Disusun Oleh:
2019 M/ 1440 H
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
saya panjatkan puji syukur atas segala nikmat-Nya yang telah terlimpah, terutama
nikmat iman, ilmu, hidayah, dan hikmah. Shalawat serta Salam, semoga selalu
tercurah kepada suri tauladan umat, Nabi Muhammad Berkat hidayah dan inayah
Allah dan motivasi untuk berbagi ilmu yang telah diajarkan Rasulullah, Saya dapat
menyelesaikan makalah berjudul “TATA PERMAINAN BAHASA KARYA
TULIS ILMIAH” ini dengan baik dan tepat waktu.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mandiri mata kuliah bahasa
indonesia. Kehadiran makalah ini diharapkan dapat membantu proses pembelajaran
dalam perkuliahan dan dapat memberi tambahan wawasan. Saya menyadari
sepenuhnya, bahwa makalah ini memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu, saya
mengharapkan kritik dan saran edukatif untuk perbaikan dan penyempurnaan
makalah ini.
Akhir kata, saya sampaikan terima kasih kepada para pihak yang telah
membantu dalam pembuatan makalah ini. Semoga makalah yang saya susun dapat
memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..................................................................................................................ii
A. Kesimpulan ...................................................................................................10
B. Saran ............................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................11
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
B. Rumusan Masalah
2
BAB II
PEMBAHASAN
2. Hakikat Bahasa
3
mengemukakan bahwa hakikat bahasa berkaitan dengan filsafat bahasa dan
filsafat psikologi. Di dalam wittgenstain I, kita diperkenalkan pada teori
gambar (picture theory) sebagai wittgenstein menjelaskan hakikat bahasa.
Agar makna bahasa bisa dipahami, terlebih dahulu harus diterima dulu
bahwa terdapat proposisi-proposisi atau ungkapan elementer yang merujuk
pada keadaan-keadaan faktual (states of affair).
Karya tulis ilmiah dapat diartikan sebagai tulisan yang didasari oleh
hasil pengamatan, peninjauan, penelitian, dan perenungan dalam bidang
keilmuan tertentu, disusun menurut metode tertentu dengan penulisan yang
santun, baik, dan benar, atau berdasarkan kaidah baku ragam bahasa tulis.
4
Berkenaan dengan hal yang diatas, maka suatu tata permainan bahasa
ta mungkin dilepaskan dari hakikat bahasa sebagaimana diyakini oleh aliran
filsafat bahasa biasa bahwa makna sebuah kata adalah penggunaanya dalam
kalimat, makna sebuah kalimat adalah penggunaanya dalam bahasa, dan
makna bahasa adalah penggunaanya dalam hidup. Maka, tata permainan
bahasa di dalam karya tulis ilmiah yang komunikatif dapat di simak sebagai
berikut.
A. Koheren
Koheren juga dapat dipahami seabagai harmonis, intergral, kompak,
dan terintegrasi dan terpadu. Gorys keraf, dalam buku klasiknya,
komposisi (1997), menegaskan bahwa koherensi adalah adanya
hubungan yang jelas antara unsur-unsur yang membentuk suatu kalimat;
bagaimana hubungan antara subjek dan predikat; hubungan predikat
dengan objek;serta keterangan-keterangan yang menjelaskan tiap-tiap
umsur itu.
Dalam perspektif filsafat bahasa bahwa koherensi di dalam tata
permainan bahasa karya tulis ilmiah yang komunikatif tidak semata-
mata berhubungan dengan penggunaan struktur atau antar unsur
pembentuk kalimat, tetapi terutama mempresentasikan suatu pikiran
penulisnya yang mengandung kesatuan dan ketuhanan (wibowo, 2007)
B. Konsisten
Konsisten artinya ajek, konstan, stabil, taan asas, konsekuen, atau
teguh. Oleh karena itu, karya tulis ilmiah yang komunikatif harus
didukung oleh fakta atau data yang cukup dan terpercaya. Suatu
pendapat yang tidak didukung oleh fakta yang cukup dan terpercaya
akan memunculkan analisis yang lebih baik bersifat opini, sehingga kita
dikatakan tidak konsisten, tidak taat asas, dan tidak konsekuen.
5
C. Sistematis
Sitematis adalah susunan sesuai prosedur, teratur, runtut, berjenjang,
berkesinabungan, metodis, dan terorgaisasi. Sistematika sebuah tulisan
pada umumnya terbagi kedalam tiga bagian pokok, yakni pendahuluan,
isi. Dan simpulan. Bagian lain yang menjadi penunjang adalh kover,
judul, daftar pustaka, dan indeks.
Dapat ditegaskan bahwa, sistematika karya tulis ilmiah yang baik
yaitu:
a) Halaman-halaman pendahuluan.
Berisikan ihwal yang tidak berkaitan langsug dengan isi pokok
tulisan. Seperti judul, halaman persembahan, kata pengantar, daftar
isi, halaman pernyataan tidak menjiplak, halaman pengesahan dari
pebimbing (untuk skripsi, tesis, atau disertasi).
b)Pendahuluan.
Berisikan uraian masalah atau alasan penelitian.
c) Bab-bab.
d)Simpulan.
e) Daftar pustaka.
f) Indeks.
D. Konseptual
Kesan mental, suatu pemikiran, ide, gagasan, yang memiliki drajat
kekonkretan atau abstraksi yang digunakan dalam pemikiran abstrak
disebut konsep (Bagus, 2002). Di dalam penulisan karya tulis ilmiah
yang komunikatif, prosedur atau urutan yang teratur dan runtut harus
dilakukan melalui langkah-langkah perencenaan yang konseptual, yakni
terarah dan terfokus.
Implikasi dari hal diatas adalah kewajiban si penulis karya tulis ilmiah
dalam hal memilih dan menggunakan metode dan teori. Dikatakan
wajib, karena didalam langkah metodiknya si penulisnya karya tulis
6
ilmiah harus menggunakan metode dan teori baik yang sudah ada
maupun metode dan teori yang hendak difalsifikasikan.
Di dalam perspektif epistemologi, pengunaan lebih dari satu teori
disebut prinsip eklektik. Sementara itu, penggunaan lebih dari satu teori
bila ditujukan demi “mencarin jalan baru” disebut prinsip heuristika.
E. Komprehensif
F. Logis
Logika adalah apapun termasuk ucapan yang dapat dimengerti atau
akal budi yang berfungsi baik teratur, sistematis, dan daapat dipahami.
Di dalam sejarah filsafat, logika sudah disebut oleh Aristoteles (abad ke-
5 sebelum masehi) dalam istilah organon atau instrumen ilmu. Prinsif
logika, organon, atau penalaran, bertolak dari satu atau lebih pernyataan
yang disebut premis ke satu pernyataan selanjutnya yang disebut
kesinpulan. Jika simpulan berasal dari premis-premis secara niscaya,
proses imi disebut dedukasi atau penalaran deduktif jika simpulan
7
berasal dari premis-premis dengan drajat kemungkinan, proses ini
disebut induksi atau penalaran induktif.
Karya tulis ilmiah yang dapat dikatakan logis dan komunikatif
jika mengandung prinsif pengembangan. Merujuk kembali pada
pendapat Parker, sejumlah unsur yang membangun sesuati yang bernilai
esrtetik mestilah memberikan mata rantai sebab akibat yang dapat
dinalar dan jalin-menjalin, yang pada pokoknya mengandung prinsif
perkembangan. Tentu saja sistem ini tidak dibangun secara sederhana,
sebab sesuatu yang bernilai estetik mestilahmengandung unsur yang
rumit dan kompleks, yang penuh perbedaan danpertentangan halus.
Beranalogi dengan ini, maka penalaran seorang penulis di dalam proses
kepenulisannya dapat dilihat pada unsur-unsur yang rumit dan kompleks
yang membangun tulisannya.
