Anda di halaman 1dari 29

Issue Kesehatan Lingkungan Kinerja Pelayanan Kesehatan yang Rendah

NAMA : HERLINA SAFITRI


NIM :PO7124318039
MK : KESEHATAN MASYARAKAT
DOSEN PENGAMPU : RITA KAMALIA, SPD.,M.KEB

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu ukuran yang sering digunakan untuk membandingkan


keberhasilan pembangunan sumber daya manusia antar negara adalah
Human Development Index (HDI) atau Indeks Pembangunan Manusia
(IPM). Indeks tersebut merupakan indikator komposit yang terdiri dari:
indikator kesehatan (umur harapan hidup waktu lahir), pendidikan (angka
melek huruf dan sekolah) serta ekonomi (pengeluaran riil per kapita).
Selama ini IPM Indonesia selalu menempati rangking di atas 100,
tertinggal dibanding beberapa negara tetangga di ASEAN (anonim,2008)

Kesehatan merupakan investasi untuk mendukung pembangunan


ekonomi serta memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan
kemiskinan. Pembangunan kesehatan harus dipandang sebagai suatu
investasi untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Dalam
pengukuran Indeks Pembangunan Manusia (IPM), kesehatan adalah salah
satu komponen utama selain pendidikan dan pendapatan.Dalam Undang-
undang Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan ditetapkan bahwa
kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi.

Terwujudnya keadaan sehat adalah kehendak semua pihak.Tidak


hanya oleh orang per orang, tetapi juga oleh keluarga, kelompok dan
bahkan oleh masyarakat. Untuk dapat mewujudkan keadaan sehat tersebut
banyak hal yang perlu dilakukan. Salah satu diantaranya yang dinilai
mempunyai peranan yang penting adalah menyelenggarakan mutu
pelayanan medis yang baik. Untuk mewujudkan pelayanan medis yang
baik tersebut dalam meningkatkan kepuasan pasien dapat dilakukan oleh
beberapa faktor, antara lain yaitu koordinasi antar unit dan profesionalisme
petugas dalam pelayanan medis (kesehatan) masyarakat. Salah satu
fenomena mengenai pelayanan kesehatan di Indonesia yang sedang
mendapat perhatian adalah penilaian masyarakat terhadap pelayanan
kesehatan rumah sakit terhadap pasien jamkesmas. Kualitas pelayanan
kesehatan di rumah sakit, terutama rumah sakit negeri bagi pasien peserta
Jamkesmas masih sangat buruk. Pelayanan kesehatan rujukan belum
optimal dan belum memenuhi harapan masyarakat.

Masyarakat merasa kurang puas dengan mutu pelayanan rumah


sakit dan puskesmas karena lambatnya pelayanan, kesulitan administrasi
dan lamanya waktu tunggu. Perlindungan masyarakat di bidang obat dan
makanan masih rendah. Dalam era perdagangan bebas, kondisi kesehatan
masyarakat semakin rentan akibat meningkatnya kemungkinan konsumsi
obat dan makanan yang tidak memenuhi persyaratan mutu dan keamanan.
Sehubungan dengan hai ini pelayanan kesehatan harus diperbaiki secara
optimal dengan cara meningkatkan kualitas pelayanan yang terpercaya,
melayani secara cepat dan tepat serta tanggap terhadap keinginan
konsumen atau pasien, keramahan serta sopan santun,kemudian bersikap
tegas dan penuh perhatian terhadap pasien. Meningkatkan kebersihan
rumah sakit itu juga sangat penting bagi kenyamanan pasien,
mengupayakan efisiensi biaya operasional dan meningkatkan keterampilan
sumbar daya manusianya.

Kata Kunci : Mutu pelayanan medis, Koordinasi , Profesionalisme ,


Kepuasan Masyarakat (pasien).
B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian kinerja pelayanan kesehatan ?

2. Bagaimana issue kesehatan lingkungan terutama di bidang kinerja


pelayanan kesehatan yang masih rendah ?

3. Bagaimana upaya peningkatan pelayanan kesehatan ?

4. Apa saja faktor penyebab kinerja pelayanan kesehatan yang masih


rendah ?

C. Tujuan

1. Mengetahui kinerja pelayanan kesehatan

2. Mengetahui issue kesehatan lingkungan terutama di bidang kinerja


pelayanan kesehatan yang masih rendah

3. Mengetahui upaya peningkatan pelayanan kesehatan

4. Mengetahui faktor penyebab kinerja pelayanan kesehatan yang masih


rendah.

BAB II

PEMBAHASAN

Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur


kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia
sebagaimana diamanatkan dalam pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia tahun 1945. Guna mewujudkan cita-cita tersebut pemerintah
menetapkan tujuan pembangunan kesehatan di Indonesia yaitu untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang
agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya sebagai
perwujudan kesejahteraan umum (Anonim, 2012).

Rendahnya derajat kesehatan masyarakat di indonesia dibanding negara


lain menyebabkan pemerintah mengambil kebijakan-kebijakan pembangunan
untuk mendorong meningkatnya angka harapan hidup yang tentu saja akan
meningkatkan Indeks pembangunan manusia.Pembangunan masyarakat
menyangkut upaya terencana dan terarah untuk meningkatkan kemampuan dan
potensitas anggota masyarakat dengan memobilisasikan antusiasme mereka guna
berpartisipasi secara aktif dalam proses pengambilan keputusan yang menyangkut
dirinya.

Sejalan dengan pembangunan kesehatan yang sedang mendapat sorotan


tajam Iskandar, (2006) mengemukakan arah kebijakan pembangunan kesehatan
tersebut diimplementasikan mencangkup ,

1. Lingkungan sehat , perilaku sehat, dan pemberdayaan masyarakat,

2. upaya kesehatan,khususnya yang bersifat public goods berfokus pada


kesehatan kelompok resiko (bayi, balita, kelompok pekerja beresiko, usia
lanjut, serta pelayanan esensial untuk orang miskin),

3. perbaikan gizi masyarakat,

4. pembebasan biaya pengobatan pasien tidak mampu,

5. sumber daya kesehatan,

6. pemantauan obat,makanan dan bahan berbahaya,

7. pemberantasan penyakit menular dan surveilans epidemiologi serta


pengembangan sarana dan prasarana kesehatan masyarakat.
Pelayanan merupakan tuntutan yang sangat mendasar bagi manajemen
pemerintahan modern. Hal ini sesuai dengan pendapat Supriyatna (1999) bahwa
masyarakat yang semakin maju membutuhkan pelayanan yang cepat,dihitung
dengan nilai ekonomis dan menjamin adanya kepastian.Pelayanan publik dapat
dilihat sebagai usaha pemenuhan kebutuhan dan hak-hak dasar masyarakat.
Pelayanan marupakan proses pemenuhan kebutuhan melalui aktivitas orang lain
secara langsung. Pelayanan yang diperlukan manusia pada dasarnya dua jenis
yaitu layanan fisik yang sifatnya pribadi sebagai manusia dan layanan
administratif yang diberikan oleh orang lain selaku anggota organisasi,baik itu
organisasi masa lalu atau negara.

