem kepenjaraan menjadi sistem pemasyarakatan.

13
Sistem pemasyarakatan ini merupakan bagian dari rangkaian kesatuan penegakan
hukum, oleh karenanya, pelaksanaannya tidak dapat dipisahkan dari pengembang
konsep umum mengenai pemidanaan. Pada pasal 1 angka 3 UU No 12 Tahun 1995
menjelaskan, bahwa lembaga pemasyarakatan adalah tempat untuk pembinaan
narapidana dan anak didik pemasyarakatan.
5. Kepolisian
Lembaga kepolisian sebagai subsistem peradilan pidana diatur dalam UU No 2
Tahun 2002 tentang kepolisian republik indonesia. Pada pasal 13 UU No 2 tahun
2002 menjelaskan kepolisan memiliki tugas pokok memelihara keamanan dan
ketertiban masyarakat, menegakkan hukum serta memberikan perlindungan,
pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat. Oleh karena itu dalam kaitannya
dengan hukum, khususnya Hukum Acara Pidana, Kepolisian negara bertindak sebagai
penyelidik dan penyidik. Sementara dalam lingkup peradillan pidana, kepolisian
memiliki wewenang khusus sebagai penyidik yang secara umum di atur pada pasal 15
dan 16 UU No 12 tahun 2002 da dalam KUHAP juga diatur pada pasal 5 sampai
dengan 7 KUHAP.
2.6 Dinamika dan Tantangan Penegakan Hukum di Indonesia

Penegakan hukum ditujukan guna meningkatkan ketertiban dan kepastian


hukum dalam masyarakat. Hal ini dilakukan antara lain dengan menertibkn fungsi,
tugas dan wewenang lembaga-lembaga yang bertugas menegakkan hukum menurut
proporsi ruang lingkup masing-masing, serta didasarkan atas system kerjasama yang
baik dan mendukung tujuan yang hendak dicapai.

Jika diamati, penegakan hukum di Indonesia masih belum berjalan dengan


baik dan begitu memprihatinkan. Permasalahan penegakan hukum (law enforcement)
selalu bertendensi pada ketimpangan interaksi dinamis antara aspek hukum dalam
harapan (das sollen), dengan aspek penerapan ukum dalam kenyataan (das sein).
Lemahnya penegakan hukum di Indonesia saat ini dapat tercermin dari berbagai
penyelesaian kasus besar yang belum tuntas, salah satunya adalah praktek korupsi
yang marak terjadi, namun ironisnya para pelaku utamanya sangat sedikit yang
terambah hukum. Kenyataan tersebut justru berbanding terbalik dengan beberapa
kasus yang melibatkan rakyat kecil. Realitas penegakan hukum yang demikian sudah
pasti akan menciderai hati rakyat kecil yang akan berujung pada ketidakpercayaan
masyarakat, khususnya pada aparat penegak hukum itu sendiri. Aparat penegak

14
hukum rentan akan praktik suap, membuat hukum di negeri ini nyatanya dapat
diperjualbelikan, seperti kasus BLBI yang sampai sekarang belum jelas titik
pangkalnya, kasus E-KTP yang melibatkan banyak pihak di dewan legislasi, dan
beberapa kasus besar lainnya yang mangkrak. Melihat kondisi tersebut nampaknya
kita harus bercermin kembali pada tujuan akhir hukum itu sendiri yakni untuk
menciptakan keadilan.

Kajian secara sistematis terhadap penegakan hukum dan keadilan secara


teoritis dinyatakan efektif apabila 5 pilar hukum berjalan baik yakni: instrument
hukumnya,aparat penegak hukumnya, faktor warga masyarakatnya yang terkena
lingkup peraturan hukum, faktor kebudayaan atau legal culture, factor sarana dan
fasilitas yang dapat mendukung pelaksanaan hukum . Hikmahanto Juwono
menyatakan di Indonesia secara tradisional institusi hukum yang melakukan
penegakan hukum adalah kepolisian, kejaksaan, badan peradilan dan advokat. Di luar
institusi tersebut masih ada diantaranya , Direktorat Jenderal Bea Cukai, Direktorak
Jenderal Pajak, Direktorat Jenderal Imigrasi.

