PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pembangunan kesehatan adalah bagian dari pembangunan nasional yang
bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
tangguh. Di Indonesia, Sistem Kesehatan Nasional (SKN) telah ditetapkan pada tahun
1982. SKN tersebut telah berperanan besar sebagai acuan dalam penyusunan Garis-
Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, dan juga sebagai acuan dalam penyusunan
tantangan strategis yang mendasar baik eksternal maupun internal, yang perlu
kesehatan. Dalam konteks eksternal, perubahan dan tantangan strategis yang terjadi
komponen bangsa meningkatkan daya saing. Sejalan dengan itu demokratisasi, hak
asasi manusia dan pelestarian lingkungan hidup telah menjadi tuntutan dunia yang
1
Fit for Children dan agenda-agenda internasional lainnya di bidang kesehatan, perlu
kesehatan.
B. Rumusan Masalah
Dari pemaparan diatas, kita bisa merumuskan beberapa masalah yang hendak
C. Tujuan
yang berkualitas
D. Manfaat
3. Makalah ini dapat menjadi referensi bagi mahasiswa untuk pembuatan makalah
selanjutnya.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. ANALISIS SITUASI DAN KECENDERUNGAN SISTEM KESEHATAN
NASIONAL
Sekalipun SKN 1982 secara nyata telah berhasil digunakan sebagai acuan dalam
pencapaian dan kinerjanya, SKN 1982 tersebut masih belum begitu menggembirakan.
Sesuai dengan laporan WHO tahun 2000 (the World Health Report 2000) tentang
kinerja Sistem Kesehatan Nasional (SKN) Indonesia masih terhitung rendah. Indikator
pencapaian SKN ditentukan oleh dua determinan. Pertama, status kesehatan yakni yang
menunjuk pada tingkat kesehatan yang berhasil dicapai oleh SKN yang dihitung
indikator ini menempatkan Indonesia pada urutan ke 106 dari 191 negara anggota
WHO yang dinilai. Indikator kinerja SKN ditentukan oleh tiga determinan. Pertama,
distribusi tingkat kesehatan di suatu negara ditinjau dari kematian Balita. Kedua,
keluarga. Hasil yang diperoleh untuk indikator ini menempatkan Indonesia pada urutan
ke 92 dari 191 negara anggota WHO yang dinilai. Karena indikator pencapaian SKN
menunjuk pada tingkat kesehatan yang berhasil dicapai dan tingkat ketanggapan SKN,
maka indikator ini terutama dipengaruhi oleh upaya kesehatan yang diselenggarakan di
3
suatu negara. Jika upaya kesehatan tersebut tidak tersedia dan tidak dapat dijangkau
pencapaian dan kinerja sistem kesehatan nasional di Indonesia secara singkat dapat
1. Upaya kesehatan
Meskipun sarana pelayanan kesehatan dasar milik pemerintah seperti Puskesmas telah
terdapat di semua kecamatan dan ditunjang paling sedikit oleh tiga Puskesmas
Pembantu, namun upaya kesehatan belum dapat dijangkau oleh seluruh masyarakat.
Potensi pelayanan kesehatan swasta dan upaya kesehatan berbasis masyarakat yang
keterkaitannya dengan pelayanan rumah sakit sebagai sarana pelayanan rujukan masih
Dengan keadaan seperti ini tidak mengherankan bila derajat kesehatan masyarakat di
Indonesia belum memuaskan. Angka Kematian Bayi dan Angka Kematian Ibu masih
tinggi, yakni masing-masing 50/1000 kelahiran hidup (Susenas 2001) dan 373/100.000
4
kelahiran hidup (SKRT 1995). Sedangkan umur harapan hidup masih rendah, yakni
rata-rata 66,2 tahun (tahun 1999). Kondisi ini berakibat pada masih rendahnya Indeks
Pembangunan Manusia (HDI), yang menduduki urutan ke 112 dari 175 negara (UNDP,
2003).
2. Pembiayaan kesehatan
Pembiayaan kesehatan di Indonesia masih rendah, yaitu hanya rata-rata 2,2% dari
Produk Domestik Bruto (PDB) atau rata-rata antara USD 12-18 per kapita per tahun.
Persentase ini masih jauh dari anjuran Organisasi Kesehatan Sedunia yakni paling
sedikit 5% dari PDB per tahun. Tiga puluh persen dari pembiayaan tersebut bersumber
dari pemerintah dan sisanya sebesar 70% bersumber dari masyarakat termasuk swasta,
banyak dialokasikan pada upaya kuratif dan sementara itu besarnya dana yang
dialokasikan untuk upaya promotif dan preventif sangat terbatas. Pembelanjaan dana
pemerintah belum cukup adil untuk mengedepankan upaya kesehatan masyarakat dan
kesehatan masih terbatas, yakni kurang dari 20% penduduk. Metoda pembayaran
serta meningkatnya biaya kesehatan. Demikian pula penerapan teknologi canggih dan
perubahan pola penyakit sebagai akibat meningkatnya umur harapan hidup akan
kesakitan juga berdampak terhadap biaya kesehatan yang pada gilirannya akan
5
memperberat beban ekonomi. Hal ini terkait dengan besarnya dana yang harus
dikeluarkan untuk berobat, serta hilangnya pendapatan akibat tidak bekerja. Sebagai
contoh beban dan atau kerugian ekonomi yang diakibatkan penyakit TBC di Indonesia
3. Sumberdaya Kesehatan
kesehatan dengan jumlah penduduk masih rendah. Produksi dokter setiap tahun sekitar
2.500 dokter baru, sedangkan rasio dokter terhadap jumlah penduduk adalah 1:5000.
Produksi perawat setiap tahun sekitar 40.000 perawat baru, dengan rasio terhadap
jumlah penduduk adalah 1:2.850. Sedangkan produksi bidan setiap tahun sekitar 600
bidan baru, dengan rasio terhadap jumlah penduduk adalah 1:2.600. Namun daya serap
tenaga kesehatan oleh jaringan pelayanan kesehatan masih terbatas. Penyebaran SDM
Kesehatan juga belum menggembirakan, sekalipun sejak tahun 1992 telah diterapkan
kebijakan penempatan tenaga dokter dan bidan dengan sistem PTT. Tercatat rasio
dokter terhadap Puskesmas untuk kawasan Indonesia bagian barat, jauh lebih tinggi
dibanding dengan Provinsi NTT = 0,26 dan Provinsi Papua = 0,12. Mutu SDM
2001, ditemukan 23,2% masyarakat yang bertempat tinggal di Pulau Jawa dan Bali
oleh rumah sakit pemerintah di kedua pulau tersebut. Sistem penghargaan dan sanksi,
pendidikan dan pelatihan serta sertifikasi, registrasi dan lisensi SDM kesehatan belum
6
mantap. Sampai saat ini sistem sertifikasi, registrasi dan lisensi SDM di Indonesia
Sistem yang dipergunakan pada saat ini, karena hanya dilakukan oleh Departemen
Kesehatan masih bersifat administratif. Kerja sama lintas program, lintas sektor dan
jumlah industri farmasi di Indonesia sebanyak 198 buah, terdiri dari 34 PMA, 4 BUMN
dan 160 PMDN/Swasta Nasional. Jumlah perusahaan yang bergerak dalam distribusi
obat (PBF) tercatat sebanyak 1.473 buah. Sedangkan jumlah apotik tercatat sebanyak
6.058 buah serta toko obat sebanyak 4.743 buah. Mutu industri farmasi juga telah
berhasil distandarisasi yakni dengan ditetapkannya cara pembuatan obat yang baik
(CPOB).
telah ditetapkan kebijakan obat generic yang mencakup 220 jenis obat. Hal yang masih
dan reagensia adalah yang menyangkut ketersediaan, keamanan, manfaat, serta mutu
dengan jumlah dan jenis yang cukup serta terjangkau, merata dan mudah diakses oleh
masyarakat.
Pengawasan perbekalan dan alat kesehatan sejak dari produksi, distribusi sampai
untuk sarana kesehatan pemerintah belum sesuai dengan kebutuhan. Jumlah sarana dan
7
prasarana kesehatan masih belum memadai. Tercatat jumlah Puskesmas untuk seluruh
Puskesmas Pembantu sebanyak 21.267 unit dan Puskesmas Keliling 6.392 unit. Untuk
rumah sakit terdapat sebanyak 1.215 RS, terdiri dari 420 RS milik pemerintah, 605 RS
milik swasta, 78 RS milik BUMN dan 112 RS milik TNI & Polri, dengan jumlah
seluruh tempat tidur sebanyak 130.214 buah. Penyebaran sarana dan prasarana
kesehatan belum merata. Rasio sarana dan prasarana kesehatan terhadap jumlah
penduduk di luar pulau Jawa lebih baik dibandingkan dengan di Pulau Jawa. Hanya
saja keadaan transportasi di luar Pulau Jawa jauh lebih buruk dibandingkan dengan
Pulau Jawa.
5. Pemberdayaan Masyarakat
masyarakat. Untuk itu berbagai bentuk upaya kesehatan berbasis masyarakat banyak
didirikan, antara lain dalam bentuk Posyandu yang berjumlah sekitar 240.000 buah,
33.083 Polindes, 12.414 Pos Obat Desa, serta 4.049 Pos Upaya Kesehatan Kerja.
melalui bentuk dana sehat yang berjumlah 23.316 serta berbagai yayasan peduli dan
Indonesia, yayasan thalasemia Indonesia, serta yayasan ginjal Indonesia. Dalam rangka
dilaksanakan pula dalam bentuk berbagai gerakan, seperti Koalisi Indonesia Sehat,
Gebrak Malaria, Gerdunas TB, Gerakan Sayang Ibu, gerakan anti madat serta gerakan
lebih luas bagi masyarakat dalam mengemukakan pendapat dan mengambil keputusan
8
tentang kesehatan masih dilaksanakan secara terbatas. Kecuali itu lingkup
Jaringan kemitraan dengan berbagai pihak termasuk sektor pemerintahan dan swasta
swasta (Public and private mix) masih dalam tahap perintisan. Kemitraan yang telah
6. Manajemen Kesehatan
data dan informasi kesehatan, dukungan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
survailans penyakit tidak menular serta sistem jaringan penelitian dan pengembangan
informasi ini perlu ditinjau dan ditata ulang. Penyerapan kemajuan Ilmu pengetahuan
tersebut diutamakan pada IPTEK tepat guna untuk pelayanan kesehatan tingkat pertama
(Puskesmas) serta IPTEK canggih untuk pelayanan kesehatan rujukan. Pada saat ini
banyak rumah sakit di Indonesia, terutama rumah sakit klas A dan klas B pendidikan
9
yang besar pada era globalisasi, maka untuk hasil yang optimal, berbagai kemajuan
bertahap telah dikembangkan. Hukum tersebut antara lain tertuang dalam Undang-
undang nomor 4 tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular, Undang-undang nomor
1 tahun 1962 tentang Karantina Laut, Undang-undang nomor 2 tahun 1962 tentang
undang nomor 22 tahun 1997 tentang Narkotika, Undangundang nomor 23 tahun 1992
masa mendatang hukum kesehatan tersebut perlu lebih dikembangkan, sehingga dapat
dijamin adanya kepastian hukum bagi semua pihak yang terkait dengan SKN.
dan bidang, sudah dikembangkan. Pada saat ini telah disusun berbagai panduan
serta sistem perencanaan dan penganggaran kesehatan terpadu (P2KT). Pada masa yang
akan datang berbagai panduan ini perlu disempurnakan, seperti sistem penganggaran
desentralisasi.
10
B. PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN
YANG BERKUALITAS
Pembangunan kesehatan merupakan upaya memenuhi salah satu hak dasar rakyat,
yaitu hak memperoleh pelayanan kesehatan sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945
pasal 28 H ayat (1) dan Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan.
kualitas sumber daya manusia, yang antara lain diukur dengan Indeks Pembangunan
Manusia (IPM). Dalam pengukuran IPM, kesehatan adalah salah satu komponen utama
perubahan cara pandang (mindset) dari paradigma sakit ke paradigma sehat, sejalan
masalah dan tantangan baru muncul sebagai akibat dari perubahan sosial ekonomi serta
perubahan lingkungan strategis global dan nasional. Tantangan global antara lain
A. PERMASALAHAN
telah meningkat, akan tetapi disparitas status kesehatan antar tingkat sosial ekonomi,
antar kawasan, dan antar perkotaan-perdesaan masih cukup tinggi. Angka kematian
bayi dan angka kematian balita pada golongan termiskin hampir empat kali lebih tinggi
dari golongan terkaya. Selain itu, angka kematian bayi dan angka kematian ibu
melahirkan lebih tinggi di daerah perdesaan, serta pada penduduk dengan tingkat
11
pendidikan rendah. Persentase anak balita yang berstatus gizi kurang dan buruk di
oleh tenaga kesehatan terlatih dan cakupan imunisasi pada golongan miskin lebih
Beban ganda penyakit. Pola penyakit yang diderita oleh masyarakat sebagian besar
adalah penyakit infeksi menular seperti tuberkulosis paru, infeksi saluran pernafasan
akut (ISPA), malaria, diare, dan penyakit kulit. Namun demikian, pada waktu yang
bersamaan terjadi peningkatan penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan
pembuluh darah, serta diabetes mellitus dan kanker. Terjadinya beban ganda ini disertai
dengan meningkatnya jumlah penduduk, serta perubahan struktur umur penduduk yang
ditandai dengan meningkatnya penduduk usia produktif dan usia lanjut, akan
masyarakat di masa datang. Perilaku masyarakat yang kurang mendukung pola hidup
bersih dan sehat, perilaku hidup bersih dan sehat masyarakat merupakan salah satu
masyarakat yang tidak sehat dapat dilihat dari kebiasaan merokok, rendahnya
pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif, tingginya prevalensi gizi kurang dan gizi lebih
akibat kecelakaan.
Rendahnya kondisi kesehatan lingkungan. Salah satu faktor penting lainnya yang
tercermin antara lain dari akses masyarakat terhadap air bersih dan sanitasi dasar.
B. SASARAN
12
1. Seluruh anggota masyarakat dan korban di daerah bencana memperoleh pelayanan
2. Seluruh sarana dan prasarana kesehatan di daerah bencana dapat berfungsi kembali
3. Seluruh lingkungan fisik dan non fisik tidak menjadi reservoir dan bebas dari resiko
C. ARAH KEBIJAKAN
diarahkan pada :
2. Mobilisasi, penyaluran dan distribusi sumber daya kesehatan dilakukan dalam waktu
4. Kerjasama lintas program dan lintas sektor serta dengan seluruh pihak terkait baik di
program yang mempunyai daya ungkit tinggi, kelompok resiko tinggi dan di lokasi
bencana, diselenggarakan sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada tanpa
D. PROGRAM PEMBANGUNAN
13
1. PROMOSI KESEHATAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
Sasaran dari program ini adalah : meningkatnya proporsi keluarga yang berperilaku
hidup bersih dan sehat; meningkatnya upaya kesehatan yang bersumber dari
jalinan kemitraan dan peran serta dalam promosi kesehatan. Kegiatan pokok yang
edukasi (KIE);
terpadu, pondok bersalin desa, dan usaha kesehatan sekolah) dan generasi muda;
dan
Sasaran dari program ini adalah : meningkatnya proporsi keluarga yang memiliki akses
terhadap sanitasi dasar; meningkatnya proporsi keluarga yang memiliki akses terhadap
air bersih; menurunnya faktor resiko lingkungan penyebab penyakit dan gangguan
Kegiatan pokok yang dilakukan dalam program ini antara lain meliputi:
Sasaran dari program ini adalah : meningkatnya tingkat kunjungan (visit rate)
14
peningkatan Puskesmas dan jaringannya; terlaksananya pengadaan peralatan medis dan
postnatal dan neonatal. Kegiatan pokok yang dilaksanakan dalam program ini antara
lain meliputi:
dan jaringannya;
esensial;
Sasaran dari program ini adalah : meningkatnya tingkat kunjungan (visit rate)
sakit; terlaksananya pengadaan peralatan medis dan nonmedis rumah sakit; dan
terlaksananya uji coba pelayanan dokter keluarga. Kegiatan pokok yang dilakukan
15
termasuk pelayanan kesehatan traumatik
Sasaran dari program ini adalah : meningkatnya cakupan imunisasi; menurunnya angka
kesakitan dan kematian akibat penyakit malaria, demam berdarah dengue (DBD),
dan penanggulangan wabah. Kegiatan pokok yang dilaksanakan dalam program ini
e. Peningkatan imunisasi;
16
f. Penemuan dan tatalaksana penderita;
pemberantasan penyakit.
Sasaran dari program ini adalah : menurunnya prevalensi kurang gizi pada balita;
gangguan akibat kurang yodium (GAKY), kurang vitamin A, dan kekurangan zat gizi
mikro lainnya; dan meningkatnya jumlah keluarga sadar gizi. Kegiatan pokok yang
b. Surveilans gizi
akibat kurang yodium (GAKY), kurang vitamin A, dan kekurangan zat gizi
mikro lainnya;
e. Penanggulangan gizi-lebih;
Sasaran dari program ini adalah : meningkatnya proporsi puskesmas yang memiliki
17
meningkatnya mutu pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan; dan tersusunnya
Kegiatan pokok yang dilakukan dalam program ini antara lain meliputi:
Sasaran dari program ini adalah : meningkatnya ketersediaan dan pemerataan obat
kefarmasian yang bermutu di farmasi komunitas dan rumah sakit; dan tersusunnya
kebijakan harga obat yang dapat terjangkau masyarakat terutama oleh penduduk
miskin. Kegiatan pokok yang dilaksanakan dalam program ini antara lain meliputi:
18
untuk penduduk miskin; dan
Sasaran dari program ini adalah : meningkatnya pengawasan keamanan pangan dan
Kegiatan pokok yang dilakukan dalam program ini antara lain meliputi:
(NAPZA);
KESEHATAN
Sasaran dari program ini adalah : tersusunnya sistem perencanaan dan penganggaran;
19
sistem kesehatan daerah; dan tersusunnya kebijakan jaminan kesehatan untuk
masyarakat miskin. Kegiatan pokok yang dilakukan dalam program ini antara lain
meliputi:
hukum kesehatan;
sumber daya manusia penelitian dan pengembangan kesehatan di pusat dan daerah;
20
C. Strategi dan Sasaran Utama Pembangunan Kesehatan
Dalam mengatasi masalah kesehatan dapat digunakan beberapa strategi utama, antara
lain:
Sasaran utama strategi ini adalah seluruh desa menjadi desa siaga, seluruh
masyarakat berperilaku hidup bersih dan sehat serta seluruh keluarga sadar gizi.
Sasaran utama strategi ini adalah ; Setiap orang miskin mendapatkan pelayanan
kesehatan yang bermutu; setipa bayi, anak, dan kelompok masyarakat risiko tinggi
terlindungi dari penyakit; di setiap desa tersedia SDM kesehatan yang kompeten; di
setiap desa
Sasaran utama dari strategi ini adalah : setiap kejadian penyakit terlaporkan secara
setiap kejadian luar biasa (KLB) dan wabah penyakit tertanggulangi secara cepat
dan tepat
21
Strategi pembangunan kesehatan untuk mewujudkan Indonesia Sehat 2010 adalah :
nasional yang sedang dan atu akan diselenggarakan harus memiliki wawasan
peningkatan kesehatan tersebut akan lebih efektif dan efisien jika dilaksanakn
melalui upaya promotif dan preventif, bukan upaya kuratif dan rehabilitatif, maka
kegiatan penjabaran lebih lanjut dari konsep tersebut sehingga benar benar
menjadi operasional serta terukur segala pencapaian dan dampak yang dihasilkan.
dan teknologi, serta melalui penerapan nilai-nilai moral dan etika. Untuk
22
kesehatan yang seperti ini, jelaslah pengembangan sumber daya manusia
kesehatan profesional tidak akan terwujud apabila tidak didukung oleh tenaga
kesehatanyang bermutu, perlu pula didukung oleh penerapan nilau-nilai moral dan
etika profesi yang tinggi. Untuk terwujudnya pelayanan kesehatan yang seperti
ini, semua tenaga kesehatan dituntut untuk selalu menjunjung tinggi sumpah dan
kode etik profesi. Pelaksanaan perilaku yang dituntut dari tenaga kesehatan seperti
diatas perlu dipantau secara berkala melalui kerjasama dengan pelbagai organisasi
kualitas lainnya.
kemandirian masyarakat dalam pola hidup sehat, perlu digalang peran serta
yang pada dasarnya merupakan penataan sub sistem pembiayaan kesehatan dalam
bentuk mobilisasi sumber dana masyarakat, adalah wujud nyata dari peran serta
strategi JPKM akan lebih mengutamakan pelayanan promotif dan preventif, yang
apabila berhasil dilaksanakan, dinilai lebih efektif dan efisien dalam memelihara
23
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. Untuk terselenggaranya strategi tersebut
pihak yang terkait sehingga mereka memahami konsep dan program JKPM.
Badan Pelaksana JPKM, dan pengembangan unit pembina JPKM agar strategi
pelbagai upaya kesehatan harus berangkat dari masalah dan potensi spesifik
pemerintahan dan rumah tangga sendiri memang dipandang lebih sesuai untuk
dan penentuan peran pemerintah pusat dan daerah dalam bidang kesehatan,
penentuan kegiatan upaya kesehatan yang wajib dilaksanakan oleh daerah, analisa
terhadap pelayanan kesehatan yang antara lain tercermin pada beberapa indikator
sebagai berikut:
24
1. Meningkatnya proporsi keluarga yang berperilaku hidup bersih dan sehat;
2. Meningkatnya proporsi keluarga yang memiliki akses terhadap sanitasi dan air
bersih;
terlatih;
25
masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas. Pencapaian
yaitu :
1. Meningkatnya umur harapan hidup dari 66,2 tahun menjadi 70,6 tahun
kelahiran hidup
3. Menurunnya angka kematian ibu melahirkan dari 307 menjadi 226 per
4. Menurunnya prevalensi gizi kurang pada anak anak balita dari 25,8 %
menjadi 20%.
tingginya bagi setiap orang adalah salah satu hak asasi manusia tanpa
dilakukan secara cepat. Tindakan yang cepat juga harus diikuti dengan
yang tepat.
26
3. Kerjasama tim
4. Integritas tinggi.
tinggi.
27
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
SKN dipergunakan sebagai dasar dan acuan dalam penyusunan berbagai kebijakan,
berbagai sistem nasional lainnya dalam suatu suprasistem, bersifat dinamis dan selalu
mengikuti perkembangan. Oleh karena itu tidak tertutup terhadap penyesuaian dan
penyempurnaan.
diarahkan pada :
2. Mobilisasi, penyaluran dan distribusi sumber daya kesehatan dilakukan dalam waktu
4. Kerjasama lintas program dan lintas sektor serta dengan seluruh pihak terkait baik di
program yang mempunyai daya ungkit tinggi, kelompok resiko tinggi dan di lokasi
28
6. Pelayanan kesehatan dalam rangka penanggulangan masalah kesehatan akibat
bencana, diselenggarakan sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada tanpa
SARAN
1. Pembangunan kesehatan harus dipandang sebagai suatu investasi untuk
2. Komitmen dan kerjasama antara Negara berkembang dengan Negara maju untuk
mencapai MDG.
29
DAFTAR PUSTAKA
http://www.suarapembaruan.com
Dokumenhttp://www.digilib.ui.ac.id/opac/themes/libri2/detail.jsp?id=71470&lokasi=l
okaL
http://www.egroups.com/list/public-health/
30