Anda di halaman 1dari 12

TUGAS MAKALAH PENGANTAR AKUNTANSI II

“SURAT - SURAT BERHARGA”

Tugas Makalah Guna Memenuhi Mata Kuliah : Pengantar Akuntansi II


Dosen Pengampu : Siti Nur Aisah, S.E.,M.A.B.

Disusun Oleh :
Dwi Hidayatul Putri
1911102107001

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA


KALIMANTAN SELATAN
PRODI AKUNTANSI
2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah saya panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena hanya
dengan segala rahmat-Nyalah akhirnya saya bisa mennylesaikan makalah dengan
judul ‘Surat-surat berharga’’kepada Ibu Siti Nur Aisah S.E.,M.A.B. selaku dosen
pengampu mata kuliah Pengantar Akuntansi II yang telah memberikan tugas ini ,
sehingga saya mendapatkan banyak tambahan pengetahuan khususnya dalam Surat
surat berharga.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan,akhir
kata saya mengucapkan terimakasih
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang

Dalam undang-undang dan beberapa referensi mengenai surat berharga tidak


ditemukan definisi yang jelas mengenai surat berharga, namun dalam beberapa
referensi mengenai surat berharga para ahli hukum menjelaskan bahwasanya surat
berharga adalah salah satu jenis dari surat perniagaan yang dikenal atau beredar di
masyarakat, di samping jenis lainnya yang dikenal sebagai surat yang berharga.
Perbedaan di antara kedua jenis surat perniagaan di atas, semata-mata memperhatikan
sulit tidaknya pengalihan atau levering-nya.
Keberadaan Surat Berharga di dalam dunia bisnis pasti sudah tidak asing lagi,
dalam kekuatannya surat berharga dapat dijadikan sebuah bukti atas kepemilikan atau
merupakan sebuah catatan prestasi bagi yang menerimanya. Surat Berharga memiliki
kekuatan hukum yang dalam keberadaannya diatur dalam Kitab Undang-Undang
Hukum Dagang, seperti cek,wesel aksep dam promes, serta pada peraturan-peraturan
yang sudah disyahkan atas penerbitannya.
Secara hukum surat berharga merupakan sebuah dokumen yang diterbitkan oleh
penerbitnya sebagai pemenuhan suatu prestasi berupa pembayaran sejumlah uang
sehingga berfungsi sebagai alat bayar yang di dalamnya berisikan suatu perintah
untuk membayar kepada pihak-pihak yang memegang surat tersebut. Pada
kenyataannya surat berharga dapat dijadikan suatu alat transaksi yang mempunyai
nilai tertentu sesuai yang tertera dalam peraturan yang mengatur dan kesepakatan
yang mengeluarkannya.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa definisi dan maksud dari surat berharga ?


2. Apa saja jenis jenis suarat berharga?
3. Bagaimana bentuk atau contoh surat berharga ?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
Surat berharga merupakan sebuah dokumen yang diterbitkan oleh penerbitnya
sebagai pemenuhan suatu prestasi berupa pembayaran sejumlah uang sehingga
berfungsi sebagai alat bayar yang di dalamnya berisikan suatu perintah untuk
membayar kepada pihak-pihak yang memegang surat tersebut. Dalam bahasa Inggris
istilah surat berharga dikenal sebagai negotiable instrument sedangkan dalam bahasa
Belanda disebut waarde papier.
Selain itu surat/akta yang ditandatangani dan sengaja dibuat untuk dipergunakan
sebagai bukti diri yang mana pembawanya mempunyai hak menuntut sesuatu pada
debitur serta mempunyai sifat yang mudah diperjualbelikan.

Tiga macam surat berharga yang berlaku, diantara sebagai berikut :


1. Surat yang bersifat hukum kebendaan
=>Contoh : Konosemen (bill of lading).
2. Surat tanda keanggotaan dari suatu persekutuan
=>Contoh : Surat Saham.
3. Surat tagihan hutang
=>Contoh : wesel, cek, surat sanggup.

Adapun landasan hukum yang mengatur tentang Surat-surat berharga adalah :


1. Tercantum dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang, seperti terhadap
cek,wesel aksep dam promes.
2. Peraturan Perundang-undangan lain yang mengatur surat-surat berharga lainnya.

Secara fisik, surat berharga merupakan sebuah surat, namun begitu kuatnya
mengikat secara hukum. Yang menjadi causa yuridis surat berharga mempunyai
kekuatan mengikat tersimpul dalam 4 (empat) teori yaitu:
Empat teori yang mengikat atas kekuatan secara hukum, diantaranya:
Teori Kreasi ( creatie theorie )
Surat berharga mengikat penerbitnya karena tindakan penerbit menandatangani
surat tersebut. Oleh karea itu penerbit terikat meskipun pihak pemegang surat
berharga sydah beralih kepada pihak lain dari pemegang semula.
Teori Kepatutan ( redelijkheids theorie )
Penerbit surat berharga terikat dan harus membayar surat berharga kepada
siapapun pemegangnya. Namun apabila pemegang surat berharga tersebut tergolong
”tidak pantas”, misalnya diperoleh dengan pencurian, maka penerbit tidak terikat
untuk membayar.
Teori Perjanjian ( overeenkomsttheorie )
Surat berharga mengikat penerbitnya karena penerbit telah membuat suatu
perjanjian dengan pihak pemegang surat berharga tersebut, yaitu perjanjian untuk
membayarnya, termasuk jika surat berharga dialihkan kepada pihak ketiga.
Teori Penunjukan ( vertonings theorie )
Surat berharga mengikat penerbitnya karena pihak pemegang surat berharga
tersebut menunjukkan suart berharga tersebut kepada penerbit untuk mendapatkan
pembayrannnya. Sebelum surat tersebut ditunjukkan, keterikatan dari penerbit untuk
membayar belum ada.

2.2 Jenis- Jenis Surat Berharga


1. Surat Berharga dalam KUHD
Ketentuan-ketentuan megenai surat berharga diatur dalam Buku I titel 6 dan titel 7
KUHD yang berisi tentang : Wesel, Surat Sanggup, Cek, Kwitatansi-Kwitansi dan
Promes Atas Tunjuk, dll.

a. Surat wessel

adalah surat berharga yang memuat kata wessel didalamnya, diberikan tanggal
dan ditandatangani disuatu tempat, dalam mana si penerbit memberi perintah tanpa
syarat kepada tersangkut untuk pada hari bayarmembayar sejumlah uang kepada
orang (penerima) yang ditunjuk oleh penerbit atau penggantinya disuatu tempat
tertentu.

Syarat-syarat formil bagi suatu wessel diatur dalam pasal 100 KUHD bahwa suatu
surat wessel harus memenuhi hal-hal sebagai berikut:
- Kata "wesel", disebut dalam teksnya sendiri dan di istilahkan dalam bahasa surat
itu.
- Perintah tak bersyarat untuk membayar sejumlah uang tertentu.
- Nama si pembayar/tertarik.
- Penetapan hari bayar.
- Penetapan tempat dimana pembayaran harus dilakukan.
- Nama Orang/pihak kepada siapa atau pihak lain yang ditunjuk olehnya pembayaran
harus dilakukan.
- Tanggal dan tempat ditariknya surat wesel.
- Tanda tangan pihak yang mengeluarkan (penarik).

Kedelapan syarat tersebut diatas harus selalu tercantum dalam surat wesel. Tidak
dipenuhinya salah satu syarat tersebut maka surat itu tidak berlaku sebagai surat wesel
kecuai dalam hal-hal berikut:
· Kalau tidak ditetapkan hari bayarnya maka wesel itu dianggap harus dibayar pada
hari ditunjukkannya (wesel tunjuk).
· Kalau tidak ditetapkan tempat pembayaran tempat yang ditulis disamping
namavtertarik dianggap sebagai tempat pembayaran dari tempat dimana tertarik
berdomisili.
· Kalau tidak disebutkan tempat wesel itu ditarik, maka tempat yang disebut
disamping nama penarik dianggap tempat ditariknya wesel itu.
Bagi surat wesel yang penyimpangannya tidak seperti tersebut diatas, maka surat
wesel itu bukan wesel yang sah, dan pertanggungan jawabnya dibebankan kepada
orang yang menandatangani surat wesel itu.

b. Surat Sanggup

adalah surat berharga yang memuat kata "aksep” atau Promes dalam mana
penerbit menyanggupi untuk membayar sejumlah yang kepada orang yang disebut
dalam surat sanggup itu atau penggantinya atau pembawanya pada hari bayar.
Ada dua macam surat sanggup, yaitu surat sanggup kepada pengganti dan surat
sanggup kepada pembawa. Agar jangan tinggal keragu-raguan HMN Purwosutjipto,
menyebutkan surat sanggub kepada pengganti dengan "surat sanggup" saja,
sedangkan surat sanggup kepada pembawa disebutnya "surat promes".
Surat sanggup mirip dengan surat wesel, tetapi berapa syarat pada surat wesel
tidak berlaku pada surat sanggup, perbedaannya dengan surat wesel adalah:
· Surat sanggup tidak mempunyai tersangkut.
· Penerbit dalam surat sanggup tidak memberi perintah untuk membayar, tetapi
menyanggupi untuk membayar.
· Penerbit surat sanggub tidak menjadi debitur regres, tetapi debitur surat sanggup.
· Penerbit tidalk menjamin seperti pada penerbit wesel, tetapi melakukan pembayaran
sendiri sebagai debitur surat sanggup.
· Penerbit surat sanggup merangkap kedudukan sebagai akseptan pada wesel yaitu
mengikatkan diri untuk membayar.

Sebagaimana dengan surat wesel, Undang-Undang juga mengharuskan adanya


berapa syarat yang harus terdapat dalam surat sanggub supaya dapat disebutkan surat
seperti yang diatur dalam pasal 174 KUH Dagang yaitu :
• Baik clausula: “sanggub”, maupun nama “surat sanggub” atau promes atas
pengganti yang dimuatkan didalam teks sendiri, dan dinyatakan dalam bahasa dengan
mana surat itu disebutkan .
• Janji yang tidak bersyarat untuk membayar suatu jumlah tertentu.
• Penunjukan hari gugur.
• Penunjukan tempat, dimana pembayaran harus terjadi.
• Nama orang, kepada siapa atau kepada penggantinya pembayaran itu harus
dilakukan.
• Penyebutan hari Pada setiap cek harus terdapat kata cek dan dinyatakan dalam
bahasa cek itu ditulis.
• Perintah tidak bersyarat untuk membayar suatu jumlah tertentu.
• Nama orang (bankir) yang harus membayar.
• Penunjukkan tempat dimana pembayaran harus terjadi.
• Penyebutan tanggal serta 'tempat dimana cek ditertibkan.
• Tanda tangan dari orang yang menerbitkan cek.

c. Kwitansi

adalah suatu surat yang ditanggali, diterbitkan oleh penanda tangannya terhadap orang
lain untuk suatu pembayaran sejumlah uang yang ditentukan didalamnya kepada
penunjuk (atas tunjuk) pada waktu diperlihatkan. Dalam kwitansi atas tunjuk tersebut
tidak disyaratkan tentang selalu adanya klausula atas tunjuk.

2. Surat-surat berharga di luar KUHD itu antara lain:

a.Bilyet Giro

Bilyet Giro adalah surat perintah tak bersayarat dari nasabah yang telah
dibakukan bentuknya kepada bank penyimpan dana untuk memindahkan sejumlah
dana dari rekening giro yang bersangkutan kepada pihak penerima yang disebutkan
namanya, kepada bank yang sama atau kepada bank lainnya (Purwosutjipto). Dengan
demikian pembayaran dana Bilyet Giro tidak dapat dilakukan dengan uang tunai dan
tidak dapat di pindah tangan kan melalui endosemen (SK Direksi Bank Indonesia
No.4/670, Sub1).

Kedudukan Bilyet Giro dengan cek hampir sama, hanya bedanya cek adalah alat
pembayaran tunai sedangkan bilyet giro merupakan alat pembayaran yang bersifat
giral, dengan cara memindah bukukan sejumlah dana dari si penerbit. Pengaturan
mengenai Bilyet Giro ini didasarkan kepada SEBI No. 4/670 UPPB/PBB tanggal 24
Januari 1972 yang berisikan tentang :
· Pengertian dari Bilyet Giro
· Bentuk Bilyet Giro
· Tenggang waktu berlakunya bilyet giro
· Pengisian bilyet giro
· Kewajiban menyediakan dana dan sanksi bilyet giro kosong
· Pembatalan bilyet giro.
· Tata cara perhitungan bilyet giro antar bank setempat
· Penyimpangan bentuk/masa peralihan.

b. Travels Cheque

Travels cheque atau cek perjalanan adalah surat yang berharga dikeluarkan oleh
sebuah bank, yang mengandung nilai, dimana bark penerbit sanggub membayar
sejumlah uang sebesar nilai nominalnya kepada orang yang tanda tangannya tertera
ada cek perjalanan itu.
Adapun fungsi dan peranan cek perjalanan adalah sebagai berikut:
· Bahwa seorang yang melakukan perjalanan tidak perlu lagi membawa uang tunai
dalam jumlah yang banyak.
· Orang tersebut akan merasa dari resiko perampokan dan kehilangan uang.

Syarat-syarat formal yang biasanya terdapat didalam suatu cek perjalanan, adalah
sebagai berikut:
· Nama Travels Cheque secara Tersendiri.
· Nilai nominal dari travels cheque.
· Nama bank yang mengeluarkan.
· Nomor seri dari tanggal pengeluaran cek perjalanan.
· Tanda tangan orang yang berpergian pada waktu pembelian TC tanda tangan pada
waktu penguangan cek perjalanan.
· Perintah membayar tanpa syarat.
· Dapat dibayarkan sebagai alat pembayaran yang sah.
· Tanda tangan dari bank penerbit.

c. Credit Card

Credit card atau kartu kredit adalah kartu plastik yang dikeluarkan oleh issuer
yaitu bank atau lembaga keuangan lainnya, yang fungsinya adalah sebagai pengganti
uang tunai.
• penanggalan, beserta tempat, dimana surat sanggub itu ditanda tangani.
• Tanda tangan orang yang mengeluarkan surat itu.

d. Cek

adalah surat berharga yang memuat kata cek/cheque dalam mana penerbitannya
memerintahkan kepada bank tertentu untuk membayar sejumlah uang kepada orang
yang namanya disebut dalam cek, penggantinya, pembawanya pada saat ditunjukkan.
Dalam pasal 178 KUHD ditentukan syarat-syarat yang harus dipenuhi bagi suatu cek
dan kalau salah satu syarat dalam pasal, tersebut tidak dipenuhi, maka kertas itu tidak
dapat diperlakukan sebagai cek. Syarat-syarat cek tersebut adalah:

d. MCO

Miscellaneous charges order disingkat MCO adalah satu dokumen yang


dikeluarkan oleh masing-masing maskapai penerbangan yang beroperasi secara
Internasional, sebagai alat perintah membayar, untuk mengisi kembali ticket, balance
pembayaran dan lain-lain. Tujuan mengeluarkan MCO tersebut adalah untuk
penukaran, pemberian service kepada orang yang memanfaatkan pesawat udara dan
merupakan pengamanan keuangan orang perorangan/group yang menggunakan
fasilitas angkatan udara itu.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Surat berharga merupakan sebuah dokumen yang diterbitkan oleh penerbitnya


sebagai pemenuhan suatu prestasi berupa pembayaran sejumlah uang sehingga
berfungsi sebagai alat bayar yang di dalamnya berisikan suatu perintah untuk
membayar kepada pihak-pihak yang memegang surat tersebut.
Tiga macam surat berharga yang berlaku, diantara sebagai berikut :
1. Surat yang bersifat hukum kebendaan
=>Contoh : Konosemen (bill of lading).
2. Surat tanda keanggotaan dari suatu persekutuan
=>Contoh : Surat Saham.
3. Surat tagihan hutang
=>Contoh : wesel, cek, surat sanggup.

DAFTAR PUSTAKA
http://pengetetahuan.blogspot.com/2016/03/makalah-tentang-surat-surat-berharga.html?m=1

https://annisawally0208.blogspot.com/2017/04/makalah-surat-berharga-tentang-jenis.html?m=1

http://saputriariyatihatake.blogspot.com/2015/11/makalah-surat-berharga.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai