Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

Hukum Surat Berharga Syari’ah


Pengertian Surat Berharga Syari’ah dan Ruang Lingkup Pasar Modal

Disusun oleh :
Kelompok 1
1. Sisi Diyarti (1810102004)
2. Pipit Ardiyanti (1810102014)
3. Faria Monika (1810102012)

Kelas 6A
Dosen Pembimbing :
M. Ibrahim Azis,M.H.

JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARI’AH


FAKULTAS SYARI’AH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
T.A 2020/2021

i
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr..Wb
Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas Rahmat-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Pengertian, Pasar Modal dan ruang lingkup surat berharga syari’ah” sebagai
tugas dari mata kuliah “Hukum Surat berharga syari’ah ” yang dibimbing oleh
Dosen M. Ibrahim Azis M.H..
Terima kasih juga kepada teman-teman dan pihak yang telah membantu
dalam penyusunan makalah ini. Sehingga makalah ini selesai pada waktunya.
Tidak ada sesuatu yang sempurna. Penulis menyadari akan kekurangan baik
pengetahuan ataupun sumber dalam penyusunan makalah ini.
Oleh karena itu, penulis menerima kritik dan saran dari pembaca, yang
tentunya bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah
ini bermanfaat bagi pembaca.
Wassalamualaikum Wr..Wb

Sungai Penuh, 08 Maret 2021

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ............................................................................................. i


Daftar Isi ....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 1
C. Tujuan ............................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Surat berharga Syariah ....................................................................... 3
B. Ruang Lingkup Psar Modal ............................................................... 6
BAB III
A. Kesimpulan ...................................................................................... 11
B. Kritik dan Saran ............................................................................... 11
Daftar Pustaka ............................................................................................ 12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
pasar Modal Syariah merupakan bagian dari pasar modal Indonesia
yang mempunyai peran penting sebagai alternatif pembiayaan bagi dunia
usaha dan pemerintah, serta sarana bagi pemilik modal untuk memperoleh
return melalui instrumen-intrumen investasi yang ditawarkan di pasar modal.
Salah satu instrumen pasar modal syariah yang mempunyai potensi besar
dalam menyerap dana masyarakat pasca krisis adalah Sukuk (surat berharga
syariah).
Indonesia dianggap memiliki potensi besar untuk menjadi pasar sukuk,
mengingat populasi muslim yang besar serta besarnya pinjaman lintas negara.
Namun demikian, pertumbuhan sukuk sebagai alternative pembiayaan dan
investasi belum berkontribusi secara signifikan dalam mendorong
pertumbuhan pasar modal syariah serta pembangunan ekonomi nasional
secara umum. Salah satu isu strategis dalam pengembangan sukuk Indonesia
adalah kesiapan infratruktur hukum yang belum optimal, sehingga dalam
praktik masih menimbulkan mispersepsi terhadap sukuk yang seringkali
dipadankan dengan obligasi, mengakibatkan sukuk belum dianggap sebagai
instrumen alternatif yang menarik baik bagi dunia usaha maupun investasi.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa regulasi sukuk di
Indonesia masih bersifat parsial dan tersebar dalam berbagai aturan, sehingga
mengakibatkan rendahnya pemahaman pelaku usaha dan investor terhadap
kerangka hukum sukuk, serta jaminan kepastian hukum bagi pemegang
sukuk. Regulasi sukuk yang terintegrasi merupakan syarat utama untuk
memberikan jaminan dan kepastian hukum bagi pelaku usaha dan investor.
Indonesia, khususnya regulator perlu mengupayakan keberagaman jenis sukuk

1
baik akad maupun underlying assets nya agar investor dapat memilih jenis-
jenis sukuk yang sesuai dengan harapan. Selain itu, diperlukan kebijakan yang
bersifat top down dari pemerintah untuk mendorong pertumbuhan sukuk
negara dengan membuat kebijakan bagi BUMN untuk berinvestasi pada
sukuk.
B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan pengertian surat berharga syari’ah (sukuk)!
2. Jelaskan pasar modal syariah!

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa itu surat berharga syari’ah
2. Untuk mengetahui apa itu pasar modal syariah

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Surat Berharga Syari’ah


1. Pengertian surat berharga syariah
Terminologi sukuk dikenal dalam aktivitas ekonomi Islam, khususnya
keuangan Islam, yakni merupakan bentuk jamak dari sakk atau sertifikat.
Istilah sukuk berasal dari bahasa Arab yaitu sakk atau dalam bentuk plural
disebut sukuk. Sukuk adalah Surat berharga Syariah (sukuk) merupakan
instrumen pasar modal yang berpotensi untuk dikembangkan baik sebagai
alternatif investasi maupun pembiayaan, khususnya untuk membiayai
pembangunan infrastruktur untuk pelayanan publik melalui penerbitan sukuk
negara. Sukuk sebagai surat berharga syariah memberikan hak yang tidak
terbagi kepada pemegangnya atas aset yang digunakan sebagai underlying
assets, sehingga mendudukkan sukuk sebagai instrumen penyertaan (equity
instrument) bukan instrumen utang (debt instrument) seperti obligasi.
Berdasarkan beberapa pengertian di atasdapat disimpulkan bahwa sukuk
adalah sertifikat yang memberikan atau mempresentasikan hak kepemilikan
yang tidak terbagi kepada pemegangnya atas aset, manfaat, jasa-jasa atau aset
tertentu, proyek atau kegiatan investasi tertentu.
Dalam hukum positif Indonesia, sukuk sebagai surat berharga syariah
dikukuhkan dalam Fatwa DSN No : 32 /DSN-MUI/IX/2002, yang
mendefinisikan sukuk atau obligasi syariah sebagai “suatu surat berharga
jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan emiten kepada
pemegang obligasi syariah yang mewajibkan emiten untuk membayar
pendapatan kepada pemegang obligasi syariah berupa bagi hasil/margin/fee

3
serta membayar kembali dana obligasi pada saat jatuh tempo”. Selanjutnya,
sebagai instrumen keuangan sukuk berkaitan dengan beberapa hal,yakni :
a. merupakan surat berharga
b. keikutsertaan investasi
c. ada underlying assets
d. Kupon menjadi bagi hasil
e. Segmentasi syariah dan non syariah
f. Emiten kriteria Jakarta Islamic Indeks (JII)
g. Dicatat sebagai investment account

Selain beberapa karakteristik di atas, sukuk bukanlah instrumen utang


melainkan penyertaan dana (investasi) yang didasarkan pada prinsip bagi
hasil. Berdasarkan hal tersebut, akad yang menjadi dasar hubungan hukum
antara penerbit atau emiten (mudharib) dan investor (pemilik dana/ shahibul
maal) bukanlah utang piutang, melainkan penyertaan. Return atau keuntungan
yang di dapat oleh investor dapat berupa bagi hasil/margin di dapat dari akad
murabahah, salam, istishna, sedangkan berupa fee di dapat dari akad ijarah.

Selain Fatwa DSN-MUI, dengan diterbitkannya Undang-Undang No : 19


Tahun 2008 Tentang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atau sukuk
negara, maka landasan hukum bagi pemerintah untuk melakukan percepatan
pembangunan seharusnya sudah kokoh, tinggal bagaimana kemauan
pemerintah (political will) untuk menggunakan dan mengoptimalkan sukuk,
baik sukuk negara maupun korporasi sebagai alternatif pembiayaan
pembangunan.

Pasal 1 Angka 1 UU SBSN mendefisikan SBSN atau sukuk negara sebagai


“surat berharga negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai
bukti atas bagian penyertaan terhadap aset SBSN, baik dalam mata uang
rupiah maupun valuta asing”. Selanjutnya Pasal 1 Angka 3 menjelaskan

4
bahwa yang dimaksud dengan aset negara adalah “objek pembiayaan SBSN
dan/atau Barang Milik Negara yang memiliki nilai ekonomis, berupa tanah
dan/atau bangunan maupun selain tanah, yang dalam rangka penerbitan SBSN
dijadikan sebagai dasar penerbitan SBSN.”1

2. Sukuk Sebagai Instrumen Investasi di Pasar Modal Syariah.


Sebagai surat berharga, tentu saja sukuk memiliki nilai komersial baik
sebagai instrumen investasi bagi pemilik dana (investor) maupun sebagai
alternatif pembiayaan bagi dunia usaha. Oleh karena itu, manfaat sukuk
dapat dilihat baik dari sisi investor maupun sisi pelaku usaha. Berdasarkan
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) No : 18/POJK.04/2015 Tentang
Penerbitan dan Persyaratan Sukuk, Sukuk merupakan Efek Syariah berupa
sertifikat atau bukti kepemilikan yang bernilai sama dan mewakili bagian
yang tidak terpisahkan atau tidak terbagi (syuyu’/undivided share) atas aset
yang mendasarinya.
Dalam praktik banyak yang menyamakan sukuk dengan obligasi, sementara
menurut hemat penulis terdapat perbedaan mendasar antara ke duanya,
yakni obligasi merupakan surat berharga yang bersifat utang, dan
memberikan keuntungan pada pemiliknya berupa bunga yang disepakati. Di
sisi lain, sukuk adalah surat berharga syariah yang merupakan bukti
kepemilikan atas suatu aset berwujud, hak atas manfaat, dan jasa-jasa, yang
mekanismenya tunduk pada prinsip syariah, dan menghindari keuntungan
dari bunga sebagaimana halnya obligasi. Hal ini sesuai dengan tujuan
diterbitkannya sukuk yakni untuk menggantikan obligasi yang bersifat
utang dengan kewajibannya membayar berdasarkan bunga.Dalam berbagai
literatur memang sukuk dipadankan dengan Islamic Bonds atau obligasi
syariah, yang maknanya tidak sama dengan pengertian obligasi. Berbeda

1
Ahmad Subagyo, Kamus IstilahEkonomi Islam- Istilah-istilah Populer dalam Perbankan, Bursa
Saham, Mul-tifinance, dan Asuransi Syariah, Elek Media Komputindo, Jakarta, 2009, hlm : 6

5
halnya dengan obligasi konvensional yang menyatakan bahwa penerbit
berhutang pada investor, maka sukuk di desain untuk mengalihkan
kepemilikan atas satu atau lebih aset dasar (underlying assets). Ini
merupakan fitur penting, yang menyebabkan sukuk merupakan instrumen
yang dapat diperdagangkan untuk kepentingan syariah.Salah satu
karakterisitik yang wajib melekat pada sukuk adalah adanya underlying
assets yang mendasari penerbitannya.2
B. Ruang Lingkup Pasar Modal Syariah
1. Pengertian pasar modal syariah
Pasar modal didefinisikan sebagai pasar yang memperjualbelikan berbagai
instrumen keuangan (sekuritas) jangka panjang, baik dalam bentuk utang
maupun modal sendiri yang diterbitkan oleh perusahaan swasta. Pasar modal
(capital market) mempertemukan pemilik dana (supplier of fund) dengan
pengguna dana (user of fund) dengan tujuan investasi jangka menengah
(midle term investment) dan investasi jangka panjang (longe term
investment).Sedangkan pasar modal syariah adalah pasar modal yang
menerapkan prinsip-prinsip syariah dalam kegiatan transaksi ekonomi terlepas
dari hal-hal yang dilarang seperti riba, perjudian, spekulasi, dan lain-lain.
Pasar modal adalah pasar untuk berbagi instrumen keuangan atas sekuritas
jangka panjang yang dapat diperjualbelikan, baik dalam bentuk uang maupun
modal, baik yang diterbitkan oleh pemerintah, publicauthorities maupun
perusahaan swasta. Yang menjadi instrumen pasar modal syariah adalahsaham
syariah, obligasi syariah dan Reksadana syariah Saham syariah adalah
sertifikat yang menunjukkan bukti kepemilikan suatu perusahaan yang
diterbitkan oleh emiten yang kegiatan usaha maupun cara pengelolaannya
tidak bertentangan dengan prinsip syariah.

2
Muhammad al-Bashir Muhammad al-Amine, Global Sukuk and Islamic Securitization Market,
Brill, Lon-don, 2012, hlm. 57.

6
Saham syariah adalah saham-saham yang diterbitkan oleh suatu perusahaan
yang memiliki karakteristik sesuai dengan syariah Islam.Instrumen pasar
modal selain diwujudkan dalam bentuk saham, juga dapat diwujudkan dalam
bentuk obligasi. obligasi syariah (sukuk) merupakan surat pengakuan
kerjasama yang memiliki ruang lingkup yang lebih beragam dibandingkan
hanya sekedar surat pengakuan utang. Keberagaman tersebut dipengaruhi oleh
berbagai akad yang telah digunakan. Seperti akad mudharabah,
murabahah,salam, istishna’ dan ijarah.
Reksadana syariah adalah reksa dana yang beroperasi menurut ketentuan dan
prinsip-prinsip syariah Islam, baik dalam bentuk akad antara pemodal sebagai
pemilik (shahibu al-mal/rabbu al-mal) dengan manajer investasi sebagai wakil
shahibu al-mal, maupun antara manajer investasi sebagai wakil shahibu al-mal
dengan pengguna investasi.
perkembangan pasar modal yang positif akan direspon oleh investor asing
dengan pembelian efek atau saham di bursa sehingga terjadi capital inflow
yang membawa nilai tukar pada apresiasi, begitu pula sebaliknya. Selain itu,
perkembangan pasar saham yang meningkat akan mebawa perusahaan-
perusahaan permodalan yang lebih kuat karena dana yang terhimpun untuk
kebutuhan investasi pada sektor-sektor yang lebih luas dapat meningkat dan
hal ini mengindikasikan peningkatan investasi riil. Peningkatan inevestasi riil
ini akan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi yang bermuara pada
perbaikan tingkat kesejahteraan masyarakat.3
2. Fungsi Pasar Modal Syari’ah
Adapun fungsi dari keberadaan pasar modal syariah menurut MM.
Metwally adalah sebagai berikut:
a. Memungkinkan bagi masyarakat berpartisipasi dalam kegiatan
bisnis dengan memperoleh bagian dari keuntungan dan resikonya.

3
M. Nasarudin dan Indra Surya Irsan, Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia, 2006.291.

7
b. Memungkinkan para pemegang saham menjual sahamnya guna
memdapatkan likuiditas.
c. Memungkinkan perusahaan meningkatkan modal dari luar untuk
membangun dan mengembangkan lini produksinya.
d. .Memisahkan operasi kegiatan bisnis dari fluktuasi jangka pendek
pada harga saham yang merupakan ciri umum pada pasar modal
konvensional.
e. Memungkinkan investasi pada ekonomi itu ditentukan oleh kinerja
kegiatan bisnis sebagaiman tercermin pada harga saham4
3. Prinsip prinsip pasar modal syari’ah
Adapun prinsip –prinsip syariah pada bidang pasar modal Syariah di
Indonesia berdasarkan pada fatwa Dewan Syariah Nasional No.40/DSN-
MUI/X/2003, dijelaskan bahwa: Pasar modal beserta seluruh mekanisme
kegiatannya terutama mengenai emiten, jenis efek yang di perdagangkan
dan mekanisme perdagangannya dipandang telah sesuai dengan syariah
apabila telah memenuhi prinsip –prinsip syariah. Suatu efek dipandang
telah memenuhi prinsip –prinsip syariah apabila telah memperoleh
pernyataan kesesuaian syariah.
4. Lembaga Penunjang Pasar Modal
a. Bursa efek
Bursa efek adalah pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan
sistem dan sarana untuk mempertemukan penewaran jual dan beli
efek dengan tujuan memperdagangkan efek daiantara mereka.
Pengertian ini mencakup pula sistem dan sarana untuk
mempertemukan penewaran jual beli efek, meskipun sistem dan
sarana tersebut tidak mencakup sistem dan sarana untuk
memperdagangkan efek.

4
Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan Ilustrasi, 186

8
b. Biro adminitrasi efek
Biro adminitrasi efek (BAE) adalah pihak yang berdasarkan
kontrak dengan emiten melaksanakan pencatatan pemilikan efek
dan pembagian hak yang berkaitan dengan efek.
c. Kustodian
Kustodian adalah pihak yang memberikan jasa penitipan efek dan
harta lain yang berkaitan dengan efek serta jasa lain, termasuk
menerima deviden, bunga, dan hak-hak lain, menyelesaikan
transaksi efek, dan mewakili pemegang rekening yang menjadi
nasabahnya. Kegiatan usaha sebagai kustodian tersebut dapat
diselenggarakan oleh LPP, perusahaan efek, atau bank umum yang
telah mendapat persetujuan dari bapepam.
d. Lembaga penyimpan dan penyelesaian
LPP adalah pihak yang menyelenggarakan kegiatan kustodian
sentral bagi bank kustodian, perusahaan efek, dan pihak lain. Saat
ini dilakukan oleh PT.Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI).
e. Bank kustodian
Bank kustodian adalah pihak yang memberikan jasa penitipan
kolektif dan harta lainnya yang berkaitan dengan efek. Penitipan
kolektif yang dimaksud adalah jasa penitipan atas efek yang
dimiliki bersama oleh lebih dari satu pihak, yang kepentingannya
diwakili oleh kustodian.
f. Lembaga kliring dan penjamin
Lembaga kliring dan penjamin adalah pihak yang
menyelenggarakan jasa kliring dan penjamin penyelesaian
transaksi bursa, yaitu kontrak yang dibuat oleh anggota bursa efek,
yaitu perantara pedagang efek yang telah memperoleh izin usaha
dari bapepam dan mempunyai hak untuk mempergunakan sistem
dan sarana bursa efek menurut peraturan bursa efek, sesuai dengan

9
persyaratan yang ditentukan oleh bursa efek mengenai jual beli
efek, pinjam meminjam efek, atau kontra lain mengenai efek atau
harga efek. Saat ini, lembaga ini dilakukan oleh PT Kliring
penjaminan Efek Indonesia (KPEI).
g. Wali amanat
Wali amanat adalah pihak yang mewakili kepentingan pemegang
efek besifat utang. Bank umum yang akan bertindak sebagai wali
amanat wajib terlebih dahulu terdaftar di babepam untuk
mendapatkan surat tanda terdaftar sebagai wali amanat.
h. Pemeringkat efek
Perusahaan pemeringkat efek adalah pihak yang menerbitkan
pemeringkat-pemeringkat bagi surat utang (debt securities), seperti
obligasi dan comercial paper. Sampai saat ini, bapepam telah
memberikan izin usaha kepada dua perusahaan pemeringkat efek,
yaitu PT Pefindo dan PT Kasnic Duff & Phelps Credit Ranting
Indonesia.

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Sukuk adalah Surat berharga Syariah (sukuk) merupakan instrumen
pasar modal yang berpotensi untuk dikembangkan baik sebagai alternatif
investasi maupun pembiayaan, khususnya untuk membiayai pembangunan
infrastruktur untuk pelayanan publik melalui penerbitan sukuk negara. Sukuk
sebagai surat berharga syariah memberikan hak yang tidak terbagi kepada
pemegangnya atas aset yang digunakan sebagai underlying assets, sehingga
mendudukkan sukuk sebagai instrumen penyertaan (equity instrument) bukan
instrumen utang (debt instrument) seperti obligasi.
pasar modal syariah adalah pasar modal yang menerapkan prinsip-
prinsip syariah dalam kegiatan transaksi ekonomi terlepas dari hal-hal yang
dilarang seperti riba, perjudian, spekulasi, dan lain-lain.

B. Kritik dan Saran


Penulis mengetahui betul bahwa buah karya yang dipergunakan untuk
memenuhi tugas ini jauh dari kata sempurna, maka penulis sangat
mengharapkan kritik atau saran dari para pembaca. Kritik dan saran bagi
penulis adalah sesuatu yang sangat berarti untuk menjadi yang lebih baik.

11
DAFTAR PUSTAKA

Subagyo, Ahmad, Kamus Istilah Ekonomi Islam-Istilah-istilah Populer dalam


Perbankan, Bursa Saham, Multifinance, dan Asuransi Syariah, Elek Media
Komputindo, Jakarta, 2009

Muhammad al-Bashir Muhammad al-Amine, Global Sukuk and Islamic


Securitization Market, Brill, London, 2012

M. Nasarudin dan Indra Surya. Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia, 2006.

Sudarsono, Heri, Bank dan Lembaga Keuangan Syari’ah Deskripsi dan


Ilustrasi, Yogyakarta : Ekonisia, 2007.

12

Anda mungkin juga menyukai