Anda di halaman 1dari 14

EVALUASI AKADEMIK

Nama peserta : Rini Susilowati A.Md.Keb

NDH : 01

Unit Kerja : UPTD Puskesmas Poncol

Jabatan : Bidan Terampil

Kelompok : 1 (satu)

Angkatan : XXVII

JUDUL KASUS : PERILAKU TENAGA KESEHATAN DALAM PELAYANAN

KESEHATAN DETAIL KASUS : PERILAKU TENAGA KESEHATAN DALAM

PELAYANAN KESEHATAN xxxxxxx Kabari Kesehatan No Comments 9031 oleh: Drg.

Bambang Roesmono, MM, Dosen Jurusan Gigi Poltekkes Makassar.

PERILAKU TENAGA KESEHATAN DALAM PELAYANAN KESEHATAN

Salah satu strategi untuk mencapai Visi Indonesia Sehat adalah dengan meningkatkan akses

masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas dengan sasaran utamanya antara

lain ? Disetiap desa tersedia SDM Kesehatan yang kompeten?, dan Pelayanan Kesehatan di

setiap Rumah Sakit, Puskesmas, dan Jaringannya memenuhi standar mutu?.

Aburizal Bakrie, dalam opininya (Kompas xxxxxxxx) yang berjudul ?Mengapa Pembangunan

Manusia?? mengatakan bahwa:??.perbaikan kesenjangan hanya bisa dicapai dengan melakukan

investasi pembangunan manusia, baik dalam meningkatkan akses dan kualitas di bidang

pendidikan dan layanan di bidang kesehatan.?

Dalam tiga dekade ini derajat kesehatan di Indonesia telah mengalami peningkatan yang

bermakna, tetapi bila dibandingkan dengan negara-negara tetangga, maka peningkatan tersebut
masih terhitung rendah. Permasalahan utama yang dihadapi adalah masih rendahnya kualitas

kesehatan masyarakat yang terlihat pada Renstra Kemenkes, dengan masih tingginya Angka

Kematian Bayi (AKB): 32/1000 kelahiran hidup (2005), Angka Kematian Ibu melahirkan (AKI):

262/100.000 kelahiran (2005), dan Usia Harapan Hidup (UHH): 69 tahun. Kualitas kesehatan

masyarakat pada wilayah Kawasan Timur Indonesia (KTI) nampak sekali ketimpangannya,

ditambah masih rendahnya strata ekonomi dan pendidikan. Untuk itu, perlu diupayakan suatu

pelayanan kesehatan yang bermutu, baik dari sisi kuantitas maupun kualitas, yang dapat diterima

seluruh lapisan masyarakat secara adil dan merata, diwilayah Negara Kesatuan Republik

Indonesia.

Tenaga Kesehatan merupakan sumber daya manusia kesehatan yang pada satu sisi adalah unsur

penunjang utama dalam pelayanan kesehatan, pada sisi lain, ternyata kondisinya saat ini masih

jauh dari kurang, baik pada kuantitas maupun kualitasnya. Disini perlu perhatian pemerintah

pada peningkatan dan pemberdayaan SDM Kesehatan secara profesional.

Utamanya dalam pembentukan Sikap dan Perilaku Profesional SDM Kesehatannya melalui jalur

pendidikan formal maupun non formal. Disamping itu, masalah yang perlu mendapat perhatian

dari pemerintah mengenai SDM Kesehatan ini adalah kurang efisien, efektif, dan

profesionaliesme dalam menanggulangi permasalahan kesehatan. Masih lemahnya kemampuan

SDM Kesehatan dalam membuat perencanaan pelayanan kesehatan serta sikap perilaku mereka

dalam mengantisipasi permasalahan kesehatan yang terjadi, ternyata tidak sesuai dengan harapan

masyarakat. Yang mana dapat dilihat dengan masih tingginya tingkat penyalahgunaan

wewenang, masih adanya praktik KKN, serta masih lemahnya tingkat pengawasan terhadap

kinerja aparatur pelayanan publik dalam pelayanan kesehatan.

SIKAP DAN PERILAKU


Sikap dan Perilaku seseorang dibatasi oleh Hukum dan Moral. Hukum membatasi sisi

lahiriahnya, sedangkan moral membatasi sisi sikap batiniahnya. Disamping itu, sikap dan

perilaku seseorang juga dipengaruhi oleh EI (Emotional Intelligence) atau Kecerdasan emosional

orang itu sendiri. Kecerdasan Emosional adalah kemampuan seseorang dalam mengendalikan

emosinya saat menghadapi situasi atau masalah yang menyenangkan maupun menyakitkan.

Daniel Goleman (1995), dalam bukunya ? Emotional Intellegence: Why it can matter more than

IQ?, menyatakan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan lebih yang dimiliki seseorang

dalam memotivasi diri, ketahanan dalam menghadapi kegagalan, mengendalikan emosi dan

menunda kepuasan, serta mengatur keadaan jiwa seseorang. Agar EI seseorang dapat tercapai

dengan optimal, maka Daniel Goleman membagi EI dalam 5 (lima) tahapan bidang kompetensi

yang harus dikuasai seseorang.

Bidang kompetensi tersebut adalah sebagai berikut:

1. Kemampuan untuk mengindentifikasi atau mengenal emosi dirinya sendiri serta memahami

hubungan antara emosi, pikiran dan tindakan

2. Kemampuan untuk mengelola emosi, ini berarti, bahwa seseorang harus dapat mengatur

perasaannya agar perasaannya tersebut dapat terungkap dengan baik dan benar 3. Kemampuan

untuk memotivasi diri dengan sikap optimis dan berpikir positif 4. Kemampuan untuk membaca

dan mengenal emosi orang lain (empati)

5. Kemampuan untuk membina hubungan dengan orang lain

Bidang kompetensi tersebut dapat merupakan bentuk keterampilan yang sangat mendukung

keberhasilan seorang Tenaga Kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada

masyarakat.
Menurut Arief Rachman, dalam makalahnya (Surabaya, Hyatt Hotel, 19-22/05/06)? Makna

Nilai- Nilai moral dan Etika bagi Profesional Kesehatan? menyatakan bahwa untuk memberikan

pelayanan kesehatan yang prima kepada masyarakat, seseorang Tenaga Kesehatan harus

mempunyai 7 (tujuh) kompetensi andalan, yaitu:

• Manajemen diri sendiri, • Keinginan untuk berprestasi,

• Keterampilan hubungan antar manusia, • Keterampilan melayani, • Keterampilan Teknis

Profesionalisme,

• Keterampilan manajerial, • Mempunyai wawasan berpikir global.

Ada juga beberapa faktor yang mempengaruhi sikap dan perilaku seseorang dalam memberikan

pelayanan publik, antara lain: • Pekerjaan (work itself)

• Pengakuan (recognition) • Prestasi (achievement) • Tanggung jawab (responsibility)

• Gaji (salary) • Status

• Fasilitas

Pengembangan (advancement)

Pengembangan yang dimaksud diatas (no.8) merupakan pengembangan watak dari seseorang

yang perlu diperhatikan, antara lain: Fleksibel, keterbukaan, ketegasan, berencana, percaya diri,

toleransi, disiplin, berani ambil resiko, punya orientasi masa depan dalam menyelesaikan

tugasnya dan bertaqwa.

