Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

SISTEM INFORMASI KESEHATAN

Disusun oleh :
DESI ENDEMINA ELWARIN
NIM : 20160711014041
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
JAYAPURA
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat-Nya sehingga saya

dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik, dalam penyusunan makalah ini banyak mengalami

hambatan, namun berkat bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak maka saya dapat

menyelesaikan makalah ini dengan baik. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini saya mengucapkan

terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan semua masukan dan arahan sehingga

makalah ini dapat diselesaikan.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat terutama saya sebagai penulis dan bagi para pembaca pada

umumnya.

Jayapura, 16 Maret 2017

DESI ENDEMINA ELWARIN


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………………………………………………..

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………………………………………………….

BAB I.PENDAHULUAN

A. Latar Belakang………………………………………………………………………………………………………

B. Rumusan masalah…………………………………………………………………………………………………

C. Tujuan ………………………………………………………………………………………………………………….

D. Manfaat ……………………………………………………………………………………………………………….

BAB II. PEMBAHASAN

A. Defenisi Sistem Informasi Kesehatan………………………………………………………………….

B. Tujuan Sistem Informasi Kesehatan…………………………………………………………………….

C. Perbandingan Sistem Informasi Kesehatan di Provinsi Papua dan di Provinsi Lainnya di

Indonesia………………………………………………………………………………………………………………

D. Perbandingan Sistem Informasi Kesehatan Di Indonesia dan Di Negara lain… ……..

BAB III. PENUTUP

A. Kesimpulan……………………………………………………………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sistem Informasi Kesehatan (SIK) merupakan salah satu bagian penting yang tidak dapat di

pisahkan dari Sistem Kesehatan di suatu Negara. Kemajuan atau kemunduran Sistem

Informasi Kesehatan selalu berkorelasi dan mengikuti perkembangan Sistem Kesehatan,

kemajuan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) bahkan mempengaruhi Sistem

Pemerintahan yang berlaku di suatu Negara. Suatu sistem yang terkonsep dan terstruktur

dengan baik akan menghasilkan output yang baik juga. Sistem Informasi Kesehatan

merupakan salah satu bentuk pokok Sistem Kesehatan Nasional (SKN) yang dipergunakan

sebagai dasar dan acuan dalam penyusunan berbagai kebijakan, pedoman dan arahan

penyelenggaraan pembangunan kesehatan serta pembangunan berwawasan kesehatan.

Dengan sistem Informasi Kesehatan yang baik maka akan membuat masyarakat tidak buta

dengan semua permasalahan kesehatan. Dan mau membawa keluarganya berobat dengan

mudah bukan lagi dengan birokrasi yang rumit yang membuat masyarakat enggan

membawa anggota keluarganya berobat di pelayanan kesehatan yang di sediakan oleh

pemerintah. Dengan maraknya perkembangan media dan technology seharusnya membuat

masyarakat dan khususnya pada mahasiswa kesehatan masyarakat melek akan kemajuan

berinovasi terhadap Sistem Informasi Kesehatan Indonesia. Sistem Informasi Kesehatan (SIK)

adalah suatu sistem pengelolaan data dan informasi kesehatan di semua tingkat

pemerintahan secara sistematis dan terintegrasi untuk mendukung manajemen kesehatan

dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan kepada masyarakat Peraturan Perundang-

undangan. Bagian atau ranah yang menyebutkan sistem informasi kesehatan adalah

Kepmenkes Nomor : 004/Menkes/SK/I/2003 tentang kebijakan dan strategi desentralisasi

bidang kesehatan dan Kepmenkes Nomor : 932/Menkes/SK/VIII/2002 tentang petunjuk


pelaksanaan pengembangan sistem laporan informasi kesehatan kabupaten/kota.

Kebutuhan akan data dan informasi disediakan melalui penyelenggaraan Sistem Informasi

Kesehatan, yaitu dengan cara pengumpulan, pengolahan, analisis data serta penyajian

informasi. Saat ini sistem informasi Kesehatan (SIK) masih terhambat serta belum mampu

menyediakan data dan informasi yang akurat, sehingga SIK masih belum menjadi alat

pengelolaan pembangunan kesehatan yang efektif. Perkembangan Teknologi Informasi dan

Komunikasi (TIK) yang pesat memberikan kemudahan dalam penguatan dan pengembangan

Sistem Informasi Kesehatan.

B. Rumusan Masalah

Adapun hal-hal yang menjadi pembahasan atau masalh dalam mengkaji tentang Sistem

Informasi Kesehatan adalah sebagai berikut :

1. Apa itu Sistem Informasi Kesehatan?

2. Bagaimana Sistem Informasi Kesehatan yang ada di Provinsi Papua?

3. Apa saja perbedaan Sistem Informasi Kesehatan di Provinsi Papua dengan Provinsi

lainnya di Indonesia?

4. Apa saja perbedaan Sistem Informasi Kesehatan di Indonesia dengan Negara lain?

C. Tujuan

Di dalam penulisan makalah ini memiliki tujuan yaitu untuk mengetahui apa yang dimaksud

dengan Sistem Informasi Kesehatan dan bagaimana perbandingan Sistem Informasi Kegiatan

di Provinsi Papua dengan Provinsi lainnya di Indonesia serta perbandingan Sistem Informasi

Kesehatan di Indonesia dengan Negara lainnya.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Defenisi Sistem Informasi Kesehatan

1. Sistem

Sistem adalah sekumpulan komponen yang bekerja bersama untuk mencapai suatu

tujuan.

2. Sistem Informasi

Sistem Informasi adalah komponen yang bekerja sama untuk menghasilkan suatu

informasi fakta (data).

3. Sistem Informasi Kesehatan (SIK)

Sistem Informasi Kesehatan (SIK) adalah sekumpulan komponen yang bekerja sama

menghasilkan informasi (fakta/data) untuk mencapai tujuan yaitu meningkatkan

manajemen pelayanan kesehatan.

B. Tujuan Sistem Informasi Kesehatan

Adapun tujuan Sistem Informasi Kesehatan adalah sebagai berikut :

1. Meningkatkan manajemen pelayanan kesehatan

2. Mengetahui tingkat status kesehatan masyarakat

3. Sebagai dasar evidence based bagi sistem kesehatan

4. Sebagai dasar dalam proses pengambilan keputusan dalam manajemen kesehatan.

C. Perbandingan Sistem Informasi Kesehatan di Provinsi Papua dan di Provinsi Lainnya di

Indonesia

1. Sistem Informasi Kesehatan (SIK) di Distrik Kouh Papua


Pembangunan kesehatan menjadi salah satu prioritas utama di Papua sesuai amanat

UNdang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi papua. Di sisi

lain permasalahan kesehatan yang dihadapi terus bertambah, mulai dari luas

wilayah dengan sebaran penduduk yang terpencil dan terpencar dan penyebaran

puskesmas tidak merata, dan jarak antara satu puskesmas dengan puskesmas

lainnya rata-rata 1.200 km2, pemekaran terus bertambah bagi kabupaten dan

kampong yang ada di Papua.

Selain itu, akses terhadap layanan kesehatan dan informasi kesehatan yang rendah,

permasalahan lain adalah transportasi sulit/mahal dan komunikasi yang susah.

Kesulitan-kesulitan lain seperti, rujukan bagi pasien, distribusi obat, alat kesehatan,

vaksin dan sebagainya.

Disamping itu dari 40 persen puskesmas tidak ada dokter, yang ada hanyalah dokter

PTT yang sangat singkat masa kontraknya, selain itu ada tujuh persen dari jumlah

distrik yang ada tidak mempunyai puskesmas dan 48 persen kampong belum

tersedia sarana pelayanan kesehatan serta tenaga pelayanan kesehatan.sedangkan

akses ke tempat pelayanan terdekat 1-22,8 jam. Selain itu, 26,65 persen pustu tidak

ada tenaga kesehatan dan 41,4 persen pondok bersalin kampong tidak ada bidan.

Strategi yang telah dilakukan oleh Pemerintah Papua untuk mengatasi permasalahan

ini adalah dengan memberikan penguatan sistem kesehatan, seperti peningkatan

kapasitas tenaga manajemen dan teknis di tingkat kabupaten secara khusus di Dinas

Kesehatan dan juga tingkat puskesmas dan pengembangan sistem informasi

kesehatan sampai puskesmas.

