Anda di halaman 1dari 23

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

RULE OF LAW DAN HAK ASASI MANUSIA

OLEH :

KELOMPOK IV

Ni Kadek Dewinda Saraswati (01/2215654004)

Luh Putu Prastya Dewi (06/2215654016)

I Made Pandu Satria Arya Dwipa (21/2215654077)

PROGRAM STUDI D4 AKUNTANSI PERPAJAKAN

JURUSAN AKUNTANSI

POLITEKNIK NEGERI BALI

1
2023

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapakan kepada Ida Sang Hyang Widi Wasa atas rahmatnya,
kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini,guna memenuhi tugas kelompok untuk mata
kuliah Pendidikan Kewarganegaraan. Dengan judul ’’Rule Of Law dan Hak Asasi
Manusia’’ dengan tepat waktu.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan
banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik sehingga makalah ini
dapat terselsaikan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki . oleh karena itu,
kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun
dari berbagai pihak. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi kita semua.

Jimbaran

Penulis

3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................2
BAB I......................................................................................................................................4
PENDAHULUAN..................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................6
1.3 Tujuan Makalah........................................................................................................6
BAB II.....................................................................................................................................7
PEMBAHASAN.....................................................................................................................7
2.1 Pengertian Rule Of Law dan HAM..........................................................................7
2.2 Penjabaran HAM dalam UUD 1945......................................................................10
2.3 Implementasi Perlindungan HAM di Indonesia.....................................................12
2.4 Kasus-Kasus HAM di Indonesia............................................................................15
2.5 Perkembangan perlindungan HAM di Indonesia Saat Ini......................................16
BAB III.................................................................................................................................19
PENUTUP.............................................................................................................................19
3.1 Kesimpulan..................................................................................................................19
3.2 Saran............................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................20

4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Indonesia menerapkan Rule of Law untuk mendorong penegakan hukum tidak


hanya menjamin hak secara formal melainkan menjamin keadilan dalam kenyataan hidup
setiap orang. Rule of Law sendiri berarti kekuasaan publik yang diatur secara legal. Oleh
karena itu, setiap orang atau persekutuan hidup dalam masyarakat termasuk negara
mendasarkan pada Rule of Law. Tetapi, Setiap manusia yang diciptakan sudah secara
otomatis diberikan hak, baik hak yang langsung dari Tuhan, maupun hak dari manusia1.
Hal ini sejalan dengan pengertian dari HAM itu sendiri yakni Hak Asasi Manusia
(HAM) adalah hak dasar atau kewarganegaraan yang melekat pada individu sejak ia lahir
secara kodrat yang diberikan langsung oleh Tuhan Yang Maha Esa yang tidak dapat
dirampas dan dicabut keberadaannya dan wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi
oleh negara, hukum, pemerintah dan setiap orang demi kehormatan dan perlindungan
harkat dan martabat manusia. Hak Asasi Manusia sebagai gagasan, paradigma serta
kerangka konseptual tidak lahir secara tiba-tiba, namun melalui suatu proses yang cukup
panjang dalam sejarah peradaban manusia2.
Doktrin tentang hak-hak asasi manusia sekarang ini sudah diterima secara universal
dalam membangun dunia yang lebih damai dan bebas dari ketakutan dan penindasan serta
perlakuan yang tidak adil. Bangsa-bangsa sedunia melalui wakil-wakilnya memberikan
pengakuan dan perlindungan secara yuridis formal walaupun realisasinya juga disesuaikan
dengan kondisi serta peraturan perundangan yang berlaku dalam setiap negara di dunia.
Namun demikian dikukuhkannya Deklarasi terhadap Hak Asasi Manusia, ternyata
tidak cukup mampu untuk mencabut akar-akar penindasan diberbagai negara. Hak Asasi
Manusia yang berlaku sekarang telah mengalami proses Internasionalisasi. Hak-hak ini
tidak hanya diwajibkan secara internasional, sesuatu yang bukan merupakan hal baru
melainkan saat ini hak tersebut juga dipandang sebagai sasaran yang layak bagi aksi dan

