Anda di halaman 1dari 12

REKAYASA IDE

EVALUASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA


“EVALUASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA MODEL BLENDED LEARNING”

Dosen Pengampu : Drs. Yasifati Hia dan Nurul Afni Sinaga, S.Pd, M.Pd

DISUSUN OLEH :
NAMA : ZIHAN ANJU SONIA PURBA
NIM : 4183311022
JURUSAN : MATEMATIKA DIK B 2018

JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa. Oleh karena
kasih karuniaNya saya dapat menyelesaikan tugas Evaluasi Pembelajaran Matematika ini dengan
tepat waktu. Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si dan Ibu
Nurul Afni Sinaga, S.Pd, M.Pd selaku dosen pengampu mata Evaluasi Pembelajaran Matematika
yang telah memberikan tugas Rekayasa Ide ini, sehingga menambah pengetahuan dan wawasan
saya.
Terima kasih juga kepada teman-teman yang telah memberikan dukungan atas
penyusunan RI Evaluasi Pembelajaran Matematika ini.Terlepas dari hal itu, saya menyadari
masih banyak kekurangan dalam penulisan CBR ini, oleh karena itu saya mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari para pembaca untuk penyempurnaan lebih lanjutnya. Saya
berharap semoga CBR ini dapat bermanfaat dan memotivasi para pembaca.
Medan, 10 September 2019
Penyusun

Zihan Anju Sonia Purba


NIM:4183311022

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang.....................................................................................................................1
Rumusan Masalah................................................................................................................1
Tujuan..................................................................................................................................1
BAB II TINJAUAN TEORI.............................................................................................2
BAB III ALTERNATIF METODE YANG SUDAH ADA............................................4
BAB IV ALTERNATIF METODE YANG BARU........................................................5
BAB V KESIMPULAN.....................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................9

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bagi sebagian besar pendidik, istilah pengukuran, penilain, evaluasi, dan assesment
adalah istilah yang sering digunakan dalam menjalani tugasnya sebagai pengajar. Menetukan
hasil pembelajaran diupayakan untuk berlaku objektif, adil, dan menyeluruh. Oleh karena itu
penggunaan alat ukur yang handal dan terpercaya mutlak untuk dilaksanakan dengan cara-cara
yang tepat.
Dalam melakukan evaluasi terdapat subjek dan sasaran evaluasi, dimana subjek evaluasi
merupakan orang yang melakukan pekerjaan evaluasi yang ditentukan oleh suatu aturan
pembagian tugas atau ketentuan yang berlaku. Sedangkan sasaran evaluasi merupakan segala
sesuatu yang menjadi titik pusat pengamatan karena penilaian menginginkan informasi tentang
sesuatu tersebut. Semuanya itu sebagai satu kesatuan yang akan menentukan kualitas
pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, peserta didik dan pendidik masing-masing berupaya
menyukseskan tugas utama.
Guru memiliki peranan yang sangat strategis dan menentukan bagi keberhasilan
pendidikan. Sangatlah penting kompetensi dan kinerja guru itu ditingkatkan sehingga
peranannya yang strategis dan determinan itu benar-benar menyukseskan pendidikan.
Kompetensi yang menjadi bagian dari kompetensi pedagogik dan menjadi unsur penilaian
kinerja guru salah satunya adalah evaluasi. Dengan kompetensi ini diharapkan guru
menyelenggarakan evaluasi proses dan hasil belajar secara berkesinambungan. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pemanfaatan hasil evaluasi pembelajaran matematika oleh guru-
guru matematika.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah adalah sebagai berikut:
1.2.1 Apa metode apa yang telah ada ?
1.2.2 Apa metode baru yang akan digunakan?
1.2.3 Apa keunggulan dari metode baru yang digunakan?
1.3 Tujuan

1.3.1 Untuk menganalisis kelemahan dari metode yang telah ada.


1.3.2 Untuk menganalisis keunggulan dari metode baru.
1.3.3 Untuk melatih diri berpikir kritis dalam mencari informsi yang diberikan.

