NEGARA HUKUM
Kelas: AKUNC-2022-02
PRODI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS KUNINGAN
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat,berkah dan kasih karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah tentang “Negara Hukum” ini dengan sebaik-baiknya. Adapun tujuan
penulisan makalah ini bermaksud untuk memenuhi tugas mata kuliah
Kewarganegaraan yang dibimbing oleh Bapak Anthon Fathanudien, SH, MH Pada
kesempatan ini penulis juga ingin menyampaikan terimakasih kepada Bapak
Anthon Fathanudien, SH, MH selaku dosen karena telah memberikan tugas ini
sehingga membuat penulis termotivasi dan dapat menyelesaikan tugas ini.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................................ii
BAB I...................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...............................................................................................................1
1.3 Tujuan.........................................................................................................................2
BAB II..................................................................................................................................3
PEMBAHASAN..................................................................................................................3
2.3.1 Konsep Negara Hukum Indonesia dalam UUD 1945 (kurun waktu pertama). 14
2.3.4 Konsep Negara Hukum Indonesia dalam UUD 1945 Pasca Perubahan...........18
BAB III..............................................................................................................................22
PENJUTUP........................................................................................................................22
3.1 KESIMPULAN........................................................................................................22
3.2 SARAN....................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................23
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
C. Apa konsep Negara Hukum Indonesia?
D. Apa makna Indonesia sebagai Negara Hukum?
1.3 Tujuan
A. Untuk menambah pengetahuan tentang Negara Hukum
B. Untuk mengetahui apa ciri-ciri Negara Hukum.
C. Untuk mengetahui konsep Negara Hukum
D. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Kewarganegaraan
2
BAB II
PEMBAHASAN
2. Menurut Jimly Asshiddiqie, negara hukum adalah bentuk negara yang unik
karena seluruh kehendak didasarkan atas hukum.
Gagasan mengenai Negara Hukum telah muncul sejak masa Plato dan
Aristoteles. Para filsuf tersebut masih mendefinisikan negara hukum dikaitkan
dengan negara kota (polis). Aristoteles berpendapat bahwa negara hukum itu
timbul dari polis yang mempunyai wilayah negara kecil, seperti kota dan
berpenduduk1.
1
Sayap Bening, “Pengertian Negara Hukum”, https://bantuanhukum-sbm.com/artikel-pandangan-
plato-tentang-negara-hukum, Diakses 20 Mei 2023 17.31
3
Ada empat alasan mengapa negara menyelenggarakan dan menjalankan
tugasnya berdasarkan hukum yaitu :
Dalam negara hukum, tujuan suatu perkara adalah agar dijatuhi putusan
sesuai dengan kebenaran. Tujuan suatu perkara adalah untuk memastikan
kebenaran, maka semua pihak berhak atas pembelaan atau bantuan hukum.
Ditinjau dari sudut sejarah, pengertian Negara Hukum berbeda-beda,
berdasarkan sisitemnya diantaranya yaitu Negara Hukum Eropa Kontinental
dan Negara Hukum Anglo Saxon (Rule of Law).
1. Legislatif
2
Kompas, “Negara Hukum Eropa Kontinental”,
https://www.kompas.com/skola/read/2019/12/27/161655069/apa-itu-sistem-hukum-eropa-
kontinental?page=all, Diakses 20 Mei 2023, 17.37
4
2. Eksekutif
3. Federatif (Pertahanan Keamanan)
5
pembatasan terhadap kekuasaan secara normatif, untuk menghindari
kekuasaan yang semena-mena. Dalam hubungan inilah maka kedudukan
konstitusi sangat penting bagi kehidupan masyarakat. Oleh karena itu
lahirlah negara konstitusi yang melahirkan doktrin Rule of Law. Disinilah
kemudian Rule of Law merupakan doktrin dengan semangat dan idealisme
keadilan yang tinggi seperti supremasi hukum dan kesamaan setiap orang
di depan hukum.
