Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH PEMBIAYAAN DAN PENGANGGARAN KESEHATAN

“SUMBER-SUMBER PEMBIAYAAN KESEHATAN”

Disusun Oleh :

Kelompok 1

1. Aulia Nur Afifah 2111212041


2. Auni Filzah Afera 2111212074
3. Aurelia Mayori 2111212043
4. Nabila Alkhoiriah 2111211048
5. Puti Zhillan Zhalila 2111213043
6. Silsabilillah 2111213011

Dosen Pengampu : Dr.Dra.Sri Siswati,Apt.SH.M.Kes

PRODI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS ANDALAS

2023
KATA PENGANTAR

Puji beserta syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Pembiayaan dan Penganggaran
Kesehatan tentang “Sumber-Sumber Pembiayaan Kesehatan” ini dengan baik meskipun masih
banyak kekurangan di dalamnya. Kami juga berterimakasih kepada dosen pengampu mata kuliah
Pembiayaan dan Penganggaran Kesehatan yaitu ibu Dr.Dra.Sri Siswati,Apt.SH.M.Kes yang telah
memberikan amanah kepada kami untuk membuat makalah ini.

Kami berharap agar makalah ini dapat berguna bagi siapapun yang membacanya dalam
rangka menambah pengetahuan mengenai “Sumber-Sumber Pembiayaan Kesehatan”. Penulis
juga menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat pada makalah ini.
Oleh karena itu, kami akan sangat terbuka dengan adanya saran dan kritik dari para pembaca
demi perbaikan makalah di masa yang akan datang.

Semoga makalah ini dapat berguna bagi siapapun yang membacanya. Kami meminta
maaf apabila terdapat kesalahan dalam penulisan pada makalah ini. Atas perhatiannya kami
ucapkan terimakasih.

Padang, 18 Februari 2023

Kelompok 1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................... 2

DAFTAR ISI................................................................................................................................... 3

BAB I .............................................................................................................................................. 4

PENDAHULUAN .......................................................................................................................... 4

1.1 Latar Belakang ...................................................................................................................... 4

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................................. 4

1.3 Tujuan Makalah..................................................................................................................... 5

BAB II............................................................................................................................................. 6

PEMBAHASAN ............................................................................................................................. 6

2.1 Pengertian Pembiayaan Kesehatan........................................................................................ 6

2.2 Syarat Pokok Biaya Kesehatan ............................................................................................. 6

2.3 Cara-Cara Pembiayaan Kesehatan ........................................................................................ 7

2.4 Sumber Biaya Kesehatan .................................................................................................... 10

2.5 Alur Pembiayaan Kesehatan ............................................................................................... 11

2.6 Fungsi Pembiayaan Kesehatan ............................................................................................ 14

2.7 Studi Kasus.......................................................................................................................... 15

BAB III ......................................................................................................................................... 18

PENUTUPAN ............................................................................................................................... 18

3.1 Kesimpulan.......................................................................................................................... 18

3.2 Saran .................................................................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 19


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Proses pelayanan kesehatan tidak bisa dipisahkandengan pembiayaan kesehatan. Biaya
kesehatan ialah besarnyadana yang harus disediakan untuk menyelenggarakan danatau
memanfaatkan berbagai upaya kesehatan yang diperlukanoleh perorangan, keluarga,
kelompok dan masyarakat. Pembiayaan kesehatan yang kuat, stabil
danberkesinambungan memegang peranan yang amat vitaluntuk penyelenggaraan pelayanan
kesehatan dalam rangkamencapai berbagai tujuan penting dari pembangunankesehatan
di suatu negara diantaranya adalah pemerataanpelayanan kesehatan dan akses (equitable
access to health care)dan pelayanan yang berkualitas (assured quality). Oleh karenaitu reformasi
kebijakan kesehatan di suatu negara seharusnya memberikan fokus penting kepada kebijakan
pembiayaan kesehatan untuk menjamin terselenggaranya kecukupan, pemerataan, efisiensi dan
efektifitasdari pembiayaan kesehatan itu sendiri.
Perencanaan dan pengaturan pembiayaan kesehatanyang memadai (health care
financing) akan menolongpemerintah di suatu negara untuk dapat memobilisasisumber-
sumber pembiayaan kesehatan, mengalokasikannyasecara rasional serta menggunakannya
secara efisien danefektif. Kebijakan pembiayaan kesehatan yang mengutamakanpemerataan
serta berpihak kepada masyarakat miskin (equi-table and pro poor health policy) akan
mendorong tercapainyaakses yang universal. Pada aspek yang lebih luas diyakinibahwa
pembiayaan kesehatan mempunyai kontribusi padaperkembangan sosial dan ekonomi.
Pelayanan kesehatan itusendiri pada akhir-akhir ini menjadi amat mahal baik padanegara maju
maupun pada negara berkembang. Penggunaanyang berlebihan dari pelayanan kesehatan dengan
teknologitinggi adalah salah satu penyebab utamanya. Penyebab yanglain adalah dominasi
pembiayaan pelayanan kesehatan denganmekanisme pembayaran tunai (fee for service) dan
lemahnyakemampuan dalam penatalaksanaan sumber-sumber danpelayanan itu sendiri

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi dari pembiayaan kesehatan ?
2. Apa saja syarat pokok dalam pembiayaan kesehatan ?
3. Bagaimana cara-cara pembiayaan kesehatan ?
4. Apa saja sumber dari pembiayaan kesehatan ?
5. Bagaimana alur pembiayaan kesehatan ?
6. Apa fungsi dari pembiayaan kesehatan?
7. Bagaimana studi kasus pembiayaan kesehatan ?

1.3 Tujuan Makalah


1. Memahami definisi dari pembiayaan kesehatan
2. Mengetahui apa saja syarat pokok dalam pembiayaan kesehatan
3. Memahami bagaimana cara-cara pembiayaan kesehatan
4. Mengetahui apa saja sumber dari pembiayaan kesehatan
5. Memahami bagaimana alur pembiayaan kesehatan
6. Memahami apa fungsi dari pembiayaan kesehatan
7. Mengetahui studi kasus pembiayaan kesehatan
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pembiayaan Kesehatan


Pembiayaan Kesehatan adalah besarnya dan alokasi dana yang harus disediakan untuk
dimanfaatkan dalam upaya Kesehatan sesuai dengan kebutuhan perorangan, kelompok dan
masyarakat.

Dalam sistem kesehatan nasional, pembiayaan kesehatan adalah penataan sumber daya
keuangan yang mengatur penggalian, pengalokasian dan membelanjakan biaya kesehatan dengan
prinsip efisiensi, efektif, ekonomis, adil, transparan akuntabel dan berkelanjutan untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

2.2 Syarat Pokok Biaya Kesehatan


Biaya Kesehatan harus memnuhi beberapa syarat pokok, yaitu:

1. Jumlah
Syarat utama biaya Kesehatan harus tersedia dalam jumlah yang cukup, artinya adalah
harus cukup untuk membiayai pennyelenggaraan semua upaya Kesehatan yang
dibutuhkan serta tidak menyulitkkan masyarakat yang ingin memanfaatkannya.’
2. Penyebaran
Penyebaran dana harus sesuai dengan kebutuhan. Jika dana yang tersedia tidak dapat
dialokasikan dengan baik, akan menyulitkan penyelengaraan upaya-upaya Kesehatan
3. Pemanfaatan
Walaupun penyebaran dan jumlah dana Kesehatan sudah baik, jika pemanfatannya tidak
mendapatkan pengaturan yang optimal maka akan menimbulkan masalah yang jika
berkelanjutan akan menyulitkan masyarakat yang membutuhkan pelayanan Kesehatan.

