Sumber Daya Manusia Kesehatan (SDMK) merupakan salah satu subsistem penting bagi
pembangunan kesehatan di Indonesia dan termasuk ke dalam Sistem Kesehatan Nasional
(SKN) yang berperan sebagai pelaksana upaya kesehatan, mendukung pencapaian cakupan kesehatan menyeluruh atau Universal Health Coverage (UHC) dan diabadikan dalam Substainable Development Goals (SDGs). Dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 33 Tahun 2015 tentang Pedoman Penyusunan Perencanaan Kebutuhan SDMK menjelaskan bahwa Sumber Daya Manusia Kesehatan (SDMK) adalah seseorang yang bekerja secara aktif di sektor kesehatan, baik yang memiliki pendidikan formal kesehatan maupun tidak, yang pada jenis tertentu membutuhkan kewenangan dalam melakukan upaya kesehatan. Sumber daya manusia kesehatan erat hubungannya dengan organisasi kesehatan dalam menjalankan fungsinya. Menurut World Health Organization/WHO (2016), Sistem kesehatan hanya dapat berfungsi dengan adanya sumber daya manusia kesehatan yang mampu meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan dan mewujudkan hak bagi seluruh masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan tertinggi sesuai dengan standar kesehatan. Pencapaian tersebut bergantung pada ketersediaan, aksesibilitas, akseptabilitas, dan kualitas yang ada. (https://www.researchgate.net/publication/357684601_Analisis_Manajemen_Sumber_D aya_Manusia_Kesehatan_Terhadap_Kualitas_Pelayanan_Kesehatan_di_Indonesia_An alysis_of_Health_Human_Resources_Management_on_The_Quality_of_Health_Service s_In_Indonesia) Salah satu aspek penting dalam pembangunan kesehatan di Indonesia adalah tersedianya sumber daya manusia (SDM) tenaga kesehatan. Sumber daya manusia kesehatan (SDM Kesehatan) merupakan tatanan yang menghimpun berbagai upaya perencanaan. Pendidikan, dan pelatihan, serta pendayagunaan tenaga kesehatan secara terpadu dan saling mendukung guna mencapai derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginya. Tenaga kesehatan adalah semua orang yang bekerja secara aktif dan profesional di bidang kesehatan, berpendidikan formal kesehatan atau tidak, yang untuk jenis tertentu memerlukan upaya kesehatan. Peranan dokter, dokter gigi, perawat dan bidan dalam upaya kesehatan yang meliputi promotif,preventif,kuratif dan rehabilitatif adalah sangat penting. Tenaga kesehatan harus mampu mengajak, memotivasi dan memberdayakan masyarakat, mampu melibatkan kerjasama lintas sektoral, mampu mengelola system pelayanan kesehatan yang efisien dan efektif, mampu menjadi pemimpin, pelopor, pembinaan dan teladan hidup sehat. (Modul SDMKes). Berdasarkan World Health Organization ( WHO ), Sumber Daya Manusia Kesehatan adalah semua orang yang kegiatan pokoknya ditujukan untuk meningkatkan kesehatan. Mereka terdiri atas orang – orang yang memberikan pelayanan kesehatan seperti dokter, perawat, apoteker, manajemen, serta tenaga dukungan seperti bagian keuangan, sopir ambulance, dsb. Definisi lain dari tenaga kesehatan ini ialah setiap orang yang mengabdikan diri dalam kesehatan, serta memiliki pengetahuan dan keterampilan di bidang melalui pendidikan dibidang keehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan keweangan untuk melakukan upaya dibidang kesehatan. Ditetapkan bahwa tenaga kesehatan terdiri atas tenaga medis (dokter dan dokter gigi), tenaga keperawatan (perawat dan bidan), tenaga kefarmasian (apoteker, analisis, farmasi dan anlisis apoteker ), tenaga kesehatan masyarakat (epidemiolog kesehatan, enthomolog kesehatan, penyuluh kesehatan , mikrobiolog