OLEH :
KELOMPOK IV
JURUSAN AKUNTANSI
Puji syukur kami ucapakan kepada Ida Sang Hyang Widi Wasa atas rahmatnya,
kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini,guna memenuhi tugas kelompok untuk mata
kuliah Pendidikan Kewarganegaraan. Dengan judul ’’Rule Of Law dan Hak Asasi
Manusia’’ dengan tepat waktu.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan
banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik sehingga makalah ini
dapat terselsaikan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki . oleh karena itu,
kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun
dari berbagai pihak. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi kita semua.
Jimbaran
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................2
BAB I......................................................................................................................................4
PENDAHULUAN..................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................5
1.3 Tujuan Makalah........................................................................................................6
BAB II.....................................................................................................................................7
PEMBAHASAN.....................................................................................................................7
2.1 Pengertian Rule Of Law dan HAM..........................................................................7
2.2 Penjabaran HAM dalam UUD 1945........................................................................9
2.3 Implementasi Perlindungan HAM di Indonesia.....................................................12
2.4 Kasus-Kasus HAM di Indonesia............................................................................15
BAB III.................................................................................................................................19
PENUTUP.............................................................................................................................19
3.1 Kesimpulan..................................................................................................................19
3.2 Saran............................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................20
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1
Kaelan dan Zubaidi, Pendidikan Kewarganegaraan, 94
2
Ghina dkk, “HAM, Negara Hukum, The Rule of Law, 7705
3
Kaelan dan Zubaidi, Pendidikan Kewarganegaraan, 101
kesadaran HAM di Indonesia sendiri bermula dari perjuangan bangsa Indonesia
melawan kolonialisme hingga sampai saat ini. Dalam upaya penegakan HAM di Indonesia
dapat dilihat melalui usaha pemerintah yang melakukan berbagai hal, seperti membuat
undang-undang tentang HAM, membentuk Komisi Nasional HAM (Komnas HAM),
memasukkan dalam kurikulum pembelajaran, dan lainnya. Kesadaran masyarakat akan
penegakan HAM adalah suatu hal yang penting adanya. Dengan adanya kesadaran yang
tinggi mengenai penegakan HAM oleh setiap individu tentunya akan membawa dampak
yang sangat terasa bagi keberlangsungan kehidupan setiap manusia di suatu negara.
Tetapi, tidak dapat dipungkiri bahwasanya kasus pelanggaran HAM di Indonesia
dapat dikatakan masih banyak. Pada praktiknya setelah hukum tentang HAM yang dibuat
tidaklah memberhentikan kasus pelanggaran HAM yang terjadi, mulai dari kasus yang
berat hingga yang ringan seperti pencemaran nama baik, penghinaan, pengancaman, dan
lainnya. Komnas HAM menyatakan belum adanya kemajuan yang berarti bagi penegakan
HAM yang ada di Indonesia. Banyak faktor pendorong yang menyebabkan terhambatnya
penegakan kasus pelanggaran HAM di Indonesia, mulai dari faktor komunikasi dan
informasi yang belum dilakukan dengan baik dan benar, faktor kebijakan pemerintah,
faktor perangkat perundangan, hingga faktor aparat penegakan hukumnya.
Hak Asasi Manusia haruslah berdampingan dengan kewajiban asasi manusia, yang
mana merupakan kewajiban-kewajiban pokok yang harus dijalankan setiap manusia dalam
kehidupan bermasyarakat, seperti kewajiban patuh dan tunduk terhadap undang-undang
yang berlaku, kewajiban membangun dan mengembangkan kehidupan. Penegakan HAM di
Indonesia dapat diwujudkan melalui upaya yang dilakukan oleh setiap elemen bangsa.
Kesadaran masyarakat akan penegakan HAM perlu ditumbuhkan dan dibangun sejalan
dengan nilai-nilai kemanusiaan yang ada. Dengan kesadaran masyarakat yang terbentuk
nantinya dapat menumbuhkan upaya untuk mempertahankan dan memperjuangkan HAM
miliknya pribadi dan dilain sisi dapat menghormati dan menjaga HAM milik orang lain4.
