Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

SARANA BERFIKIR ILMIAH DAN IPA


Disusun untuk memenuhi salah satu tugas matakuliah Filsafat IPA

Oleh :
MUHAMAD AQIL RIDHO

Dosen Pengampu :
AGUNG SUCI DIAN SARI, S.Si., M.Pd

INSTITUT TEKNOLOGI DAN SAINS NAHDLATUL ULAMA’


PASURUAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat tuhan yang Maha Esa, yang telah
memberikan rahmat dan pertolongan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami
yang berjudul “Sarana Berfikir Ilmiah dan IPA” ini dengan baik. Makalah ini ditulis
untuk memenuhi tugas matakuliah Filsafat IPA. Penyusunan makalah ini berdasarkan
sumber-sumber informasi yang relevan, baik dari media cetak seperti buku dan media
elektronik seperti Internet.

Kami menyadari makalah ini masih sangat jauh dari sempurna, oleh karena itu,
kami senantiasa menerima kritik dan saran dari berbagai pihak untuk perbaikan makalah
selanjutnya. Akhirnya, semoga makalah yang sederhana ini dapat memberikan manfa’at
bagi kita semua. Amiin.

Pasuruan, 24 Maret 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Halaman
Kata Pengantar ..................................................................................................... i
Daftar Isi .............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang ......................................................................................... 1
2. Rumusan Masalah .................................................................................... 2
3. Tujuan ...................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
1. Sarana Berfikir Ilmiah Meliputi Bahasa, Matematika, dan Statistika ..... 3
2. Peranan Matematika Dalam Logika dan Perkembangan Ilmu ................ 6
BAB II PENUTUP
1. Kesimpulan .............................................................................................. 10
2. Saran ........................................................................................................ 10
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia makhluk yang berakal, akal membedakan manusia dengan
makhluk lainnya, seperti hewan dan tumbuhan bahkan jin dan malaikat. Manusia
mempunyai kemampuan untuk mencapai tujuan hidupnya dalam kehidupan
sehari-hari dengan menggunakan akalnya. Manusia dapat membuat peralatan
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kemampuan manusia membuat peralatan
bukanlah hal yang dapat dilakukan dengan begitu saja, tetapi telah melalui proses
pengalaman. Pengalaman-pengalaman yang telah dilalui menjadi dasar bagi
pembentukan pengetahuan. Dengan pengetahuan yang telah dimiliki manusia
dapat membuat peralatan tersebut.
Pengetahuan yang diperoleh melalui pengalaman untuk membuat alat
menyebabkan manusia terus mengembangkan pengetahuannya, untuk
mengembangkan pengetahuannya tersebut dibutuhkan juga alat. Alat yang baik
memungkinkan manusia memperoleh pengetahuan baru melalui aktivitas berpikir
yang benar.
Berpikir benar memerlukan sarana atau alat berpikir. Sarana ini bersifat
pasti, maka aktivitas keilmuan tidak akan maksimal tanpa sarana berpikir ilmiah
tersebut. Bagi seorang ilmuwan penguasaan sarana berpikir merupakan suatu
keharusan, karena tanpa penguasaan sarana ilmiah tidak akan dapat melaksanakan
kegiatan ilmiah yang baik. Penguasaan sarana ilmiah sangat penting bagi ilmuwan
agar dapat melaksanakan kegiatan ilmiah dengan baik. Sarana berpikir ilmiah
membantu manusia menggunakan akalnya untuk berpikir dengan benar dan
menemukan ilmu yang benar.

1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, rumusan masalah yang
akan dibahas pada makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana sarana berfikir ilmiah yang meliputi bahasa, matematika, dan
statistika?
2. Bagaimana peranan matematika dalam logika dan perkembangan ilmu?
C. Tujuan
Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan, tujuan dari penulisan
makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan sarana berfikir ilmiah yang meliputi bahasa, matematika,
dan statistika
2. Mendeskripsikan peranan matematika dalam logika dan perkembangan ilmu

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sarana Berfikir Ilmiah yang meliputi Bahasa, Matematika, dan statistika


1. Bahasa sebagai Sarana Berfikir Ilmiah
Salah satu perbedaan manusia dengan makhluk lainnya adalah
kemampuan manusia berbahasa. Bahasa memiliki peranan yang sangat
penting dalam kehidupan manusia, termasuk di dalamnya adalah kegiatan
ilmiah. Kegiatan ilmiah sangat berkaitan erat dengan bahasa. Menggunakan
bahasa yang baik dalam berpikir membantu untuk mengkomunikasikan jalan
pikiran kepada orang lain. Berpikir sebagai hasil kegiatan otak manusia tidak
akan ada artinya apabila tidak diketahui oleh orang lain. Cara untuk
mengkomunikasikannya kepada orang lain adalah menggunakan sarana
bahasa.
Bahasa merupakan lambang serangkaian bunyi yang membentuk suatu
arti tertentu (Suriasumantri, 2003:175). Bahasa merupakan pernyataan pikiran
atau perasaan sebagai alat komunikasi manusia yang terdiri dari kata-kata atau
istilah-istilah dan sintaksis. Kata atau istilah merupakan simbol dari arti
sesuatu, sedangkan sintaksis merupakan cara menyusun kata-kata menjadi
kalimat yang bermakna.
Bahasa mengandung unsur simbol, sesuatu yang diucapkan oleh
manusia merupakan kegiatan memberi simbol terhadap suatu obyek nyata
dalam dunia praktis. Agar simbol tersebut dapat memenuhi tujuan pembicara
maka simbol tersebut harus diucapkan dengan bunyi tertentu yang dapat
didengar oleh orang yang dituju sehingga memudahkan pendengar untuk
mengetahui dengan jelas obyek yang dimaksud oleh pembicara. Bunyi simbol
suatu obyek tidak harus sama antara ucapan dan makna yang dikandungnya,
artinya makna suatu obyek dapat diucapkan dengan kata yang berbeda untuk
daerah atau komunitas yang berbeda. Para anggota komunitas kelompok sosial
menggunakan bahasa untuk dapat berinteraksi satu sama lainnya.
Bahasa mengkomunikasikan tiga hal yakni buah pikiran, perasaan, dan
sikap. Manusia dapat menyampaikan sesuatu yang dipikirkan kepada orang

3
lain menggunakan bahasa. Dengan bahasa, orang lain dapat mengetahui dan
mempelajari sesuatu yang sedang dipikirkan. Dengan bahasa, manusia juga
dapat mengekspresikan sesuatu yang dirasakannya kepada orang lain. Orang
lain dapat mengetahui seseorang sedang sedih atau senang melalui bahasa
yang disimbolkan.
Karya ilmiah pada dasarnya merupakan kumpulan pernyataan yang
mengemukakan informasi tentang pengetahuan maupun jalan pemikiran
dalam mendapatkan pengetahuan. Untuk mampu mengkomunikasikan suatu
pernyataan dengan jelas maka seseorang harus menguasai bahasa yang baik.
Ketika manusia telah memperoleh suatu pengetahuan melalui kegiatan
ilmiah yang dilakukan, maka harus mengkomunikasikan hasil yang telah
diperoleh tersebut agar pengetahuannya dapat bermanfaat bagi kemakmuran
umat manusia. Hal-hal yang harus dikomunikasikan tersebut meliputi jalan
pemikiran untuk memperoleh pengetahuan dan pengetahuan itu sendiri.
Pengkomunikasian tersebut dituangkan dalam sebuah karya ilmiah. Untuk
dapat menyusun sebuah karya ilmiah, dituntut kemampuan untuk menguasai
bahasa yang baik dan benar. Tanpa menguasai bahasa yang baik, tidak
mungkin dapat menyusun sebuah karya ilmiah.
Melalui bahasa manusia dengan sesama manusia lainnya dapat saling
menambah dan berbagi pengetahuan yang dimilikinya. Bahasa menjadi sarana
untuk berbagi dengan sesama manusia. Seseorang dapat memberitahukan
sesuatu yang diketahuinya kepada orang lain dengan menggunakan bahasa.
Dalam proses berbagi tersebut manusia mengalami penambahan pengetahuan,
menjadi mengetahui sesuatu yang semula belum diketahui.
Komunikasi ilmiah menonjolkan fungsi simbolik bahasa. Dalam
komunikasi ilmiah proses komunikasi harus terbebas dari unsur emotif agar
pesan yang disampaikan dapat diterima secara reproduktif, artinya sama
dengan pesan yang dikirimkan.
Bahasa merupakan sarana komunikasi maka segala sesuatu yang
berkaitan dengan komunikasi tidak terlepas dari bahasa, seperti halnya
berpikir sistematis dalam memperoleh ilmu. Tanpa kemampuan berbahasa,

4
seseorang tidak akan dapat melakukan kegiatan ilmiah secara sistematis dan
benar.
Dalam komunikasi ilmiah harus memperhatikan fungsi simbolik
bahasa, karena komunikasi ilmiah dilakukan untuk menyampaikan informasi
yang berupa pengetahuan kepada orang lain. Agar komunikasi dapat berjalan
dengan baik maka harus menggunakan bahasa yang terbebas dari unsur
emotif. Unsur emotif dalam bahasa hanya akan mengacaukan komunikasi
ilmiah sehingga pesan yang disampaikan tidak dapat diterima dengan baik
oleh penerima. Komunikasi simbolik yang bebas dari unsur emotif dapat
mencegah salah informasi.
Bahasa sebagai sarana ilmiah mempunyai kelemahan. Kelemahan
tersebut menurut Suriasumantri (2003:182-187) antara lain:
a. Bahasa bersifat multifungsi,
b. Bahasa memiliki arti yang tidak jelas dan eksak
c. bahasa mempunyai beberapa kata yang memberikan arti yang sama, dan
d. konotasi bahasa yang bersifat emosional.
2. Matematika sebagai Sarana Berfikir Ilmiah
Bahasa sebagai alat komunikasi verbal mempunyai banyak
kelemahan, karena tidak semua pernyataan dapat dilambangkan dengan
bahasa. Untuk mengatasi kelemahan-kelemahan bahasa tersebut maka
digunakanlah sarana matematika.
Matematika sebagai sarana berpikir deduktif menggunakan bahasa
artifisial, yakni murni bahasa buatan manusia. Keistimewaan bahasa ini
adalah terbebas dari aspek emotif dan efektif serta jelas terlihat bentuk
hubungannya. Matematika lebih mementingkan kelogisan pernyataan
pernyataannya yang mempunyai sifat yang jelas.
Dengan matematika, sifat kabur, majemuk dan emosional dari bahasa
dapat dihilangkan. Lambang yang digunakan dalam matematika lebih eksak
dan jelas, lambang-lambang tersebut tidak bisa dicampuri oleh emosional
seseorang, suatu lambang dalam matematika jelas hanya mengandung satu arti
sehingga orang lain tidak dapat memberikan penafsiran selain dari maksud
pemberi informasi. Misalnya, seseorang yang mengatakan: ”Saya punya satu

5
orang adik perempuan”, orang lain dapat menerima bahwa orang itu
mempunyai satu adik, tidak mungkin orang lain akan mempunyai penafsiran
bahwa orang itu mempunyai dua atau tiga orang adik.
Matematika mengembangkan bahasa numerik yang memungkinkan
kita untuk melakukan pengukuran secara kuantitatif. Matematika biasanya
menggunakan bahasa numeric yang menafikan unsur emosi, kabur dan
majemuk seperti yang terdapat dalam bahasa biasa. Melalui unsur ini, manusia
dapat melakukan pengukuran secara kuantitatif yang tidak diperoleh dalam
bahasa yang selalu memberi kemungkinan menggunakan perasaan yang
bersifat kualitatif.
Matematika memungkinkan untuk melakukan pengukuran yang jelas.
Untuk membandingkan tinggi dua buah obyek yang berbeda, misal pohon
jagung dan pohon mangga. Dengan bahasa hanya dapat dikatakan bahwa
pohon mangga lebih tinggi dari pohon jagung, tetapi tidak tahu dengan jelas
berapa perbedaan tinggi kedua pohon tersebut. Dengan matematika maka
perbedaan tinggi kedua pohon tersebut dapat diketahui dengan jelas dan tepat.
Misal, setelah diukur ternyata tinggi pohon jagung 100 cm dan tinggi pohon
mangga 250 meter, maka dapat dikatakan bahwa pohon mangga lebih tinggi
150 cm dari pohon jagung. Matematika memberikan jawaban yang lebih
eksak dan menjadikan manusia dapat menyelesaikan masalah sehari-harinya
dengan lebih tepat dan teliti.
Matematika sebagai sarana berpikir deduktif, memungkinkan manusia
untuk mengembangkan pengetahuannya berdasarkan teori-teori yang telah
ada. Misal, jumlah sudut sebuah lingkaran adalah 360 0. Dari pengetahuan ini
dapat dikembangkan, seperti besar sudut keliling lingkaran sama dengan
setengah besar sudut pusat jika menghadap busur yang sama.
3. Statistika sebagai sarana Berfikir Ilmiah
Suriasumantri (2003:225) ”Statistika harus mendapat tempat yang
sejajar dengan matematika agar keseimbangan berpikir deduktif dan induktif
yang merupakan ciri dari berpikir ilmiah dapat dilakukan dengan baik”. Orang
yang ingin mampu melaksanakan kegiatan ilmiah dengan baik tidak boleh
memandang sebelah mata terhadap statistika. Penguasaan statistika sangat

6
diperlukan bagi orang-orang yang akan menarik kesimpulan dengan sah.
Statistika harus dipandang sejajar dengan matematika. Kalau matematika
merupakan sarana berpikir deduktif maka orang dapat menggunakan statistika
untuk berpikir induktif. Matematika dan statistika sama-sama diperlukan
untuk menunjang kegiatan ilmiah yang benar sehingga akan menghasilkan
suatu pengetahuan yang benar pula.
Suriasumantri (2003:225) Statistika merupakan sarana berpikir yang
diperlukan untuk memproses pengetahuan secara ilmiah. Sebagai bagian dari
perangkat metode ilmiah maka statistika membantu kita untuk melakukan
generalisasi dan menyimpulkan karakteristik suatu kejadian secara lebih pasti
dan bukan terjadai secara kebetulan.
Statistika sebagai sarana berpikir ilmiah tidak memberikan kepastian
namun memberi tingkat peluang bahwa untuk premis-premis tertentu dapat
ditarik suatu kesimpulan, dan kesimpulannya mungkin benar mungkin juga
salah. Langkah yang ditempuh dalam logika induktif menggunakan statistika
adalah:
a. Observasi dan eksperimen
b. Memunculkan hipotesis ilmiah
c. Verifikasi dan pengukuran, dan
d. Sebuah teori dan hukum ilmiah.
Untuk mengetahui keadaan suatu obyek, seseorang tidak harus
melakukan pengukuran satu persatu terhadap semua obyek yang sama,
tetapi cukup dengan melakukan pengukuran terhadap sebagian obyek yang
dijadikan sampel. Walaupun pengukuran terhadap sampel tidak akan
seteliti jika pengukuran dilakukan terhadap populasinya, namun hasil dari
pengukuran sampel dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Setelah melakukan observasi dan eksperimen kemudian
merumuskan suatu hipotesis untuk dilakukan verifikasi dan uji coba
terhadap data dan keadaan yang sebenarnya di lapangan. Berdasarkan
pengkajian-pengkajian terhadap data dan keadaan di lapangan tersebut
dapat dirumuskan suatu kesimpulan yang nantinya menjadi sebuah teori
atau hukum ilmiah. Artinya, kesimpulan yang ditarik bukanlah sesuatu

7
yang kebetulan terjadi, tetapi telah melalui tahap-tahap berpikir tertentu
dengan melibatkan data dan fakta yang terjadi di lapangan.

B. Peranan Matematika dalam Logika dan Perkembangan Ilmu


Matematika merupakan ilmu dasar yang sangat diperlukan untuk landasan
bagi teknologi dan pengetahuan modern. Disamping itu, Matematika memberikan
ketrampilan yang tinggi pada seseorang dalam hal daya abstaksi, analisis
permasalahan dan penalaran logika. Dengan demikian Matematika berfungsi
untuk membantu mengkaji alam sekitar sehingga dapat dikembangkan menjadi
teknologi untuk kesejahteraan umat manusia. Masalah - masalah yang timbul
dalam sektor pertanian, industri, ekonomi dan kesehatan juga dapat dipecahkan
dengan pendekatan - pendekatan matematis
Seorang matematikawan tahun 1994, John Nash adalah pemenang hadiah
Nobel dalam bidang ekonomi, dia diakui kepeloporannya dalam memperkenalkan
pendekatan dan metode matematika dalam ekonomi. Pakar matematika terapan
lainnya, herberk Hauptman Ph.D. bahkan memmperoleh hadiah Nobel dalam
bidang kimia pada tahun 1985 karena kontribusinya dalam bidang kristtalografik
dengan memanfaatkan matematika untuk mengidentifikasi kristal
Dalam beberapa dasawarsa terakhir ini, pesatnya kemajuan teknologi
informasi dan komunikasi telah menyebar ke setiap aspek kehidupan. Hampir
seluruh dimensi kehidupan senantiasa disertai dengan berbagai kemudahan,
sebagai buah dari keberhasilan bidang teknologi ini. Kemudahan yang hampir
tidak mengenal batas ini semakin mengukuhkan bahwa dunia yang kita diami ini
seakan tak memiliki dinding pembatas atau bahkan tembok pemisah sekalipun.
Akses yang semakin mudah dan kesempatan yang semakin murah, di tengah-
tengah jaman yang senantiasa berubah, menyebabkan perkembangan teknologi
informasi dan komunikasi bagai dua obyek yang saling berlarian. Perkembangan
keduanya senantiasa sulit untuk dikejar, jika tidak disertai dengan upaya yang
sungguh- sungguh dan perencanaan yang amat matang.
Kontribusi Matematikawan Muslim Matematika Arab dapat dibagi ke
dalam 4 kategori: 1. Aritmatika, yang dianggap merupakan turunan dari India dan
didasarkan pada prinsip posisi. 2. Aljabar, meskipun berasal dari Yunani, Hindu

8
dan sumber-sumber lain di Babylonia, akan tetapi di tangan para pakar Muslim
diubah menjadi mempunyai karakteristik baru dan lebih sistimatis. 3.
Trigonometri, dengan ramuan utama dari Yunani, tetapi oleh bangsa Arab dan
ditangani menurut cara Hindu, menjadi mempunyai lebih banyak fungsi-fungsi
dan rumus-rumus. Kategori ini menjadi dikenal karena peran ibn-Yunus
(meninggal tahun 1008) dan Alhazen, keduanya dari Mesir, mengenalkan rumus
2cos x cos y = cos (x + y) + cos (x - y). Salah satu rumus penjumlahan ini yang
sangat besar pengaruhnya bagi perkembangan matematika pada umumnya dan
trigonometri pada khususnya pada abad 16, sebelum ditemukan logaritma. 4.
Geometri yang juga berasal dari Yunani tetapi di tangan bangsa Arab
digeneralisasi di sana-sini sampai mengkristal seperti bentuknya sekarang ini.
Kategori ini, setelah era Alhazen, dikembangkan ilmuwan Timur tapi oleh orang
Barat lebih dikenal sebagai penyair, yaitu Omar Khayyam.
Saat, ini ilmu pengetahuan, khususnya matematika, berkiblat ke negeri
Barat (Eropa dan Amerika). Kita hampir tidak pernah mendengar ahli matematika
yang berasal dari negeri Timur (Arab Muslim, India, Cina). Yang paling populer
kita dengar sebagai matematikawan Arab Muslim yang mempunyai kontribusi
terhadap perkembangan matematika adalah Al-Khawarizmi, dikenal sebagai
bapak Aljabar, memperkenalkan bilangan nol (0) sebagai tempat dalam basis
sepuluh (desimal), dan penerjemah karya- karya Yunani kuno. Konsep bilangan
nol telah berkembang sejak zaman Babilonia danYunani kuno, yang pada saat itu
diartikan sebagai ketiadaan dari sesuatu. Konsep bilangan nol dan sifat-sifatnya
terus berkembang dari waktu ke waktu. Apakah benar hanya itu kontribusi negeri-
negeri timur (khususnya umat Islam) terhadap perkembangan matematika?
Generasi penerus Al-Khawarizmi, misalnya Al-Mahani (lahir tahun 820), Abu
Kamil (lahir tahun 850) memusatkan penelitian pada aplikasi-aplikasi sistematis
dari aljabar. Misalnya aplikasi aritmetika ke aljabar dan sebaliknya, aljabar
terhadap trigonometri dan sebaliknya, aljabar terhadap teori bilangan, aljabar
terhadap geometri dan sebaliknya. Penelitian-penelitian ini mendasari penciptaan
aljabar polinom, analisis kombinatorik, analisis numerik, solusi numerik dari
persamaan, teori bilangan, dan konstruksi geometri dari persamaan

9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Bahasa mengandung unsur simbol, sesuatu yang diucapkan oleh manusia
merupakan kegiatan memberi simbol terhadap suatu obyek nyata dalam dunia
praktis. Agar simbol tersebut dapat memenuhi tujuan pembicara maka simbol
tersebut harus diucapkan dengan bunyi tertentu yang dapat didengar oleh
orang yang dituju sehingga memudahkan pendengar untuk mengetahui
dengan jelas obyek yang dimaksud oleh pembicara. Bunyi simbol suatu obyek
tidak harus sama antara ucapan dan makna yang dikandungnya, artinya makna
suatu obyek dapat diucapkan dengan kata yang berbeda untuk daerah atau
komunitas yang berbeda. Para anggota komunitas kelompok sosial
menggunakan bahasa untuk dapat berinteraksi satu sama lainnya.
Matematika mengembangkan bahasa numerik yang memungkinkan
kita untuk melakukan pengukuran secara kuantitatif. Matematika biasanya
menggunakan bahasa numeric yang menafikan unsur emosi, kabur dan
majemuk seperti yang terdapat dalam bahasa biasa. Melalui unsur ini, manusia
dapat melakukan pengukuran secara kuantitatif yang tidak diperoleh dalam
bahasa yang selalu memberi kemungkinan menggunakan perasaan yang
bersifat kualitatif.
2. Seorang matematikawan tahun 1994, John Nash adalah pemenang hadiah
Nobel dalam bidang ekonomi, dia diakui kepeloporannya dalam
memperkenalkan pendekatan dan metode matematika dalam ekonomi. Pakar
matematika terapan lainnya, herberk Hauptman Ph.D. bahkan memmperoleh
hadiah Nobel dalam bidang kimia pada tahun 1985 karena kontribusinya
dalam bidang kristtalografik dengan memanfaatkan matematika untuk
mengidentifikasi kristal
B. Saran
Sangat penting untuk mengetahui bagaimana sarana berfikir ilmiah dalam bebagai
ilmu karena dengan kita mengetahui hal yang esensial, kita bisa befikir secara
jernih dan benar.

10
DAFTAR PUSTAKA

Syawahid, Muhammad. 2011. Peran Matematika.


http://wahidkkt.blogspot.com/2011/11/peran-matematika.html Diakses pada Selasa, 24 Maret
2020

Rosani. 2016. Makalah Sarana Berfikir Ilmiah.


https://www.academia.edu/9523443/MAKALAH_SARANA_BERPIKIR_ILMIAH_tampil
Diakses pada Selasa, 24 Maret 2020

Suriasumantri, Jujun S. 2003. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan Bangsa.

11

Anda mungkin juga menyukai