Anda di halaman 1dari 39

FILSAFAT ILMU

SARANA ILMIAH

DR. PURWO SRI REJEKI, dr., M.Kes

OLEH:

Evania Nita Oetama


01201806302

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS


ILMU KESEHATAN ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan Laporan yang berjudul Sarana Ilmiah.
Terima kasih saya ucapkan kepada teman sejawat saya : dr. Rendra Prasetya Saefudin,
dr. Firda Rachmawati Iragama, dr. Jeannie Flynn, dr. Evania Nita Oetama, dr. Mahida El Shafi,
dr. Dinal Muhammadi, dr. Alvina Charista Rusli, dr. Ahmad Aiman Azhar, dr. Kafin Rifqi
yang telah membantu saya baik secara moral maupun materi sehingga saya bisa menyelesaikan
tugas ini tepat waktu.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Dr. Purwo
pada mata kuliah Filsafat Umum. Selain itu, laporan ini juga bertujuan memperluas wawasan
penulis serta pembaca mengenai cara - cara untuk memfasilitasi kegiatan ilmiah agar bisa
mencapai hasil yang baik.
Dalam penyusunan laporan ini, saya menyadari sepenuhnya bahwa ini masih jauh dari
kesempurnaan karena pengalaman dan pengetahuan penulis yang terbatas. Oleh karena itu,
kritik dan saran dari semua pihak sangat saya harapkan demi terciptanya laporan yang lebih
baik lagi untuk masa mendatang.

Surabaya, 18 Januari 2021

Djiu Wina

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................. i


DAFTAR ISI………………………………………………………………………………..…ii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................................. 1
1.3 Tujuan ................................................................................................................................. 1
BAB II SARANA ILMIAH ..................................................................................................... 2
2.1 Pengertian Sarana Ilmiah ................................................................................................... 2
2.2 Macam-macam Sarana Ilmiah ............................................................................................ 3
2.2.1 Bahasa………….. ............................................................................................................3
2.2.2 Matematika………........................................................................................................... 5
2.2.3 Logika……………........................................................................................................... 7
2.2.4 Statistika……....................................................................................................................8
BAB III KESIMPULAN ........................................................................................................ 10
3.1 Kesimpulan ....................................................................................................................... 10
3.2 Saran ................................................................................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................
11

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Berpikir merupakan upaya manusia dalam memecahkan masalah. Berfikir ilmiah
merupakan berfikir dengan langkah – langkah metode ilmiah seperti perumusan masalah,
pengajuan hipotesis, pengkajian literatur, menjugi hipotesis, menarik kesimpulan.
Kesemua langkah – langkah berfikir dengan metode ilmiah tersebut harus didukung dengan
alat / sarana yang baik sehingga diharapkan hasil dari berfikir ilmiah yang kita lakukan
mendapatkan hasil yang baik.
Sarana ilmiah pada dasarnya merupakan alat membantu kegiatan ilmiah dalam
berbagai langkah yang harus ditempuh. Tujuan mempelajari sarana ilmiah adalah untuk
memungkinkan kita melakukan penelaahan ilmiah secara baik, sedangkan tujuan
mempelajari ilmu dimaksudkan untuk mendapatkan pengehahuan yang memungkinkan
untuk bisa memecahkan masalah sehari-hari. Kemampuan berfikir ilmiah yang baik harus
didukung oleh penguasaan sarana berfikir ini dengan baik pula. Salah satu langkah kearah
penguasaan itu adalah mengetahui dengan benar peranan masing-masing sarana berfikir
tersebut dalam keseluruhan berfikir ilmiah tersebut. Untuk dapat melakukan kegiatan
ilmiah dengan baik, maka diperlukan sarana yang berupa bahasa, logika, matematika dan
statistik.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian sarana bernalar ilmiah?
2. Apa saja jenis sarana bernalar ilmiah?

1.3 Tujuan
Tujuan mempelajari sarana berpikir ilmiah adalah untuk memungkinkan kita untuk
menelaah ilmu secara baik. Sedangkan tujuan mempelajari ilmu dimaksudkan untuk
mendapatkan pengetahuan yang memungkinkan kita untuk dapat memecahkan masalah
kita sehari-hari.

1
BAB II
SARANA ILMIAH

2.1 Pengertian Sarana Ilmiah


Sarana berfikir ilmiah merupakan alat yang membantu kegiatan ilmiah. Dalam
berbagai langkah yang harus ditempuh, tanpa penguasaan sarana berpikir ilmiah kita tidak
akan dapat melaksanakan kegiatan berpikir ilmiah yang baik. Sarana ilmiah mempunyai
metode tersendiri yang berbeda dengan metode ilmiah dalam mendapatkan
pengetahuannya sebab fungsi sarana berpikir ilmiah adalah untuk membantu proses metode
ilmiah.
Surisumantri (2003:165), ”Sarana ilmiah pada dasarnya merupakan alat yang
membantu kegiatan ilmiah dalam berbagai langkah yang harus ditempuh”. Sarana ilmiah
merupakan suatu alat, dengan alat ini manusia melaksanakan kegiatan ilmiah. Pada saat
manusia melakukan tahapan kegiatan ilmiah diperlukan alat berpikir yang sesuai dengan
tahapan tersebut. Manusia mampu mengembangkan pengetahuannya karena manusia
berpikir mengikuti kerangka berpikir ilmiah dan menggunakan alat-alat berpikir yang
benar.
Pada hakikatnya sarana berfikir ilmiah merupakan alat yang membantu kegiatan
ilmiah dalam berbagai langkah yang harus ditempuhnya. Pada langkah tertentu biasanya
diperlukan sarana yang tertentu pula. Oleh sebab itulah maka sebelum kita mempelajari
sarana-sarana berpikir ilmiah ini kita harus dapat menguasai langkah-langkah dalam
kegiatan langkah berfikir tersebut. Sebagai makhluk hidup yang paling mulia, manusia
dikaruniai kemampuan untuk mengetahui diri dan alam sekitarnya. Melalui pengetahuan,
manusia dapat mengatasi kendala dan kebutuhan demi kelangsungan hidupnya.
Sarana berpikir ilmiah ada empat, yaitu: bahasa, logika, matematika dan statistika
(Suriasumantri, 2003:167). Sarana berpikir ilmiah berupa bahasa sebagai alat komunikasi
verbal untuk menyampaikan jalan pikiran kepada orang lain, logika sebagai alat berpikir
agar sesuai dengan aturan berpikir sehingga dapat diterima kebenarannya oleh orang lain,
matematika berperan dalam pola berpikir deduktif sehingga orang lain lain dapat mengikuti
dan melacak kembali proses berpikir untuk menemukan kebenarannya, dan statistika
berperan dalam pola berpikir induktif untuk mencari kebenaran secara umum.

2
2.2 Macam-macam Sarana Ilmiah
2.2.1 BAHASA
Bahasa adalah serangkaian bunyi dan lambang yang membentuk makna. Berpikir sebagai
proses berkerjanya akal dalam menelaah sesuatu merupakan ciri hakiki manusia. Dan hasil
kerjanya dinyatakan dalam bentuk bahasa. Bahasa memegang peranan penting dan suatu hal
yang lazim dalam kehidupan manusia. Bahasa menjadi suatu simbol-simbol bunyi yang
dipergunakan oleh suatu kelompok sosial sebagai alat berkomunikasi. Bahasa digunakan oleh
manusia untuk berpikir atau melakukan penalaran induktif dan deduktif dalam kegiatan ilmiah.
Para ahli filsafat bahasa dan psikolinguistik melihat fungsi bahasa sebagai sarana untuk
menyampaikan pikiran, perasaan, dan emosi. Sedangkan aliran sosiolinguistik berpendapat
bahwa fungsi bahasa adalah sarana untuk perubahan masyarakat. Walaupun terdapat perbedaan
tetapi pendapat ini saling melengkapi satu sama lainnya. Secara umum dapat dinyatakan bahwa
fungsi bahasa adalah :
a. Koordinator kegiatan-kegiatan dalam masyarakat
b. Penetapan pemikiran dan pengungkapan
c. Penyampaian pikiran dan perasaan
d. Penyenangan jiwa
e. Pengurangan kegonjangan jiwa (Fathi Ali Yunus dalam bakhtiar, 2010, 180).
Menurut Halliday sebagaimana yang dikutip oleh Thaimah bahwa fungsi bahasa adalah
sebagai berikut :
1. Fungsi Instrumental : penggunaan bahasa untuk mencapai suatu hal yang bersifat materi
seperti makan, minum, dan sebagainya.
2. Fungsi Regulatoris : penggunaan bahasa untuk memerintah dan perbaikan tingkah laku.
3. Fungsi Interaksional : penggunaan bahasa untuk saling mencurahkan perasaan pemikiran
antara seseorang dan orang lain.
4. Fungsi Personal : seseorang menggunakan bahasa untuk mencurahkan perasaan dan
pikiran.
5. Fungsi Heuristik : penggunaan bahasa untuk mengungkap tabir fenomena dan keinginan
untuk mempelajarinya.
6. Fungsi Imajinatif : penggunaan bahasa untuk mengungkapkan imajinasi seseorang dan
gambaran-gambaran tentang penemuan seseorang dan tidak sesuai dengan realita (dunia
nyata).

2
7. Fungsi Representasional : penggunaan bahasa untuk menggambarkan pemikiran dan
wawasan serta menyampaikannya pada orang (Rushdi Ahmad Thaimah dalam bakhtiar, 2010,
181).
Untuk menelaah bahasa ilmiah perlu dijelaskan tentang pengolongan bahasa. Ada dua
pengolongan bahasa yang umumnya dibedakan yaitu :
1. Bahasa alamiah yaitu bahasa sehari-hari yang digunakan untuk menyatakan sesuatu,
yang tumbuh atas pengaruh alam sekelilingnya. Bahasa alamiah dibedakan menjadi dua bagian
yaitu :
a) Bahasa isyarat, bahasa ini dapat berlaku umum dan dapat berlaku khusus.
b) Bahasa biasa, bahasa yang digunakan dalam pergaulan sehari-hari.
2. Bahasa buatan adalah bahasa yang disusun sedemikian rupa berdasarkan pertimbangan-
pertimbangan akar pikiran untuk maksud tertentu. Bahasa buatan dibedakan menjadi 2 bagian
yaitu:
a) Bahasa istilah, bahasa ini rumusanya diambil dari bahasa biasa yang diberi arti
tertentu, misal demokrasi (demos dan kratien).
b) Bahasa artifisial, murni bahasa buatan , atau sering juga disebut dengan bahasa
simbolik, bahasa berupa simbol-simbolngaburkan. Bahasa artifisial mempunyai dua macam
ciri-ciri yaitu pertama, tidak berfungsi sendiri, kosong dari arti, oleh karena itu dapat dimasuki
arti apapun juga. Kedua, arti yang dimaksudkan dalam bahasa artifisial ditentukan oleh
penghubung. (tim dosen Filsafat Ilmu UGM : 1996 ;100)
Perbedaan bahasa alamiah dan bahasa buatan adalah bahasa alamiah, antara kata dan
makna merupakan satu kesatuan utuh, atas dasar kebiasaan sehari-hari, karena bahasanya
secara spontan, bersifat kebiasaan, intuitif (bisikan hati) dan pernyataan langsung. Sedangkan
bahasa buatan, antara istilah dan konsep merupakan satu kesatuan bersifat relatif, atas dasar
pemikiran akal karena bahasanya berdasarkan pemikiran, sekehendak hati, diskursif (logika,
luas arti) dan pernyataan tidak langsung. Dari uraian diatas tentang bahasa, bahasa buatan
inilah yang dimaksudkan bahasa ilmiah , dengan demikian bahasa ilmiah dapat dirumuskan
sebagai bahasa buatan yang diciptakan para ahli dalam bidangnya dengan mengunakan istilah-
istilah atau lambang-lambang untuk mewakili pengertian-pengertian tertentu. Dan bahasa
ilmiah inilah pada dasarnya merupakan kalimat-kalimat deklaratif atau suatu pernyataan yang
dapat dinilai benar atau salah, baik mengunakan bahasa biasa sebagai bahasa pengantar untuk
mengkomunikasikan karya ilmiah. Bahasa sebagai sarana ilmiah mempunyai kelemahan.
Kelemahan tersebut menurut Suriasumantri (2003:182-187) antara lain:
a) Bahasa bersifat multifungsi,

2
b) Bahasa memiliki arti yang tidak jelas dan eksak yang dikandung oleh kata-kata yang
membangun bahasa,
c) Bahasa mempunyai beberapa kata yang memberikan arti yang sama, dan
d) Konotasi bahasa yang bersifat emosional.
Keberadaan bahasa sebagai sarana berpikir ilmiah ternyata memiliki kelemahan-
kelemahan yang melekat pada bahasa tersebut. Bahasa sulit dilepaskan dari emosi dan sikap
seseorang, sedangkan bahasa sebagai sarana ilmiah dituntut untuk obyektif agar informasi yang
dikomunikasikan dapat diterima dengan baik oleh orang lain. Kelemahan berikutnya adalah
sulit untuk mendefinisikan suatu obyek dengan sejelas-jelasnya, terkadang karena keinginan
untuk memberikan penjelasan yang detil tentang suatu obyek, yang terjadi justru komunikasi
yang dilakukan terkesan bertele-tele dan menjadi tidak jelas.
Kelemahan bahasa juga dapat dilihat dari keberadaan beberapa kata yang yang memiliki
arti sama atau sebaliknya beberapa arti cukup menggunakan satu kata saja. Selain itu, ada
kelemahan bahasa lain yaitu bahasa sulit dilepaskan dari emosional seseorang. Ada makna-
makna tertentu yang dapat ditambahkan pada makna sebenarnya sebagai akibat emosional
seseorang.
Masalah bahasa ini menjadi bahan pemikiran yang sungguh-sungguh dari para ahli filsafat
modern. Kekacauan dalam filsafat menurut Wittgensten disebabkan kebanyakan dari
pernyataan dan pertanyaan ahli filsafat timbul dari kegagalan mereka untuk menguasai logika
bahasa. Maka bahasa bukan saja merupakan alat berfilsafat dan berfikir namun juga merupakan
bahan dasar dan dalam hal tertentu merupakan hasil akhir dari filsafat.

2.2.2 LOGIKA
Logika adalah jalan pikiran yang masuk akal, definisi ini dirujuk dari Kamus Besar Bahasa
Indonesia (2003:680). Perkataan logika berasal dari kata “logos” bahasa Yunani yang
berarti kata atau pikiran yang benar. Logika membicarakan tentang aturan-aturan berpikir
agar dengan aturan-aturan tersebut dapat mengambil kesimpulan yang benar. Logika
adalah sarana untuk berpikir sistematik, valid dan dapat dipertanggungjawabkan. Dalam
arti luas logika adalah sebuah metode dan prinsip-prinsip yang dapat memisahkan secara
tegas antara penalaran yang benar dengan penalaran yang salah. Karena itu, berpikir logis
adalah berpikir sesuai dengan aturan-aturan berpikir. Berpikir membutuhkan jenis-jenis
pemikiran yang sesuai. Sebagai sarana berpikir ilmiah, logika mengarahkan manusia untuk
berpikir dengan benar sesuai dengan kaidah-kaidah berpikir yang benar. Dengan logika
manusia dapat berpikir dengan sistematis dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.

2
Jika ingin melakukan kegiatan berpikir dengan benar maka harus menggunakan kaidah-
kaidah berpikir yang logis. Dengan logika dapat dibedakan antara proses berpikir yang
benar dan proses berpikir yang salah. Menurut Susanto (2011:146), ada tiga aspek penting
dalam memahami logika, agar mempunyai pengertian tentang penalaran yang merupakan
suatu bentuk pemikiran, yaitu pengertian, proposisi, dan penalaran.
a) Pengertian merupakan tanggapan atau gambaran yang dibentuk oleh akal budi tentang
kenyataan yang dipahami, atau merupakan hasil pengetahuan manusia mengenai realitas.
b) Proposisi atau pernyataan adalah rangkaian dari pengertian-pengertian yang dibentuk
oleh akal budi atau merupakan pernyataan mengenai hubungan yang terdapat di antara dua
buah term.
c) Penalaran adalah suatu proses berpikir yang menghasilkan pengetahuan.
Keberadaan ketiga aspek tersebut sangat penting dalam memahami logika. Dimulai dari
membentuk gambaran tentang obyek yang dipahami, kemudian merangkainya menjadi
sebuah hubungan antar obyek, dan terakhir melakukan proses berpikir yang benar untuk
menghasilkan pengetahuan. Tiga aspek dalam logika tersebut harus dipahami secara
bersama-sama bagi siapapun yang hendak memahami dan melakukan kegiatan ilmiah.
Tanpa melalui ketiga proses aspek logika tersebut, manusia akan sulit memperoleh dan
menghasilkan kegiatan ilmiah yang benar. Terdapat beberapa cara penarikan kesimpulan
melalui cara kerja logika. Beberapa cara tersebut adalah:
a) Logika induktif adalah cara penarikan kesimpulan dari kasus-kasus individual nyata
menjadi kesimpulan yang bersifat umum dan rasional.
b) Logika deduktif adalah cara penarikan kesimpulan dari hal-hal yang bersifat umum
rasional menjadi kasus-kasus yang bersifat khusus sesuai fakta di lapangan (Sumarna,
2008:150)
c) Logika analogi adalah cara berfikir dengan cara membuktikan dengan hal yang serupa
dan sudah diketahui sebelumnya. Disini penyimpulan dilakukan secara tidak langsung,
tetapi dicari suatu media atau penghubung yang mempunyai persamaan dan keserupaan
dengan apa yang akan dibuktikan.
d) Logika komparasi adalah cara berfikir dengan cara membandingkan dengan sesuatu
yang mempunyai kesamaan apa yang dipikirkan. Dasar pemikiran ini sama dengan analogi
yaitu tidak langsung, tetapi penekanan pemikirannya ditujukan pada kesepadanan
bukan pada perbedaannya.
Beberapa jenis logika berpikir tersebut bukanlah kutub yang saling berlawanan dan saling
menjatuhkan. Beberapa jenis logika berpikir tersebut merupakan sarana yang saling

2
melengkapi, misalnya ketika logika induktif sangat dibutuhkan dan harus digunakan untuk
memecahkan suatu masalah, dan pada saat lain yang tidak dapat menggunakan logika
induktif untuk memecahkan masalah maka dapat digunakan logika deduktif. Seseorang
yang sedang berpikir tidak harus menggunakan kedua jenis logika berpikir tersebut, tetapi
dapat menggunakan satu logika berpikir sesuai dengan kebutuhan obyek dan kemampuan
individunya.

2.2.3 MATEMATIKA
Dalam hal ini, matematika diartikan sebagai bahasa yang melambangkan makna dari
pernyataan yang ingin kita sampaikan atau seringkali disebut bersifat “artificial”. Dalam
bahasa verbal, terdapat beberapa kekurangan yang tidak dapat dihilangkan. Oleh sebab itu,
untuk mengatasi kekurangan itu, kita harus bepaling kepada bahasa matematika. Bahasa
matematika sendiri berusaha menghilangkan sifat kabur, majemuk dan emosional sehingga
lebih terfokus kepada masalah yang sedang dikaji. Matematika sebagai bahasa memiliki
kelebihan lain yang tidak dimiliki oleh bahasa verbal. Di mana matematika
mengembangkan bahasa numerik yang memungkinkan kita untuk melakukan pengukuran
secara kuantitatif. Jika dalam bahasa verbal kita hanya bisa membandingkan secara
kualitatif, maka dalam bahasa matematika, kita dapat mencari tahu hal kuantitatif yang ada.
Sifat Kuantitatif ini meningkatkan daya prediktif dan kontrol dari ilmu. Ilmu memberikan
jawaban yang lebih bersifat eksak yang memungkinkan pemecahan masalah secara lebih
tepat dan cermat.
Menurut Jujun Suria Sumantri dalam bukunya yan berjudul “Filsafat Ilmu, Sebuah
Pengantar Populer”, Matematika dapat dijadikan sebagai sarana berpikir deduktif, di mana
seperti yang diketahui, berpikir deduktif adalah proses pengambillan kesimpulan yang
didasarkan kepada premis-premis yang kebenarannya telah ditentukan. Selain sebagai
bahasa, matematika berfungsi sebagai alat berpikir. Menurut beberapa ahli seperti:
• Wittgenstein, matematika adalah metode berpikir logis. Di mana masalah yang dihadapi
akan makin rumit dan membutuhkan struktur analisis yang lebih sempurna.
• Bertrand Russell, matematika adalah masa kedewasaan logika, sedangkan logika adalah
masa kecil matematika.
Menurut Griffits dan Howson, perkembangan matematika menjadi 4 tahap, yaitu:
● Matematika yang berkembangan pada peradaban Mesir Kuno dan daerah Babilonia.
Dalam abad ini matematika digunakan untuk keperluan perdagangan, pertanian,
bangunan dan usaha mengontrol alam seperti banjir.

2
● Matematika dalam peradaban Yunani. Dalam abad ini sangat memperhatikan aspek
estetik dari matematika.
● Euclid pada 300 SM. Dalam abad ini matematika sangat diperhatikan sebagai ilmu
ukur.
● Perkembangan di daerah Timur sekitar 100 tahun sesudahnya. Dalam abad ini,
matematika di kembangkan sebagai ilmu hitung dan aljabar.
Kesimpulannya adalah Matematika bukanlah merupakan pengetahuan mengenai objek
tertentu melainkan cara berpikir untuk mandapatkan pengetahuan tersebut. Adapun
kelemahan dari matematika adalah bahwa matematika tidak mengandung bahasa
emosional (tidak mengandung estetika) artinya bahwa matematika penuh dengan simbol
yang bersifat artifersial dan berlaku dimana saja.

2.2.4 STATISTIKA
Secara etimologi, kata statistik berasal dari kata status (bahasa latin) yang mempunyai
persamaan arti dengan state (bahasa Inggris) yang dalam bahasa Indonesia diterjemahkan
dengan negara. Pada mulanya kata statistik diartikan sebagai “ kumpulan bahan keterangan
(data), baik yang berwujud angka (data kuantitatif) maupun yang tidak berwujud angka
(data kualitatif), yang mempunyai arti penting dan kegunaan bagi suatu negara”. Namun
pada perkembangan selanjutnya, arti kata statistik hanya dibatasi dengan kumpulan bahan
keterangan yang berwujud angka (data kuantitatif saja) (Anas Sudiono dalam bakhtiar,
2010, 198). Sedangkan menurut (Sudjana 1996 : 3) Statistika adalah pengetahuan yang
berhubungan dengan cara-cara pengumpulan data, pengelolaan atau penganalisiannya dan
penarikan kesimpulan berdasarkan kumpulan data dan penganalisisan yang dilakukan. Jadi
statistika merupakan sekumpulan metode dalam memperoleh pengetahuan untuk
mengelolah dan menganalisis data dalam mengambil suatu kesimpulan kegiatan ilmiah.
Untuk dapat mengambil suatu keputusan dalam kegiatan ilmiah diperlukan data-data,
metode penelitian serta penganalisaan harus akurat. Statistika sebagai sarana berpikir
ilmiah tidak memberikan kepastian namun memberi tingkat peluang bahwa untuk premis-
premis tertentu dapat ditarik suatu kesimpulan, dan kesimpulannya mungkin benar
mungkin juga salah. Langkah yang ditempuh dalam logika induktif menggunakan statistika
adalah:
a. Observasi dan eksperimen,
b. Memunculkan hipotesis ilmiah,
c. Verifikasi dan pengukuran, dan

2
d. Sebuah teori dan hukum ilmiah.
Untuk dapat mengambil suatu keputusan dalam kegiatan ilmiah diperlukan data-data,
metode penelitian serta penganalisaan harus akurat. Peluang merupakan dasar dari teori
statistika. Konsep statistika sering dikaitkan dengan distribusi variable yang ditelaah dalam
suatu populasi tertentu. Statistika sering digunakan dalam penelitian ilmiah. Ilmu dapat
didefinisikan sebagai pengetahuan yang telah teruiji kebenarannya. Suatu pernyataan
ilmiah adalah bersifat factual, dan konsekuensinya dapat diuji dengan baik dengan jalan
menggunakan pancaindra, maupun dengan memper gunakan alat-alat yang membantu
panca indra tersebut. Pengujian mengharuskan peneliti untuk menarik kesimpulan yang
berisifat umum dari kasus yang bersifat individual/khusus. Statistika juga memberikan
kemampuan untuk mengetahui suatu hubungan kausalita antara dua atau lebih faktor yang
bersifat kebetulan atau memang benar-benar terkait dalam hubungan yang bersifat empiris.
Statistika merupakan sarana berpikir ilmiah yang diperlukan untuk memproses
pengetahuan secara ilmiah. Statistika membantu melakukan proses generalisasi dan
menyimpulkan karakterisrtik suatu kejadian secara lebih pasti dan bukan terjadi secara
kebetulan karena statistika mampu memberikan secara kuantitatif tingkat ketelitian dari
kesimpulan yang ditarik, makin besar contoh atau sample yang diambil maka makin tinggi
tingkat ketelitian kesimpulan tersebut. Dengan demikian statistika mampu memberikan
tingkat ketelitian yang lebih kuantitatif dan akurat.

2
BAB III
KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian bahasan “Sarana Berfikir Ilmiah” di atas dapat disimpulkan
bahwa: Untuk dapat melakukan kegiatan berpikir ilmiah dengan baik maka diperlukan
sarana yang berupa bahasa, logika, matematika dan statistika.
1. Bahasa, yaitu alat komunikasi untuk menyampaikan jalan pikiran kepada orang lain.
2. Logika adalah sarana berpikir ilmiah yang mengarahkan manusia untuk berpiki dengan
benar sesuai dengan kaidah-kaidah berpikir yang sistematis dan dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya.
3. Matematika, yaitu alat atau cara berfikir sebagai proses untuk pengambilan kesimpulan
yang didasarkan pada perhitungan yang kebenarannya telah ditentukan.
4. Statistika merupakan pengetahuan untuk melakukan penarikan kesimpulan secara
induktif dan secara lebih seksama.

3.1 Saran
Penulis menyarankan dirinya dan juga pembaca agar selalu menerapkan dan
memilih sarana bernalar ilmiah yang sesuai dengan setiap kondisi atau masalah agar dapat
hasil yang terbaik.

2
DAFTAR PUSTAKA

Syarif, Adnan. 2012. “Filsafat - Sarana Berfikir Ilmiah”, online: (http://filsafat-sarana-


berfikir-ilmiah.html/, diakses 18 Januari 2021)
Fathoni, Mukhamad. 2011. “Makalah Sarana Berpikir Ilmiah”, online: (http://makalah-
sarana-berpikir-ilmiah.html/, diakses 18 Januari 2021)
Octaria, Dina. 2012. “SARANA BERPIKIR ILMIAH”, online: (http://SARANA BERPIKIR
ILMIAH_Dina Octaria.htm/, diakses 18 Januari 2021)
Ayu. Dwy. 2012. “SARANA BERPIKIR ILMIAH DALAM FILSAFAT ILMU”, online:
(http://sarana-berpikir-ilmiah-dalam-filsafat.html/, diakses 18 Januari 2021)
Burhanuddin, Afid. 2013. Sarana Berfikir Ilmiah dalam Filsafat.
(https://afidburhanuddin.wordpress.com/2013/09/23/sarana-berfikir-ilmiah-dalam-filsafat/.
Diakses 18 Januari 2021)

72
Sarana Ilmiah
KELOMPOK A1
Kelompok A1

u Rendra Prasetya Saefudin


u Firda Rachmawati Iragama
u Djiu Wina
u Jeannie Flynn
u Evania Nita Oetama
u Mahida El Shafi
u Dinal Muhammadi
u Alvina Charista Rusli
u Ahmad Aiman Azhar
u Kafin Rifqi
Bab 1
PENDAHULUAN
Latar Belakang

u Berpikir → upaya untuk memecahkan masalah


u Beprikir ilmiah → menggunakan langkah -
langkah metode ilmiah (perumusan masalah,
pengajuan hipotesis, pengkajian literatue,
menjugi hipotesis, menarik kesimpulan)
u Sarana baik → hasil baik
Rumusan Masalah

1. Apa pengertian sarana bernalar ilmiah?


2. Apa saja jenis sarana bernalar ilmiah?
Tujuan

untuk memungkinkan kita untuk menelaah ilmu


secara baik. Sedangkan tujuan mempelajari ilmu
dimaksudkan untuk mendapatkan pengetahuan
yang memungkinkan kita untuk dapat memecahkan
masalah kita sehari-hari.
Bab 2
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi

u Suria Sumantri : merupakan alat yang membantu


kegiatan ilmiah dalam berbagai langkah yang
harus ditempuh
u alat yang membantu kegiatan ilmiah
u Pada saat melakukan tahapan kegiatan ilmiah
diperlukan alat berpikir yang sesuai dengan
tahapan tersebut
Macam – macam Sarana Ilmiah
Bahasa

u serangkaian bunyi dan lambang yang membentuk


makna
u Fungsi (Halliday) :
u Instrumental
u Regulatoris
u Interaksional
u Personal
u Heuristik
u Imaginastik
u Representasional
Isyarat
Alamiah
Biasa
Bahasa
Istilah
Buatan
Artifisial
u Kelemahan Bahasa (Suria Sumantri):
u multifungsi,
u memiliki arti yang tidak jelas dan eksak yang
dikandung oleh kata-kata yang membangun
bahasa,
u mempunyai beberapa kata yang memberikan arti
yang sama, dan
u Konotasi bahasa yang bersifat emosional.
Logika

u berasal dari kata “logos” bahasa Yunani yang berarti


kata atau pikiran yang benar

u Logika adalah jalan pikiran yang masuk akal, definisi ini


dirujuk (Kamus Besar Bahasa Indonesia)

u aturan-aturan berpikir agar dengan aturan-aturan


tersebut dapat mengambil kesimpulan yang benar à
sistematis
3 aspek penting dalam memahami logika :

Pengertian Proporsi Penalaran


Cara penarikan kesimpulan melalui cara kerja
logika :
u Logika induktif
u Logika deduktif
u Logika analogi
u Logika komparasi
Matematika

u sebagai bahasa yang melambangkan makna


dari pernyataan yang ingin kita sampaikan atau
seringkali disebut bersifat “artificial”
u bahasa numerik yang memungkinkan kita untuk
melakukan pengukuran secara kuantitatif
u Sifat Kuantitatif ini meningkatkan daya prediktif
dan kontrol dari ilmu
u Juga berfungsi sebagai alat berpikir
u Wittgenstein : matematika adalah metode berpikir logis.
Di mana masalah yang dihadapi akan makin rumit dan
membutuhkan struktur analisis yang lebih sempurna.

u Bertrand Russell : matematika adalah masa


kedewasaan logika, sedangkan logika adalah masa
kecil matematika.

u kelemahan dari matematika adalah bahwa


matematika tidak mengandung bahasa emosional
Statistika
u berasal dari kata status (bahasa latin) yang mempunyai
persamaan arti dengan state (bahasa Inggris) : negara

u Anas Sudiono : kumpulan bahan keterangan (data), baik


yang berwujud angka (data kuantitatif) maupun yang
tidak berwujud angka (data kualitatif), yang mempunyai
arti penting dan kegunaan bagi suatu negara à data
kuantitatif saja
u Sudjana : pengetahuan yang berhubungan dengan
cara-cara pengumpulan data, pengelolaan atau
penganalisiannya dan penarikan kesimpulan
berdasarkan kumpulan data dan penganalisisan yang
dilakukan.

u sekumpulan metode dalam memperoleh pengetahuan


untuk mengelolah dan menganalisis data dalam
mengambil suatu kesimpulan kegiatan ilmiah.
Langkah penggunaan statistika :
A. Observasi dan eksperimen,
B. Memunculkan hipotesis ilmiah,
C. Verifikasi dan pengukuran, dan
D. Sebuah teori dan hukum ilmiah.
u Statistika membantu melakukan proses generalisasi
dan menyimpulkan karakteristik suatu kejadian
secara lebih pasti karena memberikan secara
kuantitatif tingkat ketelitian dari kesimpulan yang
ditarik, makin besar contoh atau sample yang
diambil maka makin tinggi tingkat ketelitian
kesimpulan tersebut. Dengan demikian statistika
mampu memberikan tingkat ketelitian yang lebih
kuantitatif dan akurat.
Bab 3
KESIMPULAN
Kesimpulan

u Pemahaman dan utilisasi sarana ilmiah tepat à


hasil ilmiah yang baik
u Sarana ilmiah :
u Bahasa
u Logika

u Matematika
u Statistika
Saran

u Pilih sarana ilmiah yang tepat sesuai kondisi


u Saling melengkapi
Daftar Pustaka

u Wahana, Paulus. 2016. Filsafat Ilmu Pengetahuan. Yogyakarta : Pustaka Diamond.


u Suaedi. 2016. Pengantar Filsafat Ilmu. Bogor : IPB Press.
u Syarif, Adnan. 2012. “Filsafat - Sarana Berfikir Ilmiah”, online: (http://filsafat-sarana-berfikir-ilmiah.html/,
diakses 18 Januari 2021)
u Fathoni, Mukhamad. 2011. “Makalah Sarana Berpikir Ilmiah”, online: (http://makalah-sarana-berpikir-
ilmiah.html/, diakses 18 Januari 2021)
u Octaria, Dina. 2012. “SARANA BERPIKIR ILMIAH”, online: (http://SARANA BERPIKIR ILMIAH_Dina
Octaria.htm/, diakses 18 Januari 2021)
u Ayu. Dwy. 2012. “SARANA BERPIKIR ILMIAH DALAM FILSAFAT ILMU”, online: (http://sarana-
berpikir-ilmiah-dalam-filsafat.html/, diakses 18 Januari 2021)
u Burhanuddin, Afid. 2013. Sarana Berfikir Ilmiah dalam Filsafat.
(https://afidburhanuddin.wordpress.com/2013/09/23/sarana-berfikir-ilmiah-dalam-filsafat/. Diakses 18 Januari
2021)

Anda mungkin juga menyukai