Anda di halaman 1dari 87

AKUNTANSI PERBANKAN

Ditujukan untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Akuntansi Perbankan

Dosen pengampu : Melda M. Poeh, SE., M.Ak

KELOMPOK 01

NAMA ANGGOTA KELOMPOK :

1. MARIA NATHALIA Y W KADU


2. SISILIA LALAWATI CHIOMPA

Politeknik Negeri Kupang


Akuntansi DIII
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Akuntansi Perbankan dengan tepat waktu terwujud
dalam makalah kami “Akuntansi Perbankan”.
 Besar harapan kami semoga hasil makalah ini dapat memberikan manfaat yang besar
baik untuk kami maupun orang lain. Ucapan terima kasih tak lupa kami sampaikan kepada
Dosen Pengajar mata kuliah Akuntansi Perbankan, kepada teman-teman dan pihak-
pihak yang turut mendukung untuk terciptanya makalah ini. Akhir kata kelompok kami
menyadari makalah ini masih memiliki banyak kekurangan, karena itu sangat diharapkan
kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan dan sekaligus memperbesar manfaat tulisan ini
sebagai referensi.

Kupang, Januari 2023

Penulis
Daftar Isi
Ketik judul bab (Tingkat 1) 1

Ketik judul bab (Tingkat 2) 2

Ketik judul bab (Tingkat 3) 3

Ketik judul bab (Tingkat 1) 4

Ketik judul bab (Tingkat 2) 5

Ketik judul bab (Tingkat 3) 6


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sebelum pasar barang dan jasa modern terbentuk, kegiatan transaksi barang dan jasa
dilakukan dengan cara sangat sederhana yaitu barter. Sejalan dengan perkembangan waktu
dan seiring dengan perkembangan jumlah kebutuhan barang dan jasa maka kegiatan transaksi
dalam perekonomian diawali dan ditandai dengan adanya perantara dalam kegiatannya.
Dengan adanya perantara, pasar barang dan jasa menjadi lebih berkembang sesuai
perkembangan masyarakat dan kebutuhannya. Selain itu awal kegiatan ekonomi modern juga
ditandai dengan adanya penggunaan uang. Sejalan dengan semakin berkembangnya pelaku
ekonomi dan kebutuhan penggunaan uang dalam kegiatan ekonominya, maka transaksi antar
pelaku ekonomi tidak hanya dapat dilaksanakan dengan pertemuan langsung. Kehadiran
pihak perantara, baik dalam pengertian lembaga maupun pengertian fisik menjadi sesuatu
yang sangat penting dalam perekonomian. Perantara ini selanjutnya lebih dikenal dengan
istilah lembaga keuangan.

Lembaga keuangan bank mempunyai peranan strategi dalam menghimpun dan


menyalurkan dana masyarakat, lembaga keuangan bank merupakan suatu lembaga perantara
keuangan (financial intermediaries) dari penabung (lender) kepada peminjam (borrowers).
Bank merupakan lembaga keuangan yang secara umum berfungsi sebagai penghimpun dana
dari masyarakat dan menyalurkannya pada masyarakat. Fungsi utama dari bank adalah
menyediakan jasa yang menyangkut penyimpanan nilai dan perluasan kredit (fungsi bank
sebagai lembaga keuangan yang memberi pinjaman kepada masyarakat khususnya untuk
usaha perindustrian yang menyangkut industri kecil dan menengah seperti menerima dan
memberikan kredit dan jasa-jasa lainnya). Masyarakat percaya pada lembaga bank tidak
hanya sebatas 2 sebagai tempat untuk menyimpan uang saja namun juga bank sebagai
lembaga keuangan yang menyediakan jasa keuangan (Banggamaliwan, 2013).

Akuntansi bank dituntut untuk lebih lengkap dan lebih teratur dalam mengelola
manajemen dan akuntansi perusahaan agar nasabah dapat dilayani secara efektif dan efisien.
Setiap bank harus menyimpan catatan-catatan untuk kepentingan penyediaan data bagi
kebutuhan laporan, tentang kondisi bank, laporan tentang pendapatan dan biaya, serta untuk
perhitungan pajak. Adanya ketentuan-ketentuan dan peraturan-peraturan dari pemerintah
mengenai perbankan, mendorong bank menyusun laporan keuangan yang seragam.

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan
BAB II

SURAT BERHARGA

2.1 Pengertian Surat Berharga

Hukum surat berharga merupakan salah satu dari ruang lingkup hukum bisnis yang
berkembang dengan cepat di Indonesia. Surat berharga adalah sebuah dokumen yang
diterbitkan oleh penerbitnya sebagai pemenuhan suatu prestasi berupa pembayaran
sejumlah uang sehingga berfungsi sebagai alat bayar kepada pihak-pihak yang memegang
surat tersebut, baik pihak yang diberikan surat berharga oleh penerbitnya ataupun pihak
ketiga kepada siapa surat berharga tersebut dialihkan.
Surat berharga adalah surat pengakuan utang, wesel, saham, obligasi, sekuritas kredit
atau setiap derivatif dan surat berharga atau kepentingan lain atau suatu kewajiban dari
penerbit, dalam bentuk yang lazim diperdagangkan dalam pasar modal maupun pasar
uang. Surat berharga adalah sepucuk surat yang bernilai uang, serta memberikan hak
kepada pemegangnya atas apa yang tercantum di dalamnya. Dan surat berharga ini mudah
dan dapat diperdagangkan.
Surat berharga dalam bahasa lain disebut juga sebagai commercial paper atau
negotiable instrument. Dikatakan surat berharga karena surat tersebut memiliki harga atau
nilai ekonomis tertentu. Dikatakan commercial paper, karena surat tersebut memang
seringkali tidak hanya dijadikan pengganti uang atau sebagai alat pembayaran, tapi karena
surat-surat tersebut juga dijadikan objek perdagangan. Dikatakan negotiable instrument
karena suratsurat tersebut dapat diperjual-belikan, tentu saja dengan nilai yang tidak
selalu sama dengan nilai yang diebutkan dalam surat tersebut (Nominal Value). Inilah
mengapa surat berharga disebut pula sebagai commercial paper, karena menjadi objek
transaksi commercial di samping sebagai alat pembayaran pengganti uang tunai.
Menurut Molengraaff, surat berharga berarti akta-akta atau alat-alat bukti yang
menurut kehendak penerbitnya atau ketentuan undang-undang yang diperuntukkan
semata-mata sebagai upaya bukti diri (legistimasi), yang mana akta-akta tersebut
diperlukan untuk menagih. Adapun menurut Ribbius, surat berharga artinya surat-surat
yang pada umumnya harus di dalam kepemilikan seseorang untuk dapat melaksanakan
hak yang ada di dalamnya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa surat berharga adalah
surat yang diadakan oleh seseorang untuk keperluan pembayaran yang mana surat
tersebut dapat digunakan sebagai alat atau bukti diri untuk menagih satu pembayaran dan
untuk melaksanakan ketentuan yang tertera dalam surat tersebut.
Purwosutjipto membedakan antara surat berharga (waardepapier) dengan surat yang
berharga (papieren van waarde). Surat berharga adalah surat bukti tuntutan utang,
pembawa hak, dan dapat diperjualbelikan dengan mudah. Sedangkan surat yang berharga
adalah surat bukti utang yang sukar diperjualbelikan. Pandangan Hoeber dan Davidson
tentang pengertian surat berharga, yaitu surat yang mengandung nilai uang, yang bersifat
mudah dialihkan atau diperjualbelikan (negotiable), dan dibuat dengan maksud untuk
menggantikan uang, atau membuktikan bahwa pemegangnya mempunyai hak untuk
mendapatkan pembayaran uang pada waktu tertentu.

2.2 Unsur dan Fungsi

A. Unsur pertama:
surat yang berharga sebagai bukti tuntutan utang. Persolan ini sama saja dengan unsur
pertama pada surat berharga yakni surat yang membuktikan adanya hak menuntut utang
kepada debitur (penandatangan akta). Tetapi hak menuntut utang kepada debitur tersebut
tidak senyawa dengan akta, artinya bila akta hilang atau musnah, maka hak menuntut
tidak turut musnah.
Adanya hak menuntut utang masih bisa dibuktikan dengan alat pembuktian lain
misalnya: saksi, pengakuan debitur, dan lain-lain. Dengan demikian, unsur kedua pada
surat berharga yang berbunyi “pembawa hak”, dalam surat yang berharga tidak ada.

B. Unsur Kedua:
surat yang berharga sukar diperjualbelikan. Kalau surat berharga mempunyai sifat
mudah diperjualbelikan karena akta itu dibuat dengan bentuk “kepada pembawa atau
kepada pengganti”, maka sebaliknya surat yang berharga mempunyai sifat sukar
diperjualbelikan karena sengaja dibuat dalam bentuk yang mempunyai akibat hukum
sukar diperjualbelikan.
Bentuk ini adalah:
a. Atas nama (op naam)
Dalam bentuk ini, nama pemilik akta (kreditur) ditulis dengan jelas dalam akta, tanpa
tambahan apa-apa. Akibat adanya bentuk ini adalah, bila akta ini dipindahtangankan
kepada orang lain, maka harus mempergunakan sesi (cessie). Peralihan dengan sesi ini
sukar, sebab harus dibuat akta khusus (tersendiri) dan harus ditandatangani oleh penyerah
sesi (kreditur lama), penerima sesi (kreditur baru), dan debitur asli. Jadi ada tiga
tandatangan (pasal 613 ayat 1,2 KUHPerdata).(Lihat Pasal 613 Kitab Undang-undang
Hukum Perdata (KUHPer).)
b. Tidak kepada pengganti
Apabila penerbit dalam surat itu menggunakan ungkapan “tidak kepada pengganti” atau
ungkapan lain yang sejenis, maka surat itu tidak bisa dipindahkan kepada orang lain
melainkan dengan cara sesi biasa dengan segala akibatnya. Istilah “tidak kepada
pengganti” (niet aan order) ini terdapat pada pasal 110 ayat 2 KUHD untuk wesel dan
pasal 191 ayat 2 untuk cek. Bentuk lainYang dimaksudkan oleh penerbitnya untuk tidak
dapat diperalihkan kepada orang lain, misalnya: surat titipan sepatu/sandal, karcis kereta
api/bioskop, tanda retribusi parkir, dan lain-lain. Termasuk dalam bentuk lain ini adalah
surat bukti diri seperti: KTP, Ijazah, SIM, sertifikat, dan lain-lain. Akta ini sekedar untuk
memudahkan debitur mengenal krediturnya pada saat prestasi debitur dituntut oleh
kreditur.

Dalam Bab 6 dan 7 KUHD, fungsi surat berharga secara uum dibedakan dalam :
a. Surat sanggup membayar atau janji untuk membayar. Dalam surat ini, penandatangan
berjanji atau menyanggupi membayar sejumlah uang kepada pemegang atau orang
yang menggantikannya. Termasuk bentuk ini adalah surat sanggup.
b. Surat perintah membayar. Dalam surat ini penerbit memerintahkan kepada tertarik
untuk membayar sejumlah uang kepada pemegang atau penggantinya. Termasuk
dalam bentuk surat ini adalah surat wesel dan cek
c. Surat pembebasan uang. Dalam surat ini penerbit memberi perintah kepada pihak
ketiga untuk membayar sejumlah uang kepada pemegang yang menunjukkan dan
menyerahkan surat ini. Termasuk dalam bentuk ini adalah kwitansi atas rujuk.

Fungsi dari surat berharga itu sendiri dapat dikelompokkan sebagai :

a. Alat pembayaran, contoh: cek, bilyet giro dan wesel bayar (sebagai alat ukur).

b. Sebagai alat pemindahan hak tagih (karena dapat diperjualbelikan).

c. Sebagai Surat Legitimasi (Surat Bukti Hak Tagih)

d. Surat bukti investasi, contoh: obligasi, surat saham.


C. Syarat-Syarat Surat Berharga

Suatu surat berharga berfungsi sebagai alat pembayaran dalam melakukan transaksi
perdagangan oleh para pihak, untuk memenuhi kriterianya sebagai alat pembayaran maka
surat berharga tersebut harus memenuhi beberapa persyaratan. Secara khusus dalam Kitab
Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) tidak terdapat syarat-syarat secara khusus
mengenai surat berharga, hanya dalam KUHD diatur mengenai hal-hal yang dimuat
dalam suatu surat berharga, contohnya wesel,cek, dan sebagainya.

Dari berbagai syarat-syarat yang harus dimuat dalam surat berharga seperti
wesel,cek,surat sanggup, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa dalam suatu surat
berharga memuat hal-hal yakni :

a. Nama surat berharga,baik itu wesel,cek,dsb.

b. Perintah/ janji tak bersyarat.

c. Nama orang yang harus membayar.

d. Penunjukan hari gugur.

e. Penunjukan tempat, dimana pembayaran harus dilakukan.

f. Nama orang, kepada siapa atau kepada pengantinya pembayaran itu harus dilakukan.

g. Penyebutan tanggal, tempat surat berharga diterbitkan.

h. Tanda tangan penerbit.

2.3 Dasar Hukum


Pengaturan surat berharga terbagi menjadi 2 (dua) yaitu
1. surat berharga yang diatur di dalam KUHD dan
2. surat berharga yang diatur di luar KUHD.
Surat berharga yang diatur, surat sanggup, promese, serta kuitansi-kuitansi atas
tunjuk. Sistematika peraturan untuk surat berharga yang diatur dalam KUHD adalah:
a. Wesel, yang diatur dalam Buku I Titel keenam bagian pertama sampai dengan bagian
kedua belas KUHD.
b. Surat sanggup diatur dalam Buku I Titel keenam dalam bagian tiga belas KUHD.
c. Cek diatur dalam Buku I Titel ketujuh dalam bagian kesepuluh KUHD.
d. Kwitansi-kwitansi atas tunjuk diatur dalam Buku I Titel ketujuh dalam bagian
kesebelas KUHD.
Jadi pengaturan surat berharga itu semua ada di dalam Buku I Titel 6 dan 7 KUHD.
2.4 Penggolongan Surat Berharga

Dasar hukum surat berharga juga berbeda untuk setiap jenisnya yang berikutnya akan
dijelaskan dalam tiap jenis golongan surat berharga.
Menurut isi perikatan dasarnya, menggolongkan surat atas tunjuk dan atas pengganti
menjadi 3 golongan yaitu :
1. Surat berharga yang mempunyai sifat kebendaan, misalnya : konosemen
2. Surat berharga yang mempunyai sifat keanggotaan, misalnya : saham
3. Surat berharga yang mempunyai sifat tagihan hutang (utang piutang), misalnya: wesel,
cek, surat aksep, promis, kwitansi.

Surat berharga dalam lembaga keuangan, yaitu:


1. Surat berharga yang dikenal dalam lembaga keuangan bank, misalnya : sertifikat
deposito, simpanan giro dan cek.
2. Surat berharga pada lembaga keuangan non bank, misalnya : efek (pasar modal),
interbank call money.
3. Surat berharga dalam kegiatan perdagangan internasional, misalnya : Bill of Lading
(konosemen), dokumen barang seperti invoice (faktur), polis asuransi.

2.5 Surat Berharga Dalam KUHD:


Ketentuan tersebut diatur dalam Buku I title 6 dan title 7 KUHD, berisikan tentang :
a. Wesel (Wissel, Bill of Exchange, Draft)
Surat wesel adalah surat berharga yang memuat kata „wesel‟ didalamnya, diberi
tanggal dan ditandatangani disuatu tempat, dimana penerbit (trekker) memberi
perintah tak bersyarat kepada tersangkut (betrokkene) untuk membayar sejumlah uang
pada hari bayar (vervaldag) kepada orang yang ditunjuk oleh penerbit yang disebut
penerima (nemer) atau penggantinya disuatu tempat tertentu. Pengaturan wesel dalam
KUHD buku I Bab VI pasal 100 sampai dengan 173.
Macam-macam wesel :
1. Wesel yang diterbitkan untuk penerbit sendiri atau penggantinya Penerbit dapat
menerbitkan surat wesel yang berbunyi atas pengganti penerbit. Maksudnya penerbit
menunjuk kepada dirinya sendiri sebagai pemegang pertama.
2. Wesel yang diterbitkan kepada penerbit sendiri Penerbit memerintahkan kepada
dirinya sendiri untuk membayar, jadi penerbit menunjuk dirinya sendiri sebagai pihak
tersangkut. Wesel dalam bentuk ini biasanya diterbitkan oleh kantor pusat, yang
memerintahkan kantor cabangnya untuk membayar sejumlah uang kepada pemegang
surat wesel tersebut. Penerbitan surat wesel bentuk ini biasanya dilakukan dalam satu
lingkungan perusahaan, misalnya dikalangan perbankan. Penerbit dan tersangkut
berada dalam satu lingkungan perusahaan.
3. Wesel yang diterbitkan atas tanggungan pihak ketiga. Penerbitan surat wesel dalam
bentuk ini bisa terjadi jika seorang pihak ketiga itu untuk tagihannya memungkinkan
diterbitkan surat wesel, artinya ia mempunyai rekening yang cukup dananya. Karena
alasan tertentu ia minta kepada pihak lain untuk menjadi penerbit surat wesel, atas
perhitungan rekeningnya itu. Biasanya pihak yang diminta untuk menjadi penerbit itu
adalah bank, dimana orang ketiga itu mempunyai rekening. Bank inilah yang
bertindak sebagai penerbit surat wesel untuk perhitungan orang ketiga yang menyuruh
terbitkan wesel atas perhitungan rekeningnya.
4. Wesel inkaso Wesel Incasso (incasso wissel, collection draft) adalah bentuk surat
wesel yang diterbitkan dengan tujuan untuk memberi kuasa kepada pemegang
pertama menagih sejumlah uang, tidak untuk diperjualbelikan. Kedudukan penerbit
adalah sebagai pemberi kuasa, sedangkan kedudukan pemegang pertama sebagai
pemegang kuasa untuk menagih uang. Wesel incasso dimungkinkan oleh Pasal 102 a
ayat 3 KUHD. Menurut ketentuan pasal ini, jika dalam surat wesel itu penerbit telah
memuat kata-kata “harga untuk ditagih” atau “dalam pemberian kuasa” atau “untuk
incasso” atau lain-lain kata yang berarti memberi perintah untuk menagih semata-
mata, maka pemegang pertama bisa melakukan semua hak yang timbul dari surat
wesel itu, tetapi ia tidak bisa mengendosemenkan kepada orang lain, melainkan
dengan cara pemberian kuasa.
5. Wesel domisili (pasal 103 ) Surat wesel yang harus dibayar ditempat tinggal pihak
ketiga, baik tempat tinggal tersangkut, maupun ditempat lain.
6. Wesel domisili dalam blangko (pasal 126 ayat 1 dan 2). Hampir sama dengan wesel
domisili, hanya jika di wesel domisili nama pihak ketiga yang akan membayar wesel
tersebut sudah disebut dengan jelas dalam surat wesel, sedangkan dalam wesel
domisili dalam blangko nama pihak ketiga yang akan membayar wesel tersebut belum
disebut dalam wesel. Penentuan nama pihak ketiga yang akan membayar wesel
diserahkan kepada tersangkut pada kesempatan memberikan akseptasinya.

Beberapa batas waktu dalam wesel


1) Akseptasi harus dilakukan dalam waktu 1 tahun sejak tanggal penerbitan (Pasal
122 KUHD)
2) Setiap hutang yang timbul dari wesel hapus, karena ketentuan hapusnya utang
sebagaimana diatur dalam Pasal 1831 KUH Perdata
3) Hari bayar: (i) saat diunjukkan (wesel unjuk), (ii) setelah diunjukkan (wesel setelah
unjuk), (iii) pada waktu setelah hari tanggalnya, atau (iv) suatu hari yang ditentukan
4) Segala tuntutan hukum terhadap akseptan harus berakhir selambat-lambatnya 3
tahun setelah wesel diterbitkan
5) Segala tuntutan hukum terhadap Endosan harus berakhir selambat-lambatnya 1
tahun setelah wesel diterbitkan.

b. cek

Cek adalah suatu surat berharga yang memuat kata cek yang bertanggal dan
menyebutkan tempat penerbitnya, yang merupakan perintah tanpa syarat kepada bankir untuk
membayar sejumlah uang kepada pihak pihak pemegang atau pembawanya di tempat
tertentu.

