Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

MANAGEMENT SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Farmasi Rumah Sakit

Dosen Pengampu : apt.Heni Setyaningsih, M.Farm

Disusun Oleh:

1. Akhmd Najmul Huda (201904041)


2. Ananda Dwi Z (201904042)
3. Anisa Ika Pramestuti (201904043)
4. Arini Rizqi K (201904044)
5. Cici Fitriani (201904045)
6. Destia Niswatin (201904046)

STIKES CENDEKIA UTAMA KUDUS

PROGAM STUDI D3 FARMASI

2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun mengucapkan kehadirat Allah SWT atas segala
nikmat dan karunia-Nya serta izin-Nya sehingga makalah ini dapat diselesaikan
tepat waktu. Makalah ini disusun dengan judul ”MANAGEMENT SUMBER
DAYA MANUSIA KESEHATAN’’ untuk memenuhi tugas mata kuliah Farmasi
Rumah Sakit.

Penulis menyadari bahwa, masih banyak kesalahan dan kekurangan di


dalam penulisan makalah ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan
saran yang konstruktif untuk kesempurnaan makalah ini di masa yang akan
datang. Semoga makalah ini dapat bermanfaat.

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................1
DAFTAR ISI............................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................5
BAB III PENUTUP...............................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................17

2
BAB I

PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
  Dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, juga diperhatikan
dinamika kependudukan, epidemiologi penyakit, perubahan ekologi dan
lingkungan, kemajuan IPTEK, serta globalisasi dan demokrasi dengan
semangat kemitraan dankerja sama lintas sektoral. Berbagai studi menunjukkan
bahwa tenaga kesehatan merupakan kunci utama dalam keberhasilan
pencapaian tujuan pembangunan kesehatan. Sumber daya manusia kesehatan
(SDM Kesehatan) merupakan tatanan yang menghimpun berbagai upaya
perencanaan pendidikan, serta pendayagunaan tenaga kesehatan secara terpadu

3
dan saling mendukung guna mencapai derajat kesehatan masyarakat setinggi-
tingginya.
SDM  atau tenaga kesehatan berperan sebagai perencana, penggerak dan
sekaligus pelaksana pembangunan kesehatan sehingga tanpa tersedianya tenaga
dalam jumlah dan jenis yang sesuai, maka pembangunan kesehatan tidak akan
dapat berjalan secara optimal. SDM Kesehatan juga merupakan tenaga
kesehatan profesi termasuk tenaga kesehatan strategis dan tenaga kesehatan
non profesi serta tenaga pendukung/penunjang kesehatan yang terlibat dan
berkerja serta mengabdikan dirinya seperti dalam upaya manajemen kesehatan.
Sumber daya manusia (SDM) Kesehatan dipandang sebagai komponen
kunci untuk menggerakkan pembangunan kesehatan, yang bertujuan untuk
meningkatkan lesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
orang agar terwujud derajat kesehatan yang optimal. Dalam hal pencapaian
target pembangunan millennium bidang kesehatan, dapat dikatakan secara
nasional sudah sejalan dengan target yang diharapkan, namun beberapa
masalah kesehatan masih menuntut kerja keras semua pihak, antara lain
penurunan angka kematian ibu, pencegahan penularan infeksi baru HIV,
perluasan akses terhadap sarana air.
      
B.  Rumusan Masalah
1.    Pengertian SDM kesehatan dan tenaga kesehatan?
2.    Perencanaan SDM kesehatan?
3.    Pendidikan dan pelatihan?
4.    Pendayagunaan SDM kesehatan?
5.    Isue strategis SDM kesehatan?

C.      Tujuan
Untuk mengetahui pengertian dari SDM kesehatan dan tenaga kesehatan,
perncanaan SDM kesehatan, pendidikan dan pelatihan, pendayagunaan SDM
kesehatan, serta isue starategis SDM kesehatan.

4
D.  Manfaat
  Manfaat yang dapat diambil dari makalah ini antara lain dapat bergun bagi
peminatan ilmu administrasi kebijakan kesehatan, dapat meningkatkan ilmu
pengetahuan kesehatan, dapat membantu dalam proses belajar mengajar.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.      Pengertian SDM Kesehatan Dan Tenaga Kesehatan


Berdasarkan Word Health Organization (WHO), SDM adalah semua
orang yang kegiatan pokoknya ditujukan untuk meningkatkan kesehatan.
Mereka terdiri atas orang-orang yang memberikan pelayanan kesehatan
seperti dokter, perawat, apoteker, teknisi laboratorium, manajemen, serta
tenaga pendukung seperti bagian keuangan, sopir, dan lain sebagainya.
Secara kasar, WHO memperkirakanterdapat 59,8 juta tenaga mesehatan di
dunia dan dari jumlah tersebut di perkirakan dua pertiga (39,5 juta) dari
jumlah keseluruhan tenaga kesehatan memberikan tenaga kesehatan dan

5
sepertiganya (19,8 juta) merupakan tenaga pendukung dan manajemen
(WHO, 2006).
Menurut sistem kesehatan nasional (SKN) yang dikutip oleh
adisasmito (2007), SDM kesehatan adalah tatanan yang menghimpun
berbagai upaya  perencanaan, pendidikan, dan pelatihan serta terpadu dan
saling mendukung guna menjamin tercapainya derajat kesehatan masyarakat
yang setinggi – tingginya. Sementara itu, SDM kesehatan menurut PP No.
32/1996 yang juga dikutip oleh Adisasmito (2007), adalah semua orang
yang bekerja secara aktif dibidang kesehatan, baik yang memiliki
pendidikan formal kesehatan, maupun tidak yang untuk jenis tertentu
memerlukan kewenangan dalam melaksanakaan upaya kesehatan.
Definisi lain dari tenaga kesehatan adalah setiap orang yang
mengabdikan diridalam kesehatan, serta memiliki pengetahuan dan atau
keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis
tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan (PP
32, 1996; UU 36, 2009). Ditetapkan bahwa twnaga kesehatan terdiri atas
medis (dokter dan dokter gigi), tenaga keperawatan (perawat dan bidan ),
tenaga kefarmasian (apoteker, analis farmasi, dan analis apoteker), tenaga
kesehatan masyarakat (epideniologi kesehatan, entomolog kesehatan,
mikrobiolog keseZhatan, pemyuluh kesehatan, administrator kesehatan, dan
sanitarian), tenaga gizi ( nutrisionis dan dietisien), tenaga keterampilan fisik
(fisioterapis, okupasiterapis, dan terapis wicara), serta tenaga keteknisian
medis (radiografer, radioterapis, teknisi gigi, teknisi elektromedis, analis
kesehatan, refraksionis optisien, otorik prostetik, teknisi transfusi,dan
perekam medis).
SDM kesehatan menurut SKN 2009 adalah tenaga kesehatan profesi
termasuk tenaga kesehatan straktegis, tenaga kesehatan nonprofesi, serta
tenaga pendukung/penunjang kesehatan, yang terlibat dan bekerja secara
mengabdikan dirinya dalam upaya dan manajemen kesehatan. Tenaga
kesehatan straktegis di sini merupakan tenaga kesehatan yang tidak
diproduksi secara merata di privinsi, tidak dapatdisubstitusi oleh tenaga

6
kesehatan lain dan mempunyai daya ungkit yang besar bagi pelayan
kesehatan. Unsur-unsur dalam SDM kesehatan meliputi SDM kesehatanitu
sendiri, sumber daya pengembangan dan pemberdayaan SDM kesehatan,
serta penyelenggaraan pengembangan dan pemberdayaan SDM (Kemkes,
2009).
Tenaga kesehatan menurut SKN yang dikutip oleh adisasmito (2007),
adalah semua orang yang bekerja secara aktif dan profesional dibidang
kesehatan, baik yang memiliki pendidikan formal kesehatan, maupun tidak
yang untuk jenis tertentu memerlukan upaya kesehatan. Sedangkan menurut
PP No. 32/1999 yang juga dikutip oleh adisasmito (2007), tenaga kesehatan
adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta
memilii pengetahuan dan keterampilan melalui pendidikan formal dibidang
kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan dalam upaya
kesehatan.
Berdasarkan dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa
tenaga kesehatan adalah setiap orang yang memperoleh pendidikan baik
formal maupunnonformal yang mendedikasikan diri dalam berbagai upaya
yang bertujuan mencegah, mempertahankan, serta meningkatkanderajat
kesehatan masyarakat.

B.       Perencanaan SDM Kesehatan


Berdasarkan penjelasan diatas tentang manajemen kesehatan, tahapan
dalam manajemen kesehatan dimulai dari perencanaan. Semua orang
menyadari bahwa perencanaan bagian terpenting dalam proses manajemen
dan oleh karena itu menyita banyak waktu dalam proses manajemen. Untuk
mgnejer sumber daya manusia, perencanaan berarti penentuan program
kariyawan (sumber daya manusia) dalam rangka membantu tercapainya
sasaran atau tujuan organisasi itu. Dengan kata lain mengatur orang – orang
yang akan menangani tugas – tugas yang dibebankan kepada masing –
masing orang, dalam rangka mencapai tugas organisasi (Notoatmojo, 2003).

7
Perencanaan SDM kesehatan adalah sebuah proses estimasi terhadap
jumlah SDM berdasarkan tempat, keterampilan dan perilaku yang dibutuhkan
untuk memberikan pelayanan kesehatan. Dengan kata lain, kita meramalkan
siapa mengerjakan apa, dengan keahlian apa, kapan dibutukan dan berapa
jumlahnya. Melihat kepada pengertian diatas perencanaan SDM puskesmas
seharusnya berdasrkan fungsi dan beban kerja pelayanan kesehatan yang akan
dihadapi di masa depan. Hal ini dimaksudkan agar fungsi puskesmas dapat
berjalan dengan baik, maka kompetensi SDM seharusnya sesuai dengan
spesifikasi SDM yang dibutuhkan puskesmas (Ilyas, 2004).
Determinan yang berpengaruh dalam perencanaan kebutuhan SDM
kesehatan adalah:
1. Perkembangan penduduk, baik jumlah, pola penyakit, daya beli, maupun
keadaan sosiobudaya dankeadaan darurat/bencana.
2. Pertumbuhan ekonomi
3. Berbagai kebijakan di bidang pelayanan kesehatan (Depkes, 2004)

Pada dasarnya kebutuhan SDM kesehatan dapat ditentukan berdasarkan :


1. Kebutuhan epidemiologi kesehatan
2. Permintaan (demand) akibat beban pelayanan kesehatan atau
3. Sarana upaya kesehatan yang ditetapkan
4. Standar atau rasio terhadap nilai tertentu (Depkes, 2004)

Dasar hukum perencanaan SDM kesehatan adalah sebagai berikut :


1. Garis-garis besar Hukum Negara Tahun 1999-2004
2. Ketetapan MPR No. 4 Tahun1999
3. Undang-undang No.23 Tahun 1992 tentang kesehatan (Lembaran Negara
tahun 1992 No. 100, Tambahan Lembaran Negara No. 3495).
4. Undang-undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah
(Lembaran Negara Tahun 1999 No. 60. Tambahan Lembara Negara No.
3839).

8
5. Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan
(Lembaran Negara No. 3637).
6. Peraturan Pemerintah No.25 Tahun 2000 tentang Kewenangan
Pemerintah dan Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom
(Lembaran Negara Tahun 2000 No. 54, Tambahan Lembaga Negara No.
3952).
7. Peraturan Pemerintah No. 8 tentang Organisasi Perangkat Daerah.
8. Keputusan Menkes No.850/MENKES/SK/V/2000 tentang Kebijakan
Pengembangan Tenaga Kesehatan Tahun 2000-2010.
9. Keputusan Menkes No. 1277/MENKES/SK/XI/2001 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Departemen Kesehatan.
10. Keputusan Menkes No. 004/Menkes/SK/2003 Tentang Kebijakan dan

Strategi Desentralisasi Bidang Kesehatan.


11. Kepmenkes No. 145/Menkes/SK/X/2003 tentang SPM Bidang Kesehatan,

di Kabupaten/Kota (Depkes,2004).
Memperhatikan dasar-dasar hukum serta adanya kebijakan
desentralisasi, termasuk didalamnya desentralisasi di bidang kesehatan, maka
fungsi perencanaan SDM kesehatan bagi daerah menjadi sangat penting dan
menjadi tanggung jawab daerah itu sendiri. Oleh karena itu, dengan adanya
desentralisasi di bidang kesehatan, pejabat pengelola SDM di
Kabupaten/Kota dan provinsi perlu memiliki kemampuan atau kompetensi
yang memadai dalam membuat perencanaan SDM kesehatan (Depkes, 2004).
Secara garis besar, perencanaan kebutuhan SDM kesehatan dapat dapat
dikelompokkan kedalam tiga kelompok besar sebagai berikut :
1. Perencanaan kebutuhan SDM pada tingkat institusi
Perencanaan SDM kesehatan pada kelompok ini ditujukan pada
perhitungan kebutuhan SDM kesehatan untuk memenuhi kebutuhan
sarana pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit, poliklinik
dan lain-lain.
2. Perencanaan kebutuhan SDM pada tingkat wilayah

9
 Perencanaan disini dimaksudkan untuk menghitung kebutuhan
SDM kesehatan berdasarkan kebutuhan di tingkat wilayah
(provinsi/Kabupaten/kota) yang merupakan gabungan antara kebutuhan
institusi dan organisasi.
3. Perencanaan kebutuhan SDM kesehatan untuk bencana
  Perencanaan ini dimaksudkan untuk mempersiapkan SDM
kesehatan saat prabencana, terjadi bencana dan post bencana, termasuk
pengelolaan kesehatan pengungsi (Adisasmito, 2007).
Untuk itu pengelola kebutuhan SDM kesehatan yang bertanggung
jawab pada ketiga kelompok diatas perlu memahami secara lebih rinci teknis
perhitungannya untuk masing-masing kelompok. Dalam perencanaan SDM
kesehatan perlu memperhatikan Strategi Perencnaan SDM Kesehatan :
1. Rencana kebutuhan SDM kesehata disesuaikan dengan kebutuhan

pembangunan kesehatan baik kebutuhan nasional,lokal, maupun global.


2. Pelayanan SDM kesehatan diselenggarakan secara merata, serasi,
seimbang dan selaras oleh pemerintah, masyarakat dan dunia usaha baik
ditingkat pusat maupun tingkat daerah. Dalam upaya pemerataan SDM
kesehatan perlu memperhatikan keseimbangan antara hak dan kewajiban
perorangandengan kebutuhan masyarakat. Pendayagunaan SDM kesehatan
oleh pemerintah diselenggarakan melalui pendelegasian wewenang yang
proporsional dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah.
3. Penyusun perencanaan berdasarkan pada sasaran nasional upaya kesehatan

dan Rencana Pembangunan Kesehatan menuju Indonesia Shat 2010.


4. Pemilihan metode perhitungan kebutuhan SDM kesehatan didasarkan pada

kesesuaian metode dengan kemampuan dan keadaan daerah masing-


masing (Depkes, 2004).
Sistem perencanaan sumber daya manusia pada pokoknya meliputi
perkiraan, permintaan dan suplai karyawan atau tenaga di suatu organisasi.
Dari uraian itu, secara terinci dapat disimpulkan bahwa kagiatan perencanaan
sumber daya manusia terdiri dari 4 kegitan yang saling berkaitan, yakni :
1. Inventarisasi persediaan sumber daya manusia

10
            Yaitu menelaah dan menilai sumber daya manusia yang ada atau tersedia
saat ini (tentang jumlahnya, kemampuannya, keterampilannya dan potensi
pengembangannya) serta menganalisis penggunaan sumber daya sekarang
ini.
2. Perkiraan (peramalan) sumber daya manusia
          Melakukan prediksi atau taksiran kebutuhan (permintaan) dan penawaran
(suplai) sumber daya manusia di waktu yang akan datang baik jumlah
(kuantitas), maupun kualitasnya.
3. Penyusunan sumber daya manusia
            Memadukan kebutuhan (permintaan) dengan penawaran (suplai) sumber
daya manusia, melalui rekruitmen (penarikan), seleksi pelatihan,
penempatan, pemindahan, promosi dan pengembangan.
4. Monitoring dan sumber evaluasi
Untuk memberikan umpan balik terhadap pencapaian tujuan sasaran
perencanaan sumber daya manusia perlu disusun perencanaan sumber daya
manusia, perlu disusun rencana monitoring dan evaluasi serta indikator
menitoring dan evaluasi tersebut (Notoadmodjo, 2003).

C.   Pendidikan Dan Pelatiahan


Salah satu cara pengembangan SDM kesehatan agar sesuai dengan
tuntutan pekerjaan adalah melalui pendidikan dan pelatihan SDM kesehatan.
Fungsi dari pendidikan dan pelatihan ini adalah sebagai investasi SDM dan
merupakan tuntutan luar dan dalam organisasi. Selain itu juga bertujuan untuk
memperbaiki, mengatasi kekurangan dalam pelaksanaan pekerjaan agar
sesuai dengan iptek.
Pendidikan dan pelatihan ini meliputi :
1. Knowledge
2. Ability
3. Skill

11
Bentuk pelatihan yang biasa dilakukan adalah diklat yang dilaksanakan
oleh Pusdiklat ( Pusat Pendidikan dan Pelatihan). Pusdiklat adalah suatu unit
yang bertugas menyelenggarakan diklat bagi pegawai/ calon pegawai.
Fungsinya adalah mendidik dan melatih tenaga kerja dalam rangka
pengembangan dan atau peningkatan kemampuan.
Secara khusus program pendidikan dan pelatihan ini bertujuan untuk
menghasilkan sumber daya manusia kesehatan yang memiliki kompetensi
sebagai berikut :
1. Mampu mengembangkan dan memutakhirkan ilmu pengetahuan dan
teknologi dibidang promosi kesehatan dengan cara menguasai dan
memahami pendekatan, metode dan kaidah ilmiahnya disertai dengan
ketrampilan penerapannya didalam pengembangan dan pengelolaan
sumber daya manusia kesehatan
2. Mampu mengidentifikasi dan merumuskan pemecahan masalah
pengembangan dan pengelolaan sumber daya manusia kesehatan melalui
kegiatan penelitian
3. Mampu mengembangkan/meningkatkan kinerja profesionalnya, yang
ditunjukkan dengan ketajaman analisis permasalahan
kesehatan,merumuskan dan melakukan advokasi program dan kebijakan
kesehatan dalam rangka pengembangan dan pengelolaan sumber daya
manusia Kesehatan.

D.   Pemberdayagunaan SDM Kesehatan


Perkembangan distribusi tenaga kesehatan di Indonesia telah dimulai sejak
tahun 1960 dengan diterbitkannya Undang-Undang No. 9 Tahun 1960 tentang
Pokok-pokok Kesehatan. Undang-Undang ini menyatakan bahwa pemerintah
bertanggung jawab dalam pemerataan tenaga kesehatan. Selanjutnya dalam
beberapatahun kemudian, tenaga kesehatan melaksanakan Wajib Kerja
Sarjana.
Pada masa itu semua tenaga kesehatan, utamanya dokter, dokter gigi,
perawat, bidan, sanitarian, dan ahli gizi diangkat  sebagai pegawai negeri sipil

12
pusat (PNS Pusat) dan ditempatkan ke daerah yang memerlukan untuk jangka
waktu tertentu (antara 2 sampai 5 tahun sesuai dengan tingkat kesulitan
daerah penempatan) melalui Inpres No. 5 Tahun 1974.Dalam perkembangan
selanjutnya,maka ditetapkan Undang-Undang No.13 Tahun 2003 tentang
Ketenaga-kerjaan yang mencabut Undang-Undang No. 8 Tahun 1961 tentang
Wajib Kerja Sarjana. Sebagai tindak lanjut dari Undang-Undang tersebut,
ditetapkanlah Peraturan Menkes No. 1540/Menkes/ Per/XII/2002 tentang
Penempatan Tenaga Medis Melalui Masa Bakti dan Cara Lain. Dengan
kebijakan ini, program dokter dan dokter gigi PTT yang semula bersifat wajib
menjadi sukarela. Disatu sisi, kebijakan tersebut di atas mencerminkan
penghargaan pemerintah terhadap Hak Asasi Manusia para tenaga kesehatan.
Namun disisi lain, Hak Asasi Manusia bagi rakyat terutama di daerah
tertinggal, perbatasan, kepulauan dan daerah-daerah yang tidak diminati
menjadi terabaikan. Hal ini bertentangan dengan UU No. 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan pasal 4 yang menyatakan bahwa setiap orang berhak atas
kesehatan dan pasal 5 yang menyatakan setiap orang mempunyai hak yang
sama dalam memperoleh akses atas sumber daya di bidang kesehatan. Tenaga
kesehatan dapat didayagunakan di:
1. Instansi pemerintah baik pusat maupun daerah termasuk TNI dan POLRI,
2. Sektor pelayanan kesehatan swasta,
3. Sektornon pelayanan kesehatan termasuk industri, pendidikan dan
penelitian baik pemerintah maupun swasta, dan
4. Di luar negeri sebagai Tenaga Kerja Kesehatan Indonesia (TKKI).
Tenaga kesehatan yang didayagunakan di instansi pemerintah,utamanya
di sektor kesehatan dapat diangkat melalui:
1. Formasi PNS baik pusat maupun daerah;
2. Pegawai Tidak Tetap (PTT) pusat maupun daerah;
3. Penugasan khusus baik residen maupun tenaga D3-Kesehatan, terutama
untuk daerah terpencil, perbatasan, dan kepulauan (DTPK)

E.   Isue Straktegis SDM Kesehatan

13
Memiliki perkembangan tenaga kesehatan sebagaimana telah diuraikan
diatas, dengan ini dan ke depan masih dihadapi isu strategis atau masalah
pokok dalam pengembangan tenaga kesehatan sebagai berikut:
1. Pengembangan tenaga kesehatan belum dapat memenuhi kebutuhan tenaga

kesehatan untuk pelayanan/pembangunan kesehatan. Tenaga kesehatan


terus membaik dalam jumlah, kualitas dan penyebarannya, namun masih
belum mampu memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan di seluruh
wilayah terutama pada daerah tertinggal, terpencil, perbatasan dan
kepulauan.Mutu tenaga kesehatan belum memiliki daya saing dalam
memenuhi permintaan tenaga kesehatan dari luar negeri
2. Regulasi untuk mendukung upaya pengembangan tenaga kesehatan masih

terbatas
3. Perencanaan kebutuhan tenaga kesehatan masih perlu ditingkatkan dan

belum didukung dengan sistem informasi tenaga kesehatan yang memadai.


Rencana kebutuhan tenaga kesehatan yang menyeluruh belum disusun
sesuai yang diharapkan, sehingga belum sepenuhnya dapat dipergunakan
sebagai acuan dalam pengadaan/pendidikan tenaga kesehatan,
pendayagunaan tenaga kesehatan, serta pembinaan dan pengawasan mutu
tenaga kesehatan.
4. Masih kurang serasinya antara kebutuhan dan pengadaan/pendidikan

berbagai jenis tenaga kesehatan. Kajian jenis tenaga kesehatan yang


dibutuhkan tersebut belum dilakukan sebagaimana mestinya. Kualitas
hasil pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan pada umumnya masih
kurang memadai. Masih banyak institusi pendidikan tenaga kesehatan
yang belum terakreditasi dan memenuhi standard. Hal ini akan berdampak
terhadap kompetensi dan kualitas lulusan tenaga kesehatan. Masih banyak
institusi pendidikan tenaga kesehatan yang belum terakreditasi dan
memenuhi standard. Hal ini akan berdampak terhadap kompetensi dan
kualitas lulusan tenaga kesehatan.Permasalahan pendidikan tenaga
kesehatan pada umumnya bersifat sistemik, antara lain terdapat
ketidaksesuaian kompetensi lulusan pendidikan dengan pelayanan

14
kesehatan yang dibutuhkan masyarakat, lemahnya kerjasama antara pelaku
dalam pembangunan kesehatan dan pendidikan tenaga kesehatan, lebih
dominannya pendidikan tenaga kesehatan yang berorientasi ke Rumah
Sakit dibandingkan dengan Primary Health Care.
5. Dalam pendayagunaan tenaga kesehatan, pemerataan dan pemanfaatan

tenaga kesehatan yang berkualitas masih kurang, utamanya di daerah


tertinggal, terpencil, perbatasan, kepulauan dan daerah yang kurang
diminati. Hal ini disebabkan oleh disparitas sosial ekonomi, budaya
maupun kebijakan pemerintah daerah termasuk kondisi geografis antar
daerah mengurangi minat tenaga kesehatan untuk ditempatkan di daerah
tersebut. Selain itu pengembangan dan pelaksanaan pola pengembangan
karir, sistem penghargaan dan sanksi belum dilaksanakan sesuai yag
diharapkan. Pengembangan profesi yang berkelanjutan (Continue
Professional Development= CPD), serta Training Need Assesment (TNA)
masih perlu dikembangkan.
6. Pembinaan dan pengawasan mutu tenaga kesehatan masih belum dapat

dilaksanakan sebagaimana yang diharapkan. Registrasi dan sertifikasi


tenaga kesehatan masih terbatas pada tenaga dokter dan dokter gigi.
Sosialisasi dan penerapan peraturan perundang-perundangan di bidang
pengembangan tenaga kesehatan belum dilaksanakan secara memadai.
7. Sumber daya pendukung pengembangan dan pemberdayaan tenaga

kesehatan masih terbatas. Sistem informasi tenaga kesehatan belum


sepenuhnya dapat menyediakan data yang akurat, terpercaya dan tepat
waktu.Dukungan sumber daya pembiayaan dan lain-lain sumber daya
belum memadai.
Dalam upaya menjawab isu strategis atau masalah pokok dalam
pengembangan tenaga kesehatan, Indonesia memiliki beberapa modal dasar
antara lain:
1. Telah disahkannya beberapa aturan perundang-undangan terkait tenaga

kesehatan.

15
2. Ikut sertanya Indonesia dalam meratifikasi aturan-aturan di tingkat

Internasional terkait tenaga kesehatan seperti ‘International Code of


Practice’
3. Mulai terbangunnya komitmen diantara pemangku kepentingan terkait

pengembangan tenaga kesehatan seperti terbentuknya Tim Koordinasi dan


Fasilitasi Pengembangan Tenaga Kesehatan.
4. Kepercayaan dunia Internasional semakin meningkatterhadap kualitas

tenaga kesehatan Indonesia. Hal ini ditandai dengan semakin banyaknya


permintaan tenaga kesehatan Indonesia untuk bekerja diluar negeri.

BAB III

PENUTUP

A.      Kesimpulan
1. Tenaga kesehatan adalah orang yang mengabdikan dirinya dibidang
kesehatan yang memiliki pengetahuan atau keterampilan melalui
pendidikan di bidang kesehatan.
2. Perencanaan kesehatan adalah strategi untuk memenuhi komponen yang
dibutuhkan berdasarkan keterampilan, pengetahuan serta perilaku sumber
daya manusia.

16
3. Pendidikan dan pelatihan Sumber daya manusia bertujuan untuk
memperbaiki, mengatasi kekurangan dalam pelaksanaan pekerjaan agar
sesuai dengan iptek meliputi 3 aspek yaitu Knowledge, Ability dan Skill.
4. Pendayagunaan Sumber daya manusia kesehatan di instansi
pemerintah,utamanya di sektor kesehatan dapat diangkat melalui formasi
PNS baik pusat maupun daerah, Pegawai Tidak Tetap (PTT) pusat
maupun daerah dan penugasan khusus baik residen maupun tenaga D3-
Kesehatan, terutama untuk daerah terpencil, perbatasan, dan kepulauan
(DTPK).
5. Salah satu Isu startegi atau masalah pokok dalam pengembangan tenaga
kesehatan yaitu Perencanaan kebutuhan tenaga kesehatan masih perlu
ditingkatkan karena belum dapat memenuhi kebutuhan tenaga kesehatan
untuk pelayanan/pembangunan kesehatan.

B.       Saran
Semoga dengan adanya makalah ini dapat menambah wawasan para
pembaca secara umum, saran dan kritikan yang bersifat membangun sangat
penulis harapkan untuk pernaikan makalah selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Departement Bakti Husada, 2011, Jurnal Kesehatan,' Rencana Pengembangan


Tenaga Kesehatan Tahun 2011-2025', Jakarta, Hal 17-19.

Kemenkes RI, 2015, Jurnal Kesehatan, 'Rencana Aksi Kegiatan Pusata


Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan Tahun 2015-2019', Jakarta.

Kurniati, A, Efendi, F, 2012, Kajian SDM Kesehatan di Indonesia, Selemba


Medika, Jakarta Selatan, Hal 3-5.

17
Puji Lestari, S, 2008, 'Gambaran Perencanaan Kebutuhan Tenaga Dokter Umum
dan Dokter Gigi Puskesmas serta Analisis Perhitungannya dengan Metode WISN
di Kota Bekasi Tahun 2008', Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Indonesia, Jakarta.

18

Anda mungkin juga menyukai