Istilah dari Rule Of Law sendiri merupakan gagasan negara hukum yang
dikemukakan oleh A.V. Dicey. Beliau menyebutkan terdapat tiga konsep yang
mendasarinya yakni : “the absence of arbitrary power, equality before the law, and that the
protection of the liberty of subjects was the result of ordinary statutes and judicial
decisions, rather than the subject of a priori constitutional guarantees of right”. Dalam
bahasa Indonesia, dapat diartikan sebagai : “tidak ada kekuasaan yang sewenang-wenang,
memiliki kedudukan yang sama rata di depan hukum, serta adanya perlindungan kebebasan
warga negara yang dimana merupakan hasil dari undang-undang biasa dan keputusan yang
judisial, dan bukan persoalan apriori jaminan hak-hak konstitusional.” Rule Of Law adalah
sebuah konsep hukum yang sesungguhnya lahir dari sebuah bentuk protes terhadap sebuah
kekuasaan yang absolute disebuah Negara. Dalam rangka membatasi kekuasaan yang
absolute tersebut maka diperlukan pembatasan-pembatasan terhadap kekuasaan itu,
sehingga kekuasaan tersebut ditata agar tidak melanggar kepentingan Asasi dari
masyarakat, dengan demikian masyarakat terhindar dari tindakan-tindakan melawan hokum
yang dilakukan oleh penguasa.
Rule of Law ini merupakan suatu doktrin hukum yang dimana mulai muncul pada
abad ke-19, bersamaan dengan lahirnya Negara konstitusi dan Negara demokrasi. Rule of
Law adalah konsep mengenai common law yang dimana menjadi tempat segenap lapisan
masyarakat serta negara untuk menjunjung tinggi supremasi hukum yang telah dibangun
diatas prinsip keadilan serta egalitarian. Ia lahir dengan sejalan tumbuh suburnya demokrasi
dan meningkatnya peran parlemen dalam penyelen dalam penyelenggaraan Negara dan
sebagai reaksi terhadap Negara absolute yang berkembang sebelumnya. Rule of law adalah
konsep tentang common law yaitu seluruh aspek Negara menjunjung tinggi supremasi
hukum yang dibangun diatas prinsip keadilan dan egalitarian. Latar belakang kelahiran rule
of law
Diawali dengan adanya gagasan untuk melakukan pembatasan kekuasaan
pemerintahan Negara
Sarana yang dipilih untuk maksud tersebut yaitu demokrasi dan konstitusi
Perumusan yuridis dan demokrasi konstitusional adalah konsepsi Negara
hukum
Di Indonesia, inti dari rule of law adalah jaminan adanya keadilan bagi masyarakatnya.
Khususnya keadilan social. i Pembukaan UUD 1945 memuat prinsip-prinsip rule of law,
yang pada hakikatnya merupakan jaminan secara formal terhadap “ rasa keadilan “ bagi
terhadap “ rasa keadilan “ bagi rakyat Indonesia.
Pengertian dari Rule of Law ini sendiri menurut Friedman (1959) yang dimana
beliau membedakannya menjadi dua yakni pengertian secara formal (in the formal sense)
dan pengertian secara hakiki/materiil (ideological sense).
Yang pertama yakni secara formal. Rule of Law diartikan menjadi kekuasaan umum
yang terorganisasi (organized public power). Lalu secara hakiki, Rule of Law ini terkait
dengan penegakan Rule of Law. Hal ini dikarenakan Rule of Law menyangkut ukuran
hukum yang baik serta buruk. (just and unjust law). Rule of Law sendiri memiliki
keterkaitan erat dengan keadilan yang menyebabkan rule of law harus menjamin keadilan
yang dirasakan oleh masyarakat.
Pada masa penjajahan atau masa colonial Belanda, masyarakat masih sangat
bergantung pada kitab undang-undang serta peraturan perundang-undangan. Sedangkan
putusan-putusan peradilan umumnya hanya dipakai sebagai referensi daripada sumber
hukum sebagaimana seperti sistem common law.
Hak adalah unsur yang normatif dan melekat pada diri setiap individu yang dimana
dalam penerapannya berada pada ruang lingkup hak persamaan serta hak kebebasan.
Selanjutnya, Hak Asasi Manusia atau yang sering disingkat HAM merupakan seperangkat
hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai mahluk Tuhan Yang Maha
Esa dan merupakan anugerah-Nya yang Wajib dihormati,dijungjung tinggi dan dilindungi
oleh Neagar ,hukum ,Pemerintah dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan
harkat dan martabat manusia. HAM sendiri berfungsi untuk tidak membeda-bedakan
bangsa, ras, suku, agama, maupun kelamin yang telah dibawa oleh seseorang saat
kehadirannya pada kehidupan bermasyarakat. HAM sendiri ada agar masyarakat dapat
menghargai serta menghormati semua jenis perbedaan tanpa adanya tindakan bullying.
Hak Asasi Manusia ( HAM ) dan permasalahanya merupakan topik tertua dan
actual, yang selalu ada disetiap peradaban manusia. Penegakan HAM masih terkendala
dengan kesadaran dan kesungguhan para penguasa serta pemahaman warga Negara akan
hakikat HAM diberbagai Negara di dunia termasuk di Indonesia
Menurut Dicey, dengan kita melihat sejarah dari HAM itu sendiri, yang dimana
dimulai dari Magna Charta, Declaration des droit de I, home et du citoyen, sampai dengan
dilahirkannya Declaration of Human Rights pada tahun 1948. Sejak saat itu, HAM disebut
sebagai kemerdekaan pribadi atau “the right to personal fresion” serta hak kemerdekaan
“the right to public meeting.”
Presiden Amerika Serikat yakni Harry S. Truman pada masa beliau menjabat
merumuskan empat Hak Asasi Manusia yakni :
1. Hak keamanan serta keselamatan seseorang;
2. Hak kewarganegaraan serta hak-hak istimewa;
3. Hak untuk bersuara dan berpendapat;
4. Hak mendapatkan persamaan kesempatan.
Menurut John Locke hak-hak Asasi Manuasia adalah hak -hak yang diberikan langsung
Tuhan sebagai hak yang kodrati yang terperinci :
1. Hak hidup ( the right of life)
2. Hak keremdekaan ( right to liberty)
3. Hak Memiliki ( right to property)
Hak asasi manusia pada dasarnya bersifat umum atau universal, karena diyakini
bahwa beberapa hak yang dimiliki manusia tidak memandang bangsa, ras atau jenis
kelamin. Hak asasi manusia juga bersifat supralegal, artinya tidak tergantung pada
Negara atau undang-undang dasar, dan i kekuasaan pemerintah. Bahkan HAM
memiliki kewenangan lebih tinggi karena berasal dari sumber yang lebih tinggi,
yaitu Tuhan. Di Indonesia tercantum dalam UU No. 39 / 1999 tentang Hak asai
manusia.
2.2 Penjabaran HAM dalam UUD 1945
Prinsip dari Rule of Law secara formal yang dimana dimuat dalam pasal UUD 1945
yakni :
1. Pasal 1 ayat (3) berbunyi “Negara Indonesia adalah Negara Hukum.”
2. Pasal 24 ayar (1) berbunyi “Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang
merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan
keadilan.”
3. Pasal 27 ayat (1) berbunyi “Segala warga Negara bersamaan kedudukannya di
dalam hukum dan pemerintahan, serta wajib menjunjung hukum dan pemerintahan
itu dengan tidak ada kecualinya.”
4. Pasal 28D ayat (2) berbunyi “Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat
imbalan dan perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja.”
5. Pasal 28D ayat (1) berbunyi “Bahwa setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan,
perlindungan dan kepastian hukum yang adil, serta perlakuan yang di hadapkan
hukum.”
Aturan mengenai HAM sendiri ada sejak diterbitkannya Pancasila sebagai landasan
dasar yang juga sebagai pedoman bagi masyarakat Indonesia walaupun secara tersirat.
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 yang membahas mengenai HAM, aturan HAM,
yang dimana selalu berpedoman pada deklarasi yang diadakan Perserikatan Bangsa-Bangsa
(PBB). Didalam deklarasi tersebut berisi Hak Asasi perempuan, anak, dan berbagai aturan
internasional lainnya yang membahas mengenai HAM. Selain itu, hukum di Indonesia juga
sangat bergantung pada Pancasila dan UUD 1945.
Dalam UUD 1945 (pasca-amandemen), masalah mengenai kebebasan bersama
secara eksplisit telah terdistribusi kedalam pasal XA Pasal 28A sampai dengan Pasal 28J
yang dimana Pasal ini merupakan koreksi kedua tahun 2000. TAP MPR mengesahkan
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 mengenai HAM pada tanggal 23 September 1999.
Undang-Undang ini sendiri mengarahkan beberapa masalah penting yang diidentifikasikan
dengan Peradilan HAM itu sendiri.
Tanggal 23 November 2000 diterbitkanlah Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000
mengenai pengadilan HAM. UU ini digunakan sebagai pengganti Peraturan Pemerintah
yang telah dicabut sebelumnya. Undang-Undang ini sendiri membahas mengenai kasus
HAM yang dinilai berat.
HAM dalam UUD 1945 yang diperoleh Warga Negara Indonesia adalah :
Pada penjelasan HAM dalam UUD 1945 yang sudah melekat dalam diri masing-masing
warga negara. Jadi, jika ada hak asasi manusia yang tidak bisa terpenuhi, bisa menuntut
hak mereka supaya bisa setara dengan masyarakat atau warga negara uang lainnya.
Hak Asasi Manusia (HAM) adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan
keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-
Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum,
pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat
manusia. Oleh sebab itu, penting bagi semua pihak untuk melaksanakan penghormatan,
pemajuan, perlindungan, penegakan, dan pemenuhan HAM (P5 HAM).
Pemerintah sebagai pihak yang memiliki legitimasi untuk mengeluarkan produk
hukum terus berupaya untuk melaksanakan P5 HAM. Salah satu bentuk nyata upaya
pemerintah adalah dengan melanjutkan peraturan terkait Rencana Aksi Nasional HAM
(RANHAM). Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 75 Tahun 2015 tentang RANHAM
Tahun 2015-2019 telah diperbaharui dengan menerbitkan Perpres Nomor 53 Tahun 2021
tentang Rencana Aksi Nasional Hak Asasi Manusia 2021 – 2025 sebagai lanjutan dari
RANHAM sebelumnya (pemerintah telah menerbitkan 4 (empat) RANHAM, yaitu
generasi ke-1 diluncurkan tahun 1998, generasi ke-2 tahun 2005, generasi ke-3 tahun 2011,
dan generasi ke-4 pada tahun 2015).
RANHAM dimaksudkan sebagai pedoman bagi pelaksana pemerintahan dalam
menyusun, melaksanakan, dan mengevaluasi Aksi HAM. RANHAM juga merupakan
simbol komitmen pemerintah dalam mengintegrasikan program dan kebijakan pemerintah
di bidang hak asasi manusia ke dalam agenda pembangunan nasional, mulai dari tingkat
pusat hingga daerah.
Sebagai suatu mekanisme nasional, RANHAM menjadi program yang sangat
strategis untuk menjadi acuan semua pihak untuk pengejawantahan nilai HAM pada level
yang paling praktis dalam kehidupan bermasyarakat dan lingkungan pekerjaan. Selain itu,
eksistensi RANHAM merupakan bentuk kepatuhan Indonesia terhadap instrumen dan
rekomendasi internasional HAM yang telah disepakati dan diratifikasi, baik di bawah
mekanisme Dewan HAM Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) maupun Badan Traktat
PBB (United Nations Treaty Bodies).
Pencapaian RANHAM generasi I s.d. IV:
Selama 4 (empat) generasi, pelaksanaan RANHAM telah menghasilkan beberapa
pencapaian, di antaranya ialah:
a) Diterbitkannya peraturan dan kebijakan yang menjamin hak-hak perempuan, anak,
penyandang disabilitas, dan kelompok masyarakat adat;
b) Meningkatnya pemahaman aparat pemerintah atas HAM.
c) Terlaksananya instrumen HAM dalam kebijakan pemerintah pusat dan daerah;
d) Meningkatknya aksesibilitas penyandang disabilitas dan kelompok rentan lainnya
untuk berpartisipasi di bidang sipil, politik, ekonomi, dan budaya; dan
e) Adanya upaya penanganan dugaan pelanggaran HAM untuk perempuan, anak,
penyandang disabilitas, dan kelompok masyarakat adat.
Selain pencapaian di atas, masih terdapat hal-hal yang menjadi catatan dalam
pelaksanaan RANHAM untuk diperbaiki dan disempurnakan. Catatan ini penting untuk
meningkatkan pencapaian implementasi RANHAM generasi berikutnya, terutama dalam
aspek implementasi dan aspek substansi, seperti berikut:
Indonesia adalah negara hukum yang selalu mengutamakan keadilan dan kepastian
hukum bagi warga negara pada semua lapisan masyarakat. Hukum sendiri diciptakan
untuk mengontrol dan mengatur masyarakat agar setiap subjek hukum dapat memenuhi
kewajibannya. 13 Philipus M.H, membagi perlindungan hukum menjadi dua bagian, yaitu
perlindungan hukum preventif dan perlindungan hukum represif. Tujuan pencegahan
adalah untuk mencegah konflik. Tujuan penumpasan adalah untuk menyelesaikan
perselisihan. Penegakan adalah proses dimana norma-norma hukum ditegakkan dan
diberlakukan sehingga menjadi pedoman bagi tingkah laku dalam kehidupan
bermasyarakat dan dalam hubungan-hubungan hukum bernegara. Hukum harus
ditegakkan dengan jelas karena nilai-nilai yang terkandung di dalamnya penting bagi
kesejahteraan masyarakat. Dalam kasus kedua, HAM di Indonesia sangat erat kaitannya
dengan ideologi negara Indonesia, yaitu Pancasila.
Langkah yang diambil negara Indonesia untuk memberikan kepastian hkum kepada
masyarakatnya terkait kasus pelanggaran Hak Asasi manusia berat yaitu dengan
memperbaiki atau menyempurnakan produk-produk hukum terkait hukum HAM itu sendiri,
tidak hanya itu Indonesia juga mulai mengembangkan lembaga-lembaga terkait HAM, serta
memberikan edukasi kepada masyarakat terkait Hak-hak yang mereka miliki.
Pada 15 Februari 2022, tujuh anak di bawah umur (MT, DM, PW, WM, AM, EM
dan MK) yang merupakan siswa kelas 4 SD -diduga kuat menjadi korban penganiayaan dan
penyiksaan oleh aparat TNI karena dituduh mencuri senjata di Pos PT Modern, Bandara
Tapulunik Sinak, Kabupaten Puncak, Papua. Akibat perbuatan ini, satu anak meninggal
dunia.
Berkaca dari hal-hal tersebut hingga kini permasalahan terkait perlindungan HAM
masih tergolong sulit di Indonesia. Mulai dari penanganan pemerintah yang dianggap
lambat hingga berbagai oknum pemerintahan maupun abdi negara yang terlibat sebagai
pelaku pelanggaran HAM. Tentunya menyelesaikan persoalan HAM ini sangat sulit jika
dari pihak yang berwenang justru tidak bisa bertindak tegas hingga ikut serta menjadi
pelaku.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hal ini sejalan dengan pengertian dari HAM itu sendiri yakni Hak Asasi Manusia (HAM)
adalah hak dasar atau kewarganegaraan yang melekat pada individu sejak ia lahir secara kodrat
yang diberikan langsung oleh Tuhan Yang Maha Esa yang tidak dapat dirampas dan dicabut
keberadaannya dan wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara, hukum,
pemerintah dan setiap orang demi kehormatan dan perlindungan harkat dan martabat manusia. Pada
praktiknya setelah hukum tentang HAM yang dibuat tidaklah memberhentikan kasus pelanggaran
HAM yang terjadi, mulai dari kasus yang berat hingga yang ringan seperti pencemaran nama baik,
penghinaan, pengancaman, dan lainnya.
Hak Asasi Manusia haruslah berdampingan dengan kewajiban asasi manusia, yang mana
merupakan kewajiban-kewajiban pokok yang harus dijalankan setiap manusia dalam kehidupan
bermasyarakat, seperti kewajiban patuh dan tunduk terhadap undang-undang yang berlaku,
kewajiban membangun dan mengembangkan kehidupan.
3.2 Saran
Sebagai makhluk sosial, kita harus bisa untuk mempertahankan dan memperjuangkan hak asasi kita
sendiri. Ada di luar itu, kita harus bisa menghormati dan menjunjung tinggi hak asasi manusia
orang lain tidak akan membiarkan kita melanggar hak asasi manusia. Dan jangan sampai hak asasi
kita dilanggar dan diinjak-injak oleh orang lain.
DAFTAR PUSTAKA