Anda di halaman 1dari 21

BAB II

KONSEP PRIMARY HEALTH CARE (PHC)


DAN PENERAPANNYA DI INDONESIA

A. LATAR BELAKANG PHC


Berakhirnya perang dunia II diikuti dengan tumbuhnya suatu semangat untuk
membangun dan memperbaiki kedaan yang telah dihancurkan oleh situasi perperangan. PBB
memproklamasikan periode ini sebagai stau kedaan “dekade pembangunan” dan membantu
pengerahan berbagai sumber dana dan sumber daya. Upaya ini telah memberikan perbaikan
secara sosial ekonomi di berbagai negara, tetapi juga mengandung beberapa kelemahan.
Pada periode 70-an, semakin dirasakan adanya kesenjangan antara negara-negara maju
dan negara berkembang, karena negara maju telah mengalami kemajuan sosial ekonomi yang
jauh lebih pesat dibandingkan dengan kedaan di negara-negara yang sedang berkembang.
Kedaaan ini di negara yang sedang berkembang juga memperlihatkan adanya ketimpangan
yang besar dalam tingkat kesejahteraan dari berbagai kelompok sosial ekonomi yang ada.
Bagian terbesar dari penduduk di negara yang sedang berkembang ternyata belum ikut
merasakan manfaat pembangunan. Hasil pembangunan yang semula diharapkan akan menetes
kebawah (“trickle down effect” ) ternyata hanya dinikmati oleh sekelompok lapisan
masyarakat atas. Indikator kemajuan pembangunan yang ditekankan kepada hal-hal yang
bersifat fisik dan ekonomi ternyata tidak sesuai dengan kenyataan yang dirasakan oleh
sebagian besar masyarakat. Kenyataan ini akhirnya menumbuhkan kesadaran baru untuk
mencari pilihan strategi pembangunan yang lebih memungkinkan peningkatan kualitas hidup
masyarakat secara keseluruhan.
Sebagaimana dengan kedaaan pembangunan pada umumnya, hasil pembangunan di
sektor kesehatan juga menunjukan masih banyak hal-hal yang memprihatinkan. Dari catatan
WHO pada tahun 1972, terlihat bahwa rata-rata pendapatan perkapita di negara-negara Asia
dan Afrika berkisar antara US $20 – 25 dibandingkan dengan US $ 4.980 di USA dan US $
3.400 di Perancis. Perbedaan yang mencolok ini mempengaruhi tingkat kesehatan masyarakat,
dimana tingkat tingkat kematian balita di negara-negara yang sedang berkembang mencapai
30 – 50 kali leih tinggi dibandingkan dengan negara-negara maju. Hal ini masih ditambah lagi
dengan angka kelahiran yang tinggi, alokasi anggaran pembangunan kesehatan yang rendah

38 Bahan Ajar: Keperawatan Kesehatan Komunitas. Disusun Oleh Syahrum, S.Pd., M.Kes
dibandingkan dengan sektor lainnya, pelayanan kesehatan yang terkotak-kotak dan
spesialistis, penggunaan teknologi yang semakin tinggi dan mahal, orientasi yang lebih
banyak pada kuratif daripada pereventif dan kecenderungan untuk lebih mengutamakan
kepentingan kesehatan sebagian kecil masyakat yang daripada kepentingan masyarakat
banyak. Dilihat dari segi cakupan, upaya kesehatan yang ada ternyata hanya dimanfaatkan
oleh sebagian kecil masyarakat dan terutama yang tinggal diperkotaan. Dan meskipun
terdapat keterangan dalam sumber dana maupun sumber daya, tetapi yang terjadi adalah suatu
pembatasan yang ketat bahwa upaya pengobatan/kesehatan meruapakan hak ekslusif dari
profesi kesehatan profesional yang jumlahnya terbatas.
Melihat kenyataan ini, pada tahun 1973 WHO mengadakan studi pebandingan di
bebagai negara untuk mempelajari cara-cara penyelenggaraan kegiatan pembangunan
kesehatan yang lebih efektif dan mampu mencapai bagian terbesar masyarakat, khususnya
yang berada di daerah pedesaan. Hasil studi ini kemudian disusul dengan rekomendasi yang
selanjunya menjadi dasar bagi konsep “Kesehatan untuk Semua pada tahun 2000 melalui
Primary Health Care”. Yang dicanangkan pada tahun 1978 di Alma Ata. Sejak saat ini
berbagai negara secara resmi menggunkan konsep PHC untuk kebijakan pembangunan di
negaranya, termasuk Indonesia.

B. PERKEMBANGAN PHC DI INDONESIA


Di Indonesia sendiri, masalah ketimpangan dalam upaya kesehatan juga dirasakan.
Upaya kuratif lebih diutamakan daripada upaya prenventif, sarana pelayanan kesehatan
diwujudkan dalam bentuk pembangunan rumah sakit yang ummnya berada di perkotaan dan
kecenderungan penggunaan teknologi kesehatan yang canggih dan mahal dengan penanganan
penderita yang terkotak-kotak oleh spesialisasi. Meskipun bagian terbesar dari masyarakat
yang tinggal di daerah pedesaan , tetapi sarana dan petugas kesehatan betumpuk di dearah
perkotaan. Di lain pihak sarana yang masih ada masih kurang dimanfaatkan secara optimal
akibat adanya kesenjangan antara “provider” dan “consumer”. Hal ini mengakibatkan
cakupan pelayanan yang terbatas sehingga tidak banyak berpengaruh untuk meningkatkan
derajat kesehatan secara keseluruhan.
Situasi ini merangsang tumbuhnya prakarsa dari berbagai pihak untuk mencari suatu
strategi pelayanan kesehatan masyarakat yang sesuai dengan kondisi stempat. Pada tahun
1967, di kampung Klaten, Solo dikembanngkan suatu model pelayanan kesehatan dengan cara