Untuk dapat melaksanakan syarat-syarat pokok tersebut maka diperlukan beberapa hal,
yaitu:

1. Peningkatan efektifitas
Peningkatan efektifitas dilakukan denganmengubah penyebaran atau alokasi penggunaan
sumber dana. Pengalokasian dana lebih diutamakan pada upaya yang memiliki dampak
yang besar seperti upaya pencegahan bukan pengobatan penyakit.
2. Peningkatan efisiensi
Peningkatan efisiensi dilakukan dengan memperkenalkan berbagai mekaniskme
pengawasan dan pengendalian. Menisme yang dimaksud unutk peningkatan efisiensi
adalah:
a. Standar pelayanan minimal. Dengan tujuan unutk menghindari pemborosan. Terdapat
dua macam standar minimal yang sering dipergunakan, yaitu:
 Standar minimal sarana, misalnya standar minimal rumah sakit dan standar minimal
laboratorium
 Standar minimal Tindakan, misalnya tata cara pengobatan dan perawatan penderita,
dan daftar obat obatan essensial.

Dengan adanya standar minimal pelayan, bukan hanya pemborosan yang dapat
dihindari namun, peningkatan efisensi dapat sekaligus digunakan sebagai pedoman
dalam menilai mutu pelayanan.

b. Kerjasama.
bentuk lain yang diperkenalkan untuk meningkatkan efisiensi adalah memperkenalkan
konsep Kerjasama antar berbagai sarana pelayanan Kesehatan.
 Kerjasama institusi
misalnya sepakat secara bersama-sama membeli peralatan kedokteran yang mahal dan
jarang dipergunakan. Dengan pembelian dan pemakaian bersama ini dapat dihematkan
dana yang tersedia serta dapat pula dihindari penggunaan peralatan yang rendah.
Dengan demikian efisiensi juga akan meningkat.
 Kerjasama sistem
 misalnya sistem rujukan, yakni adanya hubungan kerjasama timbal balik antara satu
sarana kesehatan dengan sarana kesehatan lainnya.

2.3 Cara-Cara Pembiayaan Kesehatan


Sistem pembiayaan kesehatan Indonesia secara umum terbagi dalam 2 sistem yaitu:
1. Fee for Service ( Out of Pocket )

Sistem ini secara singkat diartikan sebagai sistem pembayaran berdasarkan


layanan, dimana pencari layanan kesehatan berobat lalu membayar kepada
pemberi pelayanan kesehatan (PPK). PPK (dokter atau rumah sakit) mendapatkan
pendapatan berdasarkan atas pelayanan yang diberikan, semakin banyak yang
dilayani, semakin banyak pula pendapatan yang diterima. Sebagian besar
masyarakat Indonesia saat ini masih bergantung pada sistem pembiayaan
kesehatan secara Fee for Service ini.

Dari laporan World Health Organization di tahun 2006 sebagian besar (70%)
masyarakat Indonesia masih bergantung pada system Fee for Service dan hanya
8,4% yang dapat mengikuti sistem Health Insurance (WHO, 2009). Kelemahan
sistem Fee for Service adalah terbukanya peluang bagi pihak pemberi pelayanan
kesehatan (PPK) untuk memanfaatkan hubungan Agency Relationship, dimana
PPK mendapat imbalan berupa uang jasa medik untuk pelayanan yang
diberikannya kepada pasien yang besar-kecilnya ditentukan dari negosiasi.
Semakin banyak jumlah pasien yang ditangani, semakin besar pula imbalan yang
akan didapat dari jasa medik yang ditagihkan ke pasien. Dengan demikian, secara
tidak langsung PPK didorong untuk meningkatkan volume pelayanannya pada
pasien untuk mendapatkan imbalan jasa yang lebih banyak.

2. Health Insurance

Sistem ini diartikan sebagai sistem pembayaran yang dilakukan oleh pihak ketiga
atau pihak asuransi setelah pencari layanan kesehatan berobat. Sistem health
insurance ini dapat berupa system kapitasi dan system Diagnose Related Group
(DRG system). Sistem kapitasi merupakan metode pembayaran untuk jasa
pelayanan kesehatan dimana PPK menerima sejumlah tetap penghasilan per
peserta untuk pelayanan yang telah ditentukkan per periode waktu. Pembayaran
bagi PPK dengan system kapitasi adalah pembayaran yang dilakukan oleh suatu
lembaga kepada PPK atas jasa pelayanan kesehatan dengan pembayaran di muka
sejumlah dana sebesar perkalian anggota dengan satuan biaya (unicost) tertentu.
Salah satu lembaga di Indonesia adalah Badan Penyelenggara JPKM (Jaminan
Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat). Sistem kedua yaitu DRG (Diagnose
Related Group) tidak berbeda jauh dengan system kapitasi di atas. Pada system ini,
pembayaran dilakukan dengan melihat diagnosis penyakit yang dialami pasien.
PPK telah mendapat dana dalam penanganan pasien dengan diagnosis tertentu
dengan jumlah dana yang berbeda pula tiap diagnosis penyakit. Jumlah dana yang
diberikan ini, jika dapat dioptimalkan penggunaannya demi kesehatan pasien, sisa
dana akan menjadi pemasukan bagi PPK. Kelemahan dari system Health
Insurance adalah dapat terjadinya underutilization dimana dapat terjadi penurunan
kualitas dan fasilitas yang diberikan kepada pasien untuk memperoleh keuntungan
sebesar-besarnya. Selain itu, jika peserta tidak banyak bergabung dalam system
ini, maka resiko kerugian tidak dapat terhindarkan. Namun dibalik kelemahan,
terdapat kelebihan system ini berupa PPK mendapat jaminan adanya pasien
(captive market), mendapat kepastian dana di tiap awal periode waktu tertentu,
PPK taat prosedur sehingga mengurangi terjadinya multidrug dan multidiagnose.
Dan system ini akan membuat PPK lebih kearah preventif dan promotif kesehatan.
Ikatan Dokter Indonesia (IDI) menilai, pembiayaan kesehatan dengan sistem
kapitasi dinilai lebih efektif dan efisien menurunkan angka kesakitan
dibandingkan sistem pembayaran berdasarkan layanan ( Fee for Service) yang
selama ini berlaku. Hal ini belum dapat dilakukan sepenuhnya oleh Indonesia.
Tentu saja karena masih ada hambatan dan tantangan, salah satunya adalah sistem
kapitasi yang belum dapat memberikan asuransi kesehatan bagi seluruh rakyat
tanpa terkecuali seperti yang disebutkan dalam UU No. 40 Tahun 2004 tentang
Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). Sampai saat ini, perusahaan asuransi
masih banyak memilah peserta asuransi dimana peserta dengan resiko penyakit
tinggi dan atau kemampuan bayar rendah tidaklah menjadi target anggota asuransi.
Untuk mencapai terjadinya pemerataan, dapat dilakukan universal coverage yang
bersifat wajib dimana penduduk yang mempunyai resiko kesehatan rendah akan
membantu mereka yang beresiko tinggi dan penduduk yang mempunyai
kemampuan membayar lebih akan membantu mereka yang lemah dalam
pembayaran. Hal inilah yang masih menjadi pekerjaan rumah bagi sistem
kesehatan Indonesia. Memang harus kita akui, bahwa tidak ada sistem kesehatan
terutama dalam pembiayaan pelayanan kesehatan yang sempurna, setiap sistem
yang ada pasti memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Namun
sistem pembayaran pelayanan kesehatan ini harus bergerak dengan pengawasan
dan aturan dalam suatu sistem kesehatan yang komprehensif, yang dapat
mengurangi dampak buruk bagi pemberi dan pencari pelayanan kesehatan
sehingga dapat terwujud sistem yang lebih efektif dan efisien bagi pelayanan
kesehatan di Indonesia.

2.4 Sumber Biaya Kesehatan


Sumber biaya Kesehatan tidak sama antara satu negara dengan negara lain. Secara umu
sumber biaya Kesehatan dapