Anda di halaman 1dari 17

Tugas Kelompok

HUKUM DAGANG
“Surat-Surat Bergharga”

DISUSUN OLEH :

Nur Aina Syahira (H1A119082)

Salim Wahyuda Sitorus (H1A119100)

Nur Afina (H1A119081)

Titin Asrianti (H1A119115)

Sitti Julianti (H1A119108)

Sri Ramadan (H1A119110)

Riska Damayanti (H1A119094)

Leostiven Gerardo Sidupa (H1A119061)

Shoifullah (H1A119105)

Mely Chyntia (H1A119065)

Muh. Rezky W (H1A119074)

Muh. Ridho Pratama (H1A119069)

Muh. Fajrul Al-Falakh (H1A119067)

Muh. Mira’j Wahyudi Gama (H1A119073)


JURUSAN ILMU HUKUM
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hukum bisnis adalah suatu perangkat kaidah hukum yang mengatur tata
cara pelaksanaan urusan kegiatan dagang, industri atau keuangan yang di
hubungkan dengan produksi atau pertukaran barang atau jasa dengan
menempatkan uang dari para enterpreniur dalam resiko tertentu, dengan usaha
tertentu dan motif untuk mendapatkan keuntungan tertentu. Surat berharga
merupakan salah satu dari ruang lingkup hukum bisnis ini, secara fisik, surat
berharga hanyalah merupakan sepucuk surat, tetapi dia begitu kuatnya
mengikat secara hukum.
Keberadaan Surat Berharga di dalam dunia bisnis pasti sudah tidak
asing lagi, dalam kekuatannya surat berharga dapat dijadikan sebuah bukti atas
kepemilikan atau merupakan sebuah catatan prestasi bagi yang menerimanya.
Surat Berharga memiliki kekuatan hukum yang dalam keberadaannya diatur
dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang, seperti cek,wesel aksep dam
promes, serta pada peraturan-peraturan yang sudah disyahkan atas
penerbitannya.
Dalam dunia perdagangan kemungkinan pembayaran dengan uang tunai
akan memiliki banyak resiko. Selain menjadi incaran orang jahat terhadap
barang bawaannya, juga akan menyulitkan saat membawa uang tersebut karena
terlalu berat untuk mata uang tunai. Disamping itu dalam penghitungan mata
uang tunai baik logam atau tunai, akan membutuhkan waktu yang cukup lama.
Oleh karena itu, dalam dunia perdagangan, diperlukan bentuk pembayaran
yang lebih mudah, lebih lancar dan lebih aman.
Secara hukum surat berharga merupakan sebuah dokumen yang
diterbitkan oleh penerbitnya sebagai pemenuhan suatu prestasi berupa
pembayaran sejumlah uang sehingga berfungsi sebagai alat bayar yang didalam
nya berisikan surat perintah untuk membayar kepada pihak-pihak yang
memegang surat tersebut. Pada kenyataannya surat berharga dapat dijadikan
suatu aalt transaksi yang mempunyai nilai tertentu sesuai yang tertera dalam
peraturan yang mengatur dan kesepakatan yang mengeluarkannya. Pada
makalah ini kami akan menjelaskan lebih lanjut tentang jenis surat berharga.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dan dasar hukum surat berharga?
2. Apa saja fungsi dari surat berharga ?
3. Siapa saja pihak-pihak yang terkait dengan surat berharga?
4. Apa saja jenis-jenis surat berharga?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dan dasar hukum surat berharga
2. Untuk mengetahui fungsi dari surat berharga 
3. Untuk mengetahui pihak-pihak yang terkait dengan surat berharga
4. Untuk dapat mengetahui tentang jenis-jenis surat berharga
D. Manfaat
1. Dapat mengetahui pengertian dan dasar hukum surat berharga
2. Dapat mengetahui fungsi dari surat berharga 
3. Dapat mengetahui pihak-pihak yang terkait dengan surat berharga
4. Dapat mengetahui tentang jenis-jenis surat berharga
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Surat Berharga


