Anda di halaman 1dari 12

12

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Tenaga Kesehatan

Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang

kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan

di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk

melakukan upaya kesehatan (UU. No. 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan).

Dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN), tenaga kesehatan merupakan

pokok dari subsistem SDM kesehatan, yaitu tatanan yang menghimpun berbagai

upaya perencanaan, pendidikan dan pelatihan, serta pendayagunaan kesehatan

secara terpadu dan saling mendukung, guna menjamin tercapainya derajat

kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Unsur utama dari subsistem ini

adalah perencanaan, pendidikan dan pelatihan, dan pendayagunaan tenaga

kesehatan.

Tenaga di bidang kesehatan terdiri atas:

a. Tenaga Kesehatan yang harus memiliki kualifikasi minimum Diploma

Tiga, kecuali tenaga medis.

b. Asisten Tenaga Kesehatan yang harus memiliki kualifikasi minimum

pendidikan menengah di bidang kesehatan. Asisten tenaga Kesehatan

hanya dapat bekerja di bawah supervisi Tenaga Kesehatan.

Tenaga Kesehatan dikelompokkan ke dalam:

a. tenaga medis (dokter, dokter gigi, dokter spesialis, dan dokter gigi

spesialis);
13

b. tenaga psikologi klinis;

c. tenaga keperawatan (berbagai jenis perawat);

d. tenaga kebidanan (bidan);

e. tenaga kefarmasian (apoteker dan tenaga teknis kefarmasian);

f. tenaga kesehatan masyarakat (epidemiolog kesehatan, tenaga promosi

kesehatan dan ilmu perilaku, pembimbing kesehatan kerja, tenaga

administrasi dan kebijakan kesehatan, tenaga biostatistik dan

kependudukan, serta tenaga kesehatan reproduksi dan keluarga);

g. tenaga kesehatan lingkungan (tenaga sanitasi lingkungan, entomolog

kesehatan, dan mikrobiolog kesehatan);

h. tenaga gizi (nutrisionis dan dietisien);

i. tenaga keterapian fisik (fisioterapis, okupasi terapis, terapis wicara, dan

akupunktur);

j. tenaga keteknisian medis (perekam medis dan informasi kesehatan,

teknik kardiovaskuler, teknisi pelayanan darah, refraksionis

optisien/optometris, teknisi gigi, penata anestesi, terapis gigi dan mulut,

dan audiologis);

k. tenaga teknik biomedika (radiografer, elektromedis, ahli teknologi

laboratorium medik, fisikawan medik, radioterapis, dan ortotik prostetik;

l. tenaga kesehatan tradisional (tenaga kesehatan tradisional ramuan dan

tenaga kesehatan

tradisional keterampilan);

tenaga kesehatan lain.


14

3.1.1 Perencanaan Kebutuhan Tenaga Kesehatan

Yang dimaksud dengan perencanaan tenaga kesehatan adalah upaya

penetapan jenis, jumlah, dan kualifikasi tenaga kesehatan sesuai dengan

kebutuhan pembangunan kesehatan (Depkes, 2004). Perencanaan tenaga

kesehatan diatur melalui PP No.32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan. Dalam

Undang-Undang ini dinyatakan antar lain bahwa pengadaan dan penempatan

tenaga kesehatan dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan tenaga kesehatan yang

merata bagi masyarakat. Perencanaan nasional tenaga kesehatan disusun dengan

memperhatikan jenis pelayanan yang dibutuhkan, sarana kesehatan, serta jenis dan

jumlah yang sesuai. Perencanaan nasional tenaga kesehatan ditetapkan oleh

Menteri Kesehatan.

Tujuan perencanaan tenaga kesehatan adalah untuk memenuhi kebutuhan

saat ini dan masa depan yaitu untuk memenuhi jenis, jumlah, tenaga kesehatan;

menghubungkan tenaga kesehatan yang ada saat ini terhadap kebutuhan yang

akan datang untuk antisipasi perkembangan; memperkirakan kecenderungan

terhadap banyaknya penyediaan tiap jenis tenaga yang dibutuhkan (UU No. 36

tahun 2014 Tentang Kesehatan).

Dalam Undang-Undang No.36 tahun 2014 tentang tenaga kesehatan

dikatakan bahwa Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib memenuhi kebutuhan

Tenaga Kesehatan, baik dalam jumlah, jenis, maupun dalam kompetensi secara

merata untuk menjamin keberlangsungan pembangunan kesehatan. Perencanaan


15

Tenaga Kesehatan disusun secara berjenjang berdasarkan ketersediaan Tenaga

Kesehatan dan kebutuhan penyelenggaraan pembangunan dan Upaya Kesehatan.

Ketersediaan dan kebutuhan dilakukan melalui pemetaan Tenaga Kesehatan.

Menteri dalam menyusun perencanaan Tenaga Kesehatan harus

memperhatikan faktor:

a. jenis, kualifikasi, jumlah, pengadaan, dan distribusi Tenaga Kesehatan;

b. penyelenggaraan Upaya Kesehatan;

c. ketersediaan Fasilitas Pelayanan Kesehatan;

d. kemampuan pembiayaan;

e. kondisi geografis dan sosial budaya; dan

f. kebutuhan masyarakat.

Dalam hal perencanaan kebutuhan tenaga kesehatan terdapat empat metoda

penyusunan yang dapat digunakan yaitu;

a. Health Need Method, yaitu perencanaan kebutuhan tenaga kesehatan yang

didasarkan atas epidemiologi penyakit utama yang ada pada masyarakat.

b. Health Service Demand, yaitu perencanaan kebutuhan tenaga kesehatan

yang didasarkan atas permintaan akibat beban pelayanan kesehatan.

c. Health Service Target Method yaitu perencanaan kebutuhan tenaga

kesehatan yang didasarkan atas sarana pelayanan kesehatan yang

ditetapkan, misalnya Puskesmas, dan Rumah Sakit.

d. Ratios Method, yaitu perencanaan kebutuhan tenaga kesehatan yang

didasarkan pada standar/rasio terhadap nilai tertentu.


16

3.1.2 Pengadaan/Produksi Tenaga Kesehatan

Pengadaan Tenaga Kesehatan dilaksanakan sesuai dengan perencanaan dan

pendayagunaan Tenaga Kesehatan. Pengadaan tenaga kesehatan dilakukan

melalui pendidikan tinggi bidang kesehatan. Pendidikan tinggi bidang kesehatan

diarahkan untuk menghasilkan tenaga kesehatan yang bermutu sesuai dengan

standar profesi dan standar pelayanan profesi. Pendidikan tinggi bidang kesehatan

diselenggarakan dengan memperhatikan (UU No.36 tahun 2014 tentang tenaga

kesehatan):

a. keseimbangan antara kebutuhan penyelenggaraan upaya kesehatan dan

dinamika kesempatan kerja, baik di dalam negeri maupun di luar negeri;

b. keseimbangan antara kemampuan produksi tenaga kesehatan dan sumber

daya yang tersedia;

c. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Penyelenggaraan pendidikan dilaksanakan oleh Pemerintah dan/atau

masyarakat sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.

3.1.3 Pendayagunaan Tenaga Kesehatan

Pendayagunaan tenaga kesehatan adalah upaya pemerataan dan

pemanfaatan serta pengembangan tenaga kesehatan. Pendayagunaan tenaga

kesehatan, utamanya dalam rangka pemerataan tenaga kesehatan dilaksanakan

sesuai dengan rencana kebutuhan tenaga kesehatan, baik untuk memenuhi

kebutuhan pada fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah maupun fasilitas

pelayanan kesehatan swasta. Pemerataan tenaga kesehatan juga dilakukan untuk


17

memenuhi kebutuhan tenaga kesehatan sebagai administrator kesehatan, regulator,

pendidik, peneliti, dan tenaga pemberdayaan masyarakat.

