Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA

“PERENCANAAN, PRODUKSI DAN PENGELOLAAN TENAGA KESEHATAN DI


INDONESIA’’

OLEH KELOMPOK 5

1.DEWI FITRIA RAHMI (20190023)

2.FEBBY VEBIOLANOVIRA(20190025)

3. NURUL ADHIYATI(20190035)

DOSEN PENGAMPU :

SILVI NEZY AZWITA,S.KEP.,MM

PROGRAM STUDI D-III ADMINISTRASI RUMAH SAKIT

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA BARAT

1443H/2022M
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat tuhan yang maha esa karena dengan rahmat,
karunia, serta tufik dan hidayah-nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikanmakalah yang
berjudul PERENCANAAN, PRODUKSI DAN PENGELOALAAN TENAGA KESEHATAN DI INDONESIA.
Dan juga penulis berterima kasihkepada ibu Sylvi Nezi Azwita, S.Kep.,M.M selaku dosen mata
kuliah yang telah memberikan tugas ini. Penulis sangat berharap makalah ini dapat berguna
dalam rangka menambah wawasanserta pengetahuan kita. Penulis juga menyadari sepenuhnya
bahwa di dalammakalahini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Sebelumnya
penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurangberkenan dan penulis
memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikandimasa depan.

Bukittinggi, 12 Mei 2022

Penulis

DAFTAR ISI
COVER ......................................................................................................................................

KATA PENGANTARi ................................................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................................................ iii

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ......................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .................................................................................................................. 1

C. Tujuan Penulisan .................................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Perencanaan tenaga kesehatan ............................................................................................. 3

B. Produksi tenaga kesehatan .................................................................................................... 4

C. Pengelolaan tenaga kesehatan ............................................................................................... 6

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................................................................ 9

B. Saran ...................................................................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………………………………………………………10
BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Sumber Daya Manusia Kesehatan (SDM kesehatan) termasuk tenaga kesehatanmenjadi


salah satu sumber daya dibidang kesehatan yang sangat strategis. Ketersediaan SDM kesehatan
yang tidak mencukupi, baik jumlah, jenis, dan kualifikasi serta distribusi yang tidak merata,
menimbulkan dampak terhadap rendahnya akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan
yang berkualitas. Pasal 21 Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 menyatakan bahwa
“Pemerintah mengatur perencanaan, pengadaan, pendayagunaan, serta pembinaan dan
pengawasan mutu SDM Kesehatan dalam rangka penyelenggaraan pelayanan kesehatan.
Perencanaan SDM kesehatan adalah upaya penetapan jenis, jumlah, kualifikasi, dan distribusi
tenaga kesehatan sesuai dengan kebutuhan pembangunan kesehatan. Pengadaan SDM
kesehatan adalah upaya yang meliputi pendidikan tenaga kesehatan dan pelatihan sumber
daya manusia kesehatan untuk memenuhi kebutuhan pembangunan
kesehatan.Pendayagunaan SDM kesehatan adalah upaya pemerataan dan pemanfaatan serta
pengembangan sumber daya manusia kesehatan.

Penyelenggaraan kegiatan perencanaan dan pendayagunaan SDM kesehatan oleh


Kemenkes dilaksanakan oleh Badan Pengembangan dan Pemberdayaan SDM Kesehatan, Pusat
Perencanaan dan Pendayagunaan SDM Kesehatan. Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 64 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan.
Pada pasal 772 Permenkes 64 Tahun 2015 termaksud disebutkan bahwa tugas Pusat
Perencanaan dan Pendayagunaan SDM Kesehatan adalah melaksanakan perencanaan dan
pendayagunaan sumber daya manusia kesehatan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangundangan.
B. Rumusan Masalah

Dalam pembahasan materi ini, agar tersusun secara sistematis dan efesien maka

timbulah beberapa rumusan masalah yang diantaranya:

1. Apa saja perencanaan tenaga kesehatan?

2. Apa produksi tenaga kesehatan?

3. Bagaimana pengelolaan tenaga kesehatan?

C.Tujuan Penulisan

Dengan terselesaikan nya makalah ini kami bertujuan agar para pembaca khusus

nya mahasiswa dan mahasiswi yang mempelajari malakah ini dapat mengetahui apa

dan bagaimana manajemen sumber daya manusia dan adapun tujuan makalah ini juga

yaitu untuk memenuhi tugas mata kuliah manajemen sumber daya manusia.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Perencanaan Tenaga Kesehatan Secara Mikro