Dasar Hukum cek antara lain :

1. Pasal 178 - 229 KUHD

2. SEBI No.8/7/UPPB tertanggal 16 Mei 1975 tentang Cek/Bilyet Giro Kosong (“SEBI
No.8/7/1975”)

3. SEBI No.9/72/UPPB tertanggal 10 Januari 1977 tentang Penulisan Nilai Nominal


Cek/Bilyet Giro dalam Angka dan Huruf (“SEBI No.9/72/1975”)

4. SEBI No.9/16/UPPB tertanggal 31 Mei 1976 tentang Larangan Menerbitkan Cek/Bilyet


Giro dalam Valuta Asing (“SEBI No.9/16/1976”)
5. SEBI No.5/85/UPPB/PbB tertanggal 11 September 1972 tentang Pembuatan/Penerbitan
Cek/Bilyet Giro dan Alat-alat Lalu Lintas Pembayaran Giral Lainnya (“SEBI No.5/85/1972”)

Jenis-jenis cek yaitu :

1. Cek biasa adalah cek yang memenuhi semua kriteria dan ciri-ciri dari suatu Cek, tanpa
suatu ketentuan tambahan terhadap cek terdebut.

2. Cek atas pengganti penerbit adalah cek diman nama pemegang pertama tidak disebutkan
sehingga pihak penarik sama dengan pemegang pertama.

3. Cek atas nama penerbit sendiri adalah cek dimana nama pihak tertarik juga tertindak
sebagai penarik.

4. Cek untuk perhitungan pihak ketiga adalah cek yang terbitkan untuk diri penarik sendiri.

5. Cek inkasso adalah cek yang didalamnya terdapat kata “Inkasso” atau kata “dalam
pemberian kuasa” atau kata lain sejenisnya.

6. Cek berdomisili adalah cek yang ditempat pencariannya di tunjukkan di tempat tertentu,
yakni di tempat pihak ketiga atau ditempat pihak tersangkut.

7. Cek silang adalah cek yang dilembarannya diberikan garis silang, diman cek seperti ini
hanya dapat di bayarkan jika pembawannya adalah bank lain atau nasabah tertarik.

8. Cek untuk perhitungan adalah cek yang dipembayarannya diberikan kata “untuk
diperhitungkan” atau kata lain yang sejenis.

9. Cek perjalanan adalah cek yang diterbitkan oleh seseorang yang akan melakukan
perjalanan ketempat lain. Sehingga ia tidak perlu membawa uang tunai dalam pejalanan.

Cek snediri memiliki batasan waktu penggunaan. Untuk cek yang diterbitkan dan dibayarkan
di Indonesia, harus diunjukkan dalam tenggang waktu 70 hari, sejak tanggal penerbitannya
(Pasal 206 KUHD) ditambah 6 bulan tenggang waktu sebelum kadaluwarsa (Pasal 229
KUHD).

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam cek adalah :

1. Dalam cek tidak berlaku tanggal efektif, sehingga pembayaran wajib dilakukan pada saat
diunjukkan
2. Apabila tempat pembayaran tidak ditulis dalam cek, maka nama tempat di samping nama
bank pembayar dianggap sebagai tempat pembayaran (Pasal 179 KUHD)

3. Bila ada beberapa tempat yang ditulis, maka nama tempat yang ditulis terdahululah yang
dianggap sebagai tempat pembayaran (Pasal 179 KUHD)

4. Jika petunjuk-petunjuk dalam butir 1, 2 dan 3 di atas tidak ada, maka pembayaran
dianggap di kantor pusat bank pembayar (Pasal 179 KUHD)

5. Jika tempat dimana cek itu diterbitkan tidak tertulis, maka tempat yang tertulis di samping
nama penerbit dianggap sebagai tempat diterbitkannya warkat cek (Pasal 179 KUHD)

6. Tiap-tiap cek harus ditarik di bank yang mengelola dana untuk keperluan penerbit atau
giran (Pasal 180 KUHD) 7. Cek tidak boleh diaksep, karena berfungsi sebagai alat
pembayaran tunai, sehingga apabila cek diaksep maka akseptasi tersebut dianggap tidak ada
(Pasal 181 KUHD) 8. Cek dapat diterbitkan untuk keperluan penerbit sendiri.

C. Surat Sanggup/ Promes(Promissory Notes)

Surat sanggup merupakan suatu kontrak yang berisikan janji secara terinci dari suatu
pihak ( pembayar) untuk membayarkan sejumlah uang kepada pihak lainnya (pihak yang
dibayar). Kewajiban ini dapat timbul dari adanya suatu kewajiban pelunasan suatu hutang.
Surat sanggup mempunyai jatuh tempo dan umumnya tidak panjang dan paling panjang
kurang dari satu tahun sehingga instrumen keuangan dianggap sebagai instrumen investasi
jangka pendek.

Dasar hukum surat sanggup diatur dalam pasal 174 -177 KUH Dagang.29 Ada dua
macam surat sanggup, yaitu surat sanggup kepada pengganti dan surat sanggup kepada
pembawa. Agar jangan tinggal keragu-raguan HMN Purwosutjipto, menyebutkan surat
sanggup kepada pengganti dengan "surat sanggup" saja, sedangkan surat sanggup kepada
pembawa disebutnya "surat promes".

Syarat- syarat surat sanggup adalah :

1) Penyebutan surat sanggup dimuatkan dalam teksnya sendiri

2) Kesanggupan tak bersyarat untuk mebayar sejumlah uang tertentu

3) Penetapan hari bayarnya


4) Penetapan tempat dimana pembayaran dilakukan

5) Nama orang yang dimana pembayaran dilakukan

6) Tanggal dan tempat surat sanggup

7) Tanda tangan orang yang mengeluarkan surat sanggup itu

Apabila salah satu dari syarat ini tidak terpenuhi maka surat tersebut tidak dapat dikatakan
sebagai surat sanggup, kecuali :

1. Bila tidak menentukan hari bayarnya maka dianggap dibayar pada saat diunjukkan

2. Bila tidak menyebutkan tempat pembayaran , maka tempat penandatangan dianggap


sebagai tempat pembayaran

3.Bila tidak menyebutkan tempat ditandatanganinya maka dianggap ditandatangani di tempat


yang tertera disamping nama penandatangan.

D. Kwitansi-Kwitansi dan Promes Atas Tunjuk

Kwitansi atas tunjuk adalah suatu surat yang ditanggali, diterbitkan oleh
penandatangannya terhadap orang lain untuk suatu pembayaran sejumlah uang yang
ditentukan di dalamnya kepada penunjuk (atas tunjuk) pada waktu diperlihatkan. Dalam
kwitandi atas tunjuk tersebut tidak disyaratkan tentang selalu adanya klausa atas tunjuk.

E. Saham

Saham dapat didefinisikan tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan
dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Wujud saham adalah selembar kertas yang
menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan
surat berharga tersebut. Porsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang
ditanamkan di perusahaan tersebut. Saham diatur dalam Pasal 40 KUHD35 dan Undang-
undang No. 1 tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas.
F. Delivery Oreder

Surat Jalan adalah dokumen yang berfungsi sebagai surat pengantar atas barang yang
tercantum di dalamnya yang ditujukan kepada customer (pembeli) atau penerima yang
ditentukan oleh pembeli dan mempunyai kekuatan hukum atas legalitas yang diperlukan di
jalan raya mulai dari keluar perusahaan sampai memasuki wilayah milik Customer sehingga
barang dengan quantity, spesifikasi yang disertai dengan informasi lainnya diterima oleh
customer. Surat jalan terkait langsung dengan persediaan.

G. Konosemen ( Bill Of Lading)

Istilah Konosemen(Bill Of Lading) dapat dijumpai dalam berbagai bahasa diantarnya


( bahasa Belanda disebut : Cognossement; Inggris :Bill of Lading;prancis : connaisemment ).
Konosemen atau (Bill Of Lading) merupakan salah satu dokumen pengangkutan barang yang
merupakan bagian dari surat berharga dalam pengangkutan melalui jalur laut, yang diatur
dalam pasal 506 KUHD.

Terhadap pengangkutan barang khususnya melalui jalur laut terdapat


dokumendokumen pengapalan (Shipping Document) guna memudahkan terjadinya proses
pengangkutan barang mulai dari barang diterima oleh Pengangkut dari pemilik barang sampai
kepada penyerahan barang dari Pengangkut kepada orang yang berhak atas barang tersebut
dengan menunjukkan dokumen pengapalan yang kita kenal dengan istilah Bill Of Lading
(B/L) atau dalam bahasa Indonesia disebut dengan Konosemen.

Bill Of Lading (B/L) merupakan suatu bentuk perjanjian pengangkutan barang antara
pihak pengangkut dengan pihak pemilik barang. Bill Of Lading (B/L) diterbitkan berdasarkan
Shipping Instruction yang merupakan dokumen yang dikeluarkan oleh pihak pemilik barang
kepada pihak pengangkut. Shipping Instruction berisikan tentang barang yang akan
diangkut,kapal yang mengangkut,jumlah barang yang diangkut, packing,tujuan muatan yang
akan dikirimkan, nama penerima barang, dan tentang pihak yang akan menanggung biaya
pengangkutan.

Bill Of Lading (B/L) hanya dapat diterbitkan oleh Pihak Pengangkut serta Nakhoda
Kapal, sebagaimana yang terdapat dalam pasal 504 KUHD & dalam pasal 505 KUHD subjek
dalam perjanjian pengangkutan terdiri atas :
a. Pengangkut(Carrier) Pengangkut merupakan pihak yang menyediakan jasanya serta
mengikatkan dirinya untuk menyelenggarakan pengangkutan orang (penumpang) maupun
barang dengan menerima suatu upah/penghasilan. Dilihat dari sisi statusnya sebagai badan
yang bergerak di bidang jasa pengangkutan dapat dikelompokkan dalam empat jenis,yakni:

1. Perusahaan Pengangkutan Kreta Api;

2. Perusahaan Pengangkutan Jalan;

3. Perusahaan Pengangkutan Perairan;

4. Perusahaan pengangkutan udara

b. Pengirim (Consigner,Shipper) Pengirim ialah pihak yang mengikatkan dirinya kepada


pihak pengangkut untuk mengangkut barangnya dengan diwajibkan untuk membayar biaya
pengangkutan barang tersebut kepada pihak pengangkut.

c. Penumpang ( Passanger) Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang Indonesia


memberikan defenisi kata “ Penumpang “. Penumpang ialah semua orang yang ada di
kapal,kecuali nakhoda.

d. Penerima (Consignee) Pihak Penerima mungkin juga merupakan Pihak Pemilik Barang
atau Pihak Ketiga di luar dari perjanjian pengangkutan yang juga memiliki kepentingan atas
barang kiriman.

Pengaturan lainnya mengenai Konosemen ini diatur dalam Pasal 508 KUHD yang
mengatakan bahwa : “Suatu konosemen atas tunjuk dipindahtangankan dengan endosemen
dan penyerahan suratnya. Endosemen tersebut tidak perlu membuat penyebutan tentang telah
dinikmatinya harga, pun tidak usah ditulis atas tunjuk. Satusatunya tanda tangan pada bagian
belakang konosemen tersebut sudah cukup.”

Bill of Lading sebagai salah satu surat Berharga dapat dialihkan kepada pihak ketiga dengan
cara :

a. Surat berharga atas nama

b. Surat berharga kepada-pengganti

c. Surat berharga kepada-pembawa


2.6 Surat Berharga di Luar KUHD

A. Bilyet Giro
Bilyet giro adalah surat berharga yang merupakan surat perintah nasabah
untuk memindah-bukukan sejumlah dana dari rekening yang bersangkutan kepada
pihak penerima yang disebutkan namanya pada bank yang sama atau pada bank yang
lainnya.38 Dengan demikian pembayaran dana bilyet giro mempunyai dua tanggal
dalam teksnya yaitu tanggal penerbitan dan tanggal efektif ( jatuh tempo). Sebelum
tanggal efektif tiba, bilyet giro sudah dapat diedarkan sebagai alat pembayaran kredit,
bilyet giro tidak dapat dipindahtangankan melalui endosemen karena didalamnya
tidak ada klausula yang menunjukkan cara pemindahannya.
Bilyet giro adalah surat perintah pemindahbukuan didasarkan kepada SEBI
No. 4/670 UPPB/PBB tanggal 24 Januari 1972. Syarat-syarat yang berlaku untuk BG
agar pemindahbukuannya dapat dilakukan antara lain :
1. Pada surat cek tertulis perkataan “Bilyet Giro” dan nomor seri.
2. Surat harus berisi perintah tak bersyarat untuk memindahbukukan sejumlah uang
tertentu atas beban rekening yang bersangkutan
3. Nama bank yang harus membayar (tertarik)
4. Nama penerima dana dan nomor rekening
5. Nama bank penerima dana
6. Jumlah dana dalam angka dan huruf
7. Penyebutan tanggal dan tempat cek dikeluarkan
8. Tanda tangan dan atau cap perusahaan.
Tanggal dan batas waktu yang berlaku dalam Bilyet Giro:
1. Tanggal penerbitan
2. Tanggal efektif (bukan merupakan syarat formal Bilyet Giro) adalah tanggal mulai
berlakunya tenggang waktu penarikan. Apabila tidak ditulis dalam Bilyet Giro maka
tanggal penebitan sama dengan tanggal efektif
3. Tenggang waktu penarikan selama-lamanya 70 hari sejak tanggal penerbitan
4. Tenggang waktu penawaran selama-lamanya 6 bulan setelah batas waktu
penarikan.
5. Masa daluwarsa adalah masa setelah tenggang waktu penawaran.

B. Surat Utang Negara


Menurut Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2002 tentang Surat Utang
Negara (“UU 24/2002”), yang dimaksud dengan Surat Utang Negara adalah surat berharga
yang berupa surat pengakuan utang dalam mata uang rupiah maupun valuta asing yang
dijamin pembayaran bunga dan pokoknya oleh Negara Republik Indonesia, sesuai dengan
masa berlakunya

Surat Utang Negara diterbitkan dalam bentuk warkat atau tanpa warkat. Surat Utang
Negara diterbitkan dalam bentuk yang diperdagangkan atau dalam bentuk yang tidak
diperdagangkan di Pasar Sekunder. Surat Utang Negara yang diperdagangkan adalah Surat
Utang Negara yang diperjualbelikan di Pasar Sekunder baik di dalam maupun di luar negeri.
Perdagangan dapat dilakukan melalui bursa dan/atau di luar bursa yang biasa disebut over the
counter (OTC). Surat Utang Negara yang tidak diperdagangkan adalah Surat Utang Negara
yang tidak diperjualbelikan di Pasar Sekunder dan biasanya diterbitkan secara khusus untuk
pemodal institusi tertentu, baik domestik maupun asing, yang berminat untuk memiliki Surat
Utang Negara sesuai dengan kebutuhan spesifik dari portofolio investasinya.

Yang dimaksud dengan Pasar Sekunder adalah kegiatan perdagangan Surat Utang
Negara yang telah dijual di Pasar Perdana. Sedangkan yang dimaksud Pasar Perdana adalah
kegiatan penawaran dan penjualan Surat Utang Negara untuk pertama kali.

Surat Utang Negara terdiri atas:

1. Surat Perbendaharaan Negara; Surat Perbendaharaan Negara berjangka waktu sampai


dengan 12 bulan dengan pembayaran bunga secara diskonto.

2. Obligasi Negara. Obligasi Negara berjangka waktu lebih dari 12 bulan dengan kupon
dan/atau dengan pembayaran bunga secara diskonto.

Surat Utang Negara diterbitkan untuk tujuan sebagai berikut:

1. membiayai defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;

2. menutup kekurangan kas jangka pendek akibat ketidaksesuaian antara arus kas penerimaan
dan pengeluaran dari Rekening Kas Negara dalam satu tahun anggaran;

3. mengelola portofolio utang negara.

2.7 Para Pihak Dalam Surat Berharga Serta Hak Dan Kewajiban Dalam Penerbitan
Surat Berharga
Penerbitan surat berharga didasarkan pada fungsi dari surat berharga itu sendiri,
apakah untuk alat pembayaran atau untuk keperluan investasi, yang mana secara umum
diterbitkan oleh :

1. Pihak yang berhutang, seperti dalam cek dan promes.

2. Pihak yang berpiutang, seperti dalam wesel dagang (merchant‟s draft /bill of exchange)

3. Pihak lainnya yang ditujuk, seperti dalam wesel (bank draft).

Pihak-pihak yang terlibat didalam penerbitan surat berharga pada umumnya yaitu :

a. Penerbit Sebagai Debitur .Penerbit dari sebuah surat berharga merupakan pihak yang
mempunyai kewajiban (debitur) untuk membayar sejumlah uang kepada pihak lain (kreditur

b. Pemegang pertama/ pembawa sebagai kreditur. Pemegang atau pembawa dari sebuah surat
berharga merupakan pihak yang menerima pembayaran dari debitur/ penerbit. Dalam hal ini
kedudukan pemegang atau pembawa tersebut yaitu sebagai kreditur.

c. Tersangkut. Tersangkut merupakan pihak yang melasanakan perintah dari penerbit untuk
melakukan pembayaran kepada pemegang.
BAB III

PINJAMAN YANG DITERIMA

3.1 Pengertian Pinjaman Yang Diterima

Pinjaman yang diterima adalah fasilitas pinjaman yang diterima dari bank atau
pihak lain termasuk dari Bank Indonesia, lembaga keuangan bukan bank, lembaga
keuangan luar negeri dan masyarakat umum baik dalam valuta rupiah ataupun valuta
asing, dan harus dilunasi bila jatuh tempo. Jenis pinjaman yang diterima umumnya
berupa :

1. Pinjaman dari bank lain, yaitu pinjaman yang diperoleh dari bank lain.
2. Pinjaman dari luar negeri atau sering disebut two step loan, yaitu pinjaman
diterima yang diperoleh melalui pemerintah RI (Departemen Keuangan) dari
lembaga kuangan internasional.
3. Pinjaman obligasi, adalah bukti hutang kepada investor yang dijamin oleh
lembaga penjamin efek, serta mengandung janji pembayaran bunga atau janji
lainnya serta pelunasan pokok pinjaman dilakukan pada tanggal jatuh tempo
sekurang-kurangnya tiga tahun sejak tanggal emisi.
4. Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI), yaitu pinjaman yang diterima dari
Bank Indonesia apabila bank mengalami krisis likuiditas.
5. Pinjaman yang diterima dalam rangka pembiayaan bersama (sindikasi)
satu atau beberapa proyek.

3.2 Pencatatan Pinjaman yang Diterima dari Kreditur


Transaksi pinjaman yang diterima didahului dengan perjanjian antara
pihak kreditur dengan debitur. Perjanjian ini dalam akuntansi disebut komitmen.
Sebagai komitmen tagihan bank yang tak dapat dibatalkan, maka akan dicatat
dalam rekening administratif rupiah sisi debit dengan nama RAR fasilitas
pinjaman diterima dan belum digunakan. Pinjaman yang direalisasikan dicatat
sebesar nilai nominal yang ditarik oleh bank selaku debitur/borrower atau obligor.
Hal-hal yang terkait biaya perkreditan menjadi beban peminjam, misalnya biaya
provisi dan administrasi, biaya taksasi (appraisal) nilai jaminan, biaya perikatan
(notaris), dan biaya asuransi.

Pinjaman yang Diterima dari Bank Lain


Lain
Pada waktu pinjaman ditandatangani/disetujui:
Dr. RAR Fasilitas Pinjaman yang Diterima dan
belum digunakan…………………………………… Rp…………..
Pada waktu pinjaman direalisasi:
Cr. RAR Fasilitas Pinjaman yang Diterima dan
belum digunakan…………………………………… Rp…………..
Dr. Giro-Bank Bank Lain…………..…. Rp…………..
Cr. Pinjaman yang diterima………………………... Rp…………..
Pada waktu Antisipasi Bunga:
Dr. Biaya Bunga…………………….… Rp…………...
Cr. Bunga yang harus dibayar……………………… Rp…………..

