Anda di halaman 1dari 20

SURAT-SURAT HUKUM BISNIS

BERHARGA POLITEKNIK NEGERI BALI


PENGERTIAN SURAT BERHARGA :

Surat berharga (waarde papier, negotiable instrumens, comersial paper) tidak sama dengan
surat yang mempunyai harga.
Definisi surat berharga tidak terdapat dalam KUHD maupun KUH Pdt. Abdul Kadir
Muhammad, SH. dalam bukunya hukum dagang tentang surat-surat berharga
menyebutkan bahwa surat berharga yaitu :
“ Surat yang oleh penerbitnya sengaja diterbitkan sebagai pelaksanaan pemenuhan suatu
prestasi yang berupa pembayaran sejumlah uang. Tetapi pembayaran itu tidak dilakukan
dengan menggunakan mata uang melainkan dengan menggunakan alat bayar lain. Alat
bayar itu berupa surat yang di dalamnya mengandung suatu perintah kepada pihak ketiga
atau pernyataan sanggup untuk membayar sejumlah uang kepada pemegang surat tersebut

Dengan perkataan lain surat berharga ialah surat yang berisi perintah kepada pihak ketiga
untuk menyerahkan suatu hak yang tercantum di dalamnya kepada orang yang berhak atas
surat berharga tersebut.
SURAT BERHARGA DAN SURAT YANG MEMPUNYAI HARGA :

Bila surat berharga diterbitkan untuk memenuhi prestasi, maka surat yang
mempunayi harga diterbitkan hanya untuk menjadi bukti bahwa pemiliknya berhak
atas surat yang mempunyai harga tersebut. Misalnya pemegang SIM, KTP, demikian
juga pemegang surat pengakuan utang mempunyai hak atas tagihan suatu utang,
tetapi tidak dapat diperjualbelikan kepada pihak lain. Jadi surat yang mempunyai
harga bersifat subjektif artinya hanya berlaku bagi orang tertentu saja dan tidak
berlaku bagi orang lain karena itu krediturnya hanya orang yang namanya tercantum
di dalam surat yang mempunyai harga tersebut.
PERBEDAAN ANTARA SURAT BERHARGA DAN SURAT YANG MEMPUNYAI HARGA :

Surat berharga Surat yang mempunyai harga


1. Haknya bersifat obyektif 1. Haknya bersifat subyektif
2. Dapat diperdagangkan 2. Tidak dapat diperdagangkan
3. Menganut legitimasi formal 3. Menganut legitimasi material
4. Krediturnya berganti-ganti 4. Krediturnya hanya satu orang yang
5. Misalnya wesel : cek dll namanya tercantum dalam surat
tersebut
5. Misalnya : SIM, KTP, dll
Surat berharga yang berisi hak untuk menagih sejumlah uang yang tercantum di dalam
surat berharga tersebut. Perikatan dasarnya adalah untuk pemenuhan suatu prestasi.
Misalnya :
1. Wesel;
2. Cek;
3. Aksep/promes;
4. Bilyet giro dll.
Contoh-contoh surat berharga di atas dapat digolongkan lagi menjadi :
1. Surat perintah membayar (wesel, cek, bilyet giro);
2. Surat kesanggupan membayar (aksep/promes);
3. Surat pembebasan utang (kuitansi atas tunjuk);
BENTUK- BENTUK SURAT BERHARGA :
Surat-surat Berharga yang diatur dalam KUHD yaitu :
1. Surat Wesel, adalah surat yang memuat kata wesel didalamnya diberi tanggal dan
ditanda tangani disuatu tempat, penerbit memberi perintah tanpa syarat untuk pada hari
bayar membayar sejumlah uang kepada orang (penerima) yang ditunjuk oleh penerbit
atau penggantinya disuatu tempat tertentu.
2. Surat Sanggup, adalah surat berharga yang memuat kata aksep atau promes penerbit
menyanggupi untuk membayar sejumlah uang kepada orang yang disebut dalam surat
sanggup itu atau penggantinya pada hari bayar.
3. Surat Cek, adalah surat berharga yang memuat kata cek, penerbitnya memerintahkan
kepada bank tertentu untuk membayar sejumlah uang kepada orang yang namanya
disebut dalam cek, pembawaannya pada saat diunjukkan.
4. Certer Partai, adalah surat berharga yang memuat kata charter party, yang
membuktikkan tentang adanya perjanjian pencarteran kapal, dalam nama si penanda
tangan mengikatkan diri untuk menyerahkan sebagaian atau seluruh ruangan kapal
kepada pencarter untuk dioperasikan, sedangkan pencarter mengikatkan diri untuk
membayar uang carter.
5. Konosemen, adalah surat berharga yang memuat kata konosemen atau Bill of
lading, yang merupakan tanda bukti penerimaan barang dari pengirim, ditanda
tangani oleh pengangkut dan yang memberikan hak kepada pemegangnya untuk
menuntut penyerahan barang-barang yang disebutkan dalam konosemen itu.
6. Delivery-order, adalah surat berharga yang mencantumkan kata deliver-order (d`o)
di dalamnya dan merupakan surat perintah dari pemegang konosemen kepada
pengangkut agar kepada pemegang d`o diserahkan barang-barang sebagai yang
disebut dalam d`o yang diambil dari konosemennya.
7. Surat Saham, adalah surat berharga yang mencamtukan kata saham didalamnya
sebagai tanda bukti kepemilikan sebagai modal dari perseroan.
8. Promes atas unjuk atau promoes untuk pembawa, adalah surat berharga yang
diberi tanggal dimana penandatangannya sendiri, berjanji akan membayar sejumlah
uang yang telah ditentukan didalamnya kepada pembawa pada waktu diperlihatkan
pada sewaktu-waktu tertentu.
SURAT-SURAT BERHARGA YANG DIATUR DI LUAR KUHD MELIPUTI :

