1. Reksadana Saham.
Reksadana saham adalah reksadana yang melakukan investasi sekurang-kurangnya 80%
dari portofolio yang dikelolanya ke dalam efek bersifat ekuitas (saham). Efek saham
umumnya memberikan potensi hasil yang lebih tinggi berupa capital gain melalui
pertumbuhan harga-harga saham dan deviden. Reksadana saham memberikan potensi
pertumbuhan nilai investasi yang paling besar demikian juga dengan risikonnya.
2. Reksadana Campuran.
Reksadana campuran adalah reksadana yang melakukan investasi dalam efek ekuitas
dan efek hutang yang perbandingannya tidak termasuk dalam kategori reksadana
pendapatan tetap dan reksadana saham. Potensi hasil dan risiko reksadana campuran
secara teoretis dapat lebih besar dari reksadana pendapatan tetap namun lebih kecil dari
reksadana saham.
3. Reksadana Pendapatan Tetap.
Reksadana pendapatan tetap adalah reksadana yang malakukan investasi sekurang-
kurangnya 80% dari portofolio yang dikelolanya ke dalam efek bersifat hutang. Risiko
investasi yang lebih tinggi dari reksadana pasar uang membuat nilai return bagi
reksadana jenis ini juga lebih tinggi tetapi tetap lebih rendah daripada reksadana
campuran atau saham.
4. Reksadana Pasar Uang.
Reksadana pasar uang adalah reksadana yang melakukan investasi 80% pada efek pasar
uang yaitu efek hutang yang berjangka kurang dari satu tahun, seperti SBI, deposito.
Reksadana pasar uang merupakan reksadana yang memiliki risiko terendah namun juga
memberikan return yang terbatas.
5. Reksadana Index
Reksadana Index adalah reksadana yang isinya adalah sebagian besar dari index tertentu
(tidak semua, yang penting merefleksikan index tersebut) dan dikelola secara pasif,
artinya tidak melakukan jual beli di bursa, kecuali ada subscription baru atau
redemption, oleh karenanya reksadana index biasanya keuntungan dan kerugiannya
sejalan dengan index tersebut (jika ada selisih, biasanya selisihnya kecil). Jika
reksadana tersebut diperjualbelikan di bursa, maka disebut Exchange Traded
Fund (ETF) dan harganya berfluktuasi tiap detiknya, sehingga sebenarnya mirip saham.
Keduanya, baik reksadana index maupun ETF disebut pengelolaaan dana index dan
di Amerika Serikat pada tahun 2013, mencakup 18,4% dari seluruh pengelolaan dana
bersama (mutual funds).
NAB (Nilai Aktiva Bersih) merupakan salah satu tolak ukur dalam memantau hasil dari
suatu Reksa Dana, NAB adalah nilai yang menggambarkan total kekayaan bersih Reksa
Dana setiap harinya. Produk Reksadana dijual dalam satuan unit, Reksadana
memungkinkan investor membeli dalam jumlah unit, maupun dalam Rupiah yang
dikonversi dalam unit. NAB per saham/unit penyertaan (NAB/UP) adalah harga wajar
dari portofolio suatu Reksadana setelah dikurangi biaya operasional kemudian dibagi
jumlah saham/unit penyertaan yang telah beredar (dimiliki investor) pada saat tersebut.
Nilai ini berubah-ubah setiap harinya dan dipengaruhi oleh transaksi pembelian dan
penjualan Reksa Dana oleh para investor, harga pasar dari aset Reksa Dana dan
perubahan dana kelolaan
Untuk melakukan investasi Reksa Dana, Investor harus mengenal jenis risiko
yang berpotensi timbul apabila membeli Reksadana.
1. Risiko menurunnya NAB (Nilai Aktiva Bersih) Unit Penyertaan
Penurunan ini disebabkan oleh harga pasar dari instrumen investasi yang dimasukkan
dalam portofolio Reksadana tersebut mengalami penurunan dibandingkan dari harga
pembelian awal. Penyebab penurunan harga pasar portofolio investasi Reksadana bisa
disebabkan oleh banyak hal, di antaranya akibat kinerja bursa saham yang memburuk,
terjadinya kinerja emiten yang memburuk, situasi politik dan ekonomi yang tidak
menentu, dan masih banyak penyebab fundamental lainnya.
2. Risiko Likuiditas
Potensi risiko likuiditas ini bisa saja terjadi apabila pemegang Unit Penyertaan
reksadana pada salah satu Manajer Investasi tertentu ternyata melakukan penarikkan
dana dalam jumlah yang besar pada hari dan waktu yang sama. Istilahnya, Manajer
Investasi tersebut mengalami rush (penarikan dana secara besar-besaran) atas Unit
Penyertaan reksadana. Hal ini dapat terjadi apabila ada faktor negatif yang luar biasa
sehingga memengaruhi investor reksadana untuk melakukan penjualan kembali Unit
Penyertaan reksadana tersebut. Faktor luar biasa tersebut di antaranya berupa situasi
politik dan ekonomi yang memburuk, terjadinya penutupan atau kebangkrutan beberapa
emiten publik yang saham atau obligasinya menjadi portofolio Reksadana tersebut,
serta dilikuidasinya perusahaan Manajer Investasi sebagai pengelola Reksadana
tersebut.
3. Risiko Pasar
Risiko Pasar adalah situasi ketika harga instrumen investasi mengalami penurunan yang
disebabkan oleh menurunnya kinerja pasar saham atau pasar obligasi secara drastis.
Istilah lainnya adalah pasar sedang mengalami kondisi bearish, yaitu harga-harga saham
atau instrumen investasi lainnya mengalami penurunan harga yang sangat drastis.
Risiko pasar yang terjadi secara tidak langsung akan mengakibatkan NAB (Nilai Aktiva
Bersih) yang ada pada Unit Penyertaan Reksadana akan mengalami penurunan juga.
Oleh karena itu, apabila ingin membeli jenis Reksadana tertentu, Investor harus bisa
memperhatikan tren pasar dari instrumen portofolio Reksadana itu sendiri.
4. Risiko Default
Risiko Default terjadi jika pihak Manajer Investasi tersebut membeli obligasi milik
emiten yang mengalami kesulitan keuangan padahal sebelumnya kinerja keuangan
perusahaan tersebut masih baik-baik saja sehingga pihak emiten tersebut terpaksa tidak
membayar kewajibannya. Risiko ini hendaknya dihindari dengan cara memilih Manajer
Investasi yang menerapkan strategi pembelian portofolio investasi secara ketat.
Manajer Investasi adalah pihak yang kegiatan usahanya mengelola Portofolio
Reksadana untuk para nasabah. Kinerja Reksadana sangat ditentukan oleh kepiawaian
Manajer Investasi dalam meracik portfolio instrumen investasi Reksadana. Manajer
Investasi didukung oleh tenaga profesional yang terdiri dari Komite Investasi dan Tim
Pengelola Investasi. Mereka adalah professional yang sudah berpengalaman dalam
melakukan investasi.
Beberapa Manajer Investasi yang ternama adalah:
NAB/Unit
2500
2250
2000
1750
1500
1250
Jan Jul Jan Jul Jan Jul Jan Jul Jan Jul
2014 2014 2015 2015 2016 2016 2017 2017 2018 2018
https://www.bca.co.id/id/Individu/Produk/Investasi-dan-Asuransi/Reksadana/Pilihan-Produk-
Reksadana/Schroder-90-Plus-Equity-Fund
Dari grafik diatas, dapat diketahui bahwa schroder 90 plus equity fund
hampir setiap tahun mengalami kenaikan yang cukup pesat. Namun, terlihat
didalam pertengahan tahun 2015 reksa dana Schroder 90 plus equity fund ini
mengalami pemerosotan yang cukup dalam. Merosotnya IHSG ini faktor utamanya
memang dari rilis laporan keuangan para emiten di kuartal I-2015 yang
mengecewakan. Namun begitu, merosotnya IHSG juga diikuti bursa saham negara
lainnya, tapi tidak sedalam IHSG.
Bursa Australia tercatat turun 1,85%, Bursa Taiwan 1%. Namun, Bursa
China dan Nikkei masih tercatat naik masing-masing 0,8% dan 0,4%. Pada tahun
ini, IHSG sempat menyentuh angka 5015,008, padahal saat pembukaan pagi hanya
5.229,560.
Mengacu data statistik Bursa Efek Indonesia (BEI) yang dihimpun
KONTAN, selama September, saham BBRI, BMRI dan BBCA menjadi saham
penggerus terbesar IHSG. Di sepanjang tahun 2015, BBRI, BMRI, BBCA dan
BBNI berkontribusi terhadap penurunan IHSG sebesar 247,9 poin atau 22,4% dari
total penurunan IHSG sepanjang 2015.
Sejak awal tahun 2015, harga BBNI sudah anjlok 35,41%, BMRI merosot
30,16%, BBRI terpangkas 28,76% dan BBCA terkoreksi 12,57%. Sampai akhir
tahun ini, analis memprediksi belum akan ada perbaikan terhadap kinerja saham
bank. Bahkan, saham bank masih bisa menjadi biang kerok penurunan IHSG
sampai di bawah level 4.000 dalam jangka pendek.
Biaya Pembelian 2%
Biaya Pengalihan 1%
Biaya Manajer Investasi* Maks. 2,5% p.a.
32,5k
30k
27,5k
NAB/Unit
25k
22,5k
20k
17,5k
Jan 2014 Jul 2014 Jan 2015 Jul 2015 Jan 2016 Jul 2016 Jan 2017 Jul 2017 Jan 2018 Jul 2018
Terlihat jelas, bahwa BNP Paribas Pesona, selalu dalam keadaan naik turun. Lagi-lagi
didalam tahun 2015 terlihat jelas kemorosotan yang cukup signifikan. Hal ini, serupa dengan
yang telah disampaikan pada analisis reksa dana Schroder 90 plus equity fund. Turunnya IHSG
merupakan factor yang paling utama dalam menyebabkan turunnya saham menyeluruh.
Dalam hal ini, manajer investasi melakukan hal yang sangat baik. Itu dapat terlihat pada
tahun 2016 dan tahun berikutnya yang semakin naik. BNP Paribas Asset Management
merupakan bagian dari BNP Paribas Grup yang bergerak secara independen dan terspesialisasi
dalam bidang pengelolaan investasi yang menawarkan layanan pengelolaan investasi secara
menyeluruh kepada nasabah baik institusi maupun ritel di seluruh dunia. Sebagai organisasi
yang mengutamakan kebutuhan nasabah, BNP Paribas Asset Management fokus pada 3 (tiga)
lini bisnis yaitu: Institusi, Distribusi, serta Asia Pasifik & Negara-Negara berkembang.
BNP Paribas Asset Management memiliki sekitar 700 (tujuh ratus) tenaga profesional
secara global yang masing-masingnya merupakan spesialis pada suatu kelas asset atau tipe
produk tertentu. BNP Paribas Asset Management memiliki dana kelolaan dan advis sebesar
EUR 580 miliar (1). BNP Paribas Investment Partners didukung oleh BNP Paribas Grup yang
telah diakui sebagai salah satu bank terkuat di dunia dengan rating S&P (A) per September
2016 dengan kekuatan utama: stabilitas posisi keuangan, transparan, pengendalian risiko dan
kepatuhan (compliance) yang ketat.
Berdiri sejak tahun 1992 di Indonesia, PT. BNP Paribas Investment Partners
(“Perusahaan”), merupakan salah satu perusahaan manajer investasi terbesar dan
berpengalaman. Perusahaan menawarkan jasa pengelolaan investasi bagi nasabah institusi
maupun ritel, dalam bentuk Kontrak Pengelolaan Dana (KPD) maupun reksa dana. Perusahaan
bekerja sama dengan beberapa bank dan perusahaan Efek terkemuka di Indonesia dalam
memasarkan reksa dananya.
