Anda di halaman 1dari 17

SUBSISTEM SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN

MATERI KOLABORASI TIM KESEHATAN DALAM SISTEM


KESEHATAN NASIONAL INDONESIA

Dosen Pembimbing : Ns. Andri Yulianto.S.kep. M.Kes

Di susun Oleh : Kelompok 4

Hendri Saputra
Heri Syefriyadi
Herlina
Heri Eka Saputra
Jubaidi Ali Akbar
Juwantara Sefriawan
Ketut Darmanti Deviani
Maya Novitasari
Nurmaliani
Putri Azizah Ayuni

FAKULTAS KESEHATAN PRODI S1 ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PRINGSEWU LAMPUNG
2021/2021
BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
  Dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, juga diperhatikan dinamika
kependudukan, epidemiologi penyakit, perubahan ekologi dan lingkungan, kemajuan IPTEK,
serta globalisasi dan demokrasi dengan semangat kemitraan dankerja sama lintas sektoral.
Berbagai studi menunjukkan bahwa tenaga kesehatan merupakan kunci utama dalam
keberhasilan pencapaian tujuan pembangunan kesehatan. Sumber daya manusia kesehatan
(SDM Kesehatan) merupakan tatanan yang menghimpun berbagai upaya perencanaan
pendidikan, serta pendayagunaan tenaga kesehatan secara terpadu dan saling mendukung
guna mencapai derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginya.
SDM  atau tenaga kesehatan berperan sebagai perencana, penggerak dan sekaligus
pelaksana pembangunan kesehatan sehingga tanpa tersedianya tenaga dalam jumlah dan jenis
yang sesuai, maka pembangunan kesehatan tidak akan dapat berjalan secara optimal. SDM
Kesehatan juga merupakan tenaga kesehatan profesi termasuk tenaga kesehatan strategis dan
tenaga kesehatan non profesi serta tenaga pendukung/penunjang kesehatan yang terlibat dan
berkerja serta mengabdikan dirinya seperti dalam upaya manajemen kesehatan.
Sumber daya manusia (SDM) Kesehatan dipandang sebagai komponen kunci untuk
menggerakkan pembangunan kesehatan, yang bertujuan untuk meningkatkan lesadaran,
kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang
optimal. Dalam hal pencapaian target pembangunan millennium bidang kesehatan, dapat
dikatakan secara nasional sudah sejalan dengan target yang diharapkan, namun beberapa
masalah kesehatan masih menuntut kerja keras semua pihak, antara lain penurunan angka
kematian ibu, pencegahan penularan infeksi baru HIV, perluasan akses terhadap sarana
air.      

B.  Rumusan Masalah
1.    Pengertian SDM kesehatan dan tenaga kesehatan?
2.    Perencanaan SDM kesehatan?
3.    Pendidikan dan pelatihan?
4.    Pendayagunaan SDM kesehatan?
5.    Isue strategis SDM kesehatan?
C.      TUJUAN
Untuk mengetahui pengertian dari SDM kesehatan dan tenaga kesehatan, perncanaan
SDM kesehatan, pendidikan dan pelatihan, pendayagunaan SDM kesehatan, serta isue
starategis SDM kesehatan.
D.  MANFAAT
 Manfaat yang dapat diambil dari makalah ini antara lain dapat bergun bagi peminatan
ilmu administrasi kebijakan kesehatan, dapat meningkatkan ilmu pengetahuan kesehatan,
dapat membantu dalam proses belajar mengajar.
 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.      Pengertian SDM Kesehatan Dan Tenaga Kesehatan