6
Hal ini secara kontekstual dapat dilihat dalam Pasal 1 Amandemen
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Dalam
ketentuan tersebut disebutkan, ‘Kedaulatan berada di tangan rakyat dan
dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar’ serta ‘Negara Indonesia
adalah negara hukum’. Ini berarti bahwa penentu dalam penyelenggaraan
kekuasaan negara adalah hukum. Kedaulatan hukum merupakan suatu sifat
atau ciri hakiki negara. Negara dikatakan berdaulat atau sovereign karena
kedaulatan merupakan kekuasaan tertinggi.
3) Perlindungan Hak Asasi Manusia (Human Rights)
Negara Hukum melindungi hak asasi manusia yang dijamin oleh konstitusi
dan hukum. Negara memiliki kewajiban untuk menghormati, melindungi,
dan menegakkan hak-hak warga negara. Selain itu, Negara Hukum juga
menyediakan mekanisme hukum yang efektif untuk menegakkan hak-hak
tersebut dan memberikan akses keadilan bagi semua warga negara.
Di Indonesia, hukum perlindungan hak asasi manusia terutama diatur oleh
beberapa undang-undang dan peraturan yang menggarisbawahi pentingnya
menghormati dan melindungi hak-hak dasar setiap individu.
7
c. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM:
UU ini mengatur tentang pengadilan khusus untuk penyelesaian
pelanggaran HAM berat di Indonesia, yang dikenal sebagai Pengadilan
HAM. UU ini memberikan landasan hukum bagi pengadilan yang mandiri
dan transparan terkait dengan pelanggaran HAM.
d. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum:
UU ini memberikan jaminan akses terhadap bantuan hukum bagi setiap
individu yang membutuhkan, termasuk dalam kasus pelanggaran hak asasi
manusia.
e. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2014 tentang Perlindungan Hak Asasi
Manusia:
UU ini memberikan landasan hukum bagi perlindungan dan pemajuan hak
asasi manusia di Indonesia. UU ini mengatur tentang tugas dan wewenang
Komnas HAM, mekanisme pengaduan, perlindungan korban, dan
pemajuan hak asasi manusia di berbagai sektor, seperti pendidikan,
kesehatan, dan pekerjaan.
4) Pembatasan Kekuasaan (Power restrictions)
Salah satu ciri penting Negara Hukum adalah adanya pembatasan
kekuasaan. Negara Hukum menetapkan batasan-batasan yang jelas
terhadap kekuasaan pemerintah agar mencegah penyalahgunaan kekuasaan
dan tindakan sewenang-wenang. Prinsip checks and balances serta
pemisahan kekuasaan antara eksekutif, legislatif, dan yudikatif merupakan
wujud nyata dari pembatasan kekuasaan ini. Pembatasan kekuasaan
merujuk pada prinsip atau mekanisme yang digunakan dalam sistem
pemerintahan untuk mencegah penyalahgunaan kekuasaan oleh
pemerintah atau individu yang berwenang. Prinsip ini adalah bagian
integral dari negara hukum dan merupakan salah satu upaya untuk
menjaga keseimbangan dan keadilan dalam sistem politik.
5) Independensi Sistem Peradilan
Negara Hukum menjamin keberadaan sistem peradilan yang independen,
adil, dan objektif. Sistem peradilan yang bebas dari intervensi politik dan
8
tekanan eksternal memastikan bahwa keputusan-keputusan hukum
ditegakkan dengan adil dan berkeadilan. Hakim dan lembaga peradilan
harus memiliki otonomi dan kebebasan dalam menjalankan tugas mereka
tanpa campur tangan dari kekuasaan politik atau pihak-pihak yang
berkepentingan. Independensi sistem peradilan merupakan prasyarat
penting untuk menciptakan keadilan, perlindungan hak asasi manusia, dan
kepercayaan publik terhadap sistem peradilan. Hal ini memastikan bahwa
setiap individu, tanpa pandang bulu, dapat mengakses pengadilan yang
adil dan mendapatkan keputusan yang objektif dan berdasarkan hukum.
9
tindakan pemerintah harus didasarkan pada hukum yang berlaku, dan
prosedur hukum harus diikuti dalam setiap proses pengambilan
keputusan. Dengan demikian, kedaulatan hukum merupakan prinsip
fundamental dalam sistem hukum Indonesia yang menegaskan bahwa
hukum adalah otoritas tertinggi, pemerintah bertindak sesuai dengan
hukum, hak asasi manusia dilindungi, dan keadilan serta kepastian hukum
dijunjung tinggi.
3) Perlindungan Hak Asasi Manusia
Sebagai Negara Hukum, Indonesia memiliki kewajiban untuk melindungi
hak asasi manusia yang dijamin oleh konstitusi dan hukum. Setiap warga
negara memiliki hak yang sama di hadapan hukum, dan Negara harus
memastikan perlindungan dan penegakan hak-hak tersebut. Sistem
peradilan yang independen dan mekanisme hukum yang efektif harus
tersedia untuk menjamin keadilan bagi semua. Pentingnya perlindungan
hak asasi manusia dalam negara hukum Indonesia menunjukkan bahwa
hak-hak dasar setiap individu harus dihormati dan dilindungi oleh negara.
Hak-hak sipil, politik, ekonomi, sosial, dan budaya harus dijamin dan
diakui sebagai bagian tak terpisahkan dari martabat manusia.
4) Pembatasan Kekuasaan
Sebagai negara hukum, Indonesia memiliki pembatasan kekuasaan yang
ditetapkan dalam konstitusi dan peraturan hukum lainnya. Pembatasan ini
bertujuan untuk mencegah penyalahgunaan kekuasaan oleh pemerintah
dan melindungi hak-hak individu serta memastikan adanya keadilan
dalam sistem hukum. Berikut adalah beberapa contoh pembatasan
kekuasaan yang umum di Indonesia:
a. Konstitusi: Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945) adalah hukum
dasar tertinggi di Indonesia. UUD 1945 menetapkan pembagian
kekuasaan antara tiga cabang pemerintahan, yaitu eksekutif, legislatif,
dan yudikatif, serta memberikan hak dan kebebasan dasar kepada
warga negara.
10
b. Pengawasan legislatif: Parlemen Indonesia, yang terdiri dari Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR) dan Dewan Perwakilan Daerah (DPD),
memiliki peran penting dalam membatasi kekuasaan eksekutif. DPR
memiliki kekuasaan untuk mengawasi kebijakan pemerintah,
memberikan persetujuan atas undang-undang, serta melakukan fungsi
legislasi dan penganggaran.
c. Independensi kekuasaan yudikatif: Kekuasaan yudikatif di Indonesia
dijalankan oleh Mahkamah Agung dan lembaga peradilan lainnya.
Keputusan pengadilan harus didasarkan pada hukum dan independen
dari tekanan politik. Sistem peradilan juga memberikan hak banding
kepada pihak yang tidak puas dengan putusan pengadilan.
d. Perlindungan hak asasi manusia: Konstitusi Indonesia mengakui dan
melindungi hak asasi manusia. Kebebasan berpendapat, beragama,
berserikat, dan hak-hak dasar lainnya dijamin dan tidak boleh
dilanggar oleh pemerintah.
e. Mekanisme pengaduan dan pengawasan: Ada lembaga-lembaga
independen di Indonesia yang bertugas mengawasi dan menangani
pengaduan terkait penyalahgunaan kekuasaan, seperti Komisi
Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM), Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK), dan Ombudsman.
f. Keterbukaan informasi publik: Undang-Undang Keterbukaan
Informasi Publik memberikan akses terhadap informasi publik dan
mendorong transparansi pemerintah.
11
5) Tansparansi dan Akuntabilitas
Negara Hukum Indonesia mendorong transparansi dan akuntabilitas dalam
penyelenggaraan pemerintahan. Pemerintah harus bertanggung jawab
kepada rakyat, dan proses pengambilan keputusan serta penggunaan
sumber daya negara harus dilakukan secara terbuka, adil, dan jujur.
Mekanisme pengawasan dan pertanggungjawaban harus ada untuk
memastikan integritas dan transparansi dalam pemerintahan, sehingga
rakyat memiliki kepercayaan terhadap lembaga-lembaga negara.
Keterbukaan adalah prinsip yang menjamin transparansi dan aksesibilitas
dalam proses pembuatan kebijakan dan pengambilan keputusan.
Pemerintah harus beroperasi secara terbuka dan memberikan informasi
yang memadai kepada publik, sehingga mendorong partisipasi masyarakat
dalam proses pengambilan keputusan.
Akuntabilitas adalah prinsip yang menyatakan bahwa pemerintah dan
pejabat publik harus bertanggung jawab atas tindakan mereka. Mereka
harus mematuhi hukum, menjalankan tugas mereka dengan integritas, dan
dapat dipertanggungjawabkan jika melanggar hukum atau melakukan
penyalahgunaan kekuasaan.
Dengan demikian, transparansi dan akuntabilitas adalah prinsip kunci
dalam makna Indonesia sebagai negara hukum. Upaya terus-menerus
untuk memperkuat transparansi, meningkatkan akuntabilitas, dan
memperbaiki mekanisme pengawasan diperlukan untuk memastikan
bahwa pemerintah beroperasi secara terbuka, bertanggung jawab, dan
sesuai dengan prinsip-prinsip supremasi hukum.
6) Pembangunan Hukum
Indonesia sebagai Negara Hukum berkomitmen untuk membangun dan
mengembangkan sistem hukum yang baik dan berkualitas. Pembangunan
hukum yang berkelanjutan melibatkan penyusunan, perbaikan, dan
penyempurnaan peraturan perundang-undangan yang sesuai dengan
perkembangan masyarakat dan kebutuhan zaman. Tujuan utamanya adalah
12
menciptakan hukum yang adil, relevan, dan dapat diakses oleh semua
warga negara. Pembangunan hukum dalam konteks Indonesia sebagai
negara hukum melibatkan upaya yang berkelanjutan untuk memperkuat
dan memperbaiki sistem hukum serta memastikan kepatuhan terhadap
prinsip-prinsip negara hukum. Beberapa aspek yang terkait dengan
pembangunan hukum di Indonesia meliputi:
Pembentukan hukum yang jelas
Peningkatan akses terhadap keadilan
Penguatan lembaga penegak hukum
Perlindungan hak asasi manusia
Peningkatan koordinasi antarlembaga
Edukasi hukum dan kesadaran masyarakat
Pengawasan dan penegakan hukum yang efektif
Peningkatan kerjasama internasional
Pembangunan hukum dalam makna Indonesia sebagai negara hukum
adalah proses yang kompleks dan memerlukan upaya yang berkelanjutan.
Perbaikan terus-menerus dalam pembentukan hukum, penegakan hukum
yang adil, peningkatan akses terhadap keadilan, dan peningkatan
kesadaran hukum masyarakat adalah beberapa langkah penting dalam
memperkuat sistem hukum yang efektif dan menjunjung tinggi supremasi
hukum di Indonesia.
7) Pendidikan Hukum dan Kesadaran Hukum
Sebagai Negara Hukum, Indonesia juga penting untuk meningkatkan
pendidikan hukum dan kesadaran hukum masyarakat. Pendidikan hukum
yang berkualitas dan akses terhadap informasi hukum akan memperkuat
pemahaman masyarakat tentang hak-hak dan kewajiban mereka dalam
sistem hukum. Kesadaran hukum yang tinggi juga merupakan landasan
penting bagi terciptanya masyarakat yang patuh hukum.
Pendidikan hukum dan kesadaran hukum memiliki peran yang sangat
penting dalam memperkuat makna Indonesia sebagai negara hukum.
13
Berikut adalah penjelasan mengenai kedua aspek tersebut dalam konteks
tersebut:
Pendidikan Hukum: Pendidikan hukum berperan dalam membentuk
generasi yang memiliki pemahaman yang baik tentang hukum dan
prinsip-prinsip negara hukum. Hal ini mencakup pendidikan formal di
lembaga-lembaga pendidikan tinggi hukum, seperti fakultas hukum di
universitas, serta pendidikan non-formal melalui pelatihan, seminar, dan
program pengembangan hukum lainnya.
Pendidikan hukum yang berkualitas dapat meliputi pemahaman tentang
konstitusi, sistem hukum nasional, peraturan dan undang-undang yang
berlaku, serta prinsip-prinsip negara hukum. Melalui pendidikan hukum
yang baik, para calon profesional hukum, seperti pengacara, hakim,
jaksa, dan penegak hukum lainnya, dapat memperoleh pengetahuan,
keterampilan, dan etika yang diperlukan untuk menjalankan tugas
mereka secara profesional dan sesuai dengan prinsip-prinsip negara
hukum.
Kesadaran Hukum: Kesadaran hukum merujuk pada pemahaman dan
kesadaran individu dan masyarakat tentang hak, kewajiban, dan proses
hukum. Kesadaran hukum yang tinggi penting bagi masyarakat dalam
menjalani kehidupan sehari-hari dan berpartisipasi dalam pembangunan
negara yang berlandaskan hukum.
Dengan meningkatnya kesadaran hukum, masyarakat dapat lebih aktif
dan responsif terhadap hak-hak mereka dan memiliki pemahaman yang
lebih baik tentang proses hukum yang ada. Kesadaran hukum juga
dapat mendorong partisipasi publik dalam pembuatan kebijakan,
pemantauan terhadap penegakan hukum, serta penegakan dan
perlindungan hak asasi manusia.
Pendidikan hukum dan kesadaran hukum saling berkaitan dan saling
memperkuat. Pendidikan hukum yang baik dapat membantu meningkatkan
kesadaran hukum masyarakat, sementara kesadaran hukum yang tinggi
dapat memicu permintaan akan pendidikan hukum yang lebih baik.
14
Dalam konteks Indonesia sebagai negara hukum, pendidikan hukum yang
berkualitas dan peningkatan kesadaran hukum di masyarakat sangat
penting untuk menciptakan warga negara yang sadar akan hak-hak dan
kewajiban mereka, serta mampu berkontribusi secara aktif dalam
pembangunan negara yang berlandaskan hukum. Pemerintah, lembaga
pendidikan, dan masyarakat sipil perlu bekerja sama untuk memperkuat
pendidikan hukum dan meningkatkan kesadaran hukum melalui program-
program pendidikan, kampanye sosialisasi, dan upaya kolaboratif untuk
meningkatkan pemahaman dan penerapan hukum di semua lapisan
masyarakat.
2.3.1 Konsep Negara Hukum Indonesia dalam UUD 1945 (kurun waktu
pertama)
Pada Pembukaan UUD 1945 yang ditetapkan oleh PPKI pada 18
Agustus 1945 memuat Paragraf yang mengatur konsep bernegara yang
berbunyi: “Kemoedian dari pada itoe oentoek membentoek suatoe
Pemerintah negara Indonesia jang melindoengi segenap bangsa
Indonesia dan seloeroeh toempah darah Indonesia dan oentoek
memadjoekan kesedjahteraan oemoem, mencerdaskan kehidoepan
bangsa, dan ikoet melaksanakan ketertiban doenia jang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disoesoenlah
Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itoe dalam soeatoe
OendangOendang Dasar Negara Indonesia, jang terbentoek dalam
soeatoe soesoenan 8 UUDS ini berlaku berdasarkan UndangUndang
Republik Serikat Nomor 7 Tahun 1950 Tentang Perubahan Konstitusi
Sementara Republik Indonesia Serikat Mendjadi Undang-Undang Dasar
Sementara Republik Indonesia. Negara Republik Indonesia jang
berkedaoelatan rakjat dengan berdasarkan kepada Ketoehanan Jang
Maha Esa, Kemanoesiaan Jang Adil dan Beradab, Persatoean Indonesia
dan Kerakjatan jang dipimpin oleh hikmat kebidjaksanaan dalam
Permoesyawaratan/ Perwakilan, serta dengan mewoedjoedkan soeatoe
15
Keadilan sosial bagi seloeroeh rakjat Indonesia” 4. Adapun mengenai
ketentuan bernegara Indonesia yang berdasarkan hukum, UUD 1945
(kurun waktu pertama) tidak menyebutkannya dalam Pasal-Pasal 5.Aturan
mengenai hal ini diatur dalam Penjelasan Otentik UUD 1945 yang
berbunyi: “Negara Indonesia berdasar atas Hoekoem (Rechstaat), tidak
berdasarkan atas kekoesaan belaka (Machstaat)6.
4
Lihat RM. A.B Kusuma, Lahirnya Undang-Undang Dasar 1945 -Memuat Salinan Dokumen Otentik
Badan Oentoek Menyelidiki Oesaha-Oesaha Persiapan Kemerdekaan-, (Jakarta: Fakultas Hukum
Universitas Indonesia, 2009), hlm. 591.
5
Pada masa kurun waktu pertama, Bagian Pasal-Pasal dalam UUD 1945 disebut Batang Tubuh
6
Lihat RM. A.B Kusuma, Lahirnya Undang-Undang Dasar 1945. Op.Cit., hlm. 598.
16
2.3.2 Konsep Negara Hukum Indonesia dalam KRIS 1945
Pada Mukaddimah KRIS 1949 memuat Paragraf yang mengatur
konsep penyelenggaraan negara berdasarkan hukum yang berbunyi:7
7
Ibid., hlm. 605. Lihat juga dalam ejaan baru, dalam Moh. Mahfud MD, Demokrasi dan Konstitusi
di Indonesia, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), hlm. 204
17
“Setiap orang jang ada didaerah Negara harus patuh kepada Undang-
undang, termasuk aturan2 hukum jang tak tertulis, dan kepada penguasa
yang sah dan yang bertindak sah”.8
Secara redaksional klausul cita negara hukum dalam UUDS 1950 masih
sama dengan KRIS 1949 yakni “Negara-hukum Indonesia Merdeka jang
berdaulat sempurna”. Namun dalam penjabaran Pasalnya disebutkan sebuah
bentuk konsepsi bernegara yang berbeda sesuai dengan semangat zaman
untuk mengembalikan bentuk negara kepada kesatuan, hal ini sebagaimana
disebutkan dalam Pasal 1 ayat (1) “Republik Indonesia jang merdeka dan
berdaulat ialah suatu negarahukum jang demokratis dan berbentuk
kesatuan”. Klausa ini berubah seiring perubahan bentuk negara dari federasi
kepada kesatuan.
8
Pasal 31 KRIS
18
membentuk negara hukum yang demokratis, namun dalam pengaturan
konsepsi implementasinya masih menunjuk kepatuhan yang dilakukan oleh
‘setiap orang dalam Negara Indonesia’ disamping kepada Undang-Undang
sebagai suatu produk hukum juga kepada penguasa, dalam hal ini
pemerintah. Sehingga dapat diartikan bahwa meski Undang-Undang tidak
dapat dikatakan mewakili hukum sebagai ruh cita mewujudkan negara
hukum, namun kepatuhan terhadapnya menjadi salah satu tolok ukur
perwujudan semangat negara hukum.
2.3.4 Konsep Negara Hukum Indonesia dalam UUD 1945 Pasca Perubahan
Perubahan UUD 1945 pada 1999-2002 diawali dengan konsensus
tentang hal-hal yang tidak akan diubah dari UUD, diantaranya adalah
Pembukaan/ Preambule yang tetap dipelihara sesuai dengan teks asli.
Sehingga cita bernegara yang dituangkan dalam Alenia IV Pembukaan UUD
tidak diubah dengan tetap berbunyi: “Kemudian dari pada itu untuk
membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan
Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia, yang
terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang
berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan kepada Ketuhanan Yang Maha
19
Esa, Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia dan
Kerakyatan yang dipimpino oleh hikmat kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu Keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
20
3) Legalitas dalam arti hukum, yaitu bahwa baik pemerintah/negara maupun
warga negara dalam bertindak harus berdasar atas dan melalui hukum.
21
pikiran pertama Pembukaan UUD1945. Berdasarkan pendapat Soepomo
tersebut, dapat diketahui bahwa latar belakang penentuan konsep negara
hukum didahului dengan penentuan cita bernegara, yaitu cita negara
integralistik, atau dalam istilah A. Hamid S. Attamimi 11diganti dengan ‘cita
negara kekeluargaan’/cita negara persatuan’. Maka dapatlah disimpulkan
bahwa konsep negara hukum sebagaimana tercantum dalam ketentuan Pasal
1 ayat (3) terkait erat dengan negara kesejahteran (welvaarstaat) atau paham
negara hukum materiil sesuai dengan bunyi alenia keempat. Dalam hal ini,
paham negara hukum tidak hanya mencakup penyelenggaraan negara saja,
melainkan juga menyentuh kehidupan berbangsa dan bermasyarakat 12.17
Oleh karena itu dalam tataran implementasinya, semakin aktif negara dalam
melaksanaan konsep negara hukum akan mendukung dan mempercepat
terwujudnya negara kesejahteraan di Indonesia. Sebaliknya, implementasi
konsep negara hukum yang tidak sempurna atau setengah-setengah
11
Attamimi, Hamid S., Peranan Keputusan Presiden Republik Indonesia dalam Penyelenggaraaan
Pemerintahan Negara: Studi Analisis mengenai Keputusan Presiden yang berfungsi Pengaturan
dalam kurun Pelita I – Pelita IV, Disertasi Doktor Ilmu Hukum Tata Negara, Fakultas Pasca
Sarjana, Universitas Indonesia, 1991.