Sebagai contoh, berikut konsep perancangan Sistem Isformasi Puskesmas Di Distrik

Kouh Papua. Puskesmas merupakan salah satu fasilitas yang memberikan pelayanan

kepada pasien yang sangat membutuhkan kesehatan untuk mengobati segala jenis

penyakit yang dideritanya. Pentingnya puskesmas untuk memberikan pelayanan


kepada masyarakat maka puskesmas harus meninggalkan cara-cara manual. Cara-

cara manual seperti pada bagian pendaftaran, petugas mencatat kartu pasien dan

mencatat data pasien yang akan berobat pada buku besar. Jika pasien kehilangan

kartu berobat atau lupa membawa kartu berobat maka petugas pendaftaran harus

melakukan pencarian data pasien yang pernah berobat. Jika ada pasien yang

bertanya mengenai kehadiran dokter yang bertugas maka bagian informasi harus

melihat daftar kehadiran dokter yang bertugas pada buku besar yang proses

pencariannya membutuhkan waktu yang lama. Pada bagian apotek, petugas apotek

menuliskan kwitansi yang masih dilakukan secara manual, sehingga mengakibatkan

kelambatan dalam proses pelayanan terhadap pasien. Untuk mengatasi hal tersebut

maka penulis memcoba membuat konsep perancangan sitem informasi puskesmas

di Distrik Kouh Papua untuk memecahkan permasalahan yang ada dibagian

pendaftaran, puskesmas, bagian pelayanan kesehatan puskesmas untuk pasien dan

bagian apotek, sehingga hasil dari suatu sistem informasi yang diperoleh akan sangat

memuaskan, berguna dan bermanfaat bagi puskesmas Distrik Kouh Papua dan cara-

cara manual dapat di tinggalkan. Metode yang akan di gunakan adalah metode

analisis dan desain sistem terstruktur (structured system analysis and design) untuk

pengembangan sistem. Metodologi ini dapat digunakan padsa tahap analisis dan

desain dan metodologi ini menggunakan pengembangan sistem terstruktur.

Penggunakan teknologi untuk mengolah data dan informasi secara cepat, tepat dan

efisien adalah hal penting yang dibutuhkan puskesmas distrik Kouh dalam

meningkatkan pelayanan kesehatan bagi masyarakat yang membutuhkannya.

2. Sistem Informasi Kesehatan (SIK) di Puskesmas Cipayung Jakarta Timur

Puskesmas Kecamatan Cipayung, melakukan uji coba pelayanan dengan Sistem

Informasi Kesehatan Daerah (SIKDA). Rekam medis dilakukan dengan sistem


elektronik online, tidak lagi menggunakan catatan buku manual. Setiap pasien

datang, di loket pendaftaran di lantai dasar, langsungdilayani petugas. Namun

pencatatannya tidak lagi di buku, melainkan di ketik di tablet berukuran delapan

inch. Catatan online ini langsung terkoneksi ke bagian pelayanan medis di lantai dua.

Termasuk penulisan resep pun dimasukan secara online. Pasien tidak lagi membawa

resep untuk mengambil obat. Namun cukup menunjukkan nomor antrean, petugas

apoteker akan memberikan obatnya sesuai hasil pemeriksaan dokter.

Kepala Puskesmas Kecamatan Cipayung, mengatakan pelayanan dengan SIKDA ini

untuk meningkatkan kualitas pelayanan. Selain itu juga mempercepat pelayanan.

Sehingga pasien tidak perlu lama-lama mengantri. Apalagi di Puskesmas tersebut

terdapat 11 ruang pelayanan medis dengan berbagai jenis poliklinik. Sementara,

Kasatpel Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) Puskesmas Cipayung, Kepala

Puskesmas Cipayung menambahkan saat awal penggunaan tablet, sejumlah petugas

medisnya canggung. Ia memaklumi karena hal tersebut masih baru. Sehingga harus

dilakukan pendampingan oleh petugas IT terhadap pemegang tablet. Salah seorang

pasien mengaku senang dengan penerapan pelayanan secara online. Sebab ia hanya

datang mendaftar di loket dan di arahkan petugas ke poliklinik.

Banyak sisi positif yang terjadi saat menggunakan sistem informasi kesehatan

daerah atau biasa disingkat SIKDA. Karena bukan hanya mempermudah dan

memperlancar administrasi pasien, tetapi juga dalam hal pelaporan setiap kegiatan

lebih mudah daripada menggunakan cara manual. Segala sesuatu sampai pada data

dan penganggaran sudah menggunakan teknologi yang canggih dan tidak secara

manual lagi. Sehingga masalah-masalah yang ada dapat sebagian besar teratasi dan

berkurang.
3. Perbandingan Penerapan Sistem Informasi Kesehatan (SIK) pada Puskesmas Kouh

Papua dan Puskesmas Cipayung Jakarta Timur.

Berdasarkan uraian diatas, dapat dilihat jelas bahwa sistem informasi kesehatan

yang mudah dan cepat yaitu dengan menggunakan SIKDA daripada hanya

menggunakan cara manual. Karena banyak kelebihan jika suatu puskesmas

menggunakan SIKDA dalam manajemennya. Berdampak pada mutu layanan

kesehatan yang bias mempermudah, mempersingkat waktu, menghemat tenaga,

bahkan dapat terkelolah dengan baik.

Seperti yang terjadi pada Puskesmas Cipayung Jakarta Timur yang sudah

menggunakan sistem informasi kesehatan daerah (SIKDA). Kepuasan pasien

meningkat, karena para pasien tidak perlu lama-lama mengantri untuk

mendapatkan layanan kesehatan, dan administrasinya tidak lagi seribet seperti

biasanya yang hanya secara manual. Dan juga setiap data yang ada baik dari pasien

maupun pegawai puskesmas terkelolah dengan baik sebab telah menggunakan

sistem komputerisasi yang canggih seperti SIKDA, sejumlah petugas medis dan

pengolah data yang walnya kebingungan dan masih canggung dalam

mengaplikasikan sistem tersebut tetapi lama-kelamaan dengan potensi dan

pengetahuan yang dimiliki bahkan pun pelatihan yang dipunya maka petugas medis

dan pengolah data terbiasa dan mulai menguasai dalam mengaplikasikan sistem

yang sudah canggih itu.

Berbeda dengan sistem informasi kesehatan di Puskesmas Kouh, yang masih

menggunakan cara manual. Karena setiap pelaporan yang masuk, petugas kesehatan

masih akan menulis di buku besar. Begitu juga dengan administrasinya masih sangat

manual, karena masih harus mengantri lama untuk mendapatkan layanan kesehatan

dan tentunya sangat menyita banyak waktu dan tenaga.


D. Perbandingan Sistem Informasi Kesehatan (SIK) di Indonesia dan di Negara lain.

1. Sistem Informasi Kesehatan (SIK) di Indonesia

Dalam pelaksanaannya, puskesmas di Indonesia sudah menganut Sistem Informasi

Kesehatan yang di canangkan pemerintah. Sistem Informasi Kesehatan yang dianut

puskesmas pada saat ini masih di dominasi oleh SP2TP. Seperti diketahui bahwa

puskesmas adalah ujung tombak pemerintah dalam upaya pelayanan kesehatan di

masyarakat. Sesuai dengan KEPMENKES RI No. 128 tahun 2004 tentang kebijakan

dasar pusat kesehatan masyarakat bahwa puskesmas di definisikan sebagai unit

pelaksana teknis di kabupaten/kota yang bertanggung jawab melaksanakan

pembangunan kesehatan di suatu wilayah. Proses penyelenggaraan, pemantauan

serta penilaian yang dilakukan puskesmas terhadap rencana kegiatan yang telah di

tetapkan baik rencana upaya wajib maupun pengembangan dalam mengatasi

masalah kesehatan yang ada di wilayahnya. Salah satu bentuk pemantauan adalah

dengan Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS).

SIMPUS merupakan pilihan bagi daerah dalam pengembangan Sistem Informasi

Kesehatan yang lebih cepat dan akurat. Pada potensi yang dimilikinya sebenarnya

SIMPUS dapat menggantikan system pencatatan dan pelaporan terpadu puskesmas

(SP2TP). Karena SIMPUS merupakan hasil dari pengolahan berbagai sumber

informasi seperti SP2TP, survei lapangan, laporan lintas sector dan laporan sarana

kesehatan swasta. Seiring kemajuan teknologi, SIMPUS pun dikembangkan melalui

system komputerisasi dalam suatu software yang beerja dalam sebuah system

operasi. Tetapi kendalanya SIMPUS masih belum berjalan secara optimal di daerah.

Melihat Sistem Informasi Kesehatan yang ada di Indonesia, maka kita bisa menilai

penerapannya masih cukup kurang. Khususnya untuk surveilans yang berfungsi

untuk menggambarkan segala situasi yang ada khususnya perkembangan penyakit


sehingga berpengaruh terhadap derajat kesehatan setiap individu di dalam populasi

yang ada.

Kesehatan Kabupaten Kutai Timur, Provinsi Kalimantan. Timbul berbagai

permasalahan terkait penerapan Sistem Informasi Kesehatan, disana digambarkan

bahwa masih ditemukannya beberapa puskesmas yang tidak sesuai dalam proses

pencatatan dan pendataan. Terbukti dengan masih adanya 5 puskesmas yang tidak

menggunakan computer dari 19 puskesmas yang ada. Tidak hanya masalah tersebut

saja, yang menjadi penghambat penerapan SIK (Sistem Informasi Kesehatan) di

Dinas Kesehatan Kabupaten Kutai Timur, Provinsi Kalimantan. Masih banyak sekali

masalah yang timbul.