Berdasarkan Word Health Organization (WHO), SDM adalah semua orang yang
kegiatan pokoknya ditujukan untuk meningkatkan esehatan. Mereka terdiri atas orang-orang
yang memberikan pelayanan esehatan seperti dokter, perawat, apoteker, teknisi
laboratorium, manajemen, serta tenaga pendukung seperti bagian keuangan, sopir, dan lain
sebagainya. Secara kasar, WHO memperkirakanterdapat 59,8 juta tenaga mesehatan di dunia
dan dari jumlah tersebut di perkirakan dua pertiga (39,5 juta) dari jumlah keseluruhan tenaga
esehatan memberikan tenaga esehatan dan sepertiganya (19,8 juta) merupakan tenaga
pendukung dan manajemen (WHO, 2006).
Menurut eseha esehatan nasional (SKN) yang dikutip oleh adisasmito (2007), SDM
esehatan adalah tatanan yang menghimpun berbagai upaya  perencanaan, esehatan , dan
pelatihan serta terpadu dan saling mendukung guna menjamin tercapainya derajat esehatan
masyarakat yang setinggi – tingginya. Sementara itu, SDM esehatan menurut PP No.
32/1996 yang juga dikutip oleh Adisasmito (2007), adalah semua orang yang bekerja secara
aktif dibidang esehatan, baik yang memiliki esehatan formal esehatan, maupun tidak
yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan dalam melaksanakaan upaya esehatan.
Definisi lain dari tenaga esehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diridalam
esehatan, serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melalui esehatan di bidang
esehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya
esehatan (PP 32, 1996; UU 36, 2009). Ditetapkan bahwa twnaga esehatan terdiri atas medis
(dokter dan dokter gigi), tenaga keperawatan (perawat dan bidan ), tenaga kefarmasian
(apoteker, analis farmasi, dan analis apoteker), tenaga esehatan masyarakat (epideniologi
esehatan, esehatan esehatan, mikrobiolog keseZhatan, pemyuluh esehatan, administrator
esehatan, dan sanitarian), tenaga gizi ( nutrisionis dan dietisien), tenaga keterampilan fisik
(fisioterapis, okupasiterapis, dan terapis wicara), serta tenaga keteknisian medis
( esehatan l, radioterapis, teknisi gigi, teknisi elektromedis, analis esehatan, refraksionis
optisien, otorik prostetik, teknisi esehatan,dan perekam medis).
SDM esehatan menurut SKN 2009 adalah tenaga esehatan profesi termasuk tenaga
esehatan straktegis, tenaga esehatan nonprofesi, serta tenaga pendukung/penunjang
esehatan, yang terlibat dan bekerja secara mengabdikan dirinya dalam upaya dan
manajemen esehatan. Tenaga esehatan straktegis di sini merupakan tenaga esehatan yang
tidak diproduksi secara merata di privinsi, tidak dapatdisubstitusi oleh tenaga esehatan lain
dan mempunyai daya ungkit yang besar bagi pelayan esehatan. Unsur-unsur dalam SDM
esehatan meliputi SDM kesehatanitu sendiri, sumber daya pengembangan dan
pemberdayaan SDM esehatan, serta penyelenggaraan pengembangan dan pemberdayaan
SDM (Kemkes, 2009).
Tenaga esehatan menurut SKN yang dikutip oleh adisasmito (2007), adalah semua
orang yang bekerja secara aktif dan esehatan l dibidang esehatan, baik yang memiliki
esehatan formal esehatan, maupun tidak yang untuk jenis tertentu memerlukan upaya
esehatan. Sedangkan menurut PP No. 32/1999 yang juga dikutip oleh adisasmito (2007),
tenaga esehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang esehatan serta
memilii pengetahuan dan keterampilan melalui esehatan formal dibidang esehatan yang
untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan dalam upaya esehatan.
Berdasarkan dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa tenaga esehatan
adalah setiap orang yang memperoleh esehatan baik formal maupunnonformal yang
mendedikasikan diri dalam berbagai upaya yang bertujuan mencegah, mempertahankan, serta
meningkatkanderajat esehatan masyarakat.