12
Lihat Panduan Pemasyarakatan UUD 1945, cetakan kelima, (Jakarta: Sekretariat Jenderal MPR
RI, 2008), hlm. 46
22
BAB III
PENJUTUP
3.1 KESIMPULAN
Konsep negara hukum yang dianut dalam UUD 1945 adalah negara
hukum yang aktif/dinamis. Model negara hukum seperti ini menjadikan
negara sebagai pihak yang aktif berorientasi pada pemenuhan dan perwujudan
kesejahteraan rakyat sesuai dengan prinsip welvaarstaat¸yang merupakan
kebalikan konsp dan prinsip dari nachtwachternstaat atau negara penjaga
malam. Sebab ciri yang melekat pada negara hukum Indonesia sejalan dengan
tujuan berdirinya negara Indonesia, yaitu Perlindungan terhadap segenap
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia; Pemajuan
kesejahteraan umum; Pencerdasan kehidupan bangsa; dan Keikutsertaan
dalam memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial. Disamping itu, konsep negara hukum
Indonesia juga dipengaruhi oleh Pancasila sebagai kumpulan nilai-nilai dasar
yang diakui Bersama bangsa Indonesia, dan menjadi landasan praktek
kedaulatan rakyat, yakni Ketuhanan Yang Maha Esa; Kemanusiaan Yang Adil
dan Beradab; Persatuan Indonesia dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan; serta Keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia. Dengan demikian, negara hukum Indonesia yang
dijalankan haruslah senantiasa memperhatikan aspek ketuhanan,
kemanusiaan, persatuan, permusyawaratan dan keadilan.
3.2 SARAN
Merujuk pada pendapat Hamid S. Attamimi yang menyarikan
pendapat Soepomo atas paham negara integralistik, menunjukkan bahwa
konsep negara hukum yang diberlakukan di Indonesia harus sejalan dengan
cita memelihara persatuan bangsa. Maka akan cukup mudah untuk melakukan
penilaian apakah implementasi konsep negara hukum di Indonesia sudah
23
berjalan dengan baik atau belum, yaitu dengan melihat kesejajaran
prakteknya dengan ketercapaian integritas bangsa Indonesia. Dengan
demikian, arah perwujudan konsep negara hukum Indonesia hendaknya
mengupayakan kesejahteraan rakyat sebagaimana dicantumkan dalam
Pembukaan UUD 1945, dengan tetap memelihara integritas bangsa dalam
NKRI.
24
DAFTAR PUSTAKA
Sayap Bening, 12 Oktober 2021 Pandangan Plato Tentang Negara Hukum, Diakases 20
Mei 2023 https://bantuanhukum-sbm.com/artikel-pandangan-plato-tentang-negara-
hukum
Kompas, 27 Desember 2019, Apa itu sistem hukum Eropa Kontinental , Diakses 20 Mei
2023, https://www.kompas.com/skola/read/2019/12/27/161655069/apa-itu-sistem-
hukum-eropa-kontinental?page=all,
Hukum Online.com, 7 April 2023, Konsep Rule of Law dan Penerapannya di Indonesia,
jurnal.fh.unila.ac.id/index.php/fiat/article/view/56
Jimly Asshiddiqie. (2019). Negara Hukum: Konstitusi dan Keadilan Sosial. Jakarta: Sinar
Grafika.
Yuliandri. (2016). Negara Hukum dan Hak Asasi Manusia di Indonesia. Bandung: PT.
Refika Aditama.
Mahfud MD. (2018). Hukum Tata Negara Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika.
25