Anda di halaman 1dari 11

1.

Masalah kesehatan di Indonesia

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang

Kesehatan adalah salah satu komponen utama selain pendidikan dan


pendapatan dalam undang-undang Nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan ditetapkan
bahwa kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan,jiwa dan social yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara social dan ekonomi. Kesehatan
merupakan investasi untuk mendukung pembangunan ekonomi serta memiliki peran
penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Pembangunan kesehatan harus
dipandang sebagai suatu investasi untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
Kondisi pembangunan kesehatan secara umum dapat dilihat dari status kesehatan dan
gizi masyarakat, yaitu angka kematian bayi, kematian ibu melahirkan, prevalensi gizi
kurang dan umur angka harapan hidup.

Bila dilihat permasalahan gizi antar provinsi terlihat sangat bervariasi yaitu
terdapat 10 provinsi dengan prevalensi gizi kurang diatas 30% dan bahkan ada yang
diatas 40% yaitu di provinsi Gorontalo, NTB, NTT dan Papua. Kasus gizi buruk
umumnya menimpa penduduk miskin/tidak mampu. Di sisi lain masalah baru gizi
seperti kegemukan, terutama di wilayah perkotaan cenderung meningkat karena
perubahan gaya hidup masyarakat. Angka kesakitan yang tinggi terjadi pada anak-anak
dan usia di atas 55 tahun, dengan tingkat morbiditas lebih tinggi pada wanita dibanding
pria. Sepuluh penyakit dengan prevalensi tertinggi adalah penyakit gigi dan mulut,
gangguan refraksi dan penglihatan, Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA), gangguan
pembentukan darah (anemia) dan imunitas, hipertensi, penyakit saluran cerna, penyakit
mata lainnya, penyakit kulit, sendi dan infeksi nafas kronik. Selain itu Indonesia juga
menghadapi “emerging deases” seperti demam berdarah dengue (DBD), HIV/AIDS,
Chikungunya, SARS, Avian Influenza serta penyakit-penyakit ”re-emerging diseases”
seperti malaria dan TBC.
Kondisi umum kesehatan seperti dijelaskan di atas dipengaruhi oleh berbagai
faktor yaitu lingkungan, perilaku, dan pelayanan kesehatan. Sementara itu pelayanan
kesehatan dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain ketersediaan dan mutu fasilitas
pelayanan kesehatan, obat dan perbekalan kesehatan, tenaga kesehatan, pembiayaan
dan manajemen kesehatan. Fasilitas pelayanan kesehatan dasar, yaitu Puskesmas
yang diperkuat dengan Puskesmas Pembantu dan Puskesmas keliling, telah didirikan di
hampir seluruh wilayah Indonesia. Saat ini, jumlah Puskesmas di seluruh Indonesia
adalah 7.550 unit, Puskesmas Pembantu 22.002 unit dan Puskesmas keliling 6.132
unit. Meskipun fasilitas pelayanan kesehatan dasar tersebut terdapat di semua
kecamatan, namun pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan masih
menjadi kendala. Fasilitas ini belum sepenuhnya dapat dijangkau oleh masyarakat,
terutama terkait dengan biaya dan jarak transportasi. Fasilitas pelayanan kesehatan
lainnya adalah Rumah Sakit yang terdapat di hampir semua kabupaten/kota, namun
sistem rujukan pelayanan kesehatan perorangan belum dapat berjalan dengan optimal.
Di bidang obat dan perbekalan kesehatan telah ditetapkan standar Cara
Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) dan jenis obat generik yang mencakup 220 obat.
Penggunaan obat generik dan obat tradisional cenderung mengalami kenaikan, dan 95
persen kebutuhan obat nasional telah dipenuhi dalam negeri. Demikian juga dengan
vaksin dan sebagian alat-alat kesehatan. Walaupun demikian ketersediaan, mutu,
keamanan obat dan perbekalan kesehatan masih belum optimal serta belum dapat
dijangkau dengan mudah oleh masyarakat.
Dalam aspek manajemen pembangunan kesehatan, dengan diterapkannya
desentralisasi kesehatan, permasalahan yang dihadapi adalah kurangnya sinkronisasi
kegiatan antara Pusat dan Daerah, peningkatan kapasitas SDM daerah terutama dalam
perencanaan, peningkatan sistem informasi, terbatasnya pemahaman terhadap
peraturan perundangan serta struktur organisasi kesehatan yang tidak konsisten.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian tersebut diatas, tulisan ini secara khusus akan membahas
permasalahan :
1) Bagaimana gambaran masalah kesehatan masyarakat yang ada di Indonesia saat ini ?
2) Bagaimana mengetahui sasaran dan strategi utama pembangunan kesehatan ?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Masalah Kesehatan Masyarakat di Indonesia


Belakangan ini di Indonesia terdapat beberapa masalah kesehatan penduduk
yang masih perlu mendapat perhatian secara sungguh-sungguh dari semua pihak
antara lain: anemia pada ibu hamil, kekurangan kalori dan protein pada bayi dan anak-
anak, terutama di daerah endemic, kekurangan vitamin A pada anak, anemia pada
kelompok mahasiswa, anak-anak usia sekolah, serta bagaimana mempertahankan dan
meningkatkan cakupan imunisasi. Permasalahan tersebut harus ditangani secara
sungguh-sungguh karena dampaknya akan mempengaruhi kualitas bahan baku sumber
daya manusia Indonesia di masa yang akan datang.
Masalah kesehatan tidak hanya ditandai dengan keberadaan penyakit, tetapi
gangguan kesehatan yang ditandai dengan adanya perasaan terganggu fisik, mental
dan spiritual. Gangguan pada lingkungan juga merupakan masalah kesehatan karena
dapat memberikan gangguan kesehatan atau sakit.di negara kita mereka yang
mempunyai penyakit diperkirakan 15% sedangkan yang merasa sehat atau tidak sakit
adalah selebihnya atau 85%. Selama ini nampak bahwa perhatian yang lebih besar
ditujukan kepada mereka yang sakit. Sedangkan mereka yang berada di antara sehat
dan sakit tidak banyak mendapat upaya promosi. Untuk itu, dalam penyusunan prioritas
anggaran, peletakan perhatian dan biaya sebesar 85 % seharusnya diberikan kepada
85% masyarakat sehat yang perlu mendapatkan upaya promosi kesehatan.
Beberapa permasalahan dan tantangan yang dihadapi dalam pembangunan
kesehatan antara lain :
1. Masih tingginya disparitas status kesehatan. Meskipun secara nasional kualitas
kesehatan masyarakat telah meningkat, akan tetapi disparitas status kesehatan antar
tingkat sosial ekonomi, antar kawasan, dan antar perkotaan-pedesaan masih cukup
tinggi.
2. Status kesehatan penduduk miskin masih rendah.
3. Beban ganda penyakit. Dimana pola penyakit yang diderita oleh masyarakat adalah
penyakit infeksi menular dan pada waktu yang bersamaan terjadi peningkatan penyakit
tidak menular, sehingga Indonesia menghadapi beban ganda pada waktu yang
bersamaan (double burden)
4. Kualitas, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan masih rendah.
5. Terbatasnya tenaga kesehatan dan distribusinya tidak merata.
6. Perilaku masyarakat yang kurang mendukung pola hidup bersih dan sehat.
7. Kinerja pelayanan kesehatan yang rendah.
B. Konsep Baru Tentang Makna Sehat
Konsep sakit-sehat senantiasa berubah sejalan dengan pengalaman kita tentang
nilai, peran penghargaan dan pemahaman kita terhadap kesehatan. Dimulai pada
zaman keemasan Yunani bahwa sehat itu sebagai virtue, sesuatu yang dibanggakan
sedang sakit sebagai sesuatu yang tidak bermanfaat.
Filosofi yang berkembang pada saat ini adalah filosofi Cartesian yang berorientasi
pada kesehatan fisik semata-mata yang menyatakan bahwa seseorang disebut sehat
bila tidak ditemukan disfungsi alat tubuh. Mental dan roh bukan urusan dokter-dokter
melainkan urusan agama. Setelah ditemukan kuman penyebab penyakit batasan sehat
juga berubah. Seseorang disebut sehat apabila setelah diadakan pemeriksaan secara
seksama tidak ditemukan penyebab penyakit. Tahun lima puluhan kemudian definisi
sehat WHO mengalami perubahan seperti yang tertera dalam UU kesehatan RI No. 23
tahun 1992 telah dimasukkan unsur hidup produktif sosial dan ekonomi.
Definisi terkini yang dianut di beberapa negara maju seperti Kanada yang
mengutamakan konsep sehat produktif. Sehat adalah sarana atau alat untuk hidup
sehari-hari secara produktif.

1. Paradigma Baru Kesehatan


Setelah tahun 1974 terjadi penemuan bermakna dalam konsep sehat serta
memiliki makna tersendiri bagi para ahli kesehatan masyarakat di dunia tahun 1994
dianggap sebagai pertanda dimulainya era kebangkitan kesehatan masyarakat baru,
karena sejak tahun 1974 terjadi diskusi intensif yang berskala nasional dan
internasional tentang karakteristik, konsep dan metode untuk meningkatkan
pemerataan pelayanan kesehatan bagi masyarakat.

2. Upaya Kesehatan
Program kesehatan yang mengutamakan upaya penyembuhan penyakit dalam
jangka panjang dapat menjadi bumerang terhadap program kesehatan itu sendiri, maka
untuk menyongsong PJP-II program kesehatan yang diperlukan adalah program
kesehatan yang lebih “efektif” yaitu program kesehatan yang mempunyai model-model
pembinaan kesehatan (Health Development Model) sebagai paradigma pembangunan
kesehatan yang diharapkan mampu menjawab tantangan sekaligus memenuhi PJP-II.
Model ini menekankan pada upaya kesehatan dan mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
a. Mempersiapkan bahan baku sumber daya manusia yang berkualitas untuk 20-25 tahun
mendatang.
b. Meningkatkan produktivitas sumber daya manusia yang ada.
c. Melindungi masyarakat luas dari pencemaran melalui upaya promotif-preventif-protektif
dengan pendekatan pro-aktif.
d. Memberi pelayanan kesehatan dasar bagi yang sakit.
e. Promosi kesehatan yang memungkinkan penduduk mencapai potensi kesehatannya
secara penuh (peningkatan vitalitas) penduduk yang tidak sakit (85%) agar lebih tahan
terhadap penyakit.
f. Pencegahan penyakit melalui imunisasi : bumil (ibu hamil), bayi, anak, dan juga
melindungi masyarakat dari pencemaran.
g. Pencegahan, pengendalian, penanggulangan pencemaran lingkungan serta
perlindungan masyarakat terhadap pengaruh lingkungan buruk (melalui perubahan
perilaku)
Upaya kesehatan seperti tersebut diatas tidak lain merupakan bentuk-bentuk
pelayanan kesehatan yang berorientasi pada upaya pencegahan.

3. Kebijakan Kesehatan Baru


Perubahan paradigma kesehatan yang kini lebih menekankan pada upaya
promotif-preventif dibandingkan dengan upaya kuratif dan rehabilitatif diharapkan
merupakan titik balik kebijakan Depkes dalam menangani kesehatan penduduk yang
berarti program kesehatan yang menitikberatkan pada pembinaan kesehatan bangsa
bukan sekedar penyembuhan penyakit. Thomas Kuha menyatakan bahwa hampir
setiap terobosan baru perlu didahului dengan perubahan paradigma untuk merubah
kebiasaan dan cara berpikir yang lama. Upaya kesehatan di masa dating harus mampu
menciptakan dan menghasilkan SDM Indonesia yang sehat produktif sehingga obsesi
upaya kesehatan harus dapat mengantarkan setiap penduduk memiliki status
kesehatan yang cukup.

4. Indikator Kesehatan
Untuk mengukur status kesehatan penduduk yang tepat digunakan adalah
indikator positif, bukan hanya indikator negatif (sakit, mati) yang dewasa ini masih
dipakai. WHO menyarankan agar sebagai indikator kesehatan penduduk harus
mengacu pada empat hal sebagai berikut :
a. Melihat ada tidaknya kelainan patosiologis pada seseorang
b. Mengukur kemampuan fisik
c. Penilaian atas kesehatan sendiri
d. Indeks massa tubuh

5. Tenaga Kesehatan
Tenaga kesehatan harus mampu mengajak, memotivasi dan memberdayakan
masyarakat, mampu melibatkan kerjasama lintas sektoral, mampu mengelola system
pelayanan kesehatan yang efisien dan efektif, mampu menjadi pemimpin, pelopor,
pembinaan dan teladan hidup sehat.
6. Pemberdayaan Masyarakat
Dalam pembinaan dan pemberdayaan masyarakat yang sangat penting adalah
bagaimana mengajak dan menggairahkan masyarakat untuk dapat tertarik dan
bertanggungjawab atas kesehatan mereka sendiri dengan memobilisasi sumber dana
yang ada pada mereka.

7. Kesehatan dan Komitmen Politik


Masalah kesehatan pada dasarnya adalah masalah politik oleh karena itu untuk
memecahkan masalah kesehatan diperlukan komitmen politik. Dewasa ini masih terasa
adanya anggapan bahwa unsur kesehatan penduduk tidak banyak berperan terhadap
pembangunan sosial ekonomi.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Paradigma sehat merupakan suatu strategi baru pembangunan kesehatan yang
memandang masalah kesehatan sebagai suatu variable kontinyu, direncanakan dalam
suatu system desentralisasi, dengan kegiatan pelayanan yang senantiasa bersifat
promotif untuk mengentaskan kesehatan masyarakat, oleh tenaga kesehatan
profesional bersama masyarakat yang partisipatif.
Selain itu, dalam paradigma sehat ini pengukuran derajat kesehatan masyarakat
tidak semata-mata dilihat dari penurunan kesakitan/kematian (dengan memakai
indikator negatif), tetapi lebih ditekankan pada pencapaian hasil peningkatan pada
angka kesehatan (indikator Positif). Nilai indikator positif ini diperoleh sebagai dampak
dari upaya kesehatan promotif yang telah dilaksanakan oleh tenaga kesehatan
professional dan didukung besarnya penempatan biaya upaya promotif yang sesuai.
Paradigma sehat mempunyai orientasi dimana upaya peningkatan kesehatan
masyarakat dititik beratkan pada :
1. Promosi kesehatan, peningkatan vitalitas penduduk yang tidak sakit (85%) agar lebih
tahan terhadap penyakit melalui olah raga, fitness dan vitamin.
2. Pencegahan penyakit melalui imunisasi pada ibu hamil, bayi dan anak.
3. Pencegahan pengendalian penanggulangan, pencemaran lingkungan serta
perlindungan masyarakat terhadap pengaruh buruk (melalui perubahan perilaku).
4. Memberi pengobatan bagi penduduk yang sakit, (15%) melalui pelayanan medis.
Paradigma sehat merupakan strategi pembangunan kesehatan untuk semua
sehat dimana mengarah kepada mempertahankan kondisi sehat dan tidak sakit dan
produktif yang dikenal dengan upaya promotif dan preventif kesehatan masyarakat
ketimbang upaya kuratif yang hanya menekankan pada upaya penanganan orang-
orang sakit.

B. Saran
1. Pembangunan kesehatan harus dipandang sebagai suatu investasi untuk
meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
2. Komitmen dan kerjasama antara negara berkembang dengan negara maju.
3. Meningkatkan kinerja pelayanan kesehatan karena merupakan salah satu faktor
penting dalam upaya peningkatan kualitas kesehatan penduduk dalam upaya
pembangunan kesehatan khususnya di Indonesia.
MAKALAH
BAHASA INDONESIA
Masalah Kesehatan Masyarakat di Indonesia

Kelompok 7 :

- Wulida Nur M Ula 17111101180

Fakultas Kesehatan Masyarakat


Universitas Sam Ratulangi
Manado
2017
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………….. i

DAFTAR ISI………………………………………………………………… ii

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………… 1

1. Latar Belakang
2. Rumusan Masalah

BAB II ISI…………………………………………………………………. 2

- Masalah Kesehatan Masyarakat di Indonesia


- Konsep Baru Tentang Makna Sehat

BAB III PENUTUP………………………………………………………… 3

- Kesimpulan
- Saran
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan
baik dan tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami membahas mengenai masalah
kesehatan masyarakat di Indonesia.

Makalah ini dibuat dengan berbagai observasi dan beberapa bantuan dari berbagai
pihak untuk membantu menyelesaikan berbagai hambatan selama mengerjakan
makalah ini. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini.
Oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang
dapat membangun kami. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk
penyempurnaan makalah selanjutnya.

Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita sekalian.

Anda mungkin juga menyukai