Anda di halaman 1dari 13

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

NEGARA HUKUM DAN HAK AZASI MANUSIA

Oleh Kelompok 4 :

Zevi Ardiansyah Saputra (2107511231)


Yohana Petronela D. Solapung (2107511263)
Ni Luh Putu Yeni Laksmini Putri (2107511265)
Dewa Gede Agung Ari Guna Artha (2107511266)
Putu Devana Satya Andika (2107511269)
I G.N. Bayu Adhyaksa (2107511274)
Yovita Valentina Dewi (2107511276)

PROGRAM STUDI SARJANA EKONOMI PEMBANGUNAN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan penyusunan
paper kami dengan sedemikian rupa dengan topik yang di bahas adalah “Negara
Hukum dan Hak Azasi Manusia”.
Adapun tujuan dari penulisan dari paper ini adalah untuk memenuhi tugas
yang diberikan Bapak I Wayan Latra, S.Ag, M.Si. selaku dosen pengampu mata
kuliah Pendidikan Kewarganegaraan. Selain itu, pembuatan paper ini juga kami
buat dengan harapan bertujuan untuk menambah wawasan tentang hal yang
berkaitan dengan “Negara Hukum dan Hak Azasi Manusia” bagi para pembaca
dan juga bagi penulis.
Kami menyadari, paper ini masih jauh dari kata sempurna karena
keterbatasan pengetahuan dan kemampuan penulis. Oleh karena itu, kami
mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat membangun yang dapat
menyempurnakan kembali isi dan substansi dari paper ini. Atas perhatiannya, kami
ucapkan terima kasih.

Denpasar, 19 September 2022

Kelompok 4

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................1

1.1 Latar Belakang ...............................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah ..........................................................................................2

1.3 Tujuan ............................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN .........................................................................................3

2.1 Pengertian dan Ciri Negara Hukum ...............................................................3

2.2 Makna Indonesia sebagai Negara Hukum......................................................6

2.3 Negara Hukum dan Hak Azasi Manusia ........................................................7

BAB III KESIMPULAN ..........................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................9

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Negara Indonesia adalah negara hukum tidak hanya berdasarkan pada
kekuasaan belaka, selain itu juga berdasarkan Pancasila dan Undang Undang
Dasar 1945. Hal ini berarti Negara Indonesia menjunjung tinggi hak asasi
manusia dan menjamin segala warga negaranya bersamaan kedudukannya di
dalam hukum dan pemerintahan, serta wajib menjunjung tinggi hukum dan
pemerintahan itu tanpa ada kecualinya. Negara hukum harus memenuhi
beberapa unsur, antara lain pemerintah dalam melaksanakan tugas dan
kewajibannya, harus berdasar hukum atau peraturan perundang-undangan,
adanya jaminan terhadap hak asasi manusia, adanya pembagian kekuasaan
dalam negara, adanya pengawasan dari badan-badan peradilan. Berkaitan
dengan unsur di atas, adanya jaminan terhadap hak asasi manusia (HAM),
dapat diartikan bahwa di dalam setiap konstitusi selalu ditemukan adanya
jaminan terhadap hak asasi manusia.
Di sisi lain, hukum juga mengakui adanya persamaan hak dan
kewajiban bagi setiap warga Negara. Indonesia sebagai negara hukum tentunya
mengakui dan menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia setiap orang. Hak asasi
manusia ada semata-mata karena ia manusia, bukan karena pemberian dari
orang lain atau negara, akan tetapi hak asasi manusia adalah hak kodrati yang
telah dimiliki oleh seseorang sejak ia lahir sebagai pemberian dari tuhannya.
Maka tidak ada perbedaan antara narapidana ataupun bukan narapidana,
sebagai narapidana bukan berarti tidak memiliki hak-hak yang harus di penuhi
oleh lembaga pemasyarakatan.
Berdasarkan hal-hal ini, diperlukan untuk mengetahui dan mempelajari
lebih dalam terkait negara hukum dan Hak Asasi Manusia. Maka ditemukan
rumusan masalah yang ada.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dan ciri dari negara hukum?
2. Apa makna Indonesia sebagai negara hukum?
3. Apa itu negara hukum dan Hak Asasi Manusia?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dan ciri dari negara hukum.
2. Untuk mengetahui makna Indonesia sebagai negara hukum.
3. Untuk mengetahui apa itu negara hukum dan Hak Asasi Manusia.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian dan Ciri Negara Hukum


