Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

KOMPETENSI PROFESI / TENAGA KESEHATAN YANG ADA


DI INDONESIA DAN DI POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA

Disusun untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Inter Profesional


Education (IPE) dan Inter Profesional Collaboration (IPC)
Dosen Pengampu: Satino, SKM., MScN

Disusun oleh:
Kelompok 4

1. Alvionita Wahyu Febriani (P27220021052)


2. Aulia Rahma (P27220021058)
3. Azhatul Naziha (P27220021060)
4. Natasa Yohan Maharani (P27220021081)

PROGRAM STUDI D-III JURUSAN KEPERAWATAN


POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA
2024
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tenaga kesehatan memiliki peranan penting untuk meningkatkan
kualitas pelayanan kesehatan yang maksimal kepada masyarakat agar
masyarakat mampu untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat sehingga akan terwujud derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia
yang produktif secara sosial dan ekonomi serta sebagai salah satu unsur
kesejahteraan umum sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (Kementerian
Kesehatan RI, 2019).
Poltekkes Kemenkes Surakarta merupakan Unit Pelaksana Teknis
(UPT) Kementerian Kesehatan RI, secara administratif berada di bawah
Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan
(Badan PPSDM Kesehatan) Kementerian Kesehatan, dan secara teknis dibina
oleh Pusat Pendidikan SDM Kesehatan, yang mempunyai tugas menyiapkan
peserta didik untuk menjadi tenaga kesehatan profesional yang beriman dan
bertaqwa, kreatif, inovatif, dan memiliki daya saing kuat pada Program
Diploma III, Sarjana Terapan dan Profesi. Di samping Poltekkes Kemenkes
Surakarta berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No.
355/E/0/2012 secara akademis dibawah pembinaan Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan RI, yang saat ini berubah menjadi Kementerian Riset
Teknologi dan Pendidikan Tinggi.
Profesi kesehatan dihadapkan dengan masalah pasien setiap hari.
Peningkatan permasalahan pasien yang kompleks membutuhkan ketrampilan
dan pengetahuan dari beberapa tenaga profesional. Dalam praktiknya,
penyedia layanan kesehatan tidak bekerja sendiri. Mereka bekerja bersama
dengan profesi kesehatan lain untuk memecahkan masalah ini. Oleh karena itu
kolaborasi sangat dibutuhkan antar profesi kesehatan untuk meningkatkan
kepuasan pada pasien yang dapat diliat dari IPC. Inter Professional
Collaboration (IPC) adalah proses di mana kelompok-kelompok profesional
yang berbeda bekerja sama untuk memberi dampak positif pada perawatan
kesehatan. Kolaborasi ini dinilai dapat mensinergiskan dan mengefektifkan
pelayanan kesehatan terhadap pasien. Melalui kolaborasi yang baik antar
profesi kesehatan, maka pasien akan ditangani secara holistik sehingga hasil
perawatan pasien bisa meningkat.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari kompetensi profesi tenaga kesehatan?
2. Apa saja kompetensi pada setiap profesi tenaga kesehatan yang ada di
Indonesia?
3. Bagaimana gambaran umum jurusan yang ada di Poltekkes Surakarta?
4. Bagaimana kompetensi setiap jurusan yang ada di Poltekkes Surakarta?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian kompetensi profesi tenaga kesehatan.
2. Untuk mengetahui kompetensi setiap profesi tenaga kesehatan yang ada di
Indonesia.
3. Untuk mengetahui gambaran umum jurusan yang ada di Poltekkes
Surakarta.
4. Untuk mengetahui kompetensi setiap jurusan yang ada di Poltekkes
Surakata.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian
Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam
bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan keterampilan melalui
pendidikan, dimana keahlian tertentu memerlukan kewenangan untuk
melakukan upaya kesehatan. Upaya kesehatan adalah serangkaian kegiatan
yang dilakukan secara terpadu, terintegrasi dan berkesinambungan untuk
memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk
pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit dan
pemulihan kesehatan oleh pemerintah dan masyarakat.
Kompetensi adalah kemampuan yang dimiliki seorang tenaga kesehatan
berdasarkan ilmu pengetahuan, ketrampilan, dan sikap profesional untuk
menjalankan praktik. Uji kompetensi adalah proses pengukuran pengetahuan,
ketrampilan, dan perilaku peserta didik pada perguruan tinggi yang
menyelenggarakan pendidikan tinggi bidang kesehatan. Sertifikat kompetensi
adalah surat tanda pengakuan terhadap kompentensi tenaga kesehatan untuk
dapat menjalakan praktik di seluruh Indonesia setelah lulus uji kompetensi.
Standar profesi adalah batasan kemampuan minimal berupa pengetahuan,
ketrampilan, dan perilaku profesional yang harus dimiliki untuk dapat
melakukan kegiatan profesionalnya pada masyarakat secara mandiri yang
dibuat oleh organisasi profesi bidang keseshatan (Pujiastuti, Endang, 2020).

