Anda di halaman 1dari 16

TUGAS INDIVIDU

EVALUASI AKADEMIK

NAMA : NURUL HASIEB AZIZAH, S.Pd.SD


NIP : 19861125 202012 2 008
LEMBAGA : SD NEGERI 3 GEMAHARJO TEGALOMBO
UNIT KERJA : DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN PACITAN
ANGKATAN : LIX
KELOMPOK :3
NDH : 26
JABATAN : AHLI PERTAMA - GURU KELAS
JUDUL KASUS : PERILAKU TENAGA KESEHATAN DALAM
PELAYANAN KESEHATAN
Detail Kasus : PERILAKU TENAGA KESEHATAN DALAM
PELAYANAN KESEHATAN xxxxxxx Kabari Kesehatan
No Comments 9031 oleh : Drg. Bambang Roesmono,
MM, Dosen Jurusan Gigi Poltekkes Makassar.

PERILAKU TENAGA KESEHATAN DALAM PELAYANAN KESEHATAN


xxxxxxx Kabari Kesehatan No Comments 9031 oleh : Drg. Bambang Roesmono,
MM, Dosen Jurusan Gigi Poltekkes Makassar.

Salah satu strategi untuk mencapai Visi Indonesia Sehat adalah dengan
meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas
dengan sasaran utamanya antara lain ?Disetiap desa tersedia SDM Kesehatan yang
kompeten?, dan Pelayanan Kesehatan di setiap Rumah Sakit, Puskesmas, dan
Jaringannya memenuhi standar mutu?. Aburizal Bakrie, dalam opininya (Kompas
xxxxxxxx) yang berjudul ?Mengapa Pembangunan Manusia?? mengatakan
bahwa:??.perbaikan kesenjangan hanya bisa dicapai dengan melakukan investasi
pembangunan manusia, baik dalam meningkatkan akses dan kualitas di bidang
pendidikan dan layanan di bidang kesehatan.?

Dalam tiga dekade ini derajat kesehatan di Indonesia telah mengalami peningkatan
yang bermakna, tetapi bila dibandingkan dengan negara-negara tetangga, maka
peningkatan tersebut masih terhitung rendah. Permasalahan utama yang dihadapi
adalah masih rendahnya kualitas kesehatan masyarakat yang terlihat pada Renstra
Kemenkes, dengan masih tingginya Angka Kematian Bayi (AKB): 32/1000
kelahiran hidup (2005), Angka Kematian Ibu melahirkan (AKI): 262/100.000
kelahiran (2005), dan Usia Harapan Hidup (UHH): 69 tahun. Kualitas kesehatan
masyarakat pada wilayah Kawasan Timur Indonesia (KTI) nampak sekali
ketimpangannya, ditambah masih rendahnya strata ekonomi dan pendidikan. Untuk
itu, perlu diupayakan suatu pelayanan kesehatan yang bermutu, baik dari sisi
kuantitas maupun kualitas, yang dapat diterima seluruh lapisan masyarakat secara
adil dan merata, diwilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Tenaga Kesehatan merupakan sumber daya manusia kesehatan yang pada satu sisi
adalah unsur penunjang utama dalam pelayanan kesehatan, pada sisi lain, ternyata
kondisinya saat ini masih jauh dari kurang, baik pada kuantitas maupun kualitasnya.
Disini perlu perhatian pemerintah pada peningkatan dan pemberdayaan SDM
Kesehatan secara profesional. Utamanya dalam pembentukan Sikap dan Perilaku
Profesional SDM Kesehatannya melalui jalur pendidikan formal maupun non
formal. Disamping itu, masalah yang perlu mendapat perhatian dari pemerintah
mengenai SDM Kesehatan ini adalah kurang efisien, efektif, dan profesionaliesme
dalam menanggulangi permasalahan kesehatan. Masih lemahnya kemampuan SDM
Kesehatan dalam membuat perencanaan pelayanan kesehatan serta sikap perilaku
mereka dalam mengantisipasi permasalahan kesehatan yang terjadi, ternyata tidak
sesuai dengan harapan masyarakat. Yang mana dapat dilihat dengan masih
tingginya tingkat penyalahgunaan wewenang, masih adanya praktik KKN, serta
masih lemahnya tingkat pengawasan terhadap kinerja aparatur pelayanan publik
dalam pelayanan kesehatan.

SIKAP DAN PERILAKU


Sikap dan Perilaku seseorang dibatasi oleh Hukum dan Moral. Hukum membatasi
sisi lahiriahnya, sedangkan moral membatasi sisi sikap batiniahnya. Disamping itu,
sikap dan perilaku seseorang juga dipengaruhi oleh EI (Emotional Intelligence) atau
Kecerdasan emosional orang itu sendiri. Kecerdasan Emosional adalah kemampuan
seseorang dalam mengendalikan emosinya saat menghadapi situasi atau masalah
yang menyenangkan maupun menyakitkan. Daniel Goleman (1995), dalam
bukunya ? Emotional Intellegence: Why it can matter more than IQ?, menyatakan
bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan lebih yang dimiliki seseorang
dalam memotivasi diri, ketahanan dalam menghadapi kegagalan, mengendalikan
emosi dan menunda kepuasan, serta mengatur keadaan jiwa seseorang. Agar EI
seseorang dapat tercapai dengan optimal, maka Daniel Goleman membagi EI dalam
5 (lima) tahapan bidang kompetensi yang harus dikuasai seseorang. Bidang
kompetensi tersebut adalah sebagai berikut:

1. Kemampuan untuk mengindentifikasi atau mengenal emosi dirinya sendiri


serta memahami hubungan antara emosi, pikiran dan tindakan
2. Kemampuan untuk mengelola emosi, ini berarti, bahwa seseorang harus
dapat mengatur perasaannya agar perasaannya tersebut dapat terungkap
dengan baik dan benar
3. Kemampuan untuk memotivasi diri dengan sikap optimis dan berpikir
positif
4. Kemampuan untuk membaca dan mengenal emosi orang lain (empati)
5. Kemampuan untuk membina hubungan dengan orang lain
Bidang kompetensi tersebut dapat merupakan bentuk keterampilan yang sangat
mendukung keberhasilan seorang Tenaga Kesehatan dalam memberikan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat.
Menurut Arief Rachman, dalam makalahnya (Surabaya, Hyatt Hotel, 19-22/05/06)?
Makna Nilai-Nilai moral dan Etika bagi Profesional Kesehatan? menyatakan bahwa
untuk memberikan pelayanan kesehatan yang prima kepada masyarakat, seseorang
Tenaga Kesehatan harus mempunyai 7 (tujuh) kompetensi andalan, yaitu:
 Manajemen diri sendiri,
 Keinginan untuk berprestasi,
 Keterampilan hubungan antar manusia,
 Keterampilan melayani,
 Keterampilan Teknis Profesionalisme,
 Keterampilan manajerial,
 Mempunyai wawasan berpikir global.
Ada juga beberapa faktor yang mempengaruhi sikap dan perilaku seseorang dalam
memberikan pelayanan publik, antara lain:
 Pekerjaan (work itself)
 Pengakuan (recognition)
 Prestasi (achievement)
 Tanggung jawab (responsibility)
 Gaji (salary)
 Status
 Fasilitas

Pengembangan (advancement)
Pengembangan yang dimaksud diatas (no.8) merupakan pengembangan watak dari
seseorang yang perlu diperhatikan, antara lain: Fleksibel, keterbukaan, ketegasan,
berencana, percaya diri, toleransi, disiplin, berani ambil resiko, punya orientasi
masa depan dalam menyelesaikan tugasnya dan bertaqwa.

TENAGA KESEHATAN DAN PELAYANAN KESEHATAN


Tidak jarang kita mendengar pada kehidupan sehari-hari, baik di Rumah Sakit,
Puskesmas, maupun Klinik-Klinik pelayanan kesehatan, tentang buruknya praktek
pelayanan yang diberikan tenaga kesehatan kepada masyarakat. Adanya Tenaga
Kesehatan yang tidak mengerjakan yang seharusnya mereka kerjakan, serta bukan
isapan jempol juga adanya tenaga kesehatan yang mengerjakan sesuatu yang
seharusnya bukan wewenangnya/ kompetensinya. Makin banyaknya pengaduan
para pengguna pelayanan kesehatan, baik masyarakat awam/ berpendidikan/
kalangan tenaga kesehatan sendiri, terhadap kualitas pelayanan yang diberikan oleh
Tenaga Kesehatan.
Kesalahan medik dapat terjadi dimana-mana, baik pada negara maju, berkembang,
maupun terbelakang, bahkan pada tempat-tempat tertentu kejadian ini telah
mencapai angka yang cukup memprihatinkan. Di negara tetangga kita,
disemenanjung barat Malaka, di Pulau Pinang, beberapa waktu lalu pernah kejadian
suatu lembaga konsumen (Persatuan Pengguna Pulau Pinang) yang mengupas
buruknya pelayanan kesehatan tentang kesalahan medik yang diberikan oleh para
Tenaga Kesehatan, dimana hal tersebut sampai-sampai tidak bisa diterima oleh
Profesi Tenaga Kesehatan tersebut, yang ujung-ujungnya mereka sampai dituntut
oleh Ikatan Dokter Malaysia ini harus diakui, bahwa kejadian tersebut tidak bisa
lepas begitu saja dari sikap dan perilaku tenaga kesehatan itu sendiri.
Tenaga Kesehatan yang merupakan tenaga profesional, seyogyanya selalu
menerapkan ETIKA dalam sebagian besar aktifitas sehari-hari. Etika yang
merupakan suatu norma perilaku atau biasa disebut dengan asas moral, sebaiknya
selalu dijunjung tinggi dalam kehidupan bermasyarakat kelompok manusia. Etika
yang berlaku dimasyarakat modern saat ini adalah Etika Terapan (applied ethics)
yang biasanya menyangkut suatu profesi, dimana didalamnya membicarakan
tentang pertanyaan-pertanyaan etis dari suatu individu yang terlibat. Sehingga pada
masing-masing profesi telah dibentuk suatu tatanan yang dinamakan KODE ETIK
PROFESI.
Perilaku ini memang agak sulit menanganinya, kecuali kesadaran sendiri masing-
masing Tenaga Kesehatan dalam menerapkan, mengaplikasikan, menghayati,
memahami, kode etik profesinya. Karena, etika profesi lebih bersifat moral, maka
kesalahan yang terjadi apabila dilakukan oleh tenaga kesehatan, sanksi yang
diberikan bersifat moral dan yang paling dirugikan adalah para kliennya, sehingga
untuk menangani pelanggaran yang dilakukan oleh para pelaku pelayanan agar
tidak terlalu merugikan pengguna pelayanan, dibentuklah suatu Majelis Kode Etik
Profesi yang berlandaskan pada Etika dan Hukum yang berlaku. Etika Profesi dan
Hukum Profesi Kesehatan masing-masing mempunyai tingkatan masalah terhadap
sikap dan perilaku tenaga kesehatan yang berbeda-beda, yaitu;
 Perilaku yang dilakukan telah sesuai, baik terhadap Etika dan Hukum Profesi
Kesehatan,
 Perilaku yang dilakukan berlawanan, baik terhadap Etika dan Hukum Profesi
Kesehatan,
 Perilaku yang dilakukan bertentangan dengan Etika, tetapi sesuai dengan
Hukum Profesi Kesehatan,
 Perilaku yang dilakukan bertentangan dengan hokum tetapi sesuai dengan
Etika.
Uraian diatas kalau dipilah lagi sesuai dengan tingkatan masalah, maka tindakan no
1 dan 2 adalah tingkatan masalah yang paling mudah diselesaikan serta pelanggan
atau pengguna jasa tidak terlalu dirugikan, sedangkan pada tindakan nomor 3 dan
