Disusun Oleh:
Taufik ismail
244018001
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
berfikir kita lakukan dalam keseharian dan merupakan ciri utama dari kita
sebagai manusia ciptaan tuhan yang dianugerahi akal pikiran yang membedakan manusia
dengan makhluk lain ciptaan tuhan. Berpikir merupakan upaya manusia dalam
memecahkan masalah. Secara garis besar berfikir dapat dibedakan antara berfikir alamiah
dan berfikir ilmiah. Berfikir alamiah adalah pola penalaran yang berdasarkan kehidupan
sehari-hari dari pengaruh alam sekelilingnya. Berfikir ilmiah adalah pola penalaran
berdasarkan sarana tertentu secara teratur dan cermat. Harus disadari bahwa tiap orang
Seseorang yang tidak berpikir, berada sangat jauh dari kebenaran dan menjalani sebuah
kehidupan yang penuh kepalsuan dan kesesatan. Akibatnya ia tidak akan mengetahui
perlu memegang kepala dengan kedua telapak tangannya, dan menyendiri di sebuah
ruangan yang sunyi, jauh dari keramaian dan segala urusan yang ada. Sebenarnya,
untuk kalangan “filosof”. Bagi seorang ilmuan penguasaan sarana berfikir ilmiah
merupakan suatu keharusan, karena tanpa adanya penguasaan sarana ilmiah, maka tidak
akan dapat melaksanakan kegiatan ilmiah dengan baik. Sarana ilmiah pada dasarnya
merupakan alat untuk membantu kegiatan ilmiah dengan berbagai langkah yang harus
ditempuh. Berfikir ilmiah merupakan berfikir dengan langkah–langkah metode ilmiah
harus didukung dengan alat/sarana yang baik sehingga diharapkan hasil dari berfikir
ilmiah yang kita lakukan mendapatkan hasil yang baik. Sarana ilmiah pada dasarnya
merupakan alat membantu kegiatan ilmiah dalam berbagai langkah yang harus ditempuh.
penelaahan ilmiah secara baik, sedangkan tujuan mempelajari ilmu dimaksudkan untuk
hari. Ditinjau dari pola berfikirnya, maka ilmu merupakan gabungan antara pola berfikir
deduktif dan berfikir induktif, untuk itu maka penalaran ilmiah menyadarkan diri kepada
hipotesis yang diajukan. Kemampuan berfikir ilmiah yang baik harus didukung oleh
penguasaan sarana berfikir ini dengan baik pula. Salah satu langkah kearah penguasaan
itu adalah mengetahui dengan benar peranan masing-masing sarana berfikir tersebut
dalam keseluruhan berfikir ilmiah tersebut. Untuk dapat melakukan kegiatan ilmiah
dengan baik, maka diperlukan sarana yang berupa bahasa, logika, matematika dan
statistik. Berdasarakan uraian tersebut maka dibuatlah makalah mengenai sarana berpikir
ilmiah.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
3. Untuk mengetahui Sarana apa saja yang mendukung seseorang untuk berpikir ilmiah.
BAB II
PEMBAHASAN
Secara etimologi, metode berasal dari bahasa Yunani kata meta (sesudah atau
dibalik sesuatu) dan hedos, (jalan yang harus ditempuh). Jadi, metode adalah
langkahlangkah (cara teknik) yang diambil, menurut urutan atau sistematika tertentu
Metode berpikir ilmiah merupakan prosedur, cara atau teknik dalam mendapatkan
pengetahuan yang disebut ilmu, jadi ilmu merupakan pengetahuan yang didapatkan lewat
metode ilmiah atau dengan kata lain bahwa suatu pengetahuan baru dapat disebutsuatu
ilmu apabila diperoleh melalui kerangka kerja ilmiah, syarat-syarat yang harus dipenuhi
agar suatu pengetahuan bias disebut ilmu tercantum dalam apa yang dinamakan metode
ilmiah. Pendapat lain mengatakan bahwa metode ilmiah adalah sebuahg prosedur yang
digunakan ilmuan dalam encarian kebenaran baru. Dilakukan dengan cara kerja
sistematis terhadap pengetahuan baru dan melakukan peninjauan kembali supaya ilmu
Berpikir ilmiah adalah landasan atau kerangka bepikir penelitian ilmiah. Untuk
melakukan kegiatan ilmiah secara baik juga diperlukan sarana penelaahan ilmiah secara
teratur dan cermat. Penguasaan sarana berpikir ilmiah ini merupakan suatu hal yang
bersifat imperatif bagi seorang ilmuwan. Tanpa menguasai hal ini maka kegiatan ilmiah
Sarana berpikir ilmiah merupakan alat yang membentuk kegiatan dalam berbagai
langkah yang harus ditempuh. Tanpa penguasaan sarana berpikir ilmiah tidak akan dapat
melaksanakan kegiatan berpikir ilmiah dan tidak akan dapat melaksanakan kegitaan
berpikir ilmiah yang baik. Untuk dapat melakukan kegiatan berpikir ilmiah dengan baik
diperlukan sarana berpikir ilmiah berupa : (1) Bahasa Ilmiah, (2) Logika matematika, dan
a) Bahasa Ilmiah
Bahasa merupakan alat berpikir dan alat komunikasi untuk menyampaikan jalan
pikiran seluruh proses berpikir ilmiah kepada orang lain. Bahasa memegang peranan
penting dan suatu hal yang lazim dalam hidup dan kehidupan manusia. Bahasa juga
mempunyai pengaruh yang luar biasa dan termasuk yang membedakan manusia dari
manusia yang lainnya. Bahasa pada dasarnya terdiri atas kata – kata atau istilah dan
sintaksis. Kata atau istilah merupakan symbol dari arti sesuatu, dapat juga berupa
benda, kejadian, proses, atau hubungan, sedang sintaksis ialah cara untuk menyusun
kata – kata atau istilah di dalam kalimat untuk menyatakan arti yang bermakna.
Dengan demikian, bahasa ilmiah dapat drumuskan bahasa buatan yang diciptakan
oleh para ahli dalam bidangnya dengan menggunakan istilah – istilah atau lambang –
perasaan dan alat komunikasi manusia, bahasa mempunyai tiga fungsi pokok, yaitu:
1. Fungsi ekspresif atau emotif yang tampak pada pencurahan rasa takut serta
2. Fungsi afektif atau praktis yang tampak jelas untuk menimbulkan efek
3. Fungsi simbolik yang dipandang dalam artian yang luas, meliputi fungsi logic
serta komunikatif, karena arti itu dinyatakan dalam symbol bukan hanya untuk
menyatakan fakta saja, melainkan juga untuk menyampaikan kepada orang lain.
Menurut Bakhtiar seperti yang dikutip Surajiyo (2010: 41) bahwa matematika merupakan
salah satu puncak kegemilangan intelektual. Di samping pengetahuan mengenai matematika itu
sendiri, matematika juga memberikan bahasa, proses dan teori yang memberikan ilmu suatu
bentuk dan kekuasaan. Fungsi matematika menjadi sangat penting dalam perkembangan
berbagai ilmu pengetahuan. Perhitungaan matematis misalnya menjadi dasar desain ilmu teknik,
juga metode matematis yang memberikan inspirasi kepada pemikiran di bidang sosial dan
ekonomi bahkan pemikiran matematis dapat memberikan warna kepada kegiatan arsitektur dan
seni lukis.
Dalam perkembangan ilmu pengetahuan alam, logika dan matematika merupakan dua
pengetahuan dua pengetahuan yang selalu berhubungan erat, yang keduanya sebagai 5 sarana
berfikir deduktif. Bahasa yang digunakan adalah bahasa artifisial, yakni murni bahasa buatan.
Baik logika maupun matematika lebih mementingkan bentuk logis pernyataan – pernyataannya
mempunyai sifat yang jelas. Pola berfikir deduktif banyak digunakan baik dalam bidang ilmiah
maupun bidang lain yang merupakan proses pengambilan kesimpulan yang didasarkan kepada
Matematika dan logika sebagai sarana berfikir deduktif mempunyai fungsi sendiri –
sendiri. Logika lebih sederhana penalarannya, sedang matematika sudah jauh lebih terperinci,
hukum logika, bahkan menurut seorang ahli matematika Bertrand Russel menyatakan bahwa
logika adalah masa muda matematika sedang matematika adalah masa dewasa logika.
Pada mulanya, kata statistik diartikan kumpulan bahan keterangan (data kualitatif), baik
yang berwujud angka (data kuantitatif) maupun yang tidak berwujud angka (data kualitatif),
yang mempunyai arti penting dan kegunaan yang besar bagi suatu negara. Namun, pada
perkembangan selanjutnya arti kata statistik hanya dibatasi pada kumpulan bahan keterangan
secara ilmiah. Sebagai bagian dari perangkat metode ilmiah, statistik membantu melakukan
generalisasi dan menyimpulkan karakteristik suatu kejadian secara lebih pasti dan bukan terjadi
secara kebetulan.
Jika logika dan matematika sebagai sarana berfikir deduktif maka, logika dan statistika
mempunyai peranan penting dalam berfikir induktif untuk mencari konsep yang berlaku umum.
Penalaran induktif dalam bidang ilmiah yang bertitik tolak pada sejumlah hal khusus untuk
sampai pada suatu rumusan umum sebagai hukum ilmiah. Jadi, peran statistik dalam kegiatan
2) Memandu peneliti untuk menganut tata pikir dan tata kerja yang definitif dan eksak.
3) Menyajikan cara – cara meringkas data ke dalam bentuk yang bermakna lebh banyak
4) Memberikan dasar – dasar untuk menarik kesimpulan melalui proses yang mengikuti t
5) Memberikan landasan untuk meramalkan secara ilmiah tentang bagaimana suatu gejala
rumit, andaikata tanpa statistik hal itu merupakan peristiwa yang membingungkan dan
Metode ilmiah bergantung pada karakterisasi yang cermat atas subjek investigasi. Dalam
proses karakterisasi, ilmuwan mengidentifikasi sifat-sifat utama yang relevan yang dimiliki oleh
subjek yang diteliti. Selain itu, proses ini juga dapat melibatkan proses penentuan (definisi) dan
yang cermat. Proses pengukuran dapat dilakukan dalam suatu tempat yang terkontrol, seperti
laboratorium, atau dilakukan terhadap objek yang tidak dapat diakses atau dimanipulasi seperti
bintang atau populasi manusia. Proses pengukuran sering memerlukan peralatan ilmiah khusus
seperti termometer, spektroskop, atau voltmeter, dan kemajuan suatu bidang ilmu biasanya
berkaitan erat dengan penemuan peralatan semacam itu. Hasil pengukuran secara ilmiah
biasanya ditabulasikan dalam tabel, digambarkan dalam bentuk grafik, atau dipetakan, dan
Supaya suatu metode yang digunakan dalam penelitian disebut metode ilmiah, maka
1. Berdasarkan fakta
4. Menggunakan hipotesis
Selain kriteria, metode berfikir ilmiah juga memerlukan langkah – langkah yang terdiri
yang dikembangkan
diajukan itu ditolak atau diterima. Sekiranya dalam proses pengujianterdapat fakta yang
cukup dan mendukung hipotesis maka hipotesis itu diterima.Sebaliknya sekiranya dalam
Sikap ilmiah adalah sikap – sikap yang seharusnya dimiliki oleh setiap ilmuwan dalam
melakukan tugasnya untuk mempelajari, meneruskan, menilak atau menerima serta merubah atau
menambah suatu ilmu. Menurut Harsojo seperti yang dikutip Anshari (1990: 57) menyebutkan
dalam ilmu pengetahuan harus berkenaan dengan sikap yang tidak tergantung pada
suasana hati, prasangka atau pertimbangan nilai pribadi. Atribut obyektif mengandung
arti bahwa kebenaran ditentukan oleh pengujian secara terbuka yang dilakukan dari
2) Sikap skeptif. Ialah sikap untuk selalu ragu – ragu terhadap pernyataan – pernyataan
3) Kesabaran intelektual. Sanggup menahan diri dan kuat untuk tidak menyerah kepada
tekanan agar dinyatakan suatu pendirian ilmiah. Karena sikap tersebut merupakan sikap
5) Sikap tidak memihak pada etik. Sikap tidak memihak pada etik dalam mempelajari dan
mengembangkan ilmu pengetahuan ialah, bahwa ilmu tidak mempunyai tujuan yang
akhirnya membuat penilaian tentang apa yang baik dan apa yang buruk; ilmu mempunyai
tugas untuk mengemukakan apa yang salah dan apa yang benar secara relatif.
langkahlangkah sebagai berikut: Langkah pertama dalam kerangka berpikir ilmiah dalam
pembelajaran sejarah adalah perumusan masalah. Perumusan masalah merupakan langkah yang
penting karena rumusan masalah adalah ibarat pondasi rumah atau bangunan, tempat berpijak
awal, apabila salah menentukan dan tidak jelas batasan dalam melakukan akan menyulitkan
proses selanjutnya.
Langkah berikutnya perumusan hipotesis. “Hypo” artinya dibawah dan “thesa” artinya
kebenaran. Dalam bahasa Indonesia dituliskan hipotesa, dan berkembang menjadi hipotesis.
Hipotesis merupakan jawaban sementara atau dugaan terhadap pertanyaan yang diajukan yang
hipotesis merupakan pengumpulan fakta-fakta yang relevan dengan hipotesis yang diajukan
untuk memperlihatkan apakah terdapat fakta-fakta yang mendukung hipotesis tersebut atau tidak.
Setiap hipotesis dapat diuji kebenarannya tentu saja dengan menggunakan bukti-bukti empiris
serta teknik analisis yang secermat mungkin, karena dengan demikian halnya, maka suatu
hipotesis akan menentukan arah dan fokus upaya pengumpulan dan penganalisaan data.
Jadi hipotesis adalah usaha untuk mengumpulkan bukti-bukti yang relevan dan
berhubungan serta mendukung terhadap hipotesis yang telah diajukan sehingga bisa teruji
kebenaran hipotesis tersebut atau tidak dan hal ini sangat penting untuk dilakukan karena tanpa
ada proses pengujian hipotesis dalam sebuah penelitian akan sulit penelitian tersebut
Kesimpulan merupakan salah satu faktor yang penting dalam sebuah proses penelitian, kenapa
demikian, karena dengan kesimpulan yang ada dalam suatu penelitian akan menjawab
permasalahan yang ada dalam penelitian. Kesimpulan itu berupa natijah hasil dari penafsiran dan
pembahasan data yang diperoleh dalam penelitian, sebagai jawaban atas pertanyaan yang
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengertian metode berfikir ilmiah adalah prosedur, cara dan tekhnik memperoleh
pengetahuan, serta untuk membuktikan benar salahnya suatu hipotesis yang telah
ditentukan sebelumnya. Berpikir ilmiah adalah landasan atau kerangka bepikir penelitian
ilmiah. Untuk melakukan kegiatan ilmiah secara baik juga diperlukan sarana penelaahan
Untuk dapat melakukan kegiatan berpikir ilmiah dengan baik diperlukan sarana berpikir
ilmiah berupa :
Bahasa Ilmiah, dapat drumuskan bahasa buatan yang diciptakan oleh para ahli dalam
bidangnya dengan menggunakan istilah – istilah atau lambang – lambang untuk mewakili
pengertian tertentu.
Logika matematika, Matematika dan logika sebagai sarana berfikir deduktif mempunyai
fungsi sendiri – sendiri. Logika lebih sederhana penalarannya, sedang matematika sudah
matematika Bertrand Russel menyatakan bahwa logika adalah masa muda matematika
Logika Statistika.
logika dan statistika mempunyai peranan penting dalam berfikir induktif untuk mencari
konsep yang berlaku umum. Penalaran induktif dalam bidang ilmiah yang bertitik tolak
pada sejumlah hal khusus untuk sampai pada suatu rumusan umum sebagai hukum
ilmiah.
Daftar Pustaka
S.Suriasumantri, Jujun, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan, 1996.
http://www.univpgri-palembang.ac.id/perpusfkip/perpustakaan/empiricsm/metodologi
%20penelitian.pdf