1
Kaelan dan Zubaidi, Pendidikan Kewarganegaraan, 94
2
Ghina dkk, “HAM, Negara Hukum, The Rule of Law, 7705

5
keprihatinan Internasional3. Oleh karena itu, PBB dan pihak yang bertanggungjawab secara
terus-menerus berupaya untuk memperjuangkan hak-hak asasi setiap orang untuk tetap
mendapatkan keadilan sebagaimana mestinya.
kesadaran HAM di Indonesia sendiri bermula dari perjuangan bangsa Indonesia
melawan kolonialisme hingga sampai saat ini. Dalam upaya penegakan HAM di Indonesia
dapat dilihat melalui usaha pemerintah yang melakukan berbagai hal, seperti membuat
undang-undang tentang HAM, membentuk Komisi Nasional HAM (Komnas HAM),
memasukkan dalam kurikulum pembelajaran, dan lainnya. Kesadaran masyarakat akan
penegakan HAM adalah suatu hal yang penting adanya. Dengan adanya kesadaran yang
tinggi mengenai penegakan HAM oleh setiap individu tentunya akan membawa dampak
yang sangat terasa bagi keberlangsungan kehidupan setiap manusia di suatu negara.
Tetapi, tidak dapat dipungkiri bahwasanya kasus pelanggaran HAM di Indonesia
dapat dikatakan masih banyak. Pada praktiknya setelah hukum tentang HAM yang dibuat
tidaklah memberhentikan kasus pelanggaran HAM yang terjadi, mulai dari kasus yang
berat hingga yang ringan seperti pencemaran nama baik, penghinaan, pengancaman, dan
lainnya. Komnas HAM menyatakan belum adanya kemajuan yang berarti bagi penegakan
HAM yang ada di Indonesia. Banyak faktor pendorong yang menyebabkan terhambatnya
penegakan kasus pelanggaran HAM di Indonesia, mulai dari faktor komunikasi dan
informasi yang belum dilakukan dengan baik dan benar, faktor kebijakan pemerintah,
faktor perangkat perundangan, hingga faktor aparat penegakan hukumnya.
Hak Asasi Manusia haruslah berdampingan dengan kewajiban asasi manusia, yang
mana merupakan kewajiban-kewajiban pokok yang harus dijalankan setiap manusia dalam
kehidupan bermasyarakat, seperti kewajiban patuh dan tunduk terhadap undang-undang
yang berlaku, kewajiban membangun dan mengembangkan kehidupan. Penegakan HAM di
Indonesia dapat diwujudkan melalui upaya yang dilakukan oleh setiap elemen bangsa.
Kesadaran masyarakat akan penegakan HAM perlu ditumbuhkan dan dibangun sejalan
dengan nilai-nilai kemanusiaan yang ada. Dengan kesadaran masyarakat yang terbentuk

3
Darmadi, Pengantar Pendidikan Kewarganegaraan, 101

6
nantinya dapat menumbuhkan upaya untuk mempertahankan dan memperjuangkan HAM
miliknya pribadi dan dilain sisi dapat menghormati dan menjaga HAM milik orang lain4.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa arti dari Rule of Law dan HAM?


2. Bagaimana penjabaran HAM dalam UUD 1945?
3. Bagaimana implementasi perlindungan HAM di Indonesia?
4. Apa saja kasus-kasus HAM yang terjadi di Indonesia?
5. Bagaimana perkembangan perlindungan HAM di Indonesia saat ini?

1.3 Tujuan Makalah

1. Untuk mengetahui arti dari Rule of Law dan HAM?


2. Untuk mengetahui penjabaran HAM dalam UUD 1945?
3. Untuk mengetahui implementasi perlindungan HAM di Indonesia?
4. Untuk mengetahui kasus-kasus HAM yang terjadi di Indonesia?
5. Untuk mengetahui perkembangan perlindungan HAM di Indonesia saat ini?

4
Kompasiana.com, “Implementasi Penegakan HAM di Indonesia”

7
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Rule Of Law dan HAM

Istilah dari Rule Of Law sendiri merupakan gagasan negara hukum yang
dikemukakan oleh A.V. Dicey. Beliau menyebutkan terdapat tiga konsep yang
mendasarinya yakni : “the absence of arbitrary power, equality before the law, and that the
protection of the liberty of subjects was the result of ordinary statutes and judicial
decisions, rather than the subject of a priori constitutional guarantees of right” 5. Dalam
bahasa Indonesia, dapat diartikan sebagai : “tidak ada kekuasaan yang sewenang-wenang,
memiliki kedudukan yang sama rata di depan hukum, serta adanya perlindungan kebebasan
warga negara yang dimana merupakan hasil dari undang-undang biasa dan keputusan yang
judisial, dan bukan persoalan apriori jaminan hak-hak konstitusional.” Rule Of Law adalah
sebuah konsep hukum yang sesungguhnya lahir dari sebuah bentuk protes terhadap sebuah
kekuasaan yang absolute disebuah Negara. Dalam rangka membatasi kekuasaan yang
absolute tersebut maka diperlukan pembatasan-pembatasan terhadap kekuasaan itu,
sehingga kekuasaan tersebut ditata agar tidak melanggar kepentingan Asasi dari
masyarakat, dengan demikian masyarakat terhindar dari tindakan-tindakan melawan hokum
yang dilakukan oleh penguasa.
Rule of Law ini merupakan suatu doktrin hukum yang dimana mulai muncul pada
abad ke-19, bersamaan dengan lahirnya Negara konstitusi dan Negara demokrasi. Rule of
Law adalah konsep mengenai common law yang dimana menjadi tempat segenap lapisan
masyarakat serta negara untuk menjunjung tinggi supremasi hukum yang telah dibangun
diatas prinsip keadilan serta egalitarian. Ia lahir dengan sejalan tumbuh suburnya demokrasi
dan meningkatnya peran parlemen dalam penyelen dalam penyelenggaraan Negara dan
sebagai reaksi terhadap Negara absolute yang berkembang sebelumnya. Rule of law adalah
konsep tentang common law yaitu seluruh aspek Negara menjunjung tinggi supremasi
hukum yang dibangun diatas prinsip keadilan dan egalitarian. Latar belakang kelahiran rule
of law

5
Agang, Ham dalam Perkembangan Rule of Law, 117

8
 Diawali dengan adanya gagasan untuk melakukan pembatasan kekuasaan
pemerintahan Negara
 Sarana yang dipilih untuk maksud tersebut yaitu demokrasi dan konstitusi
 Perumusan yuridis dan demokrasi konstitusional adalah konsepsi Negara
hukum
Di Indonesia, inti dari rule of law adalah jaminan adanya keadilan bagi masyarakatnya.
Khususnya keadilan social. i Pembukaan UUD 1945 memuat prinsip-prinsip rule of law,
yang pada hakikatnya merupakan jaminan secara formal terhadap “ rasa keadilan “ bagi
terhadap “ rasa keadilan “ bagi rakyat Indonesia.
Pengertian dari Rule of Law ini sendiri menurut Friedman (1959) yang dimana
beliau membedakannya menjadi dua yakni pengertian secara formal (in the formal sense)
dan pengertian secara hakiki/materiil (ideological sense).
Yang pertama yakni secara formal. Rule of Law diartikan menjadi kekuasaan umum
yang terorganisasi (organized public power). Lalu secara hakiki, Rule of Law ini terkait
dengan penegakan Rule of Law. Hal ini dikarenakan Rule of Law menyangkut ukuran
hukum yang baik serta buruk. (just and unjust law). Rule of Law sendiri memiliki
keterkaitan erat dengan keadilan yang menyebabkan rule of law harus menjamin keadilan
yang dirasakan oleh masyarakat.
Pada masa penjajahan atau masa colonial Belanda, masyarakat masih sangat
bergantung pada kitab undang-undang serta peraturan perundang-undangan. Sedangkan
putusan-putusan peradilan umumnya hanya dipakai sebagai referensi daripada sumber
hukum sebagaimana seperti sistem common law.
Hak adalah unsur yang normatif dan melekat pada diri setiap individu yang dimana
dalam penerapannya berada pada ruang lingkup hak persamaan serta hak kebebasan.
Selanjutnya, Hak Asasi Manusia atau yang sering disingkat HAM merupakan seperangkat
hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai mahluk Tuhan Yang Maha
Esa dan merupakan anugerah-Nya yang Wajib dihormati,dijungjung tinggi dan dilindungi
oleh Neagar ,hukum ,Pemerintah dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan
harkat dan martabat manusia. HAM sendiri berfungsi untuk tidak membeda-bedakan
bangsa, ras, suku, agama, maupun kelamin yang telah dibawa oleh seseorang saat

9
kehadirannya pada kehidupan bermasyarakat. HAM sendiri ada agar masyarakat dapat
menghargai serta menghormati semua jenis perbedaan tanpa adanya tindakan bullying.
Hak Asasi Manusia ( HAM ) dan permasalahanya merupakan topik tertua dan
actual, yang selalu ada disetiap peradaban manusia. Penegakan HAM masih terkendala
dengan kesadaran dan kesungguhan para penguasa serta pemahaman warga Negara akan
hakikat HAM diberbagai Negara di dunia termasuk di Indonesia
Menurut Dicey, dengan kita melihat sejarah dari HAM itu sendiri, yang dimana
dimulai dari Magna Charta, Declaration des droit de I, home et du citoyen, sampai dengan
dilahirkannya Declaration of Human Rights pada tahun 1948. Sejak saat itu, HAM disebut
sebagai kemerdekaan pribadi atau “the right to personal fresion” serta hak kemerdekaan
“the right to public meeting.”
Presiden Amerika Serikat yakni Harry S. Truman pada masa beliau menjabat
merumuskan empat Hak Asasi Manusia yakni :
1. Hak keamanan serta keselamatan seseorang;
2. Hak kewarganegaraan serta hak-hak istimewa;
3. Hak untuk bersuara dan berpendapat;
4. Hak mendapatkan persamaan kesempatan.
Menurut John Locke hak-hak Asasi Manuasia adalah hak -hak yang diberikan langsung
Tuhan sebagai hak yang kodrati yang terperinci :
1. Hak hidup ( the right of life)
2. Hak keremdekaan ( right to liberty)
3. Hak Memiliki ( right to property)
Hak asasi manusia pada dasarnya bersifat umum atau universal, karena diyakini
bahwa beberapa hak yang dimiliki manusia tidak memandang bangsa, ras atau jenis
kelamin. Hak asasi manusia juga bersifat supralegal, artinya tidak tergantung pada
Negara atau undang-undang dasar, dan i kekuasaan pemerintah. Bahkan HAM
memiliki kewenangan lebih tinggi karena berasal dari sumber yang lebih tinggi,
yaitu Tuhan. Di Indonesia tercantum dalam UU No. 39 / 1999 tentang Hak asai
manusia6.

6
Dhatsu, Hak Asasi Manusia (HAM) dan Rule of Law, 2011

10
2.2 Penjabaran HAM dalam UUD 1945

Prinsip dari Rule of Law secara formal yang dimana dimuat dalam pasal UUD 1945
yakni :
1. Pasal 1 ayat (3) berbunyi “Negara Indonesia adalah Negara Hukum.”
2. Pasal 24 ayar (1) berbunyi “Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang
merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan
keadilan.”
3. Pasal 27 ayat (1) berbunyi “Segala warga Negara bersamaan kedudukannya di
dalam hukum dan pemerintahan, serta wajib menjunjung hukum dan pemerintahan
itu dengan tidak ada kecualinya.”
4. Pasal 28D ayat (2) berbunyi “Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat
imbalan dan perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja.”
5. Pasal 28D ayat (1) berbunyi “Bahwa setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan,
perlindungan dan kepastian hukum yang adil, serta perlakuan yang di hadapkan
hukum.”
Aturan mengenai HAM sendiri ada sejak diterbitkannya Pancasila sebagai landasan
dasar yang juga sebagai pedoman bagi masyarakat Indonesia walaupun secara tersirat.
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 yang membahas mengenai HAM, aturan HAM,
yang dimana selalu berpedoman pada deklarasi yang diadakan Perserikatan Bangsa-Bangsa
(PBB). Didalam deklarasi tersebut berisi Hak Asasi perempuan, anak, dan berbagai aturan
internasional lainnya yang membahas mengenai HAM. Selain itu, hukum di Indonesia juga
sangat bergantung pada Pancasila dan UUD 1945.
Dalam UUD 1945 (pasca-amandemen), masalah mengenai kebebasan bersama
secara eksplisit telah terdistribusi kedalam pasal XA Pasal 28A sampai dengan Pasal 28J
yang dimana Pasal ini merupakan koreksi kedua tahun 2000. TAP MPR mengesahkan
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 mengenai HAM pada tanggal 23 September 1999.
Undang-Undang ini sendiri mengarahkan beberapa masalah penting yang diidentifikasikan
dengan Peradilan HAM itu sendiri.

11
Tanggal 23 November 2000 diterbitkanlah Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000
mengenai pengadilan HAM. UU ini digunakan sebagai pengganti Peraturan Pemerintah
yang telah dicabut sebelumnya. Undang-Undang ini sendiri membahas mengenai kasus
HAM yang dinilai berat.
HAM dalam UUD 1945 yang diperoleh Warga Negara Indonesia adalah :

1. Hak dalam mempertahankan hidup serta kehidupannya.


2. Hak dalam membentuk keluarga serta melanjutkan keturunan lewat perkawinan
sah.
3. Hak meneruskan kelangsungan hidup, tumbuh, hingga berkembang, juga berhas
atas perlindungan dari diskriminasi dan kekerasan.
4. Hak mengambangkan diri lewat pemenuhn kebutuhan dasar. Berhak mendapat
pendidikan, seni, budaya, untuk meningatkan kualitas hidup serta kesejakteraan
manusia.
5. Hak memajukan diri dalam haknya secara kolektif serta membangun
masyarakat, bangsa, dan nagara.
6. Hak pengakuan, perlindungan, jaminan, maupun kepastian hukum secara adil.
7. Hak bekerja dan memperoleh imbalan yang adil dan layak.
8. Hak mendapatkan kesempatan sama dalam lingkup pemerintahan.
9. Hak status kewarganegaraan.
10. Hak memeluk agama, beribadah, hingga memilih tetap dalam lingkup warga
negara atau keluar.
11. Hak bebas menyakini kepercayaan.
12. Hak kebebasan menjalankan serikat, mengeluarkan pendapat.
13. Hak berkomunikasi serta mendapat informasi.
14. Hak mendapatkan perlindungan diri, keluarga, harta, hingga kekuasaan.
15. Hak bebas dari penyiksaan juga perlakukan yang merendahkan martabat.
16. Hak pemenuhan hidup sejahtera lahir dan batin.
17. Hak memperoleh kemudahan juga pelakukan khusus untuk
mendapatkan kesempatan.

12
18. Hak jaminan sosial.
19. Hak dalam hak milik pribadi atau hak milik tidak bisa diambil paksa.
20. Hak dalam hidup dan tidak disiksa.
21. Hak bebas dari perlakukan yang diskriminatif.
22. Hak berbudaya yang dijadikan identitad masyarakat tradisional.

Pada penjelasan HAM dalam UUD 1945 yang sudah melekat dalam diri masing-masing
warga negara. Jadi, jika ada hak asasi manusia yang tidak bisa terpenuhi, bisa menuntut
hak mereka supaya bisa setara dengan masyarakat atau warga negara uang lainnya7.