4 adalah kondisi yang sangat sulit diselesaikan dan biasanya terjadi tarik ulur satu
sama lain, sehingga mempunyai potensi merugikan pengguna jasa atau pelanggan.
Dari sini Tenaga Kesehatan harus mencermati, dan mensikapi dengan baik setiap
tindakan yang hendak diberikan kepada pelanggan/ pengguna jasa.
Sesuai ulasan diatas, maka dalam memberikan pelayanan yang berkualitas atau
pelayanan kesehatan yang prima terhadap masyarakat, seperti halnya pemberian
pelayanan publik lainnya, dibutuhkan sikap dan perilaku yang handal dan
profesional bagi seluruh SDM-nya. Sikap tersebut seharusnya dimulai dari jajaran
yang paling atas, tingkat pimpinan yang tertinggi, sampai pada lapisan terbawah,
atau petugas lapangan. Seorang pimpinan, seyogyanya mau meluangkan waktunya,
tenaganya dan dananya untuk mempraktekkan apa yang pernah diucapkan.
Memang, kadang-kadang ada seorang pimpinan yang menekankan kepada anak
buahnya agar memberikan pelayanan yang berkualitas dengan baik dan benar
terhadap pengguna jasa pelayanan, tetapi kenyataannya mereka tidak mau
?membayar harga yang diperlukan?, ?tidak menyediakan pendidikan atau pelatihan
terhadap pelayanan?, serta tidak berupaya ?mengukur kualitas pelayanan?.
Pendidikan formal bagi para pelaku pelayanan kesehatan yang terdapat pada Badan
Pengembangan dan Pemberdayaan SDM Kesehatan Depkes RI melalui Pusat
Diknakes yang diselenggarakan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah,
TNI/Polri, dan Swasta, sebaiknya kurikulum yang ada pada saat ini perlu
penambahan bobot SKS-nya atau pokok Bahasannya pada beberapa Mata Ajar
tertentu, antara lain; Ilmu Etika, dengan tambahan Pokok Bahasan Etika Terapan
(Applkied Etichs) yang berkaitan dengan Moral, Sikap, dan Perilaku;
Kewirausahaan dan Manajamen, dengan tambahan Pokok Bahasan Manajemen
SDM. Serta perlu penambahan muatan lokal tentang Kebudayaan, Adat istiadat
setempat. Kondisi tersebut sesuai dengan tugas dan tanggung jawab para tenaga
kesehatan yang selalu berhadapan dengan manusia yang mempunyai rasa ingin
diperhatikan dan dilayani dengan baik dan benar, sehingga membutuhkan sikap dan
perilaku bagi pengelola untuk selalu mawas diri sesuai dengan tuntunan agama,
nilai-nilai etika dan moral.
Pelayanan Kesehatan yang profesional yang tanggap atas kebutuhan masyarakat
atas pelayanan kesehatan yang baik dan benar, terlepas dari besar kecilnya
organisasi/ institusi yang ada, sangat membutuhkan SDM Kesehatan yang
mempunyai sikap dan perilaku sebagai berikut:
 Memperlakukan user/pelanggan sebagai mitra seumur hidup
 Mampu menciptakan strategi pelayanan yang baik dan benar sesuai dengan
profesi dan kompetensinya
 Hargai keluhan pelanggan dengan kebaikan, simpati dan pemecahan masalah
 Perlakukan setiap pelanggan sebagai sesuatu yang unik dan khusus
 Lakukan doktrin Informed Consent secara ikhlas
 Laksanakan tindakan Rekam Medik secara lege artis, sesuai dengan ketentuan
yang ada
 Dapat mengetahui kepuasan pelanggan melalui sisi mata pelanggan
memandang kepuasan yang didapat
 Paham, mengerti, dan mampu melaksanakan seni pelayanan pelanggan yang
berkualitas sesuai dengan Etika dan Hukum yang berlaku
 Tetapkan sasaran-sasaran kualitas pelayanan dan penghargaan yang akan
diberikan •
 Mau terjun langsung ke lapangan dan melihat apa yang terjadi
 Bersikap sabar dan tidak mudah puas dengan hasil yang didapat
 Mau mendengar dan mensikapi terhadap gagasan yang timbul terhadap
pelayanan yang berkualitas.

Sumber:
https://kabarinews.com/perilaku-tenaga-kesehatan-dalam-pelayanan-
kesehatan/2073
Soal Mendeskripsikan rumusan kasus dan/ atau masalah pokok, aktor
yang terlibat dan persan setiap aktornya berdasarkan konteks
deskripsi kasus.

Jawaban Deskripsi Rumusan kasus dan/ atau masalah pokok, aktor yang
Anda
terlibat dan persan setiap aktornya berdasarkan konteks deskripsi
kasus. Dari rumusan kasus atau masalah pokok berdasarkan
deskripsi kasus di atas terdapat beberapa masalah yang diketahui
antara lain yaitu :

1. Masih rendahnya kualitas kesehatan masyarakat. Kualitas


kesehatan masyarakat yang masih rendah pada kasus di atas bisa
kita ketahui dari Renstra Kemenkes, dengan masih tingginya
Angka Kematian Bayi (AKB) : 32/1000 kelahiran hidup (2005),
Angka Kematian Ibu Melahirkan (AKI) : 262/100000 kelahiran
(2005), dan Usia Harapan Hidup (UHH) : 69 tahun. Kualitas
kesehatan masyarakat pada wilayah Kawasan Timur Indonesia
(KTI) nampak sekali ketimpangannya, ditambah masih
rendahnya strata ekonomi dan pendidikan.
2. Sikap dan Perilaku SDM Kesehatan yang masih kurang efektif,
efisien, dan profesionalisme dalam menanggulangi
permasalahan. Masih lemahnya kemampuan SDM kesehatan
dalam membuat perencanaan pelayanan kesehatan serta sikap
perilaku mereka dalam mengantispasi permasalahan kesehatan
yang terjadi, ternyata tidak sesuai dengan harapan masyarakat.
Yang mana dapat dilihat dengan masih tingginya tingkat
penyaalhgunaan wewenang, masih adanya praktik KKN, serta
masih lemahnya tingkat pengawasan terhadap kinerja aparatur
pelayanan publik dalam pelayanan kesehatan.
3. Buruknya praktik pelayanan yang diberikan tenaga kesehatan
kepada masyarakat. Tidak jarang kita mendengar pada
kehidupan sehari - hari, baik dirumah sakit, puskesmas muapun
klinik - klinik pelayanan kesehatan, tentang buruknya praktik
pelayanan yang diberikan tenaga kesehatan kepada
masyaraakat. Adanya tenaga kesehatan yang tidak mengerjakan
yang seharusnya mereka kerjakan, serta adanya tenaga
kesehatan yang mengerjakan sesuatu yang seharusnya bukan
wewenang/ kompetensinya. Makin banyaknya pengaduan para
pengguna pelayanan kesehatan, baik masyarakat awam /
berpendidikan / kalangan tenaga kesehatan sendiri, terhadap
kualitas pelayanan yang diberikan oleh tenaga kesehatan.

Aktor yang terlibat dalam kasus tersebut adalah :


1) Pemerintah
Dalam rangaka pemberian kebijakan dan petunjuk layanan
yang optimal, pelatihan - pelatiahan kepada tenaga
pelayanan kesehatan, serta pengawasan kepada tenaga
kesehatan secara konsisten.
2) Tenaga kesehatan
Masih buruknya pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh
sebagian oknum tenaga kesehatan. Serta masih kurangnya
keprofesionalitasan, etika dan tanggung jawab terhadap
masyarakat sehingga akan berdampak pada kualitas
pelayanan publik kepada masyarakat yang rendah.
3) Masyarakat
Yaitu pengguna pelayanan kesehatan dan secara tidak
langsung menilai kinerja SDM kesehatan.

Pesan terhadap aktor dalam deskripsi kasus diatas yaitu :


1) Pemerintah selaku pemangku kebijakan seharusnya lebih
serius dan optimal dalam memberikan kebijakan - kebijakan
yang terkait dengan pelayanan kesehatan di masyarakat.
Lebih banyak memberikan pelatihan - pelatihan kepada
tenaga kesehatan juga diperlukan agar terbentuk tenaga
kesehatan yang profesional. Dan dapat melakukan
pengawasan secara menyeluruh dan konsisten baik terhadap
tenaga kesehatan supaya mereka terpacu menjadi tenaga
pelayanan publik yang profesional.
2) Tenaga kesehatan dapat lebih meningkatkan kemampuan
pelayanan publik dengan cara mengikuti pelatihan atau
seminar sehingga dapat memahami lebih dalam tupoksi dan
integritasnya dalam menerapkan nilai - nilai dasar ASN
sehingga terciptalah tenaga - tenaga kesehatan yang
berintegritas, efektif, efisien, akuntable, profesional dan
dapat menerapkan nilai dasar ASN dengan baik. Kesalahan
medik dapat terjadi dimana - mana baik pada negara maju,
berkembang maupun terbelakang, bahkan pada tempat
tertentu kejadian ini telh mencapai angka yang cukup
memprihatinkan.

Soal Melakukan analisis terhadap : A. Bentuk penerapan dan


pelanggaran terhadap nilai-nilai dasar PNS, dan Pengetahuan
tentang kedudukan dan peran PNS dan NKRI oleh setiap aktor yang
terlibat berdasarkan konteks deskripsi kasus. B. Dampak tidak
diterapkannya nilai-nilai dasar PNS dan pengetahuan tentang
kedudukan dan peran PNS dalam NKRI berdasarkan konteks
deskripsi kasus
Jawaban A. Pada kasus diatas dapat diketahui sesuai isu kontemporer
Anda tentang masih rendahnya kualitas pelayanan tenaga kesehatan
serta pelanggaran kode etik tenaga kesehatan yang seharusnya
mampu ditekan dengan menerapkan seluruh nilai - nilai dasar
ASN. Pada deskripsi kasus diatas dapat diketahui terdapat
bentuk bentuk pelanggaran dari salah satu nilai dasar ASN yaitu
wawasan kebangsaan, karena sebagai ASN seharusnya menjadi
utusan terbaik bangsa yang melakukan tugas sesuai denngan
posisi dan perannya masing - masing. Tugas ASN adalah
mengabdi pada negara dengan memegang teguh Pancasila dan
setia kepada UUD 1945 dalam menjalankan tugasnya. Seluruh
tenaga kesehatan memiliki cara pandang yang luas dalam
memberikan pelayanan yang profesional, sehingga mau
melakukan perbaikan diri.

Akuntabilitas
1. Keadilan dan keseimbangan
Diupayakan pelayanan kesehatan yang bermutu baik secara
kuantitas maupun kualitas bagi seluruh lapisan masyarakat
Indonesia secara adil dan merata.
2 Kepemimpinan
Pemerintah perlu memperhatikan peningkatan dan
pemberdayaan SDM kesehatan secara profesional supaya
tercipta SDM kesehatan yang unggul dan profesional.

Nasionalisme
Diharapkan tenaga kesehatan yang merupakan SDM sebagai
unsur penunjang utama dalam bidang kesehatan dapat
melakukan tugas dan tanggung jawab secara bijak dan dapat
selalu memberikan pelayanan prima bagi seluruh lapisan
masyarakat tanpa dibeda- bedakan.

Eitika Publik
Seorang tenaga kesehatan diharapkan bisa
mempertanggungjawabkan tindakan dan kinerjanya kepada
publik. Memiliki kecerdasan emosional dimana seorang tenaga
kesehatan memiliki kemampuan untuk mengendalikan emosi
saat menghadapi kesulitan atau masalah. Menguasai bidang
kompetensi untuk mendukung keberhasilan tenaga kesehatan
dalam memberikan pelayanan bagi masyarakat.

Komitmen Mutu
Memberikan pelayanan kesehatan secara profesional, efektif
dan efisien. Melakukan budaya kerja yang berorientasi mutu,
mengerjakan apa yang menjadi tugas dan fungsinya serta selalu
memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas sehingga
dapat meningkatkan mutu secara berkelabjutan. Diperlukan
pengawasan secara berkala untuk mengawal jalannya program
kerja agar berjalan efektif.

Anti Korupsi
Meningkatkan kemampuan SDM kesehatan dalam membuat
perencanaan pelayanan kesehatan supaya dapat mengantisipasi
permasalahan kesehatan yang terjadi. Dalam hal ini, dapat
mengurangi tingkat penyalahgunaan wewenang dan
menghapus praktik KKN. Menciptakan tenaga kesehatan yang
jujur, mandiri, disiplin dan kerja keras.

Manajemen ASN
Pemerintah bekerjasama dengan instansi kesehatan
melaksanakan kebijakan dan pelayanan publik yang
profesional, memberikan pemahaman kepada seluruh tenaga
kesehatan melalui pelatihan mengeanai disiplin pegawai dan
TUPOKSI nya. Diharapkan dapat menerapkan,
mengaplikasikan, menghayati, memahami kode etik profesinya.