Surat berharga adalah surat pengakuan hutang, wesel, saham, obligasi,
sekuritas  kredit atau setiap derivatif dan surat berharga atau kepentingan lain
atau suatu kewajiban dari penerbit, dalam bentuk yang lazim diperdagangkan
dalam pasar modal maupun pasar uang. (UU No. 7/1992 tentang Perbankan).
Sedangkan fungsi dari surat berharga itu sendiri dapat dikelompokkan
sebagai:
 Pembayaran (contoh: cek, bilyet giro dan wesel bayar)
 Surat bukti investasi, yang dibagi lagi ke dalam (i) investasi yang bersifat
utang (contoh: promes dan obligasi), dan (ii) investasi yang bersifat ekuitas
(contoh: surat saham).
2. Fungsi dari Surat Berharga
Dalam Bab 6 dan 7 KUHD, fungsi surat berharga secara umum
dibedakan dalam:
 Surat sanggup membayar atau janji untuk membayar. Dalam surat ini
penandatangan berjanji atau menyanggupi membayar sejumlah uang kepada
pemegang atau orang yang menggantikannya. Termasuk bentuk ini adalah
surat sanggup
 Surat perintah membayar. Dalam surat ini penerbit memerintahkan kepada
tertarik untuk membayar sejumlah uang kepada pemegang atau
penggantinya. Termasuk dalam bentuk surat ini adalah surat wesel dan cek
 Surat pembebasan hutang. Dalam surat ini penerbit memberi perintah
kepada pihak ketiga untuk membayar sejumlah uang kepada pemegang yang
menunjukkan dan menyerahkan surat ini.  Termasuk dalam bentuk ini
adalah kwitansi atas unjuk.
3. Pihak yang Terlibat Dalam Surat Berharga
 Penarik (drawee), merupakan pihak pemilik dana pada rekening yang
memerintahkan tertarik, yaitu bank, untuk membayar kepada pemegang
 Penerbit (issuer, penandatangan, debtor), merupakan pihak yang
menerbitkan surat berharga
 Pemegang (kreditur, holder, investor, beneficiary), adalah pemegang surat
berharga yang memiliki hak tagih
 Tertarik (payee), merupakan pihak lain yang disebutkan dalam surat
berharga sebagai pihak yang akan melakukan pembayaran
 Endosant (indorser), adalah pemegang surat berharga sebelumnya, yang
memindahkan haknya atas surat berharga tersebut kepada pihak yang
menerima pengalihan
 Akseptan (acceptor), adalah pihak yang melakukan akseptasi menerima,
yaitu mengakui setiap tagihan yang ternyata dalam warkat surat berharga
yang diaksep serta berjanji melakukan pembayaran pada waktu yang
ditentukan. Biasanya akseptan dalam wesel bank adalah bank selaku pihak
tertarik, sedangkan dalam wesel dagang (merchants draft) akseptan
biasanya adalah importir atau pembeli
 Avalist  (guarantor) adalah penjamin dari penerbit
4. Jenis-Jenis Surat Berharga
1. Wessel

Pada Pasal 100 KUHD menerangkan bahwa Wessel : Surat berharga


yang memuat kata “WESSEL” didalamnya, tertanggal dan ditandatangani di
suatu tempat, dalam mana si Penarik memberi perintah tanpa syarat kepada
Tertarik untuk pada hari bayar membayar sejumlah uang kepada pemegang/
penerima yang ditunjuk oleh penarik / penggantinya. Dalam Pasal 100 KUHD
pun mengatur tentang Syarat formal Surat Wessel :

 Perkataan “Surat Wessel” harus tercantum dalam teksnya sendiri


 Perintah tidak bersyarat untuk membayar sejumlah uang.
 Nama orang yang harus membayar/tertarik.
 Menunjukkan hari gugur.
 Penunjukkan tempat, dimana pembayaran dilakukan.
 Nama orang kepada siapa/kepada pengganti pambayaran harus dilakukan.
 Penyebutan tanggal penerbitan.
 Tandatangan orang yang menerbitkan surat wessel/penarik.
Para pihak yang terlibat dalam suatu Wessel adalah sebagai berikut:

 Penarik, pihak yang menerbitkan surat wesel.


