KELOMPOK 01
Puji syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Akuntansi Perbankan dengan tepat waktu terwujud
dalam makalah kami “Akuntansi Perbankan”.
Besar harapan kami semoga hasil makalah ini dapat memberikan manfaat yang besar
baik untuk kami maupun orang lain. Ucapan terima kasih tak lupa kami sampaikan kepada
Dosen Pengajar mata kuliah Akuntansi Perbankan, kepada teman-teman dan pihak-
pihak yang turut mendukung untuk terciptanya makalah ini. Akhir kata kelompok kami
menyadari makalah ini masih memiliki banyak kekurangan, karena itu sangat diharapkan
kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan dan sekaligus memperbesar manfaat tulisan ini
sebagai referensi.
Penulis
Daftar Isi
Ketik judul bab (Tingkat 1) 1
PENDAHULUAN
Sebelum pasar barang dan jasa modern terbentuk, kegiatan transaksi barang dan jasa
dilakukan dengan cara sangat sederhana yaitu barter. Sejalan dengan perkembangan waktu
dan seiring dengan perkembangan jumlah kebutuhan barang dan jasa maka kegiatan transaksi
dalam perekonomian diawali dan ditandai dengan adanya perantara dalam kegiatannya.
Dengan adanya perantara, pasar barang dan jasa menjadi lebih berkembang sesuai
perkembangan masyarakat dan kebutuhannya. Selain itu awal kegiatan ekonomi modern juga
ditandai dengan adanya penggunaan uang. Sejalan dengan semakin berkembangnya pelaku
ekonomi dan kebutuhan penggunaan uang dalam kegiatan ekonominya, maka transaksi antar
pelaku ekonomi tidak hanya dapat dilaksanakan dengan pertemuan langsung. Kehadiran
pihak perantara, baik dalam pengertian lembaga maupun pengertian fisik menjadi sesuatu
yang sangat penting dalam perekonomian. Perantara ini selanjutnya lebih dikenal dengan
istilah lembaga keuangan.
Akuntansi bank dituntut untuk lebih lengkap dan lebih teratur dalam mengelola
manajemen dan akuntansi perusahaan agar nasabah dapat dilayani secara efektif dan efisien.
Setiap bank harus menyimpan catatan-catatan untuk kepentingan penyediaan data bagi
kebutuhan laporan, tentang kondisi bank, laporan tentang pendapatan dan biaya, serta untuk
perhitungan pajak. Adanya ketentuan-ketentuan dan peraturan-peraturan dari pemerintah
mengenai perbankan, mendorong bank menyusun laporan keuangan yang seragam.
1.3 Tujuan
BAB II
SURAT BERHARGA
Hukum surat berharga merupakan salah satu dari ruang lingkup hukum bisnis yang
berkembang dengan cepat di Indonesia. Surat berharga adalah sebuah dokumen yang
diterbitkan oleh penerbitnya sebagai pemenuhan suatu prestasi berupa pembayaran
sejumlah uang sehingga berfungsi sebagai alat bayar kepada pihak-pihak yang memegang
surat tersebut, baik pihak yang diberikan surat berharga oleh penerbitnya ataupun pihak
ketiga kepada siapa surat berharga tersebut dialihkan.
Surat berharga adalah surat pengakuan utang, wesel, saham, obligasi, sekuritas kredit
atau setiap derivatif dan surat berharga atau kepentingan lain atau suatu kewajiban dari
penerbit, dalam bentuk yang lazim diperdagangkan dalam pasar modal maupun pasar
uang. Surat berharga adalah sepucuk surat yang bernilai uang, serta memberikan hak
kepada pemegangnya atas apa yang tercantum di dalamnya. Dan surat berharga ini mudah
dan dapat diperdagangkan.
Surat berharga dalam bahasa lain disebut juga sebagai commercial paper atau
negotiable instrument. Dikatakan surat berharga karena surat tersebut memiliki harga atau
nilai ekonomis tertentu. Dikatakan commercial paper, karena surat tersebut memang
seringkali tidak hanya dijadikan pengganti uang atau sebagai alat pembayaran, tapi karena
surat-surat tersebut juga dijadikan objek perdagangan. Dikatakan negotiable instrument
karena suratsurat tersebut dapat diperjual-belikan, tentu saja dengan nilai yang tidak
selalu sama dengan nilai yang diebutkan dalam surat tersebut (Nominal Value). Inilah
mengapa surat berharga disebut pula sebagai commercial paper, karena menjadi objek
transaksi commercial di samping sebagai alat pembayaran pengganti uang tunai.
Menurut Molengraaff, surat berharga berarti akta-akta atau alat-alat bukti yang
menurut kehendak penerbitnya atau ketentuan undang-undang yang diperuntukkan
semata-mata sebagai upaya bukti diri (legistimasi), yang mana akta-akta tersebut
diperlukan untuk menagih. Adapun menurut Ribbius, surat berharga artinya surat-surat
yang pada umumnya harus di dalam kepemilikan seseorang untuk dapat melaksanakan
hak yang ada di dalamnya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa surat berharga adalah
surat yang diadakan oleh seseorang untuk keperluan pembayaran yang mana surat
tersebut dapat digunakan sebagai alat atau bukti diri untuk menagih satu pembayaran dan
untuk melaksanakan ketentuan yang tertera dalam surat tersebut.
Purwosutjipto membedakan antara surat berharga (waardepapier) dengan surat yang
berharga (papieren van waarde). Surat berharga adalah surat bukti tuntutan utang,
pembawa hak, dan dapat diperjualbelikan dengan mudah. Sedangkan surat yang berharga
adalah surat bukti utang yang sukar diperjualbelikan. Pandangan Hoeber dan Davidson
tentang pengertian surat berharga, yaitu surat yang mengandung nilai uang, yang bersifat
mudah dialihkan atau diperjualbelikan (negotiable), dan dibuat dengan maksud untuk
menggantikan uang, atau membuktikan bahwa pemegangnya mempunyai hak untuk
mendapatkan pembayaran uang pada waktu tertentu.
A. Unsur pertama:
surat yang berharga sebagai bukti tuntutan utang. Persolan ini sama saja dengan unsur
pertama pada surat berharga yakni surat yang membuktikan adanya hak menuntut utang
kepada debitur (penandatangan akta). Tetapi hak menuntut utang kepada debitur tersebut
tidak senyawa dengan akta, artinya bila akta hilang atau musnah, maka hak menuntut
tidak turut musnah.
Adanya hak menuntut utang masih bisa dibuktikan dengan alat pembuktian lain
misalnya: saksi, pengakuan debitur, dan lain-lain. Dengan demikian, unsur kedua pada
surat berharga yang berbunyi “pembawa hak”, dalam surat yang berharga tidak ada.
B. Unsur Kedua:
surat yang berharga sukar diperjualbelikan. Kalau surat berharga mempunyai sifat
mudah diperjualbelikan karena akta itu dibuat dengan bentuk “kepada pembawa atau
kepada pengganti”, maka sebaliknya surat yang berharga mempunyai sifat sukar
diperjualbelikan karena sengaja dibuat dalam bentuk yang mempunyai akibat hukum
sukar diperjualbelikan.
Bentuk ini adalah:
a. Atas nama (op naam)
Dalam bentuk ini, nama pemilik akta (kreditur) ditulis dengan jelas dalam akta, tanpa
tambahan apa-apa. Akibat adanya bentuk ini adalah, bila akta ini dipindahtangankan
kepada orang lain, maka harus mempergunakan sesi (cessie). Peralihan dengan sesi ini
sukar, sebab harus dibuat akta khusus (tersendiri) dan harus ditandatangani oleh penyerah
sesi (kreditur lama), penerima sesi (kreditur baru), dan debitur asli. Jadi ada tiga
tandatangan (pasal 613 ayat 1,2 KUHPerdata).(Lihat Pasal 613 Kitab Undang-undang
Hukum Perdata (KUHPer).)
b. Tidak kepada pengganti
Apabila penerbit dalam surat itu menggunakan ungkapan “tidak kepada pengganti” atau
ungkapan lain yang sejenis, maka surat itu tidak bisa dipindahkan kepada orang lain
melainkan dengan cara sesi biasa dengan segala akibatnya. Istilah “tidak kepada
pengganti” (niet aan order) ini terdapat pada pasal 110 ayat 2 KUHD untuk wesel dan
pasal 191 ayat 2 untuk cek. Bentuk lainYang dimaksudkan oleh penerbitnya untuk tidak
dapat diperalihkan kepada orang lain, misalnya: surat titipan sepatu/sandal, karcis kereta
api/bioskop, tanda retribusi parkir, dan lain-lain. Termasuk dalam bentuk lain ini adalah
surat bukti diri seperti: KTP, Ijazah, SIM, sertifikat, dan lain-lain. Akta ini sekedar untuk
memudahkan debitur mengenal krediturnya pada saat prestasi debitur dituntut oleh
kreditur.
Dalam Bab 6 dan 7 KUHD, fungsi surat berharga secara uum dibedakan dalam :
a. Surat sanggup membayar atau janji untuk membayar. Dalam surat ini, penandatangan
berjanji atau menyanggupi membayar sejumlah uang kepada pemegang atau orang
yang menggantikannya. Termasuk bentuk ini adalah surat sanggup.
b. Surat perintah membayar. Dalam surat ini penerbit memerintahkan kepada tertarik
untuk membayar sejumlah uang kepada pemegang atau penggantinya. Termasuk
dalam bentuk surat ini adalah surat wesel dan cek
c. Surat pembebasan uang. Dalam surat ini penerbit memberi perintah kepada pihak
ketiga untuk membayar sejumlah uang kepada pemegang yang menunjukkan dan
menyerahkan surat ini. Termasuk dalam bentuk ini adalah kwitansi atas rujuk.
a. Alat pembayaran, contoh: cek, bilyet giro dan wesel bayar (sebagai alat ukur).
Suatu surat berharga berfungsi sebagai alat pembayaran dalam melakukan transaksi
perdagangan oleh para pihak, untuk memenuhi kriterianya sebagai alat pembayaran maka
surat berharga tersebut harus memenuhi beberapa persyaratan. Secara khusus dalam Kitab
Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) tidak terdapat syarat-syarat secara khusus
mengenai surat berharga, hanya dalam KUHD diatur mengenai hal-hal yang dimuat
dalam suatu surat berharga, contohnya wesel,cek, dan sebagainya.
Dari berbagai syarat-syarat yang harus dimuat dalam surat berharga seperti
wesel,cek,surat sanggup, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa dalam suatu surat
berharga memuat hal-hal yakni :
f. Nama orang, kepada siapa atau kepada pengantinya pembayaran itu harus dilakukan.
Dasar hukum surat berharga juga berbeda untuk setiap jenisnya yang berikutnya akan
dijelaskan dalam tiap jenis golongan surat berharga.
Menurut isi perikatan dasarnya, menggolongkan surat atas tunjuk dan atas pengganti
menjadi 3 golongan yaitu :
1. Surat berharga yang mempunyai sifat kebendaan, misalnya : konosemen
2. Surat berharga yang mempunyai sifat keanggotaan, misalnya : saham
3. Surat berharga yang mempunyai sifat tagihan hutang (utang piutang), misalnya: wesel,
cek, surat aksep, promis, kwitansi.
b. cek
Cek adalah suatu surat berharga yang memuat kata cek yang bertanggal dan
menyebutkan tempat penerbitnya, yang merupakan perintah tanpa syarat kepada bankir untuk
membayar sejumlah uang kepada pihak pihak pemegang atau pembawanya di tempat
tertentu.
2. SEBI No.8/7/UPPB tertanggal 16 Mei 1975 tentang Cek/Bilyet Giro Kosong (“SEBI
No.8/7/1975”)
1. Cek biasa adalah cek yang memenuhi semua kriteria dan ciri-ciri dari suatu Cek, tanpa
suatu ketentuan tambahan terhadap cek terdebut.
2. Cek atas pengganti penerbit adalah cek diman nama pemegang pertama tidak disebutkan
sehingga pihak penarik sama dengan pemegang pertama.
3. Cek atas nama penerbit sendiri adalah cek dimana nama pihak tertarik juga tertindak
sebagai penarik.
4. Cek untuk perhitungan pihak ketiga adalah cek yang terbitkan untuk diri penarik sendiri.
5. Cek inkasso adalah cek yang didalamnya terdapat kata “Inkasso” atau kata “dalam
pemberian kuasa” atau kata lain sejenisnya.
6. Cek berdomisili adalah cek yang ditempat pencariannya di tunjukkan di tempat tertentu,
yakni di tempat pihak ketiga atau ditempat pihak tersangkut.
7. Cek silang adalah cek yang dilembarannya diberikan garis silang, diman cek seperti ini
hanya dapat di bayarkan jika pembawannya adalah bank lain atau nasabah tertarik.
8. Cek untuk perhitungan adalah cek yang dipembayarannya diberikan kata “untuk
diperhitungkan” atau kata lain yang sejenis.
9. Cek perjalanan adalah cek yang diterbitkan oleh seseorang yang akan melakukan
perjalanan ketempat lain. Sehingga ia tidak perlu membawa uang tunai dalam pejalanan.
Cek snediri memiliki batasan waktu penggunaan. Untuk cek yang diterbitkan dan dibayarkan
di Indonesia, harus diunjukkan dalam tenggang waktu 70 hari, sejak tanggal penerbitannya
(Pasal 206 KUHD) ditambah 6 bulan tenggang waktu sebelum kadaluwarsa (Pasal 229
KUHD).
1. Dalam cek tidak berlaku tanggal efektif, sehingga pembayaran wajib dilakukan pada saat
diunjukkan
2. Apabila tempat pembayaran tidak ditulis dalam cek, maka nama tempat di samping nama
bank pembayar dianggap sebagai tempat pembayaran (Pasal 179 KUHD)
3. Bila ada beberapa tempat yang ditulis, maka nama tempat yang ditulis terdahululah yang
dianggap sebagai tempat pembayaran (Pasal 179 KUHD)
4. Jika petunjuk-petunjuk dalam butir 1, 2 dan 3 di atas tidak ada, maka pembayaran
dianggap di kantor pusat bank pembayar (Pasal 179 KUHD)
5. Jika tempat dimana cek itu diterbitkan tidak tertulis, maka tempat yang tertulis di samping
nama penerbit dianggap sebagai tempat diterbitkannya warkat cek (Pasal 179 KUHD)
6. Tiap-tiap cek harus ditarik di bank yang mengelola dana untuk keperluan penerbit atau
giran (Pasal 180 KUHD) 7. Cek tidak boleh diaksep, karena berfungsi sebagai alat
pembayaran tunai, sehingga apabila cek diaksep maka akseptasi tersebut dianggap tidak ada
(Pasal 181 KUHD) 8. Cek dapat diterbitkan untuk keperluan penerbit sendiri.
Surat sanggup merupakan suatu kontrak yang berisikan janji secara terinci dari suatu
pihak ( pembayar) untuk membayarkan sejumlah uang kepada pihak lainnya (pihak yang
dibayar). Kewajiban ini dapat timbul dari adanya suatu kewajiban pelunasan suatu hutang.
Surat sanggup mempunyai jatuh tempo dan umumnya tidak panjang dan paling panjang
kurang dari satu tahun sehingga instrumen keuangan dianggap sebagai instrumen investasi
jangka pendek.
Dasar hukum surat sanggup diatur dalam pasal 174 -177 KUH Dagang.29 Ada dua
macam surat sanggup, yaitu surat sanggup kepada pengganti dan surat sanggup kepada
pembawa. Agar jangan tinggal keragu-raguan HMN Purwosutjipto, menyebutkan surat
sanggup kepada pengganti dengan "surat sanggup" saja, sedangkan surat sanggup kepada
pembawa disebutnya "surat promes".
Apabila salah satu dari syarat ini tidak terpenuhi maka surat tersebut tidak dapat dikatakan
sebagai surat sanggup, kecuali :
1. Bila tidak menentukan hari bayarnya maka dianggap dibayar pada saat diunjukkan
Kwitansi atas tunjuk adalah suatu surat yang ditanggali, diterbitkan oleh
penandatangannya terhadap orang lain untuk suatu pembayaran sejumlah uang yang
ditentukan di dalamnya kepada penunjuk (atas tunjuk) pada waktu diperlihatkan. Dalam
kwitandi atas tunjuk tersebut tidak disyaratkan tentang selalu adanya klausa atas tunjuk.
E. Saham
Saham dapat didefinisikan tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan
dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Wujud saham adalah selembar kertas yang
menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan
surat berharga tersebut. Porsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang
ditanamkan di perusahaan tersebut. Saham diatur dalam Pasal 40 KUHD35 dan Undang-
undang No. 1 tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas.
F. Delivery Oreder
Surat Jalan adalah dokumen yang berfungsi sebagai surat pengantar atas barang yang
tercantum di dalamnya yang ditujukan kepada customer (pembeli) atau penerima yang
ditentukan oleh pembeli dan mempunyai kekuatan hukum atas legalitas yang diperlukan di
jalan raya mulai dari keluar perusahaan sampai memasuki wilayah milik Customer sehingga
barang dengan quantity, spesifikasi yang disertai dengan informasi lainnya diterima oleh
customer. Surat jalan terkait langsung dengan persediaan.
Bill Of Lading (B/L) merupakan suatu bentuk perjanjian pengangkutan barang antara
pihak pengangkut dengan pihak pemilik barang. Bill Of Lading (B/L) diterbitkan berdasarkan
Shipping Instruction yang merupakan dokumen yang dikeluarkan oleh pihak pemilik barang
kepada pihak pengangkut. Shipping Instruction berisikan tentang barang yang akan
diangkut,kapal yang mengangkut,jumlah barang yang diangkut, packing,tujuan muatan yang
akan dikirimkan, nama penerima barang, dan tentang pihak yang akan menanggung biaya
pengangkutan.
Bill Of Lading (B/L) hanya dapat diterbitkan oleh Pihak Pengangkut serta Nakhoda
Kapal, sebagaimana yang terdapat dalam pasal 504 KUHD & dalam pasal 505 KUHD subjek
dalam perjanjian pengangkutan terdiri atas :
a. Pengangkut(Carrier) Pengangkut merupakan pihak yang menyediakan jasanya serta
mengikatkan dirinya untuk menyelenggarakan pengangkutan orang (penumpang) maupun
barang dengan menerima suatu upah/penghasilan. Dilihat dari sisi statusnya sebagai badan
yang bergerak di bidang jasa pengangkutan dapat dikelompokkan dalam empat jenis,yakni:
d. Penerima (Consignee) Pihak Penerima mungkin juga merupakan Pihak Pemilik Barang
atau Pihak Ketiga di luar dari perjanjian pengangkutan yang juga memiliki kepentingan atas
barang kiriman.
Pengaturan lainnya mengenai Konosemen ini diatur dalam Pasal 508 KUHD yang
mengatakan bahwa : “Suatu konosemen atas tunjuk dipindahtangankan dengan endosemen
dan penyerahan suratnya. Endosemen tersebut tidak perlu membuat penyebutan tentang telah
dinikmatinya harga, pun tidak usah ditulis atas tunjuk. Satusatunya tanda tangan pada bagian
belakang konosemen tersebut sudah cukup.”
Bill of Lading sebagai salah satu surat Berharga dapat dialihkan kepada pihak ketiga dengan
cara :
A. Bilyet Giro
Bilyet giro adalah surat berharga yang merupakan surat perintah nasabah
untuk memindah-bukukan sejumlah dana dari rekening yang bersangkutan kepada
pihak penerima yang disebutkan namanya pada bank yang sama atau pada bank yang
lainnya.38 Dengan demikian pembayaran dana bilyet giro mempunyai dua tanggal
dalam teksnya yaitu tanggal penerbitan dan tanggal efektif ( jatuh tempo). Sebelum
tanggal efektif tiba, bilyet giro sudah dapat diedarkan sebagai alat pembayaran kredit,
bilyet giro tidak dapat dipindahtangankan melalui endosemen karena didalamnya
tidak ada klausula yang menunjukkan cara pemindahannya.
Bilyet giro adalah surat perintah pemindahbukuan didasarkan kepada SEBI
No. 4/670 UPPB/PBB tanggal 24 Januari 1972. Syarat-syarat yang berlaku untuk BG
agar pemindahbukuannya dapat dilakukan antara lain :
1. Pada surat cek tertulis perkataan “Bilyet Giro” dan nomor seri.
2. Surat harus berisi perintah tak bersyarat untuk memindahbukukan sejumlah uang
tertentu atas beban rekening yang bersangkutan
3. Nama bank yang harus membayar (tertarik)
4. Nama penerima dana dan nomor rekening
5. Nama bank penerima dana
6. Jumlah dana dalam angka dan huruf
7. Penyebutan tanggal dan tempat cek dikeluarkan
8. Tanda tangan dan atau cap perusahaan.
Tanggal dan batas waktu yang berlaku dalam Bilyet Giro:
1. Tanggal penerbitan
2. Tanggal efektif (bukan merupakan syarat formal Bilyet Giro) adalah tanggal mulai
berlakunya tenggang waktu penarikan. Apabila tidak ditulis dalam Bilyet Giro maka
tanggal penebitan sama dengan tanggal efektif
3. Tenggang waktu penarikan selama-lamanya 70 hari sejak tanggal penerbitan
4. Tenggang waktu penawaran selama-lamanya 6 bulan setelah batas waktu
penarikan.
5. Masa daluwarsa adalah masa setelah tenggang waktu penawaran.
Surat Utang Negara diterbitkan dalam bentuk warkat atau tanpa warkat. Surat Utang
Negara diterbitkan dalam bentuk yang diperdagangkan atau dalam bentuk yang tidak
diperdagangkan di Pasar Sekunder. Surat Utang Negara yang diperdagangkan adalah Surat
Utang Negara yang diperjualbelikan di Pasar Sekunder baik di dalam maupun di luar negeri.
Perdagangan dapat dilakukan melalui bursa dan/atau di luar bursa yang biasa disebut over the
counter (OTC). Surat Utang Negara yang tidak diperdagangkan adalah Surat Utang Negara
yang tidak diperjualbelikan di Pasar Sekunder dan biasanya diterbitkan secara khusus untuk
pemodal institusi tertentu, baik domestik maupun asing, yang berminat untuk memiliki Surat
Utang Negara sesuai dengan kebutuhan spesifik dari portofolio investasinya.
Yang dimaksud dengan Pasar Sekunder adalah kegiatan perdagangan Surat Utang
Negara yang telah dijual di Pasar Perdana. Sedangkan yang dimaksud Pasar Perdana adalah
kegiatan penawaran dan penjualan Surat Utang Negara untuk pertama kali.
2. Obligasi Negara. Obligasi Negara berjangka waktu lebih dari 12 bulan dengan kupon
dan/atau dengan pembayaran bunga secara diskonto.
2. menutup kekurangan kas jangka pendek akibat ketidaksesuaian antara arus kas penerimaan
dan pengeluaran dari Rekening Kas Negara dalam satu tahun anggaran;
2.7 Para Pihak Dalam Surat Berharga Serta Hak Dan Kewajiban Dalam Penerbitan
Surat Berharga
Penerbitan surat berharga didasarkan pada fungsi dari surat berharga itu sendiri,
apakah untuk alat pembayaran atau untuk keperluan investasi, yang mana secara umum
diterbitkan oleh :
2. Pihak yang berpiutang, seperti dalam wesel dagang (merchant‟s draft /bill of exchange)
Pihak-pihak yang terlibat didalam penerbitan surat berharga pada umumnya yaitu :
a. Penerbit Sebagai Debitur .Penerbit dari sebuah surat berharga merupakan pihak yang
mempunyai kewajiban (debitur) untuk membayar sejumlah uang kepada pihak lain (kreditur
b. Pemegang pertama/ pembawa sebagai kreditur. Pemegang atau pembawa dari sebuah surat
berharga merupakan pihak yang menerima pembayaran dari debitur/ penerbit. Dalam hal ini
kedudukan pemegang atau pembawa tersebut yaitu sebagai kreditur.
c. Tersangkut. Tersangkut merupakan pihak yang melasanakan perintah dari penerbit untuk
melakukan pembayaran kepada pemegang.
BAB III
Pinjaman yang diterima adalah fasilitas pinjaman yang diterima dari bank atau
pihak lain termasuk dari Bank Indonesia, lembaga keuangan bukan bank, lembaga
keuangan luar negeri dan masyarakat umum baik dalam valuta rupiah ataupun valuta
asing, dan harus dilunasi bila jatuh tempo. Jenis pinjaman yang diterima umumnya
berupa :
1. Pinjaman dari bank lain, yaitu pinjaman yang diperoleh dari bank lain.
2. Pinjaman dari luar negeri atau sering disebut two step loan, yaitu pinjaman
diterima yang diperoleh melalui pemerintah RI (Departemen Keuangan) dari
lembaga kuangan internasional.
3. Pinjaman obligasi, adalah bukti hutang kepada investor yang dijamin oleh
lembaga penjamin efek, serta mengandung janji pembayaran bunga atau janji
lainnya serta pelunasan pokok pinjaman dilakukan pada tanggal jatuh tempo
sekurang-kurangnya tiga tahun sejak tanggal emisi.
4. Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI), yaitu pinjaman yang diterima dari
Bank Indonesia apabila bank mengalami krisis likuiditas.
5. Pinjaman yang diterima dalam rangka pembiayaan bersama (sindikasi)
satu atau beberapa proyek.
Dalam penerbitan obligasi, bank harus mendapat izin dari otoritas Pasar
Modal. Disamping itu penerbit obligasi harus memenuhi perlindungan negatif dan
perlindungan positif. Perlindungan negatif adalah persyaratan yang bersifat
melarang emiten untuk melakukan tindakan yang merugikan pemegang obligasi.
Sedangkan persyaratan perlindungan positif adalah persyaratan yang mewajibkan
emiten melakukan tindakan yang menguntungkan pemegang obligasi. Syarat-
syarat penerbitan obligasi adalah :
a. Badan usaha berbentuk badan hukum dan bertujuan untuk mencari
keuntungan.
b. Berkedudukan di Indonesia
c. Mempunyai modal dasar sekurang-kurangnya 500 juta rupiah dan disetor penuh
sekurang-kurangnya 100 juta rupiah serta nilai kekayaan bersih sekurang-
kurangnya 100 juta rupiah.
d. Dalam dua tahun buku terakhir secara berturut-turut memperoleh laba
dengan ketentuan perbandingan laba bersih tahun terakhir dan modal
sendiri sekurang-kurangnya 10%.
e. Laporan keuangan telah diperiksa oleh Akuntan Publik/BPKP untuk dua tahun
buku terakhir secara berturut-turut dengan pernyataan pendapat setuju
untuk tahun terakhir.
Penggunaan rumus tersebut dapat dibantu dengan tabel bunga untuk present value
anuitas untuk biaya bunga dan present value Rp 1 untuk nilai pokok obligasi. Obligasi
yang dijual akan dicatat sebesar harga nominal. Selisih harga jual (harga kurs) diatas
harga nominal dicatat sebagai agio atau premi, sedangkan harga jual di bawah
harga nominalnya dicatat sebagai disagio atau diskonto. Memang diakui
bahwa agio bukan merupakan bunga dibayar di muka atau disagio bukan merupakan
bunga yang diterima dimuka, akan tetapi agio atau disagio berkaitan dengan
bunga, oleh karena itu pencatatannya dibebankan pada biaya bunga selama periode
waktu obligasi beredar
BAB IV
Modal Bank adalah dana yang diinvestasikan oleh pemilik dalam rangka pendirian
badan usaha yang dimaksudkan untuk membiayai kegiatan usaha bank disamping untuk
memenuhi regulasi yang ditetapkan oleh otoritas moneter. Pembagian jenis modal bank
di Indonesia menganut klasifikasi yang disampaikan oleh Standard Bank For
International Settlement, yaitu modal bank terdiri dari:
Modal inti terdiri dari modal disetor, modal sumbangan, cadangan-cadangan yang
dibentuk dari laba setelah pajak dan laba yang diperoleh setelah diperhitungkan pajak.
Modal inti merupakan modal yang disetor para pemilik bank dan modal yang berasal dari
cadangan yang dibentuk ditambah dengan laba yang ditahan. Porsi terbesar modal inti
terletak pada modal saham yang disetor. Sedangkan selebihnya sangat tergantung laba
yang diperoleh dan kebijakan rapat umum pemegang saham. Untuk modal disetor berupa
saham biasa atau saham preferen. Pada saham biasa, bank memiliki kewajiban untuk
memberikan deviden pada setiap akhir tahun berdasarkan rapat umum pemegang saham.
Pemegang saham biasa memiliki hak suara, sehingga dapat mengendalikan manjemen
bank. Pada saham preferen, pemegangnya tidak mempunyai hak suara namun pembagian
devidennya akan didahulukan sebelum membayar deviden saham biasa.
Pencatatan modal saham dilakukan sebesar harga nominal. Selisih harga saham
saham diatas nilai nominal dicatat sebaga agio saham. Selisih harga saham dibawah nilai
nominal dicatat sebagai disagio saham. Agio saham akan diamortisasi setiap akhir
periode dan disagio saham akan diakumulasi setiap akhir periode.
Harga saham atau nilai modal disetor (paid in capital) merupakan total yang dibayar
oleh pemegang saham kepada bank emiten untuk ditukarkan dangan saham preferen atau
saham biasa. Nilai modal disetor merupakan penjumlahan nilai nominal ditambah
dengan agio saham atau nilai nominal dikurangi disagio saham. Sedangkan nilai nominal
merupakan nilai kewajiban yang ditetapkan untuk tiap-tiap lembar saham.
Bank yang mengeluarkan saham sering menerima pesanan dari calon investor.
Saham yang dijual secara pesanan harus diserahkan setelah dilunasi seluruhnya.
Perlakuan akuntansi untuk pemesanan saham adalah emiten akan mendebet piutan
pemesanan saham dan mengkredit modal saham yang dipesan. Apabila pemesan tidak
melunasi sisa pembayaran saham, maka emiten dapat mengembalikan jumlah
pembayaran sebelumnya, atau dijadikan hak milik emiten (bila ada perjanjian) dan
dimasukkan dalam komponen tambahan modal dengan perkiraan tambahan modal-
pembatalan pemesanan saham.
5.1 KAS
Kas adalah mata uang kertas dan logam baik dalam valuta rupiah maupun valuta
asing yang masih berlaku sebagai alat pembayaran yang sah. Termasuk dalam kas adalah
mata uang rupiah yang ditarik dari peredaran dan masih dalam masa tenggang untuk
penukarannya kepada Bank Indonesia.
Kas perlu diatur sehingga tidak terjadi kekurangan untuk memenuhi kewajiban bank,
dan tidak berlebihan. Kas yang berlebihan akan menimbulkan biaya opportunity. Agar
bank bisa mengendalikan kas maka perlu adanya informasi mengenai posisi atau saldo
kas. Perubahan posisi saldo kas di bank umumnya disebabkan oleh:
a. Penyetoran dan penarikan tunai oleh nasabah. Nasabah bisa melakukan penyetoran,
pengambilan tabungan, penguangan cek, penerimaan permohonan kiriman uang,
penerimaan kiriman uang, penerimaan pembukaan deposito, dan sebagainya.
b. Penyetoran atau penarikan dari rekening bank yang bersangkutan di Bank Indonesia.
c. Penggunaan untuk transaksi intern bank, misalnya untuk dana kas kecil, pembayaran
biaya operasional, biaya gaji, dan sebagainya.
Akuntansi kas akan berkaitan dengan transaksi tersebut, pencatatannya sebesar yang
diterima atau yang dibayarkan. Kas suatu bank tidak boleh bersaldo kredit sebab akan
mengganggu likuiditas. Khusus untuk rekening kas sering menampung pengiriman uang
secara fisik (remise) dari suatu bank ke bank lain atau dari suatu cabang ke cabang yang
lain.
Giro Bank Indonesia merupakan rekening giro milik bank komersial dalam valuta
asing maupun valuta rupiah di Bank Indonesia. Dengan Giro BI, bank data membiayai
transaksi antara cabang maupun antarbank melalui penyelesaian kliring, transfer.
Disamping itu dapat digunakan untuk membayar penarikan deposito yang relatif besar,
pemberian kredit.
Transaksi Giro BI lebih banyak berkaitan dengan transaksi kliring (nota debet/nota
kredit), pemindahbukuan, pengambilan dan penyetoran uang tunai ke BI oleh bank
komersial.
Posisi kas dan Giro BI harus dilaporkan ke BI setiap akhir pekan yang ditunjukkan
dengan rasio Giro Wajib Minimum. Untuk menentukan Reserve Requirement
sebenarnya ada dua cara yaitu Logged reserve Requirement (LRR) dan
Contamporaneous Reserve Requirement (CRR). LRR adalah ketentuan reserve
requirement berdasarkan kewajiban yang telah terjadi pada periode sebelumnya.
Sedngkan CRR adalah ketentuan reserve requirement yang dihitung berdasarkan keadaan
kewajiban sesaat pada periode waktu yang sama. Ketentuan reserve requirement atau
Giro Wajib Minimum di Indonesia menganut Lagged Reserve Requirement. Rasio
GWM untuk valuta rupiah minimum 5% dan untuk valuta asing minimum 3%. Formula
untuk menentukannya adalah:
Sesuai dengan sebutannya, yang termasuk dari investasi jangka pendek adalah
investasi yang berlangsung kurang dari satu tahun. Investasi jangka pendek biasanya
ditawarkan dalam rentang waktu singkat, mulai 1 bulan hingga 12 bulan.
Dalam investasi jangka pendek, dana atau modal yang diinveastasikan pada umumnya
dikelolah pada instrumen – instrumen yang mudah diperjualbelikan atau dicairkan.
Makanya, banyak yang menilai, risikio dalam investasi jangka pendek lebih rendah
dibandingkan jangka panjang. Meski demikian, investasi jangka pendek juga bisa
memberikan keuntungan besar kepada para investornya.
Investasi jangka pendek dibagi menjadi dua bagian yaitu investasi yang bisa
menimbulkan risiko dan investasi tanpa risiko, investasi pada sekuritas yang memiliki
risiko karena return yang diperoleh dimasa depan belum ada kepastian.
Investasi jangka pendek juga bertujuan untuk dijual kembali dalam jangka pendek
bukan untuk menguasai perusahaan emite. Pembelian sekuritas jangka pendek lazimnya
dicatat sebagai harga peroleh harga perolehan sekuritas diperoleh dari harga beli
ditambah dengan biaya – biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh sekuritas tersebut
seperti biaya komisi broker da segalanya .
Khusus untuk transaksi pembelian sekuritas obligasi yang terjadi antara tanggal
pembayaran bunga, maka bunga yang berjalan bukan merupakan bagian rekening
pendapatan bunga.
o Deposito
o Sertifikat bank
o Surat – surat berharga, seperti ( saham dan obligasi )
Karakteristik Investasi Jangka Pendek adalah harus dapat diuangkan dengan segera
dalam tenggang waktu 1 tahun
Investasi Dalam Saham
Investasi jangka pendek (Marketable) adalah asset yang tingkat likuiditasnya tinggi.
Dengan demikian, besarnya investasi jangka pendek menunjukan kemampuan
perusahaan untuk membayar utang jangka pendek. Nilai investasi ini dalam neraca
menurut akuntasi komersial dapat disajikan menggunakan dua cara, yaitu :
Surat Utang Negara (SUN) menurut (Muljono & Wicaksono, 2009:357 ) adalah
surat berharga yang berupa surat pengakuan hutang dalam mata uang rupiah maupun
valuta asing yaitu yang dijamin pembayaran bunga dan pokoknya oleh negara republik
indonesia, sesuai dengan masa berlaku.
1. Pasar Perdana, yaitu kegiatan penawaran dan penjualan Surat Utang Negara untuk
pertama kali
2. Pasar Sekunder, yaitu kegiatan perdagangan Surat Utang Negara yang telah dijual
dipasar perdana
3. Dealer utama adalah lembaga keuangan (bank umum dan perusahaan efek) yang
ditunjuuk Menteri keuangan untuk menjalaknkan kewajiban tertentu baik dipasar
perdana maupun dipasar sekunder dari Surat Utang Negara dalam mata uang
rupiah dengan imbalan/hak (righs) tertentu.
Surat Utang Negara dapat berbentuk:
Dengan keterangan
D = Jumlah hari sebenarnya (actual days) yang dihitung sejak 1 hari sesudah
tanggal setelmen sampai dengan tanggal jatuh tempo
7.2 PEMBUNGAAN KREDIT
Sebelum melakukan pencatatan transaksi kredit, sebaiknya memahami perhitungan
bunga kredit, karena dengan perhitungan bunga kredit dapat memilah antara angsuran
pokok dengan angsuran bunga. Dua hal ini memiliki perlakuan akuntansi yang berbeda:
2. Sliding Rate
Angsuran pokok diperhitungkan tetap atau sama setiap angsuran. Sedangkan bunga
yang diperhitungkan menurun sejalan berkurangnya sisa kredit dengan demikian total
angsuran pokok dan bunga adalah semakin menurun selama periode angsuran.
Rumus untuk menghitung pokok angsuran adalah:
Keterangan:
a = Angsuran pokok.
M = Plafon kredit
n = Periode Kredit
3. Flat rate
Perhitungan bunga dengan flat rate didasarkan pada hitungan bunga secara prorate
sesuai dengan jangka waktu kredit dan nominan kredit. Dengan demikin untuk
menentukan angsuran pokokdan bunga sangat sederhana. Praktik di bank bila
menggunakan flat rate umumnya akan menentukan tingkat suku bunga yang lebih
rendah dibandingkan dengan menggunakan effective rate atau sliding rate. Mengapa
demikian karna bila menentukan tingkat suku bunga yang sama seperti pada sliding
atau effective rate maka total angsuran menjadi sangat mahal. Rumus untuk
menentukan angsuran pokok dan bunga adalah :
Keterangan:
M = Plafon kredit
i = Tingkat suku bunga
t = Jangka waktu kredit
N = Jumlah bulan angsuran selama masa kredit
Selanjutnya adalah menentukan tingkat PPAP yang harus dibentuk. Dalam hal ini wajib
membentuk PPAP berupa cadangan umum dan cadangan khusus guna menutupi risiko
kemungkinan kerugian. Cadangan yang dibentuk ari aktiva produktif ini terdiri dari:
a. Giro, deposito, tabungan, setoran jaminan dalam mata uang rupiah dan valuta
asing yang diblokir disertai dengan surat kuasa pencairan. Untuk agunan ini
setinggi-tingginya sebesar 100% yang dapat digunakan sebagai pengurang
b. SBI dan Surat Utang Pemerintah. Untuk nilai agunan ini setinggitingginya 100%
yang dapat digunakan sebagai pengurang
c. Surat berharga yang aktif diperdagangkan di pasar modal. Untuk agunan surat
berharga yang dapat digunan setinggi-tingginya 50%. Surat berharga dinilai
dengan menggunakan nilai pasar yang tercatat di Bursa Efek
d. Tanah, gedung, rumah tinggal, pesawat udara, kapal laut. Untuk agunan ini untuk
penilaian yang dilakukan belum melampaui 6 bulan sebesar 70%, antara 6 bulan
sampai dengan 18 bulan sebesar 50%, untuk 18 bulan sampai dengan 30 bulan
sebesar 30%. Untuk penilaian yang dilakukan setelah 30 bulan sebesar 0%. Tanah
dinilai berdasarkan nilai pasar. Rumah tinggal dinilai berdasarkan nilai pasar dan
kalkulasi biaya. Sedangkan gedung, pesawat udara dan kapal laut dinilai
berdasarkan nilai pasar, kalkulasi biaya dan kapitalisasi pendapatan.
a. Nilai pasar adalah jumlah ang yang diperkirakan dapat diperoleh dari transaksi
jual beli atau hasil penukaran suatu asset pada tanggal penilaian setelah dikurangi
biaya-biaya transaksi, pihak penjual dan pembeli sebelumnya tidak mempunyai
ikatan, memiliki pengetahuan tentang asset yang diperdagangkan dan melakukan
transaksi tidak dalam keadaan terpaksa.
b. Kalkulasi biaya (cost approach) adalah perkiraan biaya yang dibutuhkan untuk
memproduksi aktiva yang baru setelah dikurangi dengan penyusutan akibat
kerusakan fisik dan penurunan nilai ekonomis.
c. Kapitalisasi pendapatan (income approach) adalah nilai tunai penerimaan kas
masa depan (present value) dari pendapatan yang diperkirakan akan diterima
dalam jangka waktu 5 – 10 tahun.
8.2 Aktifa Sewa Guna Usaha
A. Pengertian
Pengertian sewa guna usaha menurut Keputusan Menteri Keuangan No.
1169/KMK.01/1991 tanggal 21 Nopember 1991 tentang Kegiatan Sewa Guna Usaha:
Sewa guna usaha adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang
modal baik secara guna usaha dengan hak opsi (finance lease) maupun sewa guna
usaha tanpa hak opsi (operating lease), untuk digunakan oleh lessee selama jangka
waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala.
Dalam setiap transaksi leasing di dalamnya selalu melibatkan 3 pihak utama, yaitu:
a. Lessor adalah perusahaan sewa guna usaha atau di dalam hal ini pihak yang
memiliki hak kepemilikan atas barang
b. Lessee adalah peruahaan atau pihak pemakai barang yang bisa memiliki hak opsi
pada akhir perjanjian
c. Supplier adalah pihak penjual barang yang disewagunausahakan.
B. Pihak-Pihak Yang Terlibat Dalam Leasing
Lessor adalah perusahaan leasing atau pihak yang memberikan jasa pembiayaan
kepada pihak lessee dalam bentuk barang modal. Lessor dalam financial lease
bertujuan untuk mendapatkan kembali biaya yang telah dikeluarkan untuk membiayai
penyediaan barang modal dengan mendapatkan keuntungan. Sedangkan dalam
operating lease, lessor bertujuan mendapatkan keuntungan dari penyediaan barang
serta pemberian jasa-jasa yang berkenaan dengan pemeliharaan serta pengoperasian
barang modal tersebut.
Lessee adalah perusahaan atau pihak yang memperoleh pembiayaan dalam bentuk
barang modal dari lessor. Lessee dalam financial lease bertujuan mendapatkan
pembiayaan berupa barang atau peralatan dengan cara pembayaran angsuran atau
secara berkala. Pada akhir kontrak, lessee memiliki hak opsi atas barang tersebut.
Maksudnya, pihak lessee memiliki hak untuk membeli barang yang di-lease dengan
harga berdasarkan nilai sisa. Dalam operating lease, lessee dapat memenuhi
kebutuhan peralatannya di samping tenaga operator dan perawatan alat tersebut tanpa
risiko bagi lessee terhadap kerusakan.
Supplier adalah perusahaan atau pihak yang mengadakan atau menyediakan barang
untuk dijual kepada lessee dengan pembayaran secara tunai oleh lessor. Dalam
mekanisme financial lease, supplier langsung menyerahkan barang kepada lessee
tanpa melalui pihak lessor sebagai pihak yang memberikan pembiayaan. Sebaliknya,
dalam operating lease, supplier menjual barangnya langsung kepada lessor dengan
pembayaran sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak, yaitu secara tunai atau
berkala.
Bank. Dalam suatu perjanjian atau kontrak leasing, pihak bank atau kreditor tidak
terlibat secara langsung dalam kontrak tersebut, namun pihak bank memegang
peranan dalam hal penyediaan dana kepada lessor, terutama dalam mekanisme
leverage lease di mana sumber dana pembiayaan lessor diperoleh melalui kredit bank.
Pihak supplier dalam hal ini tidak tertutup kemungkinan menerima kredit dari bank,
untuk memperoleh barang-barang yang nantinya akan dijual sebagai objek leasing
kepada lessee atau lessor.
C. Penggolongan Perusahaan Leasing
1. Independent Leasing Company
Perusahaan leasing jenis ini mewakili sebagian besar dari industri leasing.
Perusahaan tipe ini berdiri sendiri atau independent dari supplier yang mungkin
dapat sekaligus sebagai pihak produsen barang dan dalam memenuhi kebutuhan
barang modal nasabahnya (lessee). Perusahaan dapat membelinya dari berbagai
supplier atau produsen kemudian di-lease kepada pemakai.
2. Captive Lessor
Captive lessor akan tercipta apabila supplier atau produsen mendirikan perusahaan
leasing sendiri untuk membiayai produk-produknya. Hal ini dapat terjadi apabila
pihak supplier berpendapat bahwa dengan menyediakan pembiayaan leasing
sendiri akan dapat meningkatkan kemampuan penjualan melebihi tingkat penjualan
dengan menggunakan pembiayaan trasdisional. Captive lessor ini sering pula
disebut dengan twoparty lessor. Pihak pertama terdiri atas perusahaan induk dan
anak perusahaan leasing (subsidiary) dan pihak kedua adalah lessee atau pemakai
barang.