39 Bahan Ajar: Keperawatan Kesehatan Komunitas. Disusun Oleh Syahrum, S.Pd., M.Kes
asuransi sederhana yang disebut sebagai “Dana Sehat”. Pada tahun 1972 di Klampok, Kec.
Purworejo (Banjarnegara,Jateng) hal yang serupa juga muncul dan diperoleh suatu
pengalaman bahwa karena masyarakat memberi perioritas yang rendah terhadap kesehatan,
diperlukan suatu pendekatan tidak lansung dengan mencoba ikut membantu menangani
masalah yang sifatnya health-related atau bahkan yang non-health.
Melihat munculnya berbagai pendekatan tampaknya cukup efektif, maka pada tahun
1975 Departemen Kesehatan membentuk sebuah tim kerja untuk megembangkan sutau
pendekatan yang dapat meningkatkan cakupan dan derajat kesehatan masyarakat secara
efektif. Pada Rapat Kerja Kesehatan Nasional tahun 1976, Konsep Pembinaan Kesehatan
Masyarakat Desa (PKMD) diperkenalkan secara resmi kepada para Kepala Kanwil/Dinas
Kesehatan seluruh Indonesia dan stafnya. Pada tahun 1977 sebuah tim khusus kemudian
melakukan sebuah quick survey yang meliputi 30 desa di 6 propinsi dalam periode waktu
sekitar 3 bulan, untuk untuk mempelajari berbagai cara tersebut. Ciri yang menonjol dalam
berbagai pendekatan yang ditemukan dilapangan tersebut adalah keterlibatan masyarakat
dalam penyelenggaraan upaya kesehatan melalui penggunaan kader kesehatan, dan upaya
penggalian dana stempat yang dikenal sebagai Dana Sehat. Kegiatan-kegiatan inilah yang
kemudian disebut sebagai Pembinaan Kesehatan Masyarakat Desa yang disingkat PKMD.
Pada Rakernas tahun 1977 PKMD secara resmi diterima sebagai salah satu kebijakan
nasional dan sejak tahun ini istilah Pembinaan diganti dengan Pebangunan dengan alasan
bahwa kegiatan PKMD merupakan bagian integral dari pembangunan desa. Pada tahun 1978,
delegasi Indonesia yang dipimpin oleh Menteri Kesehatan dalam persidangan WHO/UNICEF
di Alma Ata membawakan kebijakan PKMD ini sebagai suatu kebijakan nasional
pembangunan kesehatan di Indonesia.
Dalam perkembangan selanjutnya, sejak tahun 1984 mulai dikembangkan suatu upaya
untuk lebih meningkatkan keterpaduan kegiatan kesehatan dan keluarga berencana,
khususnya dalam kaitan untuk menurunkan angka kematian bayi dan anak serta pelembagaan
Norma Keluraga Kecil, Bahagian dan Sejahtera (NKKBS). Di tingkat operasional , upaya ini
dilaksanakan melalui Pos Pelayanan Terpadu atau Posyandu. Dalam kegiatannya maka
Posyandu terutama dirahkan pada lima program pokok, yaitu (1) immunisasi, (2)
pemerantasan diare dengan pemberian oralit, (3) kesehatan ibu dan anak, (4) pebaikan gizi
dan (5) keluarga berencana. Meskipun demikian, tetap terbuka kemungkinan untuk
menambah dengan kegiatan kesehatan lainnya, sesuai dengan situasi dan kondisi stempat.

40 Bahan Ajar: Keperawatan Kesehatan Komunitas. Disusun Oleh Syahrum, S.Pd., M.Kes
Dikaitkan dengan PKMD maka posyandu adalah merupakan salah satu bentuk kegiatan
PKMD, dimana lingkup kegiatannya lebih diarahkan ke lima program prioritas tersebut.

C. PENGERTIAN PHC
Menurut batasan pengertian yang dirumsuakn dalam Deklarasi Alma Ata maka PHC
diartikan sebagai :
Upaya kesehatan utama (primer) yang didasarkan kepada metoda dan teknologi yang
praktis, ilmiah dan dapat diterima secara sosial, yang terjangkau oleh semua individu dan
keluarga dalam masyarakat melalui partisipasinya yang penuh, serta dalam batas kemampuan
penyelengaraan yang dapat disediakan oleh masyarakat dan pemerintah disetiap tahap
pembangunan, dalam suatu semangat kemandirian (WHO & UNICEF, 1978)
Oleh Departemen Kesehatan, PHC dijabarkan secara operasional dalam bentuk
PKMD, dalam batasan pengertian: Rangkaian kegiatan masyarakat yang dilakukan
berdasrkan gotong royong dan swadaya dalam rangka menolong mereka sendiri, untuk
menganal dan memecahkan masalah dan kebutuhan yang dirasakan dalam masyarakat, agar
mampu memelihara dan meningkatkan kehidupannya yang sehat dan Sejahtera (Depkes,
1984)
Dari batasan pengertian PHC oleh WHO & UNICEF, terlihat bahwa PHC merupakan
upaya kesehatan yang didasarkan kepada upaya teknologi tepat guna, dapat diterima secara
sosial (socially acceptable), terjangkau dalam masyarakat (accessible) dan tidak mahal
(affordable). Upaya kesehatan ini melibatkan masyarakat secara aktif dan di dasarkan kepada
kemandiriaan.
Dari pengertian PKMD menurut depertemen kesehatan terlihat bahwa PKMD
merupakan kegiatan masyarakat untuk meningkatkan derajat kesehatan dan kesejahteraan,
melalui kegiatan-kegiatan mandiri yang berkaitan lansung atau tidak lansung dengan
kesehatan.
WHO dan UNICEF menambahkan juga bahwa kegiatan PHC (Ruang Lingkup
PHC/Essential Component/Elements) dapat meliputi salah satu atau beberapa kegiatan
beriku:
1. Pendidikan tentang masalah kesehatan yang ada dan cara
mengidentifikasi, mencegah, dan mengendalikannya

