Anda di halaman 1dari 16

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN GARUT

MAKALAH BERFIKIR ILMIAH

Dalam memenuhi salah satu tugas Ilmu Alam Dasar

Disusun Oleh:
Taufik ismail
244018001

PROGRAM STUDI SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT


TAHUN AKADEMIK 2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

berfikir kita lakukan dalam keseharian dan merupakan ciri utama dari kita

sebagai manusia ciptaan tuhan yang dianugerahi akal pikiran yang membedakan manusia

dengan makhluk lain ciptaan tuhan. Berpikir merupakan upaya manusia dalam

memecahkan masalah. Secara garis besar berfikir dapat dibedakan antara berfikir alamiah

dan berfikir ilmiah. Berfikir alamiah adalah pola penalaran yang berdasarkan kehidupan

sehari-hari dari pengaruh alam sekelilingnya. Berfikir ilmiah adalah pola penalaran

berdasarkan sarana tertentu secara teratur dan cermat. Harus disadari bahwa tiap orang

mempunyai kebutuhan untuk berpikir serta menggunakan akalnya semaksimal mungkin.

Seseorang yang tidak berpikir, berada sangat jauh dari kebenaran dan menjalani sebuah

kehidupan yang penuh kepalsuan dan kesesatan. Akibatnya ia tidak akan mengetahui

tujuan penciptaan alam, dan arti keberadaan dirinya di dunia.

Banyak yang beranggapan bahwa untuk “berpikir secara mendalam”, seseorang

perlu memegang kepala dengan kedua telapak tangannya, dan menyendiri di sebuah

ruangan yang sunyi, jauh dari keramaian dan segala urusan yang ada. Sebenarnya,

mereka telah menganggap “berpikir secara mendalam” sebagai sesuatu yang

memberatkan dan menyusahkan. Mereka berkesimpulan bahwa pekerjaan ini hanyalah

untuk kalangan “filosof”. Bagi seorang ilmuan penguasaan sarana berfikir ilmiah

merupakan suatu keharusan, karena tanpa adanya penguasaan sarana ilmiah, maka tidak

akan dapat melaksanakan kegiatan ilmiah dengan baik. Sarana ilmiah pada dasarnya

merupakan alat untuk membantu kegiatan ilmiah dengan berbagai langkah yang harus
ditempuh. Berfikir ilmiah merupakan berfikir dengan langkah–langkah metode ilmiah

seperti perumusan masalah, pengajuan hipotesis, pengkajian literatur, menjugi hipotesis,

menarik kesimpulan. Kesemua langkah–langkah berfikir dengan metode ilmiah tersebut

harus didukung dengan alat/sarana yang baik sehingga diharapkan hasil dari berfikir

ilmiah yang kita lakukan mendapatkan hasil yang baik. Sarana ilmiah pada dasarnya

merupakan alat membantu kegiatan ilmiah dalam berbagai langkah yang harus ditempuh.

Tujuan mempelajari sarana ilmiah adalah untuk memungkinkan kita melakukan

penelaahan ilmiah secara baik, sedangkan tujuan mempelajari ilmu dimaksudkan untuk

mendapatkan pengehahuan yang memungkinkan untuk bisa memecahkan masalah sehari-

hari. Ditinjau dari pola berfikirnya, maka ilmu merupakan gabungan antara pola berfikir

deduktif dan berfikir induktif, untuk itu maka penalaran ilmiah menyadarkan diri kepada

proses logika deduktif dan logika induktif.

Penalaran ilmiah mengharuskan kita menguasai metode penelitian ilmiah yang

pada hakekatnya merupakan pengumpulan fakta untuk mendukung atau menolak

hipotesis yang diajukan. Kemampuan berfikir ilmiah yang baik harus didukung oleh

penguasaan sarana berfikir ini dengan baik pula. Salah satu langkah kearah penguasaan

itu adalah mengetahui dengan benar peranan masing-masing sarana berfikir tersebut

dalam keseluruhan berfikir ilmiah tersebut. Untuk dapat melakukan kegiatan ilmiah

dengan baik, maka diperlukan sarana yang berupa bahasa, logika, matematika dan

statistik. Berdasarakan uraian tersebut maka dibuatlah makalah mengenai sarana berpikir

ilmiah.
B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari makalah ini yaitu:

1. Pengertian Metode Berfikir Ilmiah

2. Sarana Berfikir Ilmiah

3. Kriteria dan Langkah - Langkah Berfikir Ilmiah

4. Sikap dan Aktivitas Ilmiah

5. Penerapan Berfikir Ilmiah Dalam Pembelajaran sejarah

C. Tujuan

Tujuan penulisan makalah ini yaitu:

1. Untuk mengetahui bagaimana seseorang dikatakan berikir ilmiah.

2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan sarana berpikir ilmiah.

3. Untuk mengetahui Sarana apa saja yang mendukung seseorang untuk berpikir ilmiah.
BAB II

PEMBAHASAN

A. PengertianMetode Berfikir Ilmiah

Secara etimologi, metode berasal dari bahasa Yunani kata meta (sesudah atau

dibalik sesuatu) dan hedos, (jalan yang harus ditempuh). Jadi, metode adalah

langkahlangkah (cara teknik) yang diambil, menurut urutan atau sistematika tertentu

untuk mencapai pengetahuan sesuatu yang mempunyai langkah-langkah yang sistematis.

Metodelogi merupakan suatu kajian dalam mempelajari paraturan-peraturan dalam

metode tersebut. jadi metodedologi ilmiah merupakan pengkajian dari peraturan-

peraturan yang terdapat dalam metode ilmiah.

Metode berpikir ilmiah merupakan prosedur, cara atau teknik dalam mendapatkan

pengetahuan yang disebut ilmu, jadi ilmu merupakan pengetahuan yang didapatkan lewat

metode ilmiah atau dengan kata lain bahwa suatu pengetahuan baru dapat disebutsuatu

ilmu apabila diperoleh melalui kerangka kerja ilmiah, syarat-syarat yang harus dipenuhi

agar suatu pengetahuan bias disebut ilmu tercantum dalam apa yang dinamakan metode

ilmiah. Pendapat lain mengatakan bahwa metode ilmiah adalah sebuahg prosedur yang

digunakan ilmuan dalam encarian kebenaran baru. Dilakukan dengan cara kerja

sistematis terhadap pengetahuan baru dan melakukan peninjauan kembali supaya ilmu

pengetahuan bias terus berkembang seiring perkembangan zaman dan menjawab

tantangan yang dihadapi.

Berpikir ilmiah adalah landasan atau kerangka bepikir penelitian ilmiah. Untuk

melakukan kegiatan ilmiah secara baik juga diperlukan sarana penelaahan ilmiah secara

teratur dan cermat. Penguasaan sarana berpikir ilmiah ini merupakan suatu hal yang
bersifat imperatif bagi seorang ilmuwan. Tanpa menguasai hal ini maka kegiatan ilmiah

yang baik tak dapat dilakukan.

B. Sarana Berfikir Ilmiah

Sarana berpikir ilmiah merupakan alat yang membentuk kegiatan dalam berbagai

langkah yang harus ditempuh. Tanpa penguasaan sarana berpikir ilmiah tidak akan dapat

melaksanakan kegiatan berpikir ilmiah dan tidak akan dapat melaksanakan kegitaan

berpikir ilmiah yang baik. Untuk dapat melakukan kegiatan berpikir ilmiah dengan baik

diperlukan sarana berpikir ilmiah berupa : (1) Bahasa Ilmiah, (2) Logika matematika, dan

(3) Logika Statistika.

a) Bahasa Ilmiah

Bahasa merupakan alat berpikir dan alat komunikasi untuk menyampaikan jalan

pikiran seluruh proses berpikir ilmiah kepada orang lain. Bahasa memegang peranan

penting dan suatu hal yang lazim dalam hidup dan kehidupan manusia. Bahasa juga

mempunyai pengaruh yang luar biasa dan termasuk yang membedakan manusia dari

manusia yang lainnya. Bahasa pada dasarnya terdiri atas kata – kata atau istilah dan

sintaksis. Kata atau istilah merupakan symbol dari arti sesuatu, dapat juga berupa

benda, kejadian, proses, atau hubungan, sedang sintaksis ialah cara untuk menyusun

kata – kata atau istilah di dalam kalimat untuk menyatakan arti yang bermakna.

Dengan demikian, bahasa ilmiah dapat drumuskan bahasa buatan yang diciptakan

oleh para ahli dalam bidangnya dengan menggunakan istilah – istilah atau lambang –

lambang untuk mewakili pengertian tertentu. Sebagai pernyataan pikiran atau

perasaan dan alat komunikasi manusia, bahasa mempunyai tiga fungsi pokok, yaitu:
1. Fungsi ekspresif atau emotif yang tampak pada pencurahan rasa takut serta

takjub yang dilakukan serta-merta pada pemujaan – pemujaan, demikian juga

pencurahan seni suara maupun seni sastra.

2. Fungsi afektif atau praktis yang tampak jelas untuk menimbulkan efek

psikologis terhadap orang lain dan sebagai akibatnya mempengaruhi tindakan –

tindakan mereka ke arah kegiatan atau sikap tertentu yang diinginkan.

3. Fungsi simbolik yang dipandang dalam artian yang luas, meliputi fungsi logic

serta komunikatif, karena arti itu dinyatakan dalam symbol bukan hanya untuk

menyatakan fakta saja, melainkan juga untuk menyampaikan kepada orang lain.

b) Logika dan Matematika

Menurut Bakhtiar seperti yang dikutip Surajiyo (2010: 41) bahwa matematika merupakan

salah satu puncak kegemilangan intelektual. Di samping pengetahuan mengenai matematika itu

sendiri, matematika juga memberikan bahasa, proses dan teori yang memberikan ilmu suatu

bentuk dan kekuasaan. Fungsi matematika menjadi sangat penting dalam perkembangan

berbagai ilmu pengetahuan. Perhitungaan matematis misalnya menjadi dasar desain ilmu teknik,

juga metode matematis yang memberikan inspirasi kepada pemikiran di bidang sosial dan

ekonomi bahkan pemikiran matematis dapat memberikan warna kepada kegiatan arsitektur dan

seni lukis.

Dalam perkembangan ilmu pengetahuan alam, logika dan matematika merupakan dua

pengetahuan dua pengetahuan yang selalu berhubungan erat, yang keduanya sebagai 5 sarana

berfikir deduktif. Bahasa yang digunakan adalah bahasa artifisial, yakni murni bahasa buatan.

Baik logika maupun matematika lebih mementingkan bentuk logis pernyataan – pernyataannya
mempunyai sifat yang jelas. Pola berfikir deduktif banyak digunakan baik dalam bidang ilmiah

maupun bidang lain yang merupakan proses pengambilan kesimpulan yang didasarkan kepada

premis – premis yang kebenarannya telah ditentukan.

Matematika dan logika sebagai sarana berfikir deduktif mempunyai fungsi sendiri –

sendiri. Logika lebih sederhana penalarannya, sedang matematika sudah jauh lebih terperinci,

walaupun demikian hukum – hukum matematika dapat disederhanakan ke dalam hukum –

hukum logika, bahkan menurut seorang ahli matematika Bertrand Russel menyatakan bahwa

logika adalah masa muda matematika sedang matematika adalah masa dewasa logika.

B.Logika dan Statistika

Pada mulanya, kata statistik diartikan kumpulan bahan keterangan (data kualitatif), baik

yang berwujud angka (data kuantitatif) maupun yang tidak berwujud angka (data kualitatif),

yang mempunyai arti penting dan kegunaan yang besar bagi suatu negara. Namun, pada

perkembangan selanjutnya arti kata statistik hanya dibatasi pada kumpulan bahan keterangan

yang berwujud angka saja.

Statistik merupakan sarana berfikir yang diperlukan untuk memproses pengetahuan

secara ilmiah. Sebagai bagian dari perangkat metode ilmiah, statistik membantu melakukan

generalisasi dan menyimpulkan karakteristik suatu kejadian secara lebih pasti dan bukan terjadi

secara kebetulan.

Jika logika dan matematika sebagai sarana berfikir deduktif maka, logika dan statistika

mempunyai peranan penting dalam berfikir induktif untuk mencari konsep yang berlaku umum.

Penalaran induktif dalam bidang ilmiah yang bertitik tolak pada sejumlah hal khusus untuk
sampai pada suatu rumusan umum sebagai hukum ilmiah. Jadi, peran statistik dalam kegiatan

penelitian ilmiah dapat dikemukakan sebagai berikut:

1) Memungkinkan pencatatan data penelitian dengan eksak.

2) Memandu peneliti untuk menganut tata pikir dan tata kerja yang definitif dan eksak.

3) Menyajikan cara – cara meringkas data ke dalam bentuk yang bermakna lebh banyak

dan lebih mudah mengerjakannya.

4) Memberikan dasar – dasar untuk menarik kesimpulan melalui proses yang mengikuti t

ata cara yang diterima oleh ilmu.

5) Memberikan landasan untuk meramalkan secara ilmiah tentang bagaimana suatu gejala

akan terjadi dalam kondisi yang telah diketahui.

6) Memungkinkan peneliti menganalisis, menguraikan sebab akibat yang kompleks dan

rumit, andaikata tanpa statistik hal itu merupakan peristiwa yang membingungkan dan

mungkin tidak dapat diuraikan.

C. Kriteria dan Langkah - Langkah Berfikir Ilmiah

Metode ilmiah bergantung pada karakterisasi yang cermat atas subjek investigasi. Dalam

proses karakterisasi, ilmuwan mengidentifikasi sifat-sifat utama yang relevan yang dimiliki oleh

subjek yang diteliti. Selain itu, proses ini juga dapat melibatkan proses penentuan (definisi) dan

observasi; observasi yang dimaksud seringkali memerlukan pengukuran dan/atau perhitungan

yang cermat. Proses pengukuran dapat dilakukan dalam suatu tempat yang terkontrol, seperti

laboratorium, atau dilakukan terhadap objek yang tidak dapat diakses atau dimanipulasi seperti

bintang atau populasi manusia. Proses pengukuran sering memerlukan peralatan ilmiah khusus
seperti termometer, spektroskop, atau voltmeter, dan kemajuan suatu bidang ilmu biasanya

berkaitan erat dengan penemuan peralatan semacam itu. Hasil pengukuran secara ilmiah

biasanya ditabulasikan dalam tabel, digambarkan dalam bentuk grafik, atau dipetakan, dan

diproses dengan perhitungan statistika seperti korelasi dan regresi.

Supaya suatu metode yang digunakan dalam penelitian disebut metode ilmiah, maka

metode tersebut harus mempunyai kriteria sebagai berikut:

1. Berdasarkan fakta

2. Bebas dari prasangka

3. Menggunakan prinsip-prinsip analisis

4. Menggunakan hipotesis

5. Menggunakan ukuran objektif

6. Menggunakan teknik kuantifikasi

Selain kriteria, metode berfikir ilmiah juga memerlukan langkah – langkah yang terdiri

dari sebagai berikut:

1. Perumusan masalah yang merupakan pertanyaan mengenai objek empirisyang jelas

batasbatasnya serta dapat diidentifikasikan faktor-faktor yang terkaitdi dalamnya.

2. Pernyusunan kerangka berpikir dalam pengajuan hipotesis yang

merupakanargumentasi yang menjelaskan hubungan yang mungkin terdapat

antaraberbagai faktor yang saling mengkait dan membentuk konstelasi

permasalahan.Kerangka berpikir ini disusun secara rasional berdasarkan premis-premis


ilmiahyang telah teruji kebenarannya dengan memperhatikan faktor-faktor empirisyang

relevan dengan permasalahan

3. Perumusan hipotesis yang merupakan jawaban sementara atau dugaanterhadap

pertanyaan yang diajukan yang materinya merupakan kesimpulan darikerangka berpikir

yang dikembangkan

4. Pengujian hipotesis yang merupakan pengumpulan fakta-fakta yang relevandengan

hipotesis yang diajukan untuk memperlihatkan apakah terdapat fakta-fakta yang

mendukung hipotesis tersebut atau tidak

5. Penarikan kesimpulan yang merupakan penilaian apakah sebuah hipotesis yang

diajukan itu ditolak atau diterima. Sekiranya dalam proses pengujianterdapat fakta yang

cukup dan mendukung hipotesis maka hipotesis itu diterima.Sebaliknya sekiranya dalam

proses pengujian tidak terdapat fakta yang cukup.

D. Sikap dan Aktivitas Ilmiah

Sikap ilmiah adalah sikap – sikap yang seharusnya dimiliki oleh setiap ilmuwan dalam

melakukan tugasnya untuk mempelajari, meneruskan, menilak atau menerima serta merubah atau

menambah suatu ilmu. Menurut Harsojo seperti yang dikutip Anshari (1990: 57) menyebutkan

beberapa macam sikap ilmiah, yaitu:

1) Obyektivitas.Dalam suatu peninjauan yang dipentingkan adalah obyeknya, karena di

dalam ilmu pengetahuan harus berkenaan dengan sikap yang tidak tergantung pada

suasana hati, prasangka atau pertimbangan nilai pribadi. Atribut obyektif mengandung
arti bahwa kebenaran ditentukan oleh pengujian secara terbuka yang dilakukan dari

pengamatan dan penalaran fenomena.

2) Sikap skeptif. Ialah sikap untuk selalu ragu – ragu terhadap pernyataan – pernyataan

yang belum cukup kuat dasar – dasar pembuktiannya.

3) Kesabaran intelektual. Sanggup menahan diri dan kuat untuk tidak menyerah kepada

tekanan agar dinyatakan suatu pendirian ilmiah. Karena sikap tersebut merupakan sikap

utama seorang ilmuwan.

4) Kesederhanaan. Kesederhanaan sebagai sikap ilmiah adalah kesederhanaan dalam cara

berfikir, dalam cara menyatakan dan dalam cara pembuktian.

5) Sikap tidak memihak pada etik. Sikap tidak memihak pada etik dalam mempelajari dan

mengembangkan ilmu pengetahuan ialah, bahwa ilmu tidak mempunyai tujuan yang

akhirnya membuat penilaian tentang apa yang baik dan apa yang buruk; ilmu mempunyai

tugas untuk mengemukakan apa yang salah dan apa yang benar secara relatif.

E. Penerapan Berfikir Ilmiah Dalam Pembelajaran sejarah

Penerapan berfikir ilmiah dalam pembelajaran sejarah dapat dilalui dengan

langkahlangkah sebagai berikut: Langkah pertama dalam kerangka berpikir ilmiah dalam

pembelajaran sejarah adalah perumusan masalah. Perumusan masalah merupakan langkah yang

penting karena rumusan masalah adalah ibarat pondasi rumah atau bangunan, tempat berpijak

awal, apabila salah menentukan dan tidak jelas batasan dalam melakukan akan menyulitkan

proses selanjutnya.
Langkah berikutnya perumusan hipotesis. “Hypo” artinya dibawah dan “thesa” artinya

kebenaran. Dalam bahasa Indonesia dituliskan hipotesa, dan berkembang menjadi hipotesis.

Hipotesis merupakan jawaban sementara atau dugaan terhadap pertanyaan yang diajukan yang

materinya merupakan kesimpulan dari kerangka berpikir yang dikembangkan.

Setelah perumusan hipotesis langkah selanjutnya adalah pengujian hipotesis. Pengujian

hipotesis merupakan pengumpulan fakta-fakta yang relevan dengan hipotesis yang diajukan

untuk memperlihatkan apakah terdapat fakta-fakta yang mendukung hipotesis tersebut atau tidak.

Setiap hipotesis dapat diuji kebenarannya tentu saja dengan menggunakan bukti-bukti empiris

serta teknik analisis yang secermat mungkin, karena dengan demikian halnya, maka suatu

hipotesis akan menentukan arah dan fokus upaya pengumpulan dan penganalisaan data.

Jadi hipotesis adalah usaha untuk mengumpulkan bukti-bukti yang relevan dan

berhubungan serta mendukung terhadap hipotesis yang telah diajukan sehingga bisa teruji

kebenaran hipotesis tersebut atau tidak dan hal ini sangat penting untuk dilakukan karena tanpa

ada proses pengujian hipotesis dalam sebuah penelitian akan sulit penelitian tersebut

dipertanggungjawabkan kebenarannya secara ilmiah.

Langkah terakhir dalam kerangka berpikir ilmiah adalah penarikan kesimpulan.

Kesimpulan merupakan salah satu faktor yang penting dalam sebuah proses penelitian, kenapa

demikian, karena dengan kesimpulan yang ada dalam suatu penelitian akan menjawab

permasalahan yang ada dalam penelitian. Kesimpulan itu berupa natijah hasil dari penafsiran dan

pembahasan data yang diperoleh dalam penelitian, sebagai jawaban atas pertanyaan yang

diajukan dalam perumusan masalah.


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pengertian metode berfikir ilmiah adalah prosedur, cara dan tekhnik memperoleh

pengetahuan, serta untuk membuktikan benar salahnya suatu hipotesis yang telah

ditentukan sebelumnya. Berpikir ilmiah adalah landasan atau kerangka bepikir penelitian

ilmiah. Untuk melakukan kegiatan ilmiah secara baik juga diperlukan sarana penelaahan

ilmiah secara teratur dan cermat.

Untuk dapat melakukan kegiatan berpikir ilmiah dengan baik diperlukan sarana berpikir

ilmiah berupa :

Bahasa Ilmiah, dapat drumuskan bahasa buatan yang diciptakan oleh para ahli dalam

bidangnya dengan menggunakan istilah – istilah atau lambang – lambang untuk mewakili

pengertian tertentu.

Logika matematika, Matematika dan logika sebagai sarana berfikir deduktif mempunyai

fungsi sendiri – sendiri. Logika lebih sederhana penalarannya, sedang matematika sudah

jauh lebih terperinci, walaupun demikian hukum – hukum matematika dapat

disederhanakan ke dalam hukum – hukum logika, bahkan menurut seorang ahli

matematika Bertrand Russel menyatakan bahwa logika adalah masa muda matematika

sedang matematika adalah masa dewasa logika

Logika Statistika.

logika dan statistika mempunyai peranan penting dalam berfikir induktif untuk mencari

konsep yang berlaku umum. Penalaran induktif dalam bidang ilmiah yang bertitik tolak
pada sejumlah hal khusus untuk sampai pada suatu rumusan umum sebagai hukum

ilmiah.
Daftar Pustaka

 Bakhtiar, Amsal, Filsafat Ilmu, Jakarta: Rajawali Pers, 2009.

 Sudarto, Metodologi Penelitian Filsafat, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2002.

 S.Suriasumantri, Jujun, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Jakarta: Pustaka Sinar

Harapan, 1996.

http://www.univpgri-palembang.ac.id/perpusfkip/perpustakaan/empiricsm/metodologi

%20penelitian.pdf

Anda mungkin juga menyukai