3. Lease Broker atau Packager
Bentuk akhir dari perusahaan leasing adalah leasebroker atau packager. Broker
leasing berfungsi mempertemukan calon lessee denngan pihak lessor yang
membutuhkan suatu barang modal dengan cara leasing. Broker leasing beasanya
tidak memiliki barang atau peralatan untuk menangani transaksi leasing untuk atas
namanya. Disamping itu perusahaan broker leasing memberikan satu atau lebih
jasa-jasa dalam usaha leasing tergantung apa yang dibutuhkan dalam suatu
transaksi leasing.
D. PROSES DAN MEKANISME TRANSAKSI LEASING
Leasing pada prinsipnya merupakan industri multidisiplin yang meliputi antara lain
bidang perpajakan, keuangan dan konsep akuntansi. Dari defenisi leasing yang telah
dibahas pada awal bab ini dapat disimpulkan bahwa leasing mengandung arti suatu
perjanjian antara pemilik barang (lessor) dengan pemakai barang (lessee). Mekanisme
leasing tersebut merupakan dasar-dasar dalam suatu transaksi leasing (basic lease).
E. TEKNIK-TEKNIK PEMBIAYAAN LEASING
1. Finance Lease
Teknik pembiayaan menurut finance lease ini, perusahaan leasing sebagai lessor
adalah pihak yang membiayai penyediaan barang modal. Penyewa guna usaha
(lessee) biasanya memilih barang modal yang dibutuhkan dan atas nama
perusahaan leasing, sebagai pemilik barang modal tersebut, melakukan pemesanan,
pemeriksaan serta pemeliharaan barang modal yang menjadi objek transaksi
leasing. Selama masa leasing, lessee melakukan pembayaran nilai sisa (residual
value). Kalau ada, akan mencakup pengembalian harga perolehan barang modal
yang dibiayai serta bunganya, yang merupakan pendapatan perusahaan leasing.
2. Operating Lease
Dalam leasing bentuk ini, lessor sengaja membeli barang modal dan selanjutnya di-
lease-kan. Berbeda dengan finance lease, dalam operating lease jumlah seluruh
pembayaran berkala tidak mencakup jumlah biaya yang dikeluarkan untuk
memperoleh barang modal tersebut berikut dengan bunganya.
F. KELEBIHAN LEASING SEBAGAI SUMBER PEMBIAYAAN
Leasing sebagai alternatif sumber pembiayaan memiliki beberapa kelebihan
dibandingkan dengan sumber-sumber pembiayaan lainnya antara lain sebagai berikut:
1. Pembiayaan Penuh
2. Lebih Fleksibel
5. Arus Dana
6. Proteksi Inflasi
9. Kapitalisasi Biaya
G. Aktiva Tetap
Aktiva tetap adalah aktiva beruwjud yang digunakan dalam operasi perusahaan dan
tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan. (Haryono Jusup,
2005; 153). Aktiva tetap adalah aktiva berujud yan berumur lebih dari satu tahun yang
dimiliki oleh perusahaan dengan tujuan untuk dipakai dalam perusahaan bukan untuk dijual
kembali (Wit & Erhans, 2000; 82). Aset tetap adalah aset berwujud yang (Slamet Sugiri,
2009; 137) :
a. dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penydiaan barang atau jasa,
untuk direntalkan pada pihak lain, atau untuk tujuan administratif
b. diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode
Aktiuva tetap biasanya digolongkan menjadi 4 kelompok yaitu (Haryono Jusup, 2005;
155):
a. Tanah : seperti tanah yang digunakan sebagai tempat berdirinya gedung perusahaan
b. Perbaikan tanah : seperti jalan-jalan diseputar lokasi perusahaan, tempat parker, pagar dan
saluran air bawah tanah
c. Gedung : seperti gedung yang digunakan untuk kantor, toko, pabrik dan gudang
d. Peralatan : seperti peralatan kantor, mesin pabrik, peralatan pabrik, kendaraan dan mebel
Prinsip Akuntansi => Aktiva Tetap harus dicatat sesuai dengan Harga Perolehannya.
Harga perolehan meliputi semua pengeluaran yang diperlukan untuk mendapatkan aktiva
tetap dan pengeluaran-pengeluaran lain agar aktiva siap untuk digunakan (Haryono Jusup,
2005; 155) Harga perolehan adalah harga beli ditambah seluruh biaya yang dikeluarkan untuk
memperolehnya dan menyiapkan aktiva tetap tersebut sampai siap digunakan (Wit & Erhans,
2000; 82).
Terdapat berbagai cara dalam memperoleh aktiva tetap, yang akan mempengaruhi
penentuan harga perolehan. Berbagai cara tersebut antara lain : pembelian secara tunai;
pembelian kredit; pembelian dengan wesel bunga; pembelian gabungan (dalam satu paket);
membangun sendiri aktiva dan adanya sumbangan dari pihak lain.
a. Pembelian Tunai
Dalam pembelian secara tunai, harga perolehan adalah harga belibersih setelah
dikurangi potongan tunai ditambah dengan pengeluaran-pengeluaran.
Pembelian secara kredit jangka panjang pada umumnya melibatkan bunga. Bunga
dapat ditetapkan secara eksplisit dan secara implisit. Bunga eksplisit dalam pembelian kredit
adalah bunga yang ditetapkan secara jelas/terus terang Bunga implisit : bunga yang
ditetapkan tidak secara terus terang sehingga harus mencari terlebih dahulu bunganya. Baik
secara eksplisit maupun secara implisit bunga tidak boleh dimasukkan dalam menghitung
harga perolehan karena bunga bukan merupakan pengorbanan untuk memperoleh aktiva
tetap, tetapi pengorbanan untuk menggunakan dana pihak lain.
Pembelian dalam satu paket (gabungan) sering disebut sebagai pembelian secara
lump-sum. Harga paket (borongan)didasarkan pada harga perolehan masing-masing aktiva
tetap yang ditentukan dengan harga pasar .
e. Membangun sendiri
f. Sumbangan
Aktiva tetap dapat diperoleh dari sumbangan, misalnya sumbangan dari pemerintah
atau lembaga lain. Meski untuk memperoleh sumbangan tidak ada pengorbanan yang
dikeluarkan, akuntansi tetep mencatatnya karena akuntansi merupakan alat
pertanggugjawaban. Aktiva tetap dari sumbangan didebit dan akun lawannya adalah modal
sumbangan. Nilainya adalah sebesar nilai wajar pada saat sumbangan itu diterima.
BAB VIII
Pengiriman uang merupakan perpindahan dana antar rekening dari suatu bank ke
bank lain (cabang bank sendiri/bank lain) baik untuk kepentingan perseorangan, badan
hukum atau badan usaha tidak berbadan hukum atau untuk kepentingan bank itu sendiri.
Kegiatan transfer akan memberikan manfaat bagi bank yaitu adanya pendapatan dana
terutama transfer yang dilaksanakan tidak pada hari yang sama, memberikan pendapatan jasa
transfer dan bisa digunakan sebagai sarana promosi. Yang terakhir ini umumnya diberikan
kepada nasabah berupa pembebasan biaya transfer, sedangakan non nasabah akan ditentukan
berdasarkan nilai transfernya.
2. Jenis Transfer
Transfer keluar (outgoing transfer) yaitu pengiriman uang atas perintah nasabah
untuk keuntungan pihak lain pada bank lain atau cabang bank sendiri.
Transfer masuk (incoming transfer) yaitu pengiriman uang yang diterima dari
cabang lain bank sendiri atau dari bank lain untuk keuntungan nasabah sendiri atau
penerima dana pada bank sendiri.
3. Kegiatan Pengiriman uang dan Prinsip Mengenal Nasabah (Know
Your Customer/KYC) Kegiatan transfer dana harus dikendalikan
sedini mungkin minimal melalui penerapan prinsip mengenai nasabah
agar tidak disalahgunakan untuk kepentingan pencucian uang atau
melalui monitoring uang yang dikirim atau diterima dan perlunya
mekanisme penyelesaian permasalahan mengenai uang kiriman yang
terlambat atau tidak sampai. Prinsip mengenal nasabah adalah prinsip
yang diterapkan oleh penyelenggara untuk mengetahui antara lain
identitas pengirim dan penerima, memantau kegiatan usaha pengiriman
uang, dan melaporkan transaksi yang mencurigakan sebagaimana
diatur dalam peraturan mengenai tindak pidana pencucuian uang.
Contoh Tata Cara Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah
a. Pengenalan terhadap nasabah mencakup hal-hal sebagai berikut :
• Penelitian identitas nasabah
- Perorangan : meminta nasabah untuk memperlihatkan identitas
seperti Kartu Tanda Penduduk (KTP), Surat Izin Mengemudi (SIM) atau
Paspor dan meneliti bahwa nasabah telah sesuai dengan identitas yang
ditunjukan nasabah.
- Perusahaan : meminta nasabah untuk memperliatkan identitas seperti
Surat Izin Usaha atau NPWP.
Jika dalam hal nasabah tidak dapat menunjukan bukti identitas atau identitas
nasabah tidak sesuai maka transaksi dengan nasabah tersebut tidak boleh di
lakukan.
• Pencatatan transaksi
- Perorangan : nama, alamat, tempat dan tanggal lahir, pekerjaan,
kewarganegaraan, nomor bukti identitas, nilai transaksi dan tanggal transaksi
nasabah.
- Perusahaan : nama, alamat, bidang usaha, nomor izin usaha, NPWP,
nilai transaksi dan tanggal transaksi nasabah.
• Penyimpanan dokumen transaksi Data dan dokumen mengenai transaksi
harus ditatausahakan oleh penyelenggara sesuai dengan ketentuan yang
mengatur mengenai dokumen perusahaan.
b. Contoh transaksi keuangan mencurigakan
• Pengiriman uang tanpa disertai identitas penerima dan pengirim yang
jelas.
• Pengiriman uang tidak sesuai atau menyimpang dari profile, karakteristik
atau kebiasaan pola transaksi dari nasabah yang bersangkutan.
• Uang yang dikirim diduga berasal dari hasil tindak pidana.
Inkaso adalah penagihan cek/bilyet giro oleh suatu bank yang berada disuatu wilayah kliring
atau kota tertentu kepada bank penerbit yang berada di wilayah kliring atau kota yang
berbeda. Inkaso hanya dilakukan untuk penagihan antar bank/antar cabang bank sendiri yang
berada di luar wilayah kliring atau di kota yang berbeda.
Dalam kaitannya dengan inkaso, dikenal adanya bank pemrakarsa (bank yang menerima
warkat dari pihak ketiga untuk ditagihkan dan hasilnya untuk keuntungan pihak ketiga) dan
bank pelaksana (bank yang melaksanakan penagihan kepada pihak ketiga atas amanat dari
cabang/ bank pemrakarsa dan hasilnya untuk keuntungan pihak ketiga nasabah bank
pemrakarsa). Kegiatan inkaso menggunakan media berupa warkat yang diinkasokan
(cek/BG), teleks, pos biasa atau faximile. Dimana ini akan menimbulkan biaya dan biaya ini
akan dibebankan kepada pihak ketiga yang memberikan amanat inkaso. Komisi hanya
dibebankan kepada pihak pemberi amanat di cabang pemrakarsa.
1. Jenis Inkaso
Dilihat dari jenisnya inkaso dapat dibedakan menjadi :
- Inkaso dengan warkat tanpa lampiran, merupakan warkat inkaso yang
digunakan untuk melakukan inkaso tanpa dilampiri dokumen apapun. Contoh:
cek, bilyet giro, atau surat berharga lainnya.