Jadi, apabila melihat penjabarannya maka dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor

yang sering enghambat SIK (Sistem Informasi Kesehatan) yang bersifat daerah

(SIKDA) maupun Nasional (SIKNAS) berdasarkan gambaran di Dinas Kesehatan

Kabupaten Kutai Timur, Provinsi Kalimantan adalah faktor geografis (tempat dan

lokasi), human resources medical atau tenaga kesehatan, infrastruktur pendukung

(computer, software, dan lain-lain) dan kebikajakan mengenai SIKDA (Sistem

Informasi Kesehatan Daerah) maupun SIKNAS (Sistem Informasi Kesehatan

Nasional).

2. Perbandingan SIK di Indonesia dan di Singapura

Dalam pelaksanaan nya sistem informasi kesehatan di Indonesia memiliki


permasalahan yang cukup kompleks ,Permasalahan mendasar Sistem
Informasi Kesehatan di Indonesia saat ini antara lain :
A. Pemerintah
 Standar SIK belum ada sampai saat ini
 Pedoman SIK sudah ada tapi belum seragam
 Belum ada rencana kerja SIK nasional
 Pengembangan SIK di kabupaten atau kota tidak seragam

B. Fragmentasi
 Terlalu banyak sistem yang berbeda-beda di semua jenjang administasi
(kabupaten atau kota, provinsi dan pusat), sehingga terjadi duplikasi data,
data tidak lengkap, tidak valid dan tidak conect dengan pusat.
 Kesenjangan aliran data (terfragmentasi, banyak hambatan dan tidak tepat
waktu)
 Hasil penelitian di NTB membuktikan bahwa : Puskesmas harus mengirim
lebih dari 300 laporan dan ada 8 macam software sehingga beban
administrasi dan beban petugas terlalu tinggi. Hal ini dianggap tidak efektif
dan tidak efisien.
 Format pencatatan dan pelaporan masih berbeda-beda dan belum standar
secara nasional.

C. Sumber daya masih minim

Berbanding terbalik dengan Negara tetangga kita, Singapura yang SIK-


nya terbilang cukup baik. Sumber daya manusianya terjamin sehingga
pengelolaan SIK di berbagai daerah Negara tersebut.
Selain itu, pembangunan SIK-nya seragam sehingga terhindar dari
fragmentasi.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sistem Informasi Kesehatan (SIK) adalah suatu sistem pengolahan data dan informasi

kesehatan di semua tingkat pemerintahan secara sistematis dan terintegrasi untuk

mendukung manajemen kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan kepada

masyarakat peraturan Perundang-undangan. Dalam pelaksanaannya Puskesmas di Indonesia

sudah menganut sistem Informasi Kesehatan yang di canangkan pemerintah. Sistem

informasi kesehatan yang di canangkan pemerintah. Sistem Informasi Kesehatan yang dianut

puskesmas pada saat ini masih di dominasi oleh SP2TP.

Walaupun sistem Informasi kesehatan di Puskesmas Kouh masih manual, tetapi setidaknya

puskesmas tersebut sudah berusaha semaksimal mungkin dalam memberikan pelayanan

kesehatan kepada masyarakat. Berbeda dengan sistem informasi kesehatan di Puskesmas

Cipayung Jakarta Timur yang melakukan uji coba pelayanan dengan sistem Informasi

Kesehatan Daerah (SIKDA). Tentu segalanya sudah tidak menggunakan cara yang manual,

dan semakin mudah dalam administrasi maupun pelaporan dan pengolahan data. Sehingga

dapat dilihat jelas bahwa sistem informasi kesehatan yang mudah dan cepat yaitu dengan

menggunakan SIKDA daripada hanya menggunakan cara manual. Karena banyak kelebihan

jika suatu puskesmas menggunakan SIKDA dalam manajemennya. Berdampak pada mutu

layanan kesehatan yang bias mempermudah, mempersingkat waktu, menghemat tenaga,

bahkan dapat terkelolah dengan baik.

B. SARAN

Dalam meningkatkan mutu layanan kesehatan dan upaya pembangunan kesehatan di setiap

puskesmas, maka diharapkan untuk menggunakan sistem komputerisasi dalam


manajemennya. Dan mengubah sistem informasi kesehatan yang dapat mempermudah

dalam pelaporan, pengolahan dan administrasi yang ada.

DAFTAR PUSTAKA

http://upikblogs.blogspot.com/2012/05/pemanfaatan-sik-sisteminformasi.html

http://rizkyendah.wordpress.com/2013/12/19/sistem-informasikesehatan.html

http://afoed99.blogspot.com/2010/10/penerapan-sistem-informasimanajemen-singapura.htnl

http://Asryimbar.blogspot.co.id

http://Ojs.amikom.ac.id/index.php

www.karobanews.com

Anda mungkin juga menyukai