B.       Perencanaan SDM Kesehatan


Berdasarkan penjelasan diatas tentang manajemen esehatan, tahapan dalam
manajemen esehatan dimulai dari perencanaan. Semua orang menyadari bahwa perencanaan
bagian terpenting dalam proses manajemen dan oleh karena itu menyita banyak waktu dalam
proses manajemen. Untuk mgnejer sumber daya manusia, perencanaan berarti penentuan
program kariyawan (sumber daya manusia) dalam rangka membantu tercapainya sasaran atau
tujuan organisasi itu. Dengan kata lain mengatur orang – orang yang akan menangani tugas –
tugas yang dibebankan kepada masing – masing orang, dalam rangka mencapai tugas
organisasi (Notoatmojo, 2003).
Perencanaan SDM kesehatan adalah sebuah proses estimasi terhadap jumlah SDM
berdasarkan tempat, keterampilan dan perilaku yang dibutuhkan untuk memberikan
pelayanan kesehatan. Dengan kata lain, kita meramalkan siapa mengerjakan apa, dengan
keahlian apa, kapan dibutukan dan berapa jumlahnya. Melihat kepada pengertian diatas
perencanaan SDM puskesmas seharusnya berdasrkan fungsi dan beban kerja pelayanan
kesehatan yang akan dihadapi di masa depan. Hal ini dimaksudkan agar fungsi puskesmas
dapat berjalan dengan baik, maka kompetensi SDM seharusnya sesuai dengan spesifikasi
SDM yang dibutuhkan puskesmas (Ilyas, 2004).
Determinan yang berpengaruh dalam perencanaan kebutuhan SDM kesehatan adalah :
1. Perkembangan penduduk, baik jumlah, pola penyakit, daya beli, maupun keadaan
sosiobudaya dankeadaan darurat/bencana.
2. Pertumbuhan ekonomi
3. Berbagai kebijakan di bidang pelayanan kesehatan (Depkes, 2004)
Pada dasarnya kebutuhan SDM kesehatan dapat ditentukan berdasarkan :
1. Kebutuhan epidemiologi kesehatan
2. Permintaan (demand) akibat beban pelayanan kesehatan atau
3. Sarana upaya kesehatan yang ditetapkan
4. Standar atau rasio terhadap nilai tertentu (Depkes, 2004)

Memperhatikan dasar-dasar hukum serta adanya kebijakan desentralisasi, termasuk


didalamnya desentralisasi di bidang kesehatan, maka fungsi perencanaan SDM kesehatan
bagi daerah menjadi sangat penting dan menjadi tanggung jawab daerah itu sendiri. Oleh
karena itu, dengan adanya desentralisasi di bidang kesehatan, pejabat pengelola SDM di
Kabupaten/Kota dan provinsi perlu memiliki kemampuan atau kompetensi yang memadai
dalam membuat perencanaan SDM kesehatan (Depkes, 2004).
Secara garis besar, perencanaan kebutuhan SDM kesehatan dapat dapat dikelompokkan
kedalam tiga kelompok besar sebagai berikut :
  1. Perencanaan kebutuhan SDM pada tingkat institusi
Perencanaan SDM kesehatan pada kelompok ini ditujukan pada perhitungan kebutuhan SDM
kesehatan untuk memenuhi kebutuhan sarana pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah
sakit, poliklinik dan lain-lain.
2. Perencanaan kebutuhan SDM pada tingkat wilayah
 Perencanaan disini dimaksudkan untuk menghitung kebutuhan SDM kesehatan berdasarkan
kebutuhan di tingkat wilayah (provinsi/Kabupaten/kota) yang merupakan gabungan antara
kebutuhan institusi dan organisasi.
3. Perencanaan kebutuhan SDM kesehatan untuk bencana
Perencanaan ini dimaksudkan untuk mempersiapkan SDM kesehatan saat prabencana, terjadi
bencana dan post bencana, termasuk pengelolaan kesehatan pengungsi (Adisasmito, 2007).
Untuk itu pengelola kebutuhan SDM kesehatan yang bertanggung jawab pada ketiga
kelompok diatas perlu memahami secara lebih rinci teknis perhitungannya untuk masing-
masing kelompok. Dalam perencanaan SDM kesehatan perlu memperhatikan Strategi
Perencnaan SDM Kesehatan :
1. Rencana kebutuhan SDM kesehata disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan kesehatan
baik kebutuhan nasional,lokal, maupun global.
2. Pelayanan SDM kesehatan diselenggarakan secara merata, serasi, seimbang dan selaras
oleh pemerintah, masyarakat dan dunia usaha baik ditingkat pusat maupun tingkat daerah.
Dalam upaya pemerataan SDM kesehatan perlu memperhatikan keseimbangan antara hak dan
kewajiban perorangandengan kebutuhan masyarakat. Pendayagunaan SDM kesehatan oleh
pemerintah diselenggarakan melalui pendelegasian wewenang yang proporsional dari
pemerintah pusat kepada pemerintah daerah.
3.  Penyusun perencanaan berdasarkan pada sasaran nasional upaya kesehatan dan Rencana
Pembangunan Kesehatan menuju Indonesia Shat 2010.
4.  Pemilihan metode perhitungan kebutuhan SDM kesehatan didasarkan pada kesesuaian
metode dengan kemampuan dan keadaan daerah masing-masing (Depkes, 2004).

Sistem perencanaan sumber daya manusia pada pokoknya meliputi perkiraan,


permintaan dan suplai karyawan atau tenaga di suatu organisasi. Dari uraian itu, secara terinci
dapat disimpulkan bahwa kagiatan perencanaan sumber daya manusia terdiri dari 4 kegitan
yang saling berkaitan, yakni :
1. Inventarisasi persediaan sumber daya manusia
Yaitu menelaah dan menilai sumber daya manusia yang ada atau tersedia saat ini (tentang
jumlahnya, kemampuannya, keterampilannya dan potensi pengembangannya) serta
menganalisis penggunaan sumber daya sekarang ini.
2.   Perkiraan (peramalan) sumber daya manusia
Melakukan prediksi atau taksiran kebutuhan (permintaan) dan penawaran (suplai) sumber
daya manusia di waktu yang akan datang baik jumlah (kuantitas), maupun kualitasnya.
3. Penyusunan sumber daya manusia
Memadukan kebutuhan (permintaan) dengan penawaran (suplai) sumber daya manusia,
melalui rekruitmen (penarikan), seleksi pelatihan, penempatan, pemindahan, promosi dan
pengembangan.
4.  Monitoring dan sumber evaluasi
Untuk memberikan umpan balik terhadap pencapaian tujuan sasaran perencanaan
sumber daya manusia perlu disusun perencanaan sumber daya manusia, perlu disusun
rencana monitoring dan evaluasi serta indikator menitoring dan evaluasi tersebut
(Notoadmodjo, 2003).

C.   Pendidikan Dan Pelatiahan


Salah satu cara pengembangan SDM kesehatan agar sesuai dengan tuntutan pekerjaan
adalah melalui pendidikan dan pelatihan SDM kesehatan. Fungsi dari pendidikan dan
pelatihan ini adalah sebagai investasi SDM dan merupakan tuntutan luar dan dalam
organisasi. Selain itu juga bertujuan untuk memperbaiki, mengatasi kekurangan dalam
pelaksanaan pekerjaan agar sesuai dengan iptek.
Pendidikan dan pelatihan ini meliputi :
1. Knowledge
2. Ability
3. Skill
Bentuk pelatihan yang biasa dilakukan adalah diklat yang dilaksanakan oleh Pusdiklat (
Pusat Pendidikan dan Pelatihan). Pusdiklat adalah suatu unit yang bertugas
menyelenggarakan diklat bagi pegawai/ calon pegawai. Fungsinya adalah mendidik dan
melatih tenaga kerja dalam rangka pengembangan dan atau peningkatan kemampuan.
Secara khusus program pendidikan dan pelatihan ini bertujuan untuk menghasilkan
sumber daya manusia kesehatan yang memiliki kompetensi sebagai berikut :
1.     Mampu mengembangkan dan memutakhirkan ilmu pengetahuan dan teknologi dibidang
promosi kesehatan dengan cara menguasai dan memahami pendekatan, metode dan kaidah
ilmiahnya disertai dengan ketrampilan penerapannya didalam pengembangan dan
pengelolaan sumber daya manusia kesehatan
2.  Mampu mengidentifikasi dan merumuskan pemecahan masalah pengembangan dan
pengelolaan sumber daya manusia kesehatan melalui kegiatan penelitian
3. Mampu mengembangkan/meningkatkan kinerja profesionalnya, yang ditunjukkan dengan
ketajaman analisis permasalahan kesehatan,merumuskan dan melakukan advokasi program
dan kebijakan kesehatan dalam rangka pengembangan dan pengelolaan sumber daya manusia
Kesehatan
D.   Pemberdayagunaan SDM Kesehatan
Perkembangan distribusi tenaga kesehatan di Indonesia telah dimulai sejak tahun 1960
dengan diterbitkannya Undang-Undang No. 9 Tahun 1960 tentang Pokok-pokok Kesehatan.
Undang-Undang ini menyatakan bahwa pemerintah bertanggung jawab dalam pemerataan
tenaga kesehatan. Selanjutnya dalam beberapatahun kemudian, tenaga kesehatan
melaksanakan Wajib Kerja Sarjana. Pada masa itu semua tenaga kesehatan, utamanya dokter,
dokter gigi, perawat, bidan, sanitarian, dan ahli gizi diangkat  sebagai pegawai negeri sipil
pusat (PNS Pusat) dan ditempatkan ke daerah yang memerlukan untuk jangka waktu tertentu
(antara 2 sampai 5 tahun sesuai dengan tingkat kesulitan daerah penempatan) melalui Inpres
No. 5 Tahun 1974.Dalam perkembangan selanjutnya,maka ditetapkan Undang-Undang No.13
Tahun 2003 tentang Ketenaga-kerjaan yang mencabut Undang-Undang No. 8 Tahun 1961
tentang Wajib Kerja Sarjana. Sebagai tindak lanjut dari Undang-Undang tersebut,
ditetapkanlah Peraturan Menkes No. 1540/Menkes/ Per/XII/2002 tentang Penempatan
Tenaga Medis Melalui Masa Bakti dan Cara Lain. Dengan kebijakan ini, program dokter dan
dokter gigi PTT yang semula bersifat wajib menjadi sukarela. Disatu sisi, kebijakan tersebut
di atas mencerminkan penghargaan pemerintah terhadap Hak Asasi Manusia para tenaga
kesehatan. Namun disisi lain, Hak Asasi Manusia bagi rakyat terutama di daerah tertinggal,
perbatasan, kepulauan dan daerah-daerah yang tidak diminati menjadi terabaikan. Hal ini
bertentangan dengan UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan pasal 4 yang menyatakan
bahwa setiap orang berhak atas kesehatan dan pasal 5 yang menyatakan setiap orang
mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber daya di bidang kesehatan.
Tenaga kesehatan dapat didayagunakan di:
1. Instansi pemerintah baik pusat maupun daerah termasuk TNI dan POLRI,
2. Sektor pelayanan kesehatan swasta,
3. Sektornon pelayanan kesehatan termasuk industri, pendidikan dan penelitian baik
pemerintah maupun swasta, dan di luar negeri sebagai Tenaga Kerja Kesehatan Indonesia
(TKKI).

Tenaga kesehatan yang didayagunakan di instansi pemerintah,utamanya di sektor


kesehatan dapat diangkat melalui:
1. formasi PNS baik pusat maupun daerah;
2. Pegawai Tidak Tetap (PTT) pusat maupun daerah;
3. penugasan khusus baik residen maupun tenaga D3-Kesehatan, terutama untuk daerah
terpencil, perbatasan, dan kepulauan (DTPK)

E.   Isue Straktegis SDM Kesehatan


Memiliki perkembangan tenaga kesehatan sebagaimana telah diuraikan diatas, dengan
ini dan ke depan masih dihadapi isu strategis atau masalah pokok dalam pengembangan
tenaga kesehatan sebagai berikut:
1.         Pengembangan tenaga kesehatan belum dapat memenuhi kebutuhan tenaga kesehatan
untuk pelayanan/pembangunan kesehatan. Tenaga kesehatan terus membaik dalam jumlah,
kualitas dan penyebarannya, namun masih belum mampu memenuhi kebutuhan pelayanan
kesehatan di seluruh wilayah terutama pada daerah tertinggal, terpencil, perbatasan dan
kepulauan.Mutu tenaga kesehatan belum memiliki daya saing dalam memenuhi permintaan
tenaga kesehatan dari luar negeri
2.         Regulasi untuk mendukung upaya pengembangan tenaga kesehatan masih terbatas
3.         Perencanaan kebutuhan tenaga kesehatan masih perlu ditingkatkan dan belum
didukung dengan sistem informasi tenaga kesehatan yang memadai. Rencana kebutuhan
tenaga kesehatan yang menyeluruh belum disusun sesuai yang diharapkan, sehingga belum
sepenuhnya dapat dipergunakan sebagai acuan dalam pengadaan/pendidikan tenaga
kesehatan, pendayagunaan tenaga kesehatan, serta pembinaan dan pengawasan mutu tenaga
kesehatan.
4.         Masih kurang serasinya antara kebutuhan dan pengadaan/pendidikan berbagai jenis
tenaga kesehatan. Kajian jenis tenaga kesehatan yang dibutuhkan tersebut belum dilakukan
sebagaimana mestinya. Kualitas hasil pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan pada
umumnya masih kurang memadai. Masih banyak institusi pendidikan tenaga kesehatan yang
belum terakreditasi dan memenuhi standard. Hal ini akan berdampak terhadap kompetensi
dan kualitas lulusan tenaga kesehatan. Masih banyak institusi pendidikan tenaga kesehatan
yang belum terakreditasi dan memenuhi standard. Hal ini akan berdampak terhadap
kompetensi dan kualitas lulusan tenaga kesehatan.Permasalahan pendidikan tenaga kesehatan
pada umumnya bersifat sistemik, antara lain terdapat ketidaksesuaian kompetensi lulusan
pendidikan dengan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan masyarakat, lemahnya kerjasama
antara pelaku dalam pembangunan kesehatan dan pendidikan tenaga kesehatan, lebih
dominannya pendidikan tenaga kesehatan yang berorientasi ke Rumah Sakit dibandingkan
dengan Primary Health Care.
5.         Dalam pendayagunaan tenaga kesehatan, pemerataan dan pemanfaatan tenaga
kesehatan yang berkualitas masih kurang, utamanya di daerah tertinggal, terpencil,
perbatasan, kepulauan dan daerah yang kurang diminati. Hal ini disebabkan oleh disparitas
sosial ekonomi, budaya maupun kebijakan pemerintah daerah termasuk kondisi geografis
antar daerah mengurangi minat tenaga kesehatan untuk ditempatkan di daerah tersebut. Selain
itu pengembangan dan pelaksanaan pola pengembangan karir, sistem penghargaan dan sanksi
belum dilaksanakan sesuai yag diharapkan. Pengembangan profesi yang berkelanjutan
(Continue Professional Development= CPD), serta Training Need Assesment (TNA) masih
perlu dikembangkan.
6.         Pembinaan dan pengawasan mutu tenaga kesehatan masih belum dapat dilaksanakan
sebagaimana yang diharapkan. Registrasi dan sertifikasi tenaga kesehatan masih terbatas
pada tenaga dokter dan dokter gigi. Sosialisasi dan penerapan peraturan perundang-
perundangan di bidang pengembangan tenaga kesehatan belum dilaksanakan secara
memadai.
7.         Sumber daya pendukung pengembangan dan pemberdayaan tenaga kesehatan masih
terbatas. Sistem informasi tenaga kesehatan belum sepenuhnya dapat menyediakan data yang
akurat, terpercaya dan tepat waktu.Dukungan sumber daya pembiayaan dan lain-lain sumber
daya belum memadai.
Dalam upaya menjawab isu strategis atau masalah pokok dalam pengembangan tenaga
kesehatan, Indonesia memiliki beberapa modal dasar antara lain:
1.         Telah disahkannya beberapa aturan perundang-undangan terkait tenaga kesehatan.
2.         Ikut sertanya Indonesia dalam meratifikasi aturan-aturan di tingkat Internasional
terkait tenaga kesehatan seperti ‘International Code of Practice’
3.         Mulai terbangunnya komitmen diantara pemangku kepentingan terkait pengembangan
tenaga kesehatan seperti terbentuknya Tim Koordinasi dan Fasilitasi Pengembangan Tenaga
Kesehatan.
4.         Kepercayaan dunia Internasional semakin meningkatterhadap kualitas tenaga
kesehatan Indonesia. Hal ini ditandai dengan semakin banyaknya permintaan tenaga
kesehatan Indonesia untuk bekerja diluar negeri.
BAB III
PENUTUP

A.      KESIMPULAN
1.    Tenaga kesehatan adalah orang yang mengabdikan dirinya dibidang kesehatan yang
memiliki pengetahuan atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan.
2.    perencanaan kesehatan adalah strategi untuk memenuhi komponen yang dibutuhkan
berdasarkan keterampilan, pengetahuan serta perilaku sumber daya manusia.
3.    pendidikan dan pelatihan Sumber daya manusia bertujuan untuk memperbaiki, mengatasi
kekurangan dalam pelaksanaan pekerjaan agar sesuai dengan iptek meliputi 3 aspek
yaitu Knowledge, Ability dan Skill.
4.    pendayagunaan Sumber daya manusia kesehatan di instansi pemerintah,utamanya di sektor
kesehatan dapat diangkat melalui formasi PNS baik pusat maupun daerah, Pegawai Tidak
Tetap (PTT) pusat maupun daerah dan penugasan khusus baik residen maupun tenaga D3-
Kesehatan, terutama untuk daerah terpencil, perbatasan, dan kepulauan (DTPK).
5.    salah satu Isu startegi atau masalah pokok dalam pengembangan tenaga kesehatan yaitu
Perencanaan kebutuhan tenaga kesehatan masih perlu ditingkatkan karena belum dapat
memenuhi kebutuhan tenaga kesehatan untuk pelayanan/pembangunan kesehatan.

B.       SARAN
Semoga dengan adanya makalah ini dapat menambah wawasan para pembaca secara
umum, saran dan kritikan yang bersifat membangun sangat penulis harapkan untuk pernaikan
makalah selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Departement Bakti Husada, 2011, Jurnal Kesehatan,' Rencana Pengembangan Tenaga Kesehatan
Tahun 2011-2025', Jakarta, Hal 17-19.
Kemenkes RI, 2015, Jurnal Kesehatan, 'Rencana Aksi Kegiatan Pusata Pendidikan dan Pelatihan
Tenaga Kesehatan Tahun 2015-2019', Jakarta.
Kurniati, A, Efendi, F, 2012, Kajian SDM Kesehatan di Indonesia, Selemba Medika, Jakarta Selatan,
Hal 3-5.
Puji Lestari, S, 2008, 'Gambaran Perencanaan Kebutuhan Tenaga Dokter Umum dan Dokter Gigi
Puskesmas serta Analisis Perhitungannya dengan Metode WISN di Kota Bekasi Tahun 2008',
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Jakarta.
Tags:
Kesmas

 Facebook
 Twitter



LEBIH BARU

Soal pilihan ganda dan essai epidemiologi

LEBIH LAMA
Pesan Verbal dalam Komunikasi Kesehatan

ANDA MUNGKIN MENYUKAI POSTINGAN INI

KESMAS

Proposan Penelitian GAMBARAN TENTANG DIMENSI MUTU PELAYANAN


PADA UNIT RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM ANUTAPURA TAHUN
2019

February 16, 2020


KESMAS

Soal Dan Jawaban Epidemiologi Lengkap

February 16, 2020


KESMAS

Pilihan ganda dan essai epidemiologi

February 16, 2020

POSTING KOMENTAR

0 Komentar

SOCIAL PLUGIN



Anda mungkin juga menyukai