Agar pelayanan memuaskan orang atau kelompok orang lain yang dilayani
maka pelaku yang bertugas melayani harus memenuhi empat kriteria pokok
(Moenir dalam Kegiatan Penyusunan Rumah Sakit Sebagai Badan Layanan
Umum, 1992:4) yaitu :

1. Tingkah laku yang sopan.

2. Cara penyampaian sesuatu yang berkaitan dengan apa yang seharusnya


diterima oleh orang lain yang bersangkutan.

3. Waktu menyampaikan yang tepat.

4. Keramahtamahan.

A. Tinjauan Umum Kinerja Pelayanan Kesehatan

Kinerja menurut Moh. As’ad (1995) merupakan kesuksesan


seseorang dalam melaksanakan pekerjaannya atau bisa disebut prestasi
kerja. Menurut Paul Goodman kinerja adalah sesuatu yang dikenal luas,
sebagai output atau hasil kerja, jadi hasil kerja itulah sebagai kinerja.
Sedangkan Yaslis Ilyas (1999) menyatakan kinerja adalah penampilan
hasil kerja personal dalam suatu organisasi. Kinerja merupakan
penampilan individu maupun kelompok kerja personal yang memegang
jabatan fungsional atau struktural, tetapi juga kepada keseluruhan jajaran
personal di dalam sebuah organisasi.

Deskripsi tentang kinerja menyangkut tiga komponen penting yaitu


tujuan, ukuran dan penilaian. Tujuan akan memberikan arah dan pengaruh
bagaimana seharusnya perilaku kerja yang diharapkan organisasi terhadap
setiap personal. Walaupun demikian penentuan tujuan tidaklah cukup,
sebab itu dibutuhkan ukuran apakah seorang personal telah mencapai kerja
yang diharapkan. Olehnya itu kualitas dan kuantitas adalah merupakan
standar kinerja untuk setiap tugas dan jabatan personal, memegang peran
yang sangat penting.

Pelayanan kesehatan dinyatakan bermutu jika pelayanan kesehatan


yang diberikan dengan predikat “sempurna” sehingga pelayanan dinilai
mempunyai kualitas pelayanan dengan baik kalau pelayanan tersebut tidak
mempunyai cela.

B. Issue Kesehatan Lingkungan “Kinerja Pelayanan Kesehatan yang


Masih Rendah”

Faktor utama penyebab tingginya angka kematian bayi di


Indonesia sebenarnya dapat dicegah dengan intervensi yang dapat
terjangkau dan sederhana. Oleh karena itu kinerja pelayanan kesehatan
merupakan salah satu faktor penting dalam upaya peningkatan kualitas
kesehatan penduduk. Masih rendahnya kinerja pelayanan kesehatan dapat
dilihat dari beberapa indikator, seperti proporsi pertolongan persalinan
oleh tenaga kesehatan, proporsi bayi yang mendapatkan imunisasi campak,
dan proporsi penemuan kasus (Case Detection Rate) tuberkulosis paru.
Pada tahun 2002, cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan baru mencapai
66,7 persen, dengan variasi antara 34,0 persen di Propinsi Sulawesi
Tenggara dan 97,1 persen di Propinsi DKI Jakarta. Pada tahun 2002,
cakupan imunisasi campak untuk anak umur 12-23 bulan baru mencapai
71,6 persen, dengan variasi antara 44,1 persen di Propinsi Banten dan 91,1
persen di Propinsi D.I. Yogyakarta. Sedangkan proporsi penemuan kasus
penderita tuberkulosis paru pada tahun 2002 baru mencapai 29 persen.

C. Upaya Peningkatan Pelayanan Kesehatan

a) Asuransi Kesehatan

Asuransi Kesehatan adalah suatu mekanisme pengalihan resiko


(sakit) dari resiko perorangan menjadi resiko kelompok.

Pembiayaan kesehatan yang bersumber dari asuransi kesehatan


merupakan salah satu cara yang terbaik untuk mengatasi mahalnya biaya
pelayanan kesehatan. Alasannya antara lain karena:

a. Pemerintah dapat mendiversifikasikan sumber-sumber pendapatan


dari sector kesehatan.

b. Meningkatkan efesiensi dengan cara memberikan peran kepada


masyarakat dalam pembiayaan pelayanan kesehatan.

c. Memeratakan beban biaya kesehatan menurut waktu dan popolasi


yang lebih luas sehingga dapat mengurangi resiko secara individu.

b) Upaya Program Kesehatan

Dalam upaya kesehatan program yang diperlukan adalah program


kesehatan yang lebih “efektif” yaitu program kesehatan yang mempunyai
model-model pembinaan kesehatan (Health Development Model) sebagai
paradigma pembangunan kesehatan yang diharapkan mampu menjawab
tantangan sekaligus memenuhi program upaya kesehatan. Model ini
menekankan pada upaya kesehatan dan mempunyai ciri-ciri sebagai
berikut:

1) Mempersiapkan bahan baku sumber daya manusia yang berkualitas


untuk 20-25 tahun mendatang.

2) Meningkatkan produktivitas sumber daya manusia yang ada.


3) Melindungi masyarakat luas dari pencemaran melalui upaya
promotif-preventif-protektif dengan pendekatan pro-aktif.

4) Memberi pelayanan kesehatan dasar bagi yang sakit.

5) Promosi kesehatan yang memungkinkan penduduk mencapai


potensi kesehatannya secara penuh (peningkatan vitalitas)
penduduk yang tidak sakit (85%) agar lebih tahan terhadap
penyakit.

6) Pencegahan penyakit melalui imunisasi : bumil (ibu hamil), bayi,


anak, dan juga melindungi masyarakat dari pencemaran.

7) Pencegahan, pengendalian, penanggulangan pencemaran


lingkungan serta perlindungan masyarakat terhadap pengaruh
lingkungan buruk (melalui perubahan perilaku)

8) Penggerakan peran serta masyarakat.

9) Penciptaan lingkungan yang memungkinkan masyarakat dapat


hidup dan bekerja secara sehat.

10) Pendekatan multi sektor dan inter disipliner.

11) Pengembangan kebijakan yang dapat memberi perlindungan pada


kepentingan kesehatan masyarakat luas (tidak merokok di tempat
umum).

12) Penyelenggaraan pelayanan kesehatan dasar bagi yang sakit.

Upaya kesehatan seperti tersebut di atas tidak lain merupakan bentuk-


bentuk pelayanan kesehatan yang berorientasi pada upaya pencegahan
yang sesuai dengan konsep paradigma baru. Perubahan paradigma
kesehatan yang kini lebih menekankan pada upaya promotif-preventif
dibandingkan dengan upaya kuratif dan rehabilitatif diharapkan
merupakan titik balik kebijakan Depkes dalam menangani kesehatan
penduduk yang berarti program kesehatan yang menitikberatkan pada
pembinaan kesehatan bangsa bukan sekedar penyembuhan penyakit.

Upaya kesehatan di masa datang harus mampu menciptakan dan


menghasilkan SDM Indonesia yang sehat produktif sehingga obsesi upaya
kesehatan harus dapat mengantarkan setiap penduduk memiliki status
kesehatan yang cukup.

2. Upaya Tenaga Kesehatan

Peranan dokter, dokter gigi, perawat dan bidan dalam upaya


kesehatan yang menekankan penyembuhan penyakit adalah sangat
penting. Sebaliknya tenaga kesehatan yang menekankan masalah preventif
dan promotif adalah sarjana kesehatan masyarakat yang juga sangat
penting. Pengelolaan upaya kesehatan dan pembinaan bangsa yang sehat
memerlukan pendekatan holistik yang lebih luas, menyeluruh, dan
dilakukan terhadap masyarakat secara kolektif dan tidak individual.
Tenaga kesehatan harus mampu mengajak, memotivasi dan
memberdayakan masyarakat, mampu melibatkan kerja sama lintas
sektoral, mampu mengelola sistem pelayanan kesehatan yang efisien dan
efektif, mampu menjadi pemimpin, pelopor, pembinaan dan teladan hidup
sehat. Dalam pembinaan dan pemberdayaan masyarakat yang sangat
penting adalah bagaimana mengajak dan menggairahkan masyarakat untuk
dapat tertarik dan bertanggungjawab atas kesehatan mereka sendiri dengan
memobilisasi sumber dana yang ada pada mereka.

D. Faktor Penyebab Kinerja Pelayanan Kesehatan yang Masih Rendah

1. Layanan medis menjadi jasa yang sangat penting namun banyak orang
yang tidak mampu mendapatkan layanan medis tanpa dukungan
public, biaya yang terlalu tinggi dan saat ini tidak dapat dikendalikan.
2. Upaya pemerintah federal yang giat untuk mengubah system
pemberian pelayanan kesehatan saat ini memberi tekanan eksternal
pada industry pelayanan kesehatan.

3. Pembiayaan kesehatan yang semakin mahal yang salah satunya


diakibatkan perkembangan teknologi kedokteran yang relative mahal
karena nilai rupiah yang jatuh di bandingan nilai dollar Amerika.

4. Rendahnya kualitas, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan


kesehatan.

Pada tahun 2003 terdapat 1.179 Rumah Sakit (RS), terdiri dari 598
RS milik pemerintah dan 581 RS milik swasta. Jumlah seluruh tempat
tidur (TT) di RS sebanyak 127.217 TT atau rata-rata 61 TT melayani
100.000 penduduk. Walaupun rumah sakit terdapat di hampir semua
kabupaten/kota, namun kualitas pelayanan sebagian besar RS pada
umumnya masih di bawah standar. Pelayanan kesehatan rujukan
belum optimal dan belum memenuhi harapan masyarakat.

5. Terbatasnya tenaga kesehatan dan distribusi tidak merata.

Indonesia mengalami kekurangan pada hampir semua jenis tenaga


kesehatan yang diperlukan. Pada tahun 2001, diperkirakan per
100.000 penduduk baru dapat dilayani oleh 7,7 dokter umum, 2,7
dokter gigi, 3,0 dokter spesialis, dan 8,0 bidan. Untuk tenaga
kesehatan masyarakat, per 100.000 penduduk baru dilayani oleh 0,5
Sarjana Kesehatan Masyarakat, 1,7 apoteker, 6,6 ahli gizi, 0,1 tenaga
epidemiologi dan 4,7 tenaga sanitasi (sanitarian). Banyak puskesmas
belum memiliki dokter dan tenaga kesehatan masyarakat.
Keterbatasan ini diperburuk oleh distribusi tenaga kesehatan yang
tidak merata.

Pusat kesehatan masyarakat adalah salah satu sarana pelayanan


kesehatan masyarakat yang amat penting di Indonesia yang memberikan
pelayanan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan kepada
masyarakat dalam suatu wilayah kerja tertentu dalam bentuk usaha-usaha
kesehatan pokok dan langsung berada dalam pengawasan administratif
maupun teknis dari Dinas kabupaten. Jika ditinjau dari sistem pelayanan
kesehatan di Indonesia, maka peranan dan kedudukan puskesmas adalah
sebagai ujung tombak sistem pelayanan kesehatan di Indonesia.

Pelayanan kesehatan masyarakat merupakan suatu kesehatan yang


dilaksanakan rumah sakit dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat secara lebih merata, bermutu dan sesuai dengan kondisi
kesehatan masyarakat yang berada disekitarnya agar tercapai kemampuan
hidup sehat bagi masyarakat untuk mewujudkan derajat kesehatan yang
optimal. Selain itu pelayanan kesehatan merupakan serangkaian kesehatan
yang dilakukan secara terpadu, terintegrasi dan berkesinambungan untuk
memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk
pencegahan penyakit, peningatan kesehatan, pengobatan penyakit, dan
pemulihan kesehatan pemerintah atau masyarakat.

Sementara itu pengukuran kualitas pelayanan adalah hal yang


seharusnya dilakukan oleh organisasi agar dapat tetap bertahan di era
persaingan ini. Kualitas layanan ini meliputi gambaran keseluruhan dan
apa yang diberikan organisasi kepada pelanggan, oleh karena itu
keakuratan kualitas pelayanan merupakan hal yang sangat penting
sehingga hasilnya dapat digunakan untuk meningkatkan operasional dari
organisasi. Dalam pelayanan publik,petugas lembaga pelayanan publik
selalu berkepentingan dengan penerapan pengetahuan teoritis dalam
memberikan pelayanan kepada penerima pelayanan.Dengan demikian,
pada dasarnya praktek pelayanan publik selalu di warnai oleh teori dan
para petugas lembaga pelayanan publik dalam mengembangkan profesinya
tidak hanya menggali pengetahuan teori yang telah dimilikinya,tetapi juga
berusaha memperluas dari sumber-sumber lain.
Untuk mencapai kepuasan itu dituntut kualitas pelayanan prma yang
tercermin dari:

1.Transparan

Pelayanan yang bersifat terbuka, mudah dan dapat diakses oleh semua
pihak yang membutuhkan dan disediakan secara memadai serta mudah
dimengerti.

2. Akuntabilitas

Pelayanan yang dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan


peraturan perundang-undangan.

3. Kondisional

Pelayanan yang sesuai dengan kondisi dan kemampuan pemberi dan


penerima pelayanan dengan tetap berpegang pada prinsip efisiensi dan
efektivitas.

4. Partisipatif

Pelayanan yang dapat mendorong peran serta masyarakat dalam


penyelenggaraan pelayanan publik dengan memperhatikan aspirasi,
kebutuhan dan harapan masyarakat.

5. Kesamaan Hak

Pelayanan yang tidak melakukan diskriminasi dilihat dari aspek apapun


khususnya suku,ras,agama,golongan,status sosal dan lain-lain.

6. Keseimbangan Hak dan Kewajiban

Pelayanan yang mempertimbangkan aspek keadilan antara pemberi dan


penerima pelayanan publik.
Selanjutnya, jika dihubungkan dengan administrasi publik, pelayanan
adalah kualitas pelayanan birokrat terhadap masyarakat. Kata kualitas
memiliki banyak definisi yang berbeda dan bervariasi mulai dari yang
konvensional hngga yang lebih strategis. Definisi konvensional dari
kualitas biasanya menggambarkan karakteristik langsung dari semua
produk, seperti :

1. Kinerja (performance)

2. Kehandalan (reability)

3. Mudah dalam penggunaan (easy of use)

4. Estetika (esthetics) dan lain-lain

Dimensi Mutu Pelayanan kesehatan, Parasuraman dkk (dalam


Rosyid,1997) mengembangkan model yang komprehensif dari mutu
pelayanan kesehatan yang berfokus pada aspek fungsi dari pelayanan yaitu
:

a. Tampilan fisik,yaitu penampilan fasilitas fisik, peralatan, pegawai dan


media komunikasi dengan indikator kebersihan, kerapian kenyamanan
ruangan penataan ruang tunggu dan ruang periksa kesehatan pasien.

b. Reliabilitas, yaitu kemampuan untuk memberikan pelayanan


kesehatan yang dijanjikan dengan tepat dan memuaskan dengan
indikator : prosedur penerimaan pasien yang cepat dan tepat,
pelayanan pemerisaan, pengobatan dan perawatan yang cepat dan
tepat, jadwal pelayanan dan kunjungan dokter dijanjikan dengan tepat.

c. Responsif, yaitu kemampuan untuk membantu pasien dan


memberikan pelayanan dengan cepat tanggap, indikatornya : perawat
cepat tanggap menyelesaikan keluhan pasien, petugas memberikan
informasi yang jelas dan mudah dimengerti, saat dibutuhkan pasien
perawatpun harus bertindak dengan tepat dan cepat.
d. Empati, yaitu kemudahan dalam melakukan hubungan komunikasi
yang baik, perhatian pribadi dan pemahaman kebuuhan pasien dengan
indikator : memberikan perhatian secara khusus kepada setiap pasien,
perhatian terhadap keluhan pasien dan keluarganya, pelayanan kepada
semua pasien tanpa memandang status sosial.

Berdasarkan penjabaran mengenai dimensi dari mutu pelayanan


kesehatan dapat berbeda untuk setiap pihak yang terkait dalam pelayanan
kesehatan.Bagi pemakai jasa, dimensi responsif, jaminan dan empati
merupakan dimensi yang harus dilaksanakan dalam melayani pasien.Bagi
penyelenggaraan pelayanan , mutu pelayanan lebih terkait pada dimensi
tampilan fisik.Sedangkan untuk penyandang dana pelayanan kesehatan
lebih terkait pada efisiensi pemakaian sumber dana dan kewajiban
pembiayaan.

Abidin (2010, hal:71) mengatakan bahwa pelayanan publik yang


berkualitas bukan hanya mengacu pelayanan itu semata, juga menekankan
pada proses penyelenggaraan atau pendistrisibusian pelayanan itu sendiri
hingga ke tangan masyarakat sebagai konsumen. Aspek-aspek kecepatan,
ketepatan, kemudahan, dan keadilan menjadi alat untuk mengukur
pelayanan publik yang berkualitas. Hal ini berarti,pemerintah melalui
aparat dalam memberikan pelayanan publik kepada masyarakat harus
memperhatikan aspek kecepatan, ketepatan, kemudahan dan keadilan.

E. Aspek Mutu Pelayanan

Menurut jacobalis,mutu pelayanan kesehatan mencangkup empat aspek


yaitu :
a. Penampilan keprofesian atau klinis.Aspek ini mencangkup sumber daya
manusia seperti dokter, perawat yang terkait dengan sikap, perilaku,
pengetahuan dan pengalamannya.

b. Efektifitas dan efisiensi.Hal ini menyangkut pemanfaatan sumber daya


yang ada.

c. Keselamatan pasien.Aspek ini menyangkut keamanan dan keselamatan


pasien,perlindungan dari resiko yang sekecil-kecilnya terhadap pasien.

d. Kepuasan pasien, menyangkut aspek fisik,mental,sosial pasien seperti


keberhasilan lingkungan,kemampuan,keramahan,kecepatan kpelayanan
dan perhatian petugas terhadap pasien.

Sugiarto (dalam Hadjam dan Arida;2002) mengungkapkan bahwa


layanan yang baik adalah layanan yang sangat memperhatikan individu
sebagai pribadi yang unik dan menarik. Kotler (dalam Tjipjono; 2007)
menjelaskan karakteristik dari pelayanan sebagai berikut :

a. Intangibility (tidak berwujud), yaitu suatu layanan mempunyai sifat


layanan yang tidak berwujud, tidak dapat dirasakan atau dinikmati,
tidak dapat dilihat, didengar dan dicium sebelum dibeli oleh konsumen.
Misalnya : pasien dalam suatu rumah sakit akan merasakan bagaimana
pelayanan perawat yang diterimanya setelah menjadi pasien rumah sakit
tersebut

b. Inseparibility (tidak dapat dipisahkan), yaitu pelayanan yang dihasilkan


dan dirasakan pada waktu bersamaan dan apabila dikehendaki oleh
seseorang untuk diserahkan kepada pihak lainnya, dia akan tetap
merupakan bagian dari pelayanan tersebut. Dengan kata lain pelayanan
dapat diproduksi dan dikonsumsi atau dirasakan secara bersamaan
Misalnya : pelayanan keperawatan yang diberikan pada pasien dapat
langsung dirasakan kualitas pelayananya.
c. Variability (bervariasi), yaitu pelayanan bersifat sangat bervariasi
karena merupakan non standardized dan senantiasa mengalami
perubahan tergantung dari siapa pemberi pelayanan, penerima
pelayanan dan kondisi dimana serta kapan pelayanan tersebut
diberikan.Misalnya : pelayanan yang diberikan kepada pasien diruang
rawat inap kelas VIP berbeda dengan kelas tiga.

d. Perishability (tidak tahan lama), dimana pelayanan itu merupakan


komoditas yang tidak tahan lama dan tidak dapat disimpan.Misalnya :
jam tertentu tanpa ada pasien diruang perawatan, maka pelayanan yang
biasanya terjadi akan hilang begitu saja karena tidak dapat disimpan
untuk dipergunakan lain waktu.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan


bahwa pelayanan merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk
memberikan layanan kepada pihak lain yang mempunyai sifat tidak
berwujud, tidak dapat dipisahkan, bervariasi dan tidak tahan lama,
sehingga pelayanan hanya dapat dirasakan setelah orang tersebut
menerima pelayanan.

Kualitas harus dimulai dari konsumen dan berakhir pada


konsumen. Artinya spesifikasi kualitas pelayanan harus dimulai dengan
mengidentifikasi kebuthan dan keinginan konsumen yang dituangkan ke
dalam harapan konsumen melalui informasi umpan balik yang diterima
rumah sakit. Sehingga peningkatan kualitas pelayanan harus dilakukan
dengan komunikasi yang efektif dengan konsumen (Purnama N,2006:39).

Sedangkan Zeitalm (Rakhmat,2009),mengatakan ada dua faktor


utama yang mempengaruhi kualitas layanan yaitu Expectative Service
(pelayanan yang diharapkan) dan Perceived Service (pelayanan yang
diterima).Karena kualitas pelayanan berpusat pada pelanggan serta
ketepatan penyampaian pelayanan secara excelent atau superior
dibandingkan dengan pemenuhan harapan konsumen. Artinya pelayanan
yang diberikan seharusnya melebihi harapan konsumen agar tercipta
kepuasan konsumen terhadap pelayanan yang diberikan.

Pelayanan birokratis yang berkualitas, oleh Sinambela (2010;43)


didefinisikan melalui ciri-ciri berikut :

1. Pelayanan yang bersifat birokratis

2. Distribusi pelayanan

3. Desentralisasi dan berorientasi kepada klien

Adapun pelayanan yang diharapkan oleh masyarakat menurut Moenir


(2006:41-44) adalah sebagai berikut :

1. Adanya kemudahan dalam pengurusan kepentingan dengan


pelayanan yang cepat dalam arti tanpa hambatan yang kadangkala
dibuat buat.

2. Memperoleh pelayanan secara wajar tanpa gerutu,sindiran atau hal-


hal yang bersifat tidak wajar.

3. Mendapatkan perlakuan yang sama dalam pelayanan terhadap


kepentingan yang sama,tertib dan tidak pandang bulu.

4. Pelayanan yang jujur dan terus terang, artinya apabila ada


hambatan karena suatu masalah yang tidak dapat direlakan
hendaknya diberitahukan sehingga orang tidak menunggu-nunggu
sesuatu yang tidak jelas.

Menurut Gasper (1997:2) karakteristik atau atribut yang harus


diperhitungkan dalam perbaikan kualitas jasa pelayanan ada 10 (dimensi)
antara lain sebagai berikut :

1. Kepastian waktu pelayanan.


Ketepatan waktu yang di harapkan berkaitan dengan waktu proses
atau penyelesaian, pengiriman, penyerahan, jaminan atau garansi
dan menanggapi keluhan.

2. Akurasi pelayanan.

Akulturasi pelayanan berkaitan dengan reabilitas pelayanan, bebas


dari kesalahan-kesalahan.

3. Kesopanan dan keramahan.

Dalam memberikan pelayanan personil yang berada di garis depan


yang berinteraksi langsung dengan pelanggan harus dapat
memberikan sentuhan pribadi yang menyenangkan.Sentuhan
pribadi yang menyenangkan tercermin melalui penampilan,bahasa
tubuh dan tutur bahasa yang sopan, ramah, lincah, dan gesit.

4. Tanggung jawab.

Bertanggung jawab dalam penerimaan pesan atau permintaan dan


penanganan keluhan pelanggan eksternal.

5. Kelengkapan.

Kelengkapan pelayanan menyangkut lingkup (cakupan) pelayanan


ketersediaan sarana pendukung.

6. Kemudahan mendapatkan pelayanan.

Kemudahan mendapatkan pelayanan berkaitan dengan banyaknya


petugas yang melayani dan fasilitas yang mendukung.

7. Pelayanan pribadi.

Pelayanan pribadi berkaitan dengan ruang/tempat pelayanan


kemudahan, ketersediaan, data/informasi dan petunjuk-petunjuk.

8. Variasi model pelayanan.


Variasi model pelayanan berkaitan dengan inovasi untuk
memberikan pola baru pelayanan.

9. Kenyamanan dalam memperoleh pelayanan.

Kenyamanan pelayanan berkaitan dengan ruang tunggu/tempat


pelayanan,kemudahan,ketersediaan data dan informasi dan
petunjuk-petunjuk.

10. Atribut pendukung pelayanan.

Yang dimaksud atribut pendukung pelayanan dalam hal ini adalah


sarana dan prasarana yang di berikan dalam proses pelayanan.

Menurut Azwar,1996 Syarat pokok pelayanan adalah :

1. Tersedia dan berkesinambungan.

2. Dapat diterima dengan wajar.

3. Mudah dicapai.

4. Mudah dijangkau.

5. Bermutu

Dalam pelayanan kesehatan tersebut rumah sakit dituntut dapat


senantiasa memberikan pelayanan dengan kualitas yang baik dan
terjangkau oleh masyarakat maupun oleh lembaga-lembaga pelayanan
kesehatan yang merujuk pasiennya.Dengan demikian penjagaan mutu
pelayanan tetap harus dikedepankan dengan memperhatikan daya dukung
yang dimiliki, seperti sumber daya manusia yang profesional, sarana
penunjang medis yang lebih canggih dan akurat serta sarana fisik yang
memadai sehingga memberikan kenyamanan bagi pasien dan karyawan
rumah sakit itu sendiri.
Pelayanan kesehatan prima merupakan pelayanan yang memenuhi
standar dengan mengutamakan kepentingan penderita dalam memperoleh
kesembuhan. Profesional dan amanah yang mempunyai arti pelayanan
yang diberikan dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan peraturan
perundangan yang berlaku secara transparan.

F. Rendahnya Mutu Pelayanan Kesehatan Penduduk di Indonesia

Indonesia merupakan negara dengan penduduk terpadat keempat di


dunia setelah Cina , India , dan Amerika Serikat dengan jumlah penduduk
sebanyak 255.461.686 jiwa yang terdiri atas 128.366.718 jiwa penduduk
laki-laki dan 127.094.968 jiwa penduduk perempuan. Angka tersebut
merupakan hasil perhitungan yang dilakukan oleh Pusat Data dan
Informasi Kementerian Kesehatan dengan bimbingan dari Badan Pusat
Statistik. Jumlah penduduk yang banyak ini tidak dipungkiri akan
menimbulkan masalah-masalah yang kompleks , salah satunya adalah
masalah mengenai pelayanan kesehatan terhadap penduduk yang
sedemikian banyaknya. Pemerintah dituntut untuk dapat memberikan
pelayanan kesehatan yang baik untuk penduduknya sendiri karena hal itu
nantinya akan menjadi “bonus” tersendiri untuk suatu negara jika
pelayanan kesehatannya sudah baik dan hal tersebut nantinya menaikkan
status negara menjadi negara dengan penduduk yang sehat.

Kesehatan merupakan investasi penting untuk mendukung


pembangunan ekonomi serta memiliki peran penting dalam upaya
penanggulangan kependudukan lainnya seperti kemiskinan karena suatu
negara tanpa penduduk yang sehat tidak akan mungkin dapat membangun
negaranya sendiri. Pelayanan kesehatan merupakan faktor penting untuk
meningkatkan “taraf sehat” dari penduduk itu sendiri. Namun nyatanya
hingga saat ini Pelayanan Kesehatan di Indonesia belum bisa dikatakan
cukup memadai untuk seluruh penduduk Indonesia terutama untuk
penduduk yang tinggal di daerah timur Indonesia seperti Maluku, NTT,
NTB dan Papua dengan tingkat gizi buruk diatas dari 40% . Memang hal
tersebut tidak bisa langsung kita buat menjadi acuan dalam penentuan
status pelayanan kesehatan di Indonesia namun hal itu dapat menjadi
tamparan keras bagi bangsa kita karena betapa tidak meratanya pelayanan
kesehatan di Indonesia.

Terdapat beberapa faktor yang membuat pelayanan kesehatan di


Indonesia kurang terlaksana dengan baik.

Faktor pertama adalah faktor tenaga kesehatan di Indonesia. Faktor


tenaga kesehatan merupakan salah satu faktor besar yang mempengaruhi
tingkat pelayanan kesehatan di Indonesia karena tenaga kesehatan itu
sendirilah yang turun kedalam masyarakat untuk melakukan pelayanan
kesehatan. Menurut data dari Kementrian Kesehatan RI , tenaga kesehatan
yang dimiliki Indonesia saat ini berjumlah sebanyak 876.984 orang yang
terdiri atas dokter , perawat , bidan , dan tenaga kesehatan lainnya. Dari
data didapat bahwa rasio dokter dengan penduduk Indonesia berbanding
1:2500 penduduk , hal ini menunjukkan bahwa pelayanan di Indonesia
khususnya bidang pelayanan dokter dalam kondisi memprihatinkan karena
perbandingan ideal antara dokter dan penduduk yang baik harusnya 1
berbanding 1000 penduduk kebawah. Ditambah lagi dengan masalah tidak
tersebarnya tenaga kesehatan di Indonesia yang hanya terkonsentrasi di
wilayah yang padat penduduknya saja dan kurang menjangkau daerah-
daerah lainnya khusunya wilayah Indonesia bagian timur yang jumlah
tenaga kesehatannya terpaut sangat jauh dari daerah lainnya di
Indonesia .Hal ini tentu harus mendapat perhatian yang serius dari
pemerintah Indonesia khususnya yang mempunyai tugas di bidang
kesehatan untuk menyamaratakan tenaga kesehatan di seluruh wilayah
Indonesia.

Faktor kedua adalah minimnya sarana kesehatan yang tersedia.


Sarana kesehatan seperti Rumah Sakit , Rumah Sakit Bersalin , Posyandu ,
dan sarana kesehatan lainnya sangat berperan penting dalam peningkatan
pelayanan kesehatan karena disanalah pusat dari pelayanan kesehatan itu
sendiri. Menurut data dari Badan Pusat Statistik , Indonesia memilih total
sarana kesehatan sebanyak 55.543 yang terdiri atas Rumah Sakit ,
Puskesmas , Posyandu , dan sarana kesehatan lainnya. Penyebaran sarana
kesehatan yang ada di Indonesia sangat tidak merata dimana sebagian
besar sarana kesehatan di Indonesia hanya terpusat pada beberapa wilayah
tertentu saja seperti pulau Jawa dan Sumatera sementara wilayah Indonesia
bagian timur hanya mendapat sedikit sarana kesehatan , contohnya
Provinsi Maluku yang hanya punya rumah sakit sebanyak 43 unit
dibanding dengan Provinsi lainnya yang memiliki Rumah Sakit diatas 100
unit. Hal ini tentunya harus mendapat perhatian serius dari kita terutama
dari pemerintah untuk menanggulangi kesenjangan ini.

Faktor terakhir adalah faktor birokrasi yang cukup buruk dalam


pelaksanaan pelayanan kesehatan di Indonesia. Bidang kesehatan sendiri
mengalami kerugian hingga mencapai ratusan milyar rupiah dengan kasus
seperti korupsi pengadaan alat bantu belajar pada dokter dan korupsi
dalam pemenangan tender untuk pembuatan atau penelitian jenis obat
tertentu. Sangat disayangkan , bidang yang seharusnya bersih dari korupsi
karena menyangkut kesehatan banyak jiwa menjadi lumbung bagi para
pencuri uang negara untuk menambah hartanya. Hal ini sangat jelas
menambah makin buruknya pelayanan kesehatan di Indonesia dan sekali
lagi kita keteteran dalam hal ini.

Sebenarnya masih banyak faktor faktor yang membuat pelayanan


kesehatan di Indonesia semakin memburuk , namun tiga faktor diatas
adalah faktor utama penyebab masalah buruknya pelayanan tersebut.
Masalah ini harus diselesaikan dengan serius karena jika terus dibiarkan
akan menimbulkan dampak yang sangat negatif terhadap perkembangan
bangsa seperti terhambatnya pembangunan , memperlebar ketimpangan
dalam penerimaan pelayanan kesehatan bagi penduduk Indonesia ,
meningkatkan jumlah kematian (mortalitas) ,dan pasti akan meningkatkan
jumlah kemiskinan di Indonesia dengan status kemiskinan yang lebih
parah lagi dari sekarang.

Tentu pemerintah harus bekerja lebih keras lagi dalam menanggapi


masalah ini , terutama terhadap tingkat pemerataan pelayanan kesehatan
yang diterima oleh penduduk harus dipastikan benar-benar memenuhi
standar yang baik. Penambahan tenaga kesehatan disertai peningkatan
kemampuan dari tenaga kesehatan yang ada harus benar-benar dijalankan
dengan serius karena kita tidak mau dokter yang hanya pintar teori saja
tetapi juga harus mampu dalam mempraktikkan teori-teori yang dia punya
tersebut untuk pelayanan kesehatan kepada masyarakat dan pemerintah
juga harus mampu menyebarkan dokter-dokter yang tersedia di Indonesia
agar bekerja di wilayah Indonesia yang terpencil khususnya di wilayah
Indonesia timur yang sangat minim akan adanya dokter dan tenaga
kesehatan lainnya. Pembangunan dari sarana kesehatan yang layak harus
terus digalakkan merata di seluruh wilayah Indonesia terutama di daerah-
daerah yang terpencil agar pelayanan kesehatan yang baik dapat diterima
oleh seluruh rakyat Indonesia dan yang terakhir adalah perbaikan sistem
dalam bidang kesehatan itu sendiri supaya sistem tersebut berjalan dengan
baik tanpa adanya gangguan seperti korupsi dan tindakan-tindakan yang
akan merusak sistem pelayanan kesehatan kita nantinya. Masyarakat juga
diharapkan berperan dalam mengawasi pelayanan kesehatan di Indonesia
dan melaporkan kepada pihak pemerintah jika menemukan tindakan-
tindakan yang dianggap sudah melanggar hukum. Pada akhirnya , kita
berharap dan berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa agar sitem pelayanan
kesehatan di Indonesia menjadi lebih baik lagi dan akan semakin
bertambah baik untuk masa-masa kedepannya dalam perjalanan bangsa
ini.
G. INDIKATOR PENILIAN MUTU PELAYANAN KESEHATAN

1. Peningkatan kemampuan dan mutu pelayanan kesehatan.

Upaya ini melalui pengembangan dan pemantapan jejaring


pelayanan kesehatan dan rujukannya serta penetapan pusat-pusat
unggulan sebagai pusat rujukan (top referral).

2. Penetapan dan penerapan berbagai standar dan pedoman.

Yaitu dengan memperhatikan perkembangan ilmu pengetahuan dan


teknologi terini dan standar internasional.

3. Peningkatan mutu sumber daya manusia.

Upaya ini diarahkan pada peningkatan profesionalisme mencangup


kompetensi,moral dan etika.

4. Penyelenggaraan Quality Assurance.

Untuk mengendalikan dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan


disertai dengan Evidence–based parcipitatory Continuous Quality
Improvement.

5. Percepatan pelaksanaan akreditasi.

Yang diarahkan pada pencapaian akreditasi untuk berbagai aspek


pelayanan kesehatan.

6. Peningkatan public

Peningkatan public-private mix alam mengatasi berbagai problem


pelayanan kesehatan.

7. Peningkatan kerjasama dan koordinasi


Yang dilakukan antar berbagai pihak yang berkepentingan dalam
peningkatan mutu pelayanan kesehatan.

8. Peningkatan peran serta masyarakat

Termasuk swasta dan organisasi profesi dalam penyelenggaraan dan


pengawasan pelayanan kesehatan.

H. Strategi Peningkatan Mutu Pelayanan

Ada empat hal yang perlu diperhatikan dalam pendekatan untuk mencapai
pelayanan prima melalui peningkatan mutu pelayanan,yaitu :

1. Pelanggan dan harapannya.

Harapan pelanggan mendorong upaya peningkatan mutu


pelayanan.Organisasi pelayanan kesehatan mempunyai banyak
pelanggan potensial.Harapan mereka harus diidentifikasi dan
diprioritaskan lalu membuat kriteria untuk menilai kesuksesan.

2. Perbaikan kinerja.

Bila harapan pelanggan telah diidentifikasi,langkah selanjutnya adalah


mengidentifikasi dan melaksanakan kinerja staf dan dokter untuk
mencapai konseling,adanya pengakuan,dan pemberian reward.

3. Proses perbaikan.

Proses ini juga sangat penting,seringkali kinerja disalahkan karena


masalah pelayanan dan ketidakpuasan pelanggan pada saat proses itu
sendiri tidak dirancang dengan baik untuk mendukung
pelayanan.Dengan melibatkan staf dalam proses pelayanan,maka
dapat diidentifikasi masalah proses yang dapat mempengaruhi
kepuasan pelanggan, mendiagnosis penyebab,mengidentifikasi,dan
menguji pemecahan atau perbaikan.

4. Budaya yang mendukung perbaikan terus menerus.


Untuk mencapai pelayanan prima diperlukan organisasi yang
tertib.Itulah sebabnya perlu untuk memperkuat budaya organisasi
sehingga dapat mendukung peningkatan mutu.Untuk dapat
melakukannya,harus sejalan dengan dorongan peningkatan mutu
pelayanan terus menerus.

Berdasarkan keputusan Menteri pendayaan Aparatur Negara No.63


Tahun 2003 tentang pedoman umum penyelenggaraan pelayanan publik,
standar kualitas pelayanan sekurang-kurangnya meliputi :

1. Prosedur pelayanan, Prosedur pelayanan yang dilakukan bagi


pemberi dan penerima pelayanan termasuk pengaduan.

2. Waktu penyelesaian, Waktu penyelesaian yang ditetapkan sejak


saat pengajuan pemohonan sampai dengan penyelesaian termasuk
pengaduan.

3. Biaya pelayanan, Biaya/tarif pelayanan termasuk rinciannya yang


ditetapkan dalam proses pemberian layanan.

4. Produk pelayanan, Hasil pelayanan yang akan diterima sesuai


dengan ketentuan yang telah ditetapkan.

5. Sarana dan Prasarana, Penyediaan sarana dan prasarana pelayanan


yang memadai oleh penyelenggaraan pelayanan publik.

6. Kometensi Petugas Pemberi Pelayanan Publik, Kompetensi


petugas pemberi pelayanan harus ditetapkan dengan tepat sesuai
berdasarkan pengetahuan,keahlian,keterampilan,sikap dan perilaku
yang dibutuhkan.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Terwujudnya keadaan sehat adalah kehendak semua pihak, tidak hanya


orang perorang, tetapi juga oleh keluarga, kelompok, bahkan oleh
masyarakat. Untuk dapat mewujudkan keadaan sehat tersebut banyak hal
yang perlu dilakukan salah satu diantaranya yang mempunyai peranan yang
cukup penting adalah peningkatan kinerja pelayanan kesehatan.

Kemampuan kerja tenaga kesehatan perlu dioptimalkan dan dapat dilihat


dari hasil kerjanya, berupa penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta
keterampilan dalam melaksanakan dan memberikan pelayanan kesehatan.
Selain itu, seorang tenaga kesehatan harus memiliki daya dorong dalam
dirinya untuk melaksanakan tugas-tugas rutin di institusi pelayanan kesehatan
dengan memanfaatkan pengetahuan yang dimiliki dan pengalaman yang
diperoleh berdasarkan masa kerjanya.

Kurangnya kinerja tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugas yang


dibebankan kepadanya dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu kurangnya
kemampuan dalam melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya.

Kesehatan dan status sosial ekonomi merupakan dua hal yang secara tidak
langsung saling berkaitan,karena tinggi rendahnya tingkat kesehatan
seseorang juga dipengaruhi oleh status sosial ekonominya.Pada masa seperti
sekarang mereka yang berada pada tingkat status ekonomi rendah seolah
mengalami banyak kendala dalam mendapatkan pelayanan kesehatan yang
layak bagi mereka lantaran terbentur masalah biaya kesehatan yang semakin
mahal. Dengan banyaknya jumlah penduduk Indonesia yang masih hidup
dalam garis kemiskinan dan membutuhkan jaminan kesehatan, Maka
pemerintah melalui dinas kesehatan mencetuskan program JAMKESMAS.
Meski program tersebut telah dilaksanakan tetapi dilapangan pelaksanaanya
masih banyak ditemui berbagai kendala,sehingga menambah masalah bagi
masyarakat miskin yang ingin mendapatkan pelayanan kesehatan.

Peningkatan aksesibilitas masyarakat terhadap pelayanan kesehatan sangat


penting untuk meningkatan produktifitas sumber daya manusia,sebab sumber
daya manusia yang sehat, yang dapat beraktivitas dan mengembangkan
diri.Pembangunan kesehatan merupakan upaya memenuhi salah satu hak
dasar rakyat, yaitu hak rakyat memperoleh akses atau kebutuhan pelayanan
kesehatan yang murah dan berkualitas. Pembangunan kesehatan juga harus
dipandang sebagai suatu investasi dalam kaitannya mendukung peningkatan
kualitas sumber daya manusia dan pembangunan ekonomi, serta memiliki
peran penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan.

Tingkat pelayanan kesehatan juga harus bermutu apabila penerapan kode


serta standar pelayanan profesi dapat memuaskan pasien (Azwar,1994).
Pelayanan juga dilakukan secara berkesinambungan, dilaksanakan secara
wajar, tidak melebihi kebutuhan dan daya jangka masyarakat. Kemudian
pelayanan diupayakan agar diterima oleh masyarakat setempat. Jenis
pelayanan yang diberikan harus selalu terjaga mutunya (muningjaya,2004).

Tujuan dari pelayanan kesehatan adalah untuk memenuhi kebutuhan


individu atau masyarakat untuk mengatasi, menetralisasi atau menormalisasi
semua masalah atau semua penyimpangan tentang kesehatan yang ada dalam
masyarakat. Dengan meningkatnya tingkat pendidikan dan keadaan sosial
ekonomi masyarakat,maka kebutuhan dan tuntutan masyarakat akan
kesehatan semakin meningkat sehingga tidak ada lagi upaya yang dapat
dilakukan selain meningkatkan kinerja petugas kesehatan dan
menyelenggarakan pelayanan kesehatan dengan sebaik-baiknya.

B. Saran

Semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan pembaca dalam hal


kesehatan lingkungan terutama tentang kinerja pelayanan kesehatan di
Indonesia serta dapat meningkatkan kualitas pelayanan kita sebagai tenaga
kesehatan yaitu bidan.

Daftar Pustaka

http://akuntansipublikums.blogspot.com/2016/01/rendahnya-mutu-pelayanan-
medis-terhadap.html?m=1

http://theprincesblue.blogspot.com/2016/04/issue-kesehatan-lingkungan-
kinerja.html?m=1

https://www.kompasiana.com/amp/andre458/rendahnya-mutu-pelayanan-
kesehatan-penduduk-di-indonesia

Anda mungkin juga menyukai