2.3 Implementasi Perlindungan HAM di Indonesia

Hak Asasi Manusia (HAM) adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan
keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-
Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum,
pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat
manusia. Oleh sebab itu, penting bagi semua pihak untuk melaksanakan penghormatan,
pemajuan, perlindungan, penegakan, dan pemenuhan HAM (P5 HAM).
Pemerintah sebagai pihak yang memiliki legitimasi untuk mengeluarkan produk
hukum terus berupaya untuk melaksanakan P5 HAM. Salah satu bentuk nyata upaya
pemerintah adalah dengan melanjutkan peraturan terkait Rencana Aksi Nasional HAM
(RANHAM). Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 75 Tahun 2015 tentang RANHAM
Tahun 2015-2019 telah diperbaharui dengan menerbitkan Perpres Nomor 53 Tahun 2021
tentang Rencana Aksi Nasional Hak Asasi Manusia 2021 – 2025 sebagai lanjutan dari
RANHAM sebelumnya (pemerintah telah menerbitkan 4 (empat) RANHAM, yaitu
generasi ke-1 diluncurkan tahun 1998, generasi ke-2 tahun 2005, generasi ke-3 tahun 2011,
dan generasi ke-4 pada tahun 2015).
RANHAM dimaksudkan sebagai pedoman bagi pelaksana pemerintahan dalam
menyusun, melaksanakan, dan mengevaluasi Aksi HAM. RANHAM juga merupakan
simbol komitmen pemerintah dalam mengintegrasikan program dan kebijakan pemerintah
7
Mahardika, Forumbelajar.com, “Hak Asasi Manusia atau HAM dalam UUD 1945”, 2020

13
di bidang hak asasi manusia ke dalam agenda pembangunan nasional, mulai dari tingkat
pusat hingga daerah.
Sebagai suatu mekanisme nasional, RANHAM menjadi program yang sangat
strategis untuk menjadi acuan semua pihak untuk pengejawantahan nilai HAM pada level
yang paling praktis dalam kehidupan bermasyarakat dan lingkungan pekerjaan. Selain itu,
eksistensi RANHAM merupakan bentuk kepatuhan Indonesia terhadap instrumen dan
rekomendasi internasional HAM yang telah disepakati dan diratifikasi, baik di bawah
mekanisme Dewan HAM Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) maupun Badan Traktat
PBB (United Nations Treaty Bodies).
Pencapaian RANHAM generasi I s.d. IV:
Selama 4 (empat) generasi, pelaksanaan RANHAM telah menghasilkan beberapa
pencapaian, di antaranya ialah:
a) Diterbitkannya peraturan dan kebijakan yang menjamin hak-hak perempuan, anak,
penyandang disabilitas, dan kelompok masyarakat adat;
b) Meningkatnya pemahaman aparat pemerintah atas HAM.
c) Terlaksananya instrumen HAM dalam kebijakan pemerintah pusat dan daerah;
d) Meningkatknya aksesibilitas penyandang disabilitas dan kelompok rentan lainnya
untuk berpartisipasi di bidang sipil, politik, ekonomi, dan budaya; dan
e) Adanya upaya penanganan dugaan pelanggaran HAM untuk perempuan, anak,
penyandang disabilitas, dan kelompok masyarakat adat.

Selain pencapaian di atas, masih terdapat hal-hal yang menjadi catatan dalam
pelaksanaan RANHAM untuk diperbaiki dan disempurnakan. Catatan ini penting untuk
meningkatkan pencapaian implementasi RANHAM generasi berikutnya, terutama dalam
aspek implementasi dan aspek substansi, seperti berikut:

a) Aspek implementasi, meliputi:


 Ruang lingkup Aksi HAM generasi sebelumnya masih sangat luas dan belum fokus,
sehingga sulit untuk dipantau dan dievaluasi;

14
 Periode RANHAM 5 (lima) tahunan menyulitkan institusi pelaksana dalam
menanggapi isu HAM yang perlu diakomodasi dengan cepat;
 Aksi HAM masih merupakan program rutin institusi pemerintah, baik di pusat
maupun daerah;
 Belum optimalnya sistem pemantauan, evaluasi, dan pelaporan Aksi HAM, dimana
pelaporannya masih sebatas administrasi prosedural; dan
 Pelaporan RANHAM belum optimal untuk digunakan sebagai salah satu laporan
Indonesia pada forum HAM internasional..
 Aspek substansi berupa belum optimalnya kebijakan, regulasi, dan program yang
terkait dengan penghormatan, perlindungan, pemenuhan, penegakan dan pemajuan
HAM8.
 Perlindungan Ham Di Indonesia

Indonesia adalah negara hukum yang selalu mengutamakan keadilan dan kepastian
hukum bagi warga negara pada semua lapisan masyarakat. Hukum sendiri diciptakan
untuk mengontrol dan mengatur masyarakat agar setiap subjek hukum dapat memenuhi
kewajibannya. 13 Philipus M.H, membagi perlindungan hukum menjadi dua bagian, yaitu
perlindungan hukum preventif dan perlindungan hukum represif. Tujuan pencegahan
adalah untuk mencegah konflik. Tujuan penumpasan adalah untuk menyelesaikan
perselisihan. Penegakan adalah proses dimana norma-norma hukum ditegakkan dan
diberlakukan sehingga menjadi pedoman bagi tingkah laku dalam kehidupan
bermasyarakat dan dalam hubungan-hubungan hukum bernegara. Hukum harus
ditegakkan dengan jelas karena nilai-nilai yang terkandung di dalamnya penting bagi
kesejahteraan masyarakat. Dalam kasus kedua, HAM di Indonesia sangat erat kaitannya
dengan ideologi negara Indonesia, yaitu Pancasila.

HAM diprioritaskan di Indonesia karena merupakan salah satu ciri bangsa


Indonesia, menjaga martabat14. Dengan kemajuan zaman, semakin banyak undang-
undang yang berkaitan dengan hak asasi manusia, mulai dari tahap penyidikan Komnas

8
Sulpai, Setkab.go.id, “Implementasi RANHAM: Pencapaian dan Tantangan”, 2022

15
HAM sampai dengan syarat majelis hakim harus terdiri dari 5 orang, 3 orang diantaranya
adalah hakim sementara. Hal ini dilakukan agar proses peradilan dapat berjalan lancar
dan adil dalam menyelesaikan kasus pelanggaran HAM berat.

Langkah yang diambil negara Indonesia untuk memberikan kepastian hkum kepada
masyarakatnya terkait kasus pelanggaran Hak Asasi manusia berat yaitu dengan
memperbaiki atau menyempurnakan produk-produk hukum terkait hukum HAM itu sendiri,
tidak hanya itu Indonesia juga mulai mengembangkan lembaga-lembaga terkait HAM, serta
memberikan edukasi kepada masyarakat terkait Hak-hak yang mereka miliki.

2.4 Kasus-Kasus HAM di Indonesia

Kasus-kasus HAM yang pernah terjadi di Indonesia seperti Kasus Kejahatan


Genosida. Genosida sendiri merupakan salah satu bentuk kejahatan yang dimana terjadi
karena hilangnya rasa kemanusiaan oleh Sebagian pihak. Kejahatan genosida sendiri
contohnya seperti pemusnahan sekelompok masyarakat tertentu karena seluruh ataupun
sebagian dari kelompok tersebut memiliki rasa kebencian baik dari segi ras, bangsa, agama,
ataupun yang lainnya.
Kejahatan sesama manusia ini sendiri merupakan aktifitas serangan yang
mengakibatkan pembunuhan, pembantaian, pengusiran, dan lain sebagainya. Sering juga
terjadi kekerasan seksual yang menyebabkan korbannya memiliki trauma berkepanjangan.
Saat ini, kasus pelanggaran HAM semakin meluas. Hal ini menyebabkan kita semua wajib
halnya untuk menyelesaikan kasus-kasus pelanggaran HAM yang telah terjadi.
Pelanggaran-pelanggaran HAM yang terjadi ini menyebabkan banyak pertanyaan
dari masyarakat mengenai undang-undang yang mengatur HAM. Belum lagi masyarakat di
Indonesia saat ini masih dihantui oleh teroris serta Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB)
di Papua. Masyarakat merasa kelompok tersebut telah melanggar HAM, namun pemerintah
masih memikirkan HAM untuk membasmi kelompok tersebut tanpa melihat apa saja yang
telah dilakukan oleh KKB. KKB sendiri melakukan aksinya dengan membabi buta.
Contohnya saja seperti membunuh aparat kepolisian ataupun TNI yang bertugas untuk
mengamani wilayah Papua.

16
Di Pulau Dewata yakni Bali sendiri juga masih sangat sering terjadi pelaggaran
HAM. Contohnya saja seperti yang baru terjadi kemarin pada malam Pengrupukan, dimana
seseorang ditikam menggunakan pisau oleh temannya sendiri. Hal ini terjadi karena
masalah yang sepele. Bermula dari saling tatap berujung terjadi pembunuhan.
Jauh sebelum itu, terjadi juga kasus terorisme yang disebut “Bom Bali” di Legian
Kuta. Kasus ini menewaskan ratusan orang yang mayoritasnya merupakan wisatawan
asing. Bom Bali menyebabkan trauma mendalam bagi warga lokal dan wisatawan local
ataupun mancanegara untuk mengunjungi daerah Kuta. Selain itu, kasus ini juga
menyebabkan kerusakan yang sangat parah pada wilayah tersebut.
Kasus lainnya juga sering kita dengar yakni kekerasan seksual. Kasus ini terjadi
hampir disetiap tempat yang ada di Indonesia maupun dunia. Kekerasan seksual ini tidak
hanya terjadi secara kontak langsung, namun juga sering terjadi di sosial media. Contohnya
saja seperti kita berkomentar tidak senonoh pada suatu akun sosial media seseorang. Selain
itu, melakukan panggilan-panggilan yang tidak seharusnya pada seseorang lawan jenis
yang kita ketemui di tempat umum sudah menjadi kasus pelanggaran HAM.

2.5 Perkembangan perlindungan HAM di Indonesia Saat Ini

Tidak selesainya kasus pelanggaran HAM berat masa lalu akibat kebijakan setengah
hati Pemerintah, masih tingginya keterlibatan negara maupun pembiaran negara dalam
berbagai peristiwa pelecehan dan intimidasi terhadap warga, aktivis maupun akademisi
yang mengkritik pejabat, menyuarakan masalah lingkungan, membahas korupsi, atau
membela kelompok minoritas, hingga disahkannya Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
(RKUHP) pada tanggal 6 Desember 2022 menambah suram wajah penegakan HAM di
tahun 2022 dan tahun-tahun ke depan.
Kondisi HAM tahun 2022 menjadi suram karena kebebasan sipil menyusut, budaya
kekerasan dan impunitas terutama di Papua dan Papua Barat, keputusan setengah hati
Presiden dalam membentuk tim penyelesaian non-yudisial bagi kasus pelanggaran HAM
masa lalu, hingga pengesahan KUHP yang bukan hanya membuktikan negara tidak serius

17
melindungi HAM di dalam negeri, tapi juga mencoreng wajah Indonesia di mata dunia
dalam bidang pemajuan dan penghormatan HAM.
 Menyusutnya kebebasan berekspresi
Sebelum RKUHP disahkan, kebebasan berekspresi yang merupakan salah satu pilar
kebebasan sipil pun sudah mengalami penurunan. Pasal pencemaran nama baik dalam
Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) kerapkali digunakan untuk
menjerat, mengadili, dan menghukum beragam orang seperti jurnalis yang melaporkan
kasus korupsi, akademisi yang mengkritik kebijakan universitas, dan konsumen yang
membuat ulasan kritis. Meskipun ketentuan pencemaran nama baik dinyatakan akan
dihapus dari UU ITE, namun ketentuan tersebut tetap tercantum dalam RKUHP. Selama
tahun 2022 ini, UU ITE digunakan pada setidaknya 37 kasus pelanggaran atas kebebasan
berekspresi dengan 46 korban. Sebelas kasus di antaranya merupakan hasil patroli polisi
virtual.
 Berulangnya pembunuhan di luar hokum
Dalam konteks kejahatan kemanusiaan dan pelanggaran HAM berat, keterlibatan
setiap orang termasuk pelaku lapangan, komando atau atasan efektif di lapangan, serta
pelaku pembiaran, seharusnya diusut tuntas dan diadili di pengadilan sesuai UU No.
26/2000 tentang Pengadilan HAM. Pemantauan Amnesty menunjukkan pembunuhan di
luar hukum di Papua/Papua Barat sepanjang tahun 2022 setidaknya mencapai 14 kasus
dengan 36 korban. Lima kasus di antaranya melibatkan terduga pelaku dari anggota Polri
dan TNI. Sembilan kasus terbanyak diduga dilakukan oleh orang tak dikenal dan kelompok
pro-kemerdekaan. Jumlah korban tahun ini meningkat dari angka di tahun sebelumnya (21
kasus dengan 28 korban). Terlebih, dari kasus-kasus yang diduga dilakukan oleh aparat
tersebut, belum ada satupun yang telah diproses hukum di pengadilan umum.
 Penggunaan kekuatan yang tidak perlu dan berlebihan
Dalam sebuah diskusi daring di awal Februari tahun ini, Wakil Kepala Kepolisian
Republik Indonesia, mengatakan lembaganya tengah berupaya menghilangkan budaya
kekerasan di kalangan anggota kepolisian. Namun, tahun ini menunjukkan kenyataan
sebaliknya. Beberapa pekan sesudah pernyataan tersebut disampaikan, aparat kepolisian
diduga menggunakan kekuatan berlebihan dan penangkapan sewenang-wenang terhadap

18
warga Desa Wadas, Purworejo, Jawa Tengah, yang menolak proses pengukuran lahan
untuk pertambangan batu andesit.
Selain itu, awal Oktober menjadi salah satu periode kelam perilaku aparat negara.
Pada Sabtu 1 Oktober 2022 sekitar pukul 22.00 WIB, setelah pertandingan antara Arema
FC melawan Persebaya Surabaya usai, terjadi insiden penembakan gas air mata ke arah
tribun suporter Arema, dan membuat suporter di tribun tersebut berdesakan membubarkan
diri keluar stadion lalu terjadi penumpukan massa. Komnas HAM bahkan menyebut
penembakan gas air mata dilakukan tanpa koordinasi dengan Kapolres Malang dan atas
diskresi dari masing-masing pasukan. Akibat kejadian tersebut, data pemantauan kami
menunjukkan bahwa setidaknya 578 orang termasuk aparat keamanan -menjadi korban,
135 di antaranya meninggal dunia.
 Budaya kekerasan dan penyiksaan
Budaya kekerasan menjadi salah satu pemicu dari tindak penyiksaan yang dilakukan
oleh aparat. Menurut Komnas HAM dalam sebuah keterangan pers menyikapi kasus
penyiksaan oleh anggota kepolisian di wilayah Bekasi dan Jakarta Selatan tahun ini, budaya
tersebut membuat polisi yang terlibat kekerasan mengabaikan aspek formal dalam
pekerjaan mereka yakni bahwa penyiksaan, dalam bentuk apapun, melanggar hukum dan
tidak dapat dibenarkan.
Pada 15 Februari 2022, tujuh anak di bawah umur (MT, DM, PW, WM, AM, EM
dan MK) yang merupakan siswa kelas 4 SD -diduga kuat menjadi korban penganiayaan dan
penyiksaan oleh aparat TNI karena dituduh mencuri senjata di Pos PT Modern, Bandara
Tapulunik Sinak, Kabupaten Puncak, Papua. Akibat perbuatan ini, satu anak meninggal
dunia.
Berkaca dari hal-hal tersebut hingga kini permasalahan terkait perlindungan HAM
masih tergolong sulit di Indonesia. Mulai dari penanganan pemerintah yang dianggap
lambat hingga berbagai oknum pemerintahan maupun abdi negara yang terlibat sebagai
pelaku pelanggaran HAM. Tentunya menyelesaikan persoalan HAM ini sangat sulit jika
dari pihak yang berwenang justru tidak bisa bertindak tegas hingga ikut serta menjadi
pelaku9.
9
Amnesty.id, “Catatan Akhir 2022: Suram Wajah Masa Depan HAM di Indonesia, 2022

19
20
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Hal ini sejalan dengan pengertian dari HAM itu sendiri yakni Hak Asasi Manusia
(HAM) adalah hak dasar atau kewarganegaraan yang melekat pada individu sejak ia lahir
secara kodrat yang diberikan langsung oleh Tuhan Yang Maha Esa yang tidak dapat
dirampas dan dicabut keberadaannya dan wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi
oleh negara, hukum, pemerintah dan setiap orang demi kehormatan dan perlindungan
harkat dan martabat manusia. Pada praktiknya setelah hukum tentang HAM yang dibuat
tidaklah memberhentikan kasus pelanggaran HAM yang terjadi, mulai dari kasus yang
berat hingga yang ringan seperti pencemaran nama baik, penghinaan, pengancaman, dan
lainnya.

Banyak faktor pendorong yang menyebabkan terhambatnya penegakan kasus


pelanggaran HAM di Indonesia, mulai dari faktor komunikasi dan informasi yang belum
dilakukan dengan baik dan benar, faktor kebijakan pemerintah, faktor perangkat
perundangan, hingga faktor aparat penegakan hukumnya.

Hak Asasi Manusia haruslah berdampingan dengan kewajiban asasi manusia, yang
mana merupakan kewajiban-kewajiban pokok yang harus dijalankan setiap manusia dalam
kehidupan bermasyarakat, seperti kewajiban patuh dan tunduk terhadap undang-undang
yang berlaku, kewajiban membangun dan mengembangkan kehidupan.

3.2 Saran

Sebagai makhluk sosial, kita harus bisa untuk mempertahankan dan memperjuangkan hak
asasi kita sendiri. Ada di luar itu, kita harus bisa menghormati dan menjunjung tinggi hak
asasi manusia orang lain tidak akan membiarkan kita melanggar hak asasi manusia. Dan
jangan sampai hak asasi kita dilanggar dan diinjak-injak oleh orang lain.

21
DAFTAR PUSTAKA

Intan, Ahmad.2016.Pendidikan Kewarganegaraan.Jakarta:Ristekdikti


MuhamadGrastian“IMPLEMENTASIHAKASASIMANUSIADIINDONESIA”
[2].pdf
Sriyana“Peran-Komnas-HAM-Dalam-Pemajuan-Dan-Perlindungan-Hak-Asasi-
Manusia-di-Indonesia” Pusat Dokumentasi ELSAM[1].pdf
DR. SUNARJATI HARTONO.S.H. 1976.APAKAH THE RULE OF LAW
ITU.BANDUNG:Alumni off-set print
A.MuhammadAsrunVol.4No.1(2016),pp.133-154,DOI:
10.15408/jch.v4i1.3200.2016.4.1.133-154/IE/P4GXJMFM/3200-9694-1-PB[1].pdf
I Wayan Sulpai “Implementasi Rencana Aksi Nasional Hak Asasi Manusia
(RANHAM): Pencapaian dan Tantangan” https://setkab.go.id/implementasi-rencana-aksi-
nasional-hak-asasi-manusia-ranham-pencapaian-dan-tantangan/12/02/2022
Usman Hamid “Catatan Akhir 2022: Suram, Wajah Masa Depan HAM di
Indonesia”
https://www.amnesty.id/catatan-akhir-tahun-hak-asasi-manusia-di-indonesia
Gibran Mahardika “Hak Asasi Manusia Atau HAM Dalam UUD 1945”
https://www.forumbelajar.com/hak-asasi-manusia-atau-ham-dalam-uud-
1945/30/10/2020

Prof.Dr. Hamid Darmadi, M.Pd.pengatar Pendidikan Kewarganegaraan

TaslimDhatsu”INetCache/IE/P4GXJMFM/pdf-makalah-ham-dan-rule-of-
law_compress[1].pdf

PROF.DR.H.KAELAN,M.S.DRS.H.ACHMAD
ZUBAIDI,M.Si.2006.PENDIDIKANEWARGANEGARAAN.YOGYAKARTA:
PARADIGMA

22
23

Anda mungkin juga menyukai