 Tertarik, pihak yang diberikan perintah tanpa syarat untuk membayar surat
wesel.
 Akseptan, pihak yang telah setuju untuk membayar surat wesel pada hari
bayar.
 Pemegang pertama, pihak yang pertama sekali memegang/menerima wesel
tersebut.
 Pengganti, pihak yang menerima peralihan surat wesel dari pihak pemegang
sebelumnya.
 Endosan, pihak yang mengalihkan surat wesel kepada pemegang
selanjutnya.
2. Surat Berharga Cek
Pasal 178 KUHD menerangkan bahwa Cek : Surat berharga yang
membuat kata “CEK”. dimana penarik memerintahkan kepada bank tertentu
untuk membayar sejumlah uang kepada orang yang namanya disebut dalam
cek/penggantinya/pembawa pada saat ditunjukkan. Dalam pasal 178 KUHD
mengatur tentang Syarat Formal bentuk surat Cek, diantaranya.
1. Perkataan “CEK” yang secara mutlak harus ditulis dalam teks cek tersebut.
2. Perintah tak bersyarat.
3. Tertarik/tersangkut.
4. Tempat pembayaran.
5. Tanggal dan tempat cek ditariknya.
6. Tanda tangan penarik.
Adapun pihak yang terlibat dalam surat cek adalah:
1. Penarik, pihak yang menerbitkan surat cek.
2. Tertarik, pihak yang diberikan perintah tanpa syarat untuk membayar surat
cek, dalam hal ini adalah bank.
3. Pemegang, pihak yang pertama sekali memegang/menerima cek tersebut.
4. Pembawa, pihak yang menerima cek tersebut dan membawa untuk
menunjukkannya kepada bank, tanpa menyebutkan namanya pada cek
tersebut
5. Pengganti, pihak yang menerima peralihan surat cek dari pihak pemegang
sebelumnya dengan jalan endosemen.
Jenis-Jenis Surat Cek:
 Cek Biasa, cek yang memenuhi criteria dan cirri-ciri cek, tanpa ketentuan
tambahan
 Cek Atas Pengganti Penerbit. Cek dimana pemegang pertama tidak
disebutkan, sehingga penarik sama dengan pemegang pertama
 Cek Atas Penerbit sendiri. Tertarik juga bisa bertindak sebagai penarik
 Cek Untuk Perhitungan Pihak Ketiga. Cek yang diterbitkan oleh seseorang
tetapi pembayarannya diambil bukan dari rekening penarik, namun dari
rekening pihak ketiga
 Cek Inkasso. Pemegang cek hanya berkedudukan sebagai pemegang kuasa
untuk menagih. Pemegang tidak boleh mengalihkan kepada pihak lain selain
dengsn jalan pemberian kuasa terhadap seseorang sesuai yang tercantum
dalam surat kuasa
 Cek Domisili. Cek yang tempat pencairannya ditunjukkan di tempat
tertentu, yaitu di tempat pihak ketiga atau ditempat pihak tersangkut.
Catatan: Cek ini tidak dapat dicairkan di tempat lain
 Cek Silang (Crossed Cheque) Cek yang hanya dibayarkan jika pembawanya
bank lain atau nasabah bank dari tertarik
 Cek Perjalanan (Traveller’s Cheque). Cek ini tidak dapat dibayar dngan
tunai, namun hanya dibayar secara pemindah bukan kedalam rekening
pembawanya.
3. Surat Sanggup
Sebuah surat berharga, yang mncantumkan tanggal dan menyebutkan
tempat penerbitannya, yang merupakan kesanggupan tanpa syarat oleh penerbit
untuk membayar (pengakuan hutang) kepada pihak pemegang atau pembawa
nya, pembayaran mana dilakukan pada waktu tertentu oleh pihak penerbit itu
sendiri.
Syarat-Syarat Formal surat Sanggup:
a. Kata-kata “Surat Sanggup”
b. Kesanggupan tidak bersyarat untuk membayar sejumlah uang tertentu
c. Tanggal pembayaran
d. Penetapan tempat pembayaran
e. Tanggal dan tempat surat sanggup ditarik/diterbitkan
f. Tanda tangan penerbit surat askep
g. Nama orang yang kepadanya atau kepada orang lain yang ditunjuk olehnya,
pembayaran harus diakukan
4. Kuitansi
Kuitansi mengandung perintah kepada pihak ketiga untuk
membayarkan sejumlah uang tertentu yang tertulis pada kuitansi tersebut
kepada pengunjuknya. Terjadinya “kuitansi dan pembawa” tentunya karena si
penerbit “kuitansi dan pembawa” itu telah ada kesanggupan dari pihak ketiga
(tertarik) untuk membayar/menyediakan dana untuk membayar sejumlah uang
yang tertera pada kuitansi itu.
Persyaratan yang harus dimiliki/dipenuhi suatu kuitansi pada pembawa
adalah:
a. Harus ada tanda tangan dan ditanda tangani oleh pembuatnya
b. Harus dinyatakan pengakuan bahwa telah menerima sejumlah uang tertentu
c. Harus disebutkan nama yang kena tarik
d. Harus dinyatakan penanggalan hari pengeluaran “surat kuitansi pada
pembawa” tersebut
5. Promes (Akspestasi)
Berbeda dengan surat Wessel, yang mengandung perintah, promes
(akspektasi) menyebutkan suatu janji atau kesanggupan untuk membayar.
Promes disebut juga “surat sanggup”, yaitu surat pernyataan dari seseorang
debitur untuk menyanggupi/berjanji membayar sejumlah uang pada waktu
tertentu kepada orang yang tertulis namanya diatas surat tersebut. Promes
berarti kesanggupan atau berjanji dan “aksep” berarti “akhir”, maka dari itulah
kita katakana surat tersebut “promes” atau “askep”.
Dalam proses harus tercantum keterangan-keterangan:
a) Kata-kata promes atau keterangan order
b) Janji tidak bersyarat untuk membayar sejumlah utang
c) Tempat pembayaran. Apabila ini tidak ada, maka tempat pembayaran adalah
tempat yang tertera dekat nama tertarik
d) Tanggal pembayaran
e) Nama orang yang kepada seluruhnya uang itu harus dibayar
f) Tanda tangan orang yang mengeluarkan promes
Syarat-syarat promes adalah:
a) Harus memuat perkataan “surat order” atau “promes kepada order”
b) Janji tidak bersyarat untuk membayar sejumlah uang
c) Harus ditentukan jangka waktu atau hari pembayaran
d) Tempat pembayaran
e) Nama orang yang harus menerima pembayaran atau kuasanya (ordernya)
f) Nama tempat dan tinggal promes itu ditandatangani
g) Tanda= tangan promiten
6. Bilyet Giro
Bilyet Giro adalah surat perintah dari nasabah pemilik dana pada
rekening giro, kepada bank atau tertarik untuk memindahkan sejumlah dana
kedalam rekening yang tertera dalam bilyet giro, dan mana tidak dapat
dicairkan secara tunai.
Dasar Hukum:
1. SEBI No.8/7/1975
2. SEBI No.9/72/1975
3. SEBI No.9/16/1976
4. SEBI No.5/85/1972;

 Syarat Formal
Setiap Bilyet Giro harus berisikan:
1. Nama dan nomor Bilyet Giro
2. Nama bank tertarik
3. Perintah bayar tanpa syarat
4. Nama dan nomor rekening pemegang /penerima
5. Nama dan alamat bank penerima
6. Jumlah dana dalam angka dan huruf
7. Tempat dan tanggal penarikan
8. Tanda tangan dan nama jelas penarik;
Pihak-pihak yang terlibat dalam transaksi yang menggunakan Bilyet
Giro adalah sama dengan pihak-pihak yang terlibat dalam transaksi yang
menggunakan cek.
Beberapa istilah yang berkaitan dengan Bilyet Giro:
1. Bilyet Giro mundur adalah Bilyet Giro yang tanggal efektifnya setelah
tanggal penerbitan
2. Stop payment merupakan perintah penarik untuk membatalkan penarikan
yang disebabkan oleh hilangnya Bilyet Giro
3. Inkaso (Pasal 183a KUHD) adalah perintah atau kuasa untuk menagihkan
sejumlah uang yang tertera dalam Bilyet Giro
4. Cerukan (overdraft) adalah kondisi yang mana bank tertarik melakukan
pembayaran atas instruksi pendebetan atau penarikan yang dilakukan
penarik atau nasabah, walaupun dana pada rekening giro tersebut tidak
mencukupi
5. Bilyet Giro kosong adalah tolakan terhadap Bilyet Giro yang ditarik,
dikarenakan: (i) saldo rekening tidak cukup, (ii) rekening telah ditutup, dan
(iii) alasan lain
6. Mekanisme pemberian SP dalam Bilyet Giro sama dengan cek.
 Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam Bilyet Giro:
1. Apabila terdapat perbedaan penulisan dalam jumlah uang dalam angka dan
huruf, maka yang berlaku yang tertulis dalam huruf
2. Apabila terdapat penulisan jumlah uang yang berulang-ulang, maka yang
berlaku adalah jumlah yang terkecil
3. Setiap perubahan perintah atau coretan, wajib ditandatangani oleh penarik
di tempat kosong yang terdekat dengan perubahan tersebut.
4. Bilyet Giro hanya dikenal dalam hukum Indonesia. Di negara lain, Bilyet
Giro sebagai media pemindahbukuan dana pada rekening giro, tidak
dikenal mengingat baik untuk keperluan pembayaran tunai atau media
pemindahbukuan hanya digunakan satu instrument yaitu cek.
Tanggal dan batas waktu yang berlaku dalam Bilyet Giro:
 Tanggal penerbitan
 Tanggal efektif (bukan merupakan syarat formal Bilyet Giro) adalah tanggal
mulai berlakunya tenggang waktu penarikan. Apabila tidak ditulis dalam
Bilyet Giro maka tanggal penebitan sama dengan tanggal efektif
 Tenggang waktu penarikan selama-lamanya 70 hari sejak tanggal penerbitan
 Tenggang waktu penawaran selama-lamanya 6 bulan setelah batas waktu
penarikan
 Masa daluwarsa adalah masa setelah tenggang waktu penawaran
7. Konosemen
Sesuai dengan bunyi undang-undang Pasal 504 KUHD maka
konosemen adalah surat dimana pengangkut (kapten kapal) menerangkan
bahwa ia telah menerima sejumlah barang untuk mengangkutnya ke suatu
tempat dan menyerahkannya di sana kepada seseorang atau kepada wakil
(kuasa order) nya, segala sesuatu dengan syarat-syarat serta ongkos-ongkos
terterntu. Dari definisi dapat dikatakan bahwa konosemen mempunyai fungsi
sebagai tanda penerimaan (sejumlah barang tertentu) dan sebagai surat
perjanjian pengangkutan.
Konosemen member hak kepada yang memilikinya atas sejumlah
barang tertentu. Jadi selama barang-barang dalam kapal sedang berada di
tengah lautan, tanpa sepengetahuan kekuasaan atas dirinya telah berpindah
tangan yang satu ke tangan yang lain.
8. Saham
Saham adalah surat berharga yang merupakan tanda kepemilikan
seseorang atau badan terhadap suatu perusahaan. Pengertian saham ini artinya
adalah surat berharga yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan yang
berbentuk Perseroan Terbatas (PT) atau yang biasa disebut emiten. Saham
menyatakan bahwa pemilik saham tersebut adalah juga pemilik sebagian dari
perusahaan itu. Dengan demikian kalau seorang investor membeli saham,
maka ia pun menjadi pemilik atau pemegang saham perusahaan.
Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik
kertas itu adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan kertas tersebut. Jadi
sama dengan menabung di bank, setiap kali kita menabung maka kita akan
mendapatkan slip yang menjelaskan bahwa kita telah menyetor sejumlah
uang. Dalam investasi saham, yang kita terima bukan slip melainkan saham.
Jenis-Jenis Saham:
Pembagian jenis-jenis saham
Saham dibagi-bagi ke dalam beberapa jenis. Pembagian saham ini
berdasarkan pada:
Pembagian jenis saham berdasarkan hak tagih atau klaim
Pembagian jenis saham berdasarkan cara peralihannya
 Pembagian jenis saham berdasarkan kinerja perdagangan