1
BAB II
TINJAUAN TEORI
Guru memiliki peranan yang sangat strategis dan menentukan bagi keberhasilan
pendidikan. Hal ini terbukti dari berbagai hasil penelitian. Hasil penelitian Murphy (1992)
menyatakan bahwa keberhasilan pembaharuan sekolah sangat ditentukan oleh gurunya, karena
guru adalah pemimpin pembelajaran, fasilitator, dan sekaligus pusat inisiatif pembelajaran.
Brand (1993) mengemukakan bahwa hampir semua reformasi pendidikan seperti pembaharuan
kurikulum dan penerapan metode pembelajaran semuanya bergantung pada guru. Sehubungan
dengan hasil-hasil penelitian tersebut, maka sangatlah penting kompetensi dan kinerja guru itu
ditingkatkan sehingga peranannya yang strategis dan determinan itu benar-benar menyukseskan
pendidikan. Kompetensi yang menjadi bagian dari kompetensi pedagogik dan menjadi unsur
penilaian kinerja guru salah satunya adalah evaluasi. Dengan kompetensi ini diharapkan guru
menyelenggarakan evaluasi proses dan hasil belajar secara berkesinambungan. Evaluasi
merupakan proses yang sangat penting dalam kegiatan pendidikan formal. Bagi guru, evaluasi
dapat menentukan efektivitas kinerjanya selama ini dan dapat mengetahui para peserta didik
yang sudah dan yang belum menguasai bahan pembelajaran, tepat atau tidaknya materi
pembelajaran yang disampaikan, dan metode yang digunakan.
Dimyati dan Mudjiono (2006) berpendapat bahwa evaluasi memiliki kedudukan yang
sangat penting dalam pendidikan. Evaluasi menjadi bagian integral dari pendidikan. Setiap ada
proses pendidikan pasti ada evaluasi. Kegiatan evaluasi dilakukan sejak peserta didik akan
memasuki proses pendidikan, selama proses pendidikan, dan berakhir pada satu tahap proses
pendidikan. Evaluasi memiliki kegunaan atau manfaat bagi semua pihak yang berkepentingan
dalam proses pendidikan, terutama peserta didik, guru, sekolah, dan masyarakat. Evaluasi
menjadi suatu keniscayaan dan kemutlakan adanya dalam upaya pendidikan. Pentingnya
evaluasi dalam pendidikan hendaknya menyadarkan kita bahwa ternyata masih ada beberapa
masalah yang perlu ditangani secara serius dalam evaluasi pembelajaran disekolah (Dirman dan
Juarsih, 2014: 2).
Arifin (2016: 288) mengatakan bahwa manfaat hasil evaluasi bagi guru yaitu: (1)
Promosi peserta didik, seperti kenaikan kelas atau kelulusan, (2)Mendiagnosis peserta didik yang
memiliki kelemahan atau kekurangan, baik secara perseorangan maupun kelompok, (3)
Menentukan pengelompokkan dan penempatan peserta didik berdasarkan prestasi masing-
masing, (4) Umpan balik dalam melakukan perbaikan terhadap sistem pembelajaran, (5)
Menyusun laporan kepada orang tua guna menjelaskan pertumbuhan dan perkembangan peserta
didik, (6) Dijadikan dasar pertimbangan dalam membuat perencanaan pembelajaran, (7)
Menentukan perlu tidaknya pembelajaran remedial.
Sudjana dalam (Dirman dan Juarsih, 2014: 32) mengatakan bahwa penilaian atau
evaluasi hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai
peserta didik dengan kriteria tertentu. Hal ini mengisyaratkan bahwa objek yang dinilainya
adalah hasil belajar peserta didik. Arifin (2016: 290) mengemukakan pendapatnya bahwa dalam
rangka promosi peserta didik, baik untuk menentukan kenaikan kelas atau kelulusan, guru dapat
memanfaatkan hasil evaluasi terutama hasil evaluasi sumatif. Guru dapat menafsirkan dan

2
memutuskan sejauh mana taraf kesiapan peserta didik dapat melanjutkan ke kelas atau ke
jenjang pendidikan berikutnya sesuai dengan kemampuan peserta didik masing-masing. Artinya
jika penafsiran guru peserta didik sudah siap, maka peserta didik dapat melanjutkan ke kelas atau
jenjang pendidikan berikutnya. Sebaliknya, jika penafsiran guru ternyata peserta didik belum
siap, maka peserta didik harus mengulang lagi di kelas semula.
Dirman dan Juarsih (2014: 34) mengatakan bahwa hasil dari kegiatan evaluasi hasil
belajar ditujukan untuk diagnostik dan pengembangan. Yang dimaksud dengan hasil dari
kegiatan evaluasi untuk diagnostik dan pengembangan adalah penggunaan hasil dari kegiatan
evaluasi hasil belajar sebagai dasar pendiagnosisan kelemahan dan keunggulan peserta didik
beserta sebab sebabnya, berdasarkan pendiagnosisan inilah guru mengadakan pengembangan
kegiatan pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik. Arifin (2016: 290)
mengemukakan pendapatnya bahwa hasil evaluasi dapat juga dimanfaatkan guru untuk
menentukan pengelompokkan dan penempatan peserta didik berdasarkan prestasi masing-
masing. Pengelompokkan tersebut didasarkan atas penafsiran guru terhadap susunan kelompok.
Jika kelompok atau kelas yang dihadapi mempunyai susunan yang normal dan homogen, maka
kelas tersebut tidak perlu dibagi-bagi dalam kelompok. Sebaliknya, jika kelas tersebut heterogen,
maka kelas itu perlu dibagi dalam beberapa kelompok berdasarkan prestasi masing-masing.
Menurut Daryanto (2014: 10) manfaat evaluasi di sekolah bagi guru yaitu untuk
mengetahui apakah materi yang diajarkan sudah tepat bagi peserta didik dan apakah metode
yang digunakan sudah tepat atau belum. Jika sebagian besar dari peserta didik memperoleh
angka jelek pada penilaian yang diadakan, mungkin hal ini disebabkan oleh pendekatan atau
metode yang kurang tepat. Apabila demikian halnya, maka guru harus mawas diri dan mencoba
mencari metode lain dalam mengajar. Arifin (2016: 290) mengemukakan pendapatnya bahwa
hasil evaluasi dapat dimanfaatkan guru untuk menyusun laporan kepada orang tua guna
menjelaskan pertumbuhan dan perkembangan peserta didik. Hal ini dimaksudkan agar orang tua
mengetahui kemajuan dan prestasi yang dicapai oleh peserta didik. Bentuk laporan dapat
dilakukan secara tertulis maupun lisan. Laporan lisan dimaksudkan agar terjadi komunikasi
secara efektif antara sekolah dengan pihak yang menerima laporan, dan juga membentuk
hubungan emosional yang lebih kental antara kedua belah pihak. Laporan tertulis dimaksudkan
agar dapat memberikan petunjuk yang permanen. Laporan tertulis dapat didokumentasikan dan
pada waktunya dapat dijadikan data untuk dianalisis lebih lanjut.

3
BAB III
ALTERNATIF METODE YANG SUDAH ADA
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Peneliti
bertindak sebagai instrumen utama, karena peneliti sendiri yang merancang, melaksanakan,
mengumpulkan data, menganalisis data, menyimpulkan serta melaporkan hasilnya. Teknik
pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknik wawancara
Penelitian ini dilaksanakan secara dua kali pada subjek yang sama dan menggunakan
pedoman wawancara yang sama dengan jangka waktu satu minggu antara wawancara pertama
dan kedua dengan tujuan untuk mendapatkan data hasil wawancara yang valid. Teknik analisis
data yang digunakan adalah: (1) Reduksi data, (2) Penyajian data, (3) Verifikasi dan
penyimpulan. Dalam pengujian keabsahan data hasil penelitian, peneliti menggunakan
triangulasi sumber data. Triangulasi sumber, data yang diperoleh dicek kembali pada sumber
yang sama dalam waktu yang berbeda. Apabila peneliti mengumpulkan data dengan melakukan
wawancara dengan A, data tersebut nantinya dicek (ditanyakan kembali) pada A diwaktu yang
berbeda, misalnya seminggu atau dua minggu lagi (Ahmadi, 2014: 267). Sumber data yang
diperoleh dari dua kali wawancara dengan jangka waktu satu minggu, dilakukan triangulasi
untuk mengetahui data itu valid atau tidak. Jika valid, maka data hasil wawancara pertama bisa
digunakan untuk langkah penyimpulan.

4
BAB IV
ALTERNATIF METODE YANG BARU
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian evaluatif ini adalah pendekatan
komprehensif yang berorientasi pada Context, Input, Process dan Product (CIPP) yang
diarahkan untuk mengukur level perencanaan, tingkat ketercapaian tujuan dalam pelaksanaan
program, tingkat kesesuaian sarana prassarana Teknologi Informasi (TI), kondisi siswa dan
kualifikasi guru, serta mengukur proses dan hasil pelaksanaan program. Pendekatan
komprehensif merupakan pendekatan yang secara menyeluruh, dengan memperhatikan
keterkaitan dari berbagai aspek yang saling menyatu. Lalu pendidikan karakter adalah upaya
dalam pembentukkan etika, rasa kepedulian, dan bertanggung jawab dengan cara pengajaran
serta penerapan. Pendidikan karakter dengan menggunakan pendekatan komprehensif
memberikan upaya yang mendukung dalam pelaksanaan pembentukan karakter. Karena dengan
pendekatan tersebut saling adanya keterkaitan komponen dalam pendidikan karakter.
Berdasarkan lingkaran atau skema pendekatan karakter komprehensif pendidikan
karakter oleh Thomas Lickona, bahwa karakter berasal dari rasa tanggung jawab dan sara
menghargai. Lalu karakter tersebut terbentuk karena adanya:
1)      Mengetahui karakter tersebut; baik atau tidaknya karakter yang ia sudah ketahui
2)      Merasakan karakter tersebut; sudah mulai merasakan dan tertanam karakter tersebut
3)      Tindakan atau implementasi karakter tersebut

Di dalam ruang kelas, sebuah pendekatan komprehensif menuntut guru untuk:


1)   Bertindak sebagai seorang penyayang, model, dan mentor yang memperlakukan siswa
dengan kasih saying dan mengharagai, memberikan contoh yang baik, mendukung kebiasaan
yang bersifat social, dan memperbaiki jika ada yang salah
2)  Menciptakan sebuah komunitas yang bermoral di dalam ruang kelas, membantu siswa untuk
saling mengenal, saling menghormati, dan menjaga satu sama lain, dan merasa bagian dari
kelompBerlatih memiliki disiplin moral, menggunakan aturan-aturan sebagai kesempatan untuk
membantu menegakkan moral, control terhadap diri sendiri, dan sebuah generalisasi rasa hormat
bagi orang lain.
4)   Menciptakan sebuah lingkungan kelas yang demokratis, melibatkan siswa dalam
pengambilan keputusan dan berbagi tanggung jawab untuk menciptakan ruang kelas yang baik
serta nyaman untuk belajar
5)      Mengajarkan nilai-nilai yang baik melalui kurikulum, menggunakan pelajaran akademik
sebagai perantara untuk membahas permasalahan etika
6)   Menggunakan pendekatan pembelajaran kooperatif dalam mengajar anak-anak untuk
bersikap dan dapat saling membantu, serta bekerja sama
Objek evaluasi adalah pembelajaran matematika blended learning yang berjalan selama
empat bulan pertama . Jenis data yang terkumpulkan dalam penelitian evaluasi ini adalah data
kuantitatif dan data kualitatif. Teknik pengumpulan menggunakan; interview, kuesioner
terstruktur, tes, observasi dan Focused Group Discussion.

5
Kriteria evaluasi, ditetapkan sebagai berikut: (1) Pembelajaran didasarkan pada analisis
kebutuhan. (2) Pembelajaran sesuai dengan visi dan misi sekolah. (3) Komponen sekolah
mendukung adanya model pembelajaran ini. (4) Guru, Siswa dan orangtua membutuhkan
pembelajaran ini. (5) Kualifikasi guru sesuai permendiknas 16 tahun 2007. (6) Lama mengajar
guru lebih dari dua tahun. (7) Staf TI memenuhi kualifikasi permen 65 tahun 2009. (8) Sarana
prasarana memenuhi standar minimal penerapan TI dan internet. (9) Dokumen perencanaan
pembelajaran memenuhi standar perencanaan kurikulum 2013. (10) Skor observasi guru minimal
“Baik”. (11) Kehadiran siswa > 75%. (12) Kehadiran guru >75%. (13) Nilai Mid 75% siswa
lebih besar dari 75. (14) Pengerjaan tugas mandiridi luar jam > 50%. (15) Sikap siswa positif
>75. Uji validitas dan reliabilitas secara lengkap hanya dilakukan pada instrumen kuesioner
untuk siswa. Kuesioner untuk guru dan orang tua hanya dilakukan validitas isi dan konstruk
Instrumen kuesioner kebutuhan siswa terhadap pembelajaran blended learning dan
Uji validitas instrumen yang telah dilakukan adalah content validity dan construct
validity diuji dengan expert judgment . Seluruh instrumen divalidasi secara isi dan konstruk.
Setelah strategi dan prinsip penelitian yang digunakan berjalan dengan baik dan data
dikumpulkan, data mulai masuk kedalam analisis. Karena bentuk data ada yang bersifat
kuantitatif dan kualitatif, maka analisis data dilakukan dengan kombinasi dua metode.
Analisis data mencakup 3 tahapan, yakni: (I) Mengecek identitas kuesioner.(II) Tahap
Tabulasi. Data diolah sesuai dengan jenis data yang diambil. Untuk data yang (a) berbentuk skala
(seperti kuesioner sikap terhadap pembelajaran matematika) dilakukan penskoran (scoring), (b)
berbentuk nilai pencapaian siswa diberikan skor dengan skala 100. (III)Tahap Analisis Evaluasi.
Data kuantitatif dikumpulkan dan diolah sesuai dengan sifat data dan tujuan penelitian. Data
pencermatan dokumen Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), observasi kelas, kehadiran
siswa, kehadiran guru, sikap siswa terhadap pembelajaran, keseluruhan data ini dianalisis dengan
menggunakan rumus umum Dan penilaian untuk data dokumen RPP, observasi kelas, keaktifan
siswa dilakukan dengan menentukan peringkat sebagaimana tabel di bawah ini.

Tabel 1. Tabel Konversi Nilai


Peringkat Nilai

Amat Baik (AB) 90 <AB<100

Baik (B) 80 <B<90

Cukup (C) 70 <C<80

Kurang (K) K<70

6
Data log komputer terdiri dari beberapa item data yakni, waktu pengerjaan belajar
mandiri dan perolehan skill. Data waktu pembelajaran dan perolehan skill diregresikan guna
melihat trend/kecenderungan besar penambahan skill per satuan waktu (menit). Data skor Mid 1
dan Mid 2. Data nilai Mid 1 adalah data dimana siswa dianjurkan melakukan tugas mandiri
berupa latihan soal di rumah dengan menggunakan website pembelajaran online tanpa
menjadikan skill yang mereka peroleh sebagai persyaratan mengikuti Mid. Data kualitatif seperti
hasil interview dan diskusi focused group ditabulasikan sesuai maksud dan isi respon (jawaban)
yang diberikan responden. Hasil digunakan sebagai penambah informasi dalam
menginterpretasikan data kuantitatif yang ada. Data dibandingkan dengan kriteria evaluasi yang
telah ditetapkan. Pada ranah context, penelitian menggali apakah menurut warga sekolah
program dirasakan perlu untuk dilaksanakan. Dan apakah bentuk program telah menjadi solusi
dari kebutuhan yang ada. Data hasil skill dalam log komputer dan hasil ujian Mid semester
dianalisis menggunakan model statistik regresi. Hasil focused group discussion digunakan untuk
menangkap hal-hal yang tidak terduga yang muncul di tengah perjalanan pelaksanaam
program.

7
BAB V
KESIMPULAN
Dari metode yang sudah ada sebelumnya diketahui bahwa metode ini sangat sederhana
dan pengaplikasian metode ini belum tentu dapat di jadikan acuan atas kebenaran dari hasil
wawancara yang dilakukan. Dan dari metode baru bisa dikatakan bahwa metode ini sangat
komplit. Dimana tatacara evaluasi pembelajaran matematika yang digunakan sangat spesifik.
Hasil-hasil yang diperoleh dari metode ini tidak diragukan lagi kebenaranya. Metode ini terdiri
dari langkah langkah hingga digunakan sebagai penambah informasi dalam
menginterpretasikan data kuantitatif yang ada. Data dibandingkan dengan kriteria evaluasi yang
telah ditetapkan. Dengan metode baru Meskipun sikap positif siswa terhadap pembelajaran
blended learning telah terbangun, pembelajaran belum mampu mengantarkan siswa
mendapatkan pencapaian sebagaimana yang diharapkan.dalam metode yang baru juga
Pembelajaran telah dijalankan dengan disiplin dengan tingkat kehadiran guru dan siswa yang
cukup tinggi dan dengan proses pembelajaran yang dilakukan dengan “baik” oleh satu guru dan
“kurang” oleh satu guru lain.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa metode baru lebih baik digunakan sebagai acuan
penelitian di bandingkan metode lama yang singkat dan padat. Dikarenakan Pembelajaran telah
dijalankan dengan disiplin dengan tingkat kehadiran guru dan siswa yang cukup tinggi dan
dengan proses pembelajaran yang dilakukan dengan “baik” oleh satu guru dan “kurang” oleh
satu guru lain.

8
DAFTAR PUSTAKA
Allen, I Elaine, et.al. 2007. Blending In; The Extent and Promise of Blended Education in
United States.Sloan CTM: Amerika.
Dabbagh, Nada dan Bannan-Ritland, Brenda. 2005. Online Learning; Concepts, Strategies, and
Aplications. Pearson Merrill Prentice-Hall. New Jersey.
DelVecchio, Kristy dan Loughney, Megan. 2006. Advantages and Disadvantages of E-Learning.
E-Learning Concepts and Techniques. Bloomsburg University; Pennsylvania.
EduviewsTM. 2009. Blended Learning: Where Online and Face-to-Face Instruction Intersect for
21st Century Teaching and Learning Process. Blackboard Inc:Washington.
Gecer, Aynur dan Dag, Funda. 2012. Blended Learning Experience. Educational Sciences:
Theory and Practices. pp. 438-442.
Napier, Nannette P, et al. 2011. Transition to Blended Learning: Understanding Students and
Facultu Perceptions. Journal of Asynchronous Networks, Vol 15: Issue 1. Pp 20-32.
Pregot, Michael V. 2013. The Case for Blended Instruction: Is It Proven Better Way to Teach?.
US-China Education Review Vol. 3 No. 5. pp 320-324.
US Dept of Education. 2014. The Effect of Cognitive Strategy Instruction on Math Problem
Solving of Middle School Students of Varying Ability. WWC SingkeStudy Review. pp 1-7.

Anda mungkin juga menyukai