G. Bebas
Dimaknai sebagai “merdeka”, “mandiri”, “independen”, atau
“leluasa”. Namun tidak berarti ilmuwan tidak bebas dan leluasa berbuat
apa pun. Pasalnya kebebasan ilmuwan terbatas oleh kebebasan pihak
lain. Dalam ungkapan lain, kebebasan ilmuan adalah kebebasan yang
eksistensial, yaitu kebebasan menyeluruh yang terkonteks dengan
keprobadian bangsa yang oleh karena itu membedakan dengan nilai-
nilai kebebasan yang dianut bangsa lain.
Dalam konteks kebebasan ilmuan, kita mesti merumuskan
pengetahuan secara eksplisit, sehingga kebebasan adalah hubungan
antara “aku konkret” dan perbuatan yang dilakukan. Berpijak dari hal
diatas, maka disimpulkan sebuah karya tulis ilmiah harus berlaku dan
dapat diberlakukan untuk seluruh anggota komunitas dalam bidang ilmu
yang bersangkutan. Dengan begitu, si penulis karya tulis ilmiah itu tidak
mencerminkan sebagai peneliti yang individualistis, liberalistis, atau
menafsirkan kebebasan ilmiah dengan semena-mena, tetapi
mencerminkan kebebasan seorang peneliti yang berkepribadian bangsa.
8
H. Bertanggung Jawab
9
C. Cara Membuat Karya Tulis Ilmiah Yang Baik
1. Tulisan harus jelas dan efektif
A. Singkat
Sebuah karya tulis ilmiah yang jelas dan efektif tidak perlu
memuat ihwal yang tidak berkaitan langsung dengan topik
utama tulisan. Takala membahas masalah kosmetika misalnya,
si penulis tidak perlu menjelaskan secara panjang lebar perihal
pentingnya kecantikan bagi wanita.
B. Koheren
Dikatakan koheren jika hubungan antar unsur pembentuk
kalimat di dalam sebuah karya tulis ilmiah dibangun secara
jelas, yakni bagaimana hubungan antara subjek dan predikat,
antara predikat dan objek, serta keterangan-keterangan yang
menjelaskan tiap-tiap unsur itu.
C. Variasi
Untuk mencegah kebosanan peembaca, kita boleh
melakukan variasi baik dalam diksi (pilihan kata) maupun
dalam struktur kalimat. Variasi dalam struktur kalimat,
misalnya di kemungkinkan dengan cara membentuk kalimat
pembuka melalui frasa keterangan (keterangan cara, keterangan
waktu, dan keterangan waktu dan keterangan tempat), frasa
benda, frasa kerja, atau melalui partikel penghubung.
D. Kesatuan pikiran
10
Kalimat yang jelas dan efektif mengandung kesatuan
pikiran, yakni memiliki hanya satu pokok pikiran. Oleh karena
itu, letakkanlah pokok pikiran yang berupa informasi yang
dikenal luas pada awal kalimat.
E. Penegas
Didalam karya tulis ilmiah, penegasan adalah upaya si
penulisnya dalam menonjolkan pokok pikirannya. Tujuannya,
memberi ketegasan bahwa pokok pikirannya amat penting
diketahui pembacanya. Penegasan dapat dilakukan melalaui
posisi dalam kalimat (meletakkan pokok pikiran pada awal
kalimat), melalui repetisi (mengulang-ulang pokok pikiran),
atau dapat juga dengan cara meletakkan informasi baru dan
tidak terduga pada akhir kalimat.
F. Logika
Tulisan yang jelas dan efektif merupakan perwujudan dari
cara berpikir logis. Dalam ungkapan lai, kelogisan cara berpikir
seorang penulis mestinya tercermin dalam tulisannya. Untuk
memahami hubungan antara bahasa dan logika, oleh karena itu
kita juga harus memahami proses berpikir logis. Dalam konteks
penulisan karya tulis ilmiah, proses berpikir logis dicerminkan
dari pertama, definisi atau proses pembatasan makna yang
dibuat oleh si penulis karya tulis ilmiah terhadap suatu kata,
istilah, atau masalah, yang di tulisnya. Sebuah karya tulis
ilmiah akan memiliki pijakan logika yang kuat jika
mengandung batasan-batasan yang jelas dan Kedua, generasi
yaitu proses pemahaman si penulis karya tulis ilmiah terhadap
sesuatu yang semula bersifat sempit menjadi bersifat umum
atau sebaliknya.
2. Bentuk-bentuk hubungannya kohesif
Dalam kaitan dengan penulisan Karya tulis ilmiah, uraian
tentang hubungan kohesi dapat dipertalikan dengan:
11
A. Penggunaan konjungsi
Sebagai alat penghubung intrakalimat dan antarkalimat,
konjungsi atau kata sambung terkelompok kedalam jenis
kata tugas yang berfungsi mempertegas dan juga
memperpadukan makna. Fungsi dan tujuan ini ialah agar
membuat kata lain berperan dalam kalimat, sehingga
kalimat itu menjadi kohesif. Dilihat dari konteks penulisan
karya tulis ilmiah, konjungsi dapat dibagi dalam tiga
kelompok yaitu:
a. Konjungsi koordinatif yang berfungsi
menggabungkan dua unsur atau lebih. Tiap-tiap unsur
itu (baik berupa kata, frasa, klausa, maupun kalimat)
b. Konjungsi idiomatik yaitu terdiri atas pasangan kata
yang tak terpisahkan. Akan tetapi, konjungsi ini juga
disebut dalam istilah konjungsi korelatif, karena
berfungsi menghubungkan dua kata, frasa, atau klausa
yang memiliki status sintaksis yang berkorelasi.
c. Konjungsi antaralinea. Fungsi konjungsi ini
menghubungkan satu alinea (paragraf) dan alinea
berikutnya.
B. Pemahaman Ejaan
Ejaan adalah seperangkat kaidah, aturan atau ketentuan
yang mengatur pelambangan bunyi bahasa. Termasuk
bagaimana mwnggunakan tanda baca. Fungsi ejaan yaitu;
(1) sebagai landasan pembakuan tata bahasa (2) sebagai
landasan pembakuan tata bahasa (3) sebagai penyaring
penetrasi unsur bahasa asing.
C. Pembentukan kata
Penulis karya tulis ilmiah yang jelas, efektif dan
komunikatif harus memahami pula masalah pembentukan kata,
12
khususnya yang berkaitan dengan peluluhan bunyi dan kata
lazim
D. Kecermatan Diksi
Penulis karya tulis ilmiah yang jelas, efektif dan
komunikatif dituntut mampu memberdayakan diksinya secara
cermat, agar gagasan-gagasan dalam tulisannya dapat diterima
pembacanya dengan jernih. Dalam penegasan lain, kecermatan
diksi atau memilih kata-kata secara cermat akan menimbulkan
gagasan yang tepat pada imajinasi pembacanya. Dalam kaitan
ini menghubung-hubungkan kalimat dapat juga dilakukan
dengan memperthatikan kecermatan diksi, karena akan
Menghasilkan relasi simatik atau hubungan makna yang
kohesif.
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Penulis menyadari bahwa masih banyak kesalahan dalam menulis
makalah ini. Untuk itu kritik dan saran yang membangung sangat
dibutuhkan oleh penulis. Sesua bahasan diatas penulis menyarankan
bahwa dalam penulisan karya tulis ilmiah yang komunikatif itu harus jelas
dan efektif dalam penulisannya dan bentuk-bentuk hubungan (konjungsi)
harus kohesif.
14
DAFTAR PUSTAKA
Wibowo, Wahyu. Tata Permainan Bahasa Karya Tulis Ilmiah. Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2012
15