TENAGA KESEHATAN DAN PELAYANAN KESEHATAN

Tidak jarang kita mendengar pada kehidupan sehari-hari, baik di Rumah Sakit, Puskesmas,

maupun Klinik-Klinik pelayanan kesehatan, tentang buruknya praktek pelayanan yang diberikan

tenaga kesehatan kepada masyarakat. Adanya Tenaga Kesehatan yang tidak mengerjakan yang

seharusnya mereka kerjakan, serta bukan isapan jempol juga adanya tenaga kesehatan yang
mengerjakan sesuatu yang seharusnya bukan wewenangnya/kompetensinya. Makin banyaknya

pengaduan para pengguna pelayanan kesehatan, baik masyarakat awam/ berpendidikan/ kalangan

tenaga kesehatan sendiri, terhadap kualitas pelayanan yang diberikan oleh Tenaga Kesehatan.

Kesalahan medik dapat terjadi dimana-mana, baik pada negara maju, berkembang, maupun

terbelakang, bahkan pada tempat-tempat tertentu kejadian ini telah mencapai angka yang cukup

memprihatinkan. Di negara tetangga kita, disemenanjung barat Malaka, di Pulau Pinang,

beberapa waktu lalu pernah kejadian suatu lembaga konsumen (PersatuanPengguna Pulau

Pinang) yang mengupas buruknya pelayanan kesehatan tentang kesalahan medik yang diberikan

oleh para Tenaga Kesehatan, dimana hal tersebut sampai-sampai tidakbisa diterima oleh Profesi

Tenaga Kesehatan tersebut, yang ujung-ujungnya mereka sampai dituntut oleh Ikatan Dokter

Malaysia ini harus diakui, bahwa kejadian tersebut tidak bias lepas begitu saja dari sikap dan

perilaku tenaga kesehatan itu sendiri.

Tenaga Kesehatan yang merupakan tenaga profesional, seyogyanya selalu menerapkan ETIKA

dalam sebagian besar aktifitas sehari-hari. Etika yang merupakan suatu normaperilaku atau biasa

disebut dengan asas moral, sebaiknya selalu dijunjung tinggi dalam kehidupan bermasyarakat

kelompok manusia. Etika yang berlaku dimasyarakat modern saatini adalah Etika Terapan

(applied ethics) yang biasanya menyangkut suatu profesi, dimanadidalamnya membicarakan

tentang pertanyaan-pertanyaan etis dari suatu individu yang terlibat. Sehingga pada masing-

masing profesi telah dibentuk suatu tatanan yang dinamakan KODE ETIK PROFESI.

Perilaku ini memang agak sulit menanganinya, kecuali kesadaran sendiri masing-masing Tenaga

Kesehatan dalam menerapkan, mengaplikasikan, menghayati, memahami, kode etik profesinya.

Karena, etika profesi lebih bersifat moral, maka kesalahan yang terjadi apabila dilakukan oleh

tenaga kesehatan, sanksi yang diberikan bersifat moral dan yang paling dirugikan adalah para
kliennya, sehingga untuk menangani pelanggaran yang dilakukan oleh para pelaku pelayanan

agar tidak terlalu merugikan pengguna pelayanan, dibentuklah suatu Majelis Kode Etik Profesi

yang berlandaskan pada Etika dan Hukum yang berlaku.

Etika Profesi dan Hukum Profesi Kesehatan masing-masing mempunyai tingkatan masalah

terhadap sikap dan perilaku tenaga kesehatan yang berbeda-beda, yaitu; • Perilaku yang

dilakukan telah sesuai, baik terhadap Etika dan Hukum Profesi Kesehatan,

• Perilaku yang dilakukan berlawanan, baik terhadap Etika dan Hukum Profesi Kesehatan,

• Perilaku yang dilakukan bertentangan dengan Etika, tetapi sesuai dengan Hukum Profesi

Kesehatan, • Perilaku yang dilakukan bertentangan dengan hokum tetapi sesuai dengan Etika.

