NEGARA HUKUM
DISUSUN OLEH:
JURUSAN MATEMATIKA
2019
KATA PENGANTAR
Kami mengucap puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat
dan karunianya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Negara Hukum” untuk
memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan dengan baik.
Kami mengucapkan terimakasih kepada Dosen Pendidikan Kewarganegaraan yaitu
ibu Dr. Marliani, M.Pd yang telah membantu dan membimbing kami dalam proses
pembuatan makalah ini dan juga kepada teman-teman mahasiswa yang telah berkontribusi
baik langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan makalah ini.
Akhir kata semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan
kami pada khususnya. Seperti pepatah yang mengungkapkan bahwa “Tiada gading yang tak
retak” demikian pula dengan makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
kesempurnaan untuk itu penyusun kami mengharapkan saran dan kritik dari pembaca
terutama dosen pembimbing mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan yang bersifat
membangun demi perbaikan kearah kesempurnaan. Akhir kata kami mengucapkan
terimakasih.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
MATERI NEGARA HUKUM
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
Aristoteles, merumuskan Negara hukum adalah Negara yang berdiri di atas hukum yang
menjamin keadilan kepada warga negaranya. Keadilan merupakan syarat bagi tercapainya
kebahagiaan hidup untuk warga Negara dan sebagai daripada keadilan itu perlu diajarkan rasa
susila kepada setiap manusia agar ia menjadi warganegara yang baik. Peraturan yang
sebenarnya menurut Aristoteles ialah peraturan yang mencerminkan keadilan bagi pergaulan
antar warga negaranya .maka menurutnya yang memerintah Negara bukanlah manusia
melainkan “pikiran yang adil”. Penguasa hanyalah pemegang hukum dan keseimbangan saja.
Ditinjau dari sudut sejarah, pengertian Negara hukum berbeda-beda diantaranya :
3
Saxon tidak terdapat peradilan administrasi yang berdiri sendiri sehingga siapa saja yang
melakukan pelanggaran akan diadili pada peradila yang sama. Sedangkan nagara hukum
Eropa Kontinental terdapat peradilan administrasi yang berdiri sendiri.
a. Selanjutnya, konsep Rule Of Law dikembangkan dari ahli hukum (juris) Asia
Tenggara & Asia Pasifik yang berpendapat bahwa suatu Rule Of Law harus
mempunyai syarat-syarat yaitu Perlindungan konstitusional, artinya selain menjamin
hak-hak individu harus menentukan pula cara / prosedur untuk perlindungan atas hak-
hak yang dijamin.
b. Badan kehakiman yang bebas dan tidak memihak.
c. Kebebasan untuk menyatakan pendapat.
d. Pemilihan umum yang bebas.
e. Kebebasan untuk berserikat / berognanisasi dan beroposisi.
f. Pendidikan civic / politik.
4
Unsur-unsur negara hukum ini biasanya terdapat dalam konstitusi. Oleh karena itu,
keberadaan konstitusi dalam suatu negara hukum merupakan kemestian. Menurut Sri
Soemantri, tidak ada satu negara pun di dunia ini yang tidak mempunyai konstitusi atau
undang-undang dasar. Negara dan konstitusi merupakan dua lembaga yang tidak dapat
dipisahkan satu dengan yang lain. Apabila kita meneliti UUD 1945 (sebelum amademen) di
indonesia , kita akan menemukan unsur-unsur negara hukum tersebut di dalamnya, yaitu
sebagai berikut; pertama, prinsip kedaulatan rakyat (pasal 1 ayat 2), kedua, pemerintahan
berdasarkan konstitusi (penjelasan UUD 1945), ketiga, jaminan terhadap hak-hak asasi
manusia (pasal 27, 28, 29, 31), keempat, pembagian kekuasaan (pasal 2, 4, 16, 19), kelima,
pengawasan peradilan (pasal 24), keenam, partisipasi warga negara (pasal 28), ketujuh,
sistem perekonomian (pasal 33). Eksistensi Indonesia sebagai negara hukum secara tegas
disebutkan dalam Penjelasan UUD 1945 (setelah amandemen) yaitu pasal 1 ayat (3) yang
menyatakan bahwa :
“Indonesia ialah negara yang berdasar atas hukum (rechtsstaat)”.
Indikasi bahwa Indonesia menganut konsepsi welfare state terdapat pada kewajiban
pemerintah untuk mewujudkan tujuan-tujuan negara, sebagaimana yang termaktub dalam
alinea keempat Pembukaan UUD 1945, yaitu;
“Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia,
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan melaksanakan
ketertiban dunia”.
Tujuan-tujuan ini diupayakan perwujudannya melalui pembangunan yang dilakukan
secara bertahap dan berkesinambungan dalam program jangka pendek, menengah, dan
panjang. Prinsip pokok negara hukum menurut Jimly Asshiddiqie adalah sebagai berikut :
a. Supremasi Hukum (supremacy of law)
Adanya pengakuan normatif dan empirik akan prinsip supremasi hukum, yaitu bahwa
semua masalah diselesaikan dengan hukum sebagai pedoman tertinggi. Dalam perspektif
supremasi hukum (supremacy of law), pada hakikatnya pemimpin tertinggi negara yang
sesungguhnya, bukanlah manusia, tetapi konstitusi yang mencerminkan hukum yang
tertinggi. Pengakuan normative mengenai supremasi hukum adalah pengakuan yang
tercermin dalam perumusan hukum dan/atau konstitusi, sedangkan pengakuan empirik adalah
pengakuan yang tercermin dalam perilaku sebagian terbesar masyarakatnya bahwa hukum itu
memang ‘supreme’.
b. Persamaan dalam Hukum (equality before the law)
5
Adanya persamaan kedudukan setiap orang dalam hukum dan pemerintahan, yang diakui
secara normative dan dilaksanakan secara empirik. Dalam rangka prinsip persamaan ini,
segala sikap dan tindakan diskriminatif dalam segala bentuk dan manifestasinya diakui
sebagai sikap dan tindakan yang terlarang, kecuali tindakan-tindakan yang bersifat khusus
dan sementara yang dinamakan ‘affirmative actions’ guna mendorong dan mempercepat
kelompok masyarakat tertentu atau kelompok warga masyarakat tertentu untuk mengejar
kemajuan sehingga mencapai tingkat perkembangan yang sama dan setara dengan kelompok
masyarakat kebanyakan yang sudah jauh lebih maju. Kelompok masyarakat tertentu yang
dapat diberikan perlakuan khusus melalui ‘affirmative actions’ yang tidak termasuk
pengertian diskriminasi itu misalnya adalah kelompok masyarakat suku terasing atau
kelompok masyarakat hukum adapt tertentu yang kondisinya terbelakang. Sedangkan
kelompok warga masyarakat tertentu yang dapat diberi perlakuan khusus yang bukan bersifat
diskriminatif, misalnya, adalah kaum wanita ataupun anak-anak terlantar.
c. Asas legalitas
Dalam setiap Negara Hukum, dipersyaratkan berlakunya asas legalitas dalam segala
bentuknya (due process of law), yaitu bahwa segala tindakan pemerintahan harus didasarkan
atas peraturan perundang-undangan yang sah dan tertulis. Peraturan perundang-undangan
tertulis tersebut harus ada dan berlaku lebih dulu atau mendahului tindakan atau perbuatan
administrasi yang dilakukan. Dengan demikian, setiap perbuatan atau tindakan administrasi
harus didasarkan atas aturan atau ‘rules and procedures’ (regels). Prinsip normatif demikian
nampaknya seperti sangat kaku dan dapat menyebabkan birokrasi menjadi lamban. Oleh
karena itu, untuk menjamin ruang gerak bagi para pejabat administrasi negara dalam
menjalankan tugasnya, maka sebagai pengimbang, diakui pula adanya prinsip ‘Freies
Ermessen’ yang memungkinkan para pejabat administrasi negara mengembangkan dan
menetapkan sendiri ‘beleid-regels’ atau ‘policy rules’ yang berlaku internal secara bebas dan
mandiri dalam rangka menjalankan tugas jabatan yang dibebankan oleh peraturan yang sah.
d. Pembatasan kekuasaan
Adanya pembatasan kekuasaan Negara dan organ-organ Negara dengan cara menerapkan
prinsip pembagian kekuasaan secara vertikal atau pemisahan kekuasaan secara horizontal.
Sesuai dengan hukum besi kekuasaan, setiap kekuasaan pasti memiliki kecenderungan untuk
berkembang menjadi sewenang-wenang, seperti dikemukakan oleh Lord Acton: “Power
tends to corrupt, and absolute power corrupts absolutely”. Karena itu, kekuasaan selalu harus
dibatasi dengan cara memisah-misahkan kekuasaan ke dalam cabang-cabang yang bersifat
‘checks and balances’ dalam kedudukan yang sederajat dan saling mengimbangi dan
6
mengendalikan satu sama lain. Pembatasan kekuasaan juga dilakukan dengan membagi-bagi
kekuasaan ke dalam beberapa organ yang tersusun secara vertical. Dengan begitu, kekuasaan
tidak tersentralisasi dan terkonsentrasi dalam satu organ atau satu tangan yang
memungkinkan terjadinya kesewenang-wenangan.
Idealitas negara berdasarkan hukum ini pada dataran implementasi memiliki
karakteristik yang beragam, sesuai dengan muatan lokal, falsafah bangsa, ideologi negara,
dan latar belakang historis masing-masing negara. Oleh karena itu, secara historis dan praktis,
konsep negara hukum muncul dalam berbagai model seperti negara hukum menurut Qur’an
dan Sunnah atau nomokrasi Islam, negara hukum menurut konsep Eropa Kontinental yang
dinamakan rechtsstaat, negara hukum menurut konsep Anglo-Saxon (rule of law), konsep
socialist legality, dan konsep negara hukum Pancasila.
Globalisasi yang menunjuk pada terciptanya satu kesatuan dunia yang bersifat tanpa batas
di antara negara/ non borderless telah mempengaruhi hampir seluruh kehidupan manusia.
Salah satu di antaranya adalah bidang hukum. Pengaruh globalisasi dalam bidang hukum ini
salah satunya dapat dilihat sejak pemerintah Indonesia melakukan ratifikasi terhadap
Agremeent Establishing The World Trade Organization (WTO). Ratifikasi terhadap WTO
Agreement ini menimbulkan adanya sebuah konsekuensi hukum bahwa Indonesia harus
mengharmonisasikan seluruh hukum nasional yang terkait dengan ketentuan-ketentuan dalam
WTO. Berkaitan dengan hal tersebut di atas, bidang-bidang hukum yang harus
diharmonisasikan dengan kaidah-kaidah WTO adalah bidang hukum perdagangan, investasi
atau penanaman modal serta bidang hukum hak atas kekayaan intelektual. Hal ini sesuai
dengan lampiran WTO Agreement sebagaimana terdapat di dalam General Agremeent on
Tarif and Trade (GATT), Agreement on Trade Related Investment Measures (TRIMs) dan
Agreement on Trade Related Aspects of Intellectual Property Rights (TRIPS) sebagai
perjanjian yang wajib ditaati oleh setiap negara anggota WTO. Upaya pengharmonisasian
hukum sebagaimana dimaksud pada tataran selanjutnya telah melahirkan berbagai produk
hukum yang dapat dikatakan kurang sesuai dengan jiwa bangsa Indonesia (volkgeist).
Pandangan ini dapat dipahami mengingat di satu sisi Indonesia merupakan sebuah negara
yang lahir di atas paham komunal sementara kaidah-kaidah dalam WTO merupakan kaidah
yang berasal dari corak kehidupan liberal negara maju. Berbagai produk hukum yang lahir
sebagai konsekuensi ratifikasi WTO Agreement tersebut telah menimbulkan pengaruh yang
7
luar biasa bagi kehidupan masyarakat Indonesia terutama di bidang ekonomi. Sebagai contoh;
pasca ratifikasi WTO Agreement kemudian pemerintah Indonesia menerbitkan beberapa
produk peraturan perundang-undangan terutama di bidang Hak Atas Kekayaan Intelektual
(HAKI), bidang penanaman modal serta bidang perdagangan internasional yang dinilai masih
belum sesuai dengan kondisi dan jiwa bangsa Indonesia. Dapat dikatakan bahwa berbagai
produk hukum di bidang ekonomi ini bersifat liberal bahkan beberapa kalangan menyebutnya
sebagai produk hukum yang bercorak kapitalis. Kondisi demikian tentunya memerlukan
perhatian bagi seluruh komponen bangsa Indonesia terutama pemerintah agar jangan sampai
perkembangan hukum yang demikian dapat menimbulkan timbulnya penjajahan model baru
yang barang tentu akan merugikan masyarakat kecil sebagaimana dapat dilihat saat ini.
Dengan perkataan lain, globalisasi yang telah memberikan pengaruh besar terhadap tatanan
hukum di Indonesia haruslah dijaga agar jangan sampai menimbulkan kerugian bagi bangsa
Indonesia itu sendiri.
a. transedental order, adalah suatu order atau tatanan yang bersumber pada hukum yang
berasal dari Tuhan termasuk hukum agama dan hukum alam. Menurut transedental
order ini, kedaulatan hukum tidak lagi perlu dipermasalahkan oleh karena kedaulatan
hukum berada di tangan Tuhan.
b. sociological order adalah kedaulatan hukum seharusnya dipegang atau berada di
tangan rakyat. Hukum dipandang sebagai the living law atau hukum yang hidup
8
bersama dengan kehidupan masyarakat sehingga kedaulatan hukum berada di tangan
rakyat.
c. political order. hukum dipandang sebagai produk politik. Oleh karena hukum
merupakan produk politik maka yang terjadi kemudian adalah adanya supremasi
politik terhadap hukum.
Apabila dikaitkan dengan negara Indonesia sebagai negara hukum maka hal demikian
seharusnya tidak perlu terjadi mengingat Indonesia adalah negara hukum dimana seharusnya
hukum menjadi supremasi tertinggi yang mampu mengatur segala aspek kehidupan manusia
tak terkecuali bidang politik. Pengaruh globalisasi dalam tatanan hukum nasional Indonesia
yang sedemikian besar tentu tidak dapat dibiarkan begitu saja. Melainkan hal yang demikian
perlu diimbangi dengan adanya keinginan kuat dari segenap bangsa Indonesia dalam rangka
pembangunan hukum nasional yang lebih baik. Hal demikian semakin dapat dipahami
mengingat globalisasi merupakan suatu gejala yang tidak dapat ditolak ataupun dihindari oleh
negara mana pun yang tidak ingin terkucil dalam percaturan internasional. Menghadapi
kondisi yang demikian, Yang terpenting saat ini adalah bagaimana bangsa Indonesia mampu
terus memperbaiki diri terutama berkaitan dengan pembangunan hukum nasional agar
mampu menjadi hukum nasional yang ideal sebagaimana menurut Prof. Sartjipto Raharjo
adalah suatu tatanan hukum yang di dalamnya mencakup transedental order, sociological
order serta political order. Dengan demikian, apabila pembangunan hukum nasional telah di
arahkan kepada pembangunan hukum yang ideal maka hukum dapat menjadi instrumen
dalam rangka mencapai tujuan nasional bangsa Indonesia sebagaimana tercantum di dalam
Pembukaan alinea IV Undang-Undang Dasar 1945. Namun demikian, political will dari
pemerintah merupakan modal utama bagi terwujudnya pembangunan hukum nasional serta
kewajiban pemerintah untuk mewujudkan tujuan-tujuan negara, sebagaimana yang termaktub
dalam alinea keempat Pembukaan UUD 1945, yaitu; “Melindungi segenap bangsa Indonesia
dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa, dan melaksanakan ketertiban dunia”.
Berbicara tentang negara hukum yang disebut supremasi hukum tentu saja tidak akan lepas
dari konsepsi dasar yang dipakai sebagai landasan untuk menciptakan sebuah negara nasional
yang pada tataran kenegaraan dan hukum tertinggi disebut konstitusi. Ini merupakan dasar yang
bersifat universal yang berlaku pada tiap-tiap negara. Dalam tataran koridor konstitusional, maka
9
persoalan mengenai supremasi hukum terwujud didalam sebuah masyarakat nasional yang
disebut negara hukum konstitusional, yaitu suatu negara dimana setiap tindakan dari
penyelenggara negara: pemerintah dan segenap alat perlengkapan negara di pusat dan
didaerah terhadap rakyatnya harus berdasarkan atas hukum-hukum yang berlaku yang
ditentukan oleh rakyat / wakilnya di dalam badan perwakilan rakyat. Sesuai prinsip kedaulatan
rakyat yang ada, di dalam negara demokrasi hukum dibuat untuk melindungi hak-
hak azasi manusia warga negara, melindungi mereka dari tindakan diluar ketentuan hukum dan
untuk mewujudkan tertib sosial dan kepastian hukum serta keadilan sehingga proses politik
berjalan secara damai sesuai koridor hukum/konstitusional. UUD NRI 1945 sebenarnya telah
mempunyai ukuran-ukuran dasar yang bisa dipakai untuk mewujudkan negara hukum dimana
supremasi hukum akan diwujudkan. Kalau dilihat dengan seksama UUD NRI 1945 mejelaskan
bahwa : “Indonesia adalah negara berdasar atas negara hukum, tidak berdasar atas kekuasaan
belaka”
Ini sebenarnya Grundnorm yang telah diberikan oleh Founding father yang membangun
negara ini. Bagaimana kita akan menyusun negara hukum, bagaimana negara hukum itu akan
diarahkan, dalam arti untuk apa kita wujudkan negara hukum ini, sekaligus dituntut untuk
menegakkan hukum sebagai salah satu piranti yang bisa dipergunakan secara tepat di
dalam mewujudkan keinginan atau cita-cita bangsa. Formula UUD 1945 tersebut
mengandung pengertian dasar bahwa di dalam negara yang dibangun oleh rakyat Indonesia ini
sebenarnya diakui adanya dua faktor yang terkait dalam mewujudkan negara hukum, yaitu satu
factor hukum dan yang kedua factor kekuasaan. Artinya hukum tidak bisa ditegakkan
inkonkreto dalam kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat tanpa adanya kekuasaan
dan dimanesfestasikan di dalam UUD NRI 1945. Dengan demikian dua factor hukum dan
kekuasaan, tidak bisa dilepaskan satu sama lain, bagaikan lokomotif dan relnya serta
gerbong yang ditarik lokomotif. Artinya hukum tidak bisa ditegakkan bahkan lumpuh tanpa
adanya dukungan kekuasaan. sebaliknya kekuasaan sama sekali tidak boleh meninggalkan
hukum, oleh karena apabila kekuasaan dibangun dan tanpa mengindahkan hukum, yang terjadi
adalah satu negara yang otoriter. Fungsi kekuasaan pada hakekatnya adalah memberikan
dinamika terhadap kehidupan hukum dan kenegaraan sesuai norma-norma dasar
atau grundnorm yang dituangkan dalam UUD NRI 1945 dan kemudian
dielaborasi lebih lanjut secara betul dalam hirarki perundang-undangan yang jelas.
10
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Negara hukum merupakan pilihan sebuah negara berdasarkan sejarah yang pernah dilalui,
dan ingin menciptakan negara yang aman dan sejahtera. Dimana penguasa negara tidak
berbuat sewenang-wenang, dan mempunyai kewajiban untuk mensejahterakan rakyatnya.
Selain itu negara hukum merupakan amanah dari sebuah konstitusi sebuah negara tak
terkecuali negara Indonesia. . Sesuai prinsip kedaulatan rakyat yang ada, di dalam negara
demokrasi hukum dibuat untuk melindungi hak-hak azasi manusia warga negara, melindungi
mereka dari tindakan diluar ketentuan hukum dan untuk mewujudkan tertib sosial dan kepastian
hukum serta keadilan sehingga proses politik berjalan secara damai sesuai
koridor hukum/konstitusional.
2. Saran
11
DAFTAR PUSTAKA
http://fatahilla.blogspot.com/2010/08/negara-hukum-indonesia
bem-umk13.blogspot.com/…/makalah-implementasi-negara-hukum
12
CRITICAL BOOK REPORT PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
BAB I
CBR
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara Konseptual, Pendidikan kewarganegaraan di Indonesia dilaksanakan
dalam rangka mewujudkan amanat Pendidikan Nasional.
Belajar tentang Pendidikan kewarganegaraan (PKN) pada dasarnya adalah
belajar tentang ke Indonesiaan, belajar untuk menjadi manusia yang berkepribadian
Indonesia, membangun rasa kebangsaan, dan mencintai tanah air Indonesia.
B. Tujuan
Agar Mahasiswa paham lebih dalam lagi mengenai pengertian, pengaplikasian
untuk menjadi seorang warga negara yang baik dan benar.
C. Manfaat
Mahasiswa dapat lebih memahami Indonesia sebagai Negara hukum dan
melaksanakan hukum di Indonesia dengan baik.
13
BAB II
IDENTITAS BUKU
Penerbit : UNIMED
14
BAB III
1. Pendahuluan
Indonesia adalah negara hukum, artinya negara yang semua penyelenggaraan
pemerintahan dan kenegaraan serta kemasyarakatannya berdasarkan atas hukum
bukan di dasarkan atas kekuasaan belaka.
Supremasi Hukum
HAM terjamin oleh UU
Pemilihan umum yang bebas
15
Kesamaan kedudukan di depan hokum
Peradilan administrasi dalam perselisihan
4. Makna Indonesia Negara Hukum
Negara Indonesia adalah negara hukum dinamis atau negara kesejahteraan
yang membawa implikasi bagi para penyelenggara negara untuk menjalankan
tugas dan wewenangnya secara luas dan komprehensif.
Makna Indonesia sebagai negara hukum dinamis esensinya adalah hukum
nasional Indonesia harus tampil Akomodatif, adaptif dan progresif. Akomodatif
artinya mampu menyerap, menampung keinginan masyarakat yang
dinamis.progresif artinya selalu berorientasi kemajuan perspektif masa depan.
16
Sementara itu, dalam konsep dan ajaran Negara Hukum, tujuan Negara adalah
menyelenggarakan ketertiban hukum, dengan berdasarkan dan berpedoman pada
hukum. Dalam Negara hukum segala kekuasaan dari alat-alat pemerintahannya
didasarkan atas hukum. Semua orang tanpa kecuali harus tunduk dan taat pada
hukum, hanya hukumlah yang berkuasa dalam Negara itu (government no by man
but by law = the rule of law).
2. Unsur-unsur Negara
Dalam rumusan Konvensi Montevideo tahun 1933 disebut bahwa suatu
Negara harus memiliki 3 (tiga) unsur penting, yaitu rakyat, wilayah dan
pemerintahan. Tiga unsur ini perlu ditunjang dengan unsur lainnya seperti adanya
konstitusi dan pengakuan dunia internasional yang oleh Mahfud disebut dengan
unsur deklaratif.
Untuk lebih jelas memahami unsur-unsur pokok dalam Negara ini, akan
dijelaskan masing-masing unsur tersebut:
a. Rakyat
Rakyat dalam pengertian keberadaan suatu Negara adalah sekumpulan
manusia yang dipersatukan oleh suatu rasa persamaan dan bersama-sama
mendiami suatu wilayah tertentu. Tidak bisa dibayangkan jika ada suatu
Negara tanpa rakyat. Hal ini mengingat rakyat atau warga Negara adalah
substratum personil dari Negara.
b. Wilayah
Wilayah adalah unsur Negara yang harus terpenuhi karena tidak
mungkin ada Negara tanpa ada batas-batas territorial yang jelas. Secara umum
wilayah dalam sebuah Negara biasanya mencakup daratan, perairan (samudra,
laut dan sungat) dan udara. Dalam konsep Negara modern, masing-masing
batas wilayah tersebut di atur dalam perjanjian dan perundang-undangan
internasional.
c. Pemerintah yang berdaulat
Yaitu adanya penyelenggara Negara yang memiliki kekuasaan
menyelenggarakan pemerintahan di Negara tersebut. Pemerintah tersebut
memiliki kedaulatan baik ke dalam maupun ke luar. Kedaulatan ke dalam
berarti Negara memiliki kekuasaan untuk ditaati oleh rakyatnya. Kedaulatan
17
ke luar artinya Negara mampu mempertahankan diri dari serangan Negara
lain.
18
a. Supremasi hukum, dalam arti tidak boleh ada kesewenang-wenangan,
sehingga seseorang hanya boleh dihukum jika melanggar hukum.
b. edudukan yang sama di depan hukum, baik bagi rakyat biasa maupun bagi
pejabat.
c. Terjaminnya hak-hak manusia dalam undang-undang satau keputusan
pengadilan.
Ciri-ciri Rechtsstaat atau Rule of Law di atas masih dipengaruhi oleh konsep
Negara hukum formil atau Negara hukum dalam arti sempit. Dari pencirian di atas
terlihat bahwa peranan pemerintah hanya sedikit, karena ada dalil bahwa
“Pemerintah yang sedikit ada pemerintah yang baik”.
Disamping perumusan ciri-ciri Negara hukum seperti di atas, ada pula berbagai
pendapat mengenai ciri-ciri Negara hukum yang dikemukakan oleh para ahli.
Menurut Montesquieu, Negara yang paling baik adalah Negara hukum, sebab
di dalam konstitusi di banyak Negara terkandung tiga inti pokok, yaitu:
a. Perlindungan HAM
b. Ditetapkannya ketatanegaraan suatu Negara, dan
c. Membatasi kekuasaan dan wewenang organ-organ Negara.
19
BAB IV
PEMBAHASAN
Keunggulan :
a. Bahasa yang digunakan sudah baik, sehingga pembaca dapat memahami isi
buku dengan baik.
a. Materi yang dijelaskan lengkap, disertai dengan istilah-istilah bersama arti dari
istilah tersebut.
b. Pada materi pengertian Negara dijelaskan dengan rinci disertai dengan tujuan
Negara.
d. Pada sub materi konsep Negara hukum, dijelaskan bahwa terdapat konsep
konstitusi dan konstitusionalisme.
e. Pada sub materi ciri-ciri Negara hukum, di paparkan beberapa ciri-ciri Negara
hukum dari beberapa ahli.
Kelemahan :
Isi buku utama kurang lengkap dibandingkan dengan buku pembanding, karena masih
ada beberapa pengertian yang tidak dijelaskan. Di dalam buku ini juga ada beberapa materi
yang tidak tercatat dalam materi di dalam buku pembanding. Contohnya adalah ciri-ciri
negara hukum dan apa saja konsep dari Negara hukum itu sendiri.
20
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan :
Dari hasil perbandingan yang penulis dapatkan, buku utama dan buku pembanding
tidak ada yang lebih baik. Karena masing masing masih membutuhkan perbaikan. Dari hasil
perbandingan, buku utama memuat materi yang tidak ada di buku pembanding dan buku
pembanding memuat materi yang tidak ada dalam buku utama. Keduanya masih perlu
diperbaiki dan dilengkapi.
Saran :
Sebaiknya buku ini diperbaiki dan ditambahkan lagi materi serta pengertian-
pengertian yang belum dilengkapi, agar buku ini dapat digunakan sebagai referensi yang
lengkap, dan memudahkan pembaca memahami inti dari materi yang dijelaskan.
21
DAFTAR PUSTAKA
22
CRITICAL JOURNAL REVIEW PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN CJR
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Istilah Negara Hukum baru dikenal pada abad XIX tetapi konsep Negara Hukum
telah lama ada dan berkembang sesuai dengan tuntuntan keadaan. Pemerintahan berdasarkan
hukum adalah suatu prinsip dimana menyatakan bahwa hukum adalah otoritas tertinggi dan
bahwa semua warga negara tunduk kepada hukum dan berhak atas perliindungannya. Secara
sederhana supremasi hukum bisa dikatakan bahwa kekuasaan pihak yang kuat diganti dengan
kekuasaan berdasarkan keadilan dan rasional.
HAM merupakan hak-hak yang dimiliki manusia sejak ia lahir yang berlaku seumur
hidup dan tidak dapat diganggu gugat oleh siapapun. HAM dilandasi dengan sebuah
kebebasan setiap individu dalam menentukan jalan hidupnya namun HAM juga tidak terlepas
dari kontrol bentuk norma-norma yang ada. Negara hukum dan HAM tidak dapat dipisahkan
satu sama lain. Argumentasi hukum yang dapat diajukan tentang hal ini, ditujukan dengan ciri
negara hukum itu sendiri, bahwa salah satu diantaranya adlah perlindungan terhadap hak asasi
manusia. Dalam negara hukum, hak asasi manusia terlindungi. Jika dalam suatu negara hak
asasi manusia tidak dilindungi, negara tersebut bukan negara hukum.
B. Tujuan
1. Mengulas isi jurnal
2. Melatih diri untuk berfikir kritis dalam mencari informasi yang ada pada jurnal sehingga dapat
mengkritik atau me-review jurnal tersebut
3. Mengetahui kelebihan dan kekurangan dari jurnal
C. Manfaat
1. Dapat menjadikan referensi mahasiswa dalam menyusun jurnal untuk kedepannya
2. Melatih mahasiswa dalam me-review jurnal
3. Menjadi bahan referensi bagi mahasiswa untuk menemukan ide – ide baru
D. Identitas Jurnal
JURNAL UTAMA
1. Judul Jurnal : Membangun Hukum Nasional Yang Demokratis Dan Cerdas Hukum
2. Tahun : 2009
3. Vol : 3(5)
4. Hal : 1-11
23
5. Penulis : FRANKIANO B. RANDANG, SH., MH
6. Penerbit : SERVANDA
7. Jenis jurnal : Jurnal Ilmiah Hukum
8. ISSN : 1907 - 16203
JURNAL PEMBANDING
1. Judul Jurnal : Negara Hukum Indonesia Ditinjau Dari Sudut Teori Tujuan Negara
2. Tahun : 2007
3. Vol : 3(2)
4. Hal : 300-322
5. Penulis : Maleha Soemarsono
6. Penerbit : Universitas Indonesia
7. Jenis jurnal : Jurnal Hukum dan Pembangunan Tahun Ke-3
8. ISSN : 2816-89068
24
BAB II
A. JURNAL UTAMA
1. PENDAHULUAN
Reformasi kontitusi yang telah berlangsung, melalui beberapa kali amandemen UUD
1945, membawa perubahan yang sangat besar, terhadap hukum nasional. Perubahan tersebut,
telah mengarahkan kepada cita-cita negara hukum, sesuai dengan prinsip-prinsip negara
demokrasi konstitusional. Amandemen tersebut, juga telah menegaskan secara eksplisit bahwa
Indonesia adalah negara hukum. Hal tersebut bermakna pula, pertama, pengakuan prinsip
supremasi hukum dan konstitusi, kedua, dianutnya prinsip pemisahan dan pembatasan kekuasaan
menurut sistem konstitusional yang diatur dalam Undang-Undang Dasar, ketiga, adanya jaminan-
jaminan hak asasi manusia, keempat, adanya prinsip peradilan yang bebas dan tidak memihak,
yang menjamin persamaan setiap warga negara dalam hukum, dan kelima, jaminan keadilan bagi
setiap orang, termasuk terhadap penyalagunaan wewenang oleh pihak yang berkuasa.
2. PEMBAHASAN
Hukum nasional yang demokratis setidaknya mempunyai karakter dan alur pikir
sebagai berikut:
a. Hukum nasional dibuat sesuai dengan cita-cita bangsa, yakni masyarakat adil dan
makmur berdasar falsafah negara.
b. Hukum nasional dirancang untuk mencapai tahap tertentu dari tujuan negara
sebagaimana tertuang di dalam Pembukaan UUD 1945.
c. Hukum nasional harus menjamin integrasi bangsa dan negara baik teritori maupun
ideologi, mengintegrasikan prinsip demokrasi dan nomokrasi, artinya pembangunan
hukum harus mengundang partisipasi dan menyerap aspirasi masyarakat melalui
prosedur dan mekanisme yang fair, transparan dan akuntabel; dan berorientasi pada
pembangunan keadilan sosial; dan menjamin hidupnya toleransi beragama yang
berkeadaban.
Sebagai implementasi dari hal tersebut, maka hukum nasional, harus mengabdi
kepada kepentingan nasional, dan menjadi pilar demokrasi untuk tercapainya kesejahteraan
rakyat dan secara sosiologi menjadi sarana untuk tercapainya keadilan dan ketertiban
masyarakat. Tujuan dari hukum yang demokratis tidak saja hanya tercapainya keadilan, akan
tetapi juga terciptanya ketertiban (order).
25
Salah satu indikator kualitas UU adalah maraknya upaya pengujian melalui MK.
Menurut data Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, dari tahun 2003 hingga 27 Agustus
2008 telah ada 150 putusan terhadap 73 UU yang diconstitutional review, dan 40 putusan
diantaranya mengabulkan permohonan tersebut. Putusan MK sangat berpengaruh pada
Prolegnas, oleh karena itu pada Prolegnas tahun 2008 telah diprioritaskan tujuh RUU akibat
Putusan Mahkamah Konstitusi, di antarannya adalah RUU tentang perubahan atas
Undangundang No. 4 tahun 2004. tentang Kekuasaan Kehakiman, RUU tentang Penggantian atas
UU No. 27 tahun 2004 tentang Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi, RUU tentang Perubahan atas
UU No. 30 tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, dan RUU tentang
Pengadilan Tipikor.
Dalam rangka pembangunan hukum nasional, diperlukan adanya suatu Grand Design
Sistem dan Politik Hukum Nasional (GDSPHN) yang jelas. GDSPHN merupakan sebuah desain
komprehensif, yang menjadi pedoman bagi seluruh stake holders, yang mencakup seluruh unsur
dari mulai perencanaan, legislasi, diseminasi dan budaya hukum masyarakat. Grand Design
Sistem dan Politik Hukum Nasional merupakan guide line komprehensif, yang menjadi titik
fokus dan tujuan seluruh stake holder pembangunan hukum, yang mencakup desain struktur
pembangunan hukum secara utuh.
Grand Design harus diawali dengan pemikiran paling mendasar, sebagai berikut :
Unsur lain kecerdasan hukum masyarakat adalah kemampuan untuk berperan serta
dalam upaya mewujudkan negara hukum yang demokratis, melalui kontribusi pemikiran dalam
rangka pembangunan hukum nasional, sehingga hukum yang dibuat benar-benar dapat
mencerminkan nilai filosofis, sosiologis dan yuridis.
26
a. Upaya pembudayaan hukum harus dilakukan dengan metode yang tepat dan efektif,
dengan memanfaatkan berbagai media dan infrastruktur serta lembaga-lembaga yang
hidup dan tumbuh di masyarakat.
b. Sosialisasi berbagai materi hukum, perlu terus diupayakan agar setiap perkembangan
terbaru mengenai perundang-undangan diketahui dan dipahami oleh masyarakat.
Dengan demikian, ketersediaan dan kemudahan akses terhadap informasi materi
hukum secara mudah, menjadi bagian penting dari upaya pembudayaan hukum
masyarakat.
c. Budaya Hukum Masyarakat harus dibangun pararel dengan peningkatan
profesionalisme aparat penegak hukum dan birokrasi. Karena profesionalisme ini
akan sangat berpengaruh terhadap kepercayaan masyarakat terhadap hukum itu
sendiri.
d. Perlu dilakukan pola dan program pembudayaan hukum secara terpadu, terencana dan
didasarkan kepada fakta-fakta permasalahan hukum yang terjadi. Dengan demikian,
keberadaan tenaga fungsional penyuluh hukum, perlu segera direalisasikan.
e. Pembudayaan hukum harus dilakukan sejak usia dini dan dimulai dari rumah tangga
sebagai miniatur terkecil negara hukum, untuk mencapai masyarakat berbudaya
hukum saat ini dan masa depan.
B. JURNAL PEMBANDING
1. Pendahuluan
Penulis mencoba membahas masalah negara hukum dan tujuan negara berdasar pada
teori ilmu negara secara umum, dan teori kenegaraan secara khusus di Indonesia. Secara
umum, materi pembahasan bersifat amat teoritis dan abstrak, berlaku untuk setiap negara
dimanapun berada. Sedangkan teori kenegaraan Indonesia bersifat konkrit, sesuai dengan
kondisi ketatanegaraan negara Indonesia. Tentunya teori kenegaraan Indonesia bersumber dan
berakar pada realita sejarah dan budaya bangsa Indonesia sendiri yang kemudian menjadi
pandangan hidup dan dasar negara republik Indonesia yaitu pancasila.
Semua tertuang dalam lIndang-undang dasar negara republik Indonesia yaitu lIndang-
undang dasar 1945. Masalah tujuan negara merupakan suatu hal yang amat penting bagi suatu
negara. berdasar tujllan negara ini, maka akan ditetapkan apa sebenarnya tllgas dari organisasi
negara (fllngsi negara) yang berkaitan erat dengan lembaga lembaga pendllkllngnya.
Demikian pentingnya tujuan suatu negara, sehingga beberapa negara mencantumkan tujuan
negaranya dalam konstitusi negaranya. Indonesia termasuk negara yang mencantumkan
masalah tujuan negara dalam pembukaan undang-undang dasar 1945 yang merupakan
undang- undang dasar negara republik Indonesia. setiap negara tentu mempunyai tujuan yang
berbeda- beda, sesuai dengan latar belakang sejarah, budaya dan pandangan hidup dari
27
masing-masing negara. Hal ini menimbulkan pula perbedaan dalam menentukan cara
mencapai tujuan negaranya, termasuk cara menentukan sistem hukumnya.
2. Teori Tujuan Negara
Dalam teori ilmu negara. masalah tujuan negara dapat dilihat dari 3 (tiga) sudut
peninjauan, yaitu:
a. Tujuan negara berkaitan dengan tujuan akhir manusia:
Teori ini berkaitan dengan ajaran agama yang selalu menuntun manusia untuk
mencapai keselamatan, ketenangan serta kebahagiaan hidup manusia di dunia dan akhirat.
b. Tujuan kekuasaan;
Teori I1mu Negara menjelaskan bahwa salah satu tujuan negara adalah mendapatkan
dan mempertahankan kekuasaan semata- mata (machtstaat). Peuulis dalam kesempatan ini
akan mengemukakan pendapat dari dua orang sarjana yaitu, Shang Yang dan Machiavelli.
c. Tujuan kemakmuran
Teori tujuan kemakmuran, terbagi menjadi teori tujuan kemakmuran negara,
kemakmuran individu dan teori tujuan kemakmuran rakyat. Dalam teori kemakmuran negara,
secara teoritis tujuan negara adalah kemakmuran rakyat tetapi yang melaksanakannya secara
absolut adalah negara.
3. Negara Hukum Meuurut Teori IImu Negara
Kita mengetahui bahwa timbulnya konsep negara hukum (rechtstaat) di negara Eropa
Kontinental merupakan reaksi atas teori tujuan negara yang menimbulkan kekuasaan yang
otoriter/absolut. Golonganlpaham liberal dalam hal ini berusaha untuk membatasi kekuasaan
raja yang absolut dan menegakan kebebasan dari setiap warga untuk mencari kemakmuran
sebagai cermin atas adanya sifat individualistis dari paham liberal. Immanuel Kant, seorang
filsuf bangsa Jerman adalah tokoh haluan liberal menyatakan bahwa tujuan negara adalah
menegakkan hak-hak dan kebebasan warganya. Teori negara hukum yang dikemukakan oleh
Kant dikenal sebagai negara hukum liberal, yang mengandung dua unsur penting, yaitu:
1. Perlindungan hak asasi manusia.
2. Pemisahan kekuasaan. Dengan adanya pemisahan keku-asaan, maka hak
asasi manusia akan mendapat perlindungan.
Hal inilah sebenarnya yang merupakan tuntutan utama kaum borjuis liberal.
Sejalan dengan perkembangan zaman, paham negara hukum liberal yang
menginginkan pemerintah tidak ikut campur dalam kemakmuran/kesejahteran rakyat,
tidak dapat dipertahankan lagi. Berbagai kondisi memaksa pemerintah untuk turut
mengelola kesejahteraall rakyat meski harus melalui persetujuan rakyat dalam bentuk
ulldang - undang. Apabila terjadi perselisihan antara pemerilltah dan warga dalam
melaksanakan tugas kesejahteraan rakyat, maka masalah akall diselesaikan melalui
suatu badan peradilan khusus yaitu Peradilan Tata Usaha Negara.
28
4. Negara Hukum Indonesia Ditinjau Dari Sudut Teori Tujuan Negara
29
1) Melindungi dan menghormati hak hak kemanusiaan
2) Mekanisme kelembagaan negara yang demokratis
3) Adanya suatu tertib hukum
4) Adanya kekuasaan kehakiman yang bebas
Prof. DR. H. Azhary, SH. mengemukakan 7 (tujuh) unsur negara hukum Indonesia,
yaitu:
30
BAB III
PEMBAHASAN
A. Kelebihan Jurnal
Jurnal Utama
Jurnal ini membahas tentang Grand Design yang diperlukan dalam rangka
membangun hokum nasional.
Jurnal ini membahas tentang bagaimana membangun hukum nasional yang dapat
menambah wawasan pembaca ketika ingin mencari suatu referensi untuk penelitian
dan sebagainya.
Jurnal ini memuat materi hukum yang dikaitkan dengan masyarakat tentang cara
membuat suatu hukum demokratis.
Jurnal ini sudah lumayan cocok dijadikan referensi untuk meningkatkan pengetahuan
kita di bidang pendidikan dan Pendidikan Kewarganegaraan.
Jurnal Pembanding
Jurnal ini banyak memuat teori – teori oleh para ahli sehingga pembaca memahami
terhadap teori yang di paparkan.
Jurnal ini memuat materi tentang prinsip hukum, unsur negara hukum, dan ciri negara
hukum
Jurnal ini sudah cocok dijadikan referensi untuk meningkatkan pengetahuan kita di
bidang pendidikan dan menambah wawasan kita terhadap negara hukum yang
demokratis .
B. Kekurangan Jurnal
Jurnal Utama
Jurnal ini tidak memiliki pendapat para ahli dalam materi nya sehingga kurang
menambah wawasan pembaca.
Terdapat beberapa kesalahan penulisan dalam jurnal ini.
Jurnal ini hanya memaparkan materi tentang bagaimana membangun hukum nasional
tidak menjelaskan apa prinsip hukum, unsur negara hukum, implementasi hukuam
Jurnal Pembanding
Pada jurnal ini banyak terdapat salah pengetikan nya.
Di jurnal tidak terdapat bagaimana membangun hukum nasional.
31
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Negara hukum merupakan pilihan sebuah Negara berdasarkan sejarah yang pernah dilalui,
dan ingin menciptakan negara yang aman dan sejahtera. Dimana penguasa negara tidak berbuat
sewenang-wenang, mempunyai kewajiban untuk mensejahterakan rakyatnya. Selain itu negara
hukum merupakan amanah dan konstitusi sebuah negara tak terkecuali negara Indonesia.
