“SURAT BERHARGA”
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum Perbankan Yang Diampu
Oleh Bapak Nurul Fazri Elfikri, S.H., M.H.
KELOMPOK 2:
1. Monica Cristina Mangolo (1011419060)
2. Dwi Kasih Maharani Taib (1011419057)
3. Khoirunnisaa Pakaya (1011419067)
4. Haikal Fikri Ente (1011419088)
5. Moh. Saiban S. Marzuki (1011419090)
6. Adnan Septian Ardhana (1011419091)
7. Rafliyanto Ahmad (1011419103)
8. Dzul Fakhri Bula (1011419116)
9. Dewa Ezza M. Ungko (1011419118)
KELAS C SEMESTER VI
S1 ILMU HUKUM
FAKULTAS HUKUM
UNIVESITAS NEGERI GORONTALO
2022
KATA PENGANTAR
Bissmillahirahmanirrahim…
Alhamdulillah segala puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang
telah memudahkan kami untuk melakukan penyusunan makalah yang berjudul
“SURAT BERHARGA” pembahasan dalam makalah ini disampaikan dalam
sistematis, ringkas dan jelas.
Makalah ini dibuat sebagai Tugas Mata Kuliah Hukum Perbankan yang di
ampu oleh Bapak Nurul Fazri Elfikri, SH., MH
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita
sekalian.
Kelompok 2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
2.1.Surat Berharga.........................................................................................
Hukumnya..............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1
Serlika Aprita, Hukum Surat-Surat Berharga, (Palembang: CV. Amanah, 2021), hlm.1.
2
James Julianto Irawan, Surat Berharga Suatu Tinjauan Yuridis Dan Praktis, (Jakarta:
Kencana, April, 2016), hlm 1-2.
menempatkan uang dari para entrepenius dalam risiko tertentu, dengan usaha
tertentu dengan motif untuk mendapatkan keuntungan tertentu. Dalam melakukan
kegiatan usaha sering kali para pengusaha memerlukan sarana tukar menukar dan
transaksi berupa surat berharga. Oleh sebab itu, surat berharga menjadi penting
dalam hukum bisnis.
Surat berharga adalah sebuah dokumen yang diterbitkan oleh penerbitnya
sebagai pemenuhan suatu prestasi berupa pembayaran sejumlah uang sehingga
berfungsi sebagai alat bayar kepada pihak-pihak yang memegang surat tersebut,
baik pihak yang diberikan surat berharga oleh penerbitnya ataupun pihak ketiga
kepada siapa surat berharga tersebut dialihkan.
Surat berharga adalah surat pengakuan utang, wesel, saham, obligasi,
sekuritas kredit atau setiap derivatif dan surat berharga atau kepentingan lain atau
suatu kewajiban dari penerbit, dalam bentuk yang lazim diperdagangkan dalam
pasal modal maupun pasar uang. Surat berharga adalah sepucuk surat yang
bernilai uang, serta memberikan hak kepada pemegangnya atas apa yang
tercantum di dalamnya dan surat berharga ini mudah dan dapat diperdagangkan.3
Mengenai pengertian atau definisi surat berharga tidak terdapat dalam
peraturan perundang-undangan, oleh karena itu dalam beberapa referensi
mengenai surat berharga tersebut para ahli hukum menjelaskan bahwasannya surat
berharga adalah surat yang oleh penerbitnya sebagai pelaksanaan pemenuhan
suatu prestasi, yang berupa pembayaran sejumlah uang, tetapi pembayaran disini
tidak menggunakan mata uang melainkan dengan alat pembayaran lainnya yaitu
surat yang berharga.4
Dalam Bab 6 dan 7 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang, fungsi surat
berharga secara umum dibedakan dalam:
1. Surat sanggup membayar atau janji untuk membayar. Dalam surat ini
penandatangan berjanji atau menyanggupi membayar sejumlah uang
kepada pemegang atau orang yang menggantikannya. Termasuk bentuk
ini adalah surat sanggup.
2. Surat perintah membayar. Dalam surat ini penerbit memerintahkan
kepada tertarik untuk membayar sejumlah uang kepada pemegang atau
3
Zainal Asikin, Hukum Dagang, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), hlm.73.
4
Serlika Aprita, Op.Cit,hlm.20.
penggantinya. Termasuk dalam bentuk surat ini adalah surat wesel dan
cek.
3. Surat pembebasan utang. Dalam surat ini penerbit memberi perintah
kepada pihak ketiga untuk membayar sejumlah uang kepada pemegang
yang menunjukkan dan menyerahkan surat ini. Termasuk dalam bentuk
ini adalah kwitansi atas unjuk.
Berdasarkan beberapa referensi yang ada, surat berharga dapat didefinisikan
sebagai surat yang memiliki nilai, negotiable, dan mudah dialihkan, yang oleh
penerbitnya sengaja diterbitkan sebagai pelaksanaan pemenuhan suatu prestasi
beupa pembyaran sejumlah uang.Maka dalam hal tersebut akan diperjelas kembali
dalam makalah kami ini.
1.2 Rumusan Masalah
1. Surat berharga.
2. Surat berharga sebagai surat legitimasi.
3. Klausula peralihan surat berharga.
4. Pihak-Pihak yang terlibat penerbitan surat berharga dan hubungan
hukumnya.
5. Upaya tangkisan pada surat berharga.
6. Usaha-usaha penyeragaman dan sumber pengaturan surat berharga.
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui dan memahami surat berharga.
2. Untuk mengetahui dan memahami surat berharga sebagai surat
legitimasi.
3. Untuk mengetahui dan memahami klausula peralihan surat berharga.
4. Untuk mengetahui dan memahami pihak-pihak yang terlibat penerbitan
surat berharga dan hubungan hukumnya.
5. Untuk mengetahui dan memahami upaya tangkisan pada surat berharga.
6. Untuk mengetahui dan memahami usaha-usaha penyeragaman dan
sumber pengaturan surat berharga.
BAB II
PEMBAHASAN
Berbentuk tertulis.
Memiliki nama.
Adanya jumlah tertentu yang tertulis.
Adanya perintah/janji tanpa syarat.
Nama orang yang harus membayar.
Hari pembayaran.7
Adapun bila dilihat dari segi fungsinya, suatu surat berharga dapat
dibedakan dalam tiga macam, yaitu:
7
Rani Apriani, Hartanto, Op.Cit.hlm. 90.
8
Hermansyah, Edisi Ketiga, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, (Jakarta: Kencana,
Maret 2020), hlm. 82-83.
Pennington dan Hudson dalam bukunya Commercial Banking Law
mengemukakan ciri-ciri surat berharga sebagai berikut:
1. Persyaratan dari dokumen tersebut harus tidak melarang dokumen
tersebut diperalihkan;
2. Mengandung suatu kewajiban membayar sejumlah uang;
3. Perpindahan atas hak;
4. Memiliki sumber hukum peralihan.
1. Presumptive consideration.
Adanya anggapan hukum bahwa penerbitan surat berharga itu di
dasarkan adanya consideration.
2. Negotiability.
a. Mudah dipindahtangankan dari satu pemegang ke
pemegang berikutnya.
b. Memberikan kedudukan hukum yang lebih baik kepada
pemegang berikutnya daripada pemegang sebelumnya.9
15
James Julianto Irawan, Op.Cit, hlm. 16-17.
16
Serlika Aprita, Op. Cit, hlm. 19.
2.3. Klausula Peralihan Surat Berharga (ARA)
Makna dari pembawa : orang yang membawa adalah orangg yang menguasai
contoh, lembar cek. Bagaimana cara mengahlikan klausula ini yaitu dengan
mengahlikan dari tangan ke tangan, hal ini sudah berlaku secara hukum.
Suatu benda termasuk surat berharga kalua mengahlikan didasari atas 2 hal, yaitu:
Jadi ini untuk Aan order jika kita gunakan istilah kuasanya tidak tepat Karena
pada kuasanya bermakna tidak mengarahkan aigendomnya bagaimana cara
mengalihkan klausa ini yaitu : Endosemen yaitu dalam pasal 631 (3) KUHPt BW
dan pasal 1110 KUHD.
Cara mengalihkan surat berharga ini yaitu dengan Cessie pasal 631 (1) KUHPt
(jenis surat hutang), Cessie (mengalihkan surat berharga dengan akta antara pihak
I, II, III, dstnya).
Cara pengalihan sama dengan cessie (surat wesel) kalua ingin membatasi
peredarannya maka memakai klausa rekta dengan pemakaian tidak kepada
pengganti. Surat wesel didalam surat berharga sama dengan cek dimana dalam
wesel pembayaran dapat ditunda (pasal 100 KUHD) surat wesel disini termasyk
dalam surat berharga, sebab wesel pos termasuk pada surat yang berharga.
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
3.2. Saran
Ada baiknya pada saat kita Melaksanakan transaksi itu harus Ada
bukti transaksi nya yang bisa di debut sebagai surat surat berharga di
dalam hukum bisnis, agar transaksi dapat di per tanggung jawabkan
Dan pula dapat di jadi kan sebagai tanda bukti jika terjadi hal hal
tertentu. Karena tidak tahu apa jadi nya kita, bila ber transaksi
Tampa bukti transaksi Dan sebagai nya, Ada saja kita di tipu dengan
partner sendiri atau bagaimana lain nya.
DAFTAR PUSTAKA
I. Buku
Apriani, R. (2019). Hartanto. Hukum Perbankan dan Surat Berharga.Deepublish.
Aprita, S. (2021). Hukum Surat-Surat Berharga. Amanah.
Asikin, Z. (2014). Hukum Dagang. Rajawali Pers.
Hermansyah. (2020). Edisi Ketiga, Hukum Perbankan Nasional Indonesia. Kencana.
Irawan, J. J. (2016). Surat Berharga: Suatu Tinjauan Yuridis dan Praktis.
Kencana.
Sembiring, S. (2016). Hukum Surat Berharga. Nuansa Aulia.