1. Pengertian Negara Hukum
Negara dalam pandangan teori klasik diartikan sebagai suatu
masyarakat yang sempurna (a perfect society). Negara pada hakikatnya
adalah suatu masyarakat sempurna yang para anggotanya mentaati aturan
yang sudah berlaku. Suatu masyarakat dikatakan sempurna jika memiliki
sejumlah kelengkapan yakni internal dan eksternal. Kelengkapan secara
internal, yaitu adanya penghargaan nilai-nilai kemanusiaan di dalam
kehidupan masyarakat itu. Saling menghargai hak sesama anggota
masyarakat. Kelengkapan secara eksternal, jika keberadaan suatu
masyarakat dapat memahami dirinya sebagai bagian dari organisasi
masyarakat yang lebih luas. Dalam konteks ini pengertian negara seperti
halnya masyarakat yang memiliki kedua kelengkapan internal dan
eksternal, there exists only one perfect society in the natural order, namely
the state (Henry J. Koren (1995:24).
Dalam perkembangannya, teori klasik tentang negara ini tampil
dalam ragam formulasinya, misalnya menurut tokoh; Socrates, Plato dan
Aristoteles. Munculnya keragam konsep teori tentang negara hanya karena
perbedaan cara-cara pendekatan saja. Pada dasarnya negara harus
merepresentasikan suatu bentuk masyarakat yang sempurnya.Teori klasik
tentang negara tersebut mendasarkan konsep “masyarakat sempurna”
menginspirasikan lahirnya teori modern tentang negara, kemudian dikenal
istilah negara hukum.
Istilah negara hukum secara terminologis terjemahan dari kata
Rechtsstaat atau Rule of law. Para ahli hukum di daratan Eropa Barat lazim
menggunakan istilah Rechtsstaat, sementara tradisi Anglo–Saxon
menggunakan istilah Rule of Law. Di Indonesia, istilah Rechtsstaat dan

3
Rule of law biasa diterjemahkan dengan istilah “Negara Hukum” (Winarno,
2007).
Gagasan negara hukum di Indonesia yang demokratis telah
dikemukakan oleh para pendiri negara Republik Indonesia (Dr. Tjipto
Mangoenkoesoemo dan kawan-kawan) sejak hampir satu abad yang lalu.
Walaupun pembicaraan pada waktu itu masih dalam konteks hubungan
Indonesia (Hindia Belanda) dengan Netherland. Misalnya melalui gagasan
Indonesia (Hindia Belanda) berparlemen, berpemerintahan sendiri, dimana
hak politik rakyatnya diakui dan dihormati. Jadi, cita-cita negara hukum
yang demokratis telah lama bersemi dan berkembang dalam pikiran dan hati
para perintis kemerdekaan bangsa Indonesia. Apabila ada pendapat yang
mengatakan cita negara hukum yang demokratis pertama kali dikemukakan
dalam sidang Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (BPUPKI) adalah tidak memiliki dasar historis dan bisa
menyesatkan.
Para pendiri negara waktu itu terus memperjuangkan gagasan negara
hukum. Ketika para pendiri negara bersidang dalam BPUPKI tanggal 28
Mei –1 Juni 1945 dan tanggal 10-17 Juli 1945 gagasan dan konsep
Konstitusi Indonesia dibicarakan oleh para anggota BPUPKI. Melalui
sidang-sidang tersebut dikemukakan istilah rechsstaat (Negara Hukum)
oleh Mr. Muhammad Yamin (Abdul Hakim G Nusantara, 2010:2).
Dalam sidang–sidang tersebut muncul berbagai gagasan dan konsep
alternatif tentang ketatanegaraan seperti: negara sosialis, negara serikat
dikemukakan oleh para pendiri negara. Perdebatan pun dalam sidang
terjadi, namun karena dilandasi tekad bersama untuk merdeka, jiwa dan
semangat kebangsaan yang tinggi (nasionalisme) dari para pendiri negara,
menjunjung tinggi azas kepentingan bangsa, secara umum menerima
konsep negara hukum dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI).
Semangat cita negara hukum para pendiri negara secara formal
dapat ditemukan dalam setiap penyusunan konstitusi, yaitu Konstitusi RIS