- Inkaso dengan warkat berlampiran, inkasonya harus dilampiri dokumen-
dokumen pendukung. Contoh: kuitansi, faktur, polis asuransi atau surat-surat lain
yang disetujui bank.
Dilihat dari lalu lintas dananya inkado dibedakan menjadi :
- Inkaso keluar, yaitu inkaso atas intruksi nasabah untuk melakukan penagihan
kepada pihak ketiga di cabang sendiri atau bank lain di luar kota. Inkaso ini
dibayarkan ke rekening si pemberi amanat di bank pemrakarsa setelah inkaso
berhasil.
- Inkaso masuk, yaitu taghan masuk atas beban rekening nasabah sendiri dan
hsailnya dikirimkan ke cabang pemrakarsa untuk keuntungan pihak ketiga.
Inkaso merupakan kegiatan bank yang mengandung ketidakpastian. Bank melakukan inkaso,
tetapi tidak setiap inkaso akan memberikan hasil. Untuk mengukur keberhasilan inkaso
diperlukan waktu untuk konfirmasi. Selama selang waktu menerima amanat untuk menagih
hingga tagihan berhasil atau tidak, transaksi ini harus dibukukan dalam rekening
administratif. Mengingat bank pemrakarsa akan membayar kepada bank pemberi amanat
kalau inkaso berhasil, maka transaksi ini sebenarnya transaksi bersyarat.
Persoalan yang muncul adalah mengenai komisi inkaso dan ongkos transfer. Bila berhasil
bank akan memotong rekening nasabah yang bersangkutan untuk ongkos transfer dan komisi
transfer. Bila inkaso tidak berhasil umumnya bank hanya meminta ongkos transfer saja.
Hasil inkaso bisa langsung dkreditkan ke rekening giro atau tabungan si pemberi amanat di
bank pemrakarsa. Bila hasil inkaso untuk diberikan kepada bukan nasabah, maka bank harus
mencatat terlebih dahulu pada rekening administratif warkat inkaos yang akan dibayar.
Untuk inkaso masuk yang berasal dari cabang bank sendiri, maka tugas bank pelaksana
adalah membebankan ke rekening pihak tertagih.
Transaksi inkaso antar bank dapat diselesaikan melalui kantor cabang bank sendiri yang
terdekat (ada di wilayah kliring bank yang dituju). Dengan dmeikian bank pemrakarsa yang
melakukan inkaso anya akan berhubungan rekening dengan kantor cabangnya. Sedangkan
kantor cabang sendiri akan berhubungan dengan bank lain di wilayah kliring yang berbeda
yang telah menerbitkan cek atau bilyet giro. Pencatatan transaksi ini terjadi di bank
pemrakarsa, bank pelaksana cabang bank sendiri dan bank lain tertagih.
a. Berdasarkan fungsinya.
1. Kartu Kredit (Credit Card) yaitu kartu yang dapat digunakan sebagai alat
pembayarantransaksi jualbeli barang dan jasa, kemudian pelunasan atas
penggunaannya dapatdilakukan sekaligus atau secara angsuran sejumlah
minimum tertentu.
2. Charge Card yaitu kartu yang dapat digunakan sebagai alat
pembayaran suatutransaksi barang dan jasa, kemudian pemegang kartu
diwajibkan membayar kembalisecara penuh tagihannya pada akhir bulan atau
bulan berikutnya dengan atau tanpabeban tambahan.
3. Kartu Debet yaitu kartu yang dapat digunakan sebagai perintah bayar atau
pendebetanterhadap rekening pemegang.
4. Cash Card (kartu ATM) yaitu kartu yang dapat digunakan untuk
penarikan tunai baikdi countercounter bank maupun pada anjungan ATM.
5. Check Guarantee Card yaitukart yang dapat digunakan sebagai jaminan
dalam penarikan cek oleh pemegang kartutersebut.
Bank garansi merupakan semua garansi yang diterima atau diberikan oleh satu bank untuk
pihak tertentu baik perorangan atau badan usaha yang dinyatakan oleh bank akan dipenuhi
kewajibannya dari pihak yang dijamin tersebut kepada pihak lainnya selaku penerima
jaminan apabila pada waktu tertentu telah ditetapkan pihak dijamin tidak dapat memenuhi
kewajibannya/pembayarannya (cidera janji).
Bank menerbitkan bank garansi setelah ada transaksi sebelumnya, dalam arti untuk
menerbitkan bank garansi harus ada kegiatan pokok yang dijamin melalui bank garansi.
Kegiatan pokok tersebut misalnya adanya suatu pemenangan tender proyek tertentu, adanya
transaksi yang menimbulkan kewajiban membayar pada waktu tertentu dikemudian hari.
Kegiatan pokok tersebut memerlukan waktu dan setelah kurun waktu tersebut pihak tertentu
harus memenuhi kewajibannya. Untuk menjamin pemenuhan kewajiban dikemudian hari
maka diperlukan jaminan bank yaitu bank garansi. Bank garansi dapat dikatakan sebagai
perjanjian ikutan (accesoir).
1. Penerimaan atau penerbitan jaminan dalam bentuk bank garansi baik dalam rangka
pemberian kredit, risk sharing dan standby loan maupun dalam rangka pelaksanaan proyek.
2. Akseptasi atau endosemen surat berharga yaitu pemberian jaminan atau garansi bentuk
penandatanganan kedua atau seterusnya atas wesel dan promes (aksep).
1. Tender, yaitu bank garansi yang diberikan oleh bank untuk para kontraktor maupun
levelansir.
2. Perdagangan, yaitu bnak garansi yang diberikan keada pihak pabrikan untuk kepentingan
agen atau levelansir produk-produk pabrik tersebut
3. Penangguhan bea masuk, yaitu bank garansi yang diterbitkan untuk menjamin kepada
dinas bea dan cukai untuk pembayaran bea masuk barang impor.
4. Cukai rokok, yaitu bank garansi yang diberikan dalam rangka menjamin atas pembayaran
cukai rokok yang ditangguhkan, sementara rokok tersebut sudah beredar/dipasarkan.
5. Uang muka kerja, yaitu bank garansi yang diberikan untuk mengambil uang muka
pelaksanaan proyek dalam kontrak-kontrak tertentu.
Bank garansi yang diterima mapun yang diterbitkan bank sendiri dicatat sebesar jumlah atau
nilai bank garansi yang diberikan. Selanjutnya bank garansi yang masih berlaku pada tanggal
laporan bank yang diterima maupun yang diterbitkan oleh bank, disajikan sebesar jumlah
nominal bank garansi yang bersangkutan.
Pada kasus tertentu bank garansi diterbitkan secara sindikasi. Untuk bank garansi seperti ini
disajikan oleh peserta atau bank sebesar pangsa jaminan yang diberikan bank bersangkutan.
Transaksi bank garansi merupakan transaksi bersyarat atau kontijensi yaitu terjadi atau tidak
terjadinya wan prestasi/klaim tergantung dikemudian hari. Bank akan memenuhi kewajiban
kepada pemegang bank garansi kalau nasabah ingkar janji atau wan prestasi.
Sebagai transaksi bersyarat, maka saat pembukaan atau penerbitan bank garansi dicatat dalam
rekening administratif kelompok kontijensi kewajiban dengan posisi di sisi kredit dengan
ayat jurnal tunggal sebesar nilai kewajiban bank disamping pencatatan pada rekening efektif
untuk setoran jaminan bank garansi. Jasa penerbitan bank garansi akan memberikan
pendapatan bagi bank penerbit. Pendapatan yang berasal dari transaksi ini berupa komisi
penerbitan bank garansi. Komisi ini diterima di muka saat penerbitan. Pendapatann tersebut
harus dilaporkan setiap periode selama masa berlakunya bank garansi. Dengan demikian
secara akrual pendapatan tersebut harus diamortisasi setiap periode pelaporan akuntansi.
Pengertian SKBDN
Surat kredit berdokumen atau L/C adalah jasa bank yang diberikan kepada masyarakat untuk
memperlancar pelayanan arus barang, baik arus barang dalam negri (antar pulau) atau arus
barang keluar negri (exspor-impor).
Surat Kredit Berdokumen Dalam Negeri (SKBDN) atau sering disebut LC local, adalah
instrument yang dikeluarkan oleh bank (Issuing Bank), atas permintaan Applicant
(buyer/pembeli) yang berisi janji bank untuk membayar sejumlah uang kepada penerima atau
Beneficiary (atau penjual/seller) apabila Issuing Bank menerima dokumen yang sesuai
dengan syarat SKBDN. SKBDN dipergunakan untuk mendukung transaksi perdagangan di
dalam negeri. Bank besar di Indonesia seperti Bank Mandiri, dapat melayani kebutuhan baik
dari sisi Pembeli (Buyer) maupun Penjual (Seller).
Surat Kredit Berdokumen Dalam Negri (SKBDN) atau lazim dikenal sebagai “Letter of
Credit” (L/C) Dalam Negeri adalah setiap janji tertulis berdasarkan permintaan tertulis
pemohon yang mengikat Bank Pembuka Untuk :
Memberi kuasa kepada Bank lain untuk melakukan pembayaran kepada penerima,mengaksep
dan membayar wesel-wesel yang ditarik oleh penerima, atau
Memberi kuasa kepada Bank lain untuk menegoisasi wesel yang ditarik oleh penerima,atas
penyerahan dokumen,sepanjang persyaratan dalam SKBDN dipenuhi.
Manfaat SKBDN
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dengan adanya penerbitan SKBDN yaitu :
Sebagai sarana untuk memperlancar transaksi perdagangan dalam negri.
Penerima jaminan tidak akan menderita kerugian bila pihak yang dijamin
melalaikan kewajiban karena perima jaminan akan mendapat ganti
rugi(Pembayaran)dari bank.
Memperlancar arus pengadaan barang-barang di dalam negeri dari satu tempat
ke tampat lainnya baik antar pulau,antar kota,atau antar pihak-pihak dalam
satu kota.
Pengiriman Barang Lebih Terjamin
Sebagai Alternatif fasilitas pembiayaan
Bank melayani anda atau pengusaha yang berorientasi ekspor dalam
meberikan fasilitas SKBDN baik untuk penerbitan maupun penerimaan
SKDBN.
SKBDN dapat diterbitkan dalam rupiah atau valuta asing yang ada dalam
daftar kurs bank indonesia.
SKBDN hanya dapat diterbitkan dengan kondisi tidak dapat diubah dan
atau ditarik kembali atau dibatalkan tanpa persetujuan dari bank pembuka,
bank perkonfirmasi dan penerima .
Jangka waktu DKBDN ditetapkan sesuai kesepakatan antara pemohon,
dan bank pembuka.
Jangka waktu penundaan pembayaran SKBDN ditetapkan sesuai
kesepakatan pemohon dan bank pembuka.
Pembeli barang ( pembuka L/C dalam negeri ), orang atau badan hukum yang
memohon untuk membuka SKBDN pada bank
Bank penerbit L/C dalam negeri (issuing bank), bank yang menerbitakan
SKBDN kepada pembeli atau pembuka L/C dalam negeri
Bank pembayar (negotiating bank), bank yang melakukan pembayaran kepada
penerima atas penyerahan dokumen yang telah disyaratkan dalam SKBDN
Penjual barang (beneficiery), orang atau badan hukum yang disebut dalam
wesel, SKBDN atau surat perjanjian lainnya yang terkait derngan SKBDN
tersebut sebagai pihak yang berhak menerima pembayaran
Perusahaan pengangkutan (ekspedisi)
BAB X
Jasa bank adalah semua aktivitas bank, baik yang secara langsung maupun tidak langsung
yang berkaitan dengan tugas dan fungsi bank sebagai lembaga intermediasi, yaitu lembaga
yang memperlancar terjadinya transaksi perdagangan, sebagai lembaga yang memperlancar
peredaran uang serta sebagi lembaga yang memberikan jaminan kepada nasabahnya.
Yang termasuk jasa-jasa perbankan adalah sbb :
a) Transfer Keluar
Adalah salah satu jenis pengiriman uang yang dapat menyederhanakan lalu lintas
pembayaran adalah dengan pengiriman uang keluar (transfer keluar). Media untuk melakukan
transfer ini adalah secara tertulis (mail transfer) ataupun melalui kawat (wire transfer).
Pengamanan dalam transfer keluar ini adalah kode rahasia dari setiap transfer masuk dan
keluar. Apabila terjadi kesalahan dalam kode rahasia, transfer tersebut harus di tolak.
Keuntungan bagi bank yang melaksanakan transfer keluar adalah sebagai sarana untuk
menciptakan pendapatan dalam bentuk komisi, peningkatan pelayanan pada para nasabah,
peningkatan pangsa pasar bank, dan segi promosi lainnya.
Pengiriman uang dilakukan oleh bank dengan cara memerintahkan cabang lain untuk
membayar sejumlah uang tertentu kepada beneficiary (orang yang berhak menerima transfer)
yang berdomisili di kota tertentu. Dengan demikian terjadi hubungan antar kantor antar
cabang pemberi amanat dan pembayar transfer.
b) Transfer Masuk
Transfer masuk, dimana bank menerima amanat dari salah satu cabang untuk
membayar sejumlah uang kepada seseorang beneficiary. Dalam hal ini bank pembayar
akan membukukan hasil transfer kepada rekening nasabah beneficiary bila ia memiliki
rekening di bank pembayar. Transfer masuk tidak dikenakan lagi komisi karena si
nasabah pemberi amanat telah dibebankan sejumlah komisi pada saat memberikan amanat
transfer.
Dalam hal transfer masuk ditujukan kepada bukan nasabah bank pembayar,hasil transfer
akan ditampung dalam rekening “Hasil Transfer Yang Dapat Dibayar”.Rekening ini akan
tetap outstanding hingga hasil transfer dibayarkan kepada neneficiery.
Khusus transfer masuk kepada nasabah yang langsung dimasukkan kedalam rekening
yang bersangkutan, tidak dapat dibatalkan karena etis perbankan tidak dapat mengurangi
atau mendebit rekening seseorang tanpa persetujuan si pemilik rekening bersangkutan.
Pembatalan transfer masuk hanya dapat dilakukan apabila transfer dibayarkan yang
lazim dilakukan pada beneficery yang bukan nasabah bank.
Sebagai imbalan jasa atas jasa tersebut biasanya bank menerapkan sejumlah tarif
atau fee tertentu kapada nasabah atau calon nasabahnya. Tarif tersebut dalam dunia
perbankan disebut dengan biaya inkaso.
Warkat Inkaso
- Warkat inkaso tanpa lampiran; Yaitu warkat-warkat inkaso yang tidak dilampirkan
dengan dokumen-dokumen apapun seperti cek, bilyet giro, wesel dan surat berharga.
- Warkat inkaso dengan lampiran; Yaitu warkat-warkat inkaso yang dilampirkan dengan
dokumen-dokumen lainnya seperti kuitansi, faktur, polis asuransi dan dokumen-dokumen
penting.
- a. Jenis Inkaso
Inkaso Keluar
Suatukegiatanuntuk menagih suatu warkat yang telah diterbitkan oleh nasabah bank
lain.Disini bank menerima amanat dari nasabahnya sendiri untuk menagih warkat tersebut
kepada seseorang nasabah bank lain dikota lain.
Pada inkaso keluar, transaksi ini bersifat bersyarat dan oleh sebab itu harus dibukukan
dalam rekening administratif. Artinya, bank akan membayar sejumlah uang kepada si
pemberi amanat. dalam hal ini nasabah, apabila hasil inkaso dinyatakan berhasil. dengan
demikian, rekening administratif akan muncul disebelah kredit.
Dalam kegiatan inkaso keluar, seluruh transaksi sebelum diperoleh kepastian berhasil
tidaknya akan dibukukan dalam rekening administrative sebelah kredit dalam rekening
warkat inkaso yang di terima. Rekening ini akan tetap outstanding sampai inkaso
dinyatakan berhasil.
Inkaso Masuk
Merupakan kegiatan yang masuk atas warkat yang telah diterbitkan oleh nasabah sendiri.
Dalam kegiatan inkaso masuk, bank hanya memeriksa kecukupan dari nasabahnya yang telah
menerbitkan warkat kepada pihak ke tiga.
Dalam kegiatan inkaso masuk,bank hanya memeriksa kecukupan dana dari nasabah yang
telah menerbitkan warkat kepada pihak ketiga. Apabila ternyata dananya mencukupi,
maka bank hanya mendebit rekening nasabah bersangkutan dan mengkredit hubungan
antar kantor.
Dalam inkaso masuk, bank tertarik bersifat pasif, berbeda dengan inkaso keluar, dimana
bank pemberi amanat bersifat aktif.
Dalam inkaso masuk tidak akan dibukukan dalam rekening administrative karena sifat
transaksinya sudah jelas, yaitu ada atau tidak adanya dana dari nasabah yang telah
menarik warkat yang bersangkutan.
Surat Kredit Berdokumen (SKBDN) atau biasa disebut Letter of Credit (L/C) merupakan
salah satu jasa yang ditawarkan bank dalam rangka pembelian barang, berupa
penangguhan pembayaran pembelian oleh pembeli sejak L/C dibuka sampai dengan
jangka waktu tertentu sesuai perjanjian. Berdasarkan pengertian tersebut, tipe perjanjian
yang dapat difasilitasi L/C terbatas hanya pada perjanjian jual – beli, sedangkan fasilitas
yang diberikan adalah berupa penangguhan pembayaran.
L/C Dalam Negeri adalah L/C yang diterbitkan dalam valuta rupiah untuk menjamin
kelancaran perdagangan dalam negeri. Tujuan bank menerbitkan L/C adalah untuk
memberi jaminan secara tertulis berlandaskan hukum, untuk melakukan pembayaran
kepada pihak penjual, mengaksep atau menegosiasi wesel-wesel yang ditarik oleh penjual
serta memberi kuasa kepada bank lain melakukan pembayaran, mengaksep atau
menegosiasi wesel-wesel.
(Letter of Credit Dalam Negeri hampir serupa dengan Letter of Credit untuk transaksi
perdagangan luar negeri, hanya valuta dan wilayah pabean yang membedakan)
Keuntungan Menerbitkan L/C Dalam Negri
Keuntunganyang diperoleh bank dalam menerbitkan L/C Dalam Negri yaitu memperluas
jaringan kepada masyarakat sebagai perantara perdagangan dan juga mendapatkan
tambahan pendapatan berupa komisi dan sumber dana berupa setoran jaminan.
Untuk membuka kotak penyimpanan tersebut, tidak semua karyawan Bank dapat
melakukannya akan tetapi hanya orang-orang tertentu saja yang telah ditunjuk oleh
pihak Bank. SDB merupakan transaksi jasa perbankan yang memberikan pendapatan
bagi Bank dimana besar kecilnya pendapatan tergantung pada lamanya sewa.
a. Biaya sewa
b. Setoran jaminan kunci SDB, ini diperlukan karena untuk mengganti bila kunci
kotak penyimpanan tersebut hilang namun bila sampai selesai penyimpanan
barang berharga ternyata kunci tidak hilang maka setoran jaminan kunci akan
dikembalikan kepada yang berhak ( penitip barang ).
Salah satu jasa bank untuk melayani masyarakat yang akan melakukan pembayaran-
pembayaran yang relatif rutin dan nilainya relatif kecil, contohnya; pembayaran rekening
listrik, telepon, air dll.
Payment Point disebut juga rekening titipan dan diartikan sebagai rekening bersyarat,
yang sifatnya tidak mengikat bagi bank untuk melakukan kewajiban kepada individu atau
lembaga tertentu yang memberi amanat.
Adalah surat berharga yang diterbitkan dalam valuta Rupiah dengan ciri aman,
terpercaya, praktis dan fleksibel serta dijamin oleh Bank penerbit dengan masa berlaku
tidak terbatas.
- Akuntansi Cek Perjalanan (TC) dimulai saat penerbitan atau penjualan dan saat
pencairan TC, baik yang dijual melalui cabang pembayar maupun melalui agen.
- Penjualan TC dapat dilakukan secara tunai, beban giro atau dengan menggunakan
warkat yang disetujui Bank.
Komitmen : adalah suatu ikatan atau kontrak berupa janji yang tidak dapat dibatalkan
secara sepihak, dan harus dilaksanakan apabila persyaratan yang disepakati bersama
dipenuhi.
a. JENIS-JENIS KOMITMEN
• Komitmen Tagihan, yaitu komitmen yang akan diterima oleh suatu bank dari
pihak lainnya.
• Komitmen Kewajiban, yaitu komitmen yang diberikan oleh suatu bank kepada
nasabah atau pihak lain.
Tempat pencatatan transaksi seperti ini adalah rekening administratif. Pos administratif
komitmen ini pada tanggal jatuh waktunya akan berubah menjadi transaksi yang akan
merubah neraca dan pos pendapatan dan biaya.
Meliputi fasilitas pinjaman yang akan diterima oleh bank dari bank lain dan
atau pihak lain dan belum dipergunakan pada tanggal penyusunan laporan keuangan.
Nilai komitmen yang disajikan adalah sejumlah nilai nominal penarikan atau
pelunasan atas fasilitas tersebut, sesuai dengan kesepakatan yang tertuang dalam
perjanjian pemberian fasilitas kredit tersebut.
Adalah fasilitas kredit yang telah disetujui oleh bank untuk diberika kepada nasabah
dan masih berlaku untuk digunakan nasabah. Fasilitas kredit yang diberikan disajikan sebesar
komitmen yang belum ditarik
2. Kontijensi
Kontijensi adalah suatu keadaan yang masih diliputi ketidakpastian mengenai kemungkinan
diperolehnya laba atau rugi oleh suatu perusahaan, yang baru akan terselesaikan dengan
terjadi atau tidak terjadinya satu atau lebih peristiwa dimasa yang akan datang.
Transaksi kontijensi belum mepengaruhi posisi dalam neraca dan laba-rugi perusahaan.
PSAK No.31 mengatur masalah Kontijensi ini. Kontijensi harus disajikan sedemikian rupa
sehingga bila dikaitkan dengan pos-pos aktiva dan pasiva dapat menggambarkan posisi
keuangan bank secara wajar. Kontijensi merupakan transaksi yang belum mengubah posisi
aktiva dan pasiva bank pada tanggal laporan, tetapi has\rus dilaksanakan oleh bank apabila
persyaratan yang disepakati dengan nasabah terpenuhi. Kontijensi tersebut dapat bersifat
tagihan atau kewajiban baik dalam Rupiah maupun Valas.
Sistematika penyajian laporan komitmen dan kontijen disusun berdasarkan urutan tingkat
kemungkinan pengaruhnya terhadap posisi keuangan dan hasil usaha bank. Selanjutnya,
komitmen dan kontijen, baik yang bersifat sebagai tagihan maupun kewajiban, masing-
masing disajikan secara tersendiri tanpa pos lawan, sehingga pengungkapan dalam laporan
dilakukan single entry melalui rekening administratif yang merupakan pos filuar neraca (off
balance-sheet).
Penyisihan suatu rugi kontijensi dapat dilakukan pada perhitungan rugi-laba bila kedua
kondisi berikut dipenuhi :
1. Terdapat petunjuk kuat bahwa telah terjadi penurunan nilai suatu aktiva atau telah
timbul kewajiban pada tanggal neraca
Garansi Bank
Adalah semua bentuk garansi atau jaminan yang diterima atau diberikan oleh bank yang
mengakibatkan pembayaran kepada pihak yang menerima jaminan apabila pihak yang
dijamin bank wanprestasi atau cedera janji. Diterbitkan dengan maksud memberikan bantuan
fasilitas kepada nasabah yang bersangkutan agar dapat memperlancar transaksi ayng sedang
dijalankannya.
Jenis Garansi bank: dapat berupa; penerimaan atau penerbitan jaminan dalam bentuk bank
garansi baik dalam rangka pemberian kredit, risk sharing, standby L/C maupun dalam rangka
pelakasaan proyek seperti big bonds, performance bonds dan advanced payment bonds, bisa
juga berupa akseptasi atau endosemen surat berharga.
Perdagangan
Cukai Rokok
Hubungan Kantor Pusat Cabang dan Antar Cabang, Penyusunan Laporan Keuangan Dan
Laporan Keuangan Gabungan
, berlakunya pola operasional perbankan pada ruanglingkup unit tersebut saja, berdiri sendiri
dan mempunyai kewenangan yang mencakupkegiatan sebatas di bank yang bersangkutan.
Pada sistem ini bank tidak membuka cabangdiluar wilayah kerja kerja/distrik/propinsi. Bank
yang menganut sistem ini di Indonesiamisalnya Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Bank yang
menganut sistem ini secaraumum memiliki ciri-ciri organisasinya relative kecil, ruang
lingkup operasi terbatas,delegasi wewenang masih terbatas, keputusan kredit lebih cepat
karena prosedurnyatidak berbelit-belit dan langsung ditangani direkturnya. Kelemahan pada
sistem ini bisa mengakibatkan terhimpunnya kekuasaan/sentralistik.
, yaitu sistem perbankan yang terdiri dari kantor pusat, kantorcabang dengan manajemen
modern yang terpadu, terencana, dan ada desentralisasikewenangan yang luas serta wilayah
operasionalnya sangat luas/tidak pada wilayah tertentusaja. Contoh sistem ini adalah yang
dianut oleh bank-bank nasional (Bank Mandiri, BankSyariah, Bank BNI, dll). Ciri-ciri bank
yang menganut sistem ini adalah:
1. Bank lebih fleksibel untuk melakukan diversifikasi produk yang lebih bervariatif guna
mendukung jaringan cabang/operasional yang lebih luas.
2. Bank dapat melakukan intermediary lokasi sehingga dapat tumbuh lebih cepat dan
dapatmengambil peran yang lebih besar dalam perekonomian.
3. Bank dapat melakukan ekspansi fisik ke daerah ekonomi baru sehingga
meningkatkan kemampuan ekonomi kerakyatan setempat.
4. Kantor pusat membuat perencanaan jangka panjang, cabang-cabang membuat
rencana jangka pendek.
5. Delegasi wewenang lebih jelas dan mantap terutama dalam memutuskan kredit
berdasarkan status cabang. Biasanya ada cabang kels I, II dan seterusnya
yangmemiliki kewenangan pengucuran kredit yang berbeda.
6. Sistem ini lebih memungkinkan untuk mengjangkau pasar terdekat dengan adanya.
Branch Banking System
plafond
yang ditentukan cabang). Proses perkreditan menjadi lebih lama karena harus melaluikantor
pusat. Disamping itu dengan sistem ini akan merugikan bank bila delegasiwewenang dari
kantor pusat ke cabang tidak diikuti kemampuan manajerial maupunkemampuan SDM dalam
menyajikan informasi secara cepat dan akurat. Untuk itudisamping kemampuan manajerial,
keahlian akuntansi menjadi tuntutan pada setiapcabang. Cabang sebagai unit bisnis akan
berdiri sendiri tetapi sebagai bentuk usahamerupakan bagian dari pusat. Oleh karena itu
akuntansi
Hubungan antar kantor cabang pada bank yang sama akan terjadi cabang antar cabang.
Transaksi antar cabang akan mengakibatkanhubungan hutang-piutang antar cabang.
Hubungan hutang-piutang ini akan menimbulkan biaya bunga bagi kantor cabang yang
mempunyai kewajiban terhadap cabang lain, danakan menimbulkan pendapatan bunga RAK
bagi kantor cabang yang memiliki piutangterhadap kantor cabang lain.Akuntansi untuk
transaksi antar cabang sangat tergantung sistem yang dianutoleh bank yang bersangkutan.
Bila bank menganut pencatatan secara sentralisasi, makasetiap transaksi antar cabang akan
mengakibatkan pendebetan atau pengkreditan RAKKantor pusat, namun bila bank menganut
desentralisasi maka masing-masing kantorcabang akan mendebet atau mengkredit RAK
kantor cabang. Praktik yang sering dilakukan bank selama ini adalah desentralisasi dalam
pencatatan transaksi antar kantor cabang.
Bank adalah badan usaha yang mengimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannya kepada masyarakat dalam rangkameningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Setelah deregulasi perbankan di Indonesiatanggal 1 Juni 1983 maka sistem perbankan di
Indonesia diberi keluasaan dalammengembangkan usahanya dengan mengemban misi
pemerintah yaitu sebagai Agentof Development dalam mensukseskan pembangunan disegala
bidang.Dewasa ini semakin ketatnya antar bank menggambarkan tidak mudahnya untuk
melakukan usaha menghimpun dana dari masyarakat. Persaingan yang begitu ketatdisektor
perbankan baik itu antara bank milik pemerintah atau swasta nasional jugadengan bank asing,
karena bank asing telah diberi kebebasan untuk mengembangkanoperasinya di
Indonesia.Bank yang berdiri selalu memiliki cabang di berbagai daerah agar memudahkan
berbagai nasabah yang ingin menabung. Yang setiap kantor cabangselalu menyampaikan
informasinya ke pusat.Setiap kantor cabang wajib memberikan laporan keuangan kepada
kantor pusat, sebab dengan laporan ini akan dapat
Diketahui kinerja cabang,akan dapat digunakan kantor pusat untuk pengawasan,dan lebih
penting lagi adalah digunakan untuk menyusun laporan keuangan gabungan atau
konsolidasi.kantor cabang sebagai unit bisnis memiliki kewenangan untuk betrans saksi
dengan pihak ketiga,namun sebagai bagian dari kantor pusat(unit ekonomi) maka kantor
cabang harus dapat tunduk kepada kantor pusat dalam hal pencatatan informasi keuangan
kususnya.proses penyusunan laporan keuangan perusahan cabang didahului oleh penjurnalan
terhadap transsaksi, kemudian dengan dasar jurnal dapat disusun buku bessar untuk masing
masing rekening.buku besar akan memberikan saldo akir tertentu.dengan saldo saldo
tersebut, bank dapat menyusun naraca saldo,inilah kantor cabang selanjutnya dapat menyusun
laporan keuangan cabng bank, tentusaja masih memperhatikan penyesuaian pada pos tertentu
1. Karena hasil operasi dan posisi keuangan dari masing-masing perusahaan yang
dimasukan dalam laporan keuangan konsolidasi tidak diungkapkan, maka kinerja atau
posisi dari satu atau lebih perusahaan dapat disembunyikan oleh kinerja baik dari
perusahaan lainnya.
2. Tidak semua saldo laba konsolidasi tersedia untuk deviden induk perusahaan karena
sebagian dapat mencerminkan bagian induk perusahaan atas laba anak perusahaan yang
belum dibagikan. Begitu pula karena laporan keuangan konsolidasi termasuk aset anak
perusahaan, tidak semua aset yang ditampilkan tersedia untuk pembagian deviden induk
perusahaan.
PSAK 4 revisi 2009 menyatakan bahwa pengendalian atas entitas lain merupakan acuan
dalam menentukan apakah suatu entitas diwajibkan menyusun laporan konsolidasi.
Pengendalian biasanya ada ketika entitas induk memiliki secara langsung atau tidak
langsung melalui entitas anak lebih dari setengah suara entitas lain. Akan tetapi, PSAK 4
juga menjelaskan bahwa tidak semua kepemilikan lebih dari 50% suaru entitas lain, baik
secara langsung maupun tidak langsung, menunjukkan adanya pengendalian. Dalam
kondisi yang terjadi jarang terjadi ini, bisa saja kepemilikan di atas 50%, baik secara
langsung maupun tidak langsung melalui entitas anak, tidak menimbulkan pengendalian.
Dalam kasus tersebut justru tidak terdapat kewajiban konsolidasi oleh entitas induk.
Secara langsung atau tidak langsung, kurang dari 50% suara dalam entitas lain. Ini terjadi
jika ada :
1. Kekuasaan yang melebihi setengah hak suara sesuai dengan perjanjian dengan investor
lain.
3. Kekuasaan untuk menunjuk atau mengganti sebagian besar dewan direksi atau dewan
komisaris atau organ pengatur setara dan mengendalikan entitas melalui dewan atau
organ tersebut.
4. Kekuasaan untuk memberikan suara untuk mayoritas pada rapat dewan direksi atau
dewan komisaris atau organ pengatur setara dan mengendalikan entitas melalui dewan
direksi atau dewan komisaris atau organ tersebut .
Sebaliknya, kepemilikan entitas induk di atas 50% tidak menunjukkan pengendalian
jika :
a. Kepemilikan dimaksudkan untuk sementara atau akan diahlikan dalam jangka pendek
b. Entitas anak dibatasi oleh suatu restriksi jangka panjang sehingga sangat
mempengaruhi kemampuannya dalam mentransfer dana kepada entitas induk.
Dengan demikian, kepemilikan hak suara dalam entitas lain bukan merupakan ukuran
mutlak untuk menetukan apakah telah timbul kewajiban konsolidasi. Hal ini terjadi
karena Standar Akuntansi Keuangan lebih mengacu pada prinsip substansi harus
mengungguli bentuk (substance over form), yakni prinsip yang lebih mengutamakan
makna ekonomi transaksi atau kondisi dibanding bentuk hukumnya. Sunstansi dari
kepemilikan suara atas entitas lain adalah untuk mendapatkan pengaruh dalam kebijakan
entitas tersebut. Semakin besar kepemilikan suara dalam entitas lain semakin sebesar
pengaruh diperoleh. Kepemilikan di atas 50% suara entitas lain dalam kondisi normal
diharapkan akan menimbulkan pengendalian, sehingga entitas tersebut diwajibkan
menyusun laporan keuangan konsolidasi. Akan tetapi, jika pada konsolidasi tertentu
kepemilikan suara dalam jumlah tersebut tidak mendatangkan pengendalian, maka PSAK
4 revisi 2009 lebih mengacu ke substansi sehingga entitas tidak perlu menyusun laporan
keuangan konsolidasi.