Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

NEGARA HUKUM

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Kewarganegaraan

Dosen Pengampu : Anthon Fathanudien, SH, MH

Disusun Oleh : Kelompok 1


1. Adlia Dwi Kurnia 20220610081
2. Anggi Rahimatuloh 20220610162
3. Linda Handayani 20220610090
4. Maya Maria Marwah 20220610120
5. Sella Susanti 20220610144
6. Tita Tri Lestari 20220610135

Kelas: AKUNC-2022-02

PRODI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS KUNINGAN
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat,berkah dan kasih karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah tentang “Negara Hukum” ini dengan sebaik-baiknya. Adapun tujuan
penulisan makalah ini bermaksud untuk memenuhi tugas mata kuliah
Kewarganegaraan yang dibimbing oleh Bapak Anthon Fathanudien, SH, MH Pada
kesempatan ini penulis juga ingin menyampaikan terimakasih kepada Bapak
Anthon Fathanudien, SH, MH selaku dosen karena telah memberikan tugas ini
sehingga membuat penulis termotivasi dan dapat menyelesaikan tugas ini.

Harapan penulis semoga tugas ini dapat bermanfaat dan membantu


sumbang fikiran bagi pihak yang membutuhkannya dan juga semoga menambah
wawasan serta pengertahuan bagi para pembaca,sehingga penulis dapat
memperbaiki bentuk maupun isi tugas yang sederhana ini sehingga kedepannya
dapat lebih baik.

Akhirnya walaupun dalam pembuatan makalah ini penulis telah berusaha


semaksimal mungkin. namum, penulis menyadari masih banyak kekurangan
dalam berbagai hal,untuk itu penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya dan
penulis juga berharap pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang
membangun demi perbaikan dan penyempurnaan dimasa yang akan datang.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................i

DAFTAR ISI........................................................................................................................ii

BAB I...................................................................................................................................1

PENDAHULUAN...............................................................................................................1

1.1 Latar Belakang...........................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah......................................................................................................1

1.3 Tujuan.........................................................................................................................2

BAB II..................................................................................................................................3

PEMBAHASAN..................................................................................................................3

2.1 Pengertian Negara Hukum.........................................................................................3

2.2 Ciri-ciri Negara Hukum.............................................................................................5

2.3 Makna Indonesia sebagai Negara Hukum.................................................................8

2.3.1 Konsep Negara Hukum Indonesia dalam UUD 1945 (kurun waktu pertama). 14

2.3.2 Konsep Negara Hukum Indonesia dalam KRIS 1945......................................16

2.3.3 Konsep Negara Hukum Indonesia dalam UUD 1950.......................................17

2.3.4 Konsep Negara Hukum Indonesia dalam UUD 1945 Pasca Perubahan...........18

BAB III..............................................................................................................................22

PENJUTUP........................................................................................................................22

3.1 KESIMPULAN........................................................................................................22

3.2 SARAN....................................................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................23

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Negara menurut Aristoteles yaitu sekumpulan keluarga dan desa guna
memperoleh kehidupan yang lebih baik. Istilah Negara Hukum baru dikenal
pada Abad XIX tetapi konsep Negara Hukum telah lama ada dan
berkembang. Dimulai dari zaman Plato hingga kini, konsepsi Negara Hukum
telah banyak mengalami perubahan yang mengilhami para filsuf dan para
pakar hukum untuk merumuskan apa yang dimaksud dengan Negara Hukum
dan hal-hal apa saja yang harus ada dalam konsep Negara Hukum.

Pemerintahan berberdasarkan hukum adalah suatu prinsip yang


menyatakan bahwa hukum adalah otoritas tertinggi dan bahwa semua warga
negara termasuk para pejabat dan pemerintah tunduk pada hukum, dianggap
sama di mata hukum dan sama-sama berhak atas perlindungannya. Dalam
tradisi negara liberal dikatakan bahwa kebebasan sipil dan hak-hak sipil (yang
mencakup kebebasan berpikir dan berpendapat, kebebasan berkumpul dan
berserikat, kebebasan beragama serta kebebasan pers) akan sulit diwujudkan
jika hukum disebuah negara tidak diberlakukan secara tegas dan pada semua
orang, termasuk pejabat pemerintah.

Dengan demikian, perbedaan yang kuat dan lemah tidak lagi


memainkan peran. Orang dapat memperoleh apa yang menurut hukum
menjadi haknya, entah dia kuat ataupun lemah. Secara sederhana , supremasi
hukum bisa dikatakan bahwa kekuasaan pihak yang kuat diganti dengan
kekuasaan berdasarkan keadilan dan rasional.

1.2 Rumusan Masalah


A. Apa pengertian Negara Hukum?
B. Apa saja ciri-ciri Negara Hukum?

1
C. Apa konsep Negara Hukum Indonesia?
D. Apa makna Indonesia sebagai Negara Hukum?

1.3 Tujuan
A. Untuk menambah pengetahuan tentang Negara Hukum
B. Untuk mengetahui apa ciri-ciri Negara Hukum.
C. Untuk mengetahui konsep Negara Hukum
D. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Kewarganegaraan

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Negara Hukum


Negara hukum (rechtstaat) adalah negara yang berlandaskan pada peraturan
hukum yang bertujuan menjamin keadilan untuk seluruh warga negara yang hidup di
dalamnya.

1. Menurut Johan Nasution, negara hukum adalah sebuah negara yang


penyelenggaraan kekuasaan pemerintahannya didasarkan atas hukum.

2. Menurut Jimly Asshiddiqie, negara hukum adalah bentuk negara yang unik
karena seluruh kehendak didasarkan atas hukum.

3. Menurut F.R Bothlingk, negara hukum adalah negara, dimana kebebasan


kehendak pemegang kekuasaan dibatasi oleh suatu kehendak hukum

Gagasan mengenai Negara Hukum telah muncul sejak masa Plato dan
Aristoteles. Para filsuf tersebut masih mendefinisikan negara hukum dikaitkan
dengan negara kota (polis). Aristoteles berpendapat bahwa negara hukum itu
timbul dari polis yang mempunyai wilayah negara kecil, seperti kota dan
berpenduduk1.

