Disusun oleh :
Kelompok 7
DENI
PURWAKARTA
2016 / 2017
KATA PENGANTAR
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Bahasa digunakan sebagai sarana perkembangan ilmu dan pengembangan
daya piker yang cemerlang. Oleh karena itu, jika kita pandai dalam
mempergunakan bahasa maka kita akan pandai pula dalam berfikir, karena
bahasa merupakan cerminan dari pikiran kita.
Berdasar pada uraian yang telah dibuat, maka dapat dapat ditarik
kesimpulan untuk membahas keterkaitan bahasa dan ilmu yang akan
diuraikan dalam makalah ini.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
secara sistematis, dari usaha manusia yang dilakukan dengan penyelidikan,
pengamalan dan percobaan-percobaan.
Selaras dengan itu, Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan
ilmu sebagai pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara
bersistem menurut metode tertentu, yang dapat digunakan untuk
menerangkan gejala tertentu di bidang (pengetahuan) itu.
Ada beberapa perbedaan antara ilmu dan pengetahuan, menurut
Sandjaja dan Heriyanto dengan mengatakan bahwa pengetahuan (ordinary
knowledge) merupakan sesuatu yang diketahui langsung dari pengalaman,
berdasarkan panca indera, dan olahan akal budi yang spontan. Pengetahuan
mencakup segala sesuatu yang dilihat, didengar, dikecap, dicium, diraba, dan
hadir dalam kesadaran kita. Pengetahuan seperti ini biasanya bersifat
spontan, subjektif atau intuitif. Sedangkan ilmu (pengetahuan ilmiah)
merupakan pengetahuan tentang suatu bidang tertentu yang telah disusun
secara metodis, sitematis, dan koheren.
Ilmu diperoleh dari berbagai upaya yang dilakukan untuk menyelidiki
dan mengembangkan pemahaman manusia tentang dunia fisik dan
fenomena yang berlangsung di dalamnya. Melalui metode-metode ilmiah
yang dirancang secara sistematis, para ilmuwan menggunakan bukti-bukti
fisik yang teramati tentang gejala-gejala alam untuk mengumpulkan data, dan
menganalisis data tersebut untuk menjelaskan fenomena dimaksud. Metode-
metode tersebut mencakup observasi, eksperimen, maupun pengamatan
berperan serta.
Dengan demikian, ilmu adalah pengetahuan yang diperoleh melalui
penelitian. Berdasarkan beberapa definisi dan pendapat di atas, dapat
disimpulkan bahwa ilmu merupakan bagian pengetahuan yang diperoleh dari
penelitian yang dilakukan terhadap satu bidang permasalahan dengan
menggunakan metode penelitian yang terpercaya untuk memperoleh
4
kebenaran baru yang berhubungan dengan bidang tersebut yang kemudian
disusun secara sistematis dan koheren.
Berdasarkan definisi ini, dapat dikatakan bahwa ilmu memiliki empat
ciri: diperoleh dari penelitian yang dilakukan dengan metode tertentu dan
langkah-langkah yang sistematis, mencakup satu bidang tertentu dari
kenyataan, dan disusun secara koheren. Berbeda dengan pengetahuan, ilmu
merupakan pengetahuan khusus tentang apa penyebab sesuatu dan
mengapa. Ada persyaratan ilmiah sesuatu dapat disebut sebagai ilmu. Sifat
ilmiah tersebut antara lain :
Objektif
Ilmu harus memiliki objek kajian yang terdiri dari satu golongan
masalah yang sama sifat hakikatnya, tampak dari luar maupun
bentuknya dari dalam. Objeknya dapat bersifat ada, atau mungkin ada
karena masih harus diuji keberadaannya. Dalam mengkaji objek, yang
dicari adalah kebenaran, yakni persesuaian antara tahu dengan objek,
sehingga disebut kebenaran objektif; bukan subjektif berdasarkan
subjek peneliti atau subjek penunjang penelitian.
Metodis
Upaya-upaya yang dilakukan untuk meminimalisasi
kemungkinan terjadinya penyimpangan dalam mencari kebenaran.
Konsekuensinya, harus ada cara tertentu untuk menjamin kepastian
kebenaran. Metodis berasal dari bahasa Yunani “Metodos” yang
berarti: cara, jalan. Secara umum metodis berarti metode tertentu yang
digunakan dan umumnya merujuk pada metode ilmiah.
Sistematis
Dalam perjalanannya mencoba mengetahui dan menjelaskan
suatu objek, ilmu harus terurai dan terumuskan dalam hubungan yang
teratur dan logis sehingga membentuk suatu sistem yang berarti
secara utuh, menyeluruh, terpadu, dan mampu menjelaskan rangkaian
5
sebab akibat menyangkut objeknya. Pengetahuan yang tersusun
secara sistematis dalam rangkaian sebab akibat merupakan syarat
ilmu yang ketiga.
Universal
Kebenaran yang hendak dicapai adalah kebenaran universal
yang bersifat umum (tidak bersifat tertentu). Contoh: semua segitiga
bersudut 180º. Karenanya universal merupakan syarat ilmu yang
keempat. Belakangan ilmu-ilmu sosial menyadari kadar ke-umum-an
(universal) yang dikandungnya berbeda dengan ilmu-ilmu alam
mengingat objeknya adalah tindakan manusia. Karena itu untuk
mencapai tingkat universalitas dalam ilmu-ilmu sosial, harus tersedia
konteks dan tertentu pula.
6
2.2 Pengertian Bahasa
Bahasa adalah lambing bunyi ujaaran yang digunakan untuk
berkomunikasi oleh masyarakat pemakainya. Bahasa yang baik berkembang
berdasarkan suatu sistem, yaitu seperangkat aturan yang dipatuhi oleh
pemakainya. Bahasa sendiri berfungsi sebagai sarana komunikasi serta
sebagai sarana integrasi dan adaptasi.
Bahasa adalah media (sarana) yang digunakan untuk berbicara,
menulis, dan berpikir. Bahasa merupakan alat yang paling penting dalam
hidup manusia. Bahasa membuat manusia mampu mendominasi mahluk lain
dimuka bumi, baik yang berada di darat, laut, maupun udara. Berbagai
definisi tentang bahasa pada umumnya menyoroti dua aspek terpenting, yaitu
fungsional dan formal.
Aspek fungsional
Merujuk pada fungsi bahasa yang begitu penting dalam
kehidupan masyarakat manusia, yaitu sebagai media yang dimiliki
bersama dan digunakan untuk mengkomunikasikan pendapat,
gagasan dan perasaan.
Aspek formal
Merujuk pada sistem atau kaidah-kaidah (tata bahasa) yang
digunakan untuk membentuk bunyi menjadi kata dan memadu kata-
kata menjadi kalimat yang bermakna. Aspek formal menurut Miller
(1974: 8), meliputi tiga unsur: fonologi, sintaksis, dan semantik.
Kedua aspek ini terungkap dengan jelas dalam definisi berikut :
”Sistem (tata bahasa) setiap bahasa biasanya dibangun melalui lima unsur
yaitu fonem, morfem, sintaksis, dan semantik”.
Fonem merupakan unsur terkecil dari bunyi ucapan yang bisa digunakan
untuk membedakan arti dari satu kata. Sebagai contoh, kata ular dan ulas
memiliki arti yang berbeda karena perbedaan pada fonem /r/ dan /s/.
7
Kata tadi dan tari memiliki arti yang berbeda karena perbedaan pada
fonem /d/ dan /r/.
Morfem merupakan unsur terkecil dari pembentukan kata dan disesuaikan
dengan aturan suatu bahasa. Pada bahasa Indonesia morfem dapat
berbentuk imbuhan. Misalnya kata praduga memiliki dua morfem yaitu
/pra/ dan /duga/. Kata duga merupakan kata dasar penambahan morfem
/pra/ menyebabkan perubahan arti pada kata duga\
Sintaksis merupakan proses penggabungan kata menjadi kalimat
berdasarkan aturan sistematis yang berlaku pada bahasa tertentu. Dalam
bahasa Indonesia terdapat aturan SPO atau subjek - predikat-objek .
Aturan ini berbeda pada bahasa yang berbeda, misalnya pada bahasa
Belanda dan Jerman aturan pembuatan kalimat adalah kata kerja selalu
menjadi kata kedua dalam setiap kalimat. Hal ini berbeda dengan bahasa
Inggris yang memperbolehkan kata kerja diletakan bukan pada urutan
kedua dalam suatu kalimat.
Semantik merupakan bidang yang mempelajari arti dan makna dari suatu
bahasa yang dibentuk dalam suatu kalimat. Makna atau pesan yang
disampaikan dalam komunikasi tidak hanya disalurkan melalui keempat
unsur bahasa di atas, tetapi juga melalui unsur-unsur komunikasi non-
verbal.
Dalam komunikasi, unsur-unsur verbal yang disusun oleh fonem,
morfem,sintaksis, dan semantik membentuk ‘the-what’ yang diucapkan,
sedangkan unsur paralanguage membentuk ‘the-how’. Unsur komunikasi
non-verbal terdiri dari paralanguage dan bahasa tubuh (body language).
Unsur paralanguage mencakup intonasi, tempo, ritme, dan penekanan
(accentuation), sedangkan unsur bahasa tubuh, antara lain terdiri dari ekpresi
wajah, tatapan mata, gerak-gerik tubuh, cara duduk, berdiri, pakaiandan lain-
lain. Pentingnya memahami unsur paralanguage dalam komunikasi dapat
8
dilihat misalnya, dalam pengucapan kata “Bagus”, dengan intonasi yang
berbeda.
Dengan intonasi yang tepat, kata itu bisa digunakan untuk
mengungkapkan pujian atau, sebaliknya, ejekan. Contoh yang lain dapat
dilihat pada perubahan makna hanya karena penggunaan intonasi yang
berbeda dalam dua kalimat. Bahasa tubuh merupakan unsur komunikasi
yang sangat kompleks. Gerak-gerik tubuh yang mungkin dilakukan
seseorang saja bisa mencapai 700,000 jenis, sehingga
mengklasifikasikannya merupakan tugas yang sulit. Oleh karena itu, untuk
tujuan praktis dalam komunikasi, kita hanya perlu memahami bahasa tubuh
yang lazim digunakan saja. Sebagai contoh, untuk menunjuk, orang Amerika
menggunakan jari telunjuk, orang Jerman dengan jari kelingking, orang
Jepang dengan seluruh jari, dan sebagian orang di Asia dengan jari jempol.
Dalam budaya Barat, kontak mata langsung yang normal dianggap positif,
sedangkan tatapan yang lama dianggap sebagai “undangan seksual”. Di
budaya Arab, kontak mata yang lama dianggap sebagai tanda keseriusan
dan ketulusan. Sedangkan di Jepang Amerika Latin orang mencegah kontak
mata untuk menunjukkan rasa hormat.
Secara sederhana, bahasa dapat diartikan sebagai alat untuk
menyampaikan sesuatu yang terlintas di dalam hati. Namun, lebih jauh
bahasa bahasa adalah alat untuk berinteraksi atau alat untuk berkomunikasi,
dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau perasaan.
Dalam studi sosiolinguistik, bahasa diartikan sebagai sebuah sistem
lambang, berupa bunyi, bersifat arbitrer, produktif, dinamis, beragam dan
manusiawi.
Bahasa adalah sebuah sistem, artinya, bahasa dibentuk oleh
sejumlah komponen yang berpola secara tetap dan dapat dikaidahkan.
Sistem bahasa berupa lambang-lambang bunyi, setiap lambang bahasa
melambangkan sesuatu yang disebut makna atau konsep. Karena setiap
9
lambang bunyi itu memiliki atau menyatakan suatu konsep atau makna, maka
dapat disimpulkan bahwa setiap suatu ujaran bahasa memiliki makna.
Contoh lambang bahasa yang berbunyi “nasi” melambangkan konsep atau
makna sesuatu yang biasa dimakan orang sebagai makanan pokok.
Konsep bahasa adalah alat untuk menyampaikan pikiran. Bahasa
adalah alat untuk beriteraksi atau alat untuk berkomunikasi, dalam arti alat
untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau perasaan.
Bagi sosiolinguistik konsep bahwa bahasa adalah alat atau berfungsi
untuk menyampaikan pikiran dianggap terlalu sempit, sebab yang menjadi
persoalan sosiolinguistik adalah “who speak what language to whom, when
and to what end”. Oleh karena itu fungsi-fungsi bahasa dapat dilihat dari
sudut penutur, pendengar, topic, kode dan amanat pembicaraan. Ada
beberapa fungsi dari bahasa, antara lain :
a) Fungsi Personal atau Pribadi
Dilihat dari sudut penutur, bahasa berfungsi personal. Maksudnya, si
penutur menyatakan sikap terhadap apa yang dituturkannya. Si penutur
bukan hanya mengungkapkan emosi lewat bahasa, tetapi juga
memperlihatkan emosi itu sewaktu menyampaikan tuturannya. Dalam hal ini
pihak pendengar juga dapat menduga apakah si penutur sedang sedih,
marah atau gembira.
b) Fungsi Direktif
Dilihat dari sudut pendengar atau lawan bicara, bahasa berfungsi
direktif, yaitu mengatuf tingkah laku pendengar. Di sini bahasa itu tidak hanya
membuat si pendengar melakukan sesuatu, tetapi melakukan kegiatan yang
sesuai dengan yang dikehendaki pembicara.
c) Fungsi Fatik
Bila dilihat segi kontak antara penutur dan pendengar, maka bahasa
bersifat fatik. Artinya bahasa berfungsi menjalin hubungan, memelihara,
memperlihatkan perasaan bersahabat atau solidaritas sosial. Ungkapan-
10
ungkapan yang digunakan biasanya sudah berpola tetap, seperti pada waktu
pamit, berjumpa atau menanyakan keadaan. Oleh karena itu, ungkapan-
ungkapan ini tidak dapat diterjemahkan secara harfiah.
Ungkapan-ungkapan fatik ini biasanya juga disertai dengan unsur
paralinguistik, seperti senyuman, gelengan kepala, gerak gerik tangan, air
muka atau kedipan mata. Ungkapan-ungkapan tersebut jika tidak disertai
unsure paralinguistik tidak mempunyai makna.
d) Fungsi Referensial
Dilihat dari topik ujaran bahasa berfungsi referensial, yaitu berfungsi
untuk membicarakan objek atau peristiwa yang ada disekeliling penutur atau
yang ada dalam budaya pada umumnya. Fungsi referensial ini yang
melahirkan paham tradisional bahwa bahasa itu adalah alat untuk
menyatakan pikiran, untuk menyatakan bagaimana si penutur tentang dunia
di sekelilingnya.
e) Fungsi Metalingual atau Metalinguistik
Dilihat dari segi kode yang digunakan, bahasa berfungsi metalingual
atau metalinguistik. Artinya, bahasa itu digunakan untuk membicarakan
bahasa itu sendiri. Biasanya bahasa digunakan untuk membicarakan
masalah lain seperti ekonomi, pengetahuan dan lain-lain. Tetapi dalam
fungsinya di sini bahasa itu digunakan untuk membicarakan atau
menjelaskan bahasa. Hal ini dapat dilihat dalam proses pembelajaran bahasa
di mana kaidah-kaidah bahasa dijelaskan dengan bahasa.
f) Fungsi Imajinatif
Jika dilihat dari segi amanat (message) yang disampaikan maka
bahasa itu berfungsi imajinatif. Bahasa itu dapat digunakan untuk
menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan; baik yang sebenarnya
maupun yang hanya imajinasi (khayalan) saja. Fungsi imaginasi ini biasanya
berupa karya seni (puisi, cerita, dongeng dan sebagainya) yang digunakan
untuk kesenangan penutur maupun para pendengarnya.
11
2.3 Peran Bahasa Dalam Ilmu
Peran bahasa dalam ilmu erat hubungannya dengan aspek fungsional
bahasa sebagai media berpikir dan media komunikasi. Sehubungan dengan
itu, pembahasan tentang permasalahan ini akan disoroti dalam dua bagian :
hubungan bahasa dan pikiran dan bahasa sebagai media komunikasi.
12
luas dari homo sapiens, mahluk yang berpikir.Tanpa kemampuan
menggunakan simbol ini, kemampuan berpikir secara sistmatis dan teratur
tidak dapat dilakukan.
Bahasa memang tidak selalu identik dengan berpikir. Jika seseorang
ditanya apa yang sedang dipikirkannya, dia akan menggambarkan
pikirannya melalui bahasa, meskipun pikirannya tidak berbentuk simbol-
simbol linguistik. Ketika dia ditanya, dia pasti mengungkapkan pikiran itu
dalam bentuk simbol-simbol linguistik agar proses komunikasi dengan
penanya berjalan dengan baik. Namun, meskipun bahasa tidak identik
dengan berpikir, berpikir tidak dapat dilakukan tanpa bahasa. Bahkan,
karakteristik bahasa yang dimiliki seseorang akan menentukan objek apa
saja yang dapat dipikirkannya.
Berbagai filsuf menyatakan bahwa suku-suku primitif tidak dapat
memikirkan hal-hal yang‘canggih’ bukan karena mereka tidak dapat
berpikir, tetapi karena bahasa mereka tidak dapat memfasilitasi mereka
untuk melakukannya. Kenyataan ini terungkap jelas dalam diri
mahasiswa yang sedang belajar di luar negeri. Dia akan berhasil
menyelesaikan studinya hanya jika dia menguasai bahasa yang
digunakan dalam proses pembelajaran. Mengingat betapa pentingnya
peran bahasa dalam proses ini, tidaklah berlebihan bila Tomasello (1999)
menegaskan bahwa bahasa adalah fungsi kognisi tertinggi dan tidak
dimiliki oleh hewan.
Selaras dengan itu, pandangan berbagai antropolog budaya juga
menunjukkan bahwa bahasa juga berperan dalam membentuk,
mempengaruhi, dan membatasi pikiran.Penelitian tentang kemampuan
mengingat warna membuktikan bahwa peserta yang bahasa ibunya
memiliki kata untuk warna yang diujikan terbukti lebih mampu mengingat
warna-warna tersebut. Sehubungan dengan itu, Miller menegaskan:
Variasi pengungkapan pengalaman melalui bahasa yang berbeda sangat
13
erat hubungannya dengan variasi pandangan hidup atau kebudayaan
dalam masyarakat manusia.
Karena bahasa dipelajari seseorang sejak usia dini, dan bahasa
tersebut merupakan sarana utama baginya untuk mempelajari segala
sesuatu, termasuk budaya dan pandangan hidup. Bahasa itu akan
mempengaruhi persepsinya tentang realitas. Sebagai contoh, ungkapan
“Time flies, atau waktu berjalan” bisa dihubungkan dengan perbedaan
antara persepsi orang Amerika, orang Spanyol dan orang Indonesia
tentang waktu. Orang Amerika selalu bergegas dan memanfaatkan waktu
sebaik-baiknya, sedangkan orang Spanyol dan orang Indonesia
cenderung memandang hidup lebih santai.
Hal ini ditegaskan oleh hasil penelitian Ford dan Peat (1988).
Penelitian itu mengungkapkan bahwa pengaruh realitas bahasa
seseorang terhadap pikirannya lebih dominan daripada pengaruh
pikirannya terhadap bahasanya. Bahasa tidak hanya berperan sebagai
“kendaraan” yang digunakan untuk menyalurkan informasi tetapi juga
sarana untuk membentuk pikiran.
14
Dalam penelitian dan komunikasi ilmiah, setiap ilmuwan perlu
mengembangkan dan memahami bahasa (terutama jargon-jargon
akademis dan terminologi khusus) yang digunakan dalam bidang yang
ditekuni. Tanpa bahasa yang mereka pahami bersama, kesalah pahaman
akan sulit dihindari dan mereka tidak dapat bersinergi untuk
mengembangkan ilmu.
15
lain karena bahasa merupakan sistem lambang yang tidak terbatas yang
mampu mengungkapkan segala pemikiran.
Sebagaimana dikemukakan oleh Kempen (tokoh psikolingustik)
yang menjelaskan studi mengenai manusia sebagai pemakai bahasa yang
berhubungan dengan ilmu, yaitu mengenai sistem-sistem bahasa yang ada
pada manusia yang dapat menjelaskan cara manusia dapat menangkap ide-
ide orang lain dan bagaimana ia dapat mengekspresikan ide-idenya sendiri
melalui bahasa, baik secara tertulis ataupun secara lisan.
Ilmu dan bahasa berhubungan antara kebutuhan-kebutuhan kita
untuk berekspresi dan berkomunikasi dan benda-benda yang ditawarkan
kepada kita melalui bahasa yang kita pelajari. Manusia hanya akan dapat
berkata dan memahami satu dengan lainnya dalam kata-kata yang
terbahasakan. Orientasi inilah yang selanjutnya mempengaruhi bagaimana
manusia berpikir dan berkata.
Contoh dalam perilaku manusia yang tampak dalam hubungan ilmu
dan bahasa adalah perilaku manusia ketika berbicara dan menulis atau
ketika dia memproduksi bahasa, sedangkan prilaku yang tidak tampak
adalah perilaku manusia ketika memahami yang disimak atau dibaca
sehingga menjadi sesuatu yang dimilikinya atau memproses sesuatu yang
akan diucapkan atau ditulisnya. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan ruang
lingkup ilmu denagan bahasa yaitu mulai pemakaian bahasa, pemproduksian
bahasa, pemrosesan bahasa, hubungan antara bahasa dan perilaku
manusia, dan hubungan antara bahasa dengan ilmu.
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari keterangan-keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa Ilmu
(atau ilmu pengetahuan) adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki,
menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi
kenyataan dalam alam manusia.
ilmu merupakan suatu kumpulan proses dengan menggunakan suatu
metode ilmiah yang menghasilkan pengetahuan yang sistematis, sedangkan
bahasa adalah lambing bunyi ujaran yang digunakan untuk berkomunikasi
oleh masyarakat pemakainya. Bahasa adalah media (sarana) yang
digunakan untuk berbicara, menulis, dan berpikir.
Jadi ilmu merupakan dua hal yang tidak dapat terpisahkan, peran
bahasa dalam ilmu erat hubungannya dengan aspek fungsional yaitu
sebagai media berpikir dan media berkomunikasi.
3.2 Saran
17
DAFTAR PUSTAKA
18
http://fullcoloursaboutenis.blogspot.com/2011/06/hubungan-ilmu-dengan-
bahasa.html
Nuril H, “Kedudukan dan Fungsi Bahasa Asing”. Bogor : Cisarua, 1999. Hal 7
Vardiansyah D, Filsafat Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Jakarta 2008. Hal
11
http://rudisiswoyo89.blogspot.co.id/2013/11/hubungan-bahasa-dengan-
ilmu.html
19
Pertanyaan-pertanyaan dalam diskusi :
Pertanyaan:
20
2. Ahmad Supyan, dari kelompok 6
Pertanyaan :
Jawaban :
Pertanyaan:
Jawaban :
21
4. Adinda Muthia Kania, dari kelompok 3
Pertanyaan :
Jawaban :
Pertanyaan :
Jawaban :
22
Bahasa adalah media (sarana) yang digunakan untuk berbicara,
menulis, dan berpikir. Bahasa merupakan alat yang paling penting
dalam hidup manusia. Bahasa membuat manusia mampu
mendominasi mahluk lain dimuka bumi, baik yang berada di darat,
laut, maupun udara. Berbagai definisi tentang bahasa pada umumnya
menyoroti dua aspek terpenting, yaitu fungsional dan formal.
6. Nurul, dari kelompok 5
Pertanyaan :
Jawaban :
Pertanyaan :
Jawaban :
23
Terdapat beberapa teori yang ada, bahwa bahasa bersumber
dari Tuhan, bunyi alam, isyarat lisan, dan teori yang mendasarkan
pada kemampuan manusia secara fisiologis.
Akan tetapi, lain lagi jika menurut kisah ‘Kejadian’ (Injil, Kejadian
2:19) bahwa manusia diciptakan dalam imajinasi Tuhan dan
kemampuan bahasa merupakan salah satu dari sifat manusia.
Dari berbagai uraian diatas, mengenai asal usul bahasa itu ada
beberapa versi. Jadi, belum ada yang bisa menentukan dari mana asal
usul bahasa, dan kapan manusia mulai menggunakan bahasa.
24
8. Ricki Sutrisno, dari kelompok 1
Pertanyaan :
Jawaban:
25