Masalah-masalah dalam penegakan hukum meliputi hal

1. Problem pembuatan peraturan perundang- undangan.


2. Masyarakat pencari kemenangan bukan keadilan.
3. Uang mewarnai penegakan hukum.
4. Penegakan hukum sebagai komoditas politik, penegakan hukum yang
diskriminatif dan ewuh pekewuh.
5. Lemahnya sumberdaya manusia.
6. Keterbatasan anggaran.
7. Penegakan hukum yang dipicu oleh media massa.

Problem tersebut di atas memerlukan pemecahan atau solusi, dan negara yang
dalam hal ini diwakili pemerintah telah mengeluarkan kebijakan yang bertujuan
memperbaiki kinerja institusi hukum, aparat penegak hukum dengan anggaran yang
cukup memadai sedang outputnya terhadap perlindungan warganegara di harapkan
dapat meningkatkan kepuasan dan sedapat mungkin mampu menjamin ketentraman
dan kesejahteraan sosial bagi seluruh anggota masyarakat.

15
Peranan lembaga peradilan dalam mewujudkan pengadilan yang mandiri,
tidak dipengaruhi oleh pihak manapun, bersih dan profesional belum berfungsi
sebagaimana yang diharapkan. Hal tersebut disebabkan oleh:

a) Adanya intervensi dari pemerintah dan pengaruh dari pihak lain terhadap
putusan pengadilan, juga karena kualitas profesionalisme, moral dan akhlak
aparat penegak hukum yang masih rendah. Akibatnya kepercayaan masyarakat
terhadap lembaga peradilan sebagai benteng terakhir untuk mendapatkan
keadilan semakin menurun.
b) Lemahnya penegakan hukum juga disebabkan oleh kinerja aparat penegak
hukum lainnya seperti Hakim, Polisian, Jaksa, Advokat dan Penyidik Pegawai
Negeri Sipil (PPNS) yang belum menunjukan sikap yang profesional dan
integritas moral yang tinggi. Kondisi sarana dan prasarana hukum yang sangat
diperlukan oleh aparat penegak hukum juga masih jauh dari memadai
sehingga sangat mempengaruhi pelaksanaan penegakan hukum untuk berperan
secara optimal dan sesuai dengan rasa keadilan di dalam masyarakat.

Sebagai upaya untuk meningkatkan pemberdayaan terhadap lembaga


peradilan dan lembaga penegak hukum lainnya langkahlangkah yang perlu dilakukan
yaitu:

a) Peningkatan kualitas dan kemampuan aparat penegak hukum yang lebih


profesioanal, berintegritas, berkepribadian, dan bermoral tinggi.
b) Perlu dilakukan perbaikan–perbaikan sistem perekrutan dan promosi aparat
penegak hukum, pendidikan dan pelatihan, serta mekanisme pengawasan yang
lebih memberikan peran serta yang besar kepada masyarakat terhadap perilaku
aparat penegak hukum.
c) Mengupayakan peningkatan kesejahteraan aparat penegak hukum yang sesuai
dengan pemenuhan kebutuhan hidup.

Krisis kepercayaan masyarakat terhadap hukum disebabkan antara lain karena


masih banyaknya kasus korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) dan pelanggaran hak
asasi manusia (HAM) yang belum tuntas penyelesaiannya secara hukum. Dalam
rangka memulihkan kembali kepercayaan masyarakat terhadap hukum, upaya yang
harus dilakukan adalah :

16
a. Menginventarisasi dan menindak lanjuti secara hukum berbagai kasus KKN
dan HAM.
b. Melakukan pemberdayaan terhadap aparat penegak hukum, khususnya aparat
kepolisian, kejaksaan, pengadilan dan masyarakat.
c. Pemberian bantuan hukum kepada masyarakat yang tidak mampu.

Adanya konflik horizontal dan vertikal pada dasarnya disebabkan melemahnya


penerapan nilai-nilai budaya dan kesadaran hukum masyarakat yang mengakibatkan
rendahnya kepatuhan masyarakat terhadap hukum dan timbulnya berbagai tindakan
penyalahgunaan wewenang. Demikian juga kurangnya sosialisasi peraturan
perundang-undangan baik sebelum maupun sesudah diterapkan baik kepada
masyarakat umum maupun kepada penyelenggara negara termasuk aparat penegak
hukum. Upaya yang akan dilakukan adalah dengan meningkatkan pemahaman dan
kesadaran hukum di semua lapisan masyarakat terhadap pentingnya hak-hak dan
kewajiban masing-masing individu yang pada akhirnya diharapkan akan membentuk
budaya hukum yang baik.

17
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Negara hukum adalah negara yang berdasarkan hukum, kekuasaan negara
berdasar atas hukum, bukan kekuasaan belaka serta pemerintahan negara berdasar
pada konstitusi yang berpaham pada konstitusionalisme. Unsur-unsur negara hukum
ada 4 menurut Friedrick Julius Stahl yaitu hak-hak asasi manusia,
pemisahan/pembagian kekuasaan, setiap tindakan pemerintah harus didasarkan pada
peraturan perundang-undangan yang telah ada, dan adanya peradilan administasi yang
berdiri sendiri. Ciri-ciri negara hukum adalah kekuasaan dijalankan sesuai dengan
hukum positif yang berlaku, kegiatan negara berada dibawah kontrol kekuasaan
kehakiman yang efektif, berdasarkan sebuah undang-undang yang menjamin HAM,
dan menuntut pembagian kekuasaan. Konsep dasar hukum di Indonesia yaitu konsep
rechtsstaat mengutamakan prinsip wetmatigheid, konsep negara hukum (Anglo
Saxon) yang disebut dengan “The Rule Of The Law”, dan konsep negara hukum
(perumusan para jurist/hakim Asia Tenggara dan Pasifik). Indonesia sebagai negara
hukum adalah penyelenggaraan negara maupun kehidupan berbangsa dan bernegara
berdasarkan pada hukum. Namun penegakan hukum di Indonesia masih belum
berjalan dengan baik dan begitu memprihatinkan. Permasalahan penegakan hukum
(law enforcement) selalu bertendensi pada ketimpangan interaksi dinamis antara
aspek hukum dalam harapan (das sollen), dengan aspek penerapan ukum dalam
kenyataan (das sein).

3.2 Saran
Sebaiknya dalam penegakan hukum harus sesuai antara materi dengan praktik
di alam kehidupan sehari-harinya. Selain itu, di dalam penegakan hukum haruslah
kembali pada tujuan akhir hukum itu sendiri yakni untuk menciptakan keadilan.
Untuk mecapai hal tersebut, upaya yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan
pemahaman dan kesadaran hukum di semua lapisan masyarakat terhadap pentingnya
hak-hak dan kewajiban masing-masing individu yang pada akhirnya diharapkan akan
membentuk budaya hukum yang baik.

18
DAFTAR PUSTAKA
https://www.kompas.com/skola/read/2020/02/28/194500869/peran-lembaga-peradilan-
dalam-penegakan-hukum-dan-ham diakses 16 November 2020

Likadja, Jeffry Alexander Ch. 2015. Memaknai “Hukum Negara (Law Through State)”
Dalam Bingkai”Negara Hukum (Rechtstaat)”. Hasanuddin Law Review. 1(1) : 75-86

Gandamana, Apiek. 2019. Pendidikan Kewarganegaraan untuk Perguruan Tinggi. CV.


Harapan Cerdas: Medan.

Nurhidayati, Meila. “Negara Hukum (Konsep Dasar dan Implementasinya di Indonesia)”.


https://meilabalwell.wordpress.com/negara-hukum-konsep-dasar-dan-
implementasinya-di-indonesia/#:~:text=Penguasa%20hanyalah%20pemegang
%20hukum%20dan,kekuasaan%20belaka%20(machsstaat)%E2%80%9D.

Santoyo, 2008, Penegakan hukum di Indonesia, Jurnal Dinamika Hukum, 8 (3) : 199-204

Siallagan, haposan. 2016. Peneraapan prinsip negara hukum di indonesia.


Sosiohumaniora. 18(2) : 131-137

Soemarsono , Maleha. 2007. Negara Hukum Indonesia Ditinjau Dari Sudut Teori Tujuan
Negara. Jurnal Hukum dan Pembangunan Tahun Ke-37. –(2) : 300-322

19

Anda mungkin juga menyukai