41 Bahan Ajar: Keperawatan Kesehatan Komunitas. Disusun Oleh Syahrum, S.Pd., M.Kes
2. Promosi penyediaan pangan dan gizi yang layak, kecukupan air bersih,
dan sanitasi dasar
3. Perawatan kesehatan ibu dan anak termasuk keluarga berencana
4. Imunisasi terhadap penyakit menular utama
5. Pencegahan dan pengendalian penyakit endemik lokal
6. Pengobatan penyakit dan cedera umum
7. Promosi kesehatan mental
8. Pemberian obat esensial
Elemen yang Diperluas di Abad 21
1. Pilihan imunisasi yang lebih dikembangkan
2. Kebutuhan Kesehatan Reproduksi
3. Penyediaan teknologi penting untuk kesehatan
4. Promosi kesehatan
5. Pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular
6. Keamanan pangan dan penyediaan suplemen makanan tertentu

Dari pengertian PHC dan elemen-elemennya tersebut diatas, tampak bahwa “cakupan”
masalah dalam PHC tampak lebih “spesifik” dan “dibatasi” dalam masalah kesehatan. Dari
pengertian PKMD oleh Depertemn Kesehatan , cakupan “masalah” lebih bersifat broad
spectrum yaitu meliputi masalah kesehatan dan yang berkaitan dengan kesehatan. Hal ini
dapat dimengeti karena beberapa kegiatan yang merupakan rintisan PKMD, seperti misalnya
Banjarnegara, dimulai dari upaya pemecahan masalah non-kesehatan (misalnya perbaikan
irigasi, tungku sekam padi). Oleh karena itu pulalah dalam kegiatan PKMD sangat ditekankan
pentingnya kerjasama lintas sektoral, untuk pemecahan masalah yang sifatnya non-kesehatan.
Dengan diresmikannya PKMD sebagai suatu kebijakan nasional, maka suatu prkarsa
yang bersifat lokal sekarang diadopsi secara nasional. Di satu pihak, ini memberikan
keuntungan karena upaya lokal yang sporadis sekarang digerakan dalam skala nasional,
disertai dengan adanya dukungan sumber yang lebih besar. Dengan cara ini diharapkan
dampak dari PKMD untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat akan lebih terasa
secara nasional. Di pihak lain, upaya yang semula lokal dan ditangani secara individual,
sekarang berubah menjadi suatu target yang harus dicapai dengan pembatasan waktu. Akibat

42 Bahan Ajar: Keperawatan Kesehatan Komunitas. Disusun Oleh Syahrum, S.Pd., M.Kes
sampingan yang segera terasa adalah kegiatan-kegiatan yang sifatnya persiapan sosial tidak
dilakukan dengan memadai, sehingga di beberapa tempat kegiatan PKMD dilaksanakan
secara “karbitan”. Hal ini berakibat beberapa kegiatan PKMD tidak terlaksana dengan baik.

D. PRINSIP PHC
Berdasarkan pada pengertian dan kegiatan PHC (Element/Ruang Lingkup), dalam
konferensi Alma Ata ditetapkan prinsip-prinsip PHC sebagai pendekatan atau strategi global
guna mencapai kesehatan bagi semua. Lima prinsip PHC sebagai berikut :

1. Pemerataan upaya kesehatan


Prinsip kunci pertama dalam strategi perawatan kesehatan primer adalah
pemerataan atau pemerataan pelayanan kesehatan. Layanan kesehatan harus
dibagikan secara merata oleh semua orang tanpa memandang kemampuan mereka
untuk membayar dan semua (kaya atau miskin, perkotaan atau pedesaan) harus
memiliki akses ke layanan kesehatan. Saat ini layanan kesehatan terutama berada di
kota-kota dan sulit dijangkau oleh mayoritas penduduk di negara berkembang.
Distribusi perawatan kesehatan menurut prinsip ini yaitu perawatan primer dan
layanan lainnya untuk memenuhi masalah kesehatan utama dalam masyarakat harus
diberikan sama bagi semua individu tanpa memandang jenis kelamin, usia, kasta,
warna, lokasi perkotaan atau pedesaan dan kelas sosial.

2. Penekanan pada upaya preventif


Upaya preventif adalah upaya kesehatan yang meliputi segala usaha, pekerjaan dan
kegiatan memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan dengan peran serta
individu agar berprilaku sehat serta mencegah berjangkitnya penyakit.

3. Penggunaan teknologi tepat guna dalam upaya kesehatan


Teknologi yang berwawasan ilmiah, dapat beradaptasi dengan kebutuhan lokal, dan
dapat diterima oleh mereka yang menerapkannya dan untuk siapa teknologi tersebut
digunakan dan dapat dipertahankan oleh masyarakat itu sendiri dengan sumber
daya yang mampu dimiliki oleh masyarakat dan negara.
Teknologi medis harus disediakan yang dapat diakses, terjangkau, layak dan
diterima budaya masyarakat (misalnya penggunaan kulkas untuk vaksin cold
storage).

43 Bahan Ajar: Keperawatan Kesehatan Komunitas. Disusun Oleh Syahrum, S.Pd., M.Kes
4. Peran serta masyarakat dalam semangat kemandirian
Tanggung jawab keseluruhan ada pada Negara. Keterlibatan individu, keluarga, dan
komunitas dalam mempromosikan kesehatan dan kesejahteraan mereka sendiri
merupakan unsur penting dari perawatan kesehatan primer. Cakupan puskesmas
tidak dapat dicapai tanpa keterlibatan masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan
dan pemeliharaan pelayanan kesehatan.
Peran serta atau partisipasi masyarakat untuk membuat penggunaan maksimal dari
lokal, nasional dan sumber daya yang tersedia lainnya. Partisipasi masyarakat
adalah proses di mana individu dan keluarga bertanggung jawab atas kesehatan
mereka sendiri dan orang-orang di sekitar mereka dan mengembangkan kapasitas
untuk berkontribusi dalam pembangunan masyarakat. Partisipasi bisa dalam bidang
identifikasi kebutuhan atau selama pelaksanaan.
Masyarakat perlu berpartisipasi di desa, lingkungan, kabupaten atau tingkat
pemerintah daerah. Partisipasi lebih mudah di tingkat lingkungan atau desa karena
masalah heterogenitas yang minim.