1. Ada dua jenis saham berdasarkan hak tagih atau kemampuan klaim yaitu
sebagai berikut:
a. Saham Biasa (Common Stock)
Jenis saham ini yang paling sering digunakan dan paling populer di pasar
modal karena pemilik saham jenis ini akan menerima dividen jika perusahaan
memperoleh keuntungan / laba dan tidak memperoleh dividen ketika
perusahaan dalam kondisi buruk serta memiliki hak suara pada Rapat Umum
Pemegang Saham (RUPS). Apabila suatu saat perusahaan dilikuidasi /
bangkrut, maka para pemegang saham ini akan menerima hak atas sisa dari
aset perusahaan atau setelah melunasi hutang pada pihak lain.
Ciri-ciri saham biasa ini antara lain : Memperoleh sisa dari aset atau
kekayaan perusahaan jika dilikuidasi, memiliki hak suara dan bisa memilih
dewan komisaris, haknya lebih didahulukan.
b. Saham Preferen (Preferred Stock)
Jenis saham preferen ini maksudnya ialah pemegang saham memperoleh
hak istimewa dan pasti dalam pembayaran dividen dibandingkan jenis saham
biasa. Jika suatu saat perusahaan dilikuidasi, para pemegang saham jenis ini
ini akan mendapatkan hak atas sisa aset perusahaan sebelum pemegang
saham biasa dan haknya lebih tinggi dari pemegang saham biasa, maksudnya
besarnya dividen yang diterima biasanya sudah ditetapkan terlebih dulu.
Adapun ciri-ciri jenis saham ini antara lain : dividen kumulatif,
konvertibilitas (bisa ditukar menjadi saham biasa), memiliki tingkatan-
tingkatan, haknya lebih tinggi dibandingkan saham biasa, tidak memiliki hak
suara seperti saham biasa dalam RUPS, pembagian dividennya lebih
didahulukan, jika perusahaan bangkrut maka pembagian sisa asetnya lebih
didahulukan sebelum jatuh ke pemegang saham biasa.
2. Jenis saham berdasarkan cara peralihannya ada dua jenis, yaitu:
- Saham Atas Unjuk (Bearer Stocks)
 Pada saham ini tidak tertulis nama pemiliknya, supaya lebih mudah
dipindahtangankan dari satu investor ke investor lain.
 Siapa yang memegang saham tersebut secara hukum, maka dialah yang
diakui sebagai pemiliknya dan berhak untuk ikut hadir dalam RUPS.
- Saham Atas Nama (Registered Stocks)
 Saham jenis ini ditulis dengan jelas siapa nama pemiliknya, cara
peralihannya harus dilalui melalui prosedur yang telah ditentukan.
3. Pembagian jenis saham berdasarkan kinerja perdagangan
- Jenis-jenis saham yang terbagi berdasarkan kinerja perdagangan meliputi:
 Blue chip stock
 Income stock
 Growth stock
 Speculative stock
 Counter Cyclical stock.
9. Obligasi
Merupakan suatu surat pengakuan hutang berjangka panjang (dengan
jangka waktu lebih dari 1 (satu) tahun dengan bersuku bunga tertentu yang
diterbitkan oleh perusahaan untuk menarik dana dari masyarakat. Guna
pembiayaan perusahaan, atau diterbitkan oleh pemerintah atau anggaran
belanjanya. Apabila suatu obligasi pada suatu waktu tertentu dapat ditukar
dengan saham dari perusahaan penerbitnya, maka untuk obligasi demikian
disebut dengan istilah “obligasi konversi’
10. Deposito
Berdasarkan UU Perbankan Sertifikat Deposito adalah deposito
berjangka yang bukti simpanannya dapat diperdagangkan. Sedangkan menurut
Blacks Law Dictionary yaitu: Pengakuan tertulis adalah dari bank kepada
penyimpan (deposan) dengan janji untuk membayar kepada penyimpan atau
penggantinya.
Dasar Hukum
Antara lain: Surat Keputusan Direktur BI No. 17/44/KEP/DIR tanggal 22
Oktober 1984 tentang Penerbitan Sertifikat Deposito oleh Bank Umum dan
Bank Pembangunan.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam CoD:
1. Diterbitkan atas bawa, dalam mata uang rupiah, oleh Bank umum dan bank
pembangunan setelah mendapat persetujuan BI
2. Perhitungan bunga secara true discount, sehingga setoran awal ataupun
pembayaran harga beli CoD adalah sebesar net proceed
3. Jangka waktu CoD tidak kurang dari 15 hari
4. Bank dapat memiliki CoD yang diterbitkan bank lain dalam jumlah tidak
melebihi 7,5% dari jumlah pinjaman yang diberikannya. 
Pihak-pihak yang terlibat dalam CoD adalah:
1. Penerbit (Bank), sebagai pihak yang memiliki kewajiban pembayaran
kepada siapapun yang mengunjukkan CoD saat jatuh tempo
2. Pemegang (deposan atau penggantinya atau siapapun yang menguasai CoD)
sebagai pihak yang berhak atas pembayaran jumlah pokok yang tertera
dalam CoD. 
 