Uraian diatas kalau dipilah lagi sesuai dengan tingkatan masalah, maka tindakan no 1 dan 2

adalah tingkatan masalah yang paling mudah diselesaikan serta pelanggan atau pengguna jasa

tidak terlalu dirugikan, sedangkan pada tindakan nomor 3 dan 4 adalah kondisi yang sangat sulit

diselesaikan dan biasanya terjadi tarik ulur satu sama lain, sehingga mempunyai potensi

merugikan pengguna jasa atau pelanggan. Dari sini Tenaga Kesehatan harus mencermati, dan

mensikapi dengan baik setiap tindakan yang hendak diberikan kepada pelanggan/ pengguna jasa.

Sesuai ulasan diatas, maka dalam memberikan pelayanan yang berkualitas atau pelayanan

kesehatan yang prima terhadap masyarakat, seperti halnya pemberian pelayanan public lainnya,

dibutuhkan sikap dan perilaku yang handal dan profesional bagi seluruh SDM-nya.

Sikap tersebut seharusnya dimulai dari jajaran yang paling atas, tingkat pimpinan yang tertinggi,

sampai pada lapisan terbawah, atau petugas lapangan. Seorang pimpinan, seyogyanya mau

meluangkan waktunya, tenaganya dan dananya untuk mempraktekkan apa yang pernah

diucapkan. Memang, kadang-kadang ada seorang pimpinan yang menekankan kepada anak

buahnya agar memberikan pelayanan yang berkualitas dengan baik dan benar terhadap pengguna
jasa pelayanan, tetapi kenyataannya mereka tidak mau ?membayar harga yang diperlukan?, ?

tidak menyediakan pendidikan atau pelatihan terhadap pelayanan?, serta tidak berupaya ?

mengukur kualitas pelayanan?.

Pendidikan formal bagi para pelaku pelayanan kesehatan yang terdapat pada Badan

Pengembangan dan Pemberdayaan SDM Kesehatan Depkes RI melalui Pusat Diknakes yang

diselenggarakan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, TNI/Polri, dan Swasta, sebaiknya

kurikulum yang ada pada saat ini perlu penambahan bobot SKS-nya atau pokok Bahasannya

pada beberapa Mata Ajar tertentu, antara lain; Ilmu Etika, dengan tambahan Pokok Bahasan

Etika Terapan (Applkied Etichs) yang berkaitan dengan Moral, Sikap, dan Perilaku;

Kewirausahaan dan Manajamen, dengan tambahan Pokok Bahasan Manajemen SDM. Serta

perlu penambahan muatan lokal tentang Kebudayaan, Adat istiadat setempat. Kondisi tersebut

sesuai dengan tugas dan tanggung jawab para tenaga kesehatan yang selalu berhadapan dengan

manusia yang mempunyai rasa ingin diperhatikan dan dilayani dengan baik dan benar, sehingga

membutuhkan sikap dan perilaku bagi pengelola untuk selalu mawas diri sesuai dengan tuntunan

agama, nilai-nilai etika dan moral.

Pelayanan Kesehatan yang profesional yang tanggap atas kebutuhan masyarakat atas pelayanan

kesehatan yang baik dan benar, terlepas dari besar kecilnya organisasi/ institusi yang ada, sangat

membutuhkan SDM Kesehatan yang mempunyai sikap dan perilaku sebagai berikut:

• Memperlakukan user/pelanggan sebagai mitra seumur hidup

• Mampu menciptakan strategi pelayanan yang baik dan benar sesuai dengan profesi dan

kompetensinya

• Hargai keluhan pelanggan dengan kebaikan, simpati dan pemecahan masalah • Perlakukan

setiap pelanggan sebagai sesuatu yang unik dan khusus


• Lakukan doktrin Informed Consent secara ikhlas • Laksanakan tindakan Rekam Medik secara

lege artis, sesuai dengan ketentuan yang ada • Dapat mengetahui kepuasan pelanggan melalui sisi

mata pelanggan memandang kepuasan yang didapat

• Paham, mengerti, dan mampu melaksanakan seni pelayanan pelanggan yang berkualitas sesuai

dengan Etika dan Hukum yang berlaku

• Tetapkan sasaran-sasaran kualitas pelayanan dan penghargaan yang akan diberikan • Mau

terjun langsung ke lapangan dan melihat apa yang terjadi

• Bersikap sabar dan tidak mudah puas dengan hasil yang didapat • Mau mendengar dan

mensikapi terhadap gagasan yang timbul terhadap pelayanan yang berkualitas.

Sumber:

https://kabarinews.com/perilaku-tenaga-kesehatan-dalam-pelayanan-kesehatan/2073

PERILAKU TENAGA KESEHATAN DALAM PELAYANAN KESEHATAN Akar

permasalahan: Masih rendahnya kualitas kesehatan masyarakat yang terlihat pada renstra

kemekes, terbukti masih tingginya angka kematian bayi,angka kematian ibu melahirkan dan

ketimpangan kualitas kesehatan di wilayah kawasan timur Indonesia.

Akuntabilitas : 1. Keadilan dan keseimbangan : Diupayakan pelayanan kesehatan yang

bermutu baik secara kuantitas maupun kualitas bagi seluruh lapisan masyarakat Indonesia secara

adil dan merata. 2. Kepemimpinan: Pemerintah perlu memperhatikan peningkatan dan

pemberdayaan SDM kesehatan secara professional, supaya tercipta SDM kesehatan yang unggul

dan professional.

Nasionalisme : Dalam permasalahan ini diharapkan tenaga kesehatan yang merupakan sumber

daya manusia sebagai unsur penunjang utama dalam bidang kesehatan dapat melaksanakan tugas
dan tanggung jawabnya secara bijak dan selalu dapat memberikan pelayan prima bagi seluruh

lapisan masyarakat tanpa membeda – bedakan.

Etika Publik : Seorang tenaga kesehatan diharapkan bisa mempertanggungjawabkan tindakan

dan kinerjanya kepada publik. Memiliki kecerdasan emosional dimana seorang tenaga kesehatan

memiliki kemampuan untuk mengendalikan emosi saat menghadapi kesulitan atau masalah.

Menguasai bidang kompetensi untuk mendukung keberhasilan tenaga kesehatan dalam

memberikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat.

Komitmen mutu : Memberikan pelayanan kesehatan secara professional,efektif, dan

efisien.Melakukan budaya kerja yang berorientasi mutu, para tenaga kesehatan mengerjakan apa

yang menjadi tugas dan fungsinya. Selalu memberikan pelayanan kesehatan yang

berkualitas sehingga dapat meningkatkan mutu secara berkelanjutan. Dilakukan pengawasan

secara berkala untuk mengawal jalannya program kerja agar berjaln efektif.

Anti Korupsi : Meningkatkan kemampuan SDM Kesehatan dalam membuat perencanaan

pelayanan kesehatan agar dapat mengantisipasi permasalahan kesehatan yang terjadi. Dalam hal

ini dapat mengurangi tingkat penyalahgunaan wewenang, dan menghapus praktek KKN.

Menciptakan tenaga kesehatan yang jujur, mandiri, disiplin, dan kerja keras.

Manajemen ASN: Pemerintah bekerja sama dengan instansi kesehatan melaksanakan kebijakan

dan pelayanan public yang professional, memberikan pemahaman kepada seluruh tenaga

kesehatan melalui pelatihan – pelatihan mengenai disiplin pegawai dan TUPOKSI nya.

Diharapkan tenaga kesehatan dapat menerapkan, mengaplikasikan, menghayati, memahami,kode

etik profesinya.

WOG : Seluruh tenaga kesehatan diharapkan mampu menciptakan strategi pelayanan yang baik

dan benar sesuai dengan potensi dan profesinya, dalam hal ini tenaga kesehatan juga dituntut
untuk melakukan perbaikan – perbaikan mengikuti perkembangan zaman guna meningkatkan

kualitas pelayanan kesehatan. Pelayanan public : memperlakukan user / pelanggan sebagai mitra

seumur hidup, menghargai keluhan pelanggan dengan simpati dan pemecahan masalah,

melakukan tindakan rekam medik sesuai ketentuan yang ada, memperlakukan pelanggan sebagai

sesuatu yang unik dan khusus.

Wawasan kebangsaan : Seluruh tenaga kesehatan memiliki cara pandang yang luas dalam

memberikan pelayanan yang professional, sehingga mau melakukan perbaikan diri. Isu

kontemporer : masih rendahnya kualit as pelayanan tenaga kesehatan.

Kesiapsiagaan bela negara : Seluruh tenaga kesehatan siap sedia membantu pemerintah untuk

memberikan pelayanan yang baik.

Soal 1 :  Mendeskripsikan rumusan kasus dan/ atau masalah pokok, aktor yang terlibat

dan persan setiap aktornya berdasarkan konteks deskripsi kasus.

Jawaban: Masalah pokok dalam kasus diatas adalah masih rendahnya kualitas layanan

kesehatan yang di terima oleh masyarakat dalam hal mendapatkan pelayanan

kesehatan yang baik, efektif dan efisien. Terbentur dengan rendahnya kualitas sumber

daya manusia (SDM) di bidang pelayanan kesehatan yang mengakibatkan pelayanan

kurang profesionalisme. Dimana masih minimnya kualitas pendidikan tenaga pelayan

kesehatan selain itu juga masih banyak yang melakukan penyalahgunaan wewenang

yang tidak sesuai dengan kompetensinya, di tandai dengan adanya praktik KKN, dan

kurangnya penerapan kode etik. Sebaiknya dalam memberikan pelayanan kesehatan

harus selalu mengutamakan kepuasan pasien dengan cara selalu meningkatkan mutu
pengetahuan dan mengupdate skill/kemampuan dalam pemberian layanan selain itu

juga harus dengan mengaplikasikan etika di dalamnya. Memperlakukan masyarakat

dengan pelayanan kesehatan yang baik dan benar serta menghargai tanpa membeda-

bedakan, melayani dengan ramah dan sopan. Selain itu pemimpin setiap instansi

pelayanan kesehatan juga harus melakukan evaluasi mengenai kinerja yang dilakukan

oleh tenaga kesehatan. Memberikan saran atau masukan yang membangun, selain itu

juga dengan meningkatan fasilitas sarana dan prasarana yang dapat menunjang

memberian layanan kepada masyarakat sehingga semuanya saling berkesinambungan

dan dapat berjalan dengan optimal sesuai dengan yang di harapkan oleh masyarakat

dalam pemberian layanan kesehatan.

Aktor yang terlibat :

1. Pimpinan, kurangnya kontrol keseimbangan atau koordinasi dengan pegawai

mengenai penetapan kebijakan dengan pelaksanaan yang terkait dengan

pelayanan publik.

2. Tenaga Kesehatan, kurang optimalnya dalam pemberian layanan sesuai SOP,

tanggung jawab dan profesionalisme dalam bekerja

Soal 2 :  Melakukan analisis terhadap : A. Bentuk penerapan dan pelanggaran terhadap

nilai-nilai dasar PNS, dan Pengetahuan tentang kedudukan dan peran PNS dan

NKRI oleh setiap aktor yang terlibat berdasarkan konteks deskripsi kasus. B.

Dampak tidak diterapkannya nilai-nilai dasar PNS dan pengetahuan tentang

kedudukan dan peran PNS dalam NKRI berdasarkan konteks deskripsi kasus
Jawaban : A. a) PIMPINAN : 1. Antikorupsi : Kurang disiplin dan tanggung jawab atas

terselenggaranya pelayanan yang baik kepada masyarakat 2. Nasionalisme :

Pimpinan tidak mau mengadakan musyawarah yang bertujuan meningkatkan

kualitas pelayanan kepada masyarakat 3. Etika Publik : Pimpinan tidak

mengutamakan pencapaian hasil yaitu pelayanan yang baik dan mendorong

kinerja pegawai untuk dapat melaksanakan pelayanan yang baik. 4.

Komitmen mutu : Pimpinan tidak membangun minset pegawai untuk

melakukan pelayanan yang baik dan membangun budaya kerja yang baik

guina mendukung pelayanan yang baik. 5. Akuntabilitas : Pimpinan

konsisten dalam mengingatkan kepada bawahan tentang pelayanan kesehatan

yang baik 6. Manajemen ASN : Pimpinan kurang dalam mendukung

pelayanan publik yang profesional 7. WOG : kurangnya

koordinasi,kolaborasi, dan sinergi dengan bawahan atau dengan Dinas

kesehatan 8. Pelayanan publik : Tidak adanya kebijakan yang digunakan

untuk peningkatan kualitas pelayanan baik berupa peningkatan

prosedur,kenyamanan pelayanan.

b) TENAGA PELAYANAN KESEHATAN : 1. Anti Korupsi : Ketidakjujuran

dalam mendapatkan penghasilan dimana penghasilan tersebut karena

menerima uang dari pasien agar mendapat pelayanan terlebih dahulu tanpa

harus mengantri. 2. Nasionalisme : tidak adanya keadilan yang di berikan

kepada pasien semisal karena berbeda suku . 3. Etika publik : dalam

melakukan pelayanan tidak dilakukan secara professional 4. Komitmen

mutu : tidak berorientasi pada kepuasan pelanggan dalam pelayanan 5.


Akuntabilitas : tidak adil dalam memberi pelayan seperti kepada pasien

miskin dan kaya. 6. Manajemen ASN : tidak bersih dari praktek KKN. 7.

WOG : Tidak adanya koordinasi dengan pimpinan dalam melakukan

pelayanan Kesehatan. 8. Pelayanan publik : tidak memberikan pelayanan

yang sesuai prosedur yang ditetapkan.

B. 1. Akuntabilitas : dengan tidak bertanggungjawabnya pelayan kesehatan dalam

melakukan kesehatan maka akan menimbulkan keluhan masyarakat akibat dari

pelayanan yang tidak efektif, efisien dan profesional. 2. Nasionalisme : dengan

tidak adanya keadilan dalam melakukan pelayanan, akan mengakibatkan

menurunnya tingkat peminatan masyarakat terhadap unit pelayanan tersebut

karena merasa tidak adanya keadilan yang di dapat. 3. Etika Publik : dengan

adanya tidak keprofesionalan para pegawai tenaga kesehatan maka akan

menurunkan citra unit kesehatan tersebut sehingga peminatan untuk

mendapatkan pelayanan kesehatan menurun. 4. Komitmen mutu : Rendahnya

mutu yang diberikan maka akan adanya keluhan masyarakat yang mendapatkan

pelayanan. 5. Anti Korupsi : Merasa tidak mendapatkan hak yang sama dengan

pasien lain, akan mendapatkan protes dan menurunnya minat masyarakat 6.

WoG dan Pelayanan Publik : tidak adanya koordniasi dalam melakukan

pelayanan publik akan menyebabkan kinerja yang tidak efektif dan efisien
Soal 3 : Mendeskripsikan gagasan-gagasan alternatif pemecahan masalah berdasarkan

konteks deskripsi kasus

Jawaban : 1. Perlunya bimbingan teknik terhadap pimpinan dan tenaga kesehatan untuk

meningkatakan kualitas pelayanan kesehatan

2. Perlunya Dinas kesehatan mengawasi dengan membentuk tim pengawas

pelayanan kesehatan dalam mengontrol kualitas kinerja tenaga kesehatan

pemberian layanan kesehatan terhadap masyarakat

3. Peningkatan kesadaran diri setiap tenaga kesehatan mengenai peningkatan mutu

kualitas pelayanan melalui pengetahuan dan etika

Anda mungkin juga menyukai