B. Kompetensi Tenaga Kesehatan di Indonesia


Tenaga di bidang kesehatan terdiri atas Tenaga Kesehatan dan Asisten Tenaga
Kesehatan. Tenaga kesehatan dikelompokkan ke dalam:
1. Tenaga Medis
Jenis tenaga medis terdiri atas:
a. Dokter
b. Dokter Gigi
c. Dokter Spesialis
d. Dokter Gigi Spesialis
Standar Kompetensi Dokter Indonesia terdiri atas 7 (tujuh) area
kompetensi yang diturunkan dari gambaran tugas, peran, dan fungsi dokter
layanan primer. Tujuh area kompetensi tersebut adalah profesionalitas
yang luhur, mawas diri, dan pengembangan diri serta komunikasi efektif,
dan ditunjang oleh pilar berupa pengelolaan informasi, landasan ilmiah
ilmu kedokteran, keterampilan klinis, dan pengelolaan masalah kesehatan.
Terdapat tiga area kompetensi dokter umum yang termasuk dalam
kategori soft skill, yaitu profesionalitas yang luhur, mawas diri dan
pengembangan diri, serta komunikasi efektif. Sementara itu, terdapat
empat area kompetensi dokter umum yang masuk dalam kategori hard
skill. Keempat area kompetensi tersebut adalah pengelolaan informasi,
landasan ilmiah ilmu kedokteran, keterampilan klinis, dan pengelolaan
masalah kesehatan. Dalam Standar Kompetensi Dokter Indonesia (2014)
dijelaskan bahwa setiap area dari ketujuh area dalam kompetensi tersebut
saling mendukung satu sama lain. Area satu, dua dan tiga yang termasuk
kategori soft skill merupakan pondasi dari bangunan kompetensi
keseluruhan. Sementara itu, keempat area kompetensi lainnya yang masuk
dalam kategori hard skill merupakan pilar dari bangunan kompetensi. Dari
gambaran tersebut, ketujuh area kompetensi tersebut haruslah seimbang
antara soft skill dan hard skill.
2. Tenaga Psikologi Klinis
Jenis tenaga kesehatan yang termasuk dalam kelompok tenaga psikologi
klinis adalah psikologi klinis.
3. Tenaga Keperawatan
Jenis tenaga kesehatan yang termasuk dalam kelompok tenaga
keperawatan adalah berbagai jenis perawat. Standar kompetensi perawat
disusun oleh Persatuan Perawat Indonesia dengan harapan perawat dapat
menghadapi era globalisasi, dengan standar kompetensi yang ekuivalen
dengan standar-standar yang berlaku pada sektor industri kesehatan di
negara lain serta dapat berlaku secara internasional. Terdapat tiga area
kompetensi utama untuk perawat, yaitu praktik profesional, etis, legal dan
peka budaya, pemberian asuhan dan manajemen asuhan keperawatan, serta
pengembangan profesional. Terdapat satu area kompetensi perawat yang
termasuk dalam kategori soft skill, yaitu praktek profesionalitas, etis, legal
dan peka budaya.
4. Tenaga Kebidanan
Jenis tenaga kesehatan yang termasuk dalam kelompok tenaga kebidanan
adalah bidan. Standar kompetensi bidan diatur dalam Kepmenkes RI
Nomor: 369/Menkes/SK/111/2007 tentang standar profesi bidan. Terdapat
sembilan area kompetensi yang perlu dimiliki seorang bidan di Indonesia.
Kesembilan area kompetensi tersebut terkait kompetensi area ilmu sosial,
kesehatan masyarakat dan etik, asuhan terhadap budaya dan pelayanan,
asuhan pada keluarga dan masyarakat, asuhan antenatal selama kehamilan,
asuhan selama persalinan, asuhan pada ibu nifas dan menyusui, asuhan
bayi baru lahir hingga 1 bulan, asuhan balita sehat, serta asuhan kebidanan
pada wanita dengan gangguan sistem reproduksi.
Terdapat tiga area kompetensi bidan yang termasuk dalam kategori
soft skill, yaitu terkait ilmu sosial, kesehatan masyarakat dan etik, asuhan
terhadap budaya dan pelayanan, serta asuhan pada keluarga dan
masyarakat. Enam area kompetensi bidan lainnya termasuk dalam kategori
hard skill, yaitu terkait asuhan antenatal selama kehamilan, asuhan selama
persalinan, asuhan pada ibu nifas dan menyusui, asuhan bayi baru lahir
hingga 1 bulan, asuhan balita sehat, serta asuhan kebidanan pada wanita
dengan gangguan sistem reproduksi.
5. Tenaga Kefarmasian
Jenis tenaga kesehatan yang termasuk dalam kelompok tenaga
kefarmasian terdiri atas:
a. Apoteker
b. Tenaga Teknik Kefarmasian
Standar kompetensi apoteker disusun oleh Ikatan Apoteker
Indonesia pada tahun 2011. Dalam praktik kefarmasian, apoteker harus
teregistrasi oleh Komite Farmasi Nasional dan harus memiliki Sertifikat
Kompetensi sebagai pengakuan kompetensinya. Terdapat sembilan area
kompetensi apoteker Indonesia, yaitu mampu melakukan praktik
kefarmasian secara profesional dan etik, mampu menyelesaikan masalah
terkait dengan penggunaan sediaan farmasi, mampu melakukan dispensing
sediaan farmasi dan alat kesehatan, mampu memformulasi dan
memproduksi sediaan farmasi dan alat kesehatan sesuai standar yang
berlaku, mempunyai keterampilan komunikasi dalam pemberian informasi
sediaan farmasi dan alat kesehatan, mampu berkontribusi dalam upaya
preventif dan promotif kesehatan masyarakat, mampu mengelola sediaan
farmasi dan alat kesehatan sesuai standar yang berlaku, mempunyai
keterampilan organisasi dan mampu membangun hubungan interpersonal
dalam melakukan praktik profesional kefarmasian, serta mampu mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berhubungan dengan
kefarmasian.
Terdapat tiga area kompetensi apoteker yang termasuk dalam
kategori soft skill, yaitu terkait praktik kefarmasian secara profesional dan
etik, berkontribusi dalam upaya preventif dan promotif kesehatan
masyarakat, serta ketrampilan organisasi dan membangun hubungan