3.3 Pinjaman Two Step Loan


Pinjaman yang diterima dalam two-step-loan akan diadministrasikan
kedalam rekening Pinjaman Yang Diterima.
Two Step Loan menurut UUD No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia
(Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Nomor
3843) adalah pinjaman yang diterima oleh Pemerintah Republik Indonesia dari
Lembaga Keuangan Internasional yang diteruskan kepada Bank Umum dan Bank
Perkreditan Rakyat melalui Bank Indonesia, dalam rangka menunjang program
Pemerintah, termasuk bantuan teknis yang terkait dengan pinjaman tersebut.
Proses terjadinya TSL ini dapat dijabarkan sebagai berikut

1. Pinjaman di berikan oleh lender sendiri atau dalam bentuk konsorsium


kepada pemerintah RI.
2. Pinjaman di tujukan kepada proyek-proyek yang bertujuan mengembangkan
industri kecil dan menengah yang menunjang perekonomian. Pinjaman dapat
berupa devisa, barang modal atau jasa/tenaga ahli.
3. Pemerintah meneruskan pinjaman kepada Participating
4. Finansial Institution (PFI) yaitu bank-bank dan LKBB dalam bentuk rupiah
sehingga resiko selisih kurs yang terjadi menjadi tanggung jawab pemerintah.
5. Suku bunga TSL di tentukan oleh pemerintah.
6. TSL berjangka waktu 15-20 tahun sehingga dapat diakui equity.
7. Perbandingan pembiayaan proyek antara dana TSL dengan dana PFI
berkisar 80% : 20% dari jumlah kredit.
8. Untuk tagihan TSL yang tidak ditarik (tidak dipergunakan), PFI wajib
membayar kepada pemerintah sejumlah biaya yang dibayar kepada lender oleh
pemerintah sesuai perjanjian termasuk commitmen charge sejumlah
persentase tertentu berkisar 0,75% per tahun.
3.4 Pinjaman Obligasi

Dalam penerbitan obligasi, bank harus mendapat izin dari otoritas Pasar
Modal. Disamping itu penerbit obligasi harus memenuhi perlindungan negatif dan
perlindungan positif. Perlindungan negatif adalah persyaratan yang bersifat
melarang emiten untuk melakukan tindakan yang merugikan pemegang obligasi.
Sedangkan persyaratan perlindungan positif adalah persyaratan yang mewajibkan
emiten melakukan tindakan yang menguntungkan pemegang obligasi. Syarat-
syarat penerbitan obligasi adalah :
a. Badan usaha berbentuk badan hukum dan bertujuan untuk mencari
keuntungan.
b. Berkedudukan di Indonesia
c. Mempunyai modal dasar sekurang-kurangnya 500 juta rupiah dan disetor penuh
sekurang-kurangnya 100 juta rupiah serta nilai kekayaan bersih sekurang-
kurangnya 100 juta rupiah.
d. Dalam dua tahun buku terakhir secara berturut-turut memperoleh laba
dengan ketentuan perbandingan laba bersih tahun terakhir dan modal
sendiri sekurang-kurangnya 10%.
e. Laporan keuangan telah diperiksa oleh Akuntan Publik/BPKP untuk dua tahun
buku terakhir secara berturut-turut dengan pernyataan pendapat setuju
untuk tahun terakhir.

3.5 Penentuan Harga Obligasi


Dalam menentukan harga obligasi, emiten harus memperhatikan,
mempertimbangkan tingkat bunga (kupon) obligasi, jangka waktu atau jatuh
tempo obligasi, dan keuntungan yang diharapkan oleh investor atau yang sering
disebut bond yield. Harga obligasi pada dasarnya penjumlahan present value dari
aliran kas biaya bunga ditambah present value dari nilai pokok obligasi pada saat
jatuh tempo, dengan yield yang disyaratkan. Biaya bunga obligasi dibayar setiap

Penggunaan rumus tersebut dapat dibantu dengan tabel bunga untuk present value
anuitas untuk biaya bunga dan present value Rp 1 untuk nilai pokok obligasi. Obligasi
yang dijual akan dicatat sebesar harga nominal. Selisih harga jual (harga kurs) diatas
harga nominal dicatat sebagai agio atau premi, sedangkan harga jual di bawah
harga nominalnya dicatat sebagai disagio atau diskonto. Memang diakui
bahwa agio bukan merupakan bunga dibayar di muka atau disagio bukan merupakan
bunga yang diterima dimuka, akan tetapi agio atau disagio berkaitan dengan
bunga, oleh karena itu pencatatannya dibebankan pada biaya bunga selama periode
waktu obligasi beredar
BAB IV

AKUNTANSI MODAL BANK

4.1 Pengertian Modal Bank

Modal Bank adalah dana yang diinvestasikan oleh pemilik dalam rangka pendirian
badan usaha yang dimaksudkan untuk membiayai kegiatan usaha bank disamping untuk
memenuhi regulasi yang ditetapkan oleh otoritas moneter. Pembagian jenis modal bank
di Indonesia menganut klasifikasi yang disampaikan oleh Standard Bank For
International Settlement, yaitu modal bank terdiri dari:

4.2 Modal Inti ( First Tier Capital)

Modal inti terdiri dari modal disetor, modal sumbangan, cadangan-cadangan yang
dibentuk dari laba setelah pajak dan laba yang diperoleh setelah diperhitungkan pajak.
Modal inti merupakan modal yang disetor para pemilik bank dan modal yang berasal dari
cadangan yang dibentuk ditambah dengan laba yang ditahan. Porsi terbesar modal inti
terletak pada modal saham yang disetor. Sedangkan selebihnya sangat tergantung laba
yang diperoleh dan kebijakan rapat umum pemegang saham. Untuk modal disetor berupa
saham biasa atau saham preferen. Pada saham biasa, bank memiliki kewajiban untuk
memberikan deviden pada setiap akhir tahun berdasarkan rapat umum pemegang saham.
Pemegang saham biasa memiliki hak suara, sehingga dapat mengendalikan manjemen
bank. Pada saham preferen, pemegangnya tidak mempunyai hak suara namun pembagian
devidennya akan didahulukan sebelum membayar deviden saham biasa.

Pencatatan modal saham dilakukan sebesar harga nominal. Selisih harga saham
saham diatas nilai nominal dicatat sebaga agio saham. Selisih harga saham dibawah nilai
nominal dicatat sebagai disagio saham. Agio saham akan diamortisasi setiap akhir
periode dan disagio saham akan diakumulasi setiap akhir periode.

Harga saham atau nilai modal disetor (paid in capital) merupakan total yang dibayar
oleh pemegang saham kepada bank emiten untuk ditukarkan dangan saham preferen atau
saham biasa. Nilai modal disetor merupakan penjumlahan nilai nominal ditambah
dengan agio saham atau nilai nominal dikurangi disagio saham. Sedangkan nilai nominal
merupakan nilai kewajiban yang ditetapkan untuk tiap-tiap lembar saham.
Bank yang mengeluarkan saham sering menerima pesanan dari calon investor.
Saham yang dijual secara pesanan harus diserahkan setelah dilunasi seluruhnya.
Perlakuan akuntansi untuk pemesanan saham adalah emiten akan mendebet piutan
pemesanan saham dan mengkredit modal saham yang dipesan. Apabila pemesan tidak
melunasi sisa pembayaran saham, maka emiten dapat mengembalikan jumlah
pembayaran sebelumnya, atau dijadikan hak milik emiten (bila ada perjanjian) dan
dimasukkan dalam komponen tambahan modal dengan perkiraan tambahan modal-
pembatalan pemesanan saham.

7.1 Pembelian Kembali Saham


Struktur modal bank menjadi pertimbangan penting bagi pemilik lama, oleh karena itu
pembelian kembali saham yang telah beredar dapat dilakukan dalam kerangka untuk
mempertahankan struktur kepemilikan, menghindari hostile takeover, memenuhi
tuntutan regulasi atau untuk mengimbangi penurunan skala operasi bank yang
semakin menurun sehingga tidak perlu modal besar. Saham yang dibeli kembali
disebut saham treasuri. Perlakuan akuntansi untuk saham treasuri terdiri dari dua
macam.(1) dicatat berdasarkan harga perolehan, (2) dicatat sebesar harga nominal.
Selisih antara jumlah yang dibayarkan pada saat perolehan kembali dengan jumlah
yang diterima pada saat pengeluaran saham tidak diakui sebagai laba atau rugi suatu
bank. Sehingga saham treasuri tidak boleh diperlakukan sebagai aktiva bank, namun
hanya sebagai pengurang terhadap modal saham. Saham yang diperoleh kembali yang
dicatat sebesar harga perolehan, maka pada saat dijual kembal juga dicatat atau
dikreditkan sebesr harga perolehannya. Selisih harga jual kembali dengan harga
perolehannya diperlakukan sebagai tambahan modal, sebaliknya bila harga jual
kembali lebih rendah dari harga perolehannya maka selisihnya diperlakukan sebagai
pengurang modal, dalam hal ini dibebankan pada rekening tambahan modal untuk
saham treasuri. Bila saldo tambahan modal saham treasuri tidak mencukupi untuk
menanggung kerugian penjualan saham treasuri, maka dapat dibebankan pada laba
ditahan. Pada metode harga nominal, saham yang diperoleh kembali dicatat sebesar
harga nominal dan disajikan sebagai pengurang terhadap modal saham. Bila harga
perolehan kembali saham treasuri semula dikeluarkan dengan harga diatas harga
nominal (harga pari), maka harus didebet agio saham. Kalau jumlah yang dibayarkan
lebih besar daripada pada saat pengeluaran saham, maka dapat mendebet rekening
laba ditahan, sebaliknya bila yang dibayarkan lebih kecil daripada saat pengeluaran
saham maka dikreditkan tambahan modal-saham treasuri.
7.2 Penarikan Kembali Saham Treasuri
Saham treasuri yang ditarik kembali, berarti saham tersebut tidak akan diedarkan
kembali. Perlakuan akuntansi untuk saham treasuri yang ditarik tergantung metode
pencatatan sebelumnya. Bila berdasarkan harga perolehan, kenaikan atau penurunan
modal dari saham treasuri harus diakui pada saat saham tersebut ditarik kembali. Bila
pencatatannya didasarkan pada harga nominal, pada saat penarikan tidak perlu
mengakui selisih atau kenaikan/penurunan tesebut.

4.3 Modal Pelengkap ( Second Tier Capital)

Modal pelengkap terdiri dari atas cadangan-cadangan yang dibentuk tidak


berasal dari laba, modal pinjaman serta pinjaman subordinasi. Dalam perhitungan
CAR, modal pinjaman termasuk komponen modal pelengkap. Untuk itu sifat modal
pinjaman mempunyai kedudukan sama dengan modal pada umumnya. Modal
pinjaman dimaksud adalah pinjaman yang didukung dengan menggunakan instrument
yang disebut capital assets, loan stock, atau warkat lain yang dipersamakan dengan itu
dan mempnyai sifat seperti modal.
BAB V

KAS DAN REKENING GIRO BANK INDONESIA

5.1 KAS

Kas adalah mata uang kertas dan logam baik dalam valuta rupiah maupun valuta
asing yang masih berlaku sebagai alat pembayaran yang sah. Termasuk dalam kas adalah
mata uang rupiah yang ditarik dari peredaran dan masih dalam masa tenggang untuk
penukarannya kepada Bank Indonesia.

Kas perlu diatur sehingga tidak terjadi kekurangan untuk memenuhi kewajiban bank,
dan tidak berlebihan. Kas yang berlebihan akan menimbulkan biaya opportunity. Agar
bank bisa mengendalikan kas maka perlu adanya informasi mengenai posisi atau saldo
kas. Perubahan posisi saldo kas di bank umumnya disebabkan oleh:

a. Penyetoran dan penarikan tunai oleh nasabah. Nasabah bisa melakukan penyetoran,
pengambilan tabungan, penguangan cek, penerimaan permohonan kiriman uang,
penerimaan kiriman uang, penerimaan pembukaan deposito, dan sebagainya.
b. Penyetoran atau penarikan dari rekening bank yang bersangkutan di Bank Indonesia.
c. Penggunaan untuk transaksi intern bank, misalnya untuk dana kas kecil, pembayaran
biaya operasional, biaya gaji, dan sebagainya.

Akuntansi kas akan berkaitan dengan transaksi tersebut, pencatatannya sebesar yang
diterima atau yang dibayarkan. Kas suatu bank tidak boleh bersaldo kredit sebab akan
mengganggu likuiditas. Khusus untuk rekening kas sering menampung pengiriman uang
secara fisik (remise) dari suatu bank ke bank lain atau dari suatu cabang ke cabang yang
lain.

5.1.1 Petty Cash

Petty cash adalah dana khusus yang disediakan untuk membayar


pengeluaranpengeluaran yang jumlahnya relatif kecil. Pengeluaran-pengeluaran yang
relatif kecil kecil ini sebagian besar terjadi di internal bank dan perlu dibukukan
tersendiri dalam rekening dana kas kecil.
Pencatatan petty cash ada dua sistem:

1. Sistem Dana Tetap (Imperest Fund System)


Transaksi dana kas kecil dapat meliputi pembentukan dana kas kecil, pemakaian
dana kas kecil dan pengisian dana kas kecil. Dalam sistem ini pada saat
pembentukan dana kas kecil, bank akan mencatat debet dana kas kecil dan
selanjutnya pemakaian kas kecil tidak dijurnal, tetapi hanya diarsip sehingga saldo
dana kas kecil akan tetap bila arsip tersebut diperhitungkan. Jadi yang berubah
komposisi kasnya, karena komposisi kasnya menjadi uang tunai dan arsip yang
bernilai untuk ditukarkan pada saat pengisian kembali. Jumlah uang berkurang tetapi
bukti pemakaiannya bertambah sehingga secara absolute tetap. Pada saat pengisian
kembali, bank akan mendebet biaya-biaya yang telah dikeluarkan dan mengkredit
rekening kas
2. Sistem Dana Berfluktuasi (Fluctuating System)
Dalam sistem ini pada saat pengisian kas kecil, bank akan mendebet dana kas kecil
dan mengkredit rekening kas. Pada saat pemakaian kas kecil akan didebet biaya-
biaya/hutang bersangkutan yang dikeluarkan dan mengkredit rekening dana kas
kecil. Sedangkan pada saat pengisian kembali berarti akan menambah dana kas kecil
yang belum dipakai dengan cara mendebet rekening dana kas kecil dan mengkredit
rekening kas.

5.2 GIRO BANK Indonesia

Giro Bank Indonesia merupakan rekening giro milik bank komersial dalam valuta
asing maupun valuta rupiah di Bank Indonesia. Dengan Giro BI, bank data membiayai
transaksi antara cabang maupun antarbank melalui penyelesaian kliring, transfer.
Disamping itu dapat digunakan untuk membayar penarikan deposito yang relatif besar,
pemberian kredit.

Transaksi Giro BI lebih banyak berkaitan dengan transaksi kliring (nota debet/nota
kredit), pemindahbukuan, pengambilan dan penyetoran uang tunai ke BI oleh bank
komersial.

5.3 PELAPORAN GIRO WAJIB MINIMUM (RESERVE REQUIREMENT)

Posisi kas dan Giro BI harus dilaporkan ke BI setiap akhir pekan yang ditunjukkan
dengan rasio Giro Wajib Minimum. Untuk menentukan Reserve Requirement
sebenarnya ada dua cara yaitu Logged reserve Requirement (LRR) dan
Contamporaneous Reserve Requirement (CRR). LRR adalah ketentuan reserve
requirement berdasarkan kewajiban yang telah terjadi pada periode sebelumnya.
Sedngkan CRR adalah ketentuan reserve requirement yang dihitung berdasarkan keadaan
kewajiban sesaat pada periode waktu yang sama. Ketentuan reserve requirement atau
Giro Wajib Minimum di Indonesia menganut Lagged Reserve Requirement. Rasio
GWM untuk valuta rupiah minimum 5% dan untuk valuta asing minimum 3%. Formula
untuk menentukannya adalah:

Cara untuk menentukan adalah sama namun perlu diperhatikan komponen-komponen


dalam perhitungan tersebut. Komponen-komponen yang diperhitungkan dalam
penentuan Giro Wajib Minimum Rupiah adalah:

I. Komponen Alat Likuid:


1. Kas yang terdiri dari uang kertas, uang logam dan commemorative coin yang
dikeluarkan oleh Bank Indonesia menurut nilai nominal.
2. Giro Bank Indonesia, yaitu saldo rekening giro milik bank yang bersangkutan
yang berada di Bank Indonesia. Rekening ini tidak boleh dikurangi dengan
pinjaman dari Bank Indonesia dan tidak boleh ditambah dengan fasilitas pinjaman
dari BI yang belum digunakan tapi sudah disetujui (dalam komitmen) misalnya
Kredit Likuiditas Bank Indonesia (KLBI)
II. Komponen Dana Pihak Ketiga
1. Giro Nasabah, yaitu simpanan masyarakat yang penarikannya dapat dilakukan
setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro atau surat perintah
pemindahbukuan yang lain. Dalam hal giro ini bersaldo debet (negatif) maka tidak
diperhitungkan dalam pos ini namun harus dimasukkan dalam rekening kredit
yang diberikan. Namun apabila terjadi saldo kredit (negative) pada rekening kredit
yang diberikan maka harus dimasukkan dalam rekening Giro ini.
2. Tabungan. Yaitu simpanan masyarakat yang penarikannya dapat dilakukan
menurut syarat-syarat tertentu yang disepakati tetapi tidak dapat ditarik dengan
menggunakan cek, bilyet giro.
3. Deposito Berjangka. Dalam pos ini termasuk deposito berjangka, deposito
asuransi, deposito on call dalam rupiah yang penrikannya dapat dilakukan dalam
jangka waktu tertentu sesuai dengan perjanjian yang disepakati antarbank dengan
pihak ketiga. Walaupun deposito telah jatuh tempo namun belum ditarik oleh
deposan maka tetap dimasukkan dalam komponen ini.
4. Sertifikat Deposito, yaitu simpanan berjangka yang penarikannya dapat dilakukan
dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan yang diperjanjikan tetapi dapat
diperjualbelikan.
5. Kewajiban jangka pendek lainnya yaitu semua kewajiban bank selain yang
disebutkan diatas yang sampai dengan 24 bulan dapat ditagih oleh pemiliknya dan
harus segera dibayarkan. Misalnya: hutang PPh, rekening titpan, kewajiban
pembelian SBPU yang dijual dengan syarat repurchase agreement (repo).

Komponen-komponen yang diperhitungkan dalam penentuan Giro Wajib Minimum


dalam Valuta Asing:

i. Komponen Alat Liquid:


1. Kas, yaitu meliputi uang kertas dalam kas. Sedangkan uang logam asing, wesel-
wesel, cek-cek dan travelers cheque tidak dimasukkan dalam komponen ini.
2. Giro Bank Indonesia, yaitu seluruh saldo simpanan dalam USD milik bank yang
bersangkutan yang berada di BI dan dapat ditarik setiap saat.
ii. Komponen Dana Pihak Ketiga:
Dalam komponen ini termasuk semua kewajiban kepada penduduk atau bukan
penduduk yang meliputi:
1. Call Money
2. Deposit on call
3. Deposito berjangka termsuk yang sudah jatuh tempo tapi belum ditarik
4. Setoran jaminan
5. Pinjaman yang diterima termask overdraft dan giro valas ada bank lain
6. Kewajiban-kewajiban lainnya termasuk wesel unjuk dan wesel berjangka yang
harus dibayar, travelers cheque yang dijual, transfer masuk yang belum
diselesaikan.
BAB VI

INVESTASI JANGKA PENDEK

INVESTASI PADA SURAT UTANG NEGARA

6.1 Investasi Jangka Pendek ( Saham dan Obligasi )

Sesuai dengan sebutannya, yang termasuk dari investasi jangka pendek adalah
investasi yang berlangsung kurang dari satu tahun. Investasi jangka pendek biasanya
ditawarkan dalam rentang waktu singkat, mulai 1 bulan hingga 12 bulan.

Dalam investasi jangka pendek, dana atau modal yang diinveastasikan pada umumnya
dikelolah pada instrumen – instrumen yang mudah diperjualbelikan atau dicairkan.
Makanya, banyak yang menilai, risikio dalam investasi jangka pendek lebih rendah
dibandingkan jangka panjang. Meski demikian, investasi jangka pendek juga bisa
memberikan keuntungan besar kepada para investornya.

Investasi jangka pendek dibagi menjadi dua bagian yaitu investasi yang bisa
menimbulkan risiko dan investasi tanpa risiko, investasi pada sekuritas yang memiliki
risiko karena return yang diperoleh dimasa depan belum ada kepastian.

Investasi jangka pendek juga bertujuan untuk dijual kembali dalam jangka pendek
bukan untuk menguasai perusahaan emite. Pembelian sekuritas jangka pendek lazimnya
dicatat sebagai harga peroleh harga perolehan sekuritas diperoleh dari harga beli
ditambah dengan biaya – biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh sekuritas tersebut
seperti biaya komisi broker da segalanya .

Khusus untuk transaksi pembelian sekuritas obligasi yang terjadi antara tanggal
pembayaran bunga, maka bunga yang berjalan bukan merupakan bagian rekening
pendapatan bunga.

Investasi jangka pendek dapat dilakukan pada :

o Deposito
o Sertifikat bank
o Surat – surat berharga, seperti ( saham dan obligasi )

Karakteristik Investasi Jangka Pendek adalah harus dapat diuangkan dengan segera
dalam tenggang waktu 1 tahun
 Investasi Dalam Saham

 Saham dicatat sebesar harga perolehannya


 Harga Perolehan saham = Harga kurs + Biaya-biaya untuk Investasi
 Jenis Saham:
 Saham Biasa (dividen dibagi berdasarkan laba)
 Saham Preferen/Prioritas (dividen sudah ditentukan berdasarkan %)
 Return yang diterima adalah dividen.
 Investasi dalam Obligasi

 Investasi Obligasi dicatat sebesar harga perolehan

 Harga Perolehan = Harga Kurs + Biaya-biaya yang dikeluarkan

 Tarif bunga tetap, sebesar yang tercantum dalam obligasi

 Bunga dihitung dari nilai nominal obligasi

 Yang diterima dari hasil investasi adalah BUNGA

 Jika pembelian obkigasi (Investasi Obligasi) tidak pada tanggal pembayaran


bunga, timbul bunga berjalan
2.2 Nilai Investasi Jangka Pendek dalam Neraca

Investasi jangka pendek (Marketable) adalah asset yang tingkat likuiditasnya tinggi.
Dengan demikian, besarnya investasi jangka pendek menunjukan kemampuan
perusahaan untuk membayar utang jangka pendek. Nilai investasi ini dalam neraca
menurut akuntasi komersial dapat disajikan menggunakan dua cara, yaitu :

1. Nilai perolehan, tetap diberikan keterangan tambahan mengenai harga pasar


2. Nilai terendah antara nilai perolehan dan harga pasar.
Penilaian ini mengakibatkan penurunan nilai aset. Selisih harga tersebut diakui sebagai
kerugian. Metode penilaian ini tidak diperkenankan untuk keperluan perpajakan, sebab
bertentangan dengan prinsip nilai histori yang dianut dalam perpajakan. Penilaian
investasi jangka pendek menurut perpajakan didasarkan atas hasil perolehannya.
2.3 Surat Utang Negara (SUN)

Surat Utang Negara (SUN) menurut (Muljono & Wicaksono, 2009:357 ) adalah
surat berharga yang berupa surat pengakuan hutang dalam mata uang rupiah maupun
valuta asing yaitu yang dijamin pembayaran bunga dan pokoknya oleh negara republik
indonesia, sesuai dengan masa berlaku.

Surat Utang Negara dipasarkan melalui tiga pasar, yaitu :

1. Pasar Perdana, yaitu kegiatan penawaran dan penjualan Surat Utang Negara untuk
pertama kali
2. Pasar Sekunder, yaitu kegiatan perdagangan Surat Utang Negara yang telah dijual
dipasar perdana
3. Dealer utama adalah lembaga keuangan (bank umum dan perusahaan efek) yang
ditunjuuk Menteri keuangan untuk menjalaknkan kewajiban tertentu baik dipasar
perdana maupun dipasar sekunder dari Surat Utang Negara dalam mata uang
rupiah dengan imbalan/hak (righs) tertentu.
Surat Utang Negara dapat berbentuk:

1. Surat Perbendaharaan Negara


Surat Perbendaharaan Negara (SPN) merupakan surat berharga yang
diterbitkan dan digunakan oleh pemerintah sebagai salah satu instrumen kebijakan
untuk membiayai anggarab pendapan dan belanja negara (APBN). Surat
perbendaharaan negara yang selanjutnya disebut SPN adalah surat hutang negara yang
berjangka waktu paling lama 12 bulan dengan pembayaran bunga secara diskonto.
Diskonto SPN adalah selisih lebih antara nilai nominal yang akan diterima
pada saat jatuh tempo dengan nilai tunai yang dibayar, tidak termasuk pajak bunga
secara diskonto.
2. Obligasi Negara
Obligasi Negara adalah surat hutang negara yang berjangka waktu lebih dari
12 bulan, yang dapat dengan kupon atau tidak dan/ atau dengan pembayaran bunga
secara diskonto.
Perhitungan harga setelmen Surat Perbendaharaan Negara
Harga Setelmen adalah harga yang harus dibayarkan atas lelang SUN yang
dimenangkan, sebesar harga yang diajukan dalam penawaran lelang (Clear Price)
ditambah dengan bunga berjalan (accurued interest).
Perhitungan harga setelmen perunit dari SPN adalah sebagai berikut:

Pspn = N / (1+(i x D / 365)

Dengan keterangan

Pspn = Harga setelmen per unit SPN

N = Nilai nominal SPN perunit

I = Yield dalam presentase, sampai dengan 5 desimal dengnan kelipatan


0,03125 atau 1/32

D = Jumlah hari sebenarnya (actual days) yang dihitung sejak 1 hari sesudah
tanggal setelmen sampai dengan tanggal jatuh tempo

2.4 Tujuan dan Manfaat penerbitan Surat Utang Negara

 Tujuan penerbitan Surat Utang Negara


Penerbitan surat utang tersebut memiliki tiga tujuan utama,berikut penjelasannya:
1. Membiayai Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)
Modal yang didapatka n dari surat utang bisa digunakan untuk membiayai
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) setiap tahunnya.
2. Menambal Kekurangan Kas Jangka Pendek
Kas negara untuk jangka pendek bisa mengalami kekurangan saat proses
pembangunan neegara. Agar tidak menimbulkan masalah yang besar surat utang
bisa menambal kekurangan tersebut, sehingga pembangunan negara tetap
berjalan
3. Mengatur Portofolio utang negara
Surat utang juga diterbitkan dengan tujuan untuk mengatur portofolio utang
negara.
 Manfaat penerbitan Surat Utang Negara
Di samping tujuan, terdapat 3 manfat penerbitan surat utang ini, antara lain:
1. Instrumen Fiskal
Surat utang bisa menggali potensi sumber pembiyaan APBN yang lebih besar
dibanding investasi pasar model.
2. Instrrumen Investasi
Surat utang negara adalah instrumen investasi yang relatif bebas risiko gagal
bayar dan memiliki potensi keuntungan dalam pasar sekunder
3. Instrumen Pasar Keuangan
Surat utang juga mampu meningkatkan kekuatan stabilitas sistem keuangan
serta bisa dijadikan patokan untuk mentukan nilai instrumen yang lain.
BAB VII

AKUNTANSI KREDIT YANG DIBERIKAN, BATAS MAKSIMUM PEMBERIAN


KREDIT DAN AKUNTANSI PENYERTAAN SAHAM

7.1 AKUNTANSI KREDIT YANG DIBERIKAN


Kredit yang diberikan oleh bank dapat didefinisikan sebagai penyediaan uang atau
tagihan yang dapat dipersamakan berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-
meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak meminjam untuk
melunasi hutangnya setelah jangka waktutertentu dengan  jumlah bunga imbalan atau
pembagian hasil keuntungan. Bank dapat memberikan kredit kalau memiliki dana yang
sama dengan itu, bank terlibat kesepakatan dengan calon debitur baik volume, tingkat
bunga, jangka waktu maupun agunan. Bagi bank persetujuan kredit merupakan
komitmen yang tak bias dibatalkan begitu juga bagi debitur. Disamping itu setelah kredit
dikucurkan bank selalu harus memantau kualitas kredit.Semakin lama jangka waktu
kredit umumnya semakin besar risikonya.
Adapun jenis jenis kredit yang diberikan :

 Jenis Kredit Menurut Bentuk


a. Kredit Rekekning Koran
Dalam hal ini debitur diberi hak menarik dana dari rekening korannya sampai
dengan sebesar plafon yang ditetapkan Bank. Pelunasan pokok kredit
dilaksanakan pada saat jatuh tempo, dengan bunga kredit secara umum dihitung
secara harian berdasarkan outstanding credit atau dengan nilai rata-rata baki debet
setiap bulannya.
b. Installment Loan
Merupakan kredit yang angsuran pokok bunganya dilakuakan secara teratur
menurut jadwal waktu yang telah disepakati antara bank dan debitur, dengan nilai
konstan selama berlangsungnya masa kredit tersebut.
 Kredit Menurut Jangka Waktunya
a. Kredit Jangka Pendek
Yaitu kredit nerjangka waktu maksimum 1 tahun, namaun termasuk kredit
tanaman musiman yang berjangka waktu lebih dari 1 tahun.
b. Kredit Jangka Menengah
Yaitu kredit yang berjangka waktu antara 1 sampai dengan 3 tahun, kecuali untuk
tanaman musiman.
c. Kredit jangka Panjang
Yaitu kredit yang berjangka waktu lebih dari 3 tahun.Misalnya kredit produktif,
kredit perumahan dan kredit kendaraan.
 Jenis kredit menurut kegunaan
a. Kredit Modal Kerja
Yaitu kredit yang diberikan dengan tujuan untuk membiayai modal kerja usaha,
misalnya untuk membeli barang dagangan.
b. Kredit Investasi
Yaitu  kredit yang diberikan untuk membiayai investasi suatu usaha misalnya
kredit untuk pembangunan pabrik, pembelian mesin dan penyiapan infrasrtruktur
lainnya.
c. Kredit Konsumsi
Yaitu kredit yang diberikan untuk keperluan konsumsi. Kredit ini sering disebut
juga personal loan.Contohnya kredit pemilikan rumah, kredit pembelian
kendaraan, kredit untuk pendidikan dan sebagainya.

7.2  PEMBUNGAAN KREDIT
Sebelum melakukan pencatatan transaksi kredit, sebaiknya memahami perhitungan
bunga kredit, karena dengan perhitungan bunga kredit dapat memilah antara angsuran
pokok dengan angsuran bunga. Dua hal ini memiliki perlakuan akuntansi yang berbeda:

1. Effective Rate atau Pembayaran Anuitas


Sistem pembayaran anuitas yang dilakukan pada setiap selang waktu yang teratur
dalam jumlah yang sama atau tetap disebut anuitas. Dengan metode ini nominal
angsuran bunga untuk setiap periode atau bulan akan menurun, sedangkan angsuran
pokok akan meningkat.
a. Anuitas Pembayaran pada setiap akhir periode angsuran (Postnumerando)
Kredit dengan angsuran pos numerando umumnya untuk kredit tunai, maksudnya
kredit yang direalisasi dalam bentuk uang.Contohnya kredit modal kerja, kredit
investasi dan kredit pegawai.
Anuitas diperhitungkan dengan rumus:
Keterangan:
A  = Anuitas
M = Nilai kredit
i    = Tingkat suku bunga
n   = Jangka waktu kredit
b. Angsuran Kredit diterima untuk setiap awal bulan (prenumerando)
Bank juga memberikan kredit non tunai seperti kredit pemilihan rumah, kredit
mobil. Kredit semacam ini dibank maupun lembaga pembiayaan lainnya akan
menggunakan bunga efektif dengan angsuran  prenumerando  (awal bulan). Untuk
menentukan angsuran per bulan bila kredit diangsur setiap awal bulan akan
menggunakan rumus
Keterangan:
A         = Anuitas, n          = Jangka waktu kredit

M         = Nilai Kredit, i           = Tingkat suku bunga

2. Sliding Rate
Angsuran pokok diperhitungkan tetap atau sama setiap angsuran. Sedangkan bunga
yang diperhitungkan menurun sejalan berkurangnya sisa kredit dengan demikian total
angsuran pokok dan bunga adalah semakin menurun selama periode angsuran.
Rumus untuk menghitung pokok angsuran adalah:
Keterangan:
a          = Angsuran pokok.
M         = Plafon kredit
n          = Periode Kredit
3. Flat rate
Perhitungan bunga dengan flat rate didasarkan pada hitungan bunga secara prorate
sesuai dengan jangka waktu kredit dan nominan kredit. Dengan demikin untuk
menentukan angsuran pokokdan bunga sangat sederhana. Praktik di bank bila
menggunakan flat rate umumnya akan menentukan tingkat suku bunga yang lebih
rendah dibandingkan dengan menggunakan effective rate atau sliding rate. Mengapa
demikian karna bila menentukan tingkat suku bunga yang sama seperti pada sliding
atau effective rate maka total angsuran menjadi sangat mahal. Rumus untuk
menentukan angsuran pokok dan bunga adalah :
Keterangan:
M         = Plafon kredit
i           = Tingkat suku bunga
t           = Jangka waktu kredit
N         = Jumlah bulan angsuran selama masa kredit

4. Konversi Bunga Flat ke Bunga Efektif


Untuk konversi ini kita bisa menggunakan formula sebagai berikut
Keterangan:
n          = periode angsuran
i           = tingkat bunga flat
Dengan demikian untuk konfersi bunga flat 24 % kebunga efektif dengan lama
angsuran 36 bulan adalah :

7.3 AKUNTANSI PERKREDITAN


Sesuai dengan pengertian kredit yaitu penyediaan uang berdasarkan kesepakatan pinjam
meminjam, ini berrarti perlu adanya akad atau perjanjian kredit. Perjanjian kredit ini akan
mengikat bank dan debitur. Komitment kredit merupakan transaksi off balanced, yaitu
transaksi yang belum mempengaruhi neraca maupun rugi laba maupun potensial untuk
mempengaruhinya bila komitment tersebut di realiasikan. Pada saat komitment kredit
dipenuhi atau bank melakukan pengucuran kredit (dropping) dana, maka komitment benar
benar telah efektif. Dengan demikian seluruh rekening komitment kredit dimaksud harus
dihapus atau di kreeditkan sebesar nilai yang di realisasikan.
Akuntansi untuk debitur meliputi beberapa prosedur pencatatan yang meliputi: persetujuan
dan pemberian pagu kreedit, penarikan cek oleh nasabah debitur, pembebanan bunga
debitur kepada nasabah debitur, pelunasan pokok debitur, wanprestasi pembayaran bunga
oleh nasabah debitur, dan penilaian debitur pada neraca. Khusus untuk pencatatan bunga
debitur, dapat dilakukan baik secara cash basis maupun accrual basis.

7.4 BATAS MAKSIMUM PEMBERIAN KREDIT (BMPK)


 CANGKUPAN DAN  DASAR PERHITUNGAN BMPK 
Pos-pos yang diperhitungkan dalam menentukan Batas Maksimum Pemberian
Kredit (BMPK)atau Legal Lending Limit (LLL) adalah:
1. Kredit yang diberikan
Pelanggaran BMPK dihitung berdasarkan baki debit. Pengertian baki debit tidak
termasuk bunga akrual pada pos rupa-rupa aktiva dan tunggakan bunga (bunga
dalam penyelesaian) pada rekening administrative. Bunga akrual adalah
pendapatan bunga dari kredit lancer dalam pengertian khusus. Dalam pengertian
kredit disini termasuk giro bersaldo debit (overdraft), kartu kredit (baki debit),
transaksi yang berasal dari off balance sheet yang wanprestasi.
2. Surat Berharga
Perhitungan BMPK dengan surat berharga dengan node purchase agreement
(NPA) danpengambil alihan dalam rangka anjak piutang didasarkan pada harga
perolehan, yaitu harganominal dikurangi diskonto yang diterima (seperti SBPU).
Yang dimaksud dengan suratberharga NPA adalah pembelian surat berharga yang
disertai dengan penyertaan kesediaanbank untuk membeli surat berharga tersebut
dalam jumlah, jangka waktu, dan tingkatdiskonto tertentu.Dasar perhitungan
pelanggaran atau pelampauan BMPK adalah didasarkan pada harhaperolehan saat
membeli atau didasarkan nilai pasar untuk surat berharga yang tercantum dibank.
Surat berharga dimaksud adalah surat berharga yang lazim diperdagangkan di
pasar uang. Surat berharga ini termasuk promes, SPBU, CPs dan MTNs, wesel
oligasi, sekuritaskredit dan termasuk sertifikat resadana.
3. Penempatan Pada Bank Lain
Perhitungan pelangggaran BMPK penempatan pada bank atau pada bank lain
didasarkanpada nilai nominal, kecuali srtifikat deposito dan surat berharga yang
dililai berdasarkanharga perolehan. Penempatan ini dapat berupa giro, deposito
call money, kredit, sertifikatdeposito, surat berharga.
4. Penyertaan
Pelanggaran pelampauan BMPK utuk pos ini didasarkan pada jumlah dana yang
ditanamkanoleh bank dan didasarkan pada nilai penyertaaan yang tercatat di
neraca (tanpa adanyapenyedian dana berupa cash outflow). Pernyertaan dalam hal
ini hanya pada lembagakeuangan hanya diperkenankan dalam rangka penyertaan
modal sementara dalam rangkarekontruksi kredit dikecualikan dalam perhitungan
BMPK.
5. Transaksi Rekening Administratif 
Untuk pos ini terdiri dari garansi yang diberikan dan resiko kredit dari transaksi
derivative.Garansi yang diberikan berupa warkat penerbitan jaminan, akseptasi
atau endosemen,irrevocable L/C atau SKBDN, akseptasi wesel impor, penjualan
surat berharga dengansyarat repo, standbay L/C dan garansi lainya. Sedangkan
resiko kredit dari transaksiderivative didasarkan pada nilai resiko
kreditnya.Perhitungan resiko kredit dari transaksiderivatif didasarkan atas
unrealizedgain yang dimungkinkan tidak jadi diterima counterpartymelakukan
wan prestasi. Gain dimaksud adalah selisih nilai pasar (mark to market value)
terhadap nilai kontrak. Marking to market untuk memperoleh nilai resiko kredit
dilakukanbank pada akhir hari. Mengingat timbulnya resiko kredit tersebut akibat
perubahan kurs, maka kelebihan BMPK hanya akan menyebabkan pelampauan
BMPK.

 POS-POS PENGECUALIAN DALAM PERHITUNGAN BATAS MAKSIMUM


PEMBERIAN KREDIT (BMPK)
Dalam memperhitungkan BMPK suatu bank, harus dicermati beberapa pos yang
tidak perlu diperhitungkan yaitu :
a. Penanaman dana pada Sertifikasi Bank Indonesia (SBI) dan surat hutang
pemerintah Indonesia.
b. Penanaman dana yang diterbitkan atau dijamin oleh pemerintah Indonesia atau
dijamin olehBank Indonesia, misalnya skimp penempatan dana BI, dan lain-lain.
c. Penyertaan modal sementara pada perusahaan debitur untuk mengatasi kegagalan
kredit(restrukturisasi kredit).
d. Penyediaan dana yang dijamin oleh cash collateral. Penyediaan dana ini yang
dijamindengan SBLC yang dianggap cash collateral dikecualikan dalam BMPK
namun harusmemenuhi persyaratan:
o Bank telah melaporkan mengenai aktiva produktif yang dijamin SBLC dan
realisasipencairan SBLC.
o SBLC harus diterbitkan atau dijamin oleh prime banksyang memiliki
peringkatminimal A dari lembaga pemeringkat internasional.
o Jangka waktunya harus meng-cover  jangka waktu aktiva produktif plus 90
hari.
o SBLC harus dicairkan selambat-lambatnya 90 hari setelah debitur tidak
memenuhikewajibannya kepada bank atau pada saat kredit bermasalah.
o Bila SBLC tidak bisa dicairkan, maka penyediaan dana ini menjadi
diperhitungkandalam BMPK.
o Khusus tagihan kepada prime banksyang berperingkat A diecualikan dari
perhitunganBMPK sebab dianggap tidak beresiko.e.
e. Penempatan dana antar bank yang dijamin oleh pemerintah (selama masih
berlaku)sepanjang bank tempat penempatan memenuhi syarat penjaminan.
Penjaminan pemerintahdiberikan kepada kewajiban bank, bukan aset
bank.Kewaiban tersebut bagi setiap bank berbadan hukum Indonesia.
f. Pengambilalihan (negosiasi) wesel ekspor berjangka yang diterbitkan atas dasar
L/Cberjangka (Usance L/C) yang masih berlaku dan diaksep oleh prime banksdi
luar negeri.