WoG
Seluruh tenaga kesehatan diharapkan mampu menciptakan
strategi pelayanan yang baik dan benar sesuai dengan potensi
dan profesinya, dalam hal ini tenaga kesehatan juga dituntut
untuk melakukan perbaikan mengikuti perkembangan zaman
sehingga dapat meningkatkan kualitas kesehatan. Pelayanan
Publik Memperlakukan user / pelanggan sebagai mitra seumur
hidup, menghargai keluhan pelanggan dengan simpati dan
pemecahan masalah. Melakukan tindakan rekam medik sesuai
ketentuan yang ada, memperlakukan pelanggan sebagai sesuatu
yang unik dan khusus.

B. Dampak jika tidak diterapkanya nilai - nilai dasar ASN dalam


kasus ini adalah banyaknya praktik KKN sehingga
berkurangnya penerapan nilai anti korupsi, kurangnya
kepercayaan publik terhadap pelayanan dibidang kesehatan
sehingga memiliki citra yang tidak baik dimata publik,
kurangnya tanggungjawab dan profesionalitas tenaga kesehatan
sehingga mengakibatkan standar pelayan publik dibidang
kesehatan, banyaknya kesalahan dalam pengambilan kebijakan
dalam hal pelayanan kesehatan sehingga berakibat gagalnya
program pelayanan keseahatan, kurangnya kemampuan SDM
tenaga kesehatan sehingga tidak tercapainnya mutu kesehatan
yang optimal

Soal Mendeskripsikan gagasan-gagasan alternatif pemecahan masalah


berdasarkan konteks deskripsi kasus

Jawaban 1. Meningkatkan pengetahuan seperti mengikuti pelatihan


Anda workshop atau seminar
2. Membuat kebijakan yang mampu mengoptimalkan sikap dan
perilaku yang profesional bagi tenaga kesehatan.
3. Meningkatkan sarana dan prasarana fasilitas kesehatan yang
memadai dan merata di tiap daerah
4. Mengadakan seleksi terhadap tenaga kesehatan berdasarkan
sikap, pengetahuan, tingkat emosional dan spiritual tenaga
kesehatan.
5. Memberikan sanksi dan teguran terhadap tenaga kesehatan
yang melanggar kode etik profesi
6. Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap sikap dan perilaku
semua tenaga kesehatan.
7. Melakukan evaluasi terhadap calon tenaga kesehatan dengan
memberikan pendidikan etika moral, sikap dan seabagainya
supaya menghasilkan tenaga kesehatan yang memiliki nilai -
nilai dasar ASN dan profesional.

Soal Mendeskripsikan konsekuensi penerapan dari setiap alternatif


gagasan pemecahan masalah berdasarkan konteks deskripsi
kasus.
Jawaban Konsekuensi dari penerapan gagasan alternative pemecahan
Anda masalah dalam upaya peningkatan dan pemberdayaan SDM
kesehatan serta peningkatan kesadaran penerapan kode etik
profesi yaitu Pemerintah harus bekerjasama dengan instansi -
instansi pelayanan kesehatan dalam melaksanakan kebijakan dan
pelayanan publik yang efektif, efisien dan profesional dalam
memberikan pemahaman kepada seluruh tenaga kesehatan
melalui pelatihan - pelatihan ataupun seminar. Kemudian
mengenai disiplin pegawai dalam pelayanan kesehatan selalu
berpedoman dengan sikap perilaku yang sesuai dengan kode etik
profesi dan tugas pokok fungsinya sehingga jika ada nakes yang
melanggar bisa diberi sanksi yang tegas, berupa teguran ataupun
kalau pelanggarannya berat bisa dicabut Surat Izin Paraktiknya
atau pun dikeluarkan dari profesi nakes sesuai perundang -
undangan yang berlaku.

Dalam permasalahan ini diharapkan tenaga kesehatan yang


merupakan sumber daya manusia sebagai unsur penunjang utama
dalam bidang kesehatan dapat melaksanakan tugas dan
tanggungjawabnya secara bijak dan dapat memberikan pelayanan
kesehatan yang profesional yang tanggap atas kebutuhan
masyarakat atas pelayanan kesehatan yang baik benar. Selain itu
diharapkan tersedianya tenaga kesehatan yang kompeten,
profesional dan bertanggungjawab terhadap tugas yang diberikan
negara serta mampu bekerja secara mandiri sesuai dengan aturan
hukum dan kode etik profesi serta nilai - nilai dasar ASN .

Anda mungkin juga menyukai