SARANA ILMIAH
OLEH:
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan Laporan yang berjudul Sarana Ilmiah.
Terima kasih saya ucapkan kepada teman sejawat saya : dr. Rendra Prasetya Saefudin,
dr. Firda Rachmawati Iragama, dr. Jeannie Flynn, dr. Evania Nita Oetama, dr. Mahida El Shafi,
dr. Dinal Muhammadi, dr. Alvina Charista Rusli, dr. Ahmad Aiman Azhar, dr. Kafin Rifqi
yang telah membantu saya baik secara moral maupun materi sehingga saya bisa menyelesaikan
tugas ini tepat waktu.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Dr. Purwo
pada mata kuliah Filsafat Umum. Selain itu, laporan ini juga bertujuan memperluas wawasan
penulis serta pembaca mengenai cara - cara untuk memfasilitasi kegiatan ilmiah agar bisa
mencapai hasil yang baik.
Dalam penyusunan laporan ini, saya menyadari sepenuhnya bahwa ini masih jauh dari
kesempurnaan karena pengalaman dan pengetahuan penulis yang terbatas. Oleh karena itu,
kritik dan saran dari semua pihak sangat saya harapkan demi terciptanya laporan yang lebih
baik lagi untuk masa mendatang.
Djiu Wina
i
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Tujuan mempelajari sarana berpikir ilmiah adalah untuk memungkinkan kita untuk
menelaah ilmu secara baik. Sedangkan tujuan mempelajari ilmu dimaksudkan untuk
mendapatkan pengetahuan yang memungkinkan kita untuk dapat memecahkan masalah
kita sehari-hari.
1
BAB II
SARANA ILMIAH
2
2.2 Macam-macam Sarana Ilmiah
2.2.1 BAHASA
Bahasa adalah serangkaian bunyi dan lambang yang membentuk makna. Berpikir sebagai
proses berkerjanya akal dalam menelaah sesuatu merupakan ciri hakiki manusia. Dan hasil
kerjanya dinyatakan dalam bentuk bahasa. Bahasa memegang peranan penting dan suatu hal
yang lazim dalam kehidupan manusia. Bahasa menjadi suatu simbol-simbol bunyi yang
dipergunakan oleh suatu kelompok sosial sebagai alat berkomunikasi. Bahasa digunakan oleh
manusia untuk berpikir atau melakukan penalaran induktif dan deduktif dalam kegiatan ilmiah.
Para ahli filsafat bahasa dan psikolinguistik melihat fungsi bahasa sebagai sarana untuk
menyampaikan pikiran, perasaan, dan emosi. Sedangkan aliran sosiolinguistik berpendapat
bahwa fungsi bahasa adalah sarana untuk perubahan masyarakat. Walaupun terdapat perbedaan
tetapi pendapat ini saling melengkapi satu sama lainnya. Secara umum dapat dinyatakan bahwa
fungsi bahasa adalah :
a. Koordinator kegiatan-kegiatan dalam masyarakat
b. Penetapan pemikiran dan pengungkapan
c. Penyampaian pikiran dan perasaan
d. Penyenangan jiwa
e. Pengurangan kegonjangan jiwa (Fathi Ali Yunus dalam bakhtiar, 2010, 180).
Menurut Halliday sebagaimana yang dikutip oleh Thaimah bahwa fungsi bahasa adalah
sebagai berikut :
1. Fungsi Instrumental : penggunaan bahasa untuk mencapai suatu hal yang bersifat materi
seperti makan, minum, dan sebagainya.
2. Fungsi Regulatoris : penggunaan bahasa untuk memerintah dan perbaikan tingkah laku.
3. Fungsi Interaksional : penggunaan bahasa untuk saling mencurahkan perasaan pemikiran
antara seseorang dan orang lain.
4. Fungsi Personal : seseorang menggunakan bahasa untuk mencurahkan perasaan dan
pikiran.
5. Fungsi Heuristik : penggunaan bahasa untuk mengungkap tabir fenomena dan keinginan
untuk mempelajarinya.
6. Fungsi Imajinatif : penggunaan bahasa untuk mengungkapkan imajinasi seseorang dan
gambaran-gambaran tentang penemuan seseorang dan tidak sesuai dengan realita (dunia
nyata).
2
7. Fungsi Representasional : penggunaan bahasa untuk menggambarkan pemikiran dan
wawasan serta menyampaikannya pada orang (Rushdi Ahmad Thaimah dalam bakhtiar, 2010,
181).
Untuk menelaah bahasa ilmiah perlu dijelaskan tentang pengolongan bahasa. Ada dua
pengolongan bahasa yang umumnya dibedakan yaitu :
1. Bahasa alamiah yaitu bahasa sehari-hari yang digunakan untuk menyatakan sesuatu,
yang tumbuh atas pengaruh alam sekelilingnya. Bahasa alamiah dibedakan menjadi dua bagian
yaitu :
a) Bahasa isyarat, bahasa ini dapat berlaku umum dan dapat berlaku khusus.
b) Bahasa biasa, bahasa yang digunakan dalam pergaulan sehari-hari.
2. Bahasa buatan adalah bahasa yang disusun sedemikian rupa berdasarkan pertimbangan-
pertimbangan akar pikiran untuk maksud tertentu. Bahasa buatan dibedakan menjadi 2 bagian
yaitu:
a) Bahasa istilah, bahasa ini rumusanya diambil dari bahasa biasa yang diberi arti
tertentu, misal demokrasi (demos dan kratien).
b) Bahasa artifisial, murni bahasa buatan , atau sering juga disebut dengan bahasa
simbolik, bahasa berupa simbol-simbolngaburkan. Bahasa artifisial mempunyai dua macam
ciri-ciri yaitu pertama, tidak berfungsi sendiri, kosong dari arti, oleh karena itu dapat dimasuki
arti apapun juga. Kedua, arti yang dimaksudkan dalam bahasa artifisial ditentukan oleh
penghubung. (tim dosen Filsafat Ilmu UGM : 1996 ;100)
Perbedaan bahasa alamiah dan bahasa buatan adalah bahasa alamiah, antara kata dan
makna merupakan satu kesatuan utuh, atas dasar kebiasaan sehari-hari, karena bahasanya
secara spontan, bersifat kebiasaan, intuitif (bisikan hati) dan pernyataan langsung. Sedangkan
bahasa buatan, antara istilah dan konsep merupakan satu kesatuan bersifat relatif, atas dasar
pemikiran akal karena bahasanya berdasarkan pemikiran, sekehendak hati, diskursif (logika,
luas arti) dan pernyataan tidak langsung. Dari uraian diatas tentang bahasa, bahasa buatan
inilah yang dimaksudkan bahasa ilmiah , dengan demikian bahasa ilmiah dapat dirumuskan
sebagai bahasa buatan yang diciptakan para ahli dalam bidangnya dengan mengunakan istilah-
istilah atau lambang-lambang untuk mewakili pengertian-pengertian tertentu. Dan bahasa
ilmiah inilah pada dasarnya merupakan kalimat-kalimat deklaratif atau suatu pernyataan yang
dapat dinilai benar atau salah, baik mengunakan bahasa biasa sebagai bahasa pengantar untuk
mengkomunikasikan karya ilmiah. Bahasa sebagai sarana ilmiah mempunyai kelemahan.
Kelemahan tersebut menurut Suriasumantri (2003:182-187) antara lain:
a) Bahasa bersifat multifungsi,
2
b) Bahasa memiliki arti yang tidak jelas dan eksak yang dikandung oleh kata-kata yang
membangun bahasa,
c) Bahasa mempunyai beberapa kata yang memberikan arti yang sama, dan
d) Konotasi bahasa yang bersifat emosional.
Keberadaan bahasa sebagai sarana berpikir ilmiah ternyata memiliki kelemahan-
kelemahan yang melekat pada bahasa tersebut. Bahasa sulit dilepaskan dari emosi dan sikap
seseorang, sedangkan bahasa sebagai sarana ilmiah dituntut untuk obyektif agar informasi yang
dikomunikasikan dapat diterima dengan baik oleh orang lain. Kelemahan berikutnya adalah
sulit untuk mendefinisikan suatu obyek dengan sejelas-jelasnya, terkadang karena keinginan
untuk memberikan penjelasan yang detil tentang suatu obyek, yang terjadi justru komunikasi
yang dilakukan terkesan bertele-tele dan menjadi tidak jelas.
Kelemahan bahasa juga dapat dilihat dari keberadaan beberapa kata yang yang memiliki
arti sama atau sebaliknya beberapa arti cukup menggunakan satu kata saja. Selain itu, ada
kelemahan bahasa lain yaitu bahasa sulit dilepaskan dari emosional seseorang. Ada makna-
makna tertentu yang dapat ditambahkan pada makna sebenarnya sebagai akibat emosional
seseorang.
Masalah bahasa ini menjadi bahan pemikiran yang sungguh-sungguh dari para ahli filsafat
modern. Kekacauan dalam filsafat menurut Wittgensten disebabkan kebanyakan dari
pernyataan dan pertanyaan ahli filsafat timbul dari kegagalan mereka untuk menguasai logika
bahasa. Maka bahasa bukan saja merupakan alat berfilsafat dan berfikir namun juga merupakan
bahan dasar dan dalam hal tertentu merupakan hasil akhir dari filsafat.
2.2.2 LOGIKA
Logika adalah jalan pikiran yang masuk akal, definisi ini dirujuk dari Kamus Besar Bahasa
Indonesia (2003:680). Perkataan logika berasal dari kata “logos” bahasa Yunani yang
berarti kata atau pikiran yang benar. Logika membicarakan tentang aturan-aturan berpikir
agar dengan aturan-aturan tersebut dapat mengambil kesimpulan yang benar. Logika
adalah sarana untuk berpikir sistematik, valid dan dapat dipertanggungjawabkan. Dalam
arti luas logika adalah sebuah metode dan prinsip-prinsip yang dapat memisahkan secara
tegas antara penalaran yang benar dengan penalaran yang salah. Karena itu, berpikir logis
adalah berpikir sesuai dengan aturan-aturan berpikir. Berpikir membutuhkan jenis-jenis
pemikiran yang sesuai. Sebagai sarana berpikir ilmiah, logika mengarahkan manusia untuk
berpikir dengan benar sesuai dengan kaidah-kaidah berpikir yang benar. Dengan logika
manusia dapat berpikir dengan sistematis dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
2
Jika ingin melakukan kegiatan berpikir dengan benar maka harus menggunakan kaidah-
kaidah berpikir yang logis. Dengan logika dapat dibedakan antara proses berpikir yang
benar dan proses berpikir yang salah. Menurut Susanto (2011:146), ada tiga aspek penting
dalam memahami logika, agar mempunyai pengertian tentang penalaran yang merupakan
suatu bentuk pemikiran, yaitu pengertian, proposisi, dan penalaran.
a) Pengertian merupakan tanggapan atau gambaran yang dibentuk oleh akal budi tentang
kenyataan yang dipahami, atau merupakan hasil pengetahuan manusia mengenai realitas.
b) Proposisi atau pernyataan adalah rangkaian dari pengertian-pengertian yang dibentuk
oleh akal budi atau merupakan pernyataan mengenai hubungan yang terdapat di antara dua
buah term.
c) Penalaran adalah suatu proses berpikir yang menghasilkan pengetahuan.
Keberadaan ketiga aspek tersebut sangat penting dalam memahami logika. Dimulai dari
membentuk gambaran tentang obyek yang dipahami, kemudian merangkainya menjadi
sebuah hubungan antar obyek, dan terakhir melakukan proses berpikir yang benar untuk
menghasilkan pengetahuan. Tiga aspek dalam logika tersebut harus dipahami secara
bersama-sama bagi siapapun yang hendak memahami dan melakukan kegiatan ilmiah.
Tanpa melalui ketiga proses aspek logika tersebut, manusia akan sulit memperoleh dan
menghasilkan kegiatan ilmiah yang benar. Terdapat beberapa cara penarikan kesimpulan
melalui cara kerja logika. Beberapa cara tersebut adalah:
a) Logika induktif adalah cara penarikan kesimpulan dari kasus-kasus individual nyata
menjadi kesimpulan yang bersifat umum dan rasional.
b) Logika deduktif adalah cara penarikan kesimpulan dari hal-hal yang bersifat umum
rasional menjadi kasus-kasus yang bersifat khusus sesuai fakta di lapangan (Sumarna,
2008:150)
c) Logika analogi adalah cara berfikir dengan cara membuktikan dengan hal yang serupa
dan sudah diketahui sebelumnya. Disini penyimpulan dilakukan secara tidak langsung,
tetapi dicari suatu media atau penghubung yang mempunyai persamaan dan keserupaan
dengan apa yang akan dibuktikan.
d) Logika komparasi adalah cara berfikir dengan cara membandingkan dengan sesuatu
yang mempunyai kesamaan apa yang dipikirkan. Dasar pemikiran ini sama dengan analogi
yaitu tidak langsung, tetapi penekanan pemikirannya ditujukan pada kesepadanan
bukan pada perbedaannya.
Beberapa jenis logika berpikir tersebut bukanlah kutub yang saling berlawanan dan saling
menjatuhkan. Beberapa jenis logika berpikir tersebut merupakan sarana yang saling
2
melengkapi, misalnya ketika logika induktif sangat dibutuhkan dan harus digunakan untuk
memecahkan suatu masalah, dan pada saat lain yang tidak dapat menggunakan logika
induktif untuk memecahkan masalah maka dapat digunakan logika deduktif. Seseorang
yang sedang berpikir tidak harus menggunakan kedua jenis logika berpikir tersebut, tetapi
dapat menggunakan satu logika berpikir sesuai dengan kebutuhan obyek dan kemampuan
individunya.
2.2.3 MATEMATIKA
Dalam hal ini, matematika diartikan sebagai bahasa yang melambangkan makna dari
pernyataan yang ingin kita sampaikan atau seringkali disebut bersifat “artificial”. Dalam
bahasa verbal, terdapat beberapa kekurangan yang tidak dapat dihilangkan. Oleh sebab itu,
untuk mengatasi kekurangan itu, kita harus bepaling kepada bahasa matematika. Bahasa
matematika sendiri berusaha menghilangkan sifat kabur, majemuk dan emosional sehingga
lebih terfokus kepada masalah yang sedang dikaji. Matematika sebagai bahasa memiliki
kelebihan lain yang tidak dimiliki oleh bahasa verbal. Di mana matematika
mengembangkan bahasa numerik yang memungkinkan kita untuk melakukan pengukuran
secara kuantitatif. Jika dalam bahasa verbal kita hanya bisa membandingkan secara
kualitatif, maka dalam bahasa matematika, kita dapat mencari tahu hal kuantitatif yang ada.
Sifat Kuantitatif ini meningkatkan daya prediktif dan kontrol dari ilmu. Ilmu memberikan
jawaban yang lebih bersifat eksak yang memungkinkan pemecahan masalah secara lebih
tepat dan cermat.
Menurut Jujun Suria Sumantri dalam bukunya yan berjudul “Filsafat Ilmu, Sebuah
Pengantar Populer”, Matematika dapat dijadikan sebagai sarana berpikir deduktif, di mana
seperti yang diketahui, berpikir deduktif adalah proses pengambillan kesimpulan yang
didasarkan kepada premis-premis yang kebenarannya telah ditentukan. Selain sebagai
bahasa, matematika berfungsi sebagai alat berpikir. Menurut beberapa ahli seperti:
• Wittgenstein, matematika adalah metode berpikir logis. Di mana masalah yang dihadapi
akan makin rumit dan membutuhkan struktur analisis yang lebih sempurna.
• Bertrand Russell, matematika adalah masa kedewasaan logika, sedangkan logika adalah
masa kecil matematika.
Menurut Griffits dan Howson, perkembangan matematika menjadi 4 tahap, yaitu:
● Matematika yang berkembangan pada peradaban Mesir Kuno dan daerah Babilonia.
Dalam abad ini matematika digunakan untuk keperluan perdagangan, pertanian,
bangunan dan usaha mengontrol alam seperti banjir.
2
● Matematika dalam peradaban Yunani. Dalam abad ini sangat memperhatikan aspek
estetik dari matematika.
● Euclid pada 300 SM. Dalam abad ini matematika sangat diperhatikan sebagai ilmu
ukur.
● Perkembangan di daerah Timur sekitar 100 tahun sesudahnya. Dalam abad ini,
matematika di kembangkan sebagai ilmu hitung dan aljabar.
Kesimpulannya adalah Matematika bukanlah merupakan pengetahuan mengenai objek
tertentu melainkan cara berpikir untuk mandapatkan pengetahuan tersebut. Adapun
kelemahan dari matematika adalah bahwa matematika tidak mengandung bahasa
emosional (tidak mengandung estetika) artinya bahwa matematika penuh dengan simbol
yang bersifat artifersial dan berlaku dimana saja.
2.2.4 STATISTIKA
Secara etimologi, kata statistik berasal dari kata status (bahasa latin) yang mempunyai
persamaan arti dengan state (bahasa Inggris) yang dalam bahasa Indonesia diterjemahkan
dengan negara. Pada mulanya kata statistik diartikan sebagai “ kumpulan bahan keterangan
(data), baik yang berwujud angka (data kuantitatif) maupun yang tidak berwujud angka
(data kualitatif), yang mempunyai arti penting dan kegunaan bagi suatu negara”. Namun
pada perkembangan selanjutnya, arti kata statistik hanya dibatasi dengan kumpulan bahan
keterangan yang berwujud angka (data kuantitatif saja) (Anas Sudiono dalam bakhtiar,
2010, 198). Sedangkan menurut (Sudjana 1996 : 3) Statistika adalah pengetahuan yang
berhubungan dengan cara-cara pengumpulan data, pengelolaan atau penganalisiannya dan
penarikan kesimpulan berdasarkan kumpulan data dan penganalisisan yang dilakukan. Jadi
statistika merupakan sekumpulan metode dalam memperoleh pengetahuan untuk
mengelolah dan menganalisis data dalam mengambil suatu kesimpulan kegiatan ilmiah.
Untuk dapat mengambil suatu keputusan dalam kegiatan ilmiah diperlukan data-data,
metode penelitian serta penganalisaan harus akurat. Statistika sebagai sarana berpikir
ilmiah tidak memberikan kepastian namun memberi tingkat peluang bahwa untuk premis-
premis tertentu dapat ditarik suatu kesimpulan, dan kesimpulannya mungkin benar
mungkin juga salah. Langkah yang ditempuh dalam logika induktif menggunakan statistika
adalah:
a. Observasi dan eksperimen,
b. Memunculkan hipotesis ilmiah,
c. Verifikasi dan pengukuran, dan
2
d. Sebuah teori dan hukum ilmiah.
Untuk dapat mengambil suatu keputusan dalam kegiatan ilmiah diperlukan data-data,
metode penelitian serta penganalisaan harus akurat. Peluang merupakan dasar dari teori
statistika. Konsep statistika sering dikaitkan dengan distribusi variable yang ditelaah dalam
suatu populasi tertentu. Statistika sering digunakan dalam penelitian ilmiah. Ilmu dapat
didefinisikan sebagai pengetahuan yang telah teruiji kebenarannya. Suatu pernyataan
ilmiah adalah bersifat factual, dan konsekuensinya dapat diuji dengan baik dengan jalan
menggunakan pancaindra, maupun dengan memper gunakan alat-alat yang membantu
panca indra tersebut. Pengujian mengharuskan peneliti untuk menarik kesimpulan yang
berisifat umum dari kasus yang bersifat individual/khusus. Statistika juga memberikan
kemampuan untuk mengetahui suatu hubungan kausalita antara dua atau lebih faktor yang
bersifat kebetulan atau memang benar-benar terkait dalam hubungan yang bersifat empiris.
Statistika merupakan sarana berpikir ilmiah yang diperlukan untuk memproses
pengetahuan secara ilmiah. Statistika membantu melakukan proses generalisasi dan
menyimpulkan karakterisrtik suatu kejadian secara lebih pasti dan bukan terjadi secara
kebetulan karena statistika mampu memberikan secara kuantitatif tingkat ketelitian dari
kesimpulan yang ditarik, makin besar contoh atau sample yang diambil maka makin tinggi
tingkat ketelitian kesimpulan tersebut. Dengan demikian statistika mampu memberikan
tingkat ketelitian yang lebih kuantitatif dan akurat.
2
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian bahasan “Sarana Berfikir Ilmiah” di atas dapat disimpulkan
bahwa: Untuk dapat melakukan kegiatan berpikir ilmiah dengan baik maka diperlukan
sarana yang berupa bahasa, logika, matematika dan statistika.
1. Bahasa, yaitu alat komunikasi untuk menyampaikan jalan pikiran kepada orang lain.
2. Logika adalah sarana berpikir ilmiah yang mengarahkan manusia untuk berpiki dengan
benar sesuai dengan kaidah-kaidah berpikir yang sistematis dan dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya.
3. Matematika, yaitu alat atau cara berfikir sebagai proses untuk pengambilan kesimpulan
yang didasarkan pada perhitungan yang kebenarannya telah ditentukan.
4. Statistika merupakan pengetahuan untuk melakukan penarikan kesimpulan secara
induktif dan secara lebih seksama.
3.1 Saran
Penulis menyarankan dirinya dan juga pembaca agar selalu menerapkan dan
memilih sarana bernalar ilmiah yang sesuai dengan setiap kondisi atau masalah agar dapat
hasil yang terbaik.
2
DAFTAR PUSTAKA
72
Sarana Ilmiah
KELOMPOK A1
Kelompok A1
u Matematika
u Statistika
Saran