interpersonal. Dalam hal kategori hard skill, apoteker memiliki enam area
kompetensi yang dikategorikan ke dalam kelompok ini. Keenam area
kompetensi tersebut adalah menyelesaikan masalah penggunaan sediaan
farmasi, melakukan dispensing sediaan farmasi dan alat kesehatan,
memformulasi dan memproduksi sediaan farmasi dan alat kesehatan,
keterampilan komunikasi pemberian informasi sediaan farmasi dan alat
kesehatan, mampu mengelola sediaan farmasi dan alat kesehatan sesuai
dengan standar yang berlaku, serta mengikuti perkembangan IPTEK
kefarmasian.
6. Tenaga Kesehatan Masyarakat
Jenis tenaga kesehatan yang termasuk dalam kelompok tenaga kesehatan
kemasyarakatan terdiri atas:
a. Epidemiolog Kesehatan
b. Tenaga Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku
c. Pembimbing Kesehatan Kerja
d. Tenaga Administrasi dan Kebijakan Kesehatan
e. Tenaga Biostatistik dan Kependudukan
f. Tenaga Kesehatan Reproduksi dan Keluarga
7. Tenaga Kesehatan Lingkungan
Jenis tenaga kesehatan yang termasuk dalam kelompok tenaga kesehatan
lingkungan terdiri atas:
a. Tenaga Sanitasi Lingkungan
b. Entomolog Kesehatan
c. Mikrobiolog Kesehatan
8. Tenaga Gizi
Jenis tenaga kesehatan yang termasuk dalam kelompok tenaga gizi:
a. Nutrisionis
b. Dietisien
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
374 tahun 2007, standar kompetensi ahli gizi disusun berdasarkan jenis
ahli gizi yang ada saat ini yaitu ahli gizi dan ahli madya gizi. Keduanya
mempunyai wewenang dan tanggung jawab yang berbeda. Dalam
penelitian ini standar kompetensi yang diacu adalah ahli gizi madya, sesuai
dengan kondisi lingkup penelitian. Terdapat lima standar kompetensi ahli
madya gizi, yaitu pelaku praktek kegizian yang bekerja secara profesional
dan etis, pendidik / penyuluh / pelatih / konsultan gizi, pelaku tatalaksana /
asuhan / pelayanan gizi klinik, penyelia sistem penyelenggaraan makanan
institusi / massal pelaksana pelayanan gizi masyarakat.
Terdapat dua area kompetensi ahli gizi yang termasuk dalam kategori
soft skill, yaitu terkait pelaku praktek kegizian yang bekerja secara
profesional dan etis, dam pendidik / penyuluh / pelatih / konsultan gizi.
Dengan kemampuan melakukan praktek kegizian yang berkerja secara
profesional dan etis dan kemampuan menjadi pendidik/penyuluh/pelatih
atau konsultan gizi. Tiga area kompetensi lainnya yang dimiliki ahli gizi
termasuk dalam kategori hard skill. Yang termasuk didalam kategori hard
skill tersebut yaitu kemampuan melekukan tatalaksana / asuhan ataupun
pelayanan gizi klinik, penyelia sistem penyelenggaraan makanan institusi /
massal dan pelaksana pelayanan gizi di masyarakat.
9. Tenaga Keterapian Fisik
Jenis tenaga kesehatan yang termasuk kelompok tenaga keterapian fisik:
a. Fisioterapis
b. Okupasi Terapis
c. Terapis Wicara
d. Akupunktur
Standar kompetensi fisioterapi ditetapkan oleh Menteri Kesehatan
berupa Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 376 tahun 2007, dalam
meningkatkan kinerja profesi fisioterapi, salah satunya diperlukan standar
profesi sebagai dasar setiap fisioterapis dalam menjalankan preofesinya.
Terdapat sepuluh area kompetensi dalam standar kompetensi fisioterapi,
yaitu analisa ilmu sebagai dasar praktik, analisis dan sinstesis kebutuhan
pasien / klien, merumuskan diagnosa fisioterapi, perencanaan tindakan
fisioterapi, intervensi fisioterapi, evaluasi dan revaluasi, kemampuan
komunikasi dan koordinasi yang efisien dan efektif, pendidikan, penerapan
prinsip-prinsip manajemen dalam praktik fisioterapi, pelaksanaan
penelitian, serta tanggung jawab terhadap masyarakat dan profesi.
Standar Kompetensi Keterapian Fisik yang disusun mengacu pada
standar internasional World Confederation for Physical Therapy (WCPT)
mencakup pelayanan yang seimbang antara promotif, preventif, kuratif
dan rehabilitatif, termasuk keseimbangan antara hardskilldan softskill
untukmendukung area kompetensi satu dengan yang lainnya. Oleh
karenanya, perlunya pelatihan yang memadai untuk mencapai target yang
diinginkan, serta mendapatkan keseimbangan antara hardskill dan softskill.
10. Tenaga Keteknisian Medis
Jenis tenaga kesehatan yang termasuk kelompok tenaga keteknisian medis:
a. Perekam Medis dan Informasi Kesehatan
b. Teknik Kardiovaskuler
c. Teknisi Pelayanan Darah
d. Refraksionis Optisien / Optometris
e. Teknisi Gigi
f. Penata Anestesi
g. Terapis Gigi dan Mulut
h. Audiologis
11. Tenaga Teknik Biomedika
Jenis tenaga kesehatan yang termasuk dalam kelompok tenaga teknik
biomedika terdiri atas:
a. Radiographer
b. Elektromedis
c. Ahli Teknologi Laboratorium Medis
d. Fisikawan Medik
e. Radioterapis
f. Ortotik Prostetik
Standar kompetensi ahli teknologi laboraturium memiliki lima area
kompetensi yang ditetapkan dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
370/Menkes/SK/III/2007. Kelima area kompetensi tersebut adalah
menguasai ilmu pengetahuan, kemampuan membuat perencanaan /
perancangan proses, pelaksanaan proses teknis operasional, kemampuan
pemberian penilaian / judgement, serta kemampuan dalam mengambil
keputusan.
Terdapat dua area kompetensi ahli teknologi ksesehatan yang termasuk
dalam kategori soft skill, yaitu terkait kemampuan memberikan penilaian /
judgement, dan kemampuan mengambil keputusan. Terdapat tiga area
kompetensi ahli teknologi kesehatan yang termasuk dalam kategori hard
skill, yaitu terkait penguasaan ilmu pengetahuan, kemampuan membuat
perencanaan / perancangan proses, hingga kemampuan melaksanakan
proses teknis operasional.
12. Tenaga Kesehatan Tradisional
Jenis tenaga kesehatan yang termasuk dalam kelompok tenaga kesehatan
tradisional terdiri atas:
a. Tenaga Kesehatan Tradisional Ramuan
b. Tenaga Kesehatan Tradisional Keterampilan
13. Tenaga Kesehatan Lain
Ditetapkan oleh menteri
C. Kompetensi Setiap Jurusan di Poltekkes Surakarta
Poltekkes Kemenkes Surakarta berdiri sejak tahun 2001 berdasarkan
Keputusan Menteri Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial Republik Indonesia
tanggal 16 April 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Politeknik Kesehatan
Menteri Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial. Berdasarkan keputusan tersebut
Poltekkes Kemenkes Surakarta terdiri dari empat jurusan yaitu Keperawatan,
Fisioterapi, Okupasi Terapi dan Kebidanan. Pada tahun 2011 diperbaharui
dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1988/MENKES/PER/IX/2011
tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 890/MENKES/PER/VIII/2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Politeknik Kesehatan, Poltekkes Kemenkes Surakarta berkembang menjadi
delapan jurusan yaitu Jurusan Keperawatan, Fisioterapi, Ortotik Prostetik,
Okupasi Terapi, Terapi Wicara, Kebidanan, Akupunktur dan Jamu.
Kemudian pada tahun 2012 Poltekkes Kemenkes Surakarta secara
akademis dibawah pembinaan Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan
Tinggi berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia Nomor 355/E/O/2012 tentang Alih Bina Penyelenggaraan Program
Studi Pada Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan dari Kementerian
Kesehatan kepada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Saat ini
Poltekkes Kemenkes Surakarta memiliki sepuluh jurusan dengan adanya
Jurusan Analisis Farmasi dan Makanan pada tahun 2018 dan Jurusan Farmasi
pada tahun 2021.
Berikut ini penjelasan mengenai standar kompetensi 10 jurusan yang
ada di Poltekkes Kemenkes Surakarta :
1. Kompetensi Jurusan Keperawatan
Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Surakarta
merupakan kelanjutan dari Akademi Keperawatan Depkes Surakarta yang
berdiri sejak tahun 1977 yang semula bernama Sekolah Perawat Kesehatan
(SPK). Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Surakarta
mempunyai 2 (dua) Program Studi yaitu D-III Keperawatan (A. Md) dan
Sarjana Terapan Keperawatan (S. Tr). Keperawatan adalah suatu bentuk
pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan,
mampu memberikan pelayanan pada masyarakat dalam bidang
keperawatan medikal bedah, gawat darurat, anak maternitas, jiwa dan
komunitas. Jurusan Keperawatan menghasilkan Perawat Profesional yang
dipersiapkan untuk bekerja di luar negeri maupun di dalam negeri.
2. Kompetensi Jurusan Kebidanan
Jurusan Kebidanan pada Politeknik Kesehatan Kemenkes Surakarta
berperan penting dalam melahirkan tenaga kesehatan guna meningkatkan
kesehatan ibu dan anak di masyarakat. Oleh karena itu, para Bidan ini
berperanan sangat penting dalam upaya menurunkan angka kematian ibu
dan bayi di Indonesia. Lulusan Jurusan Kebidanan dapat bekerja di Rumah
Sakit, Puskesmas, Rumah Bersalin, Balai Pengobatan, dan dapat
melakukan Praktek Bidan Mandiri Sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Jurusan Kebidanan pada Politeknik Kesehatan Kemenkes Surakarta
mempunyai 2 (dua) Program Studi yaitu Diploma III Kebidanan (A. Md)
dan Diploma IV Kebidanan (S. Tr).
3. Kompetensi Jurusan Fisioterapi
Jurusan Fisioterapi Poltekkes Surakarta merupakan kelanjutan dari
Akademi Fisioterapi Surakarta yang berdiri sejak tahun 1964. Tenaga
Fisioterapi adalah tenaga kesehatan profesional yang bekerja untuk
manusia segala umur yang bertujuan untuk memelihara, meningkatkan
kesehatan, mengembalikan fungsi-fungsi dan ketergantungan individu
yang mengalami kekurangan gangguan kemampuan atau masalah yang
disebabkan karena kerusakan fisik, psikis dan lain sebagainya. Jurusan
Fisioterapi pada Politeknik Kesehatan Kemenkes Surakarta mempunyai 2
(dua) Program Studi yaitu Diploma III Fisioterapi (A. Md) dan Diploma
IV Fisioterapi (S. Tr).
4. Kompetensi Jurusan Okupasi Terapi
Jurusan Okupasi Terapi merupakan kelanjutan dari Akademi Okupasi
Terapi Surakarta yang sudah berdiri sejak tahun 1994. Pendidikan ini
menghasilkan tenaga ahli di bidang Okupasi Terapi yang professional dan
berorientasi pada lapangan kerja baik di dalam maupun di luar negeri.
Jurusan Okupasi Terapi Poltekkes Surakarta ini adalah merupakan satu-
satunya pendidikan Okupasi Terapi di bawah Departemen Kesehatan RI.
Jurusan Okupasi Terapi Politeknik Kesehatan Kemenkes Surakarta
mempunyai 2 (dua) Program Studi yaitu D-III Okupasi Terapi (A. Md)
dan D-IV Okupasi Terapi (S. Tr). Okupasi Terapi adalah profesi kesehatan
yang menangani pasien/klien dengan gangguan fisik dan atau mental yang
bersifat sementara atau menetap.
5. Kompetensi Jurusan Terapi Wicara
Jumlah Terapis Wicara yang ada di Indonesia saat ini tidak mencukupi bila
dibandingkan banyaknya jumlah kasus yang harus ditangani. Jumlah
Terapis Wicara yang ada saat ini di Indonesia berjumlah 353 terapis
membuktikan bahwa profesi ini masih langka, mengingat rasio terapis
wicara dan penduduk Indonesia adalah 1:623.500. Dengan demikian
peluang bekerja baik di sektor negeri atau swasta sangat besar. Menyikapi
kondisi diatas pada tahun 2006, Politeknik Kesehatan Surakarta dibawah
Kementrian Kesehatan R.I membuka program studi baru, yaitu Program D
III Terapi Wicara, yang dikelola oleh Jurusan Okupasi Terapi Poltekkes
Surakarta.
6. Kompetensi Jurusan Ortotik Prostetik
Program Studi Ortotik Prostetik merupakan program studi dari Jurusan
Fisioterapi Poltekkes Kemenkes Surakarta dan satu-satunya jenjang
pendidikan tinggi di bidang Ortotik Prostetik di bawah naungan
Kementerian Kesehatan RI. Program studi ini mulai dibuka pada tahun
2003. Jurusan Ortotik Prostetik mempunyai 2 (dua) Program Studi yaitu
Diploma III dan Diploma IV yang diselenggarakan untuk mencetak
lulusan Ahli Madya Ortotik Prostetik (A. Md) dan Sarjana Terapan (S. Tr)
yang profesional. Tenaga Ortotik Prostetik profesional adalah tenaga
kesehatan yang mampu melaksanakan pelayanan kesehatan dalam hal
membuat dan memperbaiki ORTOSE (alat penguat anggota gerak) dan
PROTESE (anggota gerak tiruan), mencegah dan mengoreksi kecacatan
serta memperbaiki estetika dengan memandang manusia seutuhnya
sehingga dapat hidup mandiri.
7. Kompetensi Jurusan Akupunktur
Program Studi D-III dan D-IV Akupunktur di Jurusan Akupunktur
Politeknik Kesehatan Surakarta merupakan pendidikan formal yang
diselenggarakan oleh Kementerian Kesehatan berdasarkan Permenkes RI
No.1988/Menkes/Per/IX/2011 dan SK Menteri Kesehatan
No.HK.03.05/I.2/03066/2012. Pada akhir pendidikan Program D-III akan
menghasilkan Tenaga Kesehatan dengan gelar Ahli Madya (A. Md) dan
program D-IV dengan gelar Sarjana Terapan (S. Tr) di bidang
Akupunktur. Program pendidikan Akupunktur ini diselenggarakan sebagai
upaya untuk memenuhi kebutuhan tenaga kesehatan yang berkualitas dan
profesional khususnya di bidang akupunktur.
8. Kompetensi Jurusan Jamu
Politeknik Kesehatan Surakarta sebagai UPT Kementrian Kesehata RI,
dengan dukungan dari bergbagai pihak telah mengembangkan Jurusan D-
III Jamu. Hal ini sesuai dengan tuntutan masyarakat akan kebutuhan jamu
yang semakin tinggi serta mendukung usaha pemerintah dalam
mengembangkan pengobatan Tradisional di Tanah Air. Jurusan D-III Jamu
(Herbal) adalah merupakan program Pendidikan Tenaga Kesehatan
setingkat D-III bidang Peracikan dan Pelayanan Obat Tradisional Jamu
(Herbal), Rasio Pembelajaran: 40% teori, 60% praktik dan Lingkup
Pembelajaran Praktik (BB Litbang TOOT) RS dan Klinik Layanan Obat
Tradisional (Jamu), Apotik, Pabrik Jamu & Pengobatan Cina (Sinshe).
9. Kompetensi Jurusan Analisis Farmasi dan Makanan
Berdiri tahun 2017, Jurusan Anafarma polkesta mempelajari tentang
analisis bahan beracun dan berbahaya pada obat tradisional, kosmetika
tradisional, makanan dan minuman, dll. tenaga anafarma mempunyai
kompetensi sebagai pengelola laboratorium analis farmasi dan makanan,
pelaksana analis farmasi dan makanan, verifikator proses pemeriksaan
laboratorium farmasi dan makanan dan asisten penelitian laboratorium
analis farmasi dan makanan. Keunggulan yang dimiliki Jurusan Anafarma
Poltekkes Kemenkkes Surakarta yaitu dalam bidang analisis dan bahan
berbahaya dan beracun pada obat tradisional dan kosmetika tradisional.
10. Kompetensi Jurusan Farmasi
Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Surakarta memiliki visi untuk
menghasilkan ahli madya farmasi yang unggul kompetitif dan mampu
bersaing di pasar global dengan keunggulan entrepreneuship, farmasi
bahan alam, serta Komunikasi Informasi Edukasi (KIE) di Pelayanan
kefarmasian. Profil lulusan D-III Farmasi yaitu sebagai pelaksana produksi
sediaan farmasi, pelaksana distribusi sediaan farmasi, asisten penelitian
dan entrepreneur di bidang farmasi.
Dalam penjelasan surat Standar Kompetensi Lulusan Politeknik Kesehatan
Kemenkes Surakarta dengan Nomor Dokumen: STD-SPM.Pol/05/01/2017.
Tanggal terbit: 05 Januari 2017 Revisi: 5 dengan keterangan sebagai berikut:
1. Kompetensi adalah seperangkat tindakan cerdas, penuh tanggungjawab yang
dimemiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat
dalam melaksanakan tugas-tugas di bidang pekerjaan tertentu.
2. Standar Kompetensi Lulusan (SKL) adalah Kriteria minimal tentang
kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan
keterampilan yang dinyatakan dalam rumusan capaian pembelajaran lulusan.
3. Rumusan capaian pembelajaran lulusan wajib:
a. Mengacu pada deskripsi capaian pembelajaran lulusan Kerangka
Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI); dan
b. Memiliki kesetaraan dengan jenjang kualifikasi pada Kerangka Kualifikasi
Nasional Indonesia (KKNI).
4. Sikap merupakan perilaku benar dan berbudaya sebagai hasil dari internalisasi
dan aktualisasi nilai dan norma yang tercermin dalam kehidupan spiritual dan
sosial melalui proses pembelajaran, pengalaman kerja mahasiswa, penelitian
dan/atau pengabdian kepada masyarakat yangterkait pembelajaran.
5. Pengetahuan merupakan penguasaan konsep, teori, metode, dan atau falsafah
bidang ilmu tertentu secara sistematis yang diperoleh melalui penalaran dalam
proses pembelajaran, pengalaman kerja mahasiswa, penelitian dan/atau
pengabdian kepada masyarakat yang terkaitpembelajaran.

6. Keterampilan merupakan kemampuan melakukan unjuk kerja dengan


menggunakan konsep, teori, metode, bahan, dan/atau instrumen, yang
diperoleh melalui pembelajaran, pengalaman kerja mahasiswa, penelitian
dan/ataupengabdian kepada masyarakat yang terkait pembelajaran, mencakup:
a. Keterampilan umum sebagai kemampuan kerja umum yang wajib dimiliki
oleh setiap lulusan dalam rangka menjamin kesetaraan kemampuan
lulusan sesuai tingkat program dan jenis pendidikan tinggi; dan
b. Keterampilan khusus sebagai kemampuan kerja khusus yang wajib
dimiliki oleh setiap lulusan sesuai dengan bidang keilmuan program studi.
7. Pengalaman kerja mahasiswa adalah pengalaman dalam kegiatan di bidang
tertentu pada jangka waktu tertentu, berbentuk pelatihan kerja, kerja praktik,
praktik kerja lapangan atau bentuk kegiatan lain yang sejenis
8. Rumusan sikap dan keterampilan umum sebagai bagian dari capaian
pembelajaran lulusan untuk setiap tingkatprogram dan jenis pendidikan tinggi
9. Standar profesi adalah batasan kemampuan (knowledge, skill and professional
attitude) minimal yang harus dikuasai oleh seorang individu untuk dapat
melakukan kegiatan profesionalnya pada masyarakat secara mandiri yang
dibuat oleh organisasi profesi.
D. Sub Kompetensi Nilai Etik Interprofesional
1. Menempatkan kepentingan pasien dan masyarakat sebagai pusat dari
pemberian layanan kesehatan antarprofesional serta program dan
kebijakan kesehatan masyarakat, dengan tujuan untuk meningkatkan
kesehatan dan kesetaraan kesehatan sepanjang masa hidup.
2. Hormati martabat dan privasi pasien sambil menjaga kerahasiaan dalam
pemberian perawatan berbasis tim.
3. Rangkullah keragaman budaya dan perbedaan individu yang menjadi ciri
pasien, populasi, dan tim kesehatan.
4. Hormati budaya unik, nilai-nilai, peran/tanggung jawab, dan keahlian
profesi kesehatan lainnya serta dampak faktor-faktor ini terhadap hasil
kesehatan.
5. Bekerja sama dengan mereka yang menerima perawatan, mereka yang
memberikan perawatan, dan pihak lain yang berkontribusi atau
mendukung pemberian layanan dan program pencegahan dan kesehatan.
6. Menempatkan kepentingan pasien dan masyarakat sebagai pusat dari
pemberian layanan kesehatan antarprofesional serta program dan
kebijakan kesehatan masyarakat, dengan tujuan untuk meningkatkan
kesehatan dan kesetaraan kesehatan sepanjang masa hidup.
7. Hormati martabat dan privasi pasien sambil menjaga kerahasiaan dalam
pemberian perawatan berbasis tim.
8. Rangkullah keragaman budaya dan perbedaan individu yang menjadi ciri
pasien, populasi, dan tim kesehatan.
9. Hormati budaya unik, nilai-nilai, peran/tanggung jawab, dan keahlian
profesi kesehatan lainnya serta dampak faktor-faktor ini terhadap hasil
kesehatan.
10. Bekerja sama dengan mereka yang menerima perawatan, mereka yang
memberikan perawatan, dan pihak lain yang berkontribusi atau
mendukung pemberian layanan dan program pencegahan dan kesehatan.
E. Sub Kompetensi Role Profesi
1. Komunikasikan peran dan tanggung jawab seseorang dengan jelas kepada
pasien, keluarga, anggota masyarakat, dan profesional lainnya
2. Kenali keterbatasan seseorang dalam keterampilan, pengetahuan, dan
kemampuan.
3. Melibatkan beragam profesional yang melengkapi keahlian profesionalnya
sendiri, serta sumber daya terkait, untuk mengembangkan strategi guna
memenuhi kebutuhan kesehatan dan perawatan kesehatan spesifik pasien
dan Masyarakat
4. Jelaskan peran dan tanggung jawab penyedia layanan lainnya dan
bagaimana tim bekerja sama untuk memberikan layanan, meningkatkan
kesehatan, dan mencegah penyakit
5. Menggunakan seluruh pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan para
profesional di bidang kesehatan dan bidang lainnya untuk memberikan
layanan yang aman, tepat waktu, efisien, efektif, dan adil
6. Berkomunikasi dengan anggota tim untuk memperjelas tanggung jawab
masing-masing anggota dalam melaksanakan komponen rencana
pengobatan atau intervensi kesehatan masyarakat
7. Menjalin hubungan yang saling bergantung dengan profesi lain di dalam
dan di luar sistem kesehatan untuk meningkatkan layanan dan memajukan
pembelajaran.
8. Terlibat dalam pengembangan profesional dan interprofesional
berkelanjutan untuk meningkatkan kinerja dan kolaborasi tim
9. Gunakan kemampuan unik dan saling melengkapi dari semua anggota tim
untuk mengoptimalkan kesehatan dan perawatan pasien.
10. Jelaskan bagaimana para profesional di bidang kesehatan dan bidang
lainnya dapat berkolaborasi dan mengintegrasikan perawatan klinis dan
intervensi kesehatan masyarakat untuk mengoptimalkan kesehatan
masyarakat.
F. Sub Kompetensi Komunikasi Interprofesional
1. Pilih alat dan teknik komunikasi yang efektif, termasuk sistem informasi
dan teknologi komunikasi, untuk memfasilitasi diskusi dan interaksi yang
meningkatkan fungsi tim.
2. Komunikasikan informasi dengan pasien, keluarga, anggota masyarakat,
dan anggota tim kesehatan dalam bentuk yang dapat dimengerti, sebisa
mungkin hindari terminologi disiplin ilmu tertentu.
3. Ekspresikan pengetahuan dan pendapat seseorang kepada anggota tim
yang terlibat dalam perawatan pasien dan peningkatan kesehatan
masyarakat dengan percaya diri, jelas, dan hormat, berupaya untuk
memastikan pemahaman bersama tentang informasi, pengobatan,
keputusan perawatan, serta program dan kebijakan kesehatan masyarakat.
4. Dengarkan secara aktif, dan dorong ide dan pendapat anggota tim lainnya.
5. Berikan umpan balik yang tepat waktu, sensitif, dan instruktif kepada
orang lain tentang kinerja mereka dalam tim, tanggapi dengan hormat
sebagai anggota tim terhadap umpan balik dari orang lain
6. Gunakan bahasa hormat yang sesuai untuk situasi sulit, percakapan
krusial, atau konflik tertentu
7. Kenali bagaimana keunikan seseorang (tingkat pengalaman, keahlian,
budaya, kekuasaan, dan hierarki dalam tim kesehatan) berkontribusi
terhadap komunikasi yang efektif, resolusi konflik, dan hubungan kerja
antarprofesional yang positif (University of Toronto, 2008).
8. Komunikasikan pentingnya kerja tim dlam program dan kebijakan
perawatan yang berpusat pada pasien dan kesehatan masyarakat
G. Sub Kompetensi Kerja Sama Tim
1. Jelaskan proses pengembangan tim dan peran serta praktik tim yang
efektif.
2. Kembangkan konsensus mengenai prinsip-prinsip etika untuk memandu
semua aspek kerja tim.
3. Melibatkan profesional kesehatan dan profesional lainnya dalam
pemecahan masalah bersama yang berpusat pada pasien dan berfokus pada
populasi.
4. Mengintegrasikan pengetahuan dan pengalaman kesehatan dan profesi lain
untuk menginformasikan keputusan kesehatan dan perawatan, dengan
tetap menghormati nilai-nilai pasien dan masyarakat serta
prioritas/preferensi perawatan.
5. Menerapkan praktik kepemimpinan yang mendukung praktik kolaboratif
dan efektivitas tim.
6. Libatkan seif dan pihak lain untuk secara konstruktif mengelola
perselisihan mengenai nilai, peran, tujuan, dan tindakan yang muncul di
antara profesional kesehatan dan profesional lainnya serta dengan pasien,
keluarga, dan anggota komunitas.
7. Berbagi akuntabilitas dengan profesi lain, pasien, dan komunitas atas hasil
yang relevan dengan pencegahan dan layanan kesehatan.
8. Renungkan kinerja individu dan tim untuk peningkatan kinerja individu,
serta tim.
9. Gunakan perbaikan proses untuk meningkatkan efektivitas kerja tim
antarprofesional dan layanan, program, dan kebijakan berbasis tim.
10. Gunakan bukti yang tersedia untuk menginformasikan kerja tim yang
efektif dan praktik berbasis tim.
11. Berkinerja efektif dalam tim dan dalam peran tim yang berbeda dalam
berbagai situasi,
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Tenaga kesehatan merupakan setiap orang yang mengabdikan diri
dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan keterampilan melalui
pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan
kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan, seorang tenaga kesehatan
memiliki kompetensi berdasarkan ilmu pengetahuan, ketrampilan, dan sikap
profesional untuk menjalankan praktik, Tenaga di bidang kesehatan terdiri
dari tenaga kesehatan dan asisten tenaga kesehatan yang dibagi menjadi
beberapa jenis diataranya enaga medis (kedokteran), psikologis klinis,
keperawatan, kebidanan, kefarmasian, kesehatan masyarakat, kesehatan
lingkungan, gizi, keterapian fisik, keteknisian medias, teknik biomedika,
kesehatan tradisional, dan tenaga kesehatan lainnya.
Poltekkes Kemenkes Surakarta berdiri sejak tahun 2001, terdiri dari
empat jurusan yaitu Keperawatan, Fisioterapi, Okupasi Terapi dan Kebidanan.
Pada tahun 2011 diperbaharui menjadi delapan jurusan yaitu Jurusan
Keperawatan, Fisioterapi, Ortotik Prostetik, Okupasi Terapi, Terapi Wicara,
Kebidanan, Akupunktur dan Jamu. Saat ini Poltekkes Kemenkes Surakarta
memiliki sepuluh jurusan dengan adanya Jurusan Analisis Farmasi dan
Makanan pada tahun 2018 dan Jurusan Farmasi pada tahun 2021.

B. Saran
1. Mahasiswa
Untuk mahasiswa, makalah ini dapat dipergunakan sebagai acuan untuk
mengetahui kompetensi profesi atau tenaga kesehatan yang ada di
Indonesia dan di Poltekkes Kemenkes Surakarta sehingga dapat
menambah wawasan dan pemahaman mahasiswa.
2. Pembaca
Makalah ini disusun agar para pembaca mampu memahami tentang
kompetensi profesi atau tenaga kesehatan yang ada di Indonesia dan di
Poltekkes Kemenkes Surakarta dengan baik dan bisa menjadikannya
wawasan untuk menambah pengetahuan pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2019). Peranan Tenaga Kesehatan


Indonesia. (Online). https://www.kemkes.go.id/. Diakses pada 24 Januari
2024.

Politeknik Kesehatan Kemenkkes Surakarta. (2022). Politeknik Kesehatan


Kemenkes Surakarta. (Online). https://www.poltekkes-solo.ac.id/.
Diakses pada 24 Januari 2024.

Pujiastuti, E. (2020). Hubungan Antar Kompetensi Professional Tenaga Medis,


Budaya Kerja, Dan Gaya Kepempimpinan Dengan Mutu Pelayanan
Pasien Rawat Inap Di Rumah Sakit Waled Kabupaten Cirebon. Syntax
Literate; Jurnal Ilmiah Indonesia, 2(4), 34-65.
http://www.jurnal.syntaxliterate.co.id/index.php/syntax-
literate/article/view/95. Diakses pada 24 Januari 2024.

Suparman, R., Saprudin, A., & Heriana, C. (2019). Kesiapan Tenaga Kesehatan
Masyarakat (Sarjana Kesehatan Masyarakat) Untuk Bermitra Dengan
Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Dalam Upaya Promotif Dan
Preventif. Jurnal Ilmu Kesehatan Bhakti Husada: Health Sciences
Journal, 10(2), 122-129.
https://ejournal.stikku.ac.id/index.php/stikku/article/view/98. Diakses
pada 24 Januari 2024.

Susanti, D., Wulandari, H., Juaeriah, R., & Dewi, S. P. (2019). Penerapan Intra
Professional Education (IPE) Pada Kelas Ibu Balita Oleh Tenaga
Kesehatan Untuk Meningkatkan Sikap Ibu Terhadap Kesehatan Balita Di
Kota Cimahi. Jurnal Sistem Kesehatan, 3(2).
http://jurnal.unpad.ac.id/jsk_ikm/article/view/15003. Diakses pada 24
Januari 2024.

Anda mungkin juga menyukai