1. Ceel , adalah surat berharga sebagai tanda bukti penerimaan barang-barang untuk
disimpan dalam veem, ditanda tangani oleh pengusaha veem, yang memberi hak
kepada pemegangnya untuk menuntut penyerahan barang-barang sebagai disebut
dalam veem kepada pengusaha ceel.
2. Surat Obligasi, adalah surat berharga yang mencantumkan kata “obligasi” didalamnya
dan menyanggupi membayar/mengembalikan jumlah pokok dengan bunga tertentu
sebagaimana yang disebutkan dalam surat obligasi tersebut.
3. Sertifikat, adalah surat berharga yang mencantumkan kata sertifikat didalamnya, dan
merupakan tanda bukti peneriman uang, yang diterbitkan oleh bank-bank atau badan
hokum lainnya atas sejumlah uang yang diserahkan kepada bank-bank atau badan
hokum untuk suatu jangka waktu tertentu atau tidak terbatas, dengan membayar bunga
atau uang pengganti deviden sebagai imbalannya dan dapat diperjual belikan.
4. Sertifikat Deposito, adalah surat berharga dalam atas tunjuk dalam rupiah yang
merupakan surat pengakuan utang dari bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank
(LKBB) dapat diperjualbelikan dalam pasar uang .
1. Sertifikat Bank Indonesia, adalah surat berharga atas tunjuk dalam rupiah yang
diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu
pendek dengan sistem diskonto.
2. Bilyet Giro, adalah surat perintah dari nasabah kepada bank penyimpan dana,
untuk memindah buku kan sejumlah dana yang disebut namanya.
3. Surat Berharga Komersial (Commercial Paper / CP), adalah surat sanggup tanda
jaminan spesifik yang diterbitkan oleh perusahaan bukan bank, dan
diperdagangkan melalui bank atau perusahaan efek, berjangka waktu pendek dan
diperdagangkan dalam sistem diskonto.
4. Kartu Kredit, adalah kartu yang umumnya dibuat dari bahan plastk dengan
dibubuhi identitas dari pemegang dan penerbitnya, yang memberikan hak
terhadap siapa kartu kredit diisukan untuk menandatangani tanda pelunasan
pembayaran harga dan jasa atau barang yang dibeli ditempat-tempat tertentu.
SURAT BERHARGA SEBAGAI SURAT LEGITIMASI :
Surat Berharga sebagai surat legitimasi artinya sebagi bukti
bahwa pemegangnya merupakan orang yang berhak. Seorang
pemegang surat berharga dapat memperoleh hak-hak atas
surat berharga dengan jalan menunjukkan surat berharga
tersebut kepada debitur. Misalnya seorang yang akan
menerima peralihaan suatu wesel dengan jalan endosemen,
untuk memperoleh haknya dilakukan dengan menyerahkan
surat tersebut beserta endosemennya. Dalam hal ini debitur
tidak perlu lagi meneliti kebenaran surat pemilik wesel
tersebut.
HUBUNGAN ANTARA SURAT BERHARGA DENGAN KUH
PDT TERDAPAT DALAM PEMBUKTIAN YANG DIATUR
DALAM PASAL 1866 KUH PDT. ADA 5 MACAM BUKTI :
1. Tulisan
2. Kesaksian
3. Persangkaan
4. Pengakuan
5. Sumpah
Adapun bukti yang berkaitan dengan surat berharga adalah bukti yang tulisan baik akta
maupun non akta. Akta yaitu tulisan yang disengaja dibuat dan ditandatangani untuk
membuktikan adanya suatu peristiwa hukum. Akta dibagi menjadi 2 yaitu akta otentik dan
akta di bawah tangan.
WESEL
Pengertian wesel dalam hukum tidak sama dengan pengertian wesel dalam kehidupan sehari-hari (wesel
pos). Wesel ini berfungsi sebagai pengirim uang (transfer).
Dalam pasal 100 KUHD tidak menyebutkan pengertian wesel akan tetapi disebutkan bahwa tiap-tiap
wesel berisikan :
1. Nama surat “wesel” yang dimuat dalam teksnya sendiri dan diistilahkan dalam bahasa surat itu ditulis
2. Perintah tak bersyarat untuk membayar sejumlah uang tertentu
3. Nama orang yang harus membayarnya (tertarik)
4. Penetapan hari bayarnya
5. Penetapan tempat pembayaran dilakukan
6. Nama orang yang akan menerima pembayaran
7. Tanggal dan tempat wesel ditarik
8. Tanda tangan orang yag mengeluarkannya
Mengenai pengertian Surat wesel dapat dilihat pada bentuk-bentuk surat berharga terdahulu.
E ND OS EME N :

Endosemen yaitu suatu lembaga dalam hukum wesel untuk memindahkan hak tagih dari
pemegang wesel kepada pemegang berikutnya. Caranya yaitu dengan menulis pernyataan
pengalihan pada bagian belakang wesel tersebut.
Suatu wesel dialihkan dengan cara endosemen bila “klausulanya atas tunjuk” (aan order to
order), dapat diserahkan kepada orang lain dengan jalan endosemen. Endosemen dapat
dilakukan kepada tertarik akseptan atau tertarik bukan akseptan. Juga kepada penarik serta
debitur wesel.
Endosemen tidak boleh dilakukan dengan bersyarat. Tiap-tiap syarat yang ada pada endosemen
dianggap tidak tertulis. Endosemen ini ditulis pada surat wesel tersebut (bagian belakangnya)
ataupun pada lembaran sambungnya (allonge). Akan tetapi endosemen dapat juga dilakukan
dengan tidak menyebut nama orang yang akan menerima pengalihan surat wesel tersebut.
“Inilah yang disebut endosemen blanko”. Endosemen blanko ini dibuat pada lembaran
sambungan (allonge).
AKSEPTASI :
Akseptasi yaitu suatu lembaga dalam hukum wesel yang berisi persetujuan atau kesanggupan
tertarik untuk membayar wesel pada hari bayar.
Bila tertarik menyanggupi untuk membayar wesel tersebut maka dia akan menandatangani
suatu pernyataan sanggup. Setelah selesai penandatanganan tersebut ia berubah menjadi
akseptan yaitu tertarik yang telah srtuju untuk membayar wesel pada hari bayar. Dengan
demikian ia menjadi debitur yang terikat untuk membayar wesel tersebut.
Akseptan dapat diajukan oleh pemegang yang sah atau oleh orang yang hanya memgangnya
belaka kepada tertarik ditempat tinggalnya. Akan tetapi akseptasi hanya dapat diberikan
kepada pemegang yang sah. Bila tertarik mengetahui bahwa orang yang menagjukan akseptasi
itu bukan orang yang sah, makai ia harus menolaknya.
Akseptasi dapat diharuskan dan dapat juga dilarang. Akseptasi diharuskan bila penerbit ingin
memastikan apakah tertarik akan menjamin pembayaran pada hari bayar atau tidak.
Adapun akseptasi dapat dilarang dengan menggunakan klausula non acceptable. Hal ini
dikarenakan tertarik pasti akan menyanggupi pembayaran pada hari bayar. Jadi tidak perlu
dimintakan akseptasi lagi.
HAK REGRES

Hak regres yaitu hak untuk menuntut baik kepada penerbit, tertarik, atau pemegang jika
wesel yang diajukannya tidak diakseptasi/tidak dibayar pada hari bayar oleh akseptan.
Pasal 147 KUHD menyatakan bahwa pemegang hak regres berhak menuntut berdasarkan
hak regres kepada para wajib regres (penerbit, tertarik dan pemegang wesel) yaitu :
1. Jumlah uang wesel yang diperjanjikan;
2. Bunga sebanyak 6% terhitung mulai dari hari pembayarannya;
3. Biaya protes, biaya segala pemberitahuan, dan ongkos-ongkos lainnya.
Adapun salah seorang wajib regres yang telah memenuhi kewajibannya membayar
sejumlah uang wesel, berhak untuk menuntut debitur wajib-regres lainnya terhadap :
1. Seluruh jumlah uang yang telah dibayar;
2. Bunga 6% terhitung mulai dari hari pembayaran dilakukan;
3. Biaya yang telah dikeluarkannya.
KEWAJIBAN-KEWAJIBAN PENERBIT :

Kewajiban-kewajiban penerbit terdapat dalam pasal 108 KUHD, yaitu bahwa penarik surat
wesel harus menanggung akseptasi dan pembayaran.
Kewajiban untuk menanggung akseptasi berarti penerbit harus bertanggungjawab kepada
pemegang wesel, bila tertarik tidak mau mengakseptasi wesel. Kemungkinan hal ini
dikarenakan penarik tidak mempunyai dana yang cukup pada tertarik (bank).
Kewajiban penerbit untuk menanggung akseptasi ini dapat dikecualikan, asalkan ia dapat
menjamin bahwa pemegang wesel akan menerima pembayaran pada hari bayar. Akan tetapi
setiap klausula yang meniadakan kewajiban penarik untuk membayar harus dianggap tidak
ada, karena pembayaran merupakan kewajiban pokok penerbit.
Selain menjamin akseptasi dan pembayaran, penarik juga diwajibkan untuk menyediakan
dana (fonds) yang cukup pada tertarik (bank). Bahkan kewajiban ini ada sebelum kewajiban
di atas (menjamin akseptasi dan pembayaran), karena tidak mungkin penarik bisa
menerbitkan wesel jika ia tidak mempunyai dana pada tertarik (bank).
AVAL
Aval yaitu suatu lembaga dalam hukum wesel yang terjadi bila seorang pihak ketiga
mengikatkan diri untuk menjamin pembayaran wesel pada hari bayar, Bila akseptan tidak
membayarnya. Jadi dengan aval pemegang wesel lebih terjamin akan menerima pembayaran.
Aval merupakan jaminan orang sebagaimana halnya dengan borgtocht dalam jaminan kredit.
Orang yang mengikatkan dirinya untuk menjamin pembayaran wesel tersebut disebut
“avails”.
Orang yang dapat menjadi avalis baik itu pihak ketiga maupun orang-orang yang tanda
tangannya termuat di dalam surat wesel. Pihak ketiga adalah orang yang berada diluar
hubungan wesel.
Pemberi aval sama terikatnya seperti penerbit, endosan dan akseptan yang harus menjamin
pembayaran wesel tersebut pada hari bayar. Setelah aval diberikan maka berlakulah
“subbrogasi” (penggantian kreditur) yaitu bahwa pemberi aval akan memperoleh segala hak
yang dimiliki oleh penerima aval (penerbit, endosan atau akseptan).
CEK
Pengertian Cek tidak terdapat dalam undang-undang.
Pasal 178 KUHD hanya menyebutkan syarat-syarat formal dari Cek yaitu bahwa tiap-tiap cek harus memuat syarat-syarat
formal yaitu :
1. Nama cek yang dimuat di dalam teks surat tersebut dan diistilahkan dalam bahasa cek itu (di Indonesia Cek, di Perancis
Ceque, di Inggris Check);
2. Perintah tak bersyarat untuk membayar sejumlah uang;
3. Tertarik (nama orang yang harus membayarnya);
4. Penetapan tempat pembayaran dilakukan;
5. Tanggal dan tempat cek ditarik;
6. Tandatangan penarik/penerbit/perintah tak bersyarat untuk membayar sejumlah uang.
Jika dalam cek tidak dapat keterangan-keterangan yang disyaratkan dalam pasal 178 KUHD maka surat itu tidak dapan
disebut cek, kecuali ada hal-hal sebagai berikut :
a. Bila dalam surat cek tidak ada penetapan khusus maka tempat yang ditulis di samping nama tertarik sebagai tempat
pembayaran;
b. Jika di samping nama tertarik tersebut lebih dari satu tempat, maka cek harus dibayar di tempat yang disebut pertama;
c. Bila tidak ada penunjukan apapun maka cek harus di bayar di kantor pusat tertarik.
P E R B E D A A N A N TA R A W E S E L D E N G A N C E K :

Macam perbedaan Wesel Cek


Fungsi Alat pembayaran kredit/tunai Alat pembayaran tunai

Waktu peredaran Lebih dari satu tahun 70 hari


Waktu pembayaran Pada waktu yang ditetapkan Pada waktu diperlihatkan

Tertarik Bankir/non Bankir Selalu Bankir


Akseptasi Terdapat Tidak terdapat
Klausula Atas Tunjuk/pengganti/dapat juga Atas pembawa
pembawa
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai