Anda di halaman 1dari 10

RESUME

TETANUS NEONATURUM

DOSEN PEMBIMBING:
UMI DAIMAH, S.SIT.,M.Kes

DI SUSUN OLEH:
YULITA HARIANI
PO 71.24.3.18.059

POLTEKKES KEMENKES RI PALEMBANG


PRODI Dlll KEBIDANAN MUARA ENIM
TAHUN AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Subhanahu wata’ala yang telah


mengaruniakan kepada kita kesehatan, sehingga kami bisa menyelesaikan tugas
makalah ini dengan baik.Makalah ini membahas tentang “Tetanus Neonaturum”.
Penyusunan makalah ini dapat terwujud atas bimbingan, pengarahan dan
bantuan dari berbagai pihak. Penulis menyampaikan terimakasih kepada bunda Umi
Daimah, S.SIT., M.Kes selaku dosen pembimbing.
Penulis menyadari dalam makalah ini masih banyak kekurangan, karena
keterbatasan kemampuan dan pengalaman kami, untuk itu kami mengharapkan kritik
maupun saran yang bersifat membangun demi perbaikan dan terselesaikannya
pembuatan makalah ini.

Muara Enim, 24 Maret 2020

Penulis,
Tetanus Neonaturum
Pengertian
Kata tetanus berasal dari bahasa Yunani  tetanus  yang berarti kencang
atau tegang.Tetanus merupakan suatu infeksi akut yang ditandai kondisi spastik
paralisis yang disebabkano l e h neurotoksin yang dihasilkan
o l e h  Clostridium tetani. Tetanus berdasarkan gejala klinisnya dapat dibagi menjadi
3 bentuk, yaitu tetanus generalisasi (umum), tetanus local dantetanus sefalik. Bentuk
tetanus yang paling sering terjadi adalah tetanus generalisasi dan jugamerupakan
bentuk tetanus yang paling berbahaya N e o n a t a l ( b e r a s a l d a r i  neos  y a n g
berarti baru d a n   natus y a n g berarti l a h i r ) merupakan suatu istilah
kedokteran yang digunakan untuk menggambarkan masa sejak bayilahir hingga usia
28 hari kehidupan.Tetanus neonatorum merupakan suatu bentuk tetanus
generalisasi yang terjadi padamasa neonatal.
Tetanus Neonaturum adalah penyakit yang diderita oleh bayi baru lahir
(neonatus). Tetanus neonatorum penyebab kejang yang sering dijumpai pada BBL
yang bukan karena trauma kelahiran atau asfiksia, tetapi disebabkan infeksi selama
masa neonatal, yang antara lain terjadi akibat pemotongan tali pusat atau perawatan
tidak aseptic (Ilmu Kesehatan Anak, 1985)
 Tetanus neonatorum adalah penyakit tetanus yang terjadi pada neonatus yang
disebabkan oleh clostridium tetani yaitu kuman yang mengeluarkan toksin (racun)
yang menyerang sistem saraf pusat. (Abdul Bari Saifuddin, 2000)
Tetanus Neonatorum (TN) adalah infeksi akut yang disebabkan oleh
kuman Clostridium Tetani  memasuki tubuh bayi baru lahir melalui tali pusat yang
kurang terawat dan terjadi pada bayi sejak lahir sampai umur 28 hari, kriteria kasus
TN berupa sulit menghisap ASI, disertai kejang rangsangan, dapat terjadi sejak umur
3-28 hari tanpa pemeriksaan laboratorium. (Sudarjat S, 1995).
Tetanus neonatorum merupakan suatu penyakit akut yang dapat dicegah
namun dapat berakibat fatal, yang disebabkan oleh produksi eksotoksin dari
kuman Clostridium tetani gram positif, dimana kuman ini mengeluarkan toksin yang
dapat menyerang sistem syaraf pusat.
Etiologi
Penyebabnya adalah hasil klostrodium tetani (Kapitaselekta, 2000) bersifat
anaerob, berbentuk spora selama diluar tubuh manusia dan dapat mengeluarkan
toksin yang dapat mengahancurkan sel darah merah, merusak lekosit dan merupakan
tetanospasmin yaitu toksin yang bersifat neurotropik yang dapat menyebabkan
ketegangan dan spasme otot. (Ilmu Kesehatan Anak, 1985)
Masa inkubasi biasanya 4-21 hari (umumnya 7 hari), tergantung pada
tempat terjadinya luka, bentuk luka, dosis dan toksisitas kuman Tetanus Neonatorum.
(Sudarjat S, 1995).
Faktor Resiko
   a) Pemberian imunisasi TT (tetanus toksoid) pada ibu hamil tidak dilakukan, atau tidak
lengkap, atau tidak sesuai dengan ketentuan program.
b ) Pertolongan persalinan tidak memenuhi syarat.
     c)  Perawatan tali pusat tidak memnuhi persyaratan kesehatan.
Epidemiologi
Clostridium tetani berbentuk batang langsing, tidak berkapsul, gram positip.
Dapat bergerak dan membentuk sporaspora, terminal yang menyerupai tongkat
penabuh genderang (drum stick). Spora spora tersebut kebal terhadap berbagai bahan
dan keadaan yang merugikan termasuk perebusan, tetapi dapat dihancurkan jika
dipanaskan dengan otoklaf. Kuman ini dapat hidup bertahun-tahun di dalam tanah,
asalkan tidak terpapar sinar matahari, selain dapat ditemukan pula dalam debu, tanah,
air laut, air tawar dan traktus digestivus manusia serta hewan.
Patologi
Kelainan patologik biasanya terdapat pada otak pada sumsum tulang
belakang, dan terutama pada nukleus motorik. Kematian disebabkan oleh asfiksia
akibat spasmus laring pada kejang yang lama. Selain itu kematian dapat disebabkan
oleh pengaruh langsung pada pusat pernafasan dan peredaran darah. Sebab kematian
yang lain ialah pneumonia aspirasi dan sepsis. Kedua sebab yang terakhir ini
mungkin sekali merupakan sebab utama kematian tetanus neonatorum di Indonesia.
Gambaran Klinik
Masa tunas biasanya 5-14 hari, kadang-kadang sampai beberapa minggu jika
infeksinya ringan. Penyakit ini biasanya terjadi mendadak dengan ketegangan otot
yang makin bertambah terutama pada rahang dan leher. Dalam 48 jam penyakit
menjadi nyata dengan adanya trismus (Ilmu Kesehatan Anak, 1985).
Pada tetanus neonatorum perjalanan penyakit ini lebih cepat dan berat. Anamnesis
sangat spesifik yaitu :
1.   Bayi tiba-tiba panas dan tidak mau minum (karena tidak dapat menghisap).
2.   Mulut mencucu seperti mulut ikan.
3.   Mudah terangsang dan sering kejang disertai sianosis.
4.   Kaku kuduk sampai opistotonus.
5.   Dinding abdomen kaku, mengeras dan kadang-kadang terjadi kejang.
6.   Dahi berkerut, alis mata terangkat, sudut mulut tertarik kebawah, muka thisus
sardonikus
7.   Ekstermitas biasanya terulur dan kaku.
8.   Tiba-tiba bayi sensitif terhadap rangsangan, gelisah dan kadang-kadang menangis
lemah.
Pencegahan
. Melaui pertolongan persalinan tiga bersih, yaitu bersih tangan, bersihalas, dan bersih
alat .
1. Bersih Tangan
Sebelum menolong persalinan, tangan poenolong disikat dan dicuci dengan sabun
sampai bersih. Kotoran di bawah kuku dibersihkan dengan sabun. Cuci tangan
dilakukan selama 15 – 30 “ . Mencuci tangan secara benar dan menggunakan sarung
tangan pelindung merupakan kunci untuk menjaga lingkungan bebas dari infeksi.
2. Bersih Alas
Tempat atau alas yang dipakai untuk persaliunan harus bersih, karena clostrodium
tetani bisa menular dari saluran genetal ibu pada waktu kelahiran..
3. Bersih Alat
Pemotongan tali pusat harus menggunakan alat yang steril. Metode sterilisasi ada
2, yang pertama dengan pemanasan kering : 1700 C selama 60 ‘ dan yang kedua
menggunakan otoklaf : 106 kPa, 1210 C selama 30 ‘ jika dibungkus, dan 20 ‘ jika alat
tidak dibungkus.
Perawatan Tali Pusat Yang Baik
Untuk perawatan tali pusat baik sebelum maupun setelah lepas, cara yang murah
dan baik yaitu mernggunakan alkohol 70 % dan kasa steril. Kasa steril yang telah
dibasahi dengan alkohol dibungkuskan pada tali pusat terutama pada pangkalnya.
Kasa dibasahi lagi dengan alkohol jika sudah kering. Jika tali pusat telah lepas,
kompres alkohol ditruskan lagi sampai luka bekas tali pusat kering betul (selama 3 –
5 hari). Jangan membubuhkan bubuk dermatol atau bedak kepada bekas tali pusat
karena akan terjadi infeksi.
Pemberian Imunisasi Tetanus Toksoid (TT) Pada Ibu Hamil
Kekebalan terhadap tetanus hanya dapat diperoleh melalui imunisasi TT. Ibu
hamil yang mendapatkan imunisasi TT dalam tubuhnya akan membentuk antibodi
tetanus. Seperti difteri, antibodi tetanus termasuk dalam golongan Ig G yang mudah
melewati sawar plasenta, masuk dan menyebar melalui aliran darah janin ke seluruh
tubuh janin, yang akan mencegah terjadinya tetanis neonatorum.
Imunisasi TT pada ibu hamil diberikan 2 kali ( 2 dosis). Jarak pemberian TT
pertama dan kedua, serta jarak antara TT kedua dengan saat kelahiran, sangat
menentukan kadar antibodi tetanus dalam darah bayi. Semakin lama interval antara
pemberian TT pertama dan kedua serta antara TT kedua dengan kelahiran bayi maka
kadar antibosi tetanus dalam darah bayi akan semakin tinggi, karena interval yang
panjang akan mempertinggi respon imunologik dan diperoleh cukup waktu untuk
menyeberangkan antibodi tetanus dalam jumlah yan cukup dari tubuh ibu hamil ke
tubuh bayinya.
TT adalah antigen yang sangat aman dan juga aman untuk ibu hamil tidak ada
bahaya bagi janin apabila ibu hamil mendapatkan imunisasi TT . Pada ibu hamil yang
mendapatkan imunisasi TT tidak didapatkan perbedaan resiko cacat bawaan ataupun
abortus dengan mereka yang tidak mendapatkan imunisasi .
Tabel Pemberian Imunisasi TT dan Lamanya Perlindungan
Dosis Saat Pemberian % Lama
Perlindungan Perlindungan
TT1 Pada kunjungan pertama atau 0 Tidak ada
TT2 sedini mungkin pada kehamilan 80 % 3 tahun
TT3 Minimal 4 minggu setelah TT1 95 % 5 tahun
Minimal 6 bulan setelah TT2 atau 10 tahun
TT4 selama kehamilan berikutnya 99 % selama usia subur
TT5 Minimal setahun setelah TT3 atau
99 %
selama kehamilan berikutnya
Minimal setahun setelah TT4 atau
selama kehamilan berikutnya

Penatalaksanaan
a 1. Mengatasi kejang
Kejang dapat diatasi dengan mengurangi rangsangan atau pemberian obat anti
kejang. Obat yang dapat dipakai adalah kombinasi fenobarbital dan largaktil.
Fenobarbital dapat diberikas mula-mula 30 – 60 mg parenteral kemudian dilanjutkan
per os dengan dosis maksimum 10 mg per hari. Largaktil dapat diberikan bersama
luminal, mula-mula 7,5 mg parenteral, kemudian diteruskan dengan dosis 6 x 2,5 mg
setiap hari. Kombinasi yang lain adalah luminal dan diazepam dengan dosis 0,5
mg/kg BB. Obat anti kejang yang lain adalah kloralhidrat yang diberikan lewat
rectum
e 2. Pemberian antitoksin
Untuk mengikat toksin yang masih bebas dapat diberi A.T.S (antitetanus serum)
dengan dosis 10.000 satuan setiap hari serlama 2 hari .
3. Pemberian antibiotika
Untuk mengatasi inferksi dapat digunakan penisilin 200.000 satuan setiap hari
dan diteruskan sampai 3 hari panas turun.
4. Perawatan Tali pusat
Tali pusat dibersihkan atau di kompres dengan alkohol 70 % atau betadin 10 %.
5. Memperhatikan jalan nafas, diuresis, dan tanda vital. Lendir sering dihisap.
Masalah yang perlu diperhatikan adalah bahaya terjadi gangguan pernafasan,
kebutuhan nutrisi/cairan dan kurangnya pengetahuan orang tua mengenai
penyakit.Gangguan pernafasan yang sering timbul adalah apnea, yang disebabkan
adanya tenospasmin yang menyerang otot-otot pernafasan sehingga otot tersebut
tidak berfungsi. Adanya spasme pada otot faring menyebabkan terkumpulnya liur di
dalam rongga mulut sehingga memudahkan terjadinya poneumonia aspirasi. Adanya
lendir di tenggorokan juga menghalangi kelancaran lalu lintas udara (pernafasan).
Pasien tetanus neonatorum setiap kejang selalu disertai sianosis terus-menerus.
Tindakan yang perlu dilakukan :
a. Baringkan bayi dalam sikap kepala ekstensi dengan memberikan ganjal dibawah
bahunya.
b. Berikan O2 secara rumat karena bayi selalu sianosis (1 – 2 L/menit jika sedang
terjadi kejang, karena sianosis bertambah berat O2 berikan lebih tinggi dapat sampai 4
L/menit, jika kejang telah berhenti turunkan lagi).
c. Pada saat kejang, pasangkan sudut lidah untuk mencegah lidah jatuh ke belakang
dan memudahkan penghisapan lendirnya.
d. Sering hisap lendir, yakni pada saat kejang, jika akan melakukan nafas buatan pada
saat apnea dan sewaktu-waktu terlihat pada mulut bayi.
e. Observasi tanda vital setiap ½ jam .
f. Usahakan agar tempat tidur bayi dalam keadaan hangat.
g. Jika bayi menderita apnea :
 a) Hisap lendirnya sampai bersih
b) O2 diberikan lebih besar (dapat sampai 4 L/ menit)
Letakkan bayi di atas tempat tidurnya/telapak tangan kiri penolong, tekan-
tekan bagian iktus jantung di tengah-tengah tulang dada dengan dua jari tangan kanan
dengan frekuensi 50 – 6 x/menit.
Bila belum berhasil cabutlah sudut lidahnya, lakukan pernafasan dengan
menutup mulut dan hidung bergantian secara ritmik dengan kecepatan 50 – 60
x/menit, bila perlu diselingi tiupan.
6. Kebutuhan nutrisi/cairan
Akibat bayi tidak dapat menetek dan keadaan payah, untuk memenuhi
kebutuhan makananya perlu diberikan infus dengan cairan glukosa 10 %. Tetapi
karena juga sering sianosis maka cairan ditambahkan bikarbonas natrikus 1,5 %
dengan perbadingan 4 : 1. Bila keadaan membaik, kejang sudah berkurang pemberian
makanan dapat diberikan melalui sonde dan selanjutnya sejalan dengan perbaikan
bayi dapat diubah memakai dot secara bertahap.
7. Kurangnya pengetahuan orang tua mengenai penyakit
Kedua orang tua pasien yang bayinya menderita tetanus peru diberi penjelasan
bahwa bayinya menderita sakit berat, maka memerlukan tindakan dan pengobatan
khusus, kerberhasilan pengobatan ini tergantung dari daya tahan tubuh si bayi dan ada
tidaknya obat yang diperlukan hal ini mengingat untuk tetanus neonatorum
memerlukan alat/otot yang biasanya di RS tidak selalu tersedia dan harganya cukup
mahal (misalnya mikrodruip). Selain itu yang perlu dijelaskan ialah jika ibu kelak
hamil lagi agar meminta suntikan pencegahan tetanus di puskesmas, atau bidan, dan
minta pertolongan persalinan pada dokter, bidan atau dukun terlatih yang telah ikut
penataran Depkes. Kemudian perlu diberitahukan pula cara pearawatan tali pusat
yang baik.
DAFTAR PUSTAKA

Wiknjosastro, Hanifa. 2007. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo : Jakarta.
Sudarti.2010. Kelainan dan Penyakit Pada Bayi dan Balita.yogyakarta:Nuha Medika.
Fauziah, Afroh dan Sudarti.2012.Buku Ajar Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, dan
Anak.Yogyakarta: Nuha Medika
Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal.2002.Jakarta:Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.

Anda mungkin juga menyukai