NEGARA HUKUM
Dosen Pengampu :
NIP : 196308281989032003
Disusun Oleh:
JURUSAN MATEMATIKA
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena berkat rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kami masih diberi kesempatan untuk dapat menyelesaikan tugas
makalah yang berjudul negara hukum matakuliah Pendidikan Kewarganegaraan. Tugas
makalah ini kami buat untuk memenuhi penyelesaian tugas yang telah diberikan oleh Ibu
Dra.Katrina Samosir, M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah Pendidikan
Kewarganegaraan. Semoga tugas makalah yang berjudul negara hukum ini dapat menambah
wawasan dan pengetahuan bagi para pembaca dan juga kami sendiri.
Kami menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari kata sempurna karena masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, kami dengan segala kerendahan hati meminta maaf dan
mengharap kritik serta saran yang membangun perbaikan serta penyempurnaan kedepannya.
Akhir kata kami mengucapkan selamat membaca dan semoga materi yang ada dalam
tugas makalah yang berjududl negara hukum ini dapat bermanfaat sebagaimana mestinya bagi
para pembaca.
Kelompok VII
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................................2
1.3 Tujuan.........................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................3
2.1 Defenisi Negara Hukum.............................................................................................3
2.2 Prinsip Negara Hukum Dalam Kehidupan Sebagai Warga Negara.....................6
2.3 Menanya Alasan Mengapa Diperlukan Penegakan Hukum yang Berkeadilan...6
2.4 Konsep Dasar Negara Hukum di Indonesia............................................................9
2.5 Lembaga Penegak Hukum Indonesia.....................................................................11
BAB III PENUTUP.................................................................................................................17
3.1 Kesimpulan...............................................................................................................17
3.2 Saran..........................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................18
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Negara hukum sudah merupakan tipe negara yang umum dimiliki oleh bangsa-bangsa
di dunia dewasa ini. Ia meninggalkan tipe negara yang memerintah berdasarkan kemauan
sang penguasa. Sejak perubahan tersebut, maka negara diperintah berdasarkan hukum
yang sudah dibuat dan disediakan sebelumnya dan penguasa pun tunduk kepada hukum
tersebut. Istilah Negara Hukum baru dikenal pada abad XIX tetapi konsep Negara
Hukum telah lama ada dan berkembang sesuai dengan tuntuntan keadaan. Pemerintahan
berdasarkan hukum adalah suatu prinsip dimana menyatakan bahwa hukum adalah
otoritas tertinggi dan bahwa semua warga negara tunduk kepada hukum dan berhak atas
perliindungannya. Secara sederhana supremasi hukum bisa dikatakan bahwa kekuasaan
pihak yang kuat diganti dengan kekuasaan berdasarkan keadilan dan rasional.
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud Negara hukum?
2. Apa Unsur-unsur dan Ciri-ciri Hukum?
3. Bagaimana Konsep Dasar Negara Hukum Indonesia?
4. Bagaimana Indonesia sebagai Negara Hukum?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui Defenisi Negara Hukum.
2. Mengetahui Unsur-unsur dan Ciri-ciri Negara Hukum.
3. Mengetahui Konsep Dasar Negara Hukum Indonesia.
4. Mengetahui Indonesia sebagai Negara Hukum
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Ciri-ciri negara hukum yang paling utama adalah adanya pengakuan dan
perlindungan terhadap hak asasi manusia bagi seluruh rakyatnya. Hak asasi
manusia adalah hak yang paling mendasar dan fundamental. Bagi para pelanggar
HAM bisa dijatuhi hukum secara tegas.
b. Pemisahan/Pembagian kekuasaan;
Ciri-ciri negara hukum selanjutnya yaitu adanya pembagian kekuasaan yang
jelas. Pembagian kekuasaan ini menjunjung tinggi nilai demokrasi. Setiap
lembaga memiliki tugas dan fungsinya masing-masing sehingga tidak adanya
tumpang tindih.
Jika muncul permasalahan atau konflik, maka lembaga yang berwenang
mampu menerapkan hukum yang tepat sesuai yang berlaku. Seperti yang
disampaikan tokoh terkenal, John Locke, bahwa kekuasaan dibedakan menjadi
tiga yaitu legislatif, eksekutif dan yudikatif.
c. Setiap tindakan pemerintah harus didasarkan pada peraturan perundang-undangan
yang telah ada;
Unsur negara hukum menurut Alberth Venn Dicey mewakili dari kalangan ahli hukum
Anglo Saxon, memberikan 3 ciri utama sebagai unsur-unsur Negara hukum yaitu:
4
a. Berdasarkan sebuah undang-undang yang menjamin HAM
Pengakuan hak asasi manusia adalah merupakanunsur utama dalam ciri – ciri
negara hukum secara umum di Indonesia. hal ini karena hak asasi manusia adalah
hak yang paling dasar dimana pelanggaran terhadapnya harus bisa ditindak tegas.
Disitulah hukum diperlukan, sebagai alat maupun pedoman dalam usaha
penegakan, perlindungan, dan pengakuan terhadap hak asasi manusia.
b. Menuntut pembagian kekuasaan
Seperti yang telah disampaikan oleh negarawan terkenal dunia, John Locke,
dalam negara hukum harus ada pembagian kekuasaan. Pembagian kekuasaan ini
terutama diterapkan oleh negara hukum yang menjunjung tinggi demokrasi seperti
halnya Indonesia. menurut John Locke, pembagian kekuasaan negara dibagi
menjadi tiga. Dari situlah muncul istilah trias politika dimana kekuasaan negara
dibagi menjadi kekuasaan legislatif, eksekutif dan yudikatif.
Kekuasaan legislative dipegang oleh Majelis Permusyawarahan Rakyat atau
MPR, Dewan Perwakilan Daerah atau DPD, dan Dewan Perwakilan Rakyat atau
DPD. Lembaga legislatif ini khususnya MPR mempunyai tugas dan wewenang
untuk membuat undang – undang atau yang disebut dengan wewenang konstitutif
MPR. Sedangkan pemegang Kekuasan Eksekutif Presiden yang mempunyai
wewenang – wewenang yang diantaranya adalah melantik dan memberhentikan
menteri dalam kabinet kepresidenan. Selain itu, kekuasaan yudikatif dipegang
oleh Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi, dan Komisi Yudisial, yang
mengawasi jalannya penerapan kebijakan dan melakukan pengawasan terhadap
jalannya peradilan.
6
2.3 Menanya Alasan Mengapa Diperlukan Penegakan Hukum yang Berkeadilan
1. Perilaku warga negara khususnya oknum aparatur negara banyak yang belum
baik dan terpuji (seperti masih ada praktik KKN, praktik suap, perilaku
premanisme, dan perilaku lain yang tidak terpuji);
2. Masih ada potensi konflik dan kekerasan sosial (seperti SARA, tawuran,
pelanggaran HAM, etnosentris, dan lan-lain);
3. Maraknya kasus-kasus ketidakadilan sosial dan hukum yang belum
diselesaikan dan ditangani secara tuntas;
4. Penegakan hukum yang lemah karena hukum bagaikan pisau yang tajam ke
bawah tetapi tumpul ke atas, dan
5. Pelanggaran oleh Wajib Pajak atas penegakan hukum dalam bidang
perpajakan.
1) Mengapa banyak oknum aparatur negara yang belum baik dan terpuji? Siapa
aparat penegak hukum atau badan peradilan yang ada di Indonesia? Mereka
masih melakukan praktik KKN yang merugikan keuangan negara yang
dikumpulkan dari uang rakyat melalui pajak, praktik suap, perilaku
premanisme, dan perilaku lain yang tidak terpuji. Padahal, ketika bangsa
7
Indonesia memasuki era reformasi masalahmasalah tersebut telah menjadi
perhatian dan target bersama untuk diberantas atau dihilangkan;
2) Mengapa masih terjadi konflik dan kekerasan sosial yang bernuansa SARA,
bahkan mereka tawuran dengan merusak aset negara yang dibiayai dari pajak,
melanggar HAM, bersikap etnosentris padahal bangsa Indonesia terkenal
sebagai bangsa yang ramah, santun, dan toleran? Siapa saja yang bertanggung
jawab untuk menyelesaikan masalah konflik dan kekerasan?;
3) Mengapa setelah Indonesia merdeka lebih dari setengah abad masih marak
terjadi kasus-kasus ketidakadilan sosial dan hukum yang belum diselesaikan
dan ditangani secara tuntas? Siapa yang bertanggung jawab untuk
menyelesaikan masalah konflik dan kekerasan?;
4) Mengapa penegakan hukum di Indonesia dianggap lemah sehingga muncul
sebutan “bagaikan pisau yang tajam ke bawah tetapi tumpul ke atas? Masalah
yang keempat ini merupakan masalah klasik, artinya masalah ini sudah lama
terjadi dalam praktik, tetapi sampai saat ini masih tetap belum dapat
terselesaikan. Siapa yang bertanggung jawab dalam penegakan hukum di
Indonesia?;
5) Mengapa masih saja terdapat warga negara yang tidak patuh akan
kewajibannya sebagai Wajib Pajak? Sebagaimana kita tahu bahwa pajak
adalah tulang punggung penerimaan negara, akan tetapi masih saja terdapat
kasus di mana Wajib Pajak berusaha melakukan penghindaran pajak maupun
rekayasa perpajakan yang bersifat melanggar hukum sebagaimana yang
dilakukan PT. Asian Agri pada Tahun 2002-2005. Siapa yang
bertanggungjawab terhadap pelanggaran hukum di bidang perpajakan?
1. Demi mencapai pelaksanaan hukum yang normal, damai dan tidak terjadi
pelanggaran.
2. Tidak merugikan pihak tertentu.
3. Menunjukkan ketegasan dari pelanggar agar memberi efek jera.
4. Mengurangi tingkat kejahatan dengan memberlakukan hukum secara adil.
8
dengan normal, damai dan tentram haruslah menegakkan hukum setegak-tegaknya
agar setiap manusia tidak akan melanggar peraturan yang dapat merugikan suatu
individu, masyarakat atau negara.
Pada dasarnya hukum tidak boleh menyimpang yang ditunjukkan dalam suatu
semboyan yang berbunyi "flat justitia el pereat mundus" yang artinya meski dunia ini
runtuh akan tetapi hukum harus ditegakkan.
9
pembagian kekuasaan di dalam negara, pelanggaran dapat dicegah atau paling tidak
dapat diminimalkan.
Negara Anglo Saxon tidak mengenal negara hukum atau rechtstaat, tetapi
mengenal atau menganut apa yang disebut dengan “The Rule Of The Law” atau
pemerintahan oleh hukum atau government of judiciary.
1. Supremacy Of Law
Dalam suatu Negara hukum, maka kedudukan hukum merupakan
posisi tertinggi, kekuasaan harus tunduk pada hukum bukan sebaliknya hukum
tunduk pada kekuasaan, bila hukum tunduk pada kekuasaan, maka kekuasaan
dapat membatalkan hukum, dengan kata lain hukum dijadikan alat untuk
membenarkan kekuasaan. Hukum harus menjadi “tujuan” untuk melindungi
kepentingan rakyat.
2. Equality Before The Law
Dalam Negara hukum kedudukan penguasa dengan rakyat dimata
hukum adalah sama (sederajat), yang membedakan hanyalah fungsinya, yakni
pemerintah berfungsi mengatur dan rakyat yang diatur. Baik yang mengatur
maupun yang diatur pedomannya satu, yaitu undang-undang. Bila tidak ada
persamaan hukum, maka orang yang mempunyai kekuasaan akan merasa
kebal hukum. Pada prinsipnya Equality Before The Law adalah tidak ada
tempat bagi backing yang salah, melainkan undang-undang merupakan
backine terhadap yang benar.
3. Human Rights
Human rights, maliputi 3 hal pokok, yaitu :
10
The rights to personal freedom ( kemerdekaan pribadi), yaitu hak untuk
melakukan sesuatu yang dianggan baik badi dirinya, tanpa merugikan orang
lain.
The rights to freedom of discussion ( kemerdekaan berdiskusi), yaitu hak
untuk mengemukakan pendapat dan mengkritik, dengan ketentuan yang
bersangkutan juga harus bersedia mendengarkan orang lain dan bersedia
menerima kritikan orang lain.
The rights to public meeting ( kemerdekaan mengadakan rapat), kebebasan
ini harus dibatasi jangan sampai menimbulkan kekacauan atau
memprovokasi.
c. Konsep Negara Hukum (Perumusan Para Jurist/Hakim Asia Tenggara dan Pasifik)
Rumusan konsep negara hukum menurut perumusan para Jurist Asia Tenggara
dan Pasifik (15-19 Februari 1965), sebagaimana tercantum dalam buku “The
Dynamics Aspects of the rule of law in the Modern Age”, bahwa syarat rule of law
adalah: 1) perlindungan konstitusi dalam arti bahwa konstitusi selain menjamin hak-
hak individu harus menentukan pula cara prosedural untuk memperoleh perlindungan
atas hak-hak yang dijamin; 2) badan kehakiman yang bebas dan tidak memihak; 3)
kebebasan untuk menyatakan pendapat; 4) pemilihan umum yang bebas; 5) kebebasan
untuk berserikat/berorganisasi dan beroposisi; dan 6) pendidikan civic.
Dalam sebuah simposium negara hukum di Jakarta pada tahun 1966 antara
lain diputuskan bahwa sifat negara hukum adalah alat perlengkapannya hanya dapat
bertindak menurut dan terikat kepada aturan-aturan yang telah ditentukan lebih dahulu
oleh alat-alat perlengkapan yang dikuasakan untuk mengadakan aturan itu, atau
singkatnya disebut prinsip “rule of law”. Sedangkan ciri-ciri khas negara hukum
adalah; a) pengakuan dan perlindungan hak asasi manusia yang mengandung
persamaan dalam bidang politik, hukum, sosial, ekonomi, dan kebudayaan; b)
11
peradilan yang bebas dan tidak memihak serta tidak dipengaruhi oleh suatu kekuasaan
atau kekuatan apapun; dan c) legalitas dalam segala bentuknya.
12
melakukan pembuktian dimuka siding dan melakukan penuntutan serta melaksanakan
putusan pengadilan. (H. Edi Setiadi dan Kristian, 2017:114)
Kejaksaan merupakan lembaga eksekutif yang tunduk pada presiden. Akan
tetapi, bila dilihat dari segi fungsinya, kejaksaan merupakan bagian dari lembaga
yudikatif. Hal ini termuat pada pasal 24 amandemen ketiga UUD Negara RI 1945
yang menegaskan bahwa kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah mahkamah
agung dan badan peradilan lain yang fungsinya berkaitan dengan kekuasaan
kehakiman. Penegasan lainnya terdapat pada pasal 41 Undang-undang No 4 Tahun
2004, tentang kekuasaan kehakiman, sebagai berikut: “Badan-badan lain yang
fungsinya berkaitan dengan kekuasaan kehakiman meliputi kepolisian negara republik
indonesia, kejaksaan republik indonesia, dan badan badan lain diatur dalam udang-
undang”
2. Kehakiman
Berdasarkan UUD 1945 yakni dalam Bab IX Kekuasaan Kehakiman. Pasal 24
UUD 1945 menyatakan:Kekuasaan Kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka
untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan;Kekuasaan
kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan yang
berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama,
lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha negara, dan oleh sebuah
Mahkamah Konstitusi; Badan-badan lain yang fungsinya berkaitan dengan kekuasaan
kehakiman diatur dalam undang-undang.
3. Advokat
Landasan hukum tentang advokat terdapat dalam undang-undang No.18
Tahun 2003 tentang Advokat, sekaligus menjadi alasan penting bagi profesi advokat
sebagai salah satu lembaga penegak hukum. Hal tersebut ditegaskan pada pasal 5 ayat
(1) UU NO.18 Tahun 2003 menyebutkan bahwa advokat berstatus sebagai penegak
hukum, bebas dan mandiri serta dijamin oleh hukum dan peraturan perundang-
undangan. Pada pasal 5 tersebut ditegaskan, bahwa yang dimaksud “advokat berstatus
sebagai sebagai penegak hukum. Advokat sebagai salah satu perangkat dalam proses
peradilan yang memiliki kedudukan setara dengan penegak hukum lainnya dalam
menegakkan hukum dan keadilan.
4. Lapas (Lembaga Pemasyarakatan)
Lembaga pemasyarakat diatur dalam UU No 12 Tahun 1995 tentang
Pemasyarakatan yang mengubah sistem kepenjaraan menjadi sistem pemasyarakatan.
13
Sistem pemasyarakatan ini merupakan bagian dari rangkaian kesatuan penegakan
hukum, oleh karenanya, pelaksanaannya tidak dapat dipisahkan dari pengembang
konsep umum mengenai pemidanaan. Pada pasal 1 angka 3 UU No 12 Tahun 1995
menjelaskan, bahwa lembaga pemasyarakatan adalah tempat untuk pembinaan
narapidana dan anak didik pemasyarakatan.
5. Kepolisian
Lembaga kepolisian sebagai subsistem peradilan pidana diatur dalam UU No 2
Tahun 2002 tentang kepolisian republik indonesia. Pada pasal 13 UU No 2 tahun
2002 menjelaskan kepolisan memiliki tugas pokok memelihara keamanan dan
ketertiban masyarakat, menegakkan hukum serta memberikan perlindungan,
pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat. Oleh karena itu dalam kaitannya
dengan hukum, khususnya Hukum Acara Pidana, Kepolisian negara bertindak sebagai
penyelidik dan penyidik. Sementara dalam lingkup peradillan pidana, kepolisian
memiliki wewenang khusus sebagai penyidik yang secara umum di atur pada pasal 15
dan 16 UU No 12 tahun 2002 da dalam KUHAP juga diatur pada pasal 5 sampai
dengan 7 KUHAP.
2.6 Dinamika dan Tantangan Penegakan Hukum di Indonesia
14
hukum rentan akan praktik suap, membuat hukum di negeri ini nyatanya dapat
diperjualbelikan, seperti kasus BLBI yang sampai sekarang belum jelas titik
pangkalnya, kasus E-KTP yang melibatkan banyak pihak di dewan legislasi, dan
beberapa kasus besar lainnya yang mangkrak. Melihat kondisi tersebut nampaknya
kita harus bercermin kembali pada tujuan akhir hukum itu sendiri yakni untuk
menciptakan keadilan.
Problem tersebut di atas memerlukan pemecahan atau solusi, dan negara yang
dalam hal ini diwakili pemerintah telah mengeluarkan kebijakan yang bertujuan
memperbaiki kinerja institusi hukum, aparat penegak hukum dengan anggaran yang
cukup memadai sedang outputnya terhadap perlindungan warganegara di harapkan
dapat meningkatkan kepuasan dan sedapat mungkin mampu menjamin ketentraman
dan kesejahteraan sosial bagi seluruh anggota masyarakat.
15
Peranan lembaga peradilan dalam mewujudkan pengadilan yang mandiri,
tidak dipengaruhi oleh pihak manapun, bersih dan profesional belum berfungsi
sebagaimana yang diharapkan. Hal tersebut disebabkan oleh:
a) Adanya intervensi dari pemerintah dan pengaruh dari pihak lain terhadap
putusan pengadilan, juga karena kualitas profesionalisme, moral dan akhlak
aparat penegak hukum yang masih rendah. Akibatnya kepercayaan masyarakat
terhadap lembaga peradilan sebagai benteng terakhir untuk mendapatkan
keadilan semakin menurun.
b) Lemahnya penegakan hukum juga disebabkan oleh kinerja aparat penegak
hukum lainnya seperti Hakim, Polisian, Jaksa, Advokat dan Penyidik Pegawai
Negeri Sipil (PPNS) yang belum menunjukan sikap yang profesional dan
integritas moral yang tinggi. Kondisi sarana dan prasarana hukum yang sangat
diperlukan oleh aparat penegak hukum juga masih jauh dari memadai
sehingga sangat mempengaruhi pelaksanaan penegakan hukum untuk berperan
secara optimal dan sesuai dengan rasa keadilan di dalam masyarakat.
16
a. Menginventarisasi dan menindak lanjuti secara hukum berbagai kasus KKN
dan HAM.
b. Melakukan pemberdayaan terhadap aparat penegak hukum, khususnya aparat
kepolisian, kejaksaan, pengadilan dan masyarakat.
c. Pemberian bantuan hukum kepada masyarakat yang tidak mampu.
17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Negara hukum adalah negara yang berdasarkan hukum, kekuasaan negara
berdasar atas hukum, bukan kekuasaan belaka serta pemerintahan negara berdasar
pada konstitusi yang berpaham pada konstitusionalisme. Unsur-unsur negara hukum
ada 4 menurut Friedrick Julius Stahl yaitu hak-hak asasi manusia,
pemisahan/pembagian kekuasaan, setiap tindakan pemerintah harus didasarkan pada
peraturan perundang-undangan yang telah ada, dan adanya peradilan administasi yang
berdiri sendiri. Ciri-ciri negara hukum adalah kekuasaan dijalankan sesuai dengan
hukum positif yang berlaku, kegiatan negara berada dibawah kontrol kekuasaan
kehakiman yang efektif, berdasarkan sebuah undang-undang yang menjamin HAM,
dan menuntut pembagian kekuasaan. Konsep dasar hukum di Indonesia yaitu konsep
rechtsstaat mengutamakan prinsip wetmatigheid, konsep negara hukum (Anglo
Saxon) yang disebut dengan “The Rule Of The Law”, dan konsep negara hukum
(perumusan para jurist/hakim Asia Tenggara dan Pasifik). Indonesia sebagai negara
hukum adalah penyelenggaraan negara maupun kehidupan berbangsa dan bernegara
berdasarkan pada hukum. Namun penegakan hukum di Indonesia masih belum
berjalan dengan baik dan begitu memprihatinkan. Permasalahan penegakan hukum
(law enforcement) selalu bertendensi pada ketimpangan interaksi dinamis antara
aspek hukum dalam harapan (das sollen), dengan aspek penerapan ukum dalam
kenyataan (das sein).
3.2 Saran
Sebaiknya dalam penegakan hukum harus sesuai antara materi dengan praktik
di alam kehidupan sehari-harinya. Selain itu, di dalam penegakan hukum haruslah
kembali pada tujuan akhir hukum itu sendiri yakni untuk menciptakan keadilan.
Untuk mecapai hal tersebut, upaya yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan
pemahaman dan kesadaran hukum di semua lapisan masyarakat terhadap pentingnya
hak-hak dan kewajiban masing-masing individu yang pada akhirnya diharapkan akan
membentuk budaya hukum yang baik.
18
DAFTAR PUSTAKA
https://www.kompas.com/skola/read/2020/02/28/194500869/peran-lembaga-peradilan-
dalam-penegakan-hukum-dan-ham diakses 16 November 2020
Likadja, Jeffry Alexander Ch. 2015. Memaknai “Hukum Negara (Law Through State)”
Dalam Bingkai”Negara Hukum (Rechtstaat)”. Hasanuddin Law Review. 1(1) : 75-86
Santoyo, 2008, Penegakan hukum di Indonesia, Jurnal Dinamika Hukum, 8 (3) : 199-204
Soemarsono , Maleha. 2007. Negara Hukum Indonesia Ditinjau Dari Sudut Teori Tujuan
Negara. Jurnal Hukum dan Pembangunan Tahun Ke-37. –(2) : 300-322
19