Anda di halaman 1dari 14

ETIKA PROFESI DAN HUKUM KESEHATAN

Tenaga Kesehatan Dan Jabatan Fungsional Tenaga Kesehatan

Oleh :

KELOMPOK 4

VA D-III TLM

1. Rena Cintya Risty (P07134120110)


2. Ni Putu Anindhya Ratna Kinanthi (P07134121021)
3. Ni Kadek Dwi Okta Viantari (P07134121037)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLTEKKES KEMENKES DENPASAR

PRODI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS

PROGRAM DIPLOMA TIGA

DENPASAR

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atau Ida Sang Hyang
Widhi Wasa karena telah memberikan kesehatan, sehingga kami dapat menyelesaikan Tugas
Pembuatan Paper Mata Kuliah Etika Profesi dan Hukum Kesehatan "Tenaga Kesehatan dan
Jabatan Fungsional Tenaga Kesehatan" ini tepat pada waktunya.

Tujuan dari penyusunan Tugas Pembuatan Paper ini untuk memenuhi salah satu tugas
dari mata Etika Profesi dan Hukum Kesehatan. Terimakasih Penulis sampaikan kepada
berbagai pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan serta ikut berkontribusi
membantu sehingga dapat memperlancar pembuatan Tugas Pembuatan Paper ini yang telah
Penulis susun dengan maksimal.
Penulis menyadari bahwa Tugas Pembuatan Paper ini ini masih jauh dari sempurna dan
masih banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun untuk memperbaiki Tugas Pembuatan Paper ini yang dibuat
sehingga nantinya dapat bermanfaat bagi pembaca.

Denpasar, 12 Oktober 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... i


DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................ 3
BAB III PENUTUP ................................................................................................................ 10
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan, tenaga
kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta
memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang
untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.
Tenaga kesehatan memiliki peranan penting untuk meningkatkan kualitas pelayanan
kesehatan yang maksimal kepada masyarakat agar masyarakat mampu untuk meningkatkan
kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat sehingga akan terwujud derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya
manusia yang produktif secara sosial dan ekonomi serta sebagai salah satu unsur
kesejahteraan umum sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (Kementerian Kesehatan RI, 2014).
Jabatan Fungsional adalah sekelompok jabatan yang berisi fungsi dan tugas berkaitan
dengan layanan fungsional yang berdasar pada keahlian dan keterampilan tertentu. Jabatan
Fungsional Kesehatan adalah kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung jawab,
wewenang dan hak tenaga kesehatan yang berstatus sebagai Pegawai Negeri Sipil dalam
suatu organisasi yang dalam pelaksanaan tugasnya didasarkan pada keahlian dan atau
keterampilan dalam memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan kompetensi dan
kewenangannya yang dilakuan secara mandiri atau berkolaborasi.
Saat ini terdapat 28 jabatan fungsional kesehatan yang telah ditetapkan yaitu Apoteker,
Asisten Apoteker, Asisten Penata Anestesi, Bidan, Dokter, Dokter Gigi, Dokter Pendidik
Klinis, Entomolog Kesehatan, Epidemiolog Kesehatan, Fisioterapis, Nutrisinonis, Okupasi
Terapis, Ortotis Prostetis, Pembimbing Kesehatan Kerja, Penata Anestesi, Perawat,
Perekam Medis, Pranata Laboratorium Kesehatan, Psikolog Kesehatan, Radiografer,
Refraksionis Optisien, Teknisi Elektromedis, Teknisi Gigi, Teknisi Transfusi Darah,
Tenaga Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku,Tenaga Sanitasi Lingkungan,Terapis Gigi
dan Mulut, Terapis Wicara.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu tenaga kesehatan ?

1
2. Bagaimana jabatan fungsional tenaga kesehatan ?
3. Apa saja jenis – jenis jabatan fungsional ?
4. Bagaimana peraturan mengenai jabatan fungsional tenaga kesehatan ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian tenaga kesehatan
2. Untuk mengetahui bagaimana jabatan fungsional tenaga kesehatan dan macam-
macamnya
3. Untuk mengetahui jenis – jenis jabatan fungsional
4. Untuk mengetahui peraturan mengenai jabatan fungsional tenaga kesehatan

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Tenaga Kesehatan


Menurut Undang Undang No 36 Tahun 2014 tentang tenaga kesehatan menjelaskan
bahwa tenaga kesehatan dibagi kedalam beberapa kelompok seperti tenaga medis, tenaga
psikologi klinis, keperawatan, tenaga kebidanan, tenaga kefarmasian, tenaga kesehatan
masyarakat, tenaga kesehatan lingkungan, tenaga gizi, keterapian fisik, tenaga keteknisian
medis, tenaga teknik biomedika, tenaga kesehatan tradisional, dan tenaga kesehatan lain.
Tenaga kesehatan itu sendiri merupakan setiap orang yang mendedikasikan dirinya dalam
bidang kesehatan serta mempunyai pengetahuan dan juga keterampilan yang diperoleh
melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu membutuhkan
kewenangan guna melakukan upaya kesehatan (Amalia.2016).
Oleh karena itu, tenaga kesehatan menjadi komponen utama yang turut serta dalam
pemberian pelayanan kesehatan kepada masyarakat guna tercapainya tujuan pembangunan
kesehatan yang sesuai dengan tujuan nasional. Adanya peran, keberadaan, dan tanggung
jawab tenaga kesehatan sangat penting dalam kegiatan pembangunan kesehatan yang lebih
mendekatkan pada pelayanan kesehatan dengan mengutamakan upaya promotif, preventif,
kuratif, dan rehabilitatif pada era desentralisasi saat ini.
Tenaga kesehatan berperan penting dalam mengoptimalkan pelayanan kesehatan
kepada masyarakat, karena setiap masyarakat mempunyai hak yang sama untuk
mendapatkan akses pelayanan kesehatan yang baik dengan kualitas pelayanan kesehatan
yang bermutu, aman, dan terjangkau sehingga kondisi ini lah yang dapat membantu
meningkatkan derajat kesehatan bangsa Indonesia (Aevara.2020). Seiring berkembangnya
ilmu pengetahuan dan teknologi, kualitas tenaga kesehatan dapat dioptimalkan dengan cara
menyediakan tenaga kesehatan yang profesional, baik dari segi kualitas, kuantitas, maupun
penyebarannya.
Upaya pemenuhan ketersediaan tenaga kesehatan baik dari segi kualitas, kuantitas,
maupun penyebarannya sampai saat ini masih belum terpenuhi (Lestari. 2009). Adapun
beberapa tantangan dalam upaya pemenuhan ketersediaan tenaga kesehatan seperti : 1.
Terbatas dan lemahnya perencanaan kebijakan dalam mendukung upaya pemenuhan
ketersediaan tenaga kesehatan baik dari segi kualitas, kuantitas maupun penyebarannya, 2.
Pengembangan dan pemberdayaan tenaga kesehatan yang sudah ada belum dapat

3
memenuhi kebutuhan pemenuhan ketersediaan tenaga kesehatan untuk pembangunan
kesehatan sehingga mutu tenaga kesehatan belum mempunyai daya saing untuk dapat
memenuhi permintaan tenaga kesehatan dari negara lain, 3. Belum dilaksanakannya pola
pengembangan karir, sistem penghargaan dan sanksi sesuai dengan yang diharapkan, 4.
Terbatasnya pengembangan profesi tenaga kesehatan yang berkelanjutan, 5. Belum
dilaksanakannya pembinaan dan pengawasan mutu tenaga kesehatan baik dari segi
kualitas, kuantitas maupun penyebarannya sesuai dengan yang diharapkan.
Beberapa tantangan dalam upaya pemenuhan ketersediaan tenaga kesehatan dari segi
kualitas, kuantitas, maupun penyebarannya tersebut berdampak pada masyarakat yang
menerima pelayanan kesehatan dibawah standar. Selain itu terdapat juga masyarakat yang
tidak menerima pelayanan kesehatan karena tenaga kesehatan memberikan pelayanan yang
tidak sesuai dengan kompetensinya. Padahal tenaga kesehatan harus mempunyai tanggung
jawab, keahlian, kewenangan, etika, dan moral yang baik dengan mutu yang secara terus
menerus harus ditingkatkan dalam menyelenggarakan upaya kesehatan.
Kualitas tenaga kesehatan dalam menyelenggarakan upaya kesehatan dapat
ditingkatkan melalui pendidikan dan pelatihan berkelanjutan, registrasi, sertifikasi,
perizinan, pengawasan, pemantauan, dan pembinaan. Salah satu contoh program
pengembangan yang telah dibentuk oleh pemerintah untuk meningkatkan mutu setiap
tenaga kesehatan yaitu program pengembangan jabatan fungsional. Program ini dibentuk
agar terpenuhinya rasa keadilan dan perikemanusiaan yang sesuai dengan perkembangan
ilmu pengetahuan dan ilmu teknologi kesehatan dalam penyelenggaraan upaya kesehatan
oleh tenaga kesehatan.

2.2. Jabatan fungsional Tenaga Kesehatan


Menurut Undang-Undang No 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (ASN),
menjelaskan bahwa setiap instansi milik pemerintah wajib melakukan penataan terhadap
Sumber Daya Manusia (SDM) yang dilaksanakan dengan penempatan ASN sesuai dengan
kebutuhan jabatan di instansi tersebut seperti jabatan administrasi, jabatan pimpinan tinggi
dan jabatan fungsional. Jabatan fungsional sendiri ialah suatu jabatan yang mempunyai
tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang
berkaitan dengan pelayanan fungsional sesuai dengan bidang keahlian dan keterampilan
tertentu.
Tujuan adanya penempatan Pegawai Negeri Sipil (PNS) ke dalam jabatan fungsional
sebagai jabatan karir ialah sebagai wadah peningkatan produktivitas kerja, pengembangan
4
profesionalisme dan pembinaan karir Pegawai Negeri Sipil (PNS). Selain itu, jabatan
fungsional juga berfungsi untuk meningkatkan pelayanan publik dan daya tanggap instansi
milik pemerintah tersebut terhadap permasalahan yang dihadapi masyarakat. Berdasarkan
hal tersebut, maka instansi pemerintah yang bergerak dalam bidang kesehatan turut serta
menerapkan penempatan tenaga kesehatan yang berstatus sebagai Pegawai Negeri Sipil
(PNS) ke dalam jabatan fungsional untuk meningkatkan pelayanan kesehatan bagi
masyarakat.
Jabatan fungsional di sektor kesehatan merupakan jabatan yang mempunyai ruang
lingkup, hak, wewenang, tugas, dan tanggung jawab tenaga kesehatan yang berstatus
sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) dalam suatu organisasi dimana dalam melaksanakan
tugasnya baik secara mandiri maupun berkolaborasi didasari pada keahlian dan
keterampilan dalam memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan kompetensi dan
kewenangannya.
Sebagaimana terdapat pada Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara
Nomor: PER/08/M.PAN/3/2006, penyebutan jabatan fungsional bagi ahli teknologi
laboratorium medik disebut Jabatan Pranata Laboratorium Kesehatan. Jabatan Pranata
Laboratorium Kesehatan termasuk dalam rumpun kesehatan dengan instansi Pembina
jabatan fungsional Pranata Laboratorium Kesehatan yaitu Departemen Kesehatan.
Definisi Pranata Laboratorium Kesehatan adalah Pegawai Negeri Sipil yang diberi
tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang
untuk melakukan kegiatan pelayanan laboratorium kesehatan, pada laboratorium
kesehatan. Pranata Laboratorium Kesehatan berkedudukan sebagai pelaksana teknis
fungsional di bidang pelayanan laboratorium kesehatan pada sarana pelayanan
laboratorium kesehatan di lingkungan Departemen Kesehatan dan instansi selain
Departemen Kesehatan.
Tugas pokok Pranata Laboratorium Kesehatan adalah melaksanakan tugas pelayanan
laboratorium kesehatan meliputi bidang hematologi, kimia klinik, mikrobiologi,
imunoserologi, toksikologi, kimia lingkungan, patologi anatomi (histopatologi,
sitopatologi, histokimia, imunopatologi, patologi molekuler), biologi dan fisika. Pranata
Laboratorium Kesehatan yang melaksanakan tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak
akan mendapatkan suatu tunjangan selain gaji pokok yang disebut dengan Tunjangan
Jabatan Fungsional Pranata Laboratorium Kesehatan. Tunjangan Pranata Laboratorium
Kesehatan adalah tunjangan jabatan fungsional yang diberikan kepada Pegawai Negeri
Sipil yang diangkat dan ditugaskan secara penuh dalam Jabatan Fungsional Pranata
5
Laboratorium Kesehatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Berdasarkan Peraturan Bersama Menteri Kesehatan dan Kepala Badan Kepegawaian
Negara Nomor 611/Menkes/PB/VIII/2006 dan Nomor 20 Tahun 2006 Tentang Petunjuk
Pelaksanaan Jabatan Fungsional Pranata Laboratorium Kesehatan dan Angka Kreditnya
pada Pasal 11 disebutkan “Pranata Laboratorium Kesehatan tingkat terampil yang
menduduki pangkat Pengatur Tingkat I, golongan ruang ll/d ke bawah apabila memperoleh
ijasah Sarjana (S1)/Diploma IV, dapat dipertimbangkan kenaikan pangkatnya menjadi
Penata Muda, golongan ruang Ill/a dan diangkat dalam jabatan Pranata Laboratorium
Kesehatan tingkat ahli”, atau sesuai pasal 21 mengenai penyesuaian/inpassing dengan
syarat-syarat yang telah ditentukan. Jabatan Pranata Laboratorium Kesehatan dibagi
menjadi 2 yaitu;
1. Pranata Laboratorium Kesehatan tingkat terampil adalah Pranata Laboratorium
Kesehatan Keterampilan yang pelaksanaan tugasnya meliputi kegiatan teknis
operasional yang berkaitan dengan penerapan konsep atau metode operasional di
bidang laboratorium kesehatan. Dibagi menjadi;
a. Pranata Laboratorium Kesehatan Pelaksana Pemula
b. Pranata Laboratorium Kesehatan Pelaksana
c. Pranata Laboratorium Kesehatan Pelaksana Lanjutan
d. Pranata Laboratorium Kesehatan Penyelia

2. Pranata Laboratorium Kesehatan tingkat ahli adalah Pranata Laboratorium


Kesehatan Keahlian yang pelaksanaan tugasnya meliputi kegiatan yang berkaitan
dengan pengembangan pengetahuan, penerapan konsep dan teori, ilmu dan seni
untuk pemecahan masalah dan pemberian pengajaran dengan cara yang sistematis
di bidang laboratorium kesehatan. Dibagi menjadi;
a. Pranata Laboratorium Kesehatan tingkat ahli
b. Pranata Laboratorium Kesehatan Pertama
c. Pranata Laboratorium Kesehatan Muda
d. Pranata Laboratorium Kesehatan Madya

6
2.3. Jenis-Jenis Jabatan Fungsional
Adapun dua jenis kategori jabatan fungsional adalah sebagai berikut :
1. Jabatan Fungsional Kategori Keahlian
Jabatan fungsional kategori keahlian ialah jabatan fungsional yang
bersifat keahlian dimana dalam melaksanakan tugas dan fungsinya didasarkan
pada ilmu pengetahuan dan teknologi dari pendidikan lebih lanjut yang
sistematis dan sertifikasi yang setingkat dengan keahlian yang ditetapkan pada
akreditasi tertentu. Oleh karena itu, jabatan fungsional kategori keahlian
mempunyai persyaratan kualifikasi yaitu minimal pendidikan Sarjana (S1).
Tugas utama jabatan fungsional kategori keahlian penelitian, pengembangan
dan penerapan teori, konsep, ilmu dan seni untuk pemecahan masalah yang ada,
pengembangan ilmu pengetahuan dan pemberian pengajaran yang terkait
dengan etika profesi.
Pada sektor kesehatan contohnya seperti apoteker, dokter umum dan
dokter gigi. Terdapat 4 jenjang jabatan yang terdapat pada jabatan fungsional
kategori keahlian dari yang terendah sampai yang tertinggi, yaitu seperti
jenjang jabatan ahli pertama, ahli muda, ahli madya, dan ahli utama. Jenjang
jabatan pada jabatan fungsional kategori keahlian tersebut juga mempunyai
jenjang pangkat yang berbeda beda sesuai dengan jenjang jabatannya.
Terdapat beberapa persyaratan yang perlu dipenuhi untuk kenaikan
pangkat dan jabatan pada jabatan fungsional Kategori Keahlian, yaitu :
➢ Berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS) - Mempunyai integritas dan
moralitas yang baik dalam bekerja
➢ Sehat baik jasmani maupun rohani
➢ Ijazah minimal Sarjana (S1) atau Diploma (D4) sesuai dengan
bidang pendidikan yang dibutuhkan dalam jabatan fungsional
kategori keahlian
➢ Ikut dan lulus dalam uji kompetensi teknis, kompetensi sosial
kultural, dan kompetensi manajerial sesuai dengan standar
kompetensi yang telah ditetapkan oleh instansi pembina - Nilai
prestasi kerja minimal bernilai baik dalam satu tahun terakhir
➢ Persyaratan lain sesuai dengan kebutuhan jabatan fungsional
kategori keahlian seperti memenuhi nilai angka kredit kumulatif.

7
2. Jabatan fungsional Kategori Keterampilan
Jabatan fungsional kategori keterampilan ialah jabatan fungsional yang
bersifat keterampilan atau penunjang profesional dimana dalam melaksanakan
tugas dan fungsinya didasarkan pada ilmu pengetahuan dari pendidikan
kejuruan dan pelatihan teknis. Oleh karena itu, jabatan fungsional kategori
keterampilan mempunyai persyaratan kualifikasi, yaitu minimal pendidikan
SMU setinggi-tingginya D3 seperti penyuluh kesehatan, bidan dan perawat
kesehatan. Tugas utama jabatan fungsional kategori keterampilan adalah
melaksanakan kegiatan teknis yang berhubungan dengan penerapan konsep dan
metode operasional dalam bidang ilmu pengetahuan dan pemberian pengajaran
di tingkat pendidikan tertentu.
Terdapat 4 jenjang jabatan yang terdapat pada jabatan fungsional
kategori keterampilan dari yang terendah sampai yang tertinggi, yaitu seperti
jenjang jabatan pemula, mahir, terampil, dan penyelia. Jenjang jabatan pada
jabatan fungsional kategori keterampilan tersebut juga mempunyai jenjang
pangkat yang berbeda beda sesuai dengan jenjang jabatannya.
Terdapat beberapa persyaratan yang perlu dipenuhi untuk kenaikan
pangkat dan jabatan pada Jabatan fungsional Kategori Keterampilan, yaitu :
➢ Berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS)
➢ Mempunyai integritas dan moralitas yang baik dalam bekerja
➢ Sehat baik jasmani maupun rohani
➢ Ijazah minimal SMA atau SMK sesuai dengan bidang pendidikan
yang dibutuhkan dalam jabatan fungsional Kategori Keterampilan
➢ Ikut dan lulus dalam uji kompetensi teknis, kompetensi sosial
kultural, dan kompetensi manajerial sesuai dengan standar
kompetensi yang telah ditetapkan oleh instansi pembina
➢ Nilai prestasi kerja minimal bernilai baik dalam satu tahun terakhir
➢ Persyaratan lain sesuai dengan kebutuhan jabatan fungsional
kategori keterampilan seperti memenuhi nilai angka kredit
kumulatif.

Menurut Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan


Reformasi Birokrasi Republik Indonesia No 13 Tahun 2019 menjelaskan
bahwa kenaikan pangkat dan jabatan pada Jabatan fungsional memerlukan
8
beberapa pertimbangan seperti lingkup tugas organisasi dengan rincian tugas
Jabatan fungsional dan beban kerja yang memungkinkan untuk mencapai
angka kredit.

2.4. Peraturan Mengenai Jabatan Fungsional Tenaga Kesehatan


Peraturan Mengenai Jabatan Fungsional Tenaga Kesehatan diatur dalam Peraturan
Direktur Jenderal Tenaga Kesehatan Nomor: Hk. 01.03/F/2268/2022 Tentang Petunjuk
Teknis Tata Cara Verifikasi Penambahan Nilai Seleksi Kompetensi Teknis Pegawai
Pemerintah Dengan Perjanjian Kerja Untuk Jabatan Fungsional Kesehatan Pada Instansi
Pusat Dan Daerah Tahun 2022.
Yang menimbang : Bahwa Untuk Melaksanakan Diktum Ketujuh Belas Keputusan
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Reformasi Birokrasi Nomor 968 Tahun
2022 Tentang Mekanisme Seleksi Pegawai Pemerintah Dengan Perjanjian Kerja Untuk
Jabatan Fungsional Kesehatan, Maka Perlu Menetapkan Peraturan Direktur Jenderal
Tenaga Kesehatan Tentang Petunjuk Teknis Tata Cara Verifikasi Penambahan Nilai
Seleksi Kompetensi Teknis Pegawai Pemerintah Dengan Perjanjian Kerja Untuk Jabatan
Fungsional Kesehatan Pada Instansi Pusat Dan Daerah Tahun 2022.

9
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan,
tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan
serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang
kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya
kesehatan. Jabatan fungsional di sektor kesehatan merupakan jabatan yang mempunyai
ruang lingkup, hak, wewenang, tugas, dan tanggung jawab tenaga kesehatan yang
berstatus sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) dalam suatu organisasi dimana dalam
melaksanakan tugasnya baik secara mandiri maupun berkolaborasi didasari pada
keahlian dan keterampilan dalam memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan
kompetensi dan kewenangannya.
Jenis – jenis jabatan fungsional terdiri dari 2 kategori yaitu jabatan fungsional
kategori keahlian dan jabatan fungsional kategori keterampilan. Peraturan Mengenai
Jabatan Fungsional Tenaga Kesehatan diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal Tenaga
Kesehatan Nomor: Hk. 01.03/F/2268/2022 Tentang Petunjuk Teknis Tata Cara
Verifikasi Penambahan Nilai Seleksi Kompetensi Teknis Pegawai Pemerintah Dengan
Perjanjian Kerja Untuk Jabatan Fungsional Kesehatan Pada Instansi Pusat Dan Daerah
Tahun 2022.

10
DAFTAR PUSTAKA

Amin, Yanuar. 2017. Bahan Ajar Tenologi Laboratorium Medis (TLM). Etika Profesi dan
Hukum Kesehatan.

Amalia, R., Widagdo, L., & Syamsulhuda, BM (2016). Faktor-Faktor Yang Berhubungan
Dengan Tingkat Kepatuhan Tenaga Kesehatan melakukan Cuci Tangan (Studi Kasus
Di Instalasi Rawat Inap Rajawali RSUP Dr. Kariadi Semarang). Jurnal Kesehatan
Masyarakat (Undip) , 4 (3), 1083-1088.

Aevara, S. A. (2020). Studi Literatur terkait Analisis Perilaku Kepatuhan Penggunaan Alat
Pelindung Diri (APD) pada Tenaga Kesehatan saat Pandemi Corona Virus (Covid-19)
(Doctoral dissertation, Diponegoro University).

Lestari, T. R. P. (2009). Peran UU Nakes dan Tantangan Masalah Kesehatan Indonesia. Info
Singkat Kesejahteraan, 6.

11

Anda mungkin juga menyukai