1. Definisi Tenaga Kesehatan

Tenaga kesehatan adalah semua orang yang bekerja secara aktif dan profesional di

bidang kesehatan, baik yang memiliki pendidikan formal kesehatan maupun tidak, yang
untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan dalam melakukan upaya kesehatan.
DalamSistem Kesehatan Nasional (SKN), tenaga kesehatan merupakan pokok dari subsistem
SDM kesehatan, yaitu tatanan yang menghimpun berbagai upaya perencanaan,
pendidikandan pelatihan, serta pendayagunaan kesehatan secara terpadu dan saling
mendukung, guna menjamin tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya. Unsur utamadari subsistem ini adalah perencanaan, pendidikan dan pelatihan,
dan pendayagunaantenaga kesehatan.

2. Perencanaan Kebutuhan Tenaga Kesehatan

Yang dimaksud dengan perencanaan tenaga kesehatan adalah upaya penetapan jenis,
jumlah, dan kualifikasi tenaga kesehatan sesuai dengan kebutuhan pembangunan kesehatan.
(Depkes, 2004).Perencanaan tenaga kesehatan diatur melalui PP No.32 tahun 1996 tentang
TenagaKesehatan. Dalam Peraturan Pemerintah ini dinyatakan antar lain bahwa pengadaan dan
penempatan tenaga kesehatan dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan tenaga kesehatan
yang merata bagi masyarakat. Perencanaan nasional tenaga kesehatan disusun
denganmemperhatikan jenis pelayanan yang dibutuhkan, sarana kesehatan, serta jenis dan
jumlahyang sesuai. Perencanaan nasional tenaga kesehatan ditetapkan oleh Menteri
Kesehatan.Sebagai turunan dari PP tersebut, telah diterbitkan beberapa
KeputusanMenteriKesehatan (Kepmenkes). Kepmenkes No.850/Menkes/SK/XII/2000 Tahun
2000 (Depkes,2004) antara lain mengatur tentang kebijakan perencanaan tenaga kesehatan
untuk meningkatkan kemampuan para perencanan pemerintah, masyarakat dan semua
profesidisemua tingkatan. Kepmenkes No. 81/Menkes/SK/I/2004 Tahun 2004 (Depkes,
2004)antara lain mengatur tentang pedoman penyusunan perencanaan sumberdaya kesehatan
ditingkat provinsi, kabupaten/kota, serta rumah sakit. Pada Kepmenkes tersebut disediakan
pula menu tentang metode perencanaan tenaga kesehatan untuk dipilih sesuai dengan
kemauan dan kemampuan. Dalam hal perencanaan kebutuhan tenaga kesehatan terdapat
empat metoda penyusunan yang dapat digunakan yaitu;

a) Health Need Method

yaitu perencanaan kebutuhan tenaga kesehatan yangdidasarkan atas epidemiologi penyakit

utama yang ada pada masyarakat.

b) Health Service Demand

yaitu perencanaan kebutuhan tenaga kesehatan yangdidasarkan atas permintaan akibat

beban pelayanan kesehatan.

c) Health Service Target Method

yaitu perencanaan kebutuhan tenaga kesehatan yangdidasarkan atas sarana pelayanan

kesehatan yang ditetapkan, misalnya Puskesmas,dan Rumah Sakit.

d) Ratios Method

yaitu perencanaan kebutuhan tenaga kesehatan yang didasarkan pada standar/rasio terhadap

nilai tertentu.

Dalam prakteknya di Departemen Kesehatan lebih banyak menggunakan Ratios

Method dengan proses perhitungan sebagai berikut:

• Menentukan/memperkirakan rasio terhadap suatu nilai, misalnya rasio tenagakesehatan


dengan penduduk, dengan jumlah tempat tidur RS, dengan Puskesmas,

• Membuat proyeksi nilai tersebut kedalam sasaran/ target tertentu,


• Menghitung perkiraan, yaitu dengan cara membagi nilai proyeksi dengan rasio.Contoh, ratio
tenaga kesehatan: tempat tidur di RS, di Indonesia, misalnya 1:5000,di India 1: 2000, di Amerika
1:500 (Suseno, 2005)

Dari analisis perencanaan kebutuhan tenaga, secara umum dapat dikatakan


tenagakesehatan di Indonesia baik dari segi jumlah, jenis, kualifikasi, dan mutu dan
penyebarannya masih belum memadai. Beberapa jenis tenaga kesehatan yang baru
masihdiperlukan pengaturannya. Beberapa jenis tenaga kesehatan masih tergolong
langka,dalam arti kebutuhannya besar tetapi jumlah tenaganya kurang karena jumlah institusi
pendidikannya terbatas dan kurang diminati

B. Produksi tenaga kesehatan

Pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan adalah upaya pengadaan tenagakesehatan


sesuai jenis, jumlah dan kualifikasi yang telah direncanakan serta peningkatankemampuan
sesuai dengan kebutuhan pembangunan kesehatan (Depkes, 2004).Berdasarkan PP No.32
Tahun 1996 dan Kepmenkes No.1192 Tahun 2004 (Depkes, 2004)terdapat enam kelompok
pendidikan tenaga kesehatan yaitu:

1. Keperawatan yang meliputi Sekolah Perawat Kesehatan, Sekolah Pengatur

RawatGigi, Keperawatan, Kebidanan, dan Kesehatan Gigi

2. Kefarmasiaan, meliputi Sekolah Menengah Farmasi, Analis Farmasi

3.Kesehatan Masyarakat (Kesehatan Lingkungan)

4. Gizi

5. Keterapian Fisik meliputi Fisioterapi, Okupasi Terapi, Terapi Wicara, Akupuntur

6.Keteknisan Medis meliputi SMAK, Analis Kesehatan, Teknik Gigi, OrtotikProstetik, Teknik
Elektro Medik, Teknik Radiologi, Pendidikan Teknologi TransfusiDarah,Perekam dan Informatika
Kesehatan, dan Kardiovaksuler
Jumlah Institusi pendidikan tenaga kesehatan seluruhnya 846 terdiri atas 199Politeknik
Kesehatan (Poltekes) dan 647 non Poltekes. Distribusi institusi pendidikantenaga kesehatan
berdasarkan kelompok jenis tenaga kesehatan Menurut kepemilikannya, 32 institusi milik
pemerintah pusat, 102 milik pemerintahdaerah, 34 milik TNI, dan bagian terbesar (511) adalah
milik swasta. Pada tahun 2005 jumlah peserta didik seluruhnya sebanyak 146.220 orang terdiri
dari 36.387 peserta didik poltekes, dan 109.833 non Poltekes.Tujuan yang ingin dicapai oleh
institusi pendidikan tenaga kesehatan adalahmenghasilkan tenaga kesehatan yang profesional
dengan karakteristik sebagai berikut:

1.Memiliki bekal kemampuan dalam berhubungan dengan orang lain

2.Bekerja dengan benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara akademik

3.Sanggup menggunakan wewenang secara arif dan bijaksana, dan

4.Mampu berperan aktif sebagai perencana, pelaksana dan penggerak pembangunan.

Untuk mencapai tujuan tersebut maka dirumuskan empat strategi dasar yaitu:

1.Meningkatkan mutu lulusan pendidikan tenaga kesehatan

2.Meningkatkan mutu institusi pendidikan tenaga kesehatan

3.Meningkatkan kemitraan dan kemandirian institusi pendidikan tenaga kesehatan.

Dalam hal peningkatan mutu lulusan tenaga kesehatan acuannya adalah PP No.
32Tahun 1996 yang menetapkan bahwa tenaga kesehatan wajib memiliki pengetahuan
danketerampilan di bidang kesehatan yang dinyatakan dengan ijazah dari lembaga
pendidikan.Setiap tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya juga berkewajiban untuk
mematuhistandar profesi tenaga kesehatan.Peningkatan mutu institusi pendidikan tenaga
kesehatan diatur pada PP yang sama.Dalam PP ini dinyatakan bahwa tenaga kesehatan
dihasilkan melalui pendidikan di bidangkesehatan. Lembaga pendidikan yang
menyelenggarakan pendidikan di bidang kesehatan bisa pemerintah atau masyarakat.
Penyelenggaraan pendidikan di bidang kesehatan harusdilaksanakan berdasarkan izin sesuai
dengan ketentuan perundangan yang berlaku. Izin penyelenggaraan pendidikan professional
dikeluarkan bersama oleh Departemen Kesehatandan Departemen Pendidikan Nasional.
Selanjutnya, izin penyelenggaraan pendidikanakademik dikeluarkan oleh Departemen
Pendidikan Nasional.Beberapa isu yang perlu mendapat perhatian dalam pendidikan tenaga
kesehatanantara lain:

1. Perencanan kebutuhan tenaga kesehatan dengan produksi lulusan yang dihasilkan belum

serasi

2. Kemampuan produksi belum sejalan dengan daya serap tenaga lulusan

3.Produksi lulusan belum sesuai dengan mutu yang diinginkan oleh pengguna

4.Kebijakan dan pengelolaan antara Poltekes dan Non Poltekses belum sinkron

5. Penyelenggaraan pendidikan tenaga kesehatan yang dilakukan oleh Pemerintah belum

sepadan dengan penyelenggaraan oleh swasta

6. Perundangan antara yang dikeluarkan oleh Depkes dan Depdiknas belum selaras

Penetapan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, telah


berdampak terhadap penyelenggaraan pendidikan yang dilaksanakan oleh berbagai instansi
diluar Depdiknas termasuk Departemen Kesehatan. (Soeparan, 2005).

C. Pengelolaan tenaga kesehatan

Pendayagunaan tenaga kesehatan adalah upaya pemerataan, pembinaan, dan


pengawasan tenaga kesehatan. Beberapa permasalahan klasik dalam pendayagunaan tenaga
kesehatan antara lain:

1.Kurang serasinya antara kemampuan produksi dengan pendayagunaan

2.Penyebaran tenaga kesehatan yang kurang merata


3.Kompetensi tenaga kesehatan kurang sesuai dengan kebutuhan pelayanan kesehatan

4.Pengembangan karir kurang berjalan dengan baik

5.Standar profesi tenaga kesehatan belum terumuskan dengan lengkap

6.Sistem penghargaan dan sanksi tidak berjalan dengan semestinya.

Dalam hal pendayagunaan dan penempatan tenaga dokter tercatat paling tidak tiga
periode perkenmbangan kebijakan. Pada periode tahun 1974-1992, tenaga medis
harusmelaksanakan kewajiban sebagai tenaga Inpres, diangkat sebagai PNS dengan
golongankepangkatan III A atau dapat ditugaskan sebagai tenaga medis di ABRI. Masa bakti
untukPNS Inpres selama 5 tahun di Jawa, dan 3 tahun di luar Jawa. Pada periode ini
berhasildiangkat sekitar 8.300 tenaga dokter dan dokter gigi dengan menggunakan formasi
Inpresdan hampir semua Puskesmas terisi oleh tenaga dokter.Periode 1992-2002 ditetapkan
kebijakan zero growth personel. Dengan demikian hampir tidak ada pengangkatan tenaga
dokter baru. Sebagai gantinya pengangkatan tenagamedis dilakukan melalui program pegawai
tidak tetap (PTT) yang didasarkan atasPermenkes No. 1170.A/Menkes/Per/SK/VIII/1999. Masa
bakti dokter PTT selama 2sampai 3 tahun. Dalam periode ini telah diangkat sebanyak 30.653
dokter dan 7.866 doktergigi yang tersebar di seluruh tanah air. Pada tahun 2002 terjadi
beberapa permasalahan dalam penempatan dokter PTT yaitu:

1. Daftar tunggu PTT untuk provinsi favorit terlalu lama

2. Usia menjadi penghambat untuk melanjutkan pendidikan ke dokter spesialis

3.Terjadi kelambatan pembayaran gaji

4.Besarnya gaji tidak signifikan jika dibandingkan dengan dokter PNS

5.Adanya persyaratan jabatan sebagai Kepala Puskesmas

6.Ada anggapan melanggar hak azasi masusia (HAM) karena dianggap sebagai kerja

paksa.
Pada perode mulai tahun 2005 pengangkatan dokter dan dokter gigi PTTmempunyai ciri
sebagai berikut:

1.Bukan merupakan suatu kewajiban, tetapi bersifat sukarela

2.Tidak lagi memberlakukan kebijakan antrian/daftar tunggu

3.Semua provinsi terbuka untuk pelaksanaan PTT sesuai kebutuhan

4. Rekrutmen, seleksi administratif berdasarkan IPK (Indeks Prestasi Kumulatif),domisili,

tahun kelulusan dan lamanya menunggu dalam antrian

5. Diprioritaskan bagi dokter dan dokter gigi yang belum melaksanakan masa bakti

6.Dokter pasca PTT dapat diangkat kembali untuk provinsi yang kebutuhannya belum

terpenuhi

7. Pengurangan lama masa bakti bagi daerah yang kurang diminati seperti daerah terpencil

dan daerah pemekaran.

Kebijakan ini berpotensi menimbulkan permasalahan kompensasi gaji yang menarik dan
peminatan cenderung ke provinsi yang besar dan kaya (misalnya Jabar,Jateng, Kepulauan Riau,
DI Yogyakarta, dan Kaltim). Provinsi-provinsi di kawasan timurIndonesia pada umumnya kurang
peminat karena adanya alternatif pilihan di provinsi lain.Dalah hal penempatan dokter spesialis,
sampai dengan Desember 2004 jumlahdokter spesialis (PNS) di seluruh wilayah Indonesia
sebanyak 11.057 orang. Jumlah RSvertikal dan Daerah sebanyak 420 RS. Jumlah dokter spesialis
yang bertugas di RS milik Pemerintah sebanyak 7.461 orang, terdapat kekurangan sebanyak
3.868 orang. Rata-rata produksi dan penempatan tenaga dokter spesialis per tahun sebanyak
509 orang.Sejak diterapkannya otonomi daerah, penempatandokter spesialis harus
terlebihdulu ditawarkan melalui pejabat pembina kepegawaian (PP No.9 Tahun 2003). Pada
akhirtahun 1999 diberlakukan kebijakan penundaan masa bakti bagi dokter spesialis yang
langsung diterima pendidikan spesialis. Dengan adanya pengurangan masa bakti bagidokter
spesialis bagi daerah tertentu, misalnya di provinsi NAD cukup menarik minat untuk bertugas di
daerah.Tenaga kesehatan lainnya yang cukup penting adalah bidan, sebagai tenaga
yangdiharapkan berperan dalam penurunan angka kematian bayi dan kematian ibu
melahirkan.Seperti halnya dengan dokter, pengangkatan tenaga bidan menggunakan system
PTT dengan karakteristik kebijakan sebagai berikut:

1. Penugasan selama 3 tahun di daerah biasa dan 2 tahun di daerah terpencil

2.Penugasan dapat diperpanjang dua kali di desa yang sama dan dimungkinkan untuk

diangkat kembali sebagai bidan PTT sesuai kebutuhan.

Sampai dengan bulan April 2005 keberadaan Bidan PTT di seluruh tanah air
sebanyak32.470 orang, berarti kurang dari 50 % dari jumlah desa. Beberapa permasalahan yang
berkaitan dengan Bidan PTT antara lain pada umumnya mereka berharap dapat
diangkatsebagai PNS (peningkatan status), kompensasi gaji relatif tidak memadai, dan besaran
gajiantara daerah terpencil dengan sangat terpencil relatif kecil sehingga tidak menarik.
(Ruswendi, 2005)Pembinaan dan pengawasan praktik profesi tenaga kesehatan belum
terlaksanadengan baik. Pada masa mendatang, pembinaan dan pengawasan tersebut
dilakukanmelalui sertifikasi, registrasi, uji kompetensi, dan pemberian lisensi. Sertifikasi
dilakukanoleh institusi pendidikan, registrasi dilakukan oleh komite registrasi tenaga kesehatn,
ujikompetensi dilakukan oleh setiap organisasi profesi, sedangkan pemberian lisensidilakukan
oleh pemerintah. Pengaturan ini memerlukan dukungan peraturan perundanganyang kuat.
Sampai saat ini baru profesi kedokteran yang sudah memiliki UU Praktik Kedokteran.
BAB III

PENUTUP

A.Kesimpulan

Pengelolaan Tenaga Kesehatan meliputi upaya perencanaan, pengadaan,


pendayagunaan serta pembinaan dan pengawasan Tenaga Kesehatan. Perencanaan Tenaga
Kesehatan diselenggarakan sebagai upaya sistematis untuk dasar pelaksanaan kegiatan
pengadaan, pendayagunaan, serta pembinaan dan pengawasan Tenaga Kesehatan, dan
menjadi acuan dalam upaya pemenuhan, pemerataan, dan penyesuaian kapasitas produksi
Tenaga Kesehatan.Tenaga Kesehatan yang memadai secara kuantitas, kualitas, aman, dan
terjangkau juga merupakan hak bagi seluruh rakyat Indonesia. Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah berkewajiban dalam menjamin kualitas, kuantitas, dan pemerataan Tenaga
Kesehatan, yang dilakukan melalui perencanaan, pengadaan, pendayagunaan, serta pembinaan
dan pengawasan terhadap Tenaga Kesehatan.

B. Saran

Diharapkan pembaca dapat memahami isi makalah penulis dan memperluas wawasan
dari berbagai sumber lain. Karena makalah ini jauh dari kesempurnaan, penulis harapkan saran
dari pembaca untuk kemajuan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/9531208/KAJIAN_KEBIJAKAN_PERENCANAAN_TENAGA
KESEHATAN

Anda mungkin juga menyukai