7.5 PENENTUAN BATAS MAKSIMUM PEMBERIAN KREDIT


Penentuan BMPK dilakukan untuk mengatur portofolio kredit perbankan agar tidak
terakumulasi pada satu kelompok atau individual dalam pemeberian kredit.
Jika terkonsentrasi dalam satukelompok atau individual saja akan memberikan resiko
yang besar bagi bank. BMPK merupakanpenerapan dari konsep diversifikasi investasi
untuk menurunkan resiko.Bank Indonesia mengatur pemberian kredit kepada nasabah
harus dibedakan antara pihak terkaitdengan bank dan pihak lain yang tak terkait, yaitu:
1. Pihak terkait
a. Pemegang saham bank perseorangan sebesar 10% atau lebih
b. Pemegang saham bank berbentuk perusahaan/badan sebesar 10% atau lebih
c. Anggota dewan komisaris
d. Anggota direksi
e. Keluarga sampai derajat kedua dalam garis lurus maupun ke samping dari pihak a, c,
dan d. Yang dimaksud keluarga adalah termasuk mertua, menantu dan ipar sehingga
meliputiorang tua kandung/tiri/angkat; saudara kandung/tiri/angkat; suami/istri;
anak kandung/tiri/angkat; cucu kandung/tiri.angkat; dll.
f. Perorangan sebagai pemegang saham perusahaan sebagaimana dimaksud dalam poin
byang memiliki saham lebih dari 25% dan/atau mempengaruhi
(menegendalikanoperasional, pengawasan, atau pengambil keputusan) perusahaan
tersebut.
g. Pejabat bank, yaitu pejabat yang memiliki fungsi eksekutif (punya pengaruh
terhadapoperasional bank dan/atau bertanggungjawab langsung kepada direksi)
h. Perusahaan yang dimiliki oleh pihak-pihak a s.d. g sebesar 10%
i. Perusahaan yang secara operasional, pengawasan, san dalam pengambilan keputusan
dipengaruhi oleh pihak-pihak a s.d. g. Hal ini dapat diketahui jika timbul
permasalahan.Otoritas moneter harus jeli untuk menemukan pembuktian bukti-bukti
tertulis dalam pemeriksaan.
j. Anak perusahaan bank dengan kepemilikan bank lebih dari 25% modal
perusahaandan/atau apabila bank mempengaruhi perusahaan tersebut
Penentuan BMPK atas pihak terkait adalah:

 Untuk peminjam (individual) dan/atau kelompok peminjam ditetapkan maksimum


sebesar 10% dari modal
 Untuk keseluruhan pihak terkait ditetapkan maksimum sebesar 10% dari modal
2. Pihak tidak terkait
Peminjam atau kelompok peminjam di luar pihak terkait.Peminjam individual adalah
nasabah perorangan atau perusahaan/badan yang memperolehsatu atau lebih
penyediaan dana. Kelompok peminjam adalah sejumlah peminjam yang satusama lain
memiliki keterkaitan dalam hal:
o Kepemilikan yaitu induk perusahaan memiliki saham anak perusahaan sebesar 25%
ataulebih
o Kepengurusan yaitu direksi, komisaris, atau pejabat eksekutif suatu perusahaan
ataumerupakan komisaris, direksi, dan/atau pejebat eksekutif perusahaan lain
o Hubungan keuangan yaitu suatu perusahaan bertindak sebagai penjamin penyediaan
danayang diterima perusahaan lain, atau yang memberikan bantuan keuangan
kepada perusahaan lain sehingga mengakibatkan adanya pengendalian usaha oleh
salah satuperusahaan tersebut
Pengaturan BMPK untuk pihak tidak terkait adalah:
a.       30% dari modal sejak 31 Desember 2001
b.      25% dari modal selama tahun 2002
c.       20% dari modal sejak Januari 2003
Bagi debitur yang terkena pelanggaran pelampauan BMPK , perhitungan BMPK hanya
dikenakan atas pelanggaran secara kelompok.

7.6 PENYERTAAN SAHAM


Penyertaan merupakan penanaman dana bank dalam bentuk saham perusahaan lain untuk
tujuan investasi jangka panjang, ikut serta dalam perusahaan lain, penyelamatan kredit,
mengendalikan perusahaan lain dan menguasai pangsa pasar. Penyertaan dapat dilakukan
pada perusahaan baru, artinya perusahaan yang akan beroperasi maupun perusahaan
yang sedang atau sudah berjalan. Penyertaan saham oleh bank dapat menimbulkan
hubungan antara perusahaan induk dan perusahaan anak.Bank tertentu sebagai
perusahaan induk mengendalikan manajemen perusahaan anak.Perusahaan anak ini dari
segi yuridis terlepas dari perusahaan induk, artinya perusahaan ank tersebut sebagi unit
bisnis yang berdiri sendiri, namun dari segi ekonomis perusahaan anak dibawah
pengelolaan satu manajemen perusahaan induk.Perspektif akuntansi untuk penyertaan
lebih menitik beratkan pada aspek ekonomis. Penyertaan saham dicatat sebesar harga
perolehannya.Harga perolehan terdiri dari harga beli ditambah biaya lain untuk
memperoleh saham tersebut.

 PENCATATAN PENYERTAAN DENGAN METODE HARGA PEROLEHAN


(COST METHOD)
            Metode ini digunakan untuk mencatatpenyertaan bank pada perusahaan anak bila
jumlah penyertaan relative kecil. Pada penyertaan ini umumnya bank masih
berkepentingan untuk memperoleh pendapatan berupa deviden, atau dengan kata lain
bank yang memiliki penyertaan belum mampu mempengaruhi kebijakan manajemen
perusahaan anak. Pada metode ini penyertaan dicatat sebesar harga perolehan saham.
Pendapatan deviden tunai akan dicatat sebagai pendapatan lain-lain, tapi pendapatan
deviden dalam bentuk saham (stock deviden).
Penyertaan akan berkurang (dikredit) bila :

Pembagian deviden merupakan pembagian keuntungan yang berasal dari laba


ditahan periode sebelumnya penyertaan dilakukan.
Penurunan nilai penyertaan dikarenakan perusahaan anak mengalami kerugian
yang sangat materil.

PENCATATAN PENYERTAAN DENGAN EQUITY METHOD


      Metode ini digunakan untuk mencatat bila bank memiliki penyertaan saham
relative besar sehingga bank tersebut mampu mengendalikan perusahaan
anak.Pengertian mengendalikan adalah mempunyai hal suara mayoritas, mempunyai
hak untuk mengatur dan menentukan kebijakan finansial mauppun operasional,
memili kewenangan untuk menunjuk dan memberhentikan mayoritas pengurus
perusahaan.
      Dalam metode ini penyertaan dicatat sebesar harga peroleh dan selanjutnya
didebet atau dikredit secara proporsional dengan bagian laba atau rugi perusahaan
anak. Deviden tunai yang diterima dicatat sebagai pengurang rekening penyertaan
yang bersangkutan.Pencatatn dengan metode ini lebih mencerminkan hubungan
ekonomis dibandingkan metode harga perolehan. Sebagai investasi yang melebihi
20% saham pada perusahaan anak, jelas perusahaan induk (parent company) akan
sebab setiap pengembalian keputusan anak, bank yang memiliki penyertaan akan
mampu mempengaruhi dengan hak suaranya

 MASALAH KHUSUS: PENYERTAAN DARI PENGALIHAN KREDIT


Kredit macet yangg terjadi di pihak debitur, harus diselamatkan oleh bank selaku
kreditur. Penyelamatan kredit dilakukan dengan cara mengalihkan ke penyertaan,
berarti akan terjadi hubungan kepemilikan. Pengalihan kredit menjadi penyertaan
dicatat menggunakan metode ekuitas, sebesar nilai wajar dari saham yang
diterima.Selisihnya dengan nilai kredit dicatat laba atau rugi pengalihan kredit.
BAB VIII

AKUNTANSI PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF


(PPAP), AKTIVA SEWA GUNA USAHA, & AKTIFA TETAP

8.1 Akuntansi Penyisihan Penghapusan Aktifa Produktif


A. Komponen Aktiva Produktif
Berikut ini beberapa jenis aktiva produktif dan komponen yang diperhitungkan dalam
PPAP:
1. Kredit adalah penyediaan dana atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan
pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah
jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.
2. Surat berharga dimaksud dalam hal ini adalah surta pengakuan hutang, wesel,
obligasi, sekuritas kredit, atau derivatifnya, atau kepentingan lain, atau suatu
kewajiban dari penerbit.
3. Penempatan yang dimaksud dalam hal ini adalah penanaman dana bank pada bank
lainnya berupa giro, call money, deposito berjangka, sertifikat deposito, kredit
yang diberikan dan penempatan lainnya.
4. Penyertaan adalah penanaman dana dalam bentuk saham pada perusahaan yang
bergerak di bidang keuangan yang tidak melalui pasar modal, serta dalam bentuk
penyertaan modal sementara pada perusahaan debitur untuk mengatasi akibat
kegagalan kredit.
5. Transaksi rekening administratif adalah komitmen dan kontijensi (off balance
sheet) yang terdiri dari warkat penerbitan jaminan, akseptasi/endosemen,
irrevocable Letter of Credit (L/C) yang masih berjalan, akseptasi wesel impor atas
dasar L/C berjangka, penjualan surat berharga dengan syarat repurchase agreement
(repo), standby L/C dan garansi lainnya, serta transaksi derivative yang
mempunyai risiko kredit.

B. Metode Pengakuan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif


Pengakuan penyisihan aktiva roduktif dapat didasarkan pada metode langsung atau
metode cadangan. Penggunaan metode ini didasarkan praktik yang lazim di bank
bahwa terjadinya kerugian aktiva produktif sering terjadi pada periode berikutnya
setelh penempatan aktiva produktif, padahal suatu laporan rugi/laba bank harus
mencerminkan perbandingan antara pendapatan dengan biaya yang harus diakui.
Untuk itu bank menggunakan metode cadangan dalam mencatat penyisihan aktiva
produktif.
Dalam metode cadangan ini pengakuan kerugian aktiva produktif tidak perlu
menunggu sampai terjadinya kerugian tersebut muncul, namun bank harus mengakui
pada periode yang sama dengan terjadinya penempatan aktiva produkif dengan cara
membentuk cadangan penyisihan aktiva produktif. Cadangan ini dibentuk/bertambah
dengan adanya penyisihan aktiva produktif yang diakui dan dipakai (berkurang) bila
benar-benar terjadi kerugian aktiva produktif. Bank yang melakukan penghapusan
terhadap aktiva produktif tentu menggunakan cadangan yang telah dibentuk
sebelumnya. Pengakuan adanya penyisihan/kerugian aktiva produktif dilakukan pada
setiap akhir periode melalui jurnal penyesuaian yang diaplikasikan pada setiap jenis
aktiva produktif.
C. Penentuan Penyisihan Aktiva Produktif
Pengakuan penyisihan aktiva produktif dengan menggunakan metode cadangan akan
membawa konsekuensi pada penentuan besarnya penyisihan dan cadangan yang akan
disajikan dalam neraca maupun laporan laba/rugi. Untuk menentukan besarnya
cadangan ada 2 pendekatan:
1. Pendekatan Rugi Laba
Dalam pendekatan ini yang ditentukan terlebih dahulu adalah besarnya
penghapusan/penyisihan aktiva produktif yang akan disajikan dalam laporan
rugi/laba, sedangkan besarnya cadangan penghapusan dapat dilakukan secara
intuisi atau persentase tertentu dari baki debet aktiva produktif.
2. Pendekatan Neraca
Dalam pendekatan ini ditentukan terlebih dahulu adalah besarnya cadangan
penghapusan yang disajikan di laporan rugi/laba ditentukan kemudian.

Selanjutnya adalah menentukan tingkat PPAP yang harus dibentuk. Dalam hal ini wajib
membentuk PPAP berupa cadangan umum dan cadangan khusus guna menutupi risiko
kemungkinan kerugian. Cadangan yang dibentuk ari aktiva produktif ini terdiri dari:

1. Cadangan umum PPAP ditetapkan sekurang-kurangnya sebesar 1% dari aktiva


produktif yang digolongkan lancar, tidak termasuk SBI dan surat utang pemerintah.
2. Cadangan khusus PPAP yang ditetapkan sekurang-kurangnya sebesar:
a. 5% dari aktiva produktif yang digolongkan dalam perhatian khusus
b. 15% dari aktiva produktif yang digolongkan kurang lancar setelah dikurangi
dengan nilai agunan
c. 50% dari aktiva produktif yang digolongkan diragukan setelah dikurangi nilai
agunan
d. 100% dari aktiva produktif yang digolongkan macet setelah dikurangi nilai
agunan

Perlu diketahui bahwa agunan yang dipergunakan sebagai pengurang dalam


pembentukan PPAP adalah:

a. Giro, deposito, tabungan, setoran jaminan dalam mata uang rupiah dan valuta
asing yang diblokir disertai dengan surat kuasa pencairan. Untuk agunan ini
setinggi-tingginya sebesar 100% yang dapat digunakan sebagai pengurang
b. SBI dan Surat Utang Pemerintah. Untuk nilai agunan ini setinggitingginya 100%
yang dapat digunakan sebagai pengurang
c. Surat berharga yang aktif diperdagangkan di pasar modal. Untuk agunan surat
berharga yang dapat digunan setinggi-tingginya 50%. Surat berharga dinilai
dengan menggunakan nilai pasar yang tercatat di Bursa Efek
d. Tanah, gedung, rumah tinggal, pesawat udara, kapal laut. Untuk agunan ini untuk
penilaian yang dilakukan belum melampaui 6 bulan sebesar 70%, antara 6 bulan
sampai dengan 18 bulan sebesar 50%, untuk 18 bulan sampai dengan 30 bulan
sebesar 30%. Untuk penilaian yang dilakukan setelah 30 bulan sebesar 0%. Tanah
dinilai berdasarkan nilai pasar. Rumah tinggal dinilai berdasarkan nilai pasar dan
kalkulasi biaya. Sedangkan gedung, pesawat udara dan kapal laut dinilai
berdasarkan nilai pasar, kalkulasi biaya dan kapitalisasi pendapatan.

Penilaian-penilaian agunan tersebut dilakukan oleh penilai independent (jasa


penilai). Dalam penilaian dikenal beberapa terminology yaitu:

a. Nilai pasar adalah jumlah ang yang diperkirakan dapat diperoleh dari transaksi
jual beli atau hasil penukaran suatu asset pada tanggal penilaian setelah dikurangi
biaya-biaya transaksi, pihak penjual dan pembeli sebelumnya tidak mempunyai
ikatan, memiliki pengetahuan tentang asset yang diperdagangkan dan melakukan
transaksi tidak dalam keadaan terpaksa.
b. Kalkulasi biaya (cost approach) adalah perkiraan biaya yang dibutuhkan untuk
memproduksi aktiva yang baru setelah dikurangi dengan penyusutan akibat
kerusakan fisik dan penurunan nilai ekonomis.
c. Kapitalisasi pendapatan (income approach) adalah nilai tunai penerimaan kas
masa depan (present value) dari pendapatan yang diperkirakan akan diterima
dalam jangka waktu 5 – 10 tahun.
8.2 Aktifa Sewa Guna Usaha
A. Pengertian
Pengertian sewa guna usaha menurut Keputusan Menteri Keuangan No.
1169/KMK.01/1991 tanggal 21 Nopember 1991 tentang Kegiatan Sewa Guna Usaha:
Sewa guna usaha adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang
modal baik secara guna usaha dengan hak opsi (finance lease) maupun sewa guna
usaha tanpa hak opsi (operating lease), untuk digunakan oleh lessee selama jangka
waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala.
Dalam setiap transaksi leasing di dalamnya selalu melibatkan 3 pihak utama, yaitu:
a. Lessor adalah perusahaan sewa guna usaha atau di dalam hal ini pihak yang
memiliki hak kepemilikan atas barang
b. Lessee adalah peruahaan atau pihak pemakai barang yang bisa memiliki hak opsi
pada akhir perjanjian
c. Supplier adalah pihak penjual barang yang disewagunausahakan.
B. Pihak-Pihak Yang Terlibat Dalam Leasing
Lessor adalah perusahaan leasing atau pihak yang memberikan jasa pembiayaan
kepada pihak lessee dalam bentuk barang modal. Lessor dalam financial lease
bertujuan untuk mendapatkan kembali biaya yang telah dikeluarkan untuk membiayai
penyediaan barang modal dengan mendapatkan keuntungan. Sedangkan dalam
operating lease, lessor bertujuan mendapatkan keuntungan dari penyediaan barang
serta pemberian jasa-jasa yang berkenaan dengan pemeliharaan serta pengoperasian
barang modal tersebut.
Lessee adalah perusahaan atau pihak yang memperoleh pembiayaan dalam bentuk
barang modal dari lessor. Lessee dalam financial lease bertujuan mendapatkan
pembiayaan berupa barang atau peralatan dengan cara pembayaran angsuran atau
secara berkala. Pada akhir kontrak, lessee memiliki hak opsi atas barang tersebut.
Maksudnya, pihak lessee memiliki hak untuk membeli barang yang di-lease dengan
harga berdasarkan nilai sisa. Dalam operating lease, lessee dapat memenuhi
kebutuhan peralatannya di samping tenaga operator dan perawatan alat tersebut tanpa
risiko bagi lessee terhadap kerusakan.
Supplier adalah perusahaan atau pihak yang mengadakan atau menyediakan barang
untuk dijual kepada lessee dengan pembayaran secara tunai oleh lessor. Dalam
mekanisme financial lease, supplier langsung menyerahkan barang kepada lessee
tanpa melalui pihak lessor sebagai pihak yang memberikan pembiayaan. Sebaliknya,
dalam operating lease, supplier menjual barangnya langsung kepada lessor dengan
pembayaran sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak, yaitu secara tunai atau
berkala.
Bank. Dalam suatu perjanjian atau kontrak leasing, pihak bank atau kreditor tidak
terlibat secara langsung dalam kontrak tersebut, namun pihak bank memegang
peranan dalam hal penyediaan dana kepada lessor, terutama dalam mekanisme
leverage lease di mana sumber dana pembiayaan lessor diperoleh melalui kredit bank.
Pihak supplier dalam hal ini tidak tertutup kemungkinan menerima kredit dari bank,
untuk memperoleh barang-barang yang nantinya akan dijual sebagai objek leasing
kepada lessee atau lessor.
C. Penggolongan Perusahaan Leasing
1. Independent Leasing Company
Perusahaan leasing jenis ini mewakili sebagian besar dari industri leasing.
Perusahaan tipe ini berdiri sendiri atau independent dari supplier yang mungkin
dapat sekaligus sebagai pihak produsen barang dan dalam memenuhi kebutuhan
barang modal nasabahnya (lessee). Perusahaan dapat membelinya dari berbagai
supplier atau produsen kemudian di-lease kepada pemakai.
2. Captive Lessor
Captive lessor akan tercipta apabila supplier atau produsen mendirikan perusahaan
leasing sendiri untuk membiayai produk-produknya. Hal ini dapat terjadi apabila
pihak supplier berpendapat bahwa dengan menyediakan pembiayaan leasing
sendiri akan dapat meningkatkan kemampuan penjualan melebihi tingkat penjualan
dengan menggunakan pembiayaan trasdisional. Captive lessor ini sering pula
disebut dengan twoparty lessor. Pihak pertama terdiri atas perusahaan induk dan
anak perusahaan leasing (subsidiary) dan pihak kedua adalah lessee atau pemakai
barang.
3. Lease Broker atau Packager
Bentuk akhir dari perusahaan leasing adalah leasebroker atau packager. Broker
leasing berfungsi mempertemukan calon lessee denngan pihak lessor yang
membutuhkan suatu barang modal dengan cara leasing. Broker leasing beasanya
tidak memiliki barang atau peralatan untuk menangani transaksi leasing untuk atas
namanya. Disamping itu perusahaan broker leasing memberikan satu atau lebih
jasa-jasa dalam usaha leasing tergantung apa yang dibutuhkan dalam suatu
transaksi leasing.
D. PROSES DAN MEKANISME TRANSAKSI LEASING
Leasing pada prinsipnya merupakan industri multidisiplin yang meliputi antara lain
bidang perpajakan, keuangan dan konsep akuntansi. Dari defenisi leasing yang telah
dibahas pada awal bab ini dapat disimpulkan bahwa leasing mengandung arti suatu
perjanjian antara pemilik barang (lessor) dengan pemakai barang (lessee). Mekanisme
leasing tersebut merupakan dasar-dasar dalam suatu transaksi leasing (basic lease).
E. TEKNIK-TEKNIK PEMBIAYAAN LEASING
1. Finance Lease
Teknik pembiayaan menurut finance lease ini, perusahaan leasing sebagai lessor
adalah pihak yang membiayai penyediaan barang modal. Penyewa guna usaha
(lessee) biasanya memilih barang modal yang dibutuhkan dan atas nama
perusahaan leasing, sebagai pemilik barang modal tersebut, melakukan pemesanan,
pemeriksaan serta pemeliharaan barang modal yang menjadi objek transaksi
leasing. Selama masa leasing, lessee melakukan pembayaran nilai sisa (residual
value). Kalau ada, akan mencakup pengembalian harga perolehan barang modal
yang dibiayai serta bunganya, yang merupakan pendapatan perusahaan leasing.
2. Operating Lease
Dalam leasing bentuk ini, lessor sengaja membeli barang modal dan selanjutnya di-
lease-kan. Berbeda dengan finance lease, dalam operating lease jumlah seluruh
pembayaran berkala tidak mencakup jumlah biaya yang dikeluarkan untuk
memperoleh barang modal tersebut berikut dengan bunganya.
F. KELEBIHAN LEASING SEBAGAI SUMBER PEMBIAYAAN
Leasing sebagai alternatif sumber pembiayaan memiliki beberapa kelebihan
dibandingkan dengan sumber-sumber pembiayaan lainnya antara lain sebagai berikut:

1. Pembiayaan Penuh
2. Lebih Fleksibel

3. Sumber Pembiayaan Alternatif

4. Off Balance Sheet

5. Arus Dana

6. Proteksi Inflasi

7. Perlindungan Akibat Kemajuan Teknologi

8. Sumber Pelunasan Kewajiban

9. Kapitalisasi Biaya

10. Risiko Keusangan

11. Kemudahan Penyusutan Anggaran

12. Pembiayaan Proyek Skala Besar

13. Meningkatkan Debt Capacity

G. Aktiva Tetap

1. Pengertian Aktiva Tetap

Aktiva tetap adalah aktiva beruwjud yang digunakan dalam operasi perusahaan dan
tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan. (Haryono Jusup,
2005; 153). Aktiva tetap adalah aktiva berujud yan berumur lebih dari satu tahun yang
dimiliki oleh perusahaan dengan tujuan untuk dipakai dalam perusahaan bukan untuk dijual
kembali (Wit & Erhans, 2000; 82). Aset tetap adalah aset berwujud yang (Slamet Sugiri,
2009; 137) :

a. dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penydiaan barang atau jasa,
untuk direntalkan pada pihak lain, atau untuk tujuan administratif
b. diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode

2. Klasifikasi Aktiva Tetap

Aktiuva tetap biasanya digolongkan menjadi 4 kelompok yaitu (Haryono Jusup, 2005;
155):
a. Tanah : seperti tanah yang digunakan sebagai tempat berdirinya gedung perusahaan

b. Perbaikan tanah : seperti jalan-jalan diseputar lokasi perusahaan, tempat parker, pagar dan
saluran air bawah tanah

c. Gedung : seperti gedung yang digunakan untuk kantor, toko, pabrik dan gudang

d. Peralatan : seperti peralatan kantor, mesin pabrik, peralatan pabrik, kendaraan dan mebel

3. Penentuan Harga Perolehan Aktiva Tetap

Prinsip Akuntansi => Aktiva Tetap harus dicatat sesuai dengan Harga Perolehannya.
Harga perolehan meliputi semua pengeluaran yang diperlukan untuk mendapatkan aktiva
tetap dan pengeluaran-pengeluaran lain agar aktiva siap untuk digunakan (Haryono Jusup,
2005; 155) Harga perolehan adalah harga beli ditambah seluruh biaya yang dikeluarkan untuk
memperolehnya dan menyiapkan aktiva tetap tersebut sampai siap digunakan (Wit & Erhans,
2000; 82).

Terdapat berbagai cara dalam memperoleh aktiva tetap, yang akan mempengaruhi
penentuan harga perolehan. Berbagai cara tersebut antara lain : pembelian secara tunai;
pembelian kredit; pembelian dengan wesel bunga; pembelian gabungan (dalam satu paket);
membangun sendiri aktiva dan adanya sumbangan dari pihak lain.

a. Pembelian Tunai

Dalam pembelian secara tunai, harga perolehan adalah harga belibersih setelah
dikurangi potongan tunai ditambah dengan pengeluaran-pengeluaran.

b. Pembelian dengan Kredit

Pembelian secara kredit jangka panjang pada umumnya melibatkan bunga. Bunga
dapat ditetapkan secara eksplisit dan secara implisit. Bunga eksplisit dalam pembelian kredit
adalah bunga yang ditetapkan secara jelas/terus terang Bunga implisit : bunga yang
ditetapkan tidak secara terus terang sehingga harus mencari terlebih dahulu bunganya. Baik
secara eksplisit maupun secara implisit bunga tidak boleh dimasukkan dalam menghitung
harga perolehan karena bunga bukan merupakan pengorbanan untuk memperoleh aktiva
tetap, tetapi pengorbanan untuk menggunakan dana pihak lain.

c. Pembelian dengan Menggunakan Wesel Berbunga


Dalam pembelian aktiva dengan jumlah rupiah yang besar, kadangkadang perusahaan
membayarnya dengan wesel erbunga. Biasanya pembeli diwajibkan membayar uang muka
dan sisanya dibayar dengan wesel berbunga dimana bunga wesel dibayar pada saat jatuh
tempo wesel tersebut. Harga perolehan aktiva dihitung dengan jumlah uang muka ditambah
nilai nominal wesel. Sedangkan biaya bunga merupakan biaya pendanaan (financing cost)
yang dicatat dengan mendebet rekening biaya bunga.

d. Pembelian dalam satu paket (gabungan)

Pembelian dalam satu paket (gabungan) sering disebut sebagai pembelian secara
lump-sum. Harga paket (borongan)didasarkan pada harga perolehan masing-masing aktiva
tetap yang ditentukan dengan harga pasar .

e. Membangun sendiri

Perusahaan terkadang membangun sendiri aktiva tetapnya. Misalkan perusahaan


membangun sendiri kantornya, garasi ataupun gudangnya. Harga perolehan aktiva yag
dibangun sendiri oleh perusahaan terdiri dari harga material atau bahan bangunan yang
dipakai, upah tenaga kerja, dan biaya lain-lain meliputi listrikdan depresiasi aktiva tetap
perusahaan yang digunakan untuk membangun. Dimunkinkan pula adanya biaya bunga jika
perusahaan dala membangun meminjam dari pihak luar sehingga biaya bunga dimasukkan
dalam unsur harga perolehan tetapi hanya biaya bunga selama masa konstruksi saja. Jika
setelah masa konstruksi belum lunas maka biaya bunga dibebankan sebagai biaya periodik
dalam kelompok biaya diluar usaha dalam laporan laba rugi. Jika harga perolehan aktiva
dengan membangun sendiri lebih kecil dari (lebih rendah) dari harga aktiva sejenis,
perusahaan tidak diperkenankan mengakui adanya keuntungan akibat membangun sendiri.

f. Sumbangan

Aktiva tetap dapat diperoleh dari sumbangan, misalnya sumbangan dari pemerintah
atau lembaga lain. Meski untuk memperoleh sumbangan tidak ada pengorbanan yang
dikeluarkan, akuntansi tetep mencatatnya karena akuntansi merupakan alat
pertanggugjawaban. Aktiva tetap dari sumbangan didebit dan akun lawannya adalah modal
sumbangan. Nilainya adalah sebesar nilai wajar pada saat sumbangan itu diterima.
BAB VIII

Jasa Pengiriman Uang , Inkaso dan Kartu Plastik

2.1. Definisi Jasa pengiriman uang.

Pengiriman uang merupakan perpindahan dana antar rekening dari suatu bank ke
bank lain (cabang bank sendiri/bank lain) baik untuk kepentingan perseorangan, badan
hukum atau badan usaha tidak berbadan hukum atau untuk kepentingan bank itu sendiri.

Kegiatan transfer akan memberikan manfaat bagi bank yaitu adanya pendapatan dana
terutama transfer yang dilaksanakan tidak pada hari yang sama, memberikan pendapatan jasa
transfer dan bisa digunakan sebagai sarana promosi. Yang terakhir ini umumnya diberikan
kepada nasabah berupa pembebasan biaya transfer, sedangakan non nasabah akan ditentukan
berdasarkan nilai transfernya.

1. Pihak-pihak yang Terlibat Dalam Kegiatan Transfer Pihak yang


terlibat dalam transaksi transfer adalah :
 Nasabah, yaitu sebagai pihak pemilik dana (pengirim) atau penerima dana yang akan
memindahkan dananya/ menerima sejumlah dana dari pihak pengirim melalui jasa
pengiriman uang.
 Bank Penarik (Drawer Bank), yaotu bank pelaku transfer atau bank yang menerima
dana dan amanat dari nasabah untuk ditransfer kepada drawee atau bank tertarik yang
kemudian diserakhakn kepada penerima dana (beneficiary).
 Bank Tertarik (Drawee Bank), yaitu bank yang menerima transfer masuk dari
drawer bank untuk diteruskan/ dibayarkan kepada penerima dana (beneficiary).
 Beneficiary adalah pihak akhir yang berhak menerima dana transfer dari drawee
bank.

2. Jenis Transfer
 Transfer keluar (outgoing transfer) yaitu pengiriman uang atas perintah nasabah
untuk keuntungan pihak lain pada bank lain atau cabang bank sendiri.
 Transfer masuk (incoming transfer) yaitu pengiriman uang yang diterima dari
cabang lain bank sendiri atau dari bank lain untuk keuntungan nasabah sendiri atau
penerima dana pada bank sendiri.
3. Kegiatan Pengiriman uang dan Prinsip Mengenal Nasabah (Know
Your Customer/KYC) Kegiatan transfer dana harus dikendalikan
sedini mungkin minimal melalui penerapan prinsip mengenai nasabah
agar tidak disalahgunakan untuk kepentingan pencucian uang atau
melalui monitoring uang yang dikirim atau diterima dan perlunya
mekanisme penyelesaian permasalahan mengenai uang kiriman yang
terlambat atau tidak sampai. Prinsip mengenal nasabah adalah prinsip
yang diterapkan oleh penyelenggara untuk mengetahui antara lain
identitas pengirim dan penerima, memantau kegiatan usaha pengiriman
uang, dan melaporkan transaksi yang mencurigakan sebagaimana
diatur dalam peraturan mengenai tindak pidana pencucuian uang.
 Contoh Tata Cara Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah
a. Pengenalan terhadap nasabah mencakup hal-hal sebagai berikut :
• Penelitian identitas nasabah
- Perorangan : meminta nasabah untuk memperlihatkan identitas
seperti Kartu Tanda Penduduk (KTP), Surat Izin Mengemudi (SIM) atau
Paspor dan meneliti bahwa nasabah telah sesuai dengan identitas yang
ditunjukan nasabah.
- Perusahaan : meminta nasabah untuk memperliatkan identitas seperti
Surat Izin Usaha atau NPWP.
Jika dalam hal nasabah tidak dapat menunjukan bukti identitas atau identitas
nasabah tidak sesuai maka transaksi dengan nasabah tersebut tidak boleh di
lakukan.

• Pencatatan transaksi
- Perorangan : nama, alamat, tempat dan tanggal lahir, pekerjaan,
kewarganegaraan, nomor bukti identitas, nilai transaksi dan tanggal transaksi
nasabah.
- Perusahaan : nama, alamat, bidang usaha, nomor izin usaha, NPWP,
nilai transaksi dan tanggal transaksi nasabah.
• Penyimpanan dokumen transaksi Data dan dokumen mengenai transaksi
harus ditatausahakan oleh penyelenggara sesuai dengan ketentuan yang
mengatur mengenai dokumen perusahaan.
b. Contoh transaksi keuangan mencurigakan
• Pengiriman uang tanpa disertai identitas penerima dan pengirim yang
jelas.
• Pengiriman uang tidak sesuai atau menyimpang dari profile, karakteristik
atau kebiasaan pola transaksi dari nasabah yang bersangkutan.
• Uang yang dikirim diduga berasal dari hasil tindak pidana.

4. Akuntansi Transfer Keluar


Transfer keluar akan dilakukan setelah seluruh setoran efektif.
Setoran transfer dapat berupa setoran tunai, perdebetan rekening
koran/giro, pencairan tabungan, deposito, warkat lain yang disetujui.
Setoran yang berupa warkat akan ditagihkan/ diinkasokan/ dikliringkan
terlebih dahulu. Bila seluruh dana efektif, maka transfer dilakukan.
Transfer keluar dinyatakan efektif akan dicatat sebesar nilai nominal
yang diamanatkan nasabah. Kegiatan transfer keluar akan
mendatangkan pendapatan berupa komisi transfer.
5. Akuntansi Transfer Masuk
Transfer masuk adalah pengiriman uang yang diterima dari cabang lain
bank sendiri atau dari bank lain untuk keuntungan nasabah sendiri atau
penerima dana pada bank sendiri. Dalam menerima transfer masuk
bank akan membukukan sejumlah bersih (jumlah kiriman setelah
dikurangi komisi transfer bagi bank pelaksana) yang menjadi hak
beneficiary. Namun tidak semua bank membebani komisi transfer
masuk.
Transfer masuk dapat diterima dari cabang pemrakarsa bank sendiri
untuk keuntungan nasabah sendiri atau merupakan penerusan terhadap
nasabah bank lain pada kota yang sama. Untuk penerusan umumnya
bank penerus akan memungut komisi transfer masuk.

2.2. Definisi Inkanso

Inkaso adalah penagihan cek/bilyet giro oleh suatu bank yang berada disuatu wilayah kliring
atau kota tertentu kepada bank penerbit yang berada di wilayah kliring atau kota yang
berbeda. Inkaso hanya dilakukan untuk penagihan antar bank/antar cabang bank sendiri yang
berada di luar wilayah kliring atau di kota yang berbeda.
Dalam kaitannya dengan inkaso, dikenal adanya bank pemrakarsa (bank yang menerima
warkat dari pihak ketiga untuk ditagihkan dan hasilnya untuk keuntungan pihak ketiga) dan
bank pelaksana (bank yang melaksanakan penagihan kepada pihak ketiga atas amanat dari
cabang/ bank pemrakarsa dan hasilnya untuk keuntungan pihak ketiga nasabah bank
pemrakarsa). Kegiatan inkaso menggunakan media berupa warkat yang diinkasokan
(cek/BG), teleks, pos biasa atau faximile. Dimana ini akan menimbulkan biaya dan biaya ini
akan dibebankan kepada pihak ketiga yang memberikan amanat inkaso. Komisi hanya
dibebankan kepada pihak pemberi amanat di cabang pemrakarsa.

1. Jenis Inkaso
 Dilihat dari jenisnya inkaso dapat dibedakan menjadi :
- Inkaso dengan warkat tanpa lampiran, merupakan warkat inkaso yang
digunakan untuk melakukan inkaso tanpa dilampiri dokumen apapun. Contoh:
cek, bilyet giro, atau surat berharga lainnya.
- Inkaso dengan warkat berlampiran, inkasonya harus dilampiri dokumen-
dokumen pendukung. Contoh: kuitansi, faktur, polis asuransi atau surat-surat lain
yang disetujui bank.
 Dilihat dari lalu lintas dananya inkado dibedakan menjadi :
- Inkaso keluar, yaitu inkaso atas intruksi nasabah untuk melakukan penagihan
kepada pihak ketiga di cabang sendiri atau bank lain di luar kota. Inkaso ini
dibayarkan ke rekening si pemberi amanat di bank pemrakarsa setelah inkaso
berhasil.
- Inkaso masuk, yaitu taghan masuk atas beban rekening nasabah sendiri dan
hsailnya dikirimkan ke cabang pemrakarsa untuk keuntungan pihak ketiga.

 Dilihat dari mekanisme pelaksanaannya inkaso dibedakan menjadi :


- Inkaso melalu bank lain, yaitu inkaso yang dilaksanakan terhadap pihak
ketiga nasabah bank lain di luar kota. Inkaso bisa dilakukan melalui cabang bank
sendiri, bila tidak memilikinkantor cabang di wilayah kliring yang dituju, maka
bank biasanya menggunakan bank koresponden yang mempunyai kantor di
wilayah kliring yang dituju.
- Inkaso melaui cabang bank sendiri, yaitu inkaso yang dilakukan melalui
cabang bank sendiri untuk pihak ketiga di luar kota pada kantor cabang bank
sendiri.
2. Akuntansi Inkaso Keluar

Inkaso merupakan kegiatan bank yang mengandung ketidakpastian. Bank melakukan inkaso,
tetapi tidak setiap inkaso akan memberikan hasil. Untuk mengukur keberhasilan inkaso
diperlukan waktu untuk konfirmasi. Selama selang waktu menerima amanat untuk menagih
hingga tagihan berhasil atau tidak, transaksi ini harus dibukukan dalam rekening
administratif. Mengingat bank pemrakarsa akan membayar kepada bank pemberi amanat
kalau inkaso berhasil, maka transaksi ini sebenarnya transaksi bersyarat.

Persoalan yang muncul adalah mengenai komisi inkaso dan ongkos transfer. Bila berhasil
bank akan memotong rekening nasabah yang bersangkutan untuk ongkos transfer dan komisi
transfer. Bila inkaso tidak berhasil umumnya bank hanya meminta ongkos transfer saja.

Hasil inkaso bisa langsung dkreditkan ke rekening giro atau tabungan si pemberi amanat di
bank pemrakarsa. Bila hasil inkaso untuk diberikan kepada bukan nasabah, maka bank harus
mencatat terlebih dahulu pada rekening administratif warkat inkaos yang akan dibayar.

1. Akuntansi Inkaso Masuk Dari Cabang Bank Sendiri

Untuk inkaso masuk yang berasal dari cabang bank sendiri, maka tugas bank pelaksana
adalah membebankan ke rekening pihak tertagih.

1. Transaksi Inkaso Antar Bank Via Kantor Cabang Bank Sendiri

Transaksi inkaso antar bank dapat diselesaikan melalui kantor cabang bank sendiri yang
terdekat (ada di wilayah kliring bank yang dituju). Dengan dmeikian bank pemrakarsa yang
melakukan inkaso anya akan berhubungan rekening dengan kantor cabangnya. Sedangkan
kantor cabang sendiri akan berhubungan dengan bank lain di wilayah kliring yang berbeda
yang telah menerbitkan cek atau bilyet giro. Pencatatan transaksi ini terjadi di bank
pemrakarsa, bank pelaksana cabang bank sendiri dan bank lain tertagih.

2.3.Definisi Kartu Plastik.

 Pengertian kartu plastik Instrumen pembayaran atau kartu yang


diterbitkan oleh bank atau lembagapembiayaan yang lain
yanghdapatdigunakan untuk alatpembayaran atas transaksi barangatau jasa,
dandapatdigunakan untuk penarikan tunai, Sebagai alat pembayaran,kartu ini
sangat fleksibel dan praktis.

 sejarah dan perkembangan kartu plastik di dunia Mungkin sekitar


tahun 1900-an,beberapa perusahaan seperti SPBU dan supermarket di
Amerika serikat sudahmemperkenalkan praktik kredit seperti lewat kartu
belanja yang biasa digunakan olehpara pelanggan mereka. Kartu ini
sengaja diterbitkan oleh perusahaan dan hanyaberfungsi terbatas kartu
anggota saja. Dengan harapan konsumen menjadi lebih loyal,manajemen
perusahaan permainan kata-kata lebih rapih untuk merawat semua data
konsumen yangnanti akan dijadikan sebagai data pemasaran. Mulai di
tahun 1946 awal lahirsistem pembayaran kredit yang dipelopori oleh
institusi perbankan diAmerika Serikat.BankirbernamaJohnBigginsdari
FlatbushNasionalMelarangdari Brooklynmelahirkansistemini dengan nabu
"Mengenakan biaya Dia". Sistem ini dibuat untuk kemudahan klien bank
tersebut.

 Jenis-jenis kartu plastik

a. Berdasarkan fungsinya.

1. Kartu Kredit (Credit Card) yaitu kartu yang dapat digunakan sebagai alat
pembayarantransaksi jualbeli barang dan jasa, kemudian pelunasan atas
penggunaannya dapatdilakukan sekaligus atau secara angsuran sejumlah
minimum tertentu.
2. Charge Card yaitu kartu yang dapat digunakan sebagai alat
pembayaran suatutransaksi barang dan jasa, kemudian pemegang kartu
diwajibkan membayar kembalisecara penuh tagihannya pada akhir bulan atau
bulan berikutnya dengan atau tanpabeban tambahan.
3. Kartu Debet yaitu kartu yang dapat digunakan sebagai perintah bayar atau
pendebetanterhadap rekening pemegang.
4. Cash Card (kartu ATM) yaitu kartu yang dapat digunakan untuk
penarikan tunai baikdi countercounter bank maupun pada anjungan ATM.
5. Check Guarantee Card yaitukart yang dapat digunakan sebagai jaminan
dalam penarikan cek oleh pemegang kartutersebut.

b. Berdasarkan Wilayah Berlakunya :


1. Kartu Plastik Lokal yaitu kartu plastik yang berlaku pada
wilayah tertentumisalnya seluruh Indonesia. Contoh: Kartu ATM
Bank Muamalat Indonesia.
2. Kartu Plastik Internasional yaitu kartu plastik yang
berlaku dan dapatdigunakan di seluruh dunia. Contoh: Visa,
American Express, carte balanc,Master Card, Dinner Club.
BAB IX

Bank Garansi dan SKBDN

2.1. Defini Bank Garansi.

Bank garansi merupakan semua garansi yang diterima atau diberikan oleh satu bank untuk
pihak tertentu baik perorangan atau badan usaha yang dinyatakan oleh bank akan dipenuhi
kewajibannya dari pihak yang dijamin tersebut kepada pihak lainnya selaku penerima
jaminan apabila pada waktu tertentu telah ditetapkan pihak dijamin tidak dapat memenuhi
kewajibannya/pembayarannya (cidera janji).

Bank menerbitkan bank garansi setelah ada transaksi sebelumnya, dalam arti untuk
menerbitkan bank garansi harus ada kegiatan pokok yang dijamin melalui bank garansi.
Kegiatan pokok tersebut misalnya adanya suatu pemenangan tender proyek tertentu, adanya
transaksi yang menimbulkan kewajiban membayar pada waktu tertentu dikemudian hari.
Kegiatan pokok tersebut memerlukan waktu dan setelah kurun waktu tersebut pihak tertentu
harus memenuhi kewajibannya. Untuk menjamin pemenuhan kewajiban dikemudian hari
maka diperlukan jaminan bank yaitu bank garansi. Bank garansi dapat dikatakan sebagai
perjanjian ikutan (accesoir).