Pendayagunaan tenaga kesehatan mencakup pendayagunaan tenaga

kesehatan di dalam negeri dan di luar negeri. Pendayagunaan tenaga kesehatan di

dalam negeri termasuk pula pendayagunaan tenaga kesehatan Warga Negara

Asing (WNA). Sedangkan pendayagunaan tenaga kesehatan ke luar negeri adalah

dalam kerangka pemenuhan permintaan tenaga kesehatan dari luar negeri dan

penciptaan lapangan kerja yang lebih luas bagi tenaga kesehatan.

Pengembangan tenaga kesehatan pada hakekatnya berfokus pada

pengembangan karir, yaitu proses berkelanjutan yang terutama terdiri dari

perencanaan karir, baik individual maupun organisasional, dan pelaksanaan

peningkatan karir serta dukungan pengembangan karir. Peningkatan karir dan

profesionalisme tenaga kesehatan diupayakan melalui penyelenggaraan

pendidikan berkelanjutan.

Pendayagunaan tenaga kesehatan dalam kaitannya dengan peningkatan

pemerataan dan pemanfaatannya diselenggarakan guna mengisi kekurangan

tenaga kesehatan. Kekurangan tenaga kesehatan dihitung dengan memperhatikan

kebutuhan dan ketersediaan tenaga kesehatan serta pengurangan (atrisi). Upaya

pemenuhan tenaga kesehatan di wilayah tertentu dapat dilaksanakan dengan cara

memobilisasi tenaga kesehatan antar wilayah secara terkoordinasi.


18

3.1.4 Pembinaan dan Pengawasan Mutu Tenaga Kesehatan

Pembinaan dan pengawasan mutu tenaga kesehatan utamanya ditujukan

untuk meningkatkan kualitas tenaga kesehatan sesuai kompetensi yang diharapkan

dalam mendukung penyelenggaraan pelayanan kesehatan bagi seluruh penduduk

Indonesia.

Pembinaan dan pengawasan mutu tenaga kesehatan dilakukan melalui

peningkatan komitmen dan koordinasi semua pemangku kepentingan dalam

pengembangan tenaga kesehatan serta legislasi yang meliputi antara lain

sertifikasi melalui uji kompetensi, registrasi, perizinan (licensing), dan hak-hak

tenaga kesehatan.

Hak-hak tenaga kesehatan tersebut antara lain meliputi kesejahteraan dan

kesempatan yang seluas-luasnya dalam rangka meningkatkan dan

mengembangkan karirnya.

3.2 Puskesmas

Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah

fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan

masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih

mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan

masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya (PMK No. 75 tentang

Kesehatan).

3.2.1 Prinsip Penyelenggaraan, Tugas, Fungsi dan Wewenang

Prinsip penyelenggaraan Puskesmas meliputi:

a. paradigma sehat
19

b. pertanggungjawaban wilayah;

c. kemandirian masyarakat;

d. pemerataan;

e. teknologi tepat guna; dan

f. keterpaduan dan kesinambungan.

Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk

mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka

mendukung terwujudnya kecamatan sehat. Dalam melaksanakan tugas tersebut,

Puskesmas menyelenggarakan fungsi:

a. penyelenggaraan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) tingkat pertama di

wilayah kerjanya; dan

b. penyelenggaraan Upaya Kesehatan Perseorangan (UKP) tingkat pertama

di wilayah kerjanya.

Dalam menyelenggarakan fungsi penyelenggaraan UKM tingkat pertama di

wilayah kerjanya Puskesmas berwenang untuk:

a. melaksanakan perencanaan berdasarkan analisis masalah kesehatan

masyarakat dan analisis kebutuhan pelayanan yang diperlukan;

b. melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan;

c. melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi, dan pemberdayaan

masyarakat dalam bidang kesehatan;

d. menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan

masalah kesehatan pada setiap tingkat perkembangan masyarakat yang

bekerjasama dengan sektor lain terkait;


20

e. melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan dan upaya

kesehatan berbasis masyarakat;

f. melaksanakan peningkatan kompetensi sumber daya manusia Puskesmas;

g. memantau pelaksanaan pembangunan agar berwawasan kesehatan;

h. melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap akses, mutu,

dan cakupan Pelayanan Kesehatan; dan

i. memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat, termasuk

dukungan terhadap sistem kewaspadaan dini dan respon penanggulangan

penyakit.

Dalam menyelenggarakan fungsi penyelenggaraan UKP tingkat pertama di

wilayah kerjanya Puskesmas berwenang untuk:

a. menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dasar secara komprehensif,

berkesinambungan dan bermutu;

b. menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang mengutamakan upaya

promotif dan preventif;

c. menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang berorientasi pada individu,

keluarga, kelompok dan masyarakat;

d. menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang mengutamakan keamanan

dan keselamatan pasien, petugas dan pengunjung;

e. menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dengan prinsip koordinatif dan

kerja sama inter dan antar profesi;

f. melaksanakan rekam medis;


21

g. melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap mutu dan

akses Pelayanan Kesehatan;

h. melaksanakan peningkatan kompetensi Tenaga Kesehatan;

i. mengoordinasikan dan melaksanakan pembinaan fasilitas pelayanan

kesehatan tingkat pertama di wilayah kerjanya; dan

j. melaksanakan penapisan rujukan sesuai dengan indikasi medis dan Sistem

Rujukan.

Selain menyelenggarakan fungsi –fungsi tersebut, Puskesmas dapat juga

berfungsi sebagai wahana pendidikan Tenaga Kesehatan.

3.2.2 Persyaratan

Persyaratan yang harus dipenuhi oleh setiap Puskesmas adalah sebagai

berikut:

a. Puskesmas harus didirikan pada setiap kecamatan.

b. Dalam kondisi tertentu, pada 1 (satu) kecamatan dapat didirikan lebih dari

1 (satu) Puskesmas.

c. Kondisi tertentu sebagaimana dimaksud diatas ditetapkan berdasarkan

pertimbangan kebutuhan pelayanan, jumlah penduduk dan aksesibilitas.

d. Pendirian Puskesmas harus memenuhi persyaratan lokasi, bangunan,

prasarana, peralatan kesehatan, ketenagaan, kefarmasian dan laboratorium.


22

3.2.3 Kategori Puskesmas

Dalam rangka pemenuhan Pelayanan Kesehatan yang didasarkan pada

kebutuhan dan kondisi masyarakat, Puskesmas dapat dikategorikan berdasarkan

karakteristik wilayah kerja dan kemampuan penyelenggaraan. Berdasarkan

karakteristik wilayah kerjanya, Puskesmas dikategorikan menjadi:

a. Puskesmas kawasan perkotaan;

b. Puskesmas kawasan pedesaan; dan

c. Puskesmas kawasan terpencil dan sangat terpencil.

3.2.4 Standar Ketenagaan Puskesmas

Puskesmas
Puskesmas Puskesmas
Kawasan
Kawasan Kawasan
Terpencil dan
No Perkotaan Pedesaan
Jenis Tenaga Sangat Terpencil
.
Non Non Non
Rawat Rawat Rawat
Rawat Rawat Rawat
Inap Inap Inap
Inap Inap Inap
1. Dokter atau
dokter
1 2 1 2 1 2
layanan
primer
2. Dokter gigi 1 1 1 1 1 1
3. Perawat 5 8 5 8 5 8
4. Bidan 4 7 4 7 4 7
5. Tenaga
kesehatan 2 2 1 1 1 1
masyarakat
6. Tenaga
kesehatan 1 1 1 1 1 1
lingkungan
7. Ahli teknologi
laboratorium 1 1 1 1 1 1
medik
8. Tenaga Gizi 1 2 1 2 1 2
23

9. Tenaga
1 2 1 1 1 1
Kefarmasian
10. Tenaga
3 3 2 2 2 2
administrasi
11. Pekarya 2 2 1 1 1 1
Jumlah 22 31 19 27 19 27
Sumber: PKM No. 75 Tahun 2014 tentang Puskesmas

Anda mungkin juga menyukai