Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH FLSAFAT ILMU SARANA BERFIKIR ILMIAH

Dosen pengampu:
H. Bisri, S.Ag, M.Fil.I

Oleh:
1. Egi Firmantoro (2385120025)
2. Maya Natasari (2385120038)
3. Muhammad Sultan al-aziz (2385120040)

IAIN SYEKH NURJATI CIREBON


FAKULTAS USHULUDIN DAN ADAB
JURUSAN AQIDAH DAN FILSAFAT ISLAM
2023 – 2024
Kata Pengantar

Alhamdulillahirobbil alamin, segala puji bagi Allah SWT yang telah


memberikan kita semua kesempatan dalam keadaan afiat, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya, sholawat serta salam selalu tercurah
pada junjungan alam Nabi Muhammad SAW, yang kita berdoa pada Allah semoga
menjadi ummat Nabi yang istiqomah memegang teguh ajarannya hingga hari akhir
nanti, aamiin yaarobbal 'alamin

Kami haturkan hormat serta rasa terima kasih pada dosen pengampu Mata
Kuliah (MK) Filsafat ilmu H.bisri, S.Ag M.Fil.l yang sudah berkenan
mengkonstribusikan waktu dan ilmunya pada kami, semoga Allah membalas segala
kebaikan dan menjadikan ilmu yang telah diajarkan pada kami bermanfaat dan juga
berkah.

Dalam pembuatan makalah ini kami mengambil dan mengutip dari beberapa
referensi, yang dimana kami juga menyadari kekurangan dalam pembuatan makalah
ini, kami berharap kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan kami
kedepannya, semoga makalah ini bisa menjadi kontribusi di dunia Pendidikan
terkhususnya pada MK Filsafat ilmu

Cirebon, 30 November 2023

Penulis
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..........................................................................................................................3
BAB 1......................................................................................................................................4
PENDAHULUAN...........................................................................................................4
A. LATAR BELAKANG............................................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH........................................................................................5
C. TUJUAN.................................................................................................................5
BAB 2......................................................................................................................................6
PEMBAHASAN.............................................................................................................6
A.Pengertian sarana berfikir ilmiah.............................................................................6
B. Tujuan sarana berfikir ilmiah...................................................................................6
C.Fungsi sarana berfikir ilmiah....................................................................................7
BAB 3....................................................................................................................................15
PENUTUP.....................................................................................................................15
KESIMPULAN............................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................16
BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Manusia makhluk yang berakal, akal membedakan manusia dengan makhluk
lainnya, seperti hewan dan tumbuhan bahkan jin dan malaikat. Manusia mempunyai
kemampuan untuk mencapai tujuan hidupnya dalam. kehidupan sehari-hari dengan
menggunakan akalnya. Manusia dapat membuat peralatan untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Kemampuan manusia membuat peralatan bukanlah hal yang
dapat dilakukan dengan begitu saja.. tetapi telah melalui proses pengalaman.
Pengalaman-pengalaman yang telah dilalui menjadi dasar bagi pembentukan
pengetahuan. Dengan pengetahuan yang telah dimiliki manusia dapat membuat
peralatan tersebut.
Pengetahuan yang diperoleh melalui pengalaman untuk membuat alat
menyebabkan manusia terus mengembangkan pengetahuannya, untuk
mengembangkan pengetahuannya tersebut dibutuhkan juga alat. Alat yang baik
memungkinkan manusia memperoleh pengetahuan baru melalui aktivitas berpikir
yang benar.
Berpikir benar memerlukan sarana atau alat berpikir. Sarana ini bersifat pasti,
maka aktivitas keilmuan tidak akan maksimal tanpa sarana berpikir ilmiah tersebut.
Bagi seorang ilmuwan penguasaan sarana berpikir merupakan suatu keharusan,
karena tanpa penguasaan sarana ilmiah tidak akan dapat melaksanakan kegiatan
ilmiah yang baik. Penguasaan sarana ilmiah sangat penting bagi ilmuwan agar dapat
melaksanakan kegiatan ilmiah dengan baik. Sarana berpikir ilmiah membantu
manusia menggunakan akalnya untuk berpikir dengan benar dan menemukan ilmu
yang benar.
Makalah ini ditulis untuk membahas dan memahami tentang sarana berpikir
ilmiah, meliputi: pengertian sarana berpikir ilmiah, tujuan sarana berpikir ilmiah,
fungsi sarana berpikir ilmiah, bahasa sebagai sarana berpikir ilmiah, logika sebagai
sarana berpikir ilmiah, matematika sebagai sarana berpikir ilmiah, dan statistika
sebagai sarana berpikir ilmiah.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Pengertian sarana berfikir ilmiah
2. Tujuan sarana berfikir ilmiah
3. Fungsi sarana berfikir ilmiah
4. Bahasa sebagai sarana berfikir ilmiah
5. Logika sebagai sarana berfikir ilmiah
6. Matematika sebagai sarana berfikir ilmiah
7. Statistika sebagai sarana berfikir ilmiah

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui sarana berfikir ilmiah
2. Untuk mengetahui tujuan dan fungsi sarana berfikir ilmiah

D. KESIMPULAN
BAB 2
PEMBAHASAN

A. Pengertian sarana berfikir ilmiah


Sarana ilmiah merupakan suatu alat, dengan alat ini manusia
melaksanakan kegiatan ilmiah. Pada saat manusia melakukan tahapan
kegiatan ilmiah diperlukan alat berpikir yang sesuai dengan tahapan tersebut.
Manusia mampu mengembangkan pengetahuannya karena. manusia berpikir
mengikuti kerangka berpikir ilmiah dan menggunakan alat-alat berpikir yang
benar.

Untuk mendapatkan ilmu diperlukan sarana berpikir ilmiah. Sarana


berpikir diperlukan untuk melakukan kegiatan ilmiah secara baik dan teratur.
Sarana berpikir ilmiah ada empat, yaitu: bahasa, logika, matematika dan
statistika. Sarana berpikir ilmiah berupa bahasa sebagai alat komunikasi
verbal untuk menyampaikan jalan pikiran kepada orang lain, logika sebagai
alat berpikir agar sesuai dengan aturan berpikir sehingga dapat diterima
kebenarannya oleh orang lain, matematika berperan dalam pola berpikir
deduktif sehingga orang lain lain dapat mengikuti dan melacak kembali proses
herpikir untuk menemukan kebenarannya, dan statistika berperan dalam pola
berpikir induktif untuk mencari kebenaran secara umum.

B. Tujuan sarana berfikir ilmiah


Tujuan mempelajari sarana ilmiah adalah untuk memungkinkan kita
melakukan penelaahan ilmiah secara baik, sedangkan tujuan mempelajari ilmu
dimaksudkan untuk mendapatkan pengetahuan yang memungkinkan kita
untuk bisa memecahkan masalah kita sehari-hari.

Harus dibedakan antara tujuan mempelajari sarana ilmiah dan tujuan


mempelajari ilmu. Tujuan mempelajari sarana ilmiah adalah agar dapat
melakukan kegiatan penelaahan ilmiah. Untuk memaksimalkan kemampuan
manusia dalam berpikir menurut kerangka berpikir yang benar maka
diperlukan pengetahuan tentang sarana berpikir ilmiah dengan baik pula.
Manusia mempelajari ilmu agar dapat menyelesaikan permasalahan-
permasalahan yang terjadi dalam kehidupannya. Dengan ilmu yang telah
dipelajarinya manusia dapat meningkatkan kemakmuran hidupnya.

C. Fungsi sarana berfikir ilmiah


Sarana ilmiah mempunyai fungsi-fungsi yang khas dalam kegiatan ilmiah
secara menyeluruh dalam mencapai suatu tujuan tertentu (Suriasumantri,
2003:165). Keseluruhan tahapan kegiatan ilmiah membutuhkan alat bantu
yang berupa sarana berpikir ilmiah. Sarana berpikir ilmiah hanyalah alat bantu
bagi manusia untuk berpikir ilmiah agar memperoleh ilmu. Sarana berpikir
ilmiah bukanlah suatu ilmu yang diperoleh melalui proses kegiatan ilmiah.

D. Bahasa sebagai sarana berfikir ilmiah

Salah satu perbedaan manusia dengan makhluk lainnya adalah


kemampuan manusia berbahasa. Bahasa memiliki peranan yang sangat
penting dalam kehidupan manusia, termasuk di dalamnya adalah kegiatan
ilmiah. Kegiatan ilmiah sangat berkaitan erat dengan bahasa. Menggunakan
bahasa yang baik dalam berpikir membantu untuk mengkomunikasikan jalan
pikiran kepada orang lain. Berpikir sebagai hasil kegiatan otak manusia tidak
akan ada artinya apabila tidak diketahui oleh orang lain. Cara untuk
mengkomunikasikannya kepada orang lain adalah menggunakan sarana
bahasa.

Bahasa merupakan lambang serangkaian bunyi yang membentuk suatu arti


tertentu (Suriasumantri, 2003:175). Bahasa merupakan pernyataan pikiran
atau perasaan sebagai alat komunikasi manusia yang terdiri dari kata-kata atau
istilah-istilah dan sintaksis. Kata atau istilah merupakan simbol dari arti
sesuatu, sedangkan sintaksis merupakan cara menyusun kata-kata menjadi
kalimat yang bermakna.

Suatu obyek dapat dilambangkan dengan bunyi tertentu. Misalnya. suatu


alat berbentuk runcing yang diisi tinta dan digunakan untuk menulis
dilambangkan dengan bunyi "pena". Untuk melambangkan warna yang sama
dengan darah digunakan bunyi "merah". Dari kedua kata tersebut (pena dan
merah) dapat dibuat sebuah kalimat bermakna menjadi "Andi membeli sebuah
pena merah".
Unsur-unsur yang terdapat dalam bahasa menurut Bakhtiar (2004:177-179)
adalah:

a. Simbol-simbol
b. Simbol-simbol vocal
c. Simbol-simbol vokal arbitrer
d. Suatu sistem yang terstruktur dari simbol-simbol yang arbitrer
e. Dipergunakan oleh para anggota suatu kelompok sosial sebagai alat
bergaul satu sama lain

Bahasa mengandung unsur simbol, sesuatu yang diucapkan oleh manusia


merupakan kegiatan memberi simbol terhadap suatu obyek nyata dalam dunia
praktis. Agar simbol tersebut dapat memenuhi tujuan. pembicara maka simbol
tersebut harus diucapkan dengan bunyi tertentu yang dapat didengar oleh
orang yang dituju sehingga memudahkan pendengar untuk mengetahui
dengan jelas obyek yang dimaksud oleh pembicara. Bunyi simbol suatu obyek
tidak harus sama antara ucapan dan makna yang dikandungnya, artinya makna
suatu obyek dapat diucapkan dengan kata yang berbeda untuk daerah atau
komunitas yang berbeda. Para anggota komunitas kelompok sosial
menggunakan bahasa untuk dapat berinteraksi satu sama lainnya.

"Bahasa mengkomunikasikan tiga hal yakni buah pikiran, perasaan, dan


sikap". (Suriasumantri, 2003:175) Manusia dapat menyampaikan sesuatu yang
dipikirkan kepada orang lain menggunakan bahasa. Dengan bahasa, orang lain
dapat mengetahui dan mempelajari sesuatu yang sedang dipikirkan. Dengan
bahasa, manusia juga dapat mengekspresikan sesuatu yang dirasakannya
kepada orang lain. Orang lain dapat mengetahui seseorang sedang sedih atau
senang melalui bahasa yang disimbolkan.

Karya ilmiah pada dasarnya merupakan kumpulan pernyataan yang


mengemukakan informasi tentang pengetahuan maupun jalan pemikiran
dalam mendapatkan pengetahuan tersebut. Untuk mampu
mengkomunikasikan suatu pernyataan dengan jelas maka seseorang harus
menguasai bahasa yang baik. (Suriasumantri, 2003:182)

Ketika manusia telah memperoleh suatu pengetahuan melalui kegiatan


ilmiah yang dilakukan, maka harus mengkomunikasikan hasil yang telah
diperoleh tersebut agar pengetahuannya dapat bermanfaat bagi kemakmuran
umat manusia. Hal-hal yang harus dikomunikasikan tersebut meliputi jalan
pemikiran untuk memperoleh pengetahuan dan pengetahuan. itu sendiri.
Pengkomunikasian tersebut dituangkan dalam sebuah karya ilmiah. Untuk
dapat menyusun sebuah karya ilmiah, dituntut kemampuan untuk menguasai
bahasa yang baik dan benar. Tanpa menguasai bahasa yang baik, tidak
mungkin dapat menyusun sebuah karya ilmiah.

Melalui bahasa manusia dengan sesama manusia lainnya dapat saling


menambah dan berbagi pengetahuan yang dimilikinya, Bahasa menjadi sarana
untuk berbagi dengan sesama manusia. Seseorang dapat memberitahukan
sesuatu yang diketahuinya kepada orang lain dengan menggunakan bahasa.
Dalam proses berbagi tersebut manusia mengalami penambahan pengetahuan,
menjadi mengetahui sesuatu yang semula belum diketahui.

Dalam komunikasi ilmiah menonjolkan fungsi simbolik bahasa. Dalam


komunikasi ilmiah proses komunikasi harus terbebas dari unsur emotif agar
pesan yang disampaikan dapat diterima secara reproduktif, artinya sama
dengan pesan yang dikirimkan.

Bahasa merupakan sarana komunikasi maka segala sesuatu yang berkaitan


dengan komunikasi tidak terlepas dari bahasa, seperti halnya berpikir
sistematis dalam memperoleh ilmu. Tanpa kemampuan berbahasa, seseorang
tidak akan dapat melakukan kegiatan ilmiah secara sistematis dan benar.

Dalam komunikasi ilmiah harus memperhatikan fungsi simbolik bahasa,


karena komunikasi ilmiah dilakukan untuk menyampaikan informasi yang
berupa pengetahuan kepada orang lain. Agar komunikasi dapat berjalan
dengan baik maka harus menggunakan bahasa yang terbebas dari unsur
emotif. Unsur emotif dalam bahasa hanya akan mengacaukan komunikasi
ilmiah sehingga pesan yang disampaikan tidak dapat diterima dengan baik
oleh penerima. Komunikasi simbolik yang bebas dari unsur emotif dapat
mencegah salah informasi.

Bahasa sebagai sarana ilmiah mempunyai kelemahan. Kelemahan tersebut


menurut Suriasumantri (2003:182-187) antara lain:

a. bahasa bersifat multifungsi


b. bahasa memiliki arti yang tidak jelas dan eksak yang dikandung oleh kata-
kata yang membangun bahasa
c. bahasa mempunyai beberapa kata yang memberikan arti yang sama
d. konotasi bahasa yang bersifat emosional

Keberadaan bahasa sebagai sarana berpikir ilmiah ternyata memiliki


kelemahan-kelemahan yang melekat pada bahasa tersebut. Bahasa sulit
dilepaskan dari emosi dan sikap seseorang, sedangkan bahasa sebagai sarana
ilmiah dituntut untuk obyektif agar informasi yang dikomunikasikan dapat
diterima dengan baik oleh orang lain. Kelemahan berikutnya adalah sulit
untuk mendefinisikan suatu obyek dengan sejelas- jelasnya, terkadang karena
keinginan untuk memberikan penjelasan yang detil tentang suatu obyek, yang
terjadi justru komunikasi yang dilakukan terkesan bertele-tele dan menjadi
tidak jelas.

Kelemahan bahasa juga dapat dilihat dari keberadaan beberapa kata yang
yang memiliki arti sama atau sebaliknya beberapa arti cukup menggunakan
satu kata saja. Selain itu, ada kelemahan bahasa lain yaitu bahasa sulit
dilepaskan dari emosional seseorang. Ada makna-makna tertentu yang dapat
ditambahkan pada makna sebenarnya sebagai akibat emosional seseorang.

E. Logika sebagai sarana berfikir ilmiah


Menurut Bakhtiar (2009:212), "Logika adalah sarana untuk berpikir
sistematis, valid dan dapat dipertanggungjawabkan. Karena itu, berpikir logis
adalah berpikir sesuai dengan atura-aturan berpikir, seperti setengah tidak
boleh lebih besar daripada satu".

Logika merupakan kumpulan kaidah-kaidah yang memberi jalan (system)


berpikir tertib dan teratur sehingga kebenarannya dapat diterima. oleh orang
lain. Logika akan memberi suatu ukuran (norma) yakni suatu anggapan
tentang benar dan salah terhadap suatu kebenaran. Ukuran kebenarannya
adalah logis (Sumarna, 2008:141).

Logika adalah bidang pengetahuan yang mempelajari tentang asas, aturan,


dan prosedur penalaran yang benar. Dengan istilah lain logika sebagai jalan
atau cara untuk memperoleh pengetahuan yang benar (Susanto, 2011:143)

Sebagai sarana berpikir ilmiah, logika mengarahkan manusia untuk


berpikir dengan benar sesuai dengan kaidah-kaidah berpikir yang benar.
Dengan logika manusia dapat berpikir dengan sistematis dan dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya. Jika ingin melakukan kegiatan
berpikir dengan benar maka harus menggunakan kaidah-kaidah berpikir yang
logis. Dengan logika dapat dibedakan antara proses berpikir yang benar dan
proses berpikir yang salah.

Menurut Susanto (2011:146), ada tiga aspek penting dalam memahami


logika, agar mempunyai pengertian tentang penalaran yang merupakan suatu
bentuk pemikiran, yaitu pengertian, proposisi, dan penalaran. Pengertian
merupakan tanggapan atau gambaran yang dibentuk oleh akal budi tentang
kenyataan yang dipahami, atau merupakan hasil pengetahuan manusia
mengenai realitas. Proposisi atau pernyataan adalah rangkaian dari pengertian-
pengertian yang dibentuk oleh akal budi atau merupakan pernyataan mengenai
hubungan yang terdapat di antara dua buah term. Penalaran adalah suatu
proses berpikir yang menghasilkan pengetahuan.

Keberadaan ketiga aspek tersebut sangat penting dalam memahami


logika. Dimulai dari membentuk gambaran tentang obyek yang dipahami,
kemudian merangkainya menjadi sebuah hubungan antar obyek, dan terakhir
melakukan proses berpikir yang benar untuk menghasilkan. pengetahuan.
Tiga aspek dalam logika tersebut harus dipahami secara bersama-sama bagi
siapapun yang hendak memahami dan melakukan kegiatan ilmiah. Tanpa
melalui ketiga proses aspek logika tersebut, manusia akan sulit memperoleh
dan menghasilkan kegiatan ilmiah yang benar.

Terdapat dua cara penarikan kesimpulan melalui cara kerja logika. Dua
cara itu adalah induktif dan deduktif. Logika induktif adalah cara penarikan
kesimpulan dari kasus-kasus individual nyata menjadi kesimpulan yang
bersifat umum dan rasional. Logika deduktif adalah cara penarikan
kesimpulan dari hal-hal yang bersifat umum rasional menjadi kasus-kasus
yang bersifat khusus sesuai fakta di lapangan (Sumarna, 2008:150)

Kedua jenis logika berpikir tersebut bukanlah dua kutub yang saling
berlawanan dan saling menjatuhkan. Kedua jenis logika berpikir tersebut
merupakan dua buah sarana yang saling melengkapi, maksudnya suatu ketika
logika induktif sangat dibutuhkan dan harus digunakan untuk memecahkan
suatu masalah, dan pada saat lain yang tidak dapat menggunakan logika
induktif untuk memecahkan masalah maka dapat digunakan logika deduktif.
Seseorang yang sedang berpikir tidak harus menggunakan kedua jenis logika
berpikir tersebut, tetapi dapat menggunakan satu logika berpikir sesuai dengan
kebutuhan obyek dan kemampuan individunya.

F. Matematika sebagai sarana berfikir ilmiah

Bahasa sebagai alat komunikasi verbal mempunyai banyak kelemahan,


karena tidak semua pernyataan dapat dilambangkan dengan bahasa. Untuk
mengatasi kelemahan-kelemahan bahasa tersebut maka digunakanlah sarana
matematika.

Suriasumantri (2003:191), "Matematika adalah bahasa yang berusaha


untuk menghilangkan sifat kubur (pen: kabur), majemuk dan emosional dari
bahasa verbal".

Matematika sebagai sarana berpikir deduktif menggunakan bahasa.


artifisial, yakni murni bahasa buatan manusia. Keistimewaan bahasa ini
adalah terbebas dari aspek emotif dan efektif serta jelas terlihat bentuk
hubungannya. Matematika lebih mementingkan kelogisan pernyataan-
pernyataannya yang mempunyai sifat yang jelas (Tim Dosen Filsafat Ilmu
UGM, 2010:107).

Dengan matematika, sifat kabur, majemuk dan emosional dari bahasa


dapat dihilangkan. Lambang yang digunakan dalam matematika lebih eksak
dan jelas, lambang-lambang tersebut tidak bisa dicampuri olch emosional
seseorang, suatu lambang dalam matematika jelas hanya mengandung satu arti
sehingga orang lain tidak dapat memberikan penafsiran selain dari maksud
pemberi informasi. Misalnya, seseorang yang mengatakan: "Saya punya satu
orang adik perempuan", orang lain dapat menerima bahwa orang itu
mempunyai satu adik, tidak mungkin orang lain akan mempunyai penafsiran
bahwa orang itu mempunyai dua atau tiga orang adik.

"Matematika mengembangkan bahasa numerik yang memungkinkan kita


untuk melakukan pengukuran secara kuantitatif (Suriasumantri, 2003:193).
Matematika biasanya menggunakan bahasa numeric yang menafikan unsur
emosi, kabur dan majemuk seperti yang terdapat dalam bahasa biasa. Melalui
unsur ini, manusia dapat melakukan pengukuran secara kuantitatif yang tidak
diperoleh dalam bahasa yang selalu memberi kemungkinan menggunakan
perasaan yang bersifat kualitatif (Sumarna, 2008:143).

Matematika memungkinkan untuk melakukan pengukuran yang jelas.


Untuk membandingkan tinggi dua buah obyek yang berbeda, misal pohon
jagung dan pohon mangga. Dengan bahasa hanya dapat dikatakan bahwa
pohon mangga lebih tinggi dari pohon jagung, tetapi tidak tahu dengan jelas
berapa perbedaan tinggi kedua pohon tersebut. Dengan matematika maka
perbedaan tinggi kedua pohon tersebut dapat diketahui dengan jelas dan tepat.
Misal, setelah diukur ternyata tinggi pohon jagung 100 cm dan tinggi pohon
mangga 250 meter, maka dapat dikatakan bahwa pohon mangga lebih tinggi
150 cm dari pohon jagung. Matematika memberikan jawaban yang lebih
eksak dan menjadikan manusia dapat menyelesaikan masalah sehari-harinya
dengan lebih tepat dan teliti.

Matematika sebagai sarana berpikir deduktif, memungkinkan manusia


untuk mengembangkan pengetahuannya berdasarkan teori-teori yang telah
ada. Misal, jumlah sudut sebuah lingkaran adalah 360°. Dari pengetahuan ini
dapat dikembangkan, seperti besar sudut keliling lingkaran sama dengan
setengah besar sudut pusat jika menghadap busur yang sama.

G. Statistika sebagai sarana berfikir ilmiah

Suriasumantri (2003:225), "Statistika harus mendapat tempat yang sejajar


dengan matematika agar keseimbangan berpikir deduktif dan induktif yang
merupakan ciri dari berpikir ilmiah dapat dilakukan dengan baik". Orang yang
ingin mampu melaksanakan kegiatan ilmiah dengan baik tidak boleh
memandang sebelah mata terhadap statistika. Penguasaan statistika sangat
diperlukan bagi orang-orang yang akan menarik kesimpulan dengan sah.
Statistika harus dipandang sejajar dengan matematika. Kalau matematika
merupakan sarana berpikir deduktif maka orang dapat menggunakan statistika
untuk berpikir induktif. Matematika dan statistika sama-sama diperlukan
untuk menunjang kegiatan ilmiah yang benar sehingga akan menghasilkan
suatu pengetahuan yang benar pula.

Suriasumantri (2003:225), Statistika merupakan sarana berpikir yang


diperlukan untuk memproses pengetahuan secara ilmiah. Sebagai bagian dari
perangkat metode ilmiah maka statistika membantu kita untuk melakukan
generalisasi dan menyimpulkan karakteristik suatu kejadian secara lebih pasti
dan bukan terjadai secara kebetulan.

Statistika sebagai sarana berpikir ilmiah tidak memberikan kepastian


namun memberi tingkat peluang bahwa untuk premis-premis tertentu dapat
ditarik suatu kesimpulan, dan kesimpulannya mungkin benar mungkin juga
salah. Langkah yang ditempuh dalam logika induktif menggunakan statistika
adalah:

a. Observasi dan eksperimen,


b. Memunculkan hipotesis ilmiah,
c. Verifikasi dan pengukuran, dan
d. Sebuah teori dan hukum ilmiah.

Untuk mengetahui keadaan suatu obyek, seseorang tidak harus melakukan


pengukuran satu persatu terhadap semua obyek yang sama, tetapi cukup
dengan melakukan pengukuran terhadap sebagian obyek yang dijadikan
sampel. Walaupun pengukuran terhadap sampel tidak akan seteliti jika
pengukuran dilakukan terhadap populasinya, namun hasil dari pengukuran
sampel dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.

Setelah melakukan observasi dan eksperimen kemudian merumuskan


suatu hipotesis untuk dilakukan verifikasi dan uji coba terhadap data dan
keadaan yang sebenarnya di lapangan. Berdasarkan pengkajian-pengkajian
terhadap data dan keadaan di lapangan tersebut dapat dirumuskan suatu
kesimpulan yang nantinya menjadi sebuah teori atau hukum ilmiah. Artinya,
kesimpulan yang ditarik bukanlah sesuatu yang kebetulan terjadi, tetapi telah
melalui tahap-tahap berpikir tertentu dengan melibatkan data dan fakta yang
terjadi di lapangan.
BAB 3

PENUTUP

KESIMPULAN

Sarana berpikir ilmiah merupakan alat untuk membantu kegiatan ilmiah dalam
berbagai langkah yang akan ditempuh agar memperoleh pengetahuan dengan benar.

Tujuan mempelajari sarana berpikir ilmiah adalah agar dapat melakukan kegiatan
penelaahan ilmiah dengan baik untuk memperoleh pengetahuan yang benar sehingga
dapat meningkatkan kemakmuran hidup.

Keseluruhan tahapan kegiatan ilmiah membutuhkan alat bantu yang berupa


sarana berpikir ilmiah. Sarana berpikir ilmiah berfungsi hanyalah sebagai alat bantu
bagi manusia untuk berpikir ilmiah agar memperoleh ilmu.

Bahasa merupakan sarana mengkomunikasikan cara-cara berpikir sistematis


dalam memperoleh ilmu. Tanpa kemampuan berbahasa, seseorang tidak akan dapat
melakukan kegiatan ilmiah secara sistematis dan benar.

Logika sebagai sarana berpikir ilmiah mengarahkan manusia untuk berpikir


dengan benar sesuai dengan kaidah-kaidah berpikir yang benar. Logika membantu
manusia dapat berpikir dengan sistematis yang dapat dipertanggungjawabkan
kebenarannya. Jika ingin melakukan kegiatan berpikir dengan benar maka harus
menggunakan kaidah-kaidah berpikir yang logis. Logika dapat membedakan antara
proses berpikir yang benar dan proses berpikir yang salah.

Statistika tidak boleh dipandang sebelah mata oleh orang yang ingin mampu
melaksanakan kegiatan ilmiah dengan baik. Penguasaan statistic sangat diperlukan
bagi orang-orang yang akan menarik kesimpulan dengan sah. Statistika harus
dipandang sejajar dengan matematika. Kalau matematika merupakan sarana berpikir
deduktif maka orang dapat menggunakan statistika untuk berpikir induktif. Berpikir
deduktif dan berpikir induktif diperlukan untuk menunjang kegiatan ilmiah yang
benar sehingga akan menghasilkan suatu pengetahuan yang benar pula.
DAFTAR PUSTAKA

Bakhtiar, Amsal. 2009. Filsafat Ilmu. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Sumarna, Cecep. 2008. Filsafat Ilmu. Bandung: Mulia Press.

Suriasumantri, Jujun S. 2003. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan.

Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM. 2010. Filsafat Ilmu Sebagai Dasar Pengembangan Ilmu
Pengetahuan. Yogyakarta: Liberty.

Susanto, A. 2011. Filsafat Ilmu. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Anda mungkin juga menyukai