4
1949 dan UUDS 1950. Dalam konstitusi – konstitusi tersebut dimasukkan
Pasal-pasal yang termuat dalam Deklarasi Umum HAM PBB tahun 1948.
Hal itu menunjukkan bahwa ketentuan-ketentuan tentang penghormatan,
dan perlindungan HAM perlu dan penting untuk dimasukkan ke dalam
konstitusi negara (Abdul Hakim G Nusantara, 2010:2).
Pengertian negara hukum selalu menggambarkan adanya
penyelenggaraan kekuasaan pemerintahan negara yang didasarkan atas
hukum. Pemerintah dan unsur-unsur lembaga di dalamnya dalam
menjalankan tugas dan wewenangnya terikat oleh hukum yang berlaku.
Menurut Mustafa Kamal (2003), dalam negara hukum, kekuasaan
menjalankan pemerintahan berdasarkan kedaulatan hukum (supremasi
hukum) dan bertujuan untuk menyelenggarakan ketertiban hukum.
Dasar yuridis bagi negara Indonesia sebagai negara hukum tertera
pada Pasal 1 ayat (3) UUD Negara RI 1945 (amandemen ketiga), “Negara
Indonesia adalah Negara Hukum” Konsep negara hukum mengarah pada
tujuan terciptanya kehidupan demokratis, dan terlindungi hak azasi
manusia, serta kesejahteraan yang berkeadilan.
Bukti lain yang menjadi dasar yuridis bagi keberadaan negara
hukum Indonesia dalam arti material, yaitu pada: Bab XIV Pasal 33 dan
Pasal 34 UUD Negara RI 1945, bahwa negara turut aktif dan
bertanggungjawab atas perekonomian negara dan kesejahteraan rakyat.

2. Ciri Negara Hukum


Konsep negara hukum yang berkembang pada abad 19 cenderung
mengarah pada konsep negara hukum formal, yaitu pengertian negara
hukum dalam arti sempit. Dalam konsep ini negara hukum diposisikan ke
dalam ruang gerak dan peran yang kecil atau sempit. Seperti dalam uraian
terdahulu negara hukum dikonsepsikan sebagai sistem penyelenggaraan
kekuasaan pemerintahan negara yang didasarkan atas hukum. Pemerintah
dan unsur- unsur lembaganya dalam menjalankan tugas dan wewenangnya
terikat oleh hukum yang berlaku. Peran pemerintah sangat kecil dan pasif.

5
Dalam dekade abad 20 konsep negara hukum mengarah pada
pengembangan negara hukum dalam arti material. Arah tujuannya
memperluas peran pemerintah terkait dengan tuntutan dan dinamika
perkembangan jaman. Konsep negara hukum material yang dikembangkan
di abad ini sedikitnya memiliki sejumlah ciri yang melekat pada negara
hukum atau Rechtsstaat, yaitu sebagai berikut :
a. HAM terjamin oleh undang-undang
b. Supremasi hukum
c. Pembagian kekuasaan ( Trias Politika) demi kepastian hukum
d. Kesamaan kedudukan di depan hukum
e. Peradilan administrasi dalam perselisihan
f. Kebebasan menyatakan pendapat, bersikap dan berorganisasi
g. Pemilihan umum yang bebas
h. Badan kehakiman yang bebas dan tidak memihak

2.2 Makna Indonesia sebagai Negara Hukum


Bukti yuridis atas keberadaan negara hukum Indonesia dalam arti
material tersebut harus dimaknai bahwa negara Indonesia adalah negara hukum
dinamis, atau negara kesejahteraan (welfare state), yang membawa implikasi
bagi para penyelenggara negara untuk menjalankan tugas dan wewenangnya
secara luas dan komprehensif dilandasi ide-ide kreatif dan inovatif.
Makna negara Indonesia sebagai negara hukum dinamis, esensinya
adalah hukum nasional Indonesia harus tampil akomodatif, adaptif dan
progresif. Akomodatif artinya mampu menyerap, menampung keinginan
masyarakat yang dinamis. Makna hukum seperti ini menggambarkan
fungsinya sebagai pengayom, pelindung masyarakat. Adaptif, artinya mampu
menyesuaikan dinamika perkembangan jaman, sehingga tidak pernah usang.
Progresif, artinya selalu berorientasi kemajuan, perspektif masa depan. Makna
hukum seperti ini menggambarkan kemampuan hukum nasional untuk tampil
dalam praktiknya mencairkan kebekuan-kebekuan dogmatika. Hukum dapat
menciptakan kebenaran yang berkeadilan bagi setiap anggota masyarakat.