5. Kerjasama lintas sektoral dalam membangun kesehatan


Deklarasi Alma –Ata menyatakan bahwa Puskesmas selain sektor kesehatan yang
melibatkan semua sektor terkait dan aspek pembangunan nasional dan masyarakat,
khususnya pendidikan, pertanian, peternakan, pangan, industri, pendidikan,
perumahan, pekerjaan umum dan komunikasi. Untuk mencapai kerja sama,
diperlukan perencanaan di tingkat negara yang melibatkan semua sektor.
Pengakuan bahwa kesehatan tidak dapat diperbaiki oleh intervensi hanya dalam
sektor kesehatan formal; sektor lain yang sama pentingnya dalam mempromosikan
kesehatan dan kemandirian masyarakat. Sektor-sektor ini mencakup, sekurang-
kurangnya: pertanian (misalnya keamanan makanan), pendidikan, komunikasi
(misalnya menyangkut masalah kesehatan yang berlaku dan metode pencegahan
dan pengontrolan mereka); perumahan; pekerjaan umum (misalnya menjamin
pasokan yang cukup dari air bersih dan sanitasi dasar); pembangunan perdesaan;
industri; organisasi masyarakat (termasuk Panchayats atau pemerintah daerah ,
organisasi-organisasi sukarela , dll).

44 Bahan Ajar: Keperawatan Kesehatan Komunitas. Disusun Oleh Syahrum, S.Pd., M.Kes
E. TUJUAN PHC
Tujuan PHC adalah untuk mengatasi masalah kesehatan utama dalam masyarakat
dengan upaya yang berfokus pada preventif, promotif, dengan tidak mengabaikan kuratif
dan rehablitatif.

1. Tujuan Umum
Mencoba menemukan kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan yang
diselenggarakan, sehingga akan dicapai tingkat epuasan pada masyarakat yang
menerima pelayanan

2. Tujuan Khusus
a. Pelayanan harus mencapai keseluruhan penduduk yang dilayanai
b. Pelayanan harus dapat diterima oleh penduduk yang dilayani
c. Pelayanan harus berdasarkan kebutuhan medis dari populasi yang dilayani
d. Pelayanan harus secara maksimum menggunkan tenaga dan sumber – sumber
daya lain dalam memenuhi kebutuhan masyarakat

F. FALSAFAH PHC
Dikaji dari sejarah munculnya PHC dan tujuannya serta dibatasi kegiatan PKMD di
bidang kesehatan, maka yang menjadi falsafah PHC adalah:
1. PHC merupakan bagian integral dari kesehatan nasional
2. PHC merupakan bagian integral dari perkembangan sosial ekonomi menyeluruh
dari masyarakat
3. PHC memusatkan perhatian pada masalah kesehatan utama komunitas.

G. CIRI-CIRI PHC
1. Pelayanan yang utama dan intim dengan masyarakat (Partnership)
2. Pelayanan yang menyeluruh
3. Pelayanan yang terorganisasi
4. Pelayanan yang mementingkan kesehatan individu maupun masyarakat
5. Pelayanan yang berkesinambungan
6. Pelayanan yang progresif
7. Pelayanan yang berorientasi kepada keluarga

45 Bahan Ajar: Keperawatan Kesehatan Komunitas. Disusun Oleh Syahrum, S.Pd., M.Kes
8. Pelayanan yang tidak berpandangan kepada salah satu aspek saja

H. SASARAN PHC
Yang merupakan sasaran dari PHC tidak saja individu, keluarga dan masyarakat,
tetapi juga pemberi layanan kesehatan itu sendiri. Oleh karena itu pelaksanaan pelayanan
kesehatan utama dilakukan bersama-sama dengan masyarakat, dalam artian masyarakat
terlibat secara aktif.

I. PERANAN DAN KEDUDUKAN KADER KESEHATAN DALAM PHC


Salah satu bentuk partisipasi masyarakat dalam PHC adalah menjadi kader kesehatan.
Seorang kader kesehatan merupakan warga masyarakat yang terpilih dan diberi bekal
keterampilan kesehatan melalui pelatihan oleh sarana pelayanan kesehatan/Puskesmas
Setempat. Kader kesehatan ini selanjutnya akan menjadi motor penggerak atau pengelola dari
upaya kesehatan primer. Melalui kegiatannya sebagai kader ia diharapkan mampu
menggerakan masyarakat untuk melakukan kegiatan yang bersifat swadya dalam rangka
peningkatan status kesehatan. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan meliputi kegiatan yang
sifatnya promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif.
Meskipun pengobatan tradisional merupakan hal yang sudah dikenal oleh masyarakat
banyak, tetapi upaya kesehatan primer yang dikelola oleh kader merupkan hal yang masih
baru bagi masyarakat. Pada pengobatan tradisional misalnya oleh dukun bayi atau dukun
patah tulang, maka perilaku aktif kegiatan pengobatan tradisional merupakan figur yang
sudah dikenal oleh masyarakat karena disini biasanya terjadi “Alih Generasi” melalui
keturunan. Hal ini memberikan suatu kredibilitas tersendiri bagi dukun yang bersangkutan,
khususnya kredibilitas dalam segi kemampuan (competen credibility).
Pengelolaan kegiatan upaya kesehatan primer di lain pihak dilaksanakan oleh kader
kesehatan yang sebelumnya sering kali tidak dikenal mempunyai keterampilan
kesehatan/pengobatan. Meskipun figur kader itu sendiri bukan orang yang asing bagi
masyarakat sekitarnya, tetapi peranannya sebegai seorang yang mempunyai keterampilan di
bidang kesehatan/pengobatan merupakan hal baru bagi masyarakat lingkungannya. Oleh
karena itulah seorang kader sering kali memulai kegiatannya tanpa bekal dari segi competent
credibility. Dalam hal kader tersebut sebelumnya memang sudah merupakan seorang tokoh

46 Bahan Ajar: Keperawatan Kesehatan Komunitas. Disusun Oleh Syahrum, S.Pd., M.Kes
masyarakat yang disegani, maka disini kader tersebut setidaknya sudah memiliki safety
credibility.
Faktor kredibilitas merupakan yang penting dimiliki oleh seorang kader kesehatan,
karena tanpakredibilitas maka ia tidak dapat mengembangkan peranannya untuk mengelola
suatu upaya kesehatan primer. Disinilah peranan petugas kesehatan atau lembaga pelayanan
kesehatan profesional setempat menjadi penting untuk membantu kader kesehatan
memperoleh kredibilitas di mata masyarakat lingkungannya.
Competent credibility bisa diperoleh melalui pelatihan keterampilan di bidang teknik-
teknik kesehatan sederhana, sehingga seorang kader kesehatan mampu memberikan nasehat-
nasehat teknis kepada masyarakat yang memerlukannya. Melalui keterampilan ini secara
bertahap ia akan membangun citra dirinya sebagai seorang yang dapat dipercaya (safety
credibility). Bekal kredibilitas ini akan membantunya untuk secara efektif menjalankan peran
sebagai anggota pengelola upaya kesehatan primer. Petugas kesehatan setempat bisa
membantu kader memperoleh kredibilitas ini jika antara petugas dan kader bisa dibangun
suatu interaksi yang bersifat partnership, jika pembimbing (supervisi) dilaksanakan secara
edukatif. Memperlakukan kader kesehatan hanya sekedar perpanjangan tangan (extension)
dari petugas atau bahkan sebagai “pembantu” petugas akan menyebabkan kaader kehilangan
kredibilitasnya dimata masyarakat. Bagi kader sendiri perlakuan seperti ini terhadap dirinya
jelas bukan merupakan sesuatu yang rewarding. Dampaknya akan terlihat dalam bentuk tidak
berjalannya upaya kesehatan primer yang dikelola kader atau dalam bentuk tingginya drop-
out kader.
Dalam pengembangan kader kesehatan terdapat unsur kesukarelaan (Volunteering)
yang merupakan hal penting, karena fungsi sebagai kader memang merupakan suatu tugas
sosial. Tetapi ini tidak berarti seorang kader tidak memerlukan penghargaan (reward), baik
yang sifatnya non-material ataupun bersifat material. Tidak hanya mekanisme pemberian
penghargaan untuk kader dapat memperngaruhi kelestarian kegiatan kader. Oleh karena itu
perlu dikembangkan sesuatu yangmenimbulkan kepuasan (rewarding) kepuasan ini timbul
jika kader merasakan bahwa kredibilitasnya menjadi meningkat dengan aktiviasnya sebagai
kader.

47 Bahan Ajar: Keperawatan Kesehatan Komunitas. Disusun Oleh Syahrum, S.Pd., M.Kes
J. TANGGUNG JAWAB PERAWAT DALAM PHC
Berdasarkan pada keterlibatan masyarakat dan kedudukan kader kesehatan dalam
PHC, maka tanggungjawab perawat sebagai salah astu anggota tim kesehatan yang
memberikan pelayanan adalah sebagai berikut:
1. Mendorong partisipati aktif masyarakat dalam pengembangan implementasi
pelayanan kesehatan dan program pendidikan kesehatan.
Dalam hal ini perawat memiliki tanggung jawab untuk mengajak masyarakat untuk
berperan aktif dalam PHC (Primary Health Care) dan ikut serta dalam
pengembangan dan implementasi pelayanan kesehatan dan program pendidikan
kesehatan.
2. Menjalin kerja sama dengan masyarakat, keluarga, dan individu
Bentuk kerjasama yang dimaksud yaitu bersama-sama dengan masyarakat dalam
mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan Primary Health Care (PHC) dan
mencegah terjadinya mewabahnya suatu penyakit. Selain itu, degan melakukan
kerja sama ini di harapkan masyarakat mampu berperan aktif dalam PHC ( Primary
Health Care).
3. Mengajarkan konsep kesehatan dan teknis asuhan
Dalam hal ini,perawat memiliki tanggung jawab untuk mengajarkan masyarakat.
Seperti melakukan penyuluhan tentang kesehatan, dan memberikan evaluasi saat
penyuluhan tersebut
4. Memberikan bimbingan dan dukungan kepada petugas pelayanan kesehatan dan
kepada masyarakat
Tanggung jawab perawat dalam hal ini memberikan bimbingan tentang bagaimana
menanggulangi masalah kesehatan yang biasa terjadi di masyarakat sehingga
masyarakat dapat menanggulangi masalah kesehatan yang terjadi di keluarganya
masing-masing.
Contoh : Memberikan pelatihan tentang kesehatan kepada petugas kesehatan
maupun masyarakat

5. Menggkoordinir kegiatan pembangunan kesehatan masyarakat


Dalam melaksanakan PHC (Primary Health Care), tentu perawat tidak akan bisa
bekerja sendiri. Perawat pasti akan membutuhkan tenaga professional lainnya untuk

48 Bahan Ajar: Keperawatan Kesehatan Komunitas. Disusun Oleh Syahrum, S.Pd., M.Kes
mewujudkan tujuan dari PHC ( Primary Health Care) itu sendiri. Perawat harus
selalu berkoordinasi dengan tenaga kesehatan lain maupun pemerintah setempat.
Contoh : Dalam menangani kasus gizi buruk di suatu wilayah,perawat
membutuhkan seorang ahli gizi untuk membantu menanggulangi masalah tersebut .

Perawat komunitas sebagai anggota tim kesehatan dalam melaksanakan tanggung


jawabnya harus mampu membina kerja sama dengan tim kesehatan khususnya dalam hal
1. Melaksanakan pelayanan Kesehatan pokok
2. Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memilihara diri sendiri melalui
pendidikan kesehatan, dan asuhan keperawatan terhadap individu, keluarga, dan
masyarakat
3. Peningkatan derajat kesehatan masyarakat
4. Mengaplikasikan kebijak sanaan tentang kesehatan masyarakat