Di dalam polis itu segala urusan dilakukan dengan musyawarah, dimana


seluruh warga negaranya ikut serta dalam urusan negara. Pemikiran manusia
tentang negara hukum mulai berkembang sejak abad XIX s.d abad XX. Arti
negara hukum pada hakikatnya berasal dari teori kedaulatan hukum. Teori
kedaulatan hukum menghendaki kekuasaan tertinggi di sebuah negara adalah
hukum dan hukum disebut sebagai panglima, oleh sebab itu setiap aktivitas
penguasa termasuk warga negaranya harus tunduk dan patuh pada aturan
hukum.

1
Sayap Bening, “Pengertian Negara Hukum”, https://bantuanhukum-sbm.com/artikel-pandangan-
plato-tentang-negara-hukum, Diakses 20 Mei 2023 17.31

3
Ada empat alasan mengapa negara menyelenggarakan dan menjalankan
tugasnya berdasarkan hukum yaitu :

1. Demi kepastian hukum


2. Tuntutan perlakuan yang sama
3. Mengutamakan demokrasi
4. Tuntutan akal budi

Dalam negara hukum, tujuan suatu perkara adalah agar dijatuhi putusan
sesuai dengan kebenaran. Tujuan suatu perkara adalah untuk memastikan
kebenaran, maka semua pihak berhak atas pembelaan atau bantuan hukum.
Ditinjau dari sudut sejarah, pengertian Negara Hukum berbeda-beda,
berdasarkan sisitemnya diantaranya yaitu Negara Hukum Eropa Kontinental
dan Negara Hukum Anglo Saxon (Rule of Law).

A. Negara Hukum Eropa Kontinental

Negara Hukum Eropa Kontinental ini dipelopori oleh Immanuel


Kant. Tujuan negara hukum menurut Kant adalah menjamin kedudukan
hukum dari individu-individu dalam masyarakat. 2Konsep negara hukum
ini dikenal dengan negara hukum liberal atau negara hukum dalam arti
sempit atau “nachtwakerstaat”. Dikatakan negara hukum liberal karena
Kant dipengaruhi oleh paham liberal yang menentang kekuasaan absolute
raja pada waktu itu. Dikatakan negara hukum dalam arti sempit karena
pemerintah hanya bertugas dan mempertahankan hukum dengan maksud
menjamin serta melindungi kaum Boujuis (tuan tanah) artinya hanya
ditujukan pada kelompok tertentu saja. Dikatakan Nechtwakerstaat
(Negara Penjaga Malam) karena negara hanya berfungsi menjamin dan
menjaga keamanan sebagaimana pendapat John Locke mengenai fungsi
negara yaitu :

1. Legislatif
2
Kompas, “Negara Hukum Eropa Kontinental”,
https://www.kompas.com/skola/read/2019/12/27/161655069/apa-itu-sistem-hukum-eropa-
kontinental?page=all, Diakses 20 Mei 2023, 17.37

4
2. Eksekutif
3. Federatif (Pertahanan Keamanan)

B. Negara Hukum Anglo Saxon (Rule of Law)

Negara Anglo Saxon tidak mengenal negara hukum atau rechtstaat,


tetapi mengenal atau menganut apa yang disebut dengan “The Rule of
Law”3 atau Pemerintahan oleh Hukum.

Rule of Law (Rol) adalah sebuah konsep hukum yang


sesungguhnya lahir dari sebuah bentuk protes terhadap sebuah kekuasaan
yang absolute disebuah negara. Dalam rangka membatasi kekuasaan yang
absolute tersebut maka diperlukan pembatasan-pembatasan terhadap
kekuasaan itu, sehingga kekuasaan tersebut ditata agar tidak melanggar
kepentingan asasi dari masyarakat, dengan demikian masyarakat terhindar
dari tindakan-tindakan melawan hukum yang dilakukan oleh penguasa.

Rule of Law pada hakekatnya adalah memposisikan hukum sebagai


landasan bertindak dari seluruh elemen bangsa dalam sebuah negara. Rule
of Law dapat dilakasanakan dengan menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia
karena salah satu ciri dari Rule of Law (negara hukum) adalah
terlindunginya Hak Asasi Manusia di negara yang bersangkutan.

Rule of Law lahir dengan semangat yang tinggi bersama-sama


dengan demokrasi, parlemen dan sebagainya. Kemudian Rule of Law
mengambil alih akomodasi yang dimiliki ancient regime yang terdiri dari
golongan-golongan ningrat, prajurit dan kerajaan. Munculnya keinginan
untuk melakukan pembatasan yuridis (mennurut hukum/secara hukum)
terhadap kekuasaan, pada dasarnya disebabkan oleh politik kekuasaan
yang cenderung korup. Hal ini dikhawatirkan akan menjauhkan fungsi dan
peran negara bagi kehidupan dan masyarakat. Atas dasar pengertian
tersebut maka terdapat keinginan yang sangat besar untuk melakukan
3
Hukum Online, “Negara Hukum Anglo Saxon (Rule of Law)”,
https://www.hukumonline.com/klinik/a/konsep-irule-of-law-i-dan-penerapannya-di-indonesia-
lt624ebfa5a3b7e/, Di Akses 20 Mei 2023, 17.42

5
pembatasan terhadap kekuasaan secara normatif, untuk menghindari
kekuasaan yang semena-mena. Dalam hubungan inilah maka kedudukan
konstitusi sangat penting bagi kehidupan masyarakat. Oleh karena itu
lahirlah negara konstitusi yang melahirkan doktrin Rule of Law. Disinilah
kemudian Rule of Law merupakan doktrin dengan semangat dan idealisme
keadilan yang tinggi seperti supremasi hukum dan kesamaan setiap orang
di depan hukum.

2.2 Ciri-ciri Negara Hukum


Negara hukum (rule of law) adalah konsep yang mengacu pada sistem
pemerintahan di mana hukum berlaku sebagai landasan utama dalam
mengatur kehidupan sosial, politik, dan ekonomi. Berikut adalah beberapa
ciri-ciri negara hukum:

1) Supremasi Hukum (Rule of Law)


Salah satu ciri utama Negara Hukum adalah supremasi hukum, di mana
hukum berada di atas semua individu, lembaga, dan pemerintah. Tidak ada
orang atau kelompok yang dikecualikan dari hukum, termasuk pemerintah
itu sendiri. Hukum harus menjadi acuan utama dalam semua tindakan
pemerintah dan warga negara.
Ini berarti hukum memegang kedudukan tertinggi dalam penyelenggaraan
suatu negara hukum. Supremasi hukum bertujuan agar hukum dapat
melindungi seluruh warga masyarakat tanpa ada intervensi dari pihak
mana pun dengan cara menegakkan dan menempatkan hukum di posisi
tertinggi.
2) Kedaulatan Hukum (Nomokrasi)
Negara Hukum menjunjung tinggi prinsip kedaulatan hukum, yang berarti
bahwa semua tindakan pemerintah harus didasarkan pada hukum yang
berlaku. Pemerintah tidak boleh bertindak di luar batas-batas yang
ditentukan oleh hukum, dan prosedur hukum harus diikuti dalam
pengambilan keputusan dan tindakan pemerintah.

6
Hal ini secara kontekstual dapat dilihat dalam Pasal 1 Amandemen
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Dalam
ketentuan tersebut disebutkan, ‘Kedaulatan berada di tangan rakyat dan
dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar’ serta ‘Negara Indonesia
adalah negara hukum’. Ini berarti bahwa penentu dalam penyelenggaraan
kekuasaan negara adalah hukum. Kedaulatan hukum merupakan suatu sifat
atau ciri hakiki negara. Negara dikatakan berdaulat atau sovereign karena
kedaulatan merupakan kekuasaan tertinggi.
3) Perlindungan Hak Asasi Manusia (Human Rights)
Negara Hukum melindungi hak asasi manusia yang dijamin oleh konstitusi
dan hukum. Negara memiliki kewajiban untuk menghormati, melindungi,
dan menegakkan hak-hak warga negara. Selain itu, Negara Hukum juga
menyediakan mekanisme hukum yang efektif untuk menegakkan hak-hak
tersebut dan memberikan akses keadilan bagi semua warga negara.
Di Indonesia, hukum perlindungan hak asasi manusia terutama diatur oleh
beberapa undang-undang dan peraturan yang menggarisbawahi pentingnya
menghormati dan melindungi hak-hak dasar setiap individu.

Berikut adalah beberapa UU hukum Indonesia yang berkaitan dengan


perlindungan hak asasi manusia:

a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945:


Pasal 28B sampai dengan 28J mengatur tentang hak asasi manusia,
termasuk hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak atas kebebasan
berpendapat, hak atas kebebasan beragama, hak atas kebebasan berserikat,
hak atas pekerjaan, dan hak atas pendidikan.
b. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia:
UU ini menetapkan perlindungan dan pemajuan hak asasi manusia di
Indonesia. UU ini mengatur tentang hak-hak sipil dan politik, hak-hak
ekonomi, sosial, dan budaya, serta pembentukan Komisi Nasional Hak
Asasi Manusia (Komnas HAM) sebagai lembaga independen yang
bertugas dalam pengawasan dan pemajuan hak asasi manusia di Indonesia.

7
c. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM:
UU ini mengatur tentang pengadilan khusus untuk penyelesaian
pelanggaran HAM berat di Indonesia, yang dikenal sebagai Pengadilan
HAM. UU ini memberikan landasan hukum bagi pengadilan yang mandiri
dan transparan terkait dengan pelanggaran HAM.
d. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum:
UU ini memberikan jaminan akses terhadap bantuan hukum bagi setiap
individu yang membutuhkan, termasuk dalam kasus pelanggaran hak asasi
manusia.
e. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2014 tentang Perlindungan Hak Asasi
Manusia:
UU ini memberikan landasan hukum bagi perlindungan dan pemajuan hak
asasi manusia di Indonesia. UU ini mengatur tentang tugas dan wewenang
Komnas HAM, mekanisme pengaduan, perlindungan korban, dan
pemajuan hak asasi manusia di berbagai sektor, seperti pendidikan,
kesehatan, dan pekerjaan.
4) Pembatasan Kekuasaan (Power restrictions)
Salah satu ciri penting Negara Hukum adalah adanya pembatasan
kekuasaan. Negara Hukum menetapkan batasan-batasan yang jelas
terhadap kekuasaan pemerintah agar mencegah penyalahgunaan kekuasaan
dan tindakan sewenang-wenang. Prinsip checks and balances serta
pemisahan kekuasaan antara eksekutif, legislatif, dan yudikatif merupakan
wujud nyata dari pembatasan kekuasaan ini. Pembatasan kekuasaan
merujuk pada prinsip atau mekanisme yang digunakan dalam sistem
pemerintahan untuk mencegah penyalahgunaan kekuasaan oleh
pemerintah atau individu yang berwenang. Prinsip ini adalah bagian
integral dari negara hukum dan merupakan salah satu upaya untuk
menjaga keseimbangan dan keadilan dalam sistem politik.
5) Independensi Sistem Peradilan
Negara Hukum menjamin keberadaan sistem peradilan yang independen,
adil, dan objektif. Sistem peradilan yang bebas dari intervensi politik dan

8
tekanan eksternal memastikan bahwa keputusan-keputusan hukum
ditegakkan dengan adil dan berkeadilan. Hakim dan lembaga peradilan
harus memiliki otonomi dan kebebasan dalam menjalankan tugas mereka
tanpa campur tangan dari kekuasaan politik atau pihak-pihak yang
berkepentingan. Independensi sistem peradilan merupakan prasyarat
penting untuk menciptakan keadilan, perlindungan hak asasi manusia, dan
kepercayaan publik terhadap sistem peradilan. Hal ini memastikan bahwa
setiap individu, tanpa pandang bulu, dapat mengakses pengadilan yang
adil dan mendapatkan keputusan yang objektif dan berdasarkan hukum.

2.3 Makna Indonesia sebagai Negara Hukum


Indonesia merupakan Negara Hukum, yang ditegaskan dalam Pasal 1 Ayat
(3) Undang-Undang Dasar 1945. Indonesia sebagai negara hukum adalah
konsep yang mendasar dan fundamental dalam sistem pemerintahan
Indonesia. Makna dari Indonesia sebagai negara hukum meliputi prinsip-
prinsip yang menggarisbawahi pentingnya supremasi hukum, perlindungan
hak asasi manusia, keterbukaan, akuntabilitas, keadilan, dan penegakan
hukum yang adil dan merata.

1) Supremasi Hukum (Rule of Law)


Hukum merupakan sumber tertinggi yang mengatur kehidupan negara dan
seluruh warga negara Indonesia. Hukum harus dijunjung tinggi dan
menjadi acuan utama dalam setiap tindakan pemerintah dan warga negara.
Tidak ada kekuatan yang dapat melampaui hukum, termasuk pemerintah.
Artinya, tidak ada pihak yang dikecualikan dari kepatuhan terhadap
hukum, dan semua tindakan harus sesuai dengan hukum yang berlaku.
Dengan demikian, supremasi hukum adalah ‘dasar’ dari sistem ‘hukum’
yang demokratis dan melindungi hak-hak individu serta memastikan
keadilan dan kestabilan dalam suatu negara.
2) Kedaulatan Hukum
Pemerintah Indonesia bertindak berdasarkan hukum dan tidak boleh
bertindak di luar batas-batas yang ditentukan oleh hukum. Keputusan dan

9
tindakan pemerintah harus didasarkan pada hukum yang berlaku, dan
prosedur hukum harus diikuti dalam setiap proses pengambilan
keputusan. Dengan demikian, kedaulatan hukum merupakan prinsip
fundamental dalam sistem hukum Indonesia yang menegaskan bahwa
hukum adalah otoritas tertinggi, pemerintah bertindak sesuai dengan
hukum, hak asasi manusia dilindungi, dan keadilan serta kepastian hukum
dijunjung tinggi.
3) Perlindungan Hak Asasi Manusia
Sebagai Negara Hukum, Indonesia memiliki kewajiban untuk melindungi
hak asasi manusia yang dijamin oleh konstitusi dan hukum. Setiap warga
negara memiliki hak yang sama di hadapan hukum, dan Negara harus
memastikan perlindungan dan penegakan hak-hak tersebut. Sistem
peradilan yang independen dan mekanisme hukum yang efektif harus
tersedia untuk menjamin keadilan bagi semua. Pentingnya perlindungan
hak asasi manusia dalam negara hukum Indonesia menunjukkan bahwa
hak-hak dasar setiap individu harus dihormati dan dilindungi oleh negara.
Hak-hak sipil, politik, ekonomi, sosial, dan budaya harus dijamin dan
diakui sebagai bagian tak terpisahkan dari martabat manusia.
4) Pembatasan Kekuasaan
Sebagai negara hukum, Indonesia memiliki pembatasan kekuasaan yang
ditetapkan dalam konstitusi dan peraturan hukum lainnya. Pembatasan ini
bertujuan untuk mencegah penyalahgunaan kekuasaan oleh pemerintah
dan melindungi hak-hak individu serta memastikan adanya keadilan
dalam sistem hukum. Berikut adalah beberapa contoh pembatasan
kekuasaan yang umum di Indonesia:
a. Konstitusi: Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945) adalah hukum
dasar tertinggi di Indonesia. UUD 1945 menetapkan pembagian
kekuasaan antara tiga cabang pemerintahan, yaitu eksekutif, legislatif,
dan yudikatif, serta memberikan hak dan kebebasan dasar kepada
warga negara.

10
b. Pengawasan legislatif: Parlemen Indonesia, yang terdiri dari Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR) dan Dewan Perwakilan Daerah (DPD),
memiliki peran penting dalam membatasi kekuasaan eksekutif. DPR
memiliki kekuasaan untuk mengawasi kebijakan pemerintah,
memberikan persetujuan atas undang-undang, serta melakukan fungsi
legislasi dan penganggaran.
c. Independensi kekuasaan yudikatif: Kekuasaan yudikatif di Indonesia
dijalankan oleh Mahkamah Agung dan lembaga peradilan lainnya.
Keputusan pengadilan harus didasarkan pada hukum dan independen
dari tekanan politik. Sistem peradilan juga memberikan hak banding
kepada pihak yang tidak puas dengan putusan pengadilan.
d. Perlindungan hak asasi manusia: Konstitusi Indonesia mengakui dan
melindungi hak asasi manusia. Kebebasan berpendapat, beragama,
berserikat, dan hak-hak dasar lainnya dijamin dan tidak boleh
dilanggar oleh pemerintah.
e. Mekanisme pengaduan dan pengawasan: Ada lembaga-lembaga
independen di Indonesia yang bertugas mengawasi dan menangani
pengaduan terkait penyalahgunaan kekuasaan, seperti Komisi
Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM), Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK), dan Ombudsman.
f. Keterbukaan informasi publik: Undang-Undang Keterbukaan
Informasi Publik memberikan akses terhadap informasi publik dan
mendorong transparansi pemerintah.

Pembatasan kekuasaan ini dirancang untuk memastikan bahwa


pemerintah beroperasi dalam batas-batas yang ditetapkan oleh hukum
dan menjalankan tugasnya dengan memperhatikan prinsip-prinsip
keadilan, demokrasi, dan supremasi hukum. Namun, implementasi
pembatasan kekuasaan ini terus menjadi tantangan dan sering kali
memerlukan upaya yang lebih besar untuk memastikan kepatuhan
terhadap prinsip negara hukum.

11
5) Tansparansi dan Akuntabilitas
Negara Hukum Indonesia mendorong transparansi dan akuntabilitas dalam
penyelenggaraan pemerintahan. Pemerintah harus bertanggung jawab
kepada rakyat, dan proses pengambilan keputusan serta penggunaan
sumber daya negara harus dilakukan secara terbuka, adil, dan jujur.
Mekanisme pengawasan dan pertanggungjawaban harus ada untuk
memastikan integritas dan transparansi dalam pemerintahan, sehingga
rakyat memiliki kepercayaan terhadap lembaga-lembaga negara.
Keterbukaan adalah prinsip yang menjamin transparansi dan aksesibilitas
dalam proses pembuatan kebijakan dan pengambilan keputusan.
Pemerintah harus beroperasi secara terbuka dan memberikan informasi
yang memadai kepada publik, sehingga mendorong partisipasi masyarakat
dalam proses pengambilan keputusan.
Akuntabilitas adalah prinsip yang menyatakan bahwa pemerintah dan
pejabat publik harus bertanggung jawab atas tindakan mereka. Mereka
harus mematuhi hukum, menjalankan tugas mereka dengan integritas, dan
dapat dipertanggungjawabkan jika melanggar hukum atau melakukan
penyalahgunaan kekuasaan.
Dengan demikian, transparansi dan akuntabilitas adalah prinsip kunci
dalam makna Indonesia sebagai negara hukum. Upaya terus-menerus
untuk memperkuat transparansi, meningkatkan akuntabilitas, dan
memperbaiki mekanisme pengawasan diperlukan untuk memastikan
bahwa pemerintah beroperasi secara terbuka, bertanggung jawab, dan
sesuai dengan prinsip-prinsip supremasi hukum.
6) Pembangunan Hukum
Indonesia sebagai Negara Hukum berkomitmen untuk membangun dan
mengembangkan sistem hukum yang baik dan berkualitas. Pembangunan
hukum yang berkelanjutan melibatkan penyusunan, perbaikan, dan
penyempurnaan peraturan perundang-undangan yang sesuai dengan
perkembangan masyarakat dan kebutuhan zaman. Tujuan utamanya adalah

12
menciptakan hukum yang adil, relevan, dan dapat diakses oleh semua
warga negara. Pembangunan hukum dalam konteks Indonesia sebagai
negara hukum melibatkan upaya yang berkelanjutan untuk memperkuat
dan memperbaiki sistem hukum serta memastikan kepatuhan terhadap
prinsip-prinsip negara hukum. Beberapa aspek yang terkait dengan
pembangunan hukum di Indonesia meliputi:
 Pembentukan hukum yang jelas
 Peningkatan akses terhadap keadilan
 Penguatan lembaga penegak hukum
 Perlindungan hak asasi manusia
 Peningkatan koordinasi antarlembaga
 Edukasi hukum dan kesadaran masyarakat
 Pengawasan dan penegakan hukum yang efektif
 Peningkatan kerjasama internasional
Pembangunan hukum dalam makna Indonesia sebagai negara hukum
adalah proses yang kompleks dan memerlukan upaya yang berkelanjutan.
Perbaikan terus-menerus dalam pembentukan hukum, penegakan hukum
yang adil, peningkatan akses terhadap keadilan, dan peningkatan
kesadaran hukum masyarakat adalah beberapa langkah penting dalam
memperkuat sistem hukum yang efektif dan menjunjung tinggi supremasi
hukum di Indonesia.
7) Pendidikan Hukum dan Kesadaran Hukum
Sebagai Negara Hukum, Indonesia juga penting untuk meningkatkan
pendidikan hukum dan kesadaran hukum masyarakat. Pendidikan hukum
yang berkualitas dan akses terhadap informasi hukum akan memperkuat
pemahaman masyarakat tentang hak-hak dan kewajiban mereka dalam
sistem hukum. Kesadaran hukum yang tinggi juga merupakan landasan
penting bagi terciptanya masyarakat yang patuh hukum.
Pendidikan hukum dan kesadaran hukum memiliki peran yang sangat
penting dalam memperkuat makna Indonesia sebagai negara hukum.

13
Berikut adalah penjelasan mengenai kedua aspek tersebut dalam konteks
tersebut:
 Pendidikan Hukum: Pendidikan hukum berperan dalam membentuk
generasi yang memiliki pemahaman yang baik tentang hukum dan
prinsip-prinsip negara hukum. Hal ini mencakup pendidikan formal di
lembaga-lembaga pendidikan tinggi hukum, seperti fakultas hukum di
universitas, serta pendidikan non-formal melalui pelatihan, seminar, dan
program pengembangan hukum lainnya.
Pendidikan hukum yang berkualitas dapat meliputi pemahaman tentang
konstitusi, sistem hukum nasional, peraturan dan undang-undang yang
berlaku, serta prinsip-prinsip negara hukum. Melalui pendidikan hukum
yang baik, para calon profesional hukum, seperti pengacara, hakim,
jaksa, dan penegak hukum lainnya, dapat memperoleh pengetahuan,
keterampilan, dan etika yang diperlukan untuk menjalankan tugas
mereka secara profesional dan sesuai dengan prinsip-prinsip negara
hukum.
 Kesadaran Hukum: Kesadaran hukum merujuk pada pemahaman dan
kesadaran individu dan masyarakat tentang hak, kewajiban, dan proses
hukum. Kesadaran hukum yang tinggi penting bagi masyarakat dalam
menjalani kehidupan sehari-hari dan berpartisipasi dalam pembangunan
negara yang berlandaskan hukum.
Dengan meningkatnya kesadaran hukum, masyarakat dapat lebih aktif
dan responsif terhadap hak-hak mereka dan memiliki pemahaman yang
lebih baik tentang proses hukum yang ada. Kesadaran hukum juga
dapat mendorong partisipasi publik dalam pembuatan kebijakan,
pemantauan terhadap penegakan hukum, serta penegakan dan
perlindungan hak asasi manusia.
Pendidikan hukum dan kesadaran hukum saling berkaitan dan saling
memperkuat. Pendidikan hukum yang baik dapat membantu meningkatkan
kesadaran hukum masyarakat, sementara kesadaran hukum yang tinggi
dapat memicu permintaan akan pendidikan hukum yang lebih baik.

14
Dalam konteks Indonesia sebagai negara hukum, pendidikan hukum yang
berkualitas dan peningkatan kesadaran hukum di masyarakat sangat
penting untuk menciptakan warga negara yang sadar akan hak-hak dan
kewajiban mereka, serta mampu berkontribusi secara aktif dalam
pembangunan negara yang berlandaskan hukum. Pemerintah, lembaga
pendidikan, dan masyarakat sipil perlu bekerja sama untuk memperkuat
pendidikan hukum dan meningkatkan kesadaran hukum melalui program-
program pendidikan, kampanye sosialisasi, dan upaya kolaboratif untuk
meningkatkan pemahaman dan penerapan hukum di semua lapisan
masyarakat.

2.3.1 Konsep Negara Hukum Indonesia dalam UUD 1945 (kurun waktu
pertama)
Pada Pembukaan UUD 1945 yang ditetapkan oleh PPKI pada 18
Agustus 1945 memuat Paragraf yang mengatur konsep bernegara yang
berbunyi: “Kemoedian dari pada itoe oentoek membentoek suatoe
Pemerintah negara Indonesia jang melindoengi segenap bangsa
Indonesia dan seloeroeh toempah darah Indonesia dan oentoek
memadjoekan kesedjahteraan oemoem, mencerdaskan kehidoepan
bangsa, dan ikoet melaksanakan ketertiban doenia jang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disoesoenlah
Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itoe dalam soeatoe
OendangOendang Dasar Negara Indonesia, jang terbentoek dalam
soeatoe soesoenan 8 UUDS ini berlaku berdasarkan UndangUndang
Republik Serikat Nomor 7 Tahun 1950 Tentang Perubahan Konstitusi
Sementara Republik Indonesia Serikat Mendjadi Undang-Undang Dasar
Sementara Republik Indonesia. Negara Republik Indonesia jang
berkedaoelatan rakjat dengan berdasarkan kepada Ketoehanan Jang
Maha Esa, Kemanoesiaan Jang Adil dan Beradab, Persatoean Indonesia
dan Kerakjatan jang dipimpin oleh hikmat kebidjaksanaan dalam
Permoesyawaratan/ Perwakilan, serta dengan mewoedjoedkan soeatoe

15
Keadilan sosial bagi seloeroeh rakjat Indonesia” 4. Adapun mengenai
ketentuan bernegara Indonesia yang berdasarkan hukum, UUD 1945
(kurun waktu pertama) tidak menyebutkannya dalam Pasal-Pasal 5.Aturan
mengenai hal ini diatur dalam Penjelasan Otentik UUD 1945 yang
berbunyi: “Negara Indonesia berdasar atas Hoekoem (Rechstaat), tidak
berdasarkan atas kekoesaan belaka (Machstaat)6.

Ketentuan dalam Penjelasan tersebut bersifat perbandingan, bahwa


penyelenggaraan negara Indonesia yang dicita-citakan para founding
fathers adalah rechstaat bukan machstaat. Dengan demikian, cita negara
hukum sudah terkonsepkan dalam Konstitusi Pertama yang berlaku di
Indonesia, meski letak substansinya hanya ada dalam Penjelasan Otentik.
Hal ini menjelaskan bahwa pemikiran awal pembentukan pemerintahan
negara Indonesia diarahkan kepada penyelenggaraan pemerintahan yang
mengedepankan hukum sebagai panglima, agar tidak terjebak pada
dominasi otoritas pemerintah sebagai ribadi yang menjalankan kekuasaan
bernegara tanpa mendasarkan pada hukum. Dengan demikian, harapan
terwujudnya supremasi hukum diatas yang realitas sosial yang lain
menjadi ruh perdana yang disematkan pada penyelenggara pemerintahan
Negara Republik Indonesia.

Fakta ini juga menjelaskan bahwa pendapat umum tentang keadaan


terbalik yang terjadi pada masa Orde Lama dan Orde Baru yang lebih
mengedepankan dominasi pribadi Presiden sebagai “Penguasa Tunggal”
penyelenggaraan negara adalah personal fault dari Presiden itu sendiri
yang tidak menjalankan amanat konstitusi.

4
Lihat RM. A.B Kusuma, Lahirnya Undang-Undang Dasar 1945 -Memuat Salinan Dokumen Otentik
Badan Oentoek Menyelidiki Oesaha-Oesaha Persiapan Kemerdekaan-, (Jakarta: Fakultas Hukum
Universitas Indonesia, 2009), hlm. 591.
5
Pada masa kurun waktu pertama, Bagian Pasal-Pasal dalam UUD 1945 disebut Batang Tubuh
6
Lihat RM. A.B Kusuma, Lahirnya Undang-Undang Dasar 1945. Op.Cit., hlm. 598.

16
2.3.2 Konsep Negara Hukum Indonesia dalam KRIS 1945
Pada Mukaddimah KRIS 1949 memuat Paragraf yang mengatur
konsep penyelenggaraan negara berdasarkan hukum yang berbunyi:7

“Kami bangsa Indonesia semendjak berpuluh-puluh tahun lamanja


bersatu-padu dalam perdjuangan kemerdekaan, dengan senantiasa berhati-
teguh berniat menduduki hak-hidup sebagai bangsa jang merdekaberdaulat.
Kini dengan berkat dan rahmat Tuhan telah sampai kepada tingkatan
sedjarah jang berbahagia dan luhur. Maka demi ini kami menjusun
kemerdekaan kami itu dalam suatu Piagam negara jang berbentuk republik-
federasi, berdasarkan pengakuan keTuhanan Jang Maha-Esa,
perikemanusiaan, kebangsaan, kerakjatan dan keadilan sosial. Untuk
mewudjudkan kebahagiaan kesedjahteraan perdamaian dan kemerdekaan
dalam masjarakat dan negarahukum Indonesia Merdeka jang berdaulat
sempurna.”

Ketentuan di atas menjelaskan bahwa dalam konsepsi negara Republik


Indonesia Serikatpun, penyelenggaraan negara diarahkan pada cita negara
hukum dengan klausa “...Untuk mewujudkan ... negara hukum Indonesia
Merdeka jang berdaulat sempurna”. Klausa tersebut selanjutnya ditegaskan
dalam penjabaran mengenai Bentuk Negara dan Kedaulatan, pada Pasal 1
ayat (1) yang berbunyi: “Republik Indonesia Serikat jang merdeka dan
berdaulat jalah suatu negara-hukum jang demokrasi dan berbentuk
federasi.” Pasal ini menjelaskan bahwa bentuk negara hukum yang dicita-
citakan pada masa berlakunya KRIS adalah negara hukum yang menganut
dan mempraktekkan demokrasi sebagai pilihan penyelenggaraan negara.
Dengan kata lain, konsep negara hukum pada masa ini adalah Negara
Hukum Demokratis.

Lebih lanjut dalam tataran implementasinya, KRIS bahkan memberi


penegasan bahwa dalam rangka membentuk supremasi hukum, diatur bahwa

7
Ibid., hlm. 605. Lihat juga dalam ejaan baru, dalam Moh. Mahfud MD, Demokrasi dan Konstitusi
di Indonesia, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), hlm. 204

17
“Setiap orang jang ada didaerah Negara harus patuh kepada Undang-
undang, termasuk aturan2 hukum jang tak tertulis, dan kepada penguasa
yang sah dan yang bertindak sah”.8

2.3.3 Konsep Negara Hukum Indonesia dalam UUD 1950


Pada Mukaddimah UUDS 1950 yang ditetapkan oleh Presiden
Soekarno pada 15 Agustus 1950 memuat Paragraf yang mengatur konsep
bernegara hukum yang berbunyi: “Maka demi ini kami menjusun
kemerdekaan kami itu dalam suatu piagam Negara jang berbentuk republik-
kesatuan, berdasarkan ke-Tuhanan Jang Maha Esa, peri-kemanusiaan,
kebangsaan, kerakjatan dan keadilan sosial, untuk mewudjudkan
kebahagiaan, kesedjahteraan, perdamaian dan kemerdekaan dalam
masjarakat dan negara-hukum Indonesia Merdeka jang berdaulat
sempurna”.

Secara redaksional klausul cita negara hukum dalam UUDS 1950 masih
sama dengan KRIS 1949 yakni “Negara-hukum Indonesia Merdeka jang
berdaulat sempurna”. Namun dalam penjabaran Pasalnya disebutkan sebuah
bentuk konsepsi bernegara yang berbeda sesuai dengan semangat zaman
untuk mengembalikan bentuk negara kepada kesatuan, hal ini sebagaimana
disebutkan dalam Pasal 1 ayat (1) “Republik Indonesia jang merdeka dan
berdaulat ialah suatu negarahukum jang demokratis dan berbentuk
kesatuan”. Klausa ini berubah seiring perubahan bentuk negara dari federasi
kepada kesatuan.

Namun demikian, cita supremasi hukum dalam tataran implementasinya,


sebagaimana diatur dalam KRIS 1949 tetap dijiwai UUDS 1950 dengan
Pasal 32 “Setiap orang yang di daerah Negara harus patuh kepada undang-
undang termasuk aturan-aturan hukum yang tak tertulis, dan kepada
penguasa-penguasa.” Kesamaan yang dimiliki ketentuan dalam KRIS 1949
dan UUDS 1950 yaitu bahwa meski memiliki kesamaan cita untuk

8
Pasal 31 KRIS

18
membentuk negara hukum yang demokratis, namun dalam pengaturan
konsepsi implementasinya masih menunjuk kepatuhan yang dilakukan oleh
‘setiap orang dalam Negara Indonesia’ disamping kepada Undang-Undang
sebagai suatu produk hukum juga kepada penguasa, dalam hal ini
pemerintah. Sehingga dapat diartikan bahwa meski Undang-Undang tidak
dapat dikatakan mewakili hukum sebagai ruh cita mewujudkan negara
hukum, namun kepatuhan terhadapnya menjadi salah satu tolok ukur
perwujudan semangat negara hukum.

Penyandingan antara kepatuhan kepada Undang-Undang dan kepatuhan


kepada Penguasa mengaburkan supremasi hukum yang merupakan salah
satu unsur penting guna berjalannya konsep negara hukum. Dualisme
kepatuhan yang cenderung bertolak belakang antara undang-undang disatu
sisi, dengan penguasa disisi lain tidak dapat berlaku disuatu negara hukum
kecuali kepatuhan kepada penguasa tersebut berlandaskan pada ketentuan
hukum. Dengan kata lain tidak ada kepatuhan kepada selain hukum, kecuali
kepatuhan tersebut atas dasar kepatuhan pada ketentuan hukum.

2.3.4 Konsep Negara Hukum Indonesia dalam UUD 1945 Pasca Perubahan
Perubahan UUD 1945 pada 1999-2002 diawali dengan konsensus
tentang hal-hal yang tidak akan diubah dari UUD, diantaranya adalah
Pembukaan/ Preambule yang tetap dipelihara sesuai dengan teks asli.
Sehingga cita bernegara yang dituangkan dalam Alenia IV Pembukaan UUD
tidak diubah dengan tetap berbunyi: “Kemudian dari pada itu untuk
membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan
Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia, yang
terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang
berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan kepada Ketuhanan Yang Maha

19
Esa, Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia dan
Kerakyatan yang dipimpino oleh hikmat kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu Keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Dengan demikian, cita bernegara tetap mengandung empat tujuan


yang meliputi; perlindungan, kesejahteraan, pencerdasan, ditambah dengan
ketertiban dunia yang berdasar pada prinsip kemerdekaan, perdamaian abadi
dan keadilan sosial (sebagai bingkai politik luar negeri Indonesia).

Konsep negara hukum Indonesia yang sebelum Perubahan hanya


disebutkan dalam Penjelasan UUD, diletakkan dalam Pasal 1 Ayat (3) yang
berbunyi “Negara Indonesia adalah negara hukum”. Penempatan klausul
tersebut dalam Pasal/Batang Tubuh UUD sesuai dengan salah satu
kesimpulan rapat PAD (Panitia Ad Hoc) I yang membahas perubahan bab I
UUD 1945 tentang bentuk dan kedaulatan, yang berbunyi” sepakat
menempatkan Indonesia sebagai negara hukum (rechtstaat)”. 9

Penggunaan istilah rechtstaat tidak diartikan bahwa konsep negara


hukum yang dijalankan Indonesia merupakan penyesuaian terhadap ciri
negara hukum yang terkandung dalam istilah tersebut. Istilah rechtstaat
dalam hal ini merupakan lawan kata dari machstaat, suatu istilah yang
menggambarkan pengelolaan negara berdasarkan kekuasaan.

Secara umum, dalam setiap negara yang menganut paham negara


hukum, dapat dilihat bekerjanya tiga prinsip dasar, yaitu supremasi hukum
(supremacy of law), kesetaraan di hadapan hukum (equality before the law),
dan penegakan hukum dengan cara yang tidak bertentangan dengan hukum
(due process of law). Juga ditemukan bahwa, pada setiap negara hukum
akan terlihat ciri-ciri adanya:

1) Jaminan perlindungan HAM.


2) Kekuasaan kehakiman atau peradilan yang merdeka;
9
Risalah Notulen Rapat PAH I tanggal 17 Mei 2000, dalam Valina Singka Subekti, Menyusun
Konstitusi Transisi, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2008), hlm. 129

20
3) Legalitas dalam arti hukum, yaitu bahwa baik pemerintah/negara maupun
warga negara dalam bertindak harus berdasar atas dan melalui hukum.

Adapun konsep negara hukum Indonesia memiliki ciri tersendiri. Ciri


tersebut sejalan dengan tujuan berdirinya negara Indonesia, yang mencakup:
1. Perlindungan terhadap segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah Indonesia.
2. Pemajuan kesejahteraan umum;
3. Pencerdasan kehidupan bangsa; dan
4. Keikutsertaan dalam memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Disamping itu, konsep negara hukum Indonesia juga dipengaruhi
oleh Pancasila sebagai kumpulan nilai-nilai dasar yang diakui bersama
bangsa Indonesia, dan menjadi landasan praktek kedaulatan rakyat, yakni
Ketuhanan Yang Maha Esa; Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab;
Persatuan Indonesia dan. Dengan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan. Dengan demikian,
negara hukum Indonesia yang dijalankan haruslah senantiasa
memperhatikan aspek ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, permusyawaratan
dan keadilan. Penegasan konsep negara hukum Indonesia menjadi penting
agar ciri khas yang dimiliki bangsa ini tetap terpelihara. Hal ini sejalan
dengan pendapat seorang founding father, Soepomo, bahwa konsep negara
hukum dilandasi oleh suatu Cita Negara Integralistik 10. Dalam rapat Badan
Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI)
tanggal 31 Mei 1945, Soepomo mengatakan: Jikalau kita hendak
membicarakan tentang dasar sistem pemerintahan yang hendak kita pakai
untuk Negara Indonesia. maka dasar sistem pemerintahan itu tergantung
pada Staatsidee yang hendak kita pakai untuk pembangunan Negara
Indonesia. Menurut dasar apa Negara Indonesia akan didirikan.
Pendapat Soepomo tentang Cita Negara Integralistik tersebut
disetujui oleh rapat BPUPKI, yang kemudian dituangkan dalam pokok
10
Lihat Maria Farida, Ilmu PerundangUndangan, (Yogyakarta: Kanisius, 2007), hlm. 121

21
pikiran pertama Pembukaan UUD1945. Berdasarkan pendapat Soepomo
tersebut, dapat diketahui bahwa latar belakang penentuan konsep negara
hukum didahului dengan penentuan cita bernegara, yaitu cita negara
integralistik, atau dalam istilah A. Hamid S. Attamimi 11diganti dengan ‘cita
negara kekeluargaan’/cita negara persatuan’. Maka dapatlah disimpulkan
bahwa konsep negara hukum sebagaimana tercantum dalam ketentuan Pasal
1 ayat (3) terkait erat dengan negara kesejahteran (welvaarstaat) atau paham
negara hukum materiil sesuai dengan bunyi alenia keempat. Dalam hal ini,
paham negara hukum tidak hanya mencakup penyelenggaraan negara saja,
melainkan juga menyentuh kehidupan berbangsa dan bermasyarakat 12.17
Oleh karena itu dalam tataran implementasinya, semakin aktif negara dalam
melaksanaan konsep negara hukum akan mendukung dan mempercepat
terwujudnya negara kesejahteraan di Indonesia. Sebaliknya, implementasi
konsep negara hukum yang tidak sempurna atau setengah-setengah

11
Attamimi, Hamid S., Peranan Keputusan Presiden Republik Indonesia dalam Penyelenggaraaan
Pemerintahan Negara: Studi Analisis mengenai Keputusan Presiden yang berfungsi Pengaturan
dalam kurun Pelita I – Pelita IV, Disertasi Doktor Ilmu Hukum Tata Negara, Fakultas Pasca
Sarjana, Universitas Indonesia, 1991.
12
Lihat Panduan Pemasyarakatan UUD 1945, cetakan kelima, (Jakarta: Sekretariat Jenderal MPR
RI, 2008), hlm. 46

22
BAB III

PENJUTUP

3.1 KESIMPULAN
Konsep negara hukum yang dianut dalam UUD 1945 adalah negara
hukum yang aktif/dinamis. Model negara hukum seperti ini menjadikan
negara sebagai pihak yang aktif berorientasi pada pemenuhan dan perwujudan
kesejahteraan rakyat sesuai dengan prinsip welvaarstaat¸yang merupakan
kebalikan konsp dan prinsip dari nachtwachternstaat atau negara penjaga
malam. Sebab ciri yang melekat pada negara hukum Indonesia sejalan dengan
tujuan berdirinya negara Indonesia, yaitu Perlindungan terhadap segenap
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia; Pemajuan
kesejahteraan umum; Pencerdasan kehidupan bangsa; dan Keikutsertaan
dalam memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial. Disamping itu, konsep negara hukum
Indonesia juga dipengaruhi oleh Pancasila sebagai kumpulan nilai-nilai dasar
yang diakui Bersama bangsa Indonesia, dan menjadi landasan praktek
kedaulatan rakyat, yakni Ketuhanan Yang Maha Esa; Kemanusiaan Yang Adil
dan Beradab; Persatuan Indonesia dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan; serta Keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia. Dengan demikian, negara hukum Indonesia yang
dijalankan haruslah senantiasa memperhatikan aspek ketuhanan,
kemanusiaan, persatuan, permusyawaratan dan keadilan.

3.2 SARAN
Merujuk pada pendapat Hamid S. Attamimi yang menyarikan
pendapat Soepomo atas paham negara integralistik, menunjukkan bahwa
konsep negara hukum yang diberlakukan di Indonesia harus sejalan dengan
cita memelihara persatuan bangsa. Maka akan cukup mudah untuk melakukan
penilaian apakah implementasi konsep negara hukum di Indonesia sudah

23
berjalan dengan baik atau belum, yaitu dengan melihat kesejajaran
prakteknya dengan ketercapaian integritas bangsa Indonesia. Dengan
demikian, arah perwujudan konsep negara hukum Indonesia hendaknya
mengupayakan kesejahteraan rakyat sebagaimana dicantumkan dalam
Pembukaan UUD 1945, dengan tetap memelihara integritas bangsa dalam
NKRI.

24
DAFTAR PUSTAKA

Sayap Bening, 12 Oktober 2021 Pandangan Plato Tentang Negara Hukum, Diakases 20
Mei 2023 https://bantuanhukum-sbm.com/artikel-pandangan-plato-tentang-negara-
hukum

Kompas, 27 Desember 2019, Apa itu sistem hukum Eropa Kontinental , Diakses 20 Mei
2023, https://www.kompas.com/skola/read/2019/12/27/161655069/apa-itu-sistem-
hukum-eropa-kontinental?page=all,

Hukum Online.com, 7 April 2023, Konsep Rule of Law dan Penerapannya di Indonesia,

Di Akses 20 Mei 2023 https://www.hukumonline.com/klinik/a/konsep-irule-of-law-i-dan-


penerapannya-di-indonesia-lt624ebfa5a3b7e/

jurnal.fh.unila.ac.id/index.php/fiat/article/view/56

Soerjono Soekanto. (2017). Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: UI Press.

Jimly Asshiddiqie. (2019). Negara Hukum: Konstitusi dan Keadilan Sosial. Jakarta: Sinar
Grafika.

Mochtar Kusumaatmadja. (2015). Negara Hukum dan Konstitusi di Indonesia. Jakarta:


Kencana.

Yuliandri. (2016). Negara Hukum dan Hak Asasi Manusia di Indonesia. Bandung: PT.
Refika Aditama.

Mahfud MD. (2018). Hukum Tata Negara Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika.

25

Anda mungkin juga menyukai