KELOMPOK 7
MANAJEMEN B
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Allah SWT. Yang telah memberikan hidayah
dan inayahNya bagi kita melui ilmuNya yang Maha Luas dan Tak Terkira,
Shalawat dan salam kepada suri teladan kita, Nabi Muhammad SAW, yang
telah membawa kita dari dunia kegelapan ke dunia terang benerang saat
ini.
diberikan-Nya. Segala puji hanya layak untuk Allah SWT seru sekalian
alam atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada
“Surat-Surat B”. Guna memenuhi tugas mata kuliah teori dan perilaku
organisasi.
Kami ucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah ini
ibu Sri Rezeki, S.E., M.Si. serta untuk teman- teman dan semua pihak yang
Amin ya robbal’alamin.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna. Oleh karena
itu, kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari rekan-rekan,
ini.
i
Medan, November 2018
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.......................................................................................................................i
Daftar Isi................................................................................................................................ii
Bab I Pendahuluan
Latar Belakang...........................................................................................................1
Tujuan........................................................................................................................1
Bab II Pembahasan.................................................................................................................2
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam undang-undang dan beberapa referensi mengenai surat berharga tidak
ditemukan definisi yang jelas mengenai surat berharga, namun dalam beberapa referensi
mengenai surat berharga para ahli hukum menjelaskan bahwasanya surat berharga adalah
salah satu jenis dari surat perniagaan yang dikenal atau beredar di masyarakat, di samping
jenis lainnya yang dikenal sebagai surat yang berharga. Perbedaan di antara kedua jenis surat
perniagaan di atas, semata-mata memperhatikan sulit tidaknya pengalihan atau levering-nya.
Apabila surat perniagaan tersebut mudah pengalihannya, yang mana cukup dilakukan
dengan penyerahan fisik dari surat perniagaan atau dengan endorsement maka surat tersebut
tergolong ke dalam surat berharga, sedangkan apabila sulit pengalihannya harus secara cessie,
maka surat tersebut tergolong ke dalam surat yang berharga.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaturan tentang surat berharga?
2. Apakah pengertian surat berharga?
3. Apa saja persyaratan formal surat berharga?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui bagaimana pengaturan tentang surat berharga.
2. Untuk mengetahui pengertian surat berharga.
3. Untuk mengetahui persyaratan formal surat berharga.
1
BAB II
PEMBAHASAN
Surat berharga yang diatur di dalam KUHD yaitu cek, wesel, surat sanggup, promese atas
tunjuk dan kuitansi atas tunjuk.
a. Wesel adalah surat yang memuat kata wesel, yang diterbitkan pada tanggal dan tempat
tertentu, dengan mana penerbit memerintahkan tanpa syarat kepada tersangkut untuk
membayar sejumlah uang tertentu kepada pemegang atau penggantinya, pada tanggal
dan tempat tertentu (Abdulkadir Muhammad, 2003:4). Wesel diatur dalam Buku I Titel
ke enam bagian pertama sampai dengan bagian kedua belas KUHD;
b. Surat sanggup adalah surat tanda sanggup atau setuju membayar kepada pemegang atau
penggantinya pada hari bayar. Surat sanggup diatur dalam Buku I Titel ke enam bagian
tiga belas KUHD;
c. Cek adalah surat yang memuat kata cek, diterbitkan pada tanggal dan tempat tertentu,
dengan mana penerbit memerintahkan tanpa syarat pada bankir untuk membayar
sejumlah uang tertentu kepada pemegang atau pembawa ditempat tertentu. Cek diatur
dalam Buku I Titel ke tujuh dalam bagian ke sepuluh KUHD;
d. Kuitansi-kuitansi atas tunjuk adalah surat yang diterbitkan oleh penanda tangan pada
tanggal dan tempat tertentu kepada pemegang pada saat diperlihatkan, perintah mana
ditujukan kepada orang yang ditunjuk didalamnya (Abdulkadir Muhammad, 2003:244).
Kuitansikuitansi atas tunjuk diatur dalam Buku I Titel ke tujuh dalam bagian ke sebelah
KUHD. Jadi, pengaturan surat berharga itu semua terdapat di dalam Buku I Titel 6 dan
7 KUHD.
2
umum dalam KUHD dan KUH Perdata, dan sebaliknya apabila suatu hal tidak diatur secara
khusus, maka berlaku ketentuan umum. Dengan demikian, ketentuan-ketentuan surat
berharga dalam KUHD dan ketentuan umum mengenai syarat syahnya perjanjian dalam KUH
Perdata tetap dapat diberlakukan sepanjang tidak diatur secara khusus dalam ketentuan surat
berharga di luar KUHD.
Di luar KUHD pengaturan Surat Berharga tertuang dalam sejumlah ketentuan sebagaimana di
bawah ini.
o Bilyet Giro: diatur dalam dalam Surat Keputusan direksi Bank Indonesia
No.28/32/Kep/Dir tahun 1995 tanggal 4 Juli 1995 tentang Bilyet Giro, mulai berlaku 1
November 1995; menggantikan Surat Edaran Direksi Bank Indonesia No.
4/670/UPPB/PbB tanggal 1 Januari 1972 tentang Bilyet Giro.
o Surat Kredit Berdokumen Dalam Negeri: diatur dalam Surat keputusan Direksi Bank
Indonesia No.29/150/Kep/Dir/1996, tanggal 31 Desember 1996 tentang Surat Kredit
Berdokumen Dalam Negeri, berlaku tanggal 31 Desember 1996.
2) Surat Edaran Direksi Bank Indonesia No. 28/49/UPG, tanggal 11 Agustus 1995.
3
peringkat dari Lembaga Pemeringkat Kredit (Credit Rating). Di Indonesia dikenal denga
nama PT. PEFINDO (Pemeringkat Efek Indonesia) yang berdiri pada tahun 1993.
Perkembangan perdagangan dewasa ini, baik yang bersifat nasional maupun
internasional, membawa dampak pada sistem pembayaran dan penyerahan barang di mana
dalam lalu lintas perdagangan tersebut peranan surat-surat berharga semakin tampak. Surat
berharga yang kita kenal dewasa ini sudah semakin berkembang seiring dengan
perkembangan dunia pada umumnya. Oleh karena itu, surat berharga tersebut sudah banyak
yang tidak kita temukan lagi pengaturannya dalam KUHD. Istilah surat berharga yang
dipergunakan dalam beberapa peraturan perundang-undangan, antara lain :
Pasal 469 KUHD, bunyinya “Untuk dicurinya atau hilangnya emas, perak permata
dan lain-lain barang berharga, uang dan surat-surat berharga, begitupun…….”
Pasal 99 ayat (1) Peraturan Kepailitan, isinya “Semua uang, barang-barang perhiasan,
efek-efek dan lain-lain surat berharga harus disimpan…. “
Dalam konteks Perbankan. Pasal 1 angka 11 Undang-undang No. 7 Tahun 1992
tentang Perbankan, memberikan definisi surat berharga secara enumeratif (merinci)
yaitu surat pengakuan hutang, wesel, saham, obligasi, sekuritas kredit, atau setiap
derivatif dari surat berharga atau kepentingan lain atau suatu kewajiban dari penerbit,
dalam bentuk yang lazim diperdagangkan di pasar modal dan pasar uang.
Dalam Konteks Pasar Modal. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No.
1548/KMK.013/1990 tanggal 4 Desember 1990 yang mulai berlaku tanggal 9 Januari
1991 tentang pasar modal memberikan definisi tentang efek yang meliputi setiap surat
pengakuan hutang, surat berharga komersial, saham, obligasi, sekuritas kredit, tanda
bukti hutang, setiap rights, warrants, opsi, atau setiap derivatif dari efek atau setiap
instrumen yang ditetapkan oleh Bapepam sebagai efek.
Definisi surat berharga yang diberikan oleh Undang-undang Perbankan dan definisi
efek yang diberikan oleh Keputusan Menteri Keuangan tersebut tampaknya sangat luas
karena mencantumkan segala bentuk derivatif (turunan) dari surat berharga dan efek itu
sendiri. Bentuk turunan ini dikenal dengan “derivative securities” yang terus berkembang
sesuai dengan kebutuhan dan kemajuan teknologi.
Di samping itu dapat dikemukakan bahwa definisi surat berharga dalam peraturan
perundang-undangan ini sangat penting karena dapat menentukan ruang lingkup berlakunya
suatu peraturan dan cakupan kewenangan lembaga yang bertugas melaksanakan peraturan
tersebut.
Surat berharga adalah surat pengakuan hutang, wesel, saham, obligasi, sekuritas
kredit atau setiap derivatif dan surat berharga atau kepentingan lain atau suatu kewajiban dari
penerbit, dalam bentuk yang lazim diperdagangkan dalam pasar modal maupun pasar uang.
(UU No. 7/1992 tentang Perbankan).
Menurut hukum, yang dimaksud surat berharga adalah surat – surat yang memberikan
hak terbatas pada pemegangnya saja untuk memperoleh hak tersebut yang tersebut dalam
surat dimaksud.
Menurut Molengraaff, surat berharga berarti akta – akta atau alat – alat bukti yang
menurut kehendak penerbitnya atau ketentuan undang – undang yang dipenruntukkan semata
– mata sebagai upaya bukti diri (legitimasi), akta –akta tersebut diperlukan untuk menagih.
4
Adapun menurut Ribbius, surat berharga artinya, surat – surat yang pada umumnya
harus di dalam pemilikan seseorang untuk dapat melaksanakan hak yang ada di dalamnya.
Dari dua pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa surat berharga berarti surat yang
diadakan oleh seseorang sebagai pelaksanaan pemenuhan suatu prestasi, yang merupakan
pembayaran harga sejumlah uang.
5
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan paparan diatas pengaturan-pengaturan tentang surat-surat berharga
meliputi 2 bagian, yakni dalam KUHD dan diluar KUHD. Adapun didalam KUHD berisi
aturan tentang wesel, surat sanggup, cek dan kuitansi-kuitansi atas tunjuk. Sedangkan dalam
pengaturan diluar KUHD, yakni:
o Bilyet Giro: diatur dalam dalam Surat Keputusan direksi Bank Indonesia
No.28/32/Kep/Dir tahun 1995 tanggal 4 Juli 1995 tentang Bilyet Giro, mulai berlaku 1
November 1995; menggantikan Surat Edaran Direksi Bank Indonesia No.
4/670/UPPB/PbB tanggal 1 Januari 1972 tentang Bilyet Giro.
o Surat Kredit Berdokumen Dalam Negeri: diatur dalam Surat keputusan Direksi Bank
Indonesia No.29/150/Kep/Dir/1996, tanggal 31 Desember 1996 tentang Surat Kredit
Berdokumen Dalam Negeri, berlaku tanggal 31 Desember 1996.
o Surat Berharga Komersial (Commercial Paper), diatur dalam:
3) Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No.28/52/Kep/Dir, tanggal 11 Agustus
1995, berlaku 2 Februari 1996 tentang Surat Berharga Komersial (Commercial
Paper) melalui Bank Umum Indonesia.
4) Surat Edaran Direksi Bank Indonesia No. 28/49/UPG, tanggal 11 Agustus 1995.
Adapun pengertian surat berharga adalah surat pengakuan hutang, wesel, saham,
obligasi, sekuritas kredit atau setiap derivatif dan surat berharga atau kepentingan lain atau
suatu kewajiban dari penerbit, dalam bentuk yang lazim diperdagangkan dalam pasar modal
maupun pasar uang. (UU No. 7/1992 tentang Perbankan).
Persyaratan formal surat berharga meliputi:
Menyebutkan nama atau jenis surat berharga secara jelas;
Memuat atau mengandung persyaratan suatu kesanggupan, janji, perintah, atau
kewajiban yang tidak bersyarat yang isinya dapat berupa surat-surat perintah
membayar, surat hak tagih keuangan atau kebendaan, alat kredit dan sebagainya;
Mencantumkan nama pihak yang wajib/harus membayar;
Penetapan nama tempat pembayaran;
Penyebutan tanggal dan tempat surat berharga tersebut diterbitkan atau ditarik;
Harus ditandatangani dengan atau tanpa stempel dari penerbit atau penarik yang sah.
Hal ini tergantung kepada subjek atau siapa yang menerbitkannya, bisa individu,
badan hukum atau yayasan.
B. Saran
Semoga pemakalah kedepannya bisa membuat materi ini dengan sebaik-baiknya dan
lebih baik lagi
6
7