kesehatan, administrator kesehatan dan sanitarian), tenaga gizi (nutrisionis dan defisionis), tenaga keterapian (fisioterapi) serta tenaga ketekhnisian medis (tekhnisi gigi, radiographer, dll). (Modul SDMKes). SDM kesehatan menurut SKN tahun 2009 adalah tenaga kesehatan profesi termasuk tenaga kesehatan strategis, dan tenaga kesehatan non – profesi , serta tenaga pendukung atau penunjang kesehatan , yang ter;libat dan bekerja serta mengabdikan dirinya dalam upaya dan manajemen kesehatan. Unsur – unsur Sumber Daya Manusia Kesehatan meliputi SDM kesehatan itu sendiri, sumber daya pengembangan dan pembertdayaan SDM kesehatan, serta penyelenggaraan pengembangan dan pemberdayaan SDM kesehatan. Beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa tenaga kesehatan adalah setiap orang yang memperoleh pendidikan baik formal maupun non formal yang mendedikasikan diri dalam berabagai upaya yang bertujuan mencegah, mempertahankan, serta meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. (Modul SDMKes). Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJP-N) 2005 - 2025, menyatakan bahwa dalam mewujudkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan berdaya saing, maka kesehatan bersama-sama dengan pendidikan dan peningkatan daya beli keluarga/masyarakat adalah tiga pilar utama untuk meningkatkan kualitas SDM dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia. RPJP-N menyatakan pula bahwa pembangunan nasional di bidang kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan yang setinggitingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan didasarkan kepada perikemanusiaan, pemberdayaan dan kemandirian, adil dan merata, serta pengutamaan dan manfaat dengan perhatian khusus kepada penduduk rentan, antara lain ibu, bayi, anak, manusia usia lanjut dan keluarga miskin. Dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, juga diperhatikan dinamika kependudukan, epidemiologi penyakit, perubahan ekologi dan lingkungan, kemajuan IPTEK, serta globalisasi dan demokratisasi dengan semangat kemitraan dan kerjasama lintas sektoral. (Modul SDMKes). Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM) Kesehatan merupakan bidang yang relatif baru di negara dunia selatan. Walaupun SDM kesehatan ini memiliki keterkaitan dengan manajemen SDM secara umum, namun terdapat beberapa kompetensi khusus yang diperlukan di dalamnya. Beberapa istilah umum yang sering kita dengar di antaranya “tenaga kesehatan”, “personel kesehatan”, atau “staf puskesmas/rumah sakit” yang merupakan penggerak atau motor utama dalam suatu organisasi atau institusi. Oleh karena itu, wajar jika lebih banyak alokasi budget yang diarahkan pada SDM jika dibandingkan dengan alokasi pada kebutuhan lainnya. SDM dapat menjadi subjek maupun objek dalam organisasi ataupun institusi. Sebagai subjek, SDM terlibat dalam perencanaan, implementasi sampai dengan monitoring- evaluasi. Sementara itu, sebagai sasaran atau objek, manusia berada di dalam suatu sistem yang menjadi target program. (Kajian SDMkes) Terdapat banyak sekali definisi dari manajemen SDM, jika merujuk pada Kamus Besar Bahasa Indonesia istilah ini didefinisikan sebagai manajemen yang menyangkut pengerahan dan seleksi karyawan, uraian tugas, pendidikan, pelatihan, dan pengembangannya, hubungan majikan dengan karyawannya, dan sebagainya (Kemdiknas, 2008). Mathis R.L. dan Jackson J.H. (2008) berpendapat lain, menurutnya manajemen SDM adalah desain sistem manajemen untuk memastikan bahwa bakat manusia digunakan secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan organisasi. Lehman U. (2010) menyatakan bahwa SDM meliputi pekerjaan, retensi, penggantian, dukungan, dan pengembangan staf. Pekerjaan yang dimaksud meliputi: 1. analisis kerja; 2. deskripsi kerja; 3. rekrutmen dan seleksi; 4. mengelola catatan staf dan database; 5. distribusi staf. Retensi dan penggantian meliputi: 1. jenjang karier. 