6
2.3 Negara Hukum dan Hak Azasi Manusia
Dimana pun suatu negara hukum tujuan pokoknya adalah melindungi
hak azasi manusia dan menciptakan kehidupan bagi warga yang demokratis.
Keberadaan suatu negara hukum menjadi prasyarat bagi terselenggaranya hak
azasi manusia dan kehidupan demokratis. Dasar filosofi perlunya perlindungan
hukum terhadap hak azasi manusia adalah bahwa hak azasi manusia adalah hak
dasar kodrati setiap orang yang keberadaannya sejak berada dalam kandungan,
dan ada sebagai pemberian Tuhan, negara wajib melindunginya. Perlindungan
hak azasi manusia di Indonesia secara yuridis didasarkan pada UUD Negara
RI 1945.

7
BAB III

KESIMPULAN

Istilah negara hukum secara terminologis terjemahan dari kata Rechtsstaat


atau Rule of law. Para ahli hukum di daratan Eropa Barat lazim menggunakan
istilah Rechtsstaat. sementara tradisi Anglo-Saxon menggunakan istilah Rule of
Law. Di Indonesia, istilah Rechtsstaat dan Rule of law biasa diterjemahkan dengan
istilah "Negara Hukum". Gagasan negara hukum di Indonesia yang demokratis
telah dikemukakan oleh para pendiri negara Republik Indonesia sejak hampir satu
abad yang lalu. Walaupun pembicaraan pada waktu itu masih dalam konteks
hubungan Indonesia (Hindia Belanda) dengan Netherland. Misalnya melalui
gagasan Indonesia (Hindia Belanda) berparlemen, berpemerintahan sendiri, dimana
hak politik rakyatnya diakui dan dihormati. Jadi, cita-cita negara hukum yang
demokratis telah lama bersemi dan berkembang dalam pikiran dan hati para perintis
kemerdekaan bangsa Indonesia.

Konsep negara hukum material yang dikembangkan di abad ini sedikitnya


memiliki sejumlah ciri yang melekat pada negara hukum atau Rechtsstaat, yaitu
sebagai berikut. HAM terjamin oleh undang-undang, Supremasi hukum,
Pembagian kekuasaan (Trias Politika) demi kepastian hukum, Kesamaan
kedudukan di depan hukum, Peradilan administrasi dalam perselisihan, Kebebasan
menyatakan pendapat, bersikap dan berorganisasi, Pemilihan umum yang bebas,
Badan kehakiman yang bebas dan tidak memihak

Makna negara Indonesia sebagai negara hukum dinamis, esensinya adalah


hukum nasional Indonesia harus tampil akomodatif, adaptif dan progresif.
Akomodatif artinya mampu menyerap, menampung keinginan masyarakat yang
dinamis. Makna hukum seperti ini menggambarkan fungsinya sebagai pengayom,
pelindung masyarakat. Adaptif, artinya mampu menyesuaikan dinamika
perkembangan jaman, sehingga tidak pernah usang. Progresif, artinya selalu
berorientasi kemajuan, perspektif masa depan. Makna hukum seperti ini
8
menggambarkan kemampuan hukum nasional untuk tampil dalam praktiknya
mencairkan kebekuan-kebekuan dogmatika. Hukum dapat menciptakan kebenaran
yang berkeadilan bagi setiap anggota masyarakat. Negara hukum tujuan pokoknya
adalah melindungi hak azasi manusia dan menciptakan kehidupan bagi warga yang
demokratis. Keberadaan suatu negara hukum menjadi prasyarat bagi
terselenggaranya hak azasi manusia dan kehidupan demokratis.

9
DAFTAR PUSTAKA

Santoso, D. (2012). Rencana Pembelajaran dan Metode Pembelajaran serta Model


Evaluasi Hasil Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta:
Direktur Jendral Pendidikan.

10

Anda mungkin juga menyukai