B. Saran
Penguasa Negara harus bisa memproyeksikan dan merealisasikan sebuah tujuan negara
dengan tidak bertindak sewenang-wenang. Rakyat juga harus membantu mewujudkannya dengan
mematuhi segala peraturan perundang-undangan yang ada dalam negara Indonesia, serta
membantu pemerintah dalam mewujudkan negara aman, adil, sejahtera, dan makmur. Maka dari
itu harus ada kerjasama kesinambungan berkelanjutan antara penguasa negara dan rakyat dalam
membangun Indonesia ini.
32
DAFTAR PUSTAKA
Frankiano, 2009, Membangun Hukum Nasional Yang Demokratis Dan Cerdas Hukum, Jurnal
Soemarsono Maleha, 2007, Negara Hukum Indonesia Ditinjau Dari Sudut Teori Tujuan Negara,
33
MINI RISET PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN MR
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Persoalan penegakan hukum di Indonesia merupakan sebuah persoalan yang
sudah bersifat struktural. Mahasiswa merupakan kalangan akademisi yang
memberikan harapan kepada masyarakat agar dapat membawa pemerintah dengan
baik. Karena dimata masyarakat keadaan pemerintah sekarang dianggap carut marut
pada penyelesain yang jelas. Semangat mengawal dan mengawasi jalannya reformasi,
harus tetap tertanam dalam jiwa setiap mahasiswa. Sikap kritis harus tetap ada dalam
diri mahasiswa, sebagai agen pengendali untuk mencegah berbagai penyelewengan
yang terjadi terhadap perubahan yang telah mereka perjuangkan. Dengan jiwa
semangat dan idealismenya diharapkan mahasiswa mampu melaksanakan apa yang
ingin diwujudkan masyarakat secara menyeluru dengan cara melakukan perubahan-
perubahan atas keadaan yang dianggap tidak adil. Karena sesungguh nya mahasiswa
merupakan kalangan akademisi yang harus meng-implementasikan perbutannya demi
kemajuan bangsa serta mewakili aspirasi masyarakat. Terkait dengan berbagai
permasalahan mengenai semakin melemahnya supremasi hukum yang terjadi di negara Indonesia,
peran serta mahasiswa dalam upayanya untuk kembali menciptakan kembali supremasi hukum di
Indonesia sangatlah berperan penting. Apalagi bila hal ini dikaitkan dengan keberadaan dari berbagai
pihak untuk terus memperlemah sistem hukum di Indonesia sudah mencakarkan kukunya
dengankuat di segala lapisan kehidupan.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Pengetahuan mahasiswa tentang Negara Hukun yang ada di Indonesia
2. Bagaimana strategi pembelajaran sikap tentang penegak hukum pada mahasiswa ?
3. Faktor-faktor apa yang menjadi kendala dalam pengetahuan mahasiswa tentang
Negara hukum?
C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai salah satu syarat dalam
pelaksanaan tugas mata kuliah pendidikan kewarganegaraan khususnya tentang
34
pembahasan tentang Negara Hukum. Melalui penelitian ini diharapkan Mahasiswa
dapat memberikan aksi nyata terhadap Negara Hukum.
D. MANFAAT
Manfaat yang di ambil penulis setelah menyelesaikan pembuatan penelitian
ini, peneliti sekarang mengetahui bagaimana meningkatkan rasa penegak hukum
mahasiswa. Memberi sumbangan pemikiran dalam upaya peningkatan aktifitas
mahasiswa dalam bersikap bertingkah laku baik dalam menegakkan hukum.
35
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Indonesia adalah negara hukum yang senantiasa mengutamakan hukum sebagai
landasan dalam seluruh aktivitas negara dan masyarakat. Komitmen Indonesia sebagai negara
hukum pun selalu dan hanya dinyatakan secara tertulis dalam pasal 1 ayat 3 UUD 1945 hasil
amandemen. Dimanapun juga, sebuah Negara menginginkan Negaranya memiliki penegak-
penegak hukum dan hukum yang adil dan tegas dan bukan tebang pilih. Kondisi Hukum di
Indonesia saat ini lebih sering menuai kritik daripada pujian. Berbagai kritik diarahkan baik
yang berkaitan dengan penegakkan hukum , kesadaran hukum , kualitas hukum,
ketidakjelasan berbagai hukum yang berkaitan dengan proses berlangsungya hukum dan juga
lemahnya penerapan berbagai peraturan. Kritik begitu sering dilontarkan berkaitan dengan
penegakan hukum di Indonesia. Kebanyakan masyarakat kita akan bicara bahwa hukum di
Indonesia itu dapat dibeli, yang mempunyai jabatan, nama dan kekuasaan, yang punya uang
banyak pasti aman dari gangguan hukum walau aturan negara dilanggar. Sejauh ini, hukum
tidak saja dijalankan sebagai rutinitas belaka tetapi tetapi juga dipermainkan seperti barang
dagangan . Hukum yang seharusnya menjadi alat pembaharuan masyarakat, telah berubah
menjadi semacam mesin pembunuh karena didorong oleh perangkat hukumyangmorat-marit.
Istilah Negara merupakan terjemahan dari beberapa kata asing: state (Inggris), staat
(Belanda dan Jerman) atau etat (Prancis). Kata-kata tersebut berasal dari kata Latin status
atau statum yang memiliki pengertian tentang keadaan yang tegak dan tetap. Pengertian
status atau statum lazim diartikan dalam bahasa Inggris dengan standing atau station
(kedudukan). Istilah ini sering pula dihubungkan dengan kedudukan persekutuan hidup antar
manusia yang biasa disebut dengan istilah status civitatis atau status republicae. Dari
pengertian yang terakhir inilah kata status selanjutnya dikaitkan dengan kata Negara.
Sedangkan secara terminologi, Negara diartikan sebagai organisasi tertinggi di antara
satu kelompok masyarakat yang mempunyai cita-citauntuk bersatu, hidup di dalam suatu
kawasan dan mempunyai pemerintahan yang berdaulat. Pengertian ini mengandung nilai
konstitutif dari sebuah Negara yang paling galibnya dimiliki oleh suatu Negara berdaulat:
masyarakat (rakyat), wilayah, dan pemerintahan yang berdaulat.
Negara yang menganut sistem “Rule Of Law” harus memiliki prinsip yang jelas.
Menurut Diley terdapat terdapat tiga unsur yang fundamental dalam “Rule Of Law” yaitu :
36
2) Kedudkan yang sama di depan hukum
3) Terjaminnya hak – hak asasi manusia oleh undang – undang dan keputusan –
keputusan pengadilan
Dalam dekade abad 20 konsep negara hukum mengarah pada pengembangan negara
hukum dalam arti material. Konsep negara hukum material yang dikembangkan di abad ini
sedikitnya memiliki sejumlah ciri – ciri yaitu sebagai berikut :
Supremasi Hukum
37
BAB III
METODE PENELITIAN
B. VARIABEL PENELITIAN
- Metode Wawancara
- Metode Kajian Pustaka
- Subjek Penelitian
Cara kami dalam menganalisis data yang kami dapat yaitu dengan pertama-
tama memastikan bahwa semua data dan landasan teori yang diperlukan telah
diperoleh dengan baik. Berdasarkan dari jawaban responden tentang Negara Hukum
kami menganalisis tentang pengetahuan yang terjadi kepaa Indonesia.
38
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam penelitian ini data yang diperoleh adalah data untuk mengetahui apakah
mahasiswa telah mengerti tentang Negara Hukum dan Penegakan Hukum yang ada di
Indonesia. Kami memberikan 6 pertanyaan yang menyangkut tentang Negara Hukum.
Pertanyaan tersebut dijawab baik oleh 10 responden tersebut dan jawaban dari ke 10
responden tersebut bisa dikatakan mendekati jawaban yang kami harapkan. Hasil dari
wawancara secara langsung yang kami lakukan pada 10 sampel di kelas matematika dik B
2018 bahwasanya mahasiswa telah mengerti atau sudah mengetahui tentang bahwasanya
Indonesia adalah negara hukum, tetapi Indonesia adalah salah satu negara yang menerapkan
penegakkan hukum yang masih lemah.
Beberapa jawaban dari ke-10 responden :
1. Menurut anda apakah Indonesia Termasuk Neagara Hukum?
Jawaban dari responden A: ya, negara indonesia merupakan salah satu negara hukum
yang ada di dunia dan ada di nyatakan didalam UUD. Jawaban responden D: ya karna
dalam UUD pada pasal 1 ayat 3 mengatakan bahwasanya Negara Indonesia sebagai
negara hukum. Dan jawaban dari responde F: ya, karana di Indonesia adanya HAM
yang sesuai dengan prinsip negara hukum yang demokrasi.
2. Menurut anda kenapa pengekan hukum di Indonesia di sebut “Bagaikan pisau yang
tajam kebawah tetapi tumpul keatas” ?
Jawaban dari responden B : menurut saya istilah itu muncul karena walaupun ada
hukum dan uud yang mengatur di negara kita ini tetapi hukum dan uud tersebut tidak
terjalankan semestinya. Jawaban responden I : menurut saya isrilah itu sangat bener,
karena di indinesia ini menegakakan hukum tidak adil seperti contohnya seperti
kasus-kasus yang ada diindonesia saat ini yaitu pada orang yang menggunakan
narkoba jika orang yang menggunakan narkoba itu orang kaya maka dia akan
direhabilitas sedang yang miskin akan dimasukkan penjara, jadi hukum itu tidak adil.
Jawaban responden J : karena pada dasarnya hukum di indonesia itu lemah, jika
berkuasa hukum hanya sebuah mainan jika yang tidak memiliki kekuasaan hukum
akan menjadi petaka.
39
3. Menurut anda, didaerah manakah yang masih terjadinya konflik agama, norma dan
ras sekarang ini ?
Jawaban dari seluruh responden : daerah yang masih terjadi konflik itu di daerah
papua yang dikarenakan ada konflik dengan suku , ras dan warna kulit.
4. Menurut anda, siapakah yang bertanggu jawab dalam penegakan hukum di Indonesia?
Jawaban seluruh Responden: semua warga negara indonesia terutama pemerintahan.
40
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari uraian mengenai jawaban mahasiswa dalam upaya menegakkan
supremasi hukum di Indonesia, dapat penulis tarik beberapa kesimpulan, yaitu bahwa
dalam perwujudan penegakan hukum terdapat beberapa hambatan-hambatan terutama
hambatan dari system hukum ini sendiri. Diharapkan mahasiswa mampu untuk
memperbaikinya dengan menyalurkan aspirasi dalam pemecahan masalah hambatan
tersebut. Mahasiswa sebagai kalangan akademisi harus mengimplementasikan
perbutannya untuk memajukan negara ini dan mewakili aspirasi masyarakat karena
pada dasarnya mahasiswa menjunjung tinggi kepentingan masyarakat.
B. SARAN
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya tentang pentingnya penegakan hukum yang
benar di indonesia sebagai negara hukum dengan nilai demokrasi, diharapkan seluruh rakyat
Indonesia mempunyai wawasan serta kemampuan untuk ikut berperan besar dalam penegakan
hukum yang ada di indonesia.
41
LAMPIRAN
42
DAFTAR PUSTAKA
43
REKAYASA IDE PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
RI
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Persoalan penegakan hukum di Indonesia merupakan sebuah persoalan yang
sudah bersifat struktural. Mahasiswa merupakan kalangan akademisi yang
memberikan harapan kepada masyarakat agar dapat membawa pemerintah dengan
baik. Karena dimata masyarakat keadaan pemerintah sekarang dianggap carut marut
pada penyelesain yang jelas. Semangat mengawal dan mengawasi jalannya
reformasi, harus tetap tertanam dalam jiwa setiap mahasiswa. Sikap kritis harus tetap
ada dalam diri mahasiswa, sebagai agen pengendali untuk mencegah berbagai
penyelewengan yang terjadi terhadap perubahan yang telah mereka perjuangkan.
Dengan jiwa semangat dan idealismenya diharapkan mahasiswa mampu
melaksanakan apa yang ingin diwujudkan masyarakat secara menyeluru dengan cara
melakukan perubahan-perubahan atas keadaan yang dianggap tidak adil. Karena
sesungguh nya mahasiswa merupakan kalangan akademisi yang harus meng-
implementasikan perbutannya demi kemajuan bangsa serta mewakili aspirasi
masyarakat. Terkait dengan berbagai permasalahan mengenai semakin melemahnya supremasi
hukum yang terjadi di negara Indonesia, peran serta mahasiswa dalam upayanya untuk kembali
menciptakan kembali supremasi hukum di Indonesia sangatlah berperan penting. Apalagi bila hal ini
dikaitkan dengan keberadaan dari berbagai pihak untuk terus memperlemah sistem hukum di
Indonesia sudah mencakarkan kukunya dengankuat di segala lapisan kehidupan.
B. TUJUAN DAN MANFAAT
Adapun tujuan dan manfaat dari Rekayasa Ide ini adalah untuk mengusulkan ide yang
dapat menguatkan generasi muda terutama di kalangan mahasiswa dalam bentuk motivasi
dalam penegakan hokum di Indonesia. Selain itu, rekayasa ide ini juga bertujuan agar setiap
mahasiswa dapat menyebarkan penegakan hokum di Indonesia di tengah era globalisasi yang
sedang terjadi.
44
BAB II
KERANGKA PEMIKIRAN
A. URAIAN PERMASALAHAN
Secara konseptual, Satjipto Rahardjo merumuskan pengertian penegakan
hukum sebagai suatu proses untuk mewujudkan keinginan-keinginan hukum menjadi
kenyataan. Keinginan-keinginan hukum yang dimaksud adalah pikiran-
pikiran badan pembentuk undang-undang yang dirumuskan dalam peraturan-
peraturan hukum itu. Peraturan-peraturan hukum yang di buat oleh lembaga legislatif
pada dasarnya bukannya tidak memihak. Oleh karena suatu undang-undang
merupakan hasil perjuangan kekuasaan di dalam masyarakat, pendapat pihak yang
berkuasa juga menentukan bagaimana isi peraturan hukum yang di buat. Ada lima
faktor yang memberikan kontribusi pengaruh pada proses penegakanhokum menurut
Soerjono Soekanto yaitu faktor hukum atau peraturan perundang-undangan, faktor
aparat penegak hukumnya, faktor sarana dan fasilitas yang mendukung proses
penegakan hukum, faktor masyarakat, yakni lingkungan sosial dimana hukum
tersebut berlaku atau diterapkan, berhubungan dengan kesadaran dan kepatuhan
hukum yangmerefleksi dalam perilaku masyarakat, dan faktor kebudayaan, yani hasil
karya, cipta dan rasa yang didasarkan padakarsa manusia di dalam pergaulan hidup.
B. SUBJEK PENELITIAN
Ide yang ditawarkan adalah dengan cara memotivasi mahasiswa yang sudah
mengetahui bagaimana penegakan hukum di Indonesia yang masih lemah dan
implementasinya dalam kehidupan sehari-hari.
C. PEMBAHASAN
Sebelum lahirnya Undang-Undang Bantuan Hukum, istilah mahasiswa tidak
ditemukan dalam satu-pun peraturan perundang-undangan di Indonesia. Meskipun
demikian eksistensinya telah lama dikenal dan berkembang di komunitas masyarakat.
Mahasiswa sendiri digagas dan dikembangkan oleh kalangan dari organisasi non
pemerintah (nongovernment organization), diantaranya Yayasan Lembaga Bantuan
Hukum Indonesia (YLBHI), sebagai salah satu lembaga Bantuan Hukum tertua di
Indonesia, dengan memberikan berbagai bentuk pendidikan dan pelatihan hukum bagi
masyarakat tidak mampu dan marjinal, sehingga mereka memiliki kemampuan dan
keterampilan dalam memperjuangkan hakhaknya, sekaligus mampu memberikan
45
layanan bantuan hukum di komunitasnya. Peran mahasiswa dalam penggerak hukum
di kalangan masyarakat, sangat urgen eksistensinya, mengingat masih banyaknya
masyarakat yang tidak mampu, marjinal dan buta hukum di Indonesia yang sulit
mendapatkan akses terhadap keadilan. Sementara selama ini mahasiswa telah
berkontribusi secara nyata di komunitasnya dengan memberikan layanan bantuan
hukum. Setidaknya ada tiga tantangan yang harus dihadapi ke depan yaitu Pertama,
tentang bagaimana menjamin kapasitas mahasiswa sesuai dengan peran dan
fungsinya, Kedua bagaimana membuat dan menjelaskan batas-batas kerja mahasiswa
karena mahasiswa bukanlah sebuah pekerjaan atau profesi dan yang Ketiga mengenai
mekanisme pengawasan terhadap mahasiswa. Guna menghadapi tantangan di atas,
maka kedepan mahasiswa harus memiliki kapasitas dan integritas yang kuat, sehingga
kader-kader mahasiswa perlu mendapatkan pendidikan secara komprehensif dan
berkelanjutan, baik mengenai pengetahuan hukum dasar, keterampilan maupun nilai
etis seorang mahasiswa. Dengan demikian sangat perlu kiranya diperlukan pemberian
motivasi dalam penegakan hukum pada mahasiswa agar dapat juga memberikan
contoh di masyarakat umum dalam upaya menegakkan hukum di Indonesia.
D. KELEBIHAN IDE
Salah satu kelebihan dalam ide yang dikemukakan adalah ide ini dapat
menciptakan mahasiswa yang unggul yang dapat dijadikan contoh dan memotivasi
kalangan masyarakat yang lainnya untuk menguatkan penegakan hukum di Indonesia.
E. KELEMAHAN IDE
Kelemahan ide adalah tingkat keoriginalitasan ide yang sudah ada dan peneliti
belum mengetahui hasil dari ide tersebut akan berjalan secara berkelanjutan atau
tidak.
46
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari uraian mengenai peran dan tanggungjawab mahasiswa dalam upaya
menegakkansupremasi hukum di Indonesia, dapat penulis tarik beberapa kesimpulan, yaitu
bahwa dalam perwujudan penegakan hukum terdapat beberapa hambatan-hambatan terutama
hambatan dari system hukum ini sendiri. Diharapkan mahasiswa mampuuntuk mengatasi dan
memperbaiki dengan menyalurkan aspirasinya dalam pemecahanmasalah hambatan tersebut.
Mahasiswa sebagai kalangan akademisi harus mengimplementasikan perbutannya untuk
memajukan negara ini dan mewakili aspirasi masyarakat karena pada dasarnya mahasiswa
menjunjung tinggi kepentingan masyarakat. Dengan rasa tanggung jawab yang dimilikinya
berkaitan dengan penurunan kekuatan hukum, maka gerakan mahasiswa merupakan dasar
daripada upaya untuk kembal imenciptakan supremasi hukum di Indonesia.
B. SARAN
Saran yang dapat diberikan untuk ide ini adalah agar ide yang dikemukakan diberikan
kepada mahasiswa yang belum berpartisipasi penuh dalam upaya penegakan hukum yang ada
di Indonesia sehingga dapat menjadi contoh di kalangan masyarakat.
47
DAFTAR PUSTAKA
Satjipto Rahardjo. 1983. Masalah Penegakan Hukum. Bandung: Sinar Baru Marpaung
48
PROJEK PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
PR
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Di Indonesia, istilah negara hukum secara konstitusional telah disebutkan pada UUD
1945. Penggunaan istila negara hukum mempunyai perbedaan antara sesudah dilakukan
amandemen dan sebelum dilakukan amandemen. Sebelum amandemen UUD 1945, yang
berbunyi bahwa " Indonesia adalah negara yang berdasar atas negara hukum". Sedangkan
setelah dilakukannya amandemen UUD 1945 yaitu "Negara Indonesia adalah negara hukum."
istilah negara tersebut dimuat dalam UUD 1945 pasal 1 ayat (3). Meskipun ada perbedaan
UUD 1945 sebelum dan sesudah amandemen pada hakikatnya keduanya mempunyai tujuan
yang sama yaitu menjadikan Negara Indonesia sebagai negara hukum. Indonesia sebagai
negara hukum, memliki karakteristik mandiri yang berarti kemandirian tersebut terlihat dari
penerapan konsep atau pola negara hukum yang dianutnya. Konsep yang dianut oleh negara
kita disesuaikan dengan kondisi yang ada di Indonesia yaitu Pancasila. NKRI sebagai negara
hukum yang berdasarkan pada pancasila, pasti mempunyai maksud dan tujuan tertentu yaitu
bertujuan untuk mewujudkan tata kehidupan negara kita sebuah negara yang aman, tentram,
aman sejahtera, dan tertib dimana kedudukan hukum setiap warga negaranya dijamin
sehingga bisa tercapainya sebuah keserasian, keseimbangan dan keselarasan antara
kepentingan perorangan maupun kepentingan kelompok (masyarkat). Konsep negara hukum
pancasila artinya suatu sistem hukum yang didirikan berdasarkan asas-asas dan kaidah atau
norma-norma yang terkandung/tercermin dari nilai yang ada dalam pancasila sebagai dasar
kehidupan bermasyarakat. Oleh karena itu, projek ini dilakukan oleh 10 orang mahasiswa
Matematika Dik B 2018.
BAB II
49
KAJIAN PUSTAKA
A. LANDASAN TEORI
Indonesia adalah negara hukum yang senantiasa mengutamakan hukum
sebagai landasan dalam seluruh aktivitas negara dan masyarakat. Komitmen Indonesia
sebagai negara hukum pun selalu dan hanya dinyatakan secara tertulis dalam pasal 1
ayat 3 UUD 1945 hasil amandemen. Dimanapun juga, sebuah Negara menginginkan
Negaranya memiliki penegak- penegak hukum dan hukum yang adil dan tegas dan
bukan tebang pilih. Kondisi Hukum di Indonesia saat ini lebih sering menuai kritik
daripada pujian. Berbagai kritik diarahkan baik yang berkaitan dengan penegakkan
hukum , kesadaran hukum , kualitas hukum, ketidakjelasan berbagai hukum yang
berkaitan dengan proses berlangsungya hukum dan juga lemahnya penerapan
berbagai peraturan. Kritik begitu sering dilontarkan berkaitan dengan penegakan
hukum di Indonesia. Kebanyakan masyarakat kita akan bicara bahwa hukum di
Indonesia itu dapat dibeli, yang mempunyai jabatan, nama dan kekuasaan, yang punya
uang banyak pasti aman dari gangguan hukum walau aturan negara dilanggar. Sejauh
ini, hukum tidak saja dijalankan sebagai rutinitas belaka tetapi tetapi juga
dipermainkan seperti barang dagangan . Hukum yang seharusnya menjadi alat
pembaharuan masyarakat, telah berubah menjadi semacam mesin pembunuh karena
didorong oleh perangkat hukumyangmorat-marit.
B. URAIAN PERMASALAHAN
Akhir-akhir ini sistem hukum atau penegakkan hukum dan pelaksanaan
hukum di indonesia belum dapat terlaksana dengan baik. Sebuah Negara
menginginkan Negaranya memiliki penegak-penegak hukum dan hukum yang adil
dan tegas dan bukan adanya keberpihakanKondisi Hukum di Indonesia saat ini lebih
sering menuai kritik daripada pujian. Peran mahasiswa sebagai generasi penerus
bangsa dalam mewujudkan tridharma perguruan tinggi sangat lah penting untuk
mewujudkan penegakkan hukum di Indonesia. Diharapkan dengan adanya tridharma
perguruan tinggi para generasi penerus bangsa mampu memperbaiki pelaksanaan
hukum di Indonesia. Serta memiliki pemikiran untuk menegakkan keadilan bagi
rakyat Indonesia.
BAB III
50
METODE PELAKSANAAN
A. METODE PELAKSANAAN
Dalam pelakasanaan kegiatan projek ini metode yang digunakan adalah
metode kualitatif. Tujuan dari metode kualitatif adalah untuk menjelaskan fenomena
yang terjadi pada sampel. Untuk mendapatkan data yang diinginkan, peneliti
membagikan angket untuk mengetahui sejauhmana pengetahuan sampel tentang
pentingnya demokrasi. Setelah itu, peneliti memberikan videopembelajaran untuk
meningkatkan motivasi mahasiswa.
E. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN
Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam kegiatan ini adalah:
1. Menyiapkan proyektor dan video yang akan ditampilkan.
2. Mengarahkan mahasiswa untuk duduk di tempat yang dapat melihat jelas video
motivasi.
51
3. Memutar video motivasi
4. Setelah bersama-sama menonton video motivasi, peneliti bertanya kepada siswa
tentang bagaimana perasaan mereka setelah menonton video motivasi yang
ditampilkan.
5. Peneliti memotivasi langsung kepada siswa agar menegakkan hukum di
Indonesia untuk diri sendiri dan kalangan masyarakat.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
52
A. ANALISIS PEMBAHASAN
Pada saat awal pemutaran video motivasi dimulai mahasiswa terlihat malas
dalam menonton video. Lalu pada saat bagian inti video ditayangkan mahasiswa
tertarik untuk menonton video hingga akhir.
B. KEKUATAN KEGIATAN
Kekuatan pada penelitian ini terlihat pada sikap antusias mahasiswa dalam
menonton video motivasi yang diberikan. Selain itu siswa merasa termotivasi untuk
menegakkan hukum dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga, video ini sangat
membantu di kalangan mahasiswa.
BAB V
PENUTUP
53
A. KESIMPULAN
Dari hasil dan pembahasan yang diperoleh, kesimpulan yang didapat adalah bahwa
masih banyak mahasiswa dan masyarakat yang kurang menegakkan hukum dalam kehidupan
sehari-hari sehingga dibutuhkan pemberian motivasi dan penyuluhan penegakan hukum di
Indonesia.
B. SARAN
Semoga dengan diputarnya video motivasi ini dapat meningkatkan penegakan hukum
yang berlaku di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
54
Iriani, Dewi. 2002. Pengenalan Ilmu Hukum. Ponorogo: STAIN Ponorogo
55