Didukung oleh lebih dari 50 (lima puluh) tenaga kerja profesional, perusahaan memiliki
total dana kelolaan dan advise sebesar Rp 29,14 triliun (2), dan telah mendapatkan
penghargaan sebagai perusahaan manajer investasi terbaik di Indonesia dari media regional,
“Asset Management Company of The Year - Indonesia” oleh The Asset sebanyak 5 (lima) kali
di tahun 2010, 2011, 2012, 2014, dan 2015. PT. BNP Paribas Investment Partners berkomitmen
untuk menyediakan solusi investasi yang optimal, berpandangan ke depan dan inovatif.
BNP Paribas Investment Partners berkomitmen untuk menyediakan solusi investasi
yang optimal, berpandangan ke depan dan inovatif.
PT. BNP Paribas Investment Partners telah memperoleh izin usaha dari otoritas Pasar
Modal sebagai Manajer Investasi berdasarkan Surat Keputusan Ketua BAPEPAM Nomor:
Kep-21/PM-MI/1992 tanggal 13 Juli 1992.
(1) Sumber: BNP Paribas Asset Management, per 31 March 2017
(2) Sumber: PT. BNP Paribas Investment Partners, per 31 April 2016
Perbandingan Schroder 90 Plus Equity Fund dan BNP Paribas Pesona
BCA - Bandingkan-Reksadana
80
60
40
20
-20
Jan 2014 Jul 2014 Jan 2015 Jul 2015 Jan 2016 Jul 2016 Jan 2017
Dari grafik diatas dapat diketahui sebenarnya kedua reksadana saham tersebut
memiliki kenaikan dan penurunan yang hampir sama. Namun pada reksadana
schroder 90 plus equity fund lebih unggul pada BNP Paribas Pesona. Yang
mengartikan bahwa kinerja reksadana tersebut lebih baik. Kedua reksadana ini
tidak pernah dibawah IHSG. Hal ini dapat terjadi karena banyak faktor, diantaranya
penawaran dan permintaan. Dimana, para investor masih banyak berminat dan
meminta reksadana 90 plus equity fund.
3. Schroder USD Bond Fund
5 Tahun
1,6
1,5
1,4
NAB/Unit 1,3
1,2
1,1
1
Jan 2014 Jul 2014 Jan 2015 Jul 2015 Jan 2016 Jul 2016 Jan 2017 Jul 2017 Jan 2018 Jul 2018
Dari grafik diatas, kita dapat mengetahui bahwa perkembangan schroder usd bond
fund tidak sangat pesat. Dan hanya naik sedikit demi sedikit. Pada reksadana obligasi ini, tidak
sama dengan reksadana saham pada tahun 2015. Kita dapat mengetahui pada tahun 2015,
reksadana obligasi schroder usd bond fund tidak mengalami penurunan yang cukup drastis.
Manajer investasi sangat berperan pada tahun ini. manajer inverstasi pada schrodr USD Bond
Fund ini adalah PT. Schroder Investment Management Indonesia.
12/10/2018 BCA - Nikko Gebyar Indonesia Dua
NAB/Unit
2200
2100
2000
1900
1800
1700
1600
1500
Jan 2014 Jul 2014 Jan 2015 Jul 2015 Jan 2016 Jul 2016 Jan 2017 Jul 2017 Jan 2018 Jul 2018
Dari tahun 2014 hingga ke tahun 2015n awal, panin gebyar Indonesia II memiliki kinerja yang
cukup baik. Terbukti dari grafik yang terus menerus naik. Namun lagi lagi pada pertengahan tahun
2015 kinerjanya menurun. Mungkin karena terpengaruh turunnya IHSG pada waktu itu. Setelah
tahun 2015 memiliki penurunan, reksadana obligasi ini mampu bangkit kembali. Lihatlah pada
tahun 2016 sampai 2018 awal. Kenaikannya cukup amat drastis daripada reksadana obligasi
sebelumnya. Manajer investasi sangat ahli dalam melakukan perencanaan reksadana obligasi ini.