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Surat berharga adalah surat pengakuan utang, wesel, saham, obligasi,
sekuritas kredit, atau setiap derivatifnya, atau kepentingan lain, atau suatu
kewajiban dari penerbit dalam bentuk yang lazim diperdagangkan dalam pasar
modal dan pasar uang. Jenis-jenis surat berharga yaitu :wesel, surat cek, surat
sanggup/surat aksep, kuitansi dan promes atas tunjuk,bilyet giro, konosemen,
saham, obligasi, deposito.
B.  Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu penulis senantiasa dengan lapang dada menerima bimbingan dan
arahan serta saran dan kritik yang sifatnya membangun demi perbaikan
makalah berikutnya.

DAFTAR PUSTAKA
Ari siswanto, 2004. Hukum Perniagaan Usaha. Bogor : Graha Indonesia

Kansil, 2001. Hukum Perusahaan Indonesia. Jakarta : Madya Pramita

https://legalbanking.wordpress.com/materi-hukum/hukum-surat-berharga/

http://ilmuakuntansi.web.id/pengertian-saham-dan-jenis-saham/
http://www.nuriazhari82.web.id/2016/03/makalah-tentang-surat-surat-
berharga.html

http://scarmakalah.blogspot.co.id/2014/02/surat-berharga-hukum-dagang.html
 

http://adechotimatanjung.blogspot.co.id/2013/05/makalah-surat-surat-
berharga_9316.html

Anda mungkin juga menyukai