2. promosi. 3. keluhan dan prosedur pemberhentian. 4. kondisi lingkungan tempat kerja. 5. insentif sistem penghargaan. Dukungan meliputi: 1. mentoring; 2. supervisi; 3. komunikasi dan konsultasi; 4. hubungan majikan-buruh dan perwakilan bersama. Pengembangan termasuk: 1. review kinerja individu; 2. pelatihan. (Kajian SDMkes) Manajemen SDM kesehatan sendiri dapat didefinisikan sebagai penggunaan fungsi-fungsi manajemen dalam mengelola SDM kesehatan. Manajemen SDM kesehatan memiliki keunikan tersendiri, tenaga kesehatan sangatlah besar, beragam dan terdiri atas pekerjaan terpisah yang sering tercermin dari asosiasi profesi tersebut. Ikatan Dokter Indonesia (IDI), misalnya di dalam profesi inipun masih banyak lagi subkelompok spesialis yang berjuang atas nama organisasi profesi, sama halnya dengan profesi lain, terdapat kecenderungan untuk membentuk suatu ikatan atau aliansi. Jumlah dari kelompok-kelompok seminat ini pun diprediksi akan semakin bertambah. (Kajian SDMkes) Subsistem sumber daya manusia kesehatan tercantum di dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 72 Tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan Nasional yang menjelaskan sumber daya manusia kesehatan sebagai kelompok tenaga kesehatan strategis yang memiliki keahlian dan kualifikasi yang sesuai di bidangnya misalnya tenaga medis, tenaga kefarmasian, tenaga keperawatan dan kebidanan, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga kesehatan lingkungan, tenaga gizi, dan tenaga keterapian fisik. Sumber daya manusia kesehatan juga terdiri dari berbagai jenis tenaga kesehatan baik klinik dan nonklinik yang berwenang melakukan upaya medis dan intervensi kesehatan masyarakat (Salamate, G, dkk, 2014). Peran dari sumber daya manusia kesehatan adalah sebagai penggerak upaya kesehatan yang dapat mendukung penyelenggaraan pembangunan kesehatan untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Pemerintah dan pemerintah daerah kaitannya dengan sumber daya manusia Kesehatan yaitu bertanggung jawab dalam memastikan ketersediaan dan pemerataan tenaga kesehatan guna pemenuhan hak masyarakat agar mendapatkan pelayanan kesehatan yang aman, berkualitas, dan terjangkau. Namun pada penerapannya masih terdapat tantangan bagi sumber daya manusia kesehatan di Indonesia. Permasalahan seperti gaji dan insentif rendah, motivasi dan kualitas tenaga kesehatan rendah, distribusi tenaga kesehatan yang tidak merata sehingga kekurangan sumber daya kesehatan yang berkompeten di beberapa wilayah, serta kinerja dan akuntabilitas tenaga kesehatan yang buruk akan berpengaruh terhadap perencanaan, pemberian pelayanan kesehatan dalam sistem kesehatan nasional, dan pengembangan sektor kesehatan di Indonesia. Padahal ketersediaan sumber daya manusia kesehatan berdasar jenis, kualitas, serta pendistribusian yang adil dan merata sangat penting perannya dalam membangun ketahanan masyarakat dan system kesehatan agar mampu menghadapi tantangan kesehatan seperti bencana kesehatan akibat alam ataupun bahaya buatan manusia, serta risiko lingkungan yang dapat menimbulkan penyakit. Manajemen sumber daya manusia kesehatan juga menjadi seperangkat kebijakan yang berkaitan dengan landasan ideologis dan filosofis dari organisasi, yang akan mendukung dan mengoordinasikan layanan yang disediakan oleh organisasi kesehatan baik berupa fungsi ataupun aktivitas keperawatan dan pelayanan kesehatan. Dasar manajemen sumber daya manusia kesehatan pada pemerintah daerah provinsi adalah dokumen perencanaan ketersediaan dan kebutuhan sumber daya manusia kesehatan yang telah ditetapkan oleh Gubernur, untuk kemudian disampaikan kepada Menteri Kesehatan. Dalam lingkup Sistem Kesehatan Nasional (SKN) pada Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 72 Tahun 2012, manajemen sumber daya manusia kesehatan difokuskan pada upaya untuk menjamin ketersediaan, pendisribusian, dan peningkatan kualitas sumber daya manusia kesehatan melalui upaya pengembangan dan pemberdayaan sumber daya manusia kesehatan seperti perencanaan kebutuhan dan program sumber daya manusia yang diperlukan, pengadaan yang berhubungan dengan pendidikan dan pelatihan bagi tenaga kesehatan, serta pendayaangunaan sumber daya manusia kesehatan termasuk kesejahteraan, pembinaan, dan pengawasan kualitas sumber daya manusia. (https://www.researchgate.net/publication/ 357684601_Analisis_Manajemen_Sumber_Daya_Manusia_Kesehatan_Terhadap_Kuali tas_Pelayanan_Kesehatan_di_Indonesia_Analysis_of_Health_Human_Resources_Mana gement_on_The_Quality_of_Health_Services_In_Indonesia) Subsistem SDM Kesehatan terdiri dari tiga unsur utama, yakni perencanan, pendidikan dan pelatihan, serta pendayagunaan tenaga kesehatan. 1. Perencanaan tenaga kesehatan adalah upaya penetapan jenis, jumlah, dan kualifikasi tenaga kesehatan sesuai dengan kebutuhan pembangunan kesehatan. 2. Pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan adalah upaya pengadaan tenaga kesehatan sesuai dengan jenis, jumlah dan kualifikasi yang telah direncanakan serta peningkatan kemampuan sesuai dengan kebutuhan pembangunan kesehatan. 3. Pendayagunaan tenaga kesehatan adalah upaya pemerataan peraniaitan pembinaan, dan pengawasan tenaga kesehatan. Penyelenggaraan subsistem SDM Kesehatan mengacu pada prinsip-prinsip sebagai berikut : 1. Pengadaan tenaga kesehatan, yakni yang mencakup jumlah, jenis dan kualifikasi tenaga kesehatan di sesuaikan dengan kebutuhan pembangunan kesehatan serta dinamika pasar di dalam maupun di luar negeri. 2. Pendayagunaan tenaga kesehatan memperhatikan asas pemerataan pelayanan kesehatan serta kesejahteraan dan keadilan bagi tenaga kesehatan. 3. Pembinaan tenaga kesehatan diarahkan pada penguasaan ilmu dan teknologi serta pembentukan moral dan akhlak sesuai dengan ajaran agama dan etika profesi yang diselenggarakan secara berkelanjutan 4. Pengembangan karir dilaksanakan secara objektif, transparan, berdasarkan prestasi kerja, dan disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan kesehatan secara nasional. (Modul SDMKes). Wekadigunawan SP. 2020. Modul Perencanaan dan Evaluasi Kesehatan- Konsep Perencanaan Sumber Daya pada Kegiatan/ Program Kesehatan Perencanaan tenaga kesehatan diatur melalui Peraturan Pemerintah (PP) No. 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan. Dalam Peraturan Pemerintah ini dinyatakan antara lain bahwa pengadaan dan penempatan tenaga kesehatan dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan tenaga kesehatan yang merata bagi masyarakat. Perencanaan nasional tenaga kesehatan disusun dengan memperhatikan jenis pelayanan yang dibutuhkan, sarana kesehatan, serta jenis dan jumlah yang sesuai. Perencanaan nasional tenaga kesehatan ditetapkan oleh Menteri Kesehatan (Bappenas, 2009). Metode penyusunan rencana kebutuhan SDM kesehatan telah ditetapkan melalui Kepmenkes No. 81/MENKES/SK/I/2004 tentang Pedoman Penyusunan Perencanaan SDM Kesehatan di Tingkat Provinsi, Kabupaten/kota serta rumah sakit, yang juga merupakan turunan dari PP di atas. Metode-metode dasar dalam penyusunan rencana SDM kesehatan di antaranya: (Kajian SDMkes) 1. Penyusunan kebutuhan SDM kesehatan berdasarkan keperluan kesehatan (health need method). Dalam cara ini dimulai dengan ditetapkannya keperluan (need) menurut golongan umur, jenis kelamin, dan lain-lain. Selanjutnya dibuat proyeksi penduduk untuk tahun sasaran menurut kelompok penduduk yang ditetapkan; diperhitungkan keperluan upaya kesehatan untuk tiap-tiap kelompok penduduk pada tahun sasaran. (Kajian SDMkes) 2. Penyusunan kebutuhan tenaga kesehatan berdasarkan kebutuhan kesehatan (Health services demand method). Dalam cara ini dimulai dengan ditetapkannya kebutuhan (demand) upaya atau pelayanan kesehatan untuk kelompok-kelompok penduduk menurut golongan umur, jenis kelamin, tingkat ekonomi, pendidikan, lokasi, dan lain-lainnya. Selanjutnya dibuat proyeksi penduduk untuk tahun sasaran menurut kelompok penduduk yang ditetapkan; diperhitungkan kebutuhan pelayanan kesehatan untuk tiaptiap kelompok penduduk tersebut pada tahun sasaran. Selanjutnya untuk memperoleh perkiraan kebutuhan jumlah dari jenis tenaga kesehatan tersebut diperoleh dengan membagi jumlah keseluruhan pelayanan kesehatan pada tahun sasaran dengan kemampuan jenis tenaga tersebut untuk melaksanakan pelayanan kesehatan termaksud pada tahun sasaran. (Kajian SDMkes) 3. Penyusunan kebutuhan tenaga kesehatan berdasarkan sasaran upaya kesehatan yang ditetapkan (Health Service Targets Method). Dalam cara ini dimulai dengan menetapkan berbagai sasaran upaya atau memperoleh perkiraan kebutuhan jumlah dari jenis tenaga kesehatan tertentu diperoleh dengan membagi keseluruhan upaya atau pelayanan kesehatan tahun sasaran dengan kemampuan jenis tenaga tersebut untuk melaksanakan upaya atau pelayanan kesehatan termaksud pada tahun sasaran. (Kajian SDMkes) 4. Penyusunan kebutuhan SDM kesehatan berdasarkan rasio terhadap sesuatu Nilai (Ratio Method). Pertama-tama ditentukan atau diperkirakan rasio dari tenaga terhadap suatu nilai tertentu, misalnya jumlah penduduk, tempat tidur rumah sakit, puskesmas, dan lainnya. Selanjutnya nilai tersebut diproyeksikan ke dalam sasaran. Perkiraan kebutuhan jumlah dari jenis tenaga kesehatan tertentu diperoleh dari membagi nilai yang diproyeksikan termasuk dengan rasio yang ditentukan. (Kajian SDMkes) Metode lain yang merupakan pengembangan dari ke-4 model tersebut, adalah sebagai berikut. 1. Authorized Staffing List (Daftar Susunan Pegawai atau DSP). DSP ini dikembangkan oleh Kementerian Kesehatan dengan memperhitungkan beban kerja. 2. Work Load Indicator Staff Need (WISN) atau Indikator Kebutuhan tenaga berdasarkan beban kerja sehingga alokasi/relokasi akan lebih mudah dan rasional. 3. Skenario/proyeksi dari WHO. Metode ini bisa dilakukan dengan membuat proyeksi ke depan mengenai sarana pelayanan kesehatan (rumah sakit dan puskesmas) atau bisa juga dengan menggunakan proyeksi program pembangunan kesehatan. Dengan pendekatan ini, kita diminta untuk membuat beberapa alternatif/skenario kemungkinan tentang sistem pelayanan kesehatan di masa depan yang mungkin terjadi. Setelah itu membuat berbagai gambaran keadaan masa depan di bidang kesehatan yang mungkin terjadi, kita akan bisa mengetahui kebutuhan SDM kesehatan untuk masing-masing skenario tersebut. Dengan memakai perencanaan skenario, kita akan dapat menunjukkan konsekuensi yang terjadi apabila kita memilih suatu kebijakan atau tindakan. Dengan memahami berbagai skenario yang mungkin terjadi di masa depan, kita akan dapat membuat proyeksi kebutuhan SDM di masa yang akan datang. (Kajian SDMkes) Kurniati, Anna & Efendi, Ferry. (2012). Kajian Sumber Daya Manusia Kesehatan di Indonesia. 10.13140/RG.2.1.1440.6804. Terdapat faktor-faktor penting dalam manajemen sumber daya manusia kesehatan diantaranya (Salamate, G, 2014 dan Lestari, T, 2018): 1. Perencanaan dan analisis sumber daya manusia, guna prediksi atau proyeksi ketersediaan dan tuntutan tenaga kesehatan di masa depan. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 33 Tahun 2015, perencanaan kebutuhan sumber daya manusia kesehatan untuk proyeksi kebutuhan pada masingmasing tingkatan pemerintah dalam hal jumlah, kualitas, kualifikasi, dan distribusinya dilakukan melalui dua metode yaitu pendekatan Analisis Beban Kerja (ABK) dan standar ketenagaan minimal, serta perhitungan data tenaga kesehatan disesuaikan dengan penduduk pada suatu wilayah. Pada dasarnya, perencanaan dan analisis tercakup didalamnya proses pencatatan dan pelaporan untuk mengetahui kondisi kebutuhan dan ketersediaan organisasi kesehatan baik dalam hal kekurangan SDM, pelatihan, penempatan, ataupun upah pegawai. Perencanaan dan analisis sumber daya manusia kesehatan haruslah diperhatikan karena masih menjadi tantangan di Indonesia seperti masalah maldistribusi dan kekurangan tenaga kesehatan yang berkompeten; 2. Kesetaraan kesempatan kerja, berupa hukum dan peraturan atau SOP kerja yang jelas dapat mempengaruhi kegiatan dan manajemen sumber daya manusia. Dengan adanya aturan yang jelas segala koordinasi kerja antar pegawai akan terintegrasi sesuai tugas (job specification dan job description), fungsi dan kewenangannya masing-masing sehingga mendukung efektivitas kerja organisasi dan antar satu pegawai dengan pegawai lainnya; 3. Pengangkatan pegawai, guna mengisi kekosongan jabatan atau pekerjaan yang memadai untuk diisi oleh pegawai yang berkualifikasi. Pengangkatan tersebut disesuaikan dengan permintaan kebutuhan (analisis jabatan) baik berasal dari pegawai yang ada di dalam organisasi kesehatan atau perekrutan internal berupa mutasi atau perpindahan melalui penawaran atau penempatan, promosi kenaikan jabatan, rekomendasi pekerja lama, dan lain sebagainya. Dapat juga perekrutan diambil dari luar organisasi kesehatan atau perekrutan eksternal yang dilakukan oleh pencari kerja. Pemenuhan sumber daya manusia dilakukan melalui beberapa tahapan: a. Lowongan atau rekrutmen pegawai untuk memenuhi kebutuhan sumber daya manusia kesehatan di unit kerja institusi kesehatan, b. Seleksi, yaitu tahapan setelah pelamar yang memenuhi kriteria terkumpul, dan akan ada penjaringan sumber daya manusia yang berkualifikasi untuk mengisi jabatan tertentu dan mampu melakukan pekerjaan yang harus dikerjakan di organisasi kesehatan, c. Wawancara, yaitu tahapan setelah dilakukannya seleksi, serta ada tahapan lainnya yang masing-masing organisasi memiliki standar yang berbeda-beda; 4. Pengembangan sumber daya manusia, baik sejak orientasi atau sosialisasi karyawan baru sampai menjadi pekerja senior melalui pelatihan atau diklat pekerja. Pelatihan yang diberikan tentunya disesuaikan dengan kebidangannya melalui pemberian kesempatan mengambil keprofesian atau jenjang pendidikan yang lebih tinggi, sertifikasi keahlian, seminar atau konseling, dan sebagainya. Peningkatan pengetahuan dan keterampilan baru dilakukan guna meningkatkan kualitas, kompetensi, keahlian, serta produktivitas pekerja (menunjang karir) sehingga mampu untuk memberikan pelayanan kesehatan prima atau pelayanan kesehatan terbaik yang akan berpengaruh pada kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan oleh organisasi kesehatan dan kemampuan atas tanggung jawab kerja di masa mendatang. Namun, upaya pengembangan sumber daya manusia kesehatan di Indonesia masih belum optimal karena anggaran yang diberikan masih minim; 5. Kompensasi dan tunjangan, berupa reward atas kinerja pekerjaan dengan memberikan upah atau gaji, insentif, dan tunjangan. Alangkah baiknya, kompensasi diberikan oleh organisasi bagi tenaga kesehatan yang telah melakukan pekerjaannya dengan baik dan optimal secara layak dan adil sehingga akan mendorong semangat dari sumber daya manusia kesehatan untuk bekerja dengan sebaik mungkin; 6. Kesehatan, keselamatan, dan keamanan sumber daya manusia, merupakan fokus yang perlu diperhatikan organisasi baik secara fisik ataupun psikis. Pemeliharaan sumber daya manusia kesehatan dapat berupa tersedianya fasilitas kerja yang lengkap untuk menunjang kerja pegawai, penilaian atau evaluasi prestasi kerja sebagai umpan balik terhadap kinerja pegawai berupa kelebihan, kekurangan, potensi, dan sebagainya, guna menentukan perencanaan kedepannya, serta mendapatkan perhatian lebih dari atasan agar meningkatkan dan mempertahankan semangat, sikap, stamina pekerja, serta loyalitas tenaga kesehatan terhadap organisasi. Pemeliharaan menjadi penting karena jika semangat dan prestasi kerja pegawai menurun akan berimplikasi pada menurunnya sikap dan loyalitas pegawai terhadap organisasi, yang dapat menyebabkan karyawan mangkir dari tanggung jawabnya ataupun tidak memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik bagi pelanggan; 7. Hubungan karyawan dan manajemen dilakukan secara efektif guna mencapai tujuan organisasi bersama. Manajemen sumber daya manusia kesehatan adalah kunci dari suksesnya suatu organisasi karena mampu meningkatkan kinerja organisasi dengan memastikan fungsi dan kegiatan pegawai mendukung organisasi kesehatan yang poin utamanya yakni produktivitas, pelayanan prima, dan kualitas atau mutu pelayanan yang diberikan. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 33 Tahun 2015, terdapat tiga kriteria perhitungan kesenjangan ketersediaan dan kebutuhan sumber daya manusia kesehatan pada fasilitas pelayanan kesehatan dengan menggunakan ABK Kesehatan diantaranya: a. Bila jumlah SDMK saat ini kekurangan, maka menunjukkan kualitas pekerjaan yang turun karena kapasitas produksi melebihi dari beban kerja yang seharusnya, b. Bila jumlah SDMK saat ini berlebih, menunjukkan banyak waktu yang longgar atau tidak produktif pada pekerja, yang dapat menurunkan kualitas pekerjaan karena kapasitas produksi lebih rendah dari pada beban kerja yang seharusnya, c. Bila jumlah SDMK saat ini sesuai, menunjukkan pekerjaan yang normal, tidak ada tekanan pekerjaan dan waktu yang longgar karena kapasitas produksi sesuai dengan beban kerja yang dikerjakan sehingga kualitas pekerjaan baik. Febrianti, Icha. (2022). Analisis Manajemen Sumber Daya Manusia Kesehatan Terhadap Kualitas Pelayanan Kesehatan di Indonesia (Analysis of Health Human Resources Management on The Quality of Health Services In Indonesia). 10.13140/RG.2.2.23742.82242.