K. STRATEGI PELAKSANANAAN PHC DI INDONESIA


Primary Health Care (PHC) bertujuan untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap
pelayanan kesehatan yang berkualitas. Di Indonesia, PHC memiliki 3 (tiga) strategi utama,
yaitu kerjasama multisektoral, partisipasi masyarakat, dan penerapan teknologi yang sesuai
dengan kebutuhan dengan pelaksanaan di masyarakat.
Menurut Deklarasi Alma Ata (1978) PHC adalah kontak pertama individu, keluarga,
atau masyarakat dengan sistem pelayanan. Pengertian ini sesuai dengan definisi Sistem
Kesehatan Nasional (SKN) tahun 2009, yang menyatakan bahwa Upaya Kesehatan Primer
adalah upaya kesehatan dasar dimana terjadi kontak pertama perorangan atau masyarakat
dengan pelyanan kesehatan.
1. Strategi I : Kerja Sama Multi Sektoral
Dalam mendukung strategi PHC yang pertama, Kementerian Kesehatan RI
mengadopsi nilai inklusif, yang merupakan salah satu dari 5 nilai yang harus
diterapkan dalam pelaksanaan pembangunan kesehatan, yaitu pro-rakyat, inklusif,
responsif, efektif, dan bersih.
2. Strategi II: Partisipasi Masyarakat
Strategi PHC yang kedua, sejalan dengan misi Kementerian Kesehatan, yaitu :

49 Bahan Ajar: Keperawatan Kesehatan Komunitas. Disusun Oleh Syahrum, S.Pd., M.Kes
1) Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, melalui pemberdayaan masyarakat,
termasuk swasta dan masyarakat madani;
2) Melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya
kesehatan yang paripurna, merata bermutu dan berkeadilan;
3) Menjamin ketersediaan dan pemerataan sumber daya kesehatan; dan
4) Menciptakan tata kelola kepemerintahan yang baik.
3. Strategi III : Penerapan Teknologi yang Sesuai dengan Kebuthan dan pelaksanaan
di Masyarakat
Untuk strategi ketiga, Kementerian Kesehatan saat ini memiliki salah satu program
yaitu saintifikasi jamu yang dimulai sejak tahun 2010 dan bertujuan untuk
meningkatkan akses dan keterjangkauan masyarakat terhadap obat-obatan. Program
ini memungkinkan jamu yang merupakan obat-obat herbal tradisional yang sudah
lazim digunakan oleh masyarakat Indonesia, dapat teregister dan memiliki izin edar
sehingga dapat diintegrasikan di dalam pelayanan kesehatan formal. Untuk
mencapai keberhasilan penyelenggaraan PHC bagi masyarakat, diperlukan
kerjasama baik lintas sektoral maupun regional, khususnya di kawasan Asia
Tenggara.

Dalam penerapannya ada beberapa masalah yang terjadi di Indonesia. Permasalahan


yang utama ialah bagaimana primary health care belum dapat dijalankan sebagaimana
semestinya. Oleh karena itu, ada beberapa target yang seharusnya dilaksanakan dan dicapai
yaitu:
1. Memantapkan Kemenkes berguna untuk menguatkan dan meningkatkan kualitas
pelayanan dan mencegah kesalahpahaman antara pusat keehatan dan masyarakat
2. Pusat Kesehatan yang bersahabat merupakan metode alernatif untuk menerapkan
paradigma sehat pada pelaksana pelayanan kesehatan.
3. Pelayanan kesehatan primer masih penting pemberdayaan masyarakat dalam bidang
kesehatan.
4. Pada era desentralisasi, variasi pelayanan kesehatan primer semakin melebar dan
semakin dekat pada budaya lokal.

50 Bahan Ajar: Keperawatan Kesehatan Komunitas. Disusun Oleh Syahrum, S.Pd., M.Kes
L. PEMBANGUNAN KESEHATAN MASYARAKAT DESA (PKMD)
PKMD mencakup serangkaian kegiatan swadaya masyarakat berazaskan gotong
royong, yang didukung oleh pemerintah melalui koordinasi lintas sektoral dengan tujuan
untuk memenuhi kebutuhan kesehatan atau yang terkait dengan kesehatan, agar masyarakat
dapat hidup sehat guna mencapai kualitas hidup dan kesejahteraan yang lebih baik.
Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa PKMD adalah bentuk
operasional dari PHC di Indonesia. Secara umum PKMD bertujuan untuk meningkatkan
kesehatan masyarakat dalam menolong diri sendiri di bidang kesehatan dan meningkatkan
mutu hidup dan kesejahteraan masyarakat, sedangkan tujuan khusus dari PKM adalah sebagai
berikut:

1. Mmenumbuhkan kesadaran masyarakat akan potensi yang dimilikinya untuk


menolong diri mereka sendiri dalam meningkatkan mutu hidup mereka.
2. Mengembangkan kemampuan dan prakarsa masyarakat untuk berperan serta aktif
dan berswadaya dalam meningkatkan kesejahteraan mereka sendiri.
3. Menghasilkan lebih banyak tenaga tenaga masyarakat setempat yang
mampu.trampil serta mampu berperan aktif dalam kegiatan pembangunan desa.
4. Meningkatnya kesehatan mastarakat dalam arti memenuhi beberapa indikator:
a. Angka kesakitan menurun.
b. Angka kematian menurun,terutama angka kematian bayi dan anak.
c. Angka kelahiran menurun
d. Menurunnya angka kekurangan gizi pada anak balita.

M. CIRI-CIRI PKMD
1. Keguatan dilakukan atas kesadaran , kemampuan dan prkarsa masyarakat sendiri.
2. Perencanaan dibuat oleh masyarakat sendiri dengan bantuan petugas kesehatan.
3. Pelaksanaan berdasarkan peran serta masyarakat dan swadaya masyarakat.
4. Input bersifat membantu, melengkapi, tidak mengakibatkan ketergantungan
5. Pelaksananya adalah masyarakat.
6. Teknologi yang dipakai tepat guna
7. Kegiatan mencakup salah satu unsur:
a. Pendidikan kesehatan

51 Bahan Ajar: Keperawatan Kesehatan Komunitas. Disusun Oleh Syahrum, S.Pd., M.Kes
b. Immunisasi
c. Pengatasan penyakit
d. Penyediaan obat pokok
e. Pencegahan dan pengendalianpenyakit endemik
f. Perbaikan gizi masyarakat
g. Sanitasi kesehatan lingkungan
h. Kesehatan ibu dan anak, keluarga berenca.

N. PRINSIP-PRINSIP PKMD
1. Kegiatan masyarakat sebaiknya dimulai dengan kegiatan yang memenuhi kebutuhan
masyarakat setempat walaupun kegiatan tersebut bukan merupakan kegiatan kesehatan
secara langsung.ini berarti bahwa kegiatan tidak hanya terbatas pada aspek kesehatan
saja,melainkan juga mencakup aspek aspek kehidupan lainnya yang secara tidak
langsung menunjang peningkatan taraf kesehatan.
2. Dalam menimba kegiatan masyarakat diperlukan kerja sama yang baik:
a. Antar dinas dinas/instansi instansi/lembaga lembaga lainnya yang bersangkutan.
b. Antar dinas dinas/instansi instansi/lembaga lembaga tersebut dengan masyarakat.
3. dalam masyarakat tidak dapat memecahkan masalah atau kebutuhannya sendiri,maka
pelayanan langsung diberikan oleh sektor yang bersangkutan

O. LANGKAH-LANGKAH PKMD
1. Pendekatan sosial
2. Survey mawas diri
3. MMD/MMJ
4. Pelatihan kader
5. Pelaksanakan kegiatan
6. Pengawasan/Pebinaan
7. Pengembangan Program Pelayanan Kesehatan

52 Bahan Ajar: Keperawatan Kesehatan Komunitas. Disusun Oleh Syahrum, S.Pd., M.Kes
P. PROGRAM PKMD
Program PKM mencakup program seperti:
1. Asuransi kesehatan
2. Pos obat desa (POD)
3. Tanaman obat keluarga (TOGA)
4. Pos kesehatan
5. Pondok bersalin Desa (Polindes)
6. Tenaga kesehatan sukarela
7. Kader kesehatan
8. Kegiatan peningkatan pendapatan (perkreditan, perikanan, industri rumah tangga)

Program PKMD merupakan bagian integral dari pembangunan pedesaan yang


menyeluruh, di bawah naungan LKMD, sekarang namanya BPD (Badan Perwakilan Desa).
BPD bertanggung jawab terhadap sepuluh sisi pembangunan, termasuk kesehatan dengan
tujuan untuk meningkatkan kehidupan ekonomi dan sosial masyarakat.

Q. HUBUNGAN PHC, PKMD DAN POSYANDU


Pendekatan PHC dimantapkan oleh adanya prioritas untuk menurunkan tngkat
kematian bayi, ibu dan tingkat kelahiran. Strategi ini ditandai dengan pembangunan jaringan
pelayanan ke tingkat masyarakat melalui Posyandu. Posyandu mencakup tiga unsur utama
PHC, yang meliputi peran serta masyarakat, kerjasama lintas sektoral dan perluasan
jangkauan upaya kesehatan dasar. Posyandu dengan ”lima kridanya” merupakan bentuk PHC
atau PKMD yang berprioritas. Apabila selanjutnya memungkinkan untuk melengkapi krida
(kegiatan) Posyandu dengan kebutuhan dasar yang lain yaitu sanitasi dasar dan penyediaan
obat esensial sehingga menjadi sapta krida Posyandu, lengkaplah upaya kesehatan dasar yang
dilaksanakan melalui Posyandu untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat penduduk guna
mencapai ”kesehatan bagi semua tahun 2000”. Posyandu adalah merupakan salah satu bentuk
Partisipasi masayarakat. Berikut akan dijelaskan tentang posynadu.

1. Pengertian Posyandu
Posyandu adalah suatu forum komunikasi, alih teknologi dan pelayanan kesehatan
masyarakat oleh dan untuk masyarakat yang mempunyai nilai strategi dalam mengembangkan

53 Bahan Ajar: Keperawatan Kesehatan Komunitas. Disusun Oleh Syahrum, S.Pd., M.Kes
sumber daya manusia sejak dini, sebagai pusat kegiatan masyarakat dalam upaya pelayanan
kesehatan,keluarga berebcana pusat pelayanan keluarga berencana,serta pos kesehatan yang
dikelola dan diselenggarakan untuk dan oleh masyarakat dengan dukungan teknis dari petugas
kesehatan dalam rangka pencapaian NKKBS.
Posyandu adalah pusat kegiatan masyarakat dalam upaya pelayanan kesehatan dan
keluarga berencana.(Effendi, Nasrul. 1998: 267)
Posyandu adalah kegiatan kesehatan dasar yang diselenggarakan dari, oleh dan untuk
masyarakat yang dibantu oleh petugas kesehatan.
Definisi Posyandu adalah wadah pemeliharaan kesehatan yang dilakukan dari, oleh
dan untuk masyarakat yang dibimbing petugas terkait. (Departemen Kesehatan RI. 2006).
Posyandu merupakan lembaga yang paling baik dan paling dekat dengan
masyarakat,sehingga ideal untuk diterapkan di negara Indonesia, dengan lembaga yang sudah
ada mereka dapat berkreasi dari sudut apa saja.

2. Tujuan Posyandu
Tujuan pokok dari pelayanan terpadu adalah mempercepat penurunan angka kematian
ibu dan anak,meningkatkan pelayanan kesehatan ibu untuk menurunkan IMR,mempercepat
penerimaan NKKBS,meningkatkan kemampuan masyrakat untuk mengembangkan kegiatan
kesehatan,dan kegiatan kegiatan lain yang menunjang peningkatan kemampuan hidup sehat.
Pendekatan dan pemerataan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dilakukan dalam usaha
meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dilakukan dalam usaha
meningkatkan cakupan pelayanan keshatan kepada penduduk berdasarkan letak geografis.
Tujuan Posyandu (Bagian Kependudukan dan Biostatistik FKM USU. 2007) adalah
 Menurunkan angka kematian bayi (AKB), angka kematian ibu (ibu hamil),
melahirkan dan nifas.
 Membudayakan NKKBS
 Meningkatkan peran serta masyarakat untuk mengembangkan kegiatan kesehatan
dan KB serta kegiatan lainnya yang menunjang untuk tercapainya masyarakat sehat
sejahtera.
 Berfungsi sebagai wahana gerakan reproduksi keluarga sejahtera, gerakan
ketahanan keluarga dan gerakan ekonomi keluarga sejahtera.

54 Bahan Ajar: Keperawatan Kesehatan Komunitas. Disusun Oleh Syahrum, S.Pd., M.Kes
3. Sasaran Posyandu
Sasaran dalam pelayanan posyandu antara lain:bayi berusia kurang dari 1 tahun,anak
balita usia 1 tahun sampai 5 tahun,ibu hamil, ibu menyusui,ibu nifas,serta wanita usia subur

4. Kegiatan Posyandu
Kegiatan Posyandu meliputi Panca Krida Posyandu dan Sapta Krida Posyandu:
a. Panca Krida Posyandu
1) Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
2) Keluarga Berencana (KB)
3) Imunisasi
4) Peningkatan gizi
5) Penanggulangan diare

b. Sapta Krida Posyandu


1) Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
2) Keluarga Berencana (KB)
3) Imunisasi
4) Peningkatan gizi
5) Penanggulangan diare
6) Sanitasi Dasar
7) Penyediaan obat esensial

5. Pembentukan posyandu
Posyandu dibentuk dari pos pos,seperti:pos penimbangan balita,pos imunisasi,pos
keluarga berencana desa,dan pos kesehatan.

6. Penyelenggaraan Posyandu
Pelaksanaan kegiatan adalah anggota masyarakat yang telah dilatih menjadi kader
kesehatan setempat dibawah bimbingan puskesmas. Pengelola posyandu adalah pengurus
yang dibentuk oleh ketua RW yang berasal dari kader PKK.tokoh masyrakat formal dan
informal,serta kader kesehatan yang ada diwilayah tersebut.

55 Bahan Ajar: Keperawatan Kesehatan Komunitas. Disusun Oleh Syahrum, S.Pd., M.Kes
7. Lokasi atau Letak Posyandu
Lokasi posyandu hendaknya ditempat yang mudah didatangi oleh masyrakat. Lokasi
atau letak Posyandu ditentukan oleh masyrakat sendiri. Letak posyandu bisa merupakan
lokasi tersendiri, bila tidak memungkinkan,dapat dilaksanakan dirumah penduduk,b alai
rakyat ,pos RT/RW, atau pos lainnya.

8. Pelayanan Kesehatan yang Dijalankan


Berikut ini pelayanan kesehatan yang terdapat dalam posyandu :
a. Pemeliharaan kesehatan bayi dan balita
 Penimbangan bulanan.
 Pemberian makanan tambahan bagi yang berat badannya kurang.
 Imunisasi bayi 3-14 bulan.
 Pemberian oralit untuk menanggulangi diare.
 Pengobatan penyakit sebagai pertolongan pertama.
b. Pemeliharaan kesehatan ibu hamil,ibu menyusui,dan pasangan usia subur.
 Pemeriksaan kesehatan umum.
 Pemeriksaan kehamilan dan nifas.
 Pelayanan peningkatan gizi melalui pemberian vitamin dan pil penambah darah.
 Imunisasi TT untuk ibu hamil.
 Penyuluhan kesehatan dan KB.
c. Pemberian alat kontrasepsi KB.
d. Pemberian oralit pada ibu yang terkena oenyakit diare.
e. Pengobatan penyakit sebagai pertolongan pertama.
f. Pertolongan pertama pada kecelakaaan.

9. Pelaksanaan Layanan Posyandu


Pelaksanaan Layanan Posyandu: Pada hari buka posyandu dilakukan pelayanan
masyarakat dengan sistem 5 meja yaitu:

Meja I : Pendaftaran
Meja II : Penimbangan
Meja III : Pengisian KMS
Meja IV : Penyuluhan perorangan berdasarkan KMS

56 Bahan Ajar: Keperawatan Kesehatan Komunitas. Disusun Oleh Syahrum, S.Pd., M.Kes
Meja V : Pelayanan kesehatan berupa:
 Imunisasi
 Pemberian vitamin A dosis tinggi.
 Pembagian pil KB atau kondom.
 Pengobatan ringan.
 Konsultasi KB.
Petugas pada meja I dan IV dilaksanakan oleh kader PKK sedangkan meja V merupakan meja
pelayanan medis.

10. Faktor–Faktor yang Mempengaruhi Kedatangan Ibu di Posyandu


Faktor-faktor yang berhubungan dengan kedatangan Ibu ke Posyandu antara lain:
 Pengetahuan ibu tentang manfaat posyandu.
 Motivasi ibu untuk membawa anaknya ke posyandu
 Pekerjaan iu
 Dukungan dan motivasi dari kader posyandu dan tokoh masyarakat
 Sarana dan prasarana di posyandu
 Jarak dari posyandu tersebut

57 Bahan Ajar: Keperawatan Kesehatan Komunitas. Disusun Oleh Syahrum, S.Pd., M.Kes
DAFTAR BACAAN

Anderson, Elizabeth T. McFarlane Judith (2000) Community As Partner:Yheory and Practice


in Nursing Third Edition, Lippincott Williams &Wilkins, USA

Azrul Azwar (2001) Ilmu Kesehatan Masyarakat, Binarupa, Jakarta

Entjang, Indan, 2000, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Bandung, Citra Aditya Bakti

Sukidjo Notoatmodjo (2001), Ilmu Kesehatan Masyarakat, Rineka Cipta, Jakarta

World Health Organization (1978) Report of the International Conferences on Primary


Health Care, heald in Alma Ata, USSR. Geneva, Switzerlznd : Author

How Med : Primary Health Care -Introduction, Principles and Elements


http://howmed.net/community-medicine/primary-health-care-introduction-principals-and-
elements/

Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa, Kabupaten Buleleng (16 Mei 2018)
https://www.bulelengkab.go.id/bankdata/pengertian-posyandu-kegiatandefinisi-tujuan-fungsi-
manfaat-dan-pelaksanaan-posyandu-33

58 Bahan Ajar: Keperawatan Kesehatan Komunitas. Disusun Oleh Syahrum, S.Pd., M.Kes

Anda mungkin juga menyukai