 Jenis Jenis Bank Garansi.


a. Berdasarkan bentuknya dapat dibedakan menjadi:

1. Penerimaan atau penerbitan jaminan dalam bentuk bank garansi baik dalam rangka
pemberian kredit, risk sharing dan standby loan maupun dalam rangka pelaksanaan proyek.

2. Akseptasi atau endosemen surat berharga yaitu pemberian jaminan atau garansi bentuk
penandatanganan kedua atau seterusnya atas wesel dan promes (aksep).

b. Berdasarkan kegunaannya, bank garansi dapat digunakan dalam rangka:

1. Tender, yaitu bank garansi yang diberikan oleh bank untuk para kontraktor maupun
levelansir.

2. Perdagangan, yaitu bnak garansi yang diberikan keada pihak pabrikan untuk kepentingan
agen atau levelansir produk-produk pabrik tersebut

3. Penangguhan bea masuk, yaitu bank garansi yang diterbitkan untuk menjamin kepada
dinas bea dan cukai untuk pembayaran bea masuk barang impor.
4. Cukai rokok, yaitu bank garansi yang diberikan dalam rangka menjamin atas pembayaran
cukai rokok yang ditangguhkan, sementara rokok tersebut sudah beredar/dipasarkan.

5. Uang muka kerja, yaitu bank garansi yang diberikan untuk mengambil uang muka
pelaksanaan proyek dalam kontrak-kontrak tertentu.

 PERLAKUAN AKUNTANSI BANK GARANSI

Bank garansi yang diterima mapun yang diterbitkan bank sendiri dicatat sebesar jumlah atau
nilai bank garansi yang diberikan. Selanjutnya bank garansi yang masih berlaku pada tanggal
laporan bank yang diterima maupun yang diterbitkan oleh bank, disajikan sebesar jumlah
nominal bank garansi yang bersangkutan.

Pada kasus tertentu bank garansi diterbitkan secara sindikasi. Untuk bank garansi seperti ini
disajikan oleh peserta atau bank sebesar pangsa jaminan yang diberikan bank bersangkutan.
Transaksi bank garansi merupakan transaksi bersyarat atau kontijensi yaitu terjadi atau tidak
terjadinya wan prestasi/klaim tergantung dikemudian hari. Bank akan memenuhi kewajiban
kepada pemegang bank garansi kalau nasabah ingkar janji atau wan prestasi.

Sebagai transaksi bersyarat, maka saat pembukaan atau penerbitan bank garansi dicatat dalam
rekening administratif kelompok kontijensi kewajiban dengan posisi di sisi kredit dengan
ayat jurnal tunggal sebesar nilai kewajiban bank disamping pencatatan pada rekening efektif
untuk setoran jaminan bank garansi. Jasa penerbitan bank garansi akan memberikan
pendapatan bagi bank penerbit. Pendapatan yang berasal dari transaksi ini berupa komisi
penerbitan bank garansi. Komisi ini diterima di muka saat penerbitan. Pendapatann tersebut
harus dilaporkan setiap periode selama masa berlakunya bank garansi. Dengan demikian
secara akrual pendapatan tersebut harus diamortisasi setiap periode pelaporan akuntansi.

2.2. Definisi Surat Kredit Berdokumen Dalam Negeri ( SKBDN).

 Pengertian SKBDN

Surat kredit berdokumen atau L/C adalah jasa bank yang diberikan kepada masyarakat untuk
memperlancar pelayanan arus barang, baik arus barang dalam negri (antar pulau) atau arus
barang keluar negri (exspor-impor).
Surat Kredit Berdokumen Dalam Negeri (SKBDN) atau sering disebut LC local, adalah
instrument yang dikeluarkan oleh bank (Issuing Bank), atas permintaan Applicant
(buyer/pembeli) yang berisi janji bank untuk membayar sejumlah uang kepada penerima atau
Beneficiary (atau penjual/seller) apabila Issuing Bank menerima dokumen yang sesuai
dengan syarat SKBDN. SKBDN dipergunakan untuk mendukung transaksi perdagangan di
dalam negeri. Bank besar di Indonesia seperti Bank Mandiri, dapat melayani kebutuhan baik
dari sisi Pembeli (Buyer) maupun Penjual (Seller).

Surat Kredit Berdokumen Dalam Negri (SKBDN) atau lazim dikenal sebagai “Letter of
Credit” (L/C) Dalam Negeri adalah setiap janji tertulis berdasarkan permintaan tertulis
pemohon yang mengikat Bank Pembuka Untuk :

Melakukan pembayaran kepada penerima atau ordernya,atau mengaksep dan membayar


wesel yang ditarik oleh penerima, atau

Memberi kuasa kepada Bank lain untuk melakukan pembayaran kepada penerima,mengaksep
dan membayar wesel-wesel yang ditarik oleh penerima, atau

Memberi kuasa kepada Bank lain untuk menegoisasi wesel yang ditarik oleh penerima,atas
penyerahan dokumen,sepanjang persyaratan dalam SKBDN dipenuhi.

 Tujuan penerbitan SKBDN

Maksud dari bank menerbitkan L/C dalam negeri dalah untuk :

 Memberikan jaminan secara tertulis yang berlandaskan hokum


 Melakukan pembayaran kepada pihak penjual barang
 Mengaksep atau menegoisasi wesel-wesel yang ditarik oleh si penjual
 Memberikan kuasa kepada bank lain melakukan pembayaran,mengaksep,atau
menegoisasi wesel-wesel.

 Manfaat SKBDN

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dengan adanya penerbitan SKBDN yaitu :
 Sebagai sarana untuk memperlancar transaksi perdagangan dalam negri.
 Penerima jaminan tidak akan menderita kerugian bila pihak yang dijamin
melalaikan kewajiban karena perima jaminan akan mendapat ganti
rugi(Pembayaran)dari bank.
 Memperlancar arus pengadaan barang-barang di dalam negeri dari satu tempat
ke tampat lainnya baik antar pulau,antar kota,atau antar pihak-pihak dalam
satu kota.
 Pengiriman Barang Lebih Terjamin
 Sebagai Alternatif fasilitas pembiayaan
 Bank melayani anda atau pengusaha yang berorientasi ekspor dalam
meberikan fasilitas SKBDN baik untuk penerbitan maupun penerimaan
SKDBN.

 Bentuk dan sifat SKBDN

 SKBDN dapat diterbitkan dalam rupiah atau valuta asing yang ada dalam
daftar kurs bank indonesia.
 SKBDN hanya dapat diterbitkan dengan kondisi tidak dapat diubah dan
atau ditarik kembali atau dibatalkan tanpa persetujuan dari bank pembuka,
bank perkonfirmasi dan penerima .
 Jangka waktu DKBDN ditetapkan sesuai kesepakatan antara pemohon,
dan bank pembuka.
 Jangka waktu penundaan pembayaran SKBDN ditetapkan sesuai
kesepakatan pemohon dan bank pembuka.

 Para pelaku SKBDN

Pihak-pihak yang terlibat dalam perdagangan dalam negeri adalah:

 Pembeli barang ( pembuka L/C dalam negeri ), orang atau badan hukum yang
memohon untuk membuka SKBDN pada bank
 Bank penerbit L/C dalam negeri (issuing bank), bank yang menerbitakan
SKBDN kepada pembeli atau pembuka L/C dalam negeri
 Bank pembayar (negotiating bank), bank yang melakukan pembayaran kepada
penerima atas penyerahan dokumen yang telah disyaratkan dalam SKBDN
 Penjual barang (beneficiery), orang atau badan hukum yang disebut dalam
wesel, SKBDN atau surat perjanjian lainnya yang terkait derngan SKBDN
tersebut sebagai pihak yang berhak menerima pembayaran
 Perusahaan pengangkutan (ekspedisi)
BAB X

Akuntansi Jasa lainnya dan Akuntansi Komitmen dan Kontijensi Bank

2.1. Akuntansi Jasa Lainnya.

Jasa bank adalah semua aktivitas bank, baik yang secara langsung maupun tidak langsung
yang berkaitan dengan tugas dan fungsi bank sebagai lembaga intermediasi, yaitu lembaga
yang memperlancar terjadinya transaksi perdagangan, sebagai lembaga yang memperlancar
peredaran uang serta sebagi lembaga yang memberikan jaminan kepada nasabahnya.
Yang termasuk jasa-jasa perbankan adalah sbb :

1. TRANSFER DALAM NEGERI (Penerimaan Dalam Negri)


Transfer adalah suatu kegiatan jasa bank untuk memindahkan sejumlah dana tertentu sesuai
dengan perintah si pemberi amanat yang ditujukan untuk keuntungan seseorang yang
ditunjuk sebagai penerima transfer.
Dalam arti lain, transfer adalah kiriman uang yang diterima bank termasuk hasil inkaso yang
ditagih melalui bank tersebut yang akan diteruskan kepada bank lain untuk dibayarkan
kepada nasabah (transfer).
Baik transfer uang keluar atau masuk akan mengakibatkan adanya hubungan antar cabang
yang bersifat timbal balik, artinya bila satu cabang mendebet cabang lain mengkredit.

a) Transfer Keluar
Adalah salah satu jenis pengiriman uang yang dapat menyederhanakan lalu lintas
pembayaran adalah dengan pengiriman uang keluar (transfer keluar). Media untuk melakukan
transfer ini adalah secara tertulis (mail transfer) ataupun melalui kawat (wire transfer).
Pengamanan dalam transfer keluar ini adalah kode rahasia dari setiap transfer masuk dan
keluar. Apabila terjadi kesalahan dalam kode rahasia, transfer tersebut harus di tolak.
Keuntungan bagi bank yang melaksanakan transfer keluar adalah sebagai sarana untuk
menciptakan pendapatan dalam bentuk komisi, peningkatan pelayanan pada para nasabah,
peningkatan pangsa pasar bank, dan segi promosi lainnya.
Pengiriman uang dilakukan oleh bank dengan cara memerintahkan cabang lain untuk
membayar sejumlah uang tertentu kepada beneficiary (orang yang berhak menerima transfer)
yang berdomisili di kota tertentu. Dengan demikian terjadi hubungan antar kantor antar
cabang pemberi amanat dan pembayar transfer.
b) Transfer Masuk
Transfer masuk, dimana bank menerima amanat dari salah satu cabang untuk
membayar sejumlah uang kepada seseorang beneficiary. Dalam hal ini bank pembayar
akan membukukan hasil transfer kepada rekening nasabah beneficiary bila ia memiliki
rekening di bank pembayar. Transfer masuk tidak dikenakan lagi komisi karena si
nasabah pemberi amanat telah dibebankan sejumlah komisi pada saat memberikan amanat
transfer.
Dalam hal transfer masuk ditujukan kepada bukan nasabah bank pembayar,hasil transfer
akan ditampung dalam rekening  “Hasil Transfer Yang Dapat Dibayar”.Rekening ini akan
tetap outstanding hingga hasil transfer dibayarkan kepada neneficiery.
Khusus transfer masuk kepada nasabah  yang langsung dimasukkan kedalam rekening
yang bersangkutan, tidak dapat dibatalkan karena etis perbankan tidak dapat mengurangi
atau mendebit rekening seseorang tanpa persetujuan si pemilik rekening bersangkutan.
Pembatalan transfer  masuk hanya dapat dilakukan apabila transfer  dibayarkan yang
lazim dilakukan pada beneficery yang bukan nasabah bank.

2. INKASO DALAM NEGRI


Inkaso adalah pemberian kuasa pada bank oleh nasabah (baik
perusahaan maupun perorangan) untuk melakukan penagihan terhadap surat-surat berharga
(baik yang berdokumen maupun yang tidak berdokumen) yang harus dibayar setelah pihak
yang bersangkutan (pembayar atau tertarik) berada ditempat lain (dalam atau luar negeri)
menyetujui pembayarannya. Dalam arti lain, Inkaso merupakan kegiatan jasa bank untuk
melakukan amanat dari pihak ke tiga berupa penagihan sejumlah uang kepada seseorang atau
badan tertentu di kota lain yang telah ditunjuk oleh si pemberi amanat.

Sebagai imbalan jasa atas jasa tersebut biasanya bank menerapkan sejumlah tarif
atau fee tertentu kapada nasabah atau calon nasabahnya. Tarif tersebut dalam dunia
perbankan disebut dengan biaya inkaso.

Warkat-Warkat Yang Digunakan Dalam Inkaso:


1. Cek
2. Bilyet Giro
3. Wesel
4. Kuitansi
5. Surat Aksep
6. Deviden
7. Kupon

Warkat Inkaso
- Warkat inkaso tanpa lampiran; Yaitu warkat-warkat inkaso yang tidak dilampirkan
dengan dokumen-dokumen apapun seperti cek, bilyet giro, wesel dan surat berharga.

- Warkat inkaso dengan lampiran; Yaitu warkat-warkat inkaso yang dilampirkan dengan
dokumen-dokumen lainnya seperti kuitansi, faktur, polis asuransi dan dokumen-dokumen
penting.

- a. Jenis Inkaso

 Inkaso Keluar

Suatukegiatanuntuk menagih suatu warkat yang telah diterbitkan oleh nasabah bank
lain.Disini bank menerima amanat dari nasabahnya sendiri untuk menagih warkat tersebut
kepada seseorang nasabah bank lain dikota lain.

Pada inkaso keluar, transaksi ini bersifat bersyarat dan oleh sebab itu harus dibukukan
dalam rekening administratif. Artinya, bank akan membayar sejumlah uang kepada si
pemberi amanat. dalam hal ini nasabah, apabila hasil inkaso dinyatakan berhasil. dengan
demikian, rekening administratif akan muncul disebelah kredit.

Dalam kegiatan inkaso keluar, seluruh transaksi sebelum diperoleh kepastian berhasil
tidaknya akan dibukukan dalam rekening administrative sebelah kredit dalam rekening
warkat inkaso yang di terima. Rekening ini  akan tetap outstanding sampai inkaso
dinyatakan berhasil.

 Inkaso Masuk
Merupakan kegiatan yang masuk atas warkat yang telah diterbitkan oleh nasabah sendiri.
Dalam kegiatan inkaso masuk, bank hanya memeriksa kecukupan dari nasabahnya yang telah
menerbitkan warkat kepada pihak ke tiga.

Dalam kegiatan inkaso masuk,bank hanya memeriksa kecukupan dana dari nasabah yang
telah menerbitkan warkat kepada pihak ketiga. Apabila ternyata dananya mencukupi,
maka bank hanya mendebit rekening nasabah bersangkutan dan mengkredit hubungan
antar kantor.

Dalam inkaso masuk, bank tertarik bersifat pasif, berbeda dengan inkaso keluar, dimana
bank pemberi amanat bersifat aktif.

Dalam inkaso masuk tidak akan dibukukan dalam rekening administrative karena sifat
transaksinya sudah jelas, yaitu ada atau tidak adanya dana dari nasabah yang telah
menarik warkat yang bersangkutan.

3. SURAT KREDIT BERDOKUMEN DALAM NEGRI (LETTER of CREDIT)

Surat Kredit Berdokumen (SKBDN) atau biasa disebut Letter of Credit (L/C) merupakan
salah satu jasa yang ditawarkan bank dalam rangka pembelian barang, berupa
penangguhan pembayaran pembelian oleh pembeli sejak L/C dibuka sampai dengan
jangka waktu tertentu sesuai perjanjian. Berdasarkan pengertian tersebut, tipe perjanjian
yang dapat difasilitasi L/C terbatas hanya pada perjanjian jual – beli, sedangkan fasilitas
yang diberikan adalah berupa penangguhan pembayaran.

L/C Dalam Negeri adalah L/C yang diterbitkan dalam valuta rupiah untuk menjamin
kelancaran perdagangan dalam negeri. Tujuan bank menerbitkan L/C adalah untuk
memberi jaminan secara tertulis berlandaskan hukum, untuk melakukan pembayaran
kepada pihak penjual, mengaksep atau menegosiasi wesel-wesel yang ditarik oleh penjual
serta memberi kuasa kepada bank lain melakukan pembayaran, mengaksep atau
menegosiasi wesel-wesel.

(Letter of Credit Dalam Negeri hampir serupa dengan Letter of Credit untuk transaksi
perdagangan luar negeri, hanya valuta dan wilayah pabean yang membedakan)
 Keuntungan Menerbitkan L/C Dalam Negri
Keuntunganyang diperoleh bank dalam menerbitkan L/C Dalam Negri yaitu memperluas
jaringan kepada masyarakat sebagai perantara perdagangan dan juga mendapatkan
tambahan pendapatan berupa komisi dan sumber dana berupa setoran jaminan.

 Pihak-Pihak Yang Terlibat


Pihak-pihak yang terlibat dalam perdagangan dalam negeri yaitu pembuka L/C (pembeli),
Bank penerbit L/C (issuing bank), bank pembayar L/C (negotiating bank), penjual
(beneficiary), perusahaan asuransi, perusahaan pengangkutan.

4. SAFE DEPOSIT BOX


a. Pengertian Safe Deposit Box (SDB)
Safe Deposit Box atau kotak simpan aman adalah fasilitas pengaman barang berharga
dalam bentuk kotak yang disediakan oleh suatu bank untuk kepentingan nasabahnya.
Kotak tersebut hanya dapat dibuka oleh bank dan nasabah secara bersama-sama.

Contoh : perhiasan, surat – surat berharga

Keamanan barang-barang berharga tersebut akan terjamin oleh perbankan karena


untuk membuka setiap kotak penyimpanan diperlukan dua kunci   yaitu :

 Kunci 1 dipegang oleh Bank


 Kunci 2 dipegang oleh penitip barang atau pihak penyewa

Untuk membuka kotak penyimpanan tersebut, tidak semua karyawan Bank dapat
melakukannya akan tetapi hanya orang-orang tertentu saja yang telah ditunjuk oleh
pihak Bank. SDB merupakan transaksi jasa perbankan yang memberikan pendapatan
bagi Bank dimana besar kecilnya pendapatan tergantung pada lamanya sewa.

Biaya penyimpanan SDB terdiri atas:

a. Biaya sewa
b. Setoran jaminan kunci SDB, ini diperlukan karena untuk mengganti bila kunci
kotak penyimpanan tersebut hilang namun bila sampai selesai penyimpanan
barang berharga ternyata kunci tidak hilang maka setoran jaminan kunci akan
dikembalikan kepada yang berhak ( penitip barang ).

b. Manfaat Safe Deposit Box

 Memberikan keamanan dan kenyamanan


 Menyimpan semua barang-barang berharga

Fasilitas Safe Deposito Box

 Dilengkapi dengan teknologi


 Tersedia dalam beberapa ukuran
 Pembayaran sewa Safe Deposito Box langsung 3 tahun
 Diberikan bebas sewa 1 tahun tanpa bayar

c. Persyaratan dan ketentuan Safe Deposit Box

 Diperuntukan bagi perorangan dan badan usaha


 Memiliki rekening
 Mengisi biodata yang diperlukan oleh Bank.

d. Akuntansi Safe Deposit Box

 Pada saat penerimaan sewa


D: Giro
K: Sewa SDB diterima dimuka
K: Setoran Jaminan Kunci SDB
 
 Pada saat berakhirnya sewa
D: Setoran Jaminan Kunci SDB
K: Giro
5. PAYMENT POINT

Salah satu jasa bank untuk melayani masyarakat yang akan melakukan pembayaran-
pembayaran yang relatif rutin dan nilainya relatif kecil, contohnya; pembayaran rekening
listrik, telepon, air dll.
Payment Point disebut juga rekening titipan dan diartikan sebagai rekening bersyarat,
yang sifatnya tidak mengikat bagi bank untuk melakukan kewajiban kepada individu atau
lembaga tertentu yang memberi amanat.

6. CEK PERJALANAN (TRAVELLERS CHEQUES)

Adalah surat berharga yang diterbitkan dalam valuta Rupiah dengan ciri aman,
terpercaya, praktis dan fleksibel serta dijamin oleh Bank penerbit dengan masa berlaku
tidak terbatas.

- Akuntansi Cek Perjalanan (TC) dimulai saat penerbitan atau penjualan dan saat
pencairan TC, baik yang dijual melalui cabang pembayar maupun melalui agen.

- Penjualan TC dapat dilakukan secara tunai, beban giro atau dengan menggunakan
warkat yang disetujui Bank.

2.2. Definisi Akuntansi Komitmen Dan Kontijensi Bank


1. Komitmen

Komitmen : adalah suatu ikatan atau kontrak berupa janji yang tidak dapat dibatalkan
secara sepihak, dan harus dilaksanakan apabila persyaratan yang disepakati bersama
dipenuhi.

a. JENIS-JENIS KOMITMEN

• Komitmen Tagihan, yaitu komitmen yang akan diterima oleh suatu bank dari
pihak lainnya.

• Komitmen Kewajiban, yaitu komitmen yang diberikan oleh suatu bank kepada
nasabah atau pihak lain.

b. Pencatatan Komitmen Dalam Laporan Keuangan


Transaksi komitmen belum mempengaruhi posisi di neraca maupun pendapatan dan
biaya, oleh sebab itu transaksi komitmen harus dicatat oleh bank diluar pos-pos
neraca.

Tempat pencatatan transaksi seperti ini adalah rekening administratif. Pos administratif
komitmen ini pada tanggal jatuh waktunya akan berubah menjadi transaksi yang akan
merubah neraca dan pos pendapatan dan biaya.

Standar Keuangan Akuntansi Perbankan Indonesia (SKAPI) mewajibkan bank untuk


mencatat transaksi komitmen ini secara single entry, karena pada tanggal laporan
keuangan harus terlihat jelas komitmen bersih dari suatu bank.

c. Transaksi-transaksi yang termasuk Komitmen

 Fasilitas pinjaman yang diterima,

Meliputi fasilitas pinjaman yang akan diterima oleh bank dari bank lain dan
atau pihak lain dan belum dipergunakan pada tanggal penyusunan laporan keuangan.

Nilai komitmen yang disajikan adalah sejumlah nilai nominal penarikan atau
pelunasan atas fasilitas tersebut, sesuai dengan kesepakatan yang tertuang dalam
perjanjian pemberian fasilitas kredit tersebut.

 Fasilitas Kredit Yang Diberikan

Adalah fasilitas kredit yang telah disetujui oleh bank untuk diberika kepada nasabah
dan masih berlaku untuk digunakan nasabah. Fasilitas kredit yang diberikan disajikan sebesar
komitmen yang belum ditarik

2. Kontijensi
Kontijensi adalah suatu keadaan yang masih diliputi ketidakpastian mengenai kemungkinan
diperolehnya laba atau rugi oleh suatu perusahaan, yang baru akan terselesaikan dengan
terjadi atau tidak terjadinya satu atau lebih peristiwa dimasa yang akan datang.

 Penyajian Dalam Laporan Keuangan

Transaksi kontijensi belum mepengaruhi posisi dalam neraca dan laba-rugi perusahaan.
PSAK No.31 mengatur masalah Kontijensi ini. Kontijensi harus disajikan sedemikian rupa
sehingga bila dikaitkan dengan pos-pos aktiva dan pasiva dapat menggambarkan posisi
keuangan bank secara wajar. Kontijensi merupakan transaksi yang belum mengubah posisi
aktiva dan pasiva bank pada tanggal laporan, tetapi has\rus dilaksanakan oleh bank apabila
persyaratan yang disepakati dengan nasabah terpenuhi. Kontijensi tersebut dapat bersifat
tagihan atau kewajiban baik dalam Rupiah maupun Valas.

Sistematika penyajian laporan komitmen dan kontijen disusun berdasarkan urutan tingkat
kemungkinan pengaruhnya terhadap posisi keuangan dan hasil usaha bank. Selanjutnya,
komitmen dan kontijen, baik yang bersifat sebagai tagihan maupun kewajiban, masing-
masing disajikan secara tersendiri tanpa pos lawan, sehingga pengungkapan dalam laporan
dilakukan single entry melalui rekening administratif yang merupakan pos filuar neraca (off
balance-sheet).

 Azas Konservatif Dalam Kontijensi

Penyisihan suatu rugi kontijensi dapat dilakukan pada perhitungan rugi-laba bila kedua
kondisi berikut dipenuhi :

1. Terdapat petunjuk kuat bahwa telah terjadi penurunan nilai suatu aktiva atau telah
timbul kewajiban pada tanggal neraca

2. Jumlah kerugian yang dapat ditaksir secara wajar.

 Jenis Transaksi Kontijensi


Jenis transaksi kontijensi adalah : garansi bank, letter of credit yang dapat dibatalkan
(revocable) yang masih berjalan, transaksi opsi valuta asing, pendapatan bunga dalam
penyelesaian. Transaksi tersebut wajib dilaporkan dalam laporan keuangan melalui rekening
administratif, yabng dapat berupa tagihan maupun kewajiban.

 Garansi Bank

Adalah semua bentuk garansi atau jaminan yang diterima atau diberikan oleh bank yang
mengakibatkan pembayaran kepada pihak yang menerima jaminan apabila pihak yang
dijamin bank wanprestasi atau cedera janji. Diterbitkan dengan maksud memberikan bantuan
fasilitas kepada nasabah yang bersangkutan agar dapat memperlancar transaksi ayng sedang
dijalankannya.

Jenis Garansi bank: dapat berupa; penerimaan atau penerbitan jaminan dalam bentuk bank
garansi baik dalam rangka pemberian kredit, risk sharing, standby L/C maupun dalam rangka
pelakasaan proyek seperti big bonds, performance bonds dan advanced payment bonds, bisa
juga berupa akseptasi atau endosemen surat berharga.

Kegunaan Garansi bank

Garansi bank dapat dipergunakan untuk transaksi-transaksi :

 Tender Dalam Negeri.

 Perdagangan

 Tender Luar Negeri

 Uang Muka Kerja

 Penanggungan Bea Masuk

 Cukai Rokok

Pelaksanaan Pembelian Aktiva Tetap.


BAB XI

Hubungan Kantor Pusat Cabang dan Antar Cabang, Penyusunan Laporan Keuangan Dan
Laporan Keuangan Gabungan

1.1.Hubungan kantor pusat cabang dan antar cabang.

 Unit Banking System

, berlakunya pola operasional perbankan pada ruanglingkup unit tersebut saja, berdiri sendiri
dan mempunyai kewenangan yang mencakupkegiatan sebatas di bank yang bersangkutan.
Pada sistem ini bank tidak membuka cabangdiluar wilayah kerja kerja/distrik/propinsi. Bank
yang menganut sistem ini di Indonesiamisalnya Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Bank yang
menganut sistem ini secaraumum memiliki ciri-ciri organisasinya relative kecil, ruang
lingkup operasi terbatas,delegasi wewenang masih terbatas, keputusan kredit lebih cepat
karena prosedurnyatidak berbelit-belit dan langsung ditangani direkturnya. Kelemahan pada
sistem ini bisa mengakibatkan terhimpunnya kekuasaan/sentralistik.

 Branch Banking System

, yaitu sistem perbankan yang terdiri dari kantor pusat, kantorcabang dengan manajemen
modern yang terpadu, terencana, dan ada desentralisasikewenangan yang luas serta wilayah
operasionalnya sangat luas/tidak pada wilayah tertentusaja. Contoh sistem ini adalah yang
dianut oleh bank-bank nasional (Bank Mandiri, BankSyariah, Bank BNI, dll). Ciri-ciri bank
yang menganut sistem ini adalah:

1. Bank lebih fleksibel untuk melakukan diversifikasi produk yang lebih bervariatif guna
mendukung jaringan cabang/operasional yang lebih luas.
2. Bank dapat melakukan intermediary lokasi sehingga dapat tumbuh lebih cepat dan
dapatmengambil peran yang lebih besar dalam perekonomian.
3. Bank dapat melakukan ekspansi fisik ke daerah ekonomi baru sehingga
meningkatkan kemampuan ekonomi kerakyatan setempat.
4. Kantor pusat membuat perencanaan jangka panjang, cabang-cabang membuat
rencana jangka pendek.
5. Delegasi wewenang lebih jelas dan mantap terutama dalam memutuskan kredit
berdasarkan status cabang. Biasanya ada cabang kels I, II dan seterusnya
yangmemiliki kewenangan pengucuran kredit yang berbeda.
6. Sistem ini lebih memungkinkan untuk mengjangkau pasar terdekat dengan adanya.
Branch Banking System

memberikan beberapa kelebihan, namun kelemahan terutamaketika cabang menerima


permohonan kredit yang bukan kewenangannya (diatas

plafond

yang ditentukan cabang). Proses perkreditan menjadi lebih lama karena harus melaluikantor
pusat. Disamping itu dengan sistem ini akan merugikan bank bila delegasiwewenang dari
kantor pusat ke cabang tidak diikuti kemampuan manajerial maupunkemampuan SDM dalam
menyajikan informasi secara cepat dan akurat. Untuk itudisamping kemampuan manajerial,
keahlian akuntansi menjadi tuntutan pada setiapcabang. Cabang sebagai unit bisnis akan
berdiri sendiri tetapi sebagai bentuk usahamerupakan bagian dari pusat. Oleh karena itu
akuntansi

Hubungan antar kantor cabang pada bank yang sama akan terjadi cabang antar cabang.
Transaksi antar cabang akan mengakibatkanhubungan hutang-piutang antar cabang.
Hubungan hutang-piutang ini akan menimbulkan biaya bunga bagi kantor cabang yang
mempunyai kewajiban terhadap cabang lain, danakan menimbulkan pendapatan bunga RAK
bagi kantor cabang yang memiliki piutangterhadap kantor cabang lain.Akuntansi untuk
transaksi antar cabang sangat tergantung sistem yang dianutoleh bank yang bersangkutan.
Bila bank menganut pencatatan secara sentralisasi, makasetiap transaksi antar cabang akan
mengakibatkan pendebetan atau pengkreditan RAKKantor pusat, namun bila bank menganut
desentralisasi maka masing-masing kantorcabang akan mendebet atau mengkredit RAK
kantor cabang. Praktik yang sering dilakukan bank selama ini adalah desentralisasi dalam
pencatatan transaksi antar kantor cabang.

2.2. Penyusunan laporan Keuangan Bank di Kantor Cabang.

Bank adalah badan usaha yang mengimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannya kepada masyarakat dalam rangkameningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Setelah deregulasi perbankan di Indonesiatanggal 1 Juni 1983 maka sistem perbankan di
Indonesia diberi keluasaan dalammengembangkan usahanya dengan mengemban misi
pemerintah yaitu sebagai Agentof Development dalam mensukseskan pembangunan disegala
bidang.Dewasa ini semakin ketatnya antar bank menggambarkan tidak mudahnya untuk
melakukan usaha menghimpun dana dari masyarakat. Persaingan yang begitu ketatdisektor
perbankan baik itu antara bank milik pemerintah atau swasta nasional jugadengan bank asing,
karena bank asing telah diberi kebebasan untuk mengembangkanoperasinya di
Indonesia.Bank yang berdiri selalu memiliki cabang di berbagai daerah agar memudahkan
berbagai nasabah yang ingin menabung. Yang setiap kantor cabangselalu menyampaikan
informasinya ke pusat.Setiap kantor cabang wajib memberikan laporan keuangan kepada
kantor pusat, sebab dengan laporan ini akan dapat

Diketahui kinerja cabang,akan dapat digunakan kantor pusat untuk pengawasan,dan lebih
penting lagi adalah digunakan untuk menyusun laporan keuangan gabungan atau
konsolidasi.kantor cabang sebagai unit bisnis memiliki kewenangan untuk betrans saksi
dengan pihak ketiga,namun sebagai bagian dari kantor pusat(unit ekonomi) maka kantor
cabang harus dapat tunduk kepada kantor pusat dalam hal pencatatan informasi keuangan
kususnya.proses penyusunan laporan keuangan perusahan cabang didahului oleh penjurnalan
terhadap transsaksi, kemudian dengan dasar jurnal dapat disusun buku bessar untuk masing
masing rekening.buku besar akan memberikan saldo akir tertentu.dengan saldo saldo
tersebut, bank dapat menyusun naraca saldo,inilah kantor cabang selanjutnya dapat menyusun
laporan keuangan cabng bank, tentusaja masih memperhatikan penyesuaian pada pos tertentu

Laporan keuangan cabang merupakan laporan keuangan untuk kantor pusat.sehingga


kaidah dan tridmen harus sejalan dengan kantor pusat dengan demi kian format laporan
keuangan cabang jaga harus sama dengan laporan keuangan gabungan.

2.3. Laporan Keuangan Gabungan

Laporan keuangan konselidasi Adalah laporan keuangan kelompok usaha yang


disatu set,liabilitas,saham,pengasilan, beben, dan arustes. Entintas induk dan entitas anak
disajikan menjadi satu entitas ekonomi tunggal.konsolidasi merupakan kombinasi bisninis
yang terjafi karna pengendallian tidak indentifikasi proses entitas entitas yangb bergabung.
Masing masing entitas tetap beroperasi secara terpisa dan identpenden serta laporan
keuangan indifidu akan tetapi,entitas entitas tersebut berada dalam suatu pengendalian yang
dilakukan oleh pihak yang bergabung. Entitas pengendali disebut dengan entitas induk dan
entitas yang dikendalikan disebut dengan entitas anak. . Entitas pengendali disebut dengan
entitas induk dan entitas yang dikendalikan disebut dengan entitas anak. Konsolidasi
diharuskan jika suatu perusahaan memiliki mayoritas saham beredar dari perusahaan lain.
PSAK 4 revisi 2009 memberi istilah Laporan Keuangan Konsolidasi sebagai lampiran
keuangan suatu kelompok usaha yang disajikan seperti suatu entitas ekonomi tunggal.
Laporan keuangan konsolidasi wajib disusun oleh entitas induk atau pengendali tertinggi
dalam suatu kelompok usaha. Laporan keuangan konsolidasian tidak boleh menyesatkan
pihak-pihak yang berkepentingan dan harus didasarkan pada substansi atas peristiwa
ekonomi. Manfaat laporan keuangan konsolidasian : 1. Memberikan gambaran total sumber
daya perusahaan hasil gabungan yang berada di bawah kendali entitas induk kepada para
pemegang saham, kreditor, dan penyedia dana lainnya 2. Memberikan informasi update bagi
manajemen entitas induk mengenai operasi gabungan dari entitad konsolidasi dan entitas
yang membentuk entitas konsolidasi .

 Keterbatasan Laporan Konsolidasian

Laporan konsolidasi memiliki beberapa keterbatasan, yaitu :

1. Karena hasil operasi dan posisi keuangan dari masing-masing perusahaan yang
dimasukan dalam laporan keuangan konsolidasi tidak diungkapkan, maka kinerja atau
posisi dari satu atau lebih perusahaan dapat disembunyikan oleh kinerja baik dari
perusahaan lainnya.

2. Tidak semua saldo laba konsolidasi tersedia untuk deviden induk perusahaan karena
sebagian dapat mencerminkan bagian induk perusahaan atas laba anak perusahaan yang
belum dibagikan. Begitu pula karena laporan keuangan konsolidasi termasuk aset anak
perusahaan, tidak semua aset yang ditampilkan tersedia untuk pembagian deviden induk
perusahaan.

3. Karena rasio-rasio keuangan berdasarkan laporan keuangan konsolidasi dihitung


berdasarkan informasi gabungan, rasio-rasio tersebut tidak mewakili perusahaan mana
pun yang dikonsolidasi, termasuk induk perusahaan.
4. Akun-akun yang sama dari perusahaan-perusahaan berbeda yang digabungkan dalam
konsolidasi, bisa jadi tidak seluruhnya dapat diperbandingkan. Sebagai contoh, panjang
siklus operasi dari perusahan-perusahaan yang berbeda dapat bervariasi, menyebabkan
piutang dari panjang periode yang sama diklasifikasikan berbeda.

5. Informasi tambahan tentang masing-masing perusahaan atau kelompok perusahaan


yang termasuk dalam konsolidasi sering sekali diperlukan untuk penyajian wajar, tetapi
tambahan pengungkapan tersebut dapat menyebabkan catatan atas laporan keuangan
menjadi sangat banyak.

 Prinsip Substance Over Form Dan Laporan Konsolidasi

PSAK 4 revisi 2009 menyatakan bahwa pengendalian atas entitas lain merupakan acuan
dalam menentukan apakah suatu entitas diwajibkan menyusun laporan konsolidasi.
Pengendalian biasanya ada ketika entitas induk memiliki secara langsung atau tidak
langsung melalui entitas anak lebih dari setengah suara entitas lain. Akan tetapi, PSAK 4
juga menjelaskan bahwa tidak semua kepemilikan lebih dari 50% suaru entitas lain, baik
secara langsung maupun tidak langsung, menunjukkan adanya pengendalian. Dalam
kondisi yang terjadi jarang terjadi ini, bisa saja kepemilikan di atas 50%, baik secara
langsung maupun tidak langsung melalui entitas anak, tidak menimbulkan pengendalian.
Dalam kasus tersebut justru tidak terdapat kewajiban konsolidasi oleh entitas induk.
Secara langsung atau tidak langsung, kurang dari 50% suara dalam entitas lain. Ini terjadi
jika ada :

1. Kekuasaan yang melebihi setengah hak suara sesuai dengan perjanjian dengan investor
lain.

2. Kekuasaan untuk mengatur kebijakan keuangan dan operasional entitas berdasarkan


anggaran dasar atau perjanjian.

3. Kekuasaan untuk menunjuk atau mengganti sebagian besar dewan direksi atau dewan
komisaris atau organ pengatur setara dan mengendalikan entitas melalui dewan atau
organ tersebut.

4. Kekuasaan untuk memberikan suara untuk mayoritas pada rapat dewan direksi atau
dewan komisaris atau organ pengatur setara dan mengendalikan entitas melalui dewan
direksi atau dewan komisaris atau organ tersebut .
Sebaliknya, kepemilikan entitas induk di atas 50% tidak menunjukkan pengendalian
jika :

a. Kepemilikan dimaksudkan untuk sementara atau akan diahlikan dalam jangka pendek

b. Entitas anak dibatasi oleh suatu restriksi jangka panjang sehingga sangat
mempengaruhi kemampuannya dalam mentransfer dana kepada entitas induk.

Dengan demikian, kepemilikan hak suara dalam entitas lain bukan merupakan ukuran
mutlak untuk menetukan apakah telah timbul kewajiban konsolidasi. Hal ini terjadi
karena Standar Akuntansi Keuangan lebih mengacu pada prinsip substansi harus
mengungguli bentuk (substance over form), yakni prinsip yang lebih mengutamakan
makna ekonomi transaksi atau kondisi dibanding bentuk hukumnya. Sunstansi dari
kepemilikan suara atas entitas lain adalah untuk mendapatkan pengaruh dalam kebijakan
entitas tersebut. Semakin besar kepemilikan suara dalam entitas lain semakin sebesar
pengaruh diperoleh. Kepemilikan di atas 50% suara entitas lain dalam kondisi normal
diharapkan akan menimbulkan pengendalian, sehingga entitas tersebut diwajibkan
menyusun laporan keuangan konsolidasi. Akan tetapi, jika pada konsolidasi tertentu
kepemilikan suara dalam jumlah tersebut tidak mendatangkan pengendalian, maka PSAK
4 revisi 2009 lebih mengacu ke substansi sehingga entitas tidak perlu menyusun laporan
keuangan konsolidasi.

 Konsep dan Standar Laporan Keuangan Konsolidasi


a. Pandangan Tradisional mengenai Pengendalian Kondisi umum untuk pengendalian
atas kepentingan keuangan adalah kepemilikan berhak suara mayoritas. Dalam
praktiknya, pengendalian ditentukan dari proporsi saham berhak suara perusahaan
yang dimiliki secara langsung maupun tidak langsung oleh perusahaan lain.
b. Pengendalian Tidak Langsung Pandangan tradisional mengenai pengendalian
terdiri dari pengendalian langsung dan tidak langsung. Pengendalian langsung (direct
control) biasanya terjadi jika suatu perusahaan memiliki mayoritas saham biasa
perusahaan lain. Pengendalian tidak langsung (indirect control) atau bentuk piramida
terjadi jika saham biasa suatu perusahaan dimiliki oleh satu atau lebih perusahaan
yang semuanya dalam pengendalian bersama. Dengan laporan keuangan konsolidasi,
perusahaan akan dapat memberikan gambaran yang jelas tentang total sumber daya
perusahaan hasil gabungan di bawah kendali induk perusahaan, kepada para
pemegang saham, kreditor dan peyedia dana lainnya serta dapat memberikan
informasi terkini bagi manajemen induk perusahaan, baik mengenai operasi gabungan
dari entitas konsolidasi dan juga mengenai perusahaan individual yang membentuk
entitas konsolidasi
c. Kemampuan Untuk Memiliki Pengendalian Dalam situasi tertentu, pemegang
saham mayoritas anak perusahaan mungkin tidak mampu untuk mempunyai kendali
walaupun mereka mempunyai lebih dari 50% saham berhak suara yang beredar.
Sebagai contohnya, jika anak perusahaan dalam kondisi reorganisasi legal atau dalam
kepailitan; walaupun induk perusahaan memiliki kepemilikan mayoritas,
pengendalian ada pada peradilan atau trustee yang ditunjuk oleh pengadilan.
Begitupula jika anak perusahaan berada di Negara lain dan Negara tersebut
memberikan batasan pada anak perusahaan yang mencegah pengambilan laba atau
asset ke induk perusahaan, konsolidasi dari anak perusahaan tersebut tidak sesuai
karena ketidakmampuan induk perusahaan untuk mengendalikan aspek penting dari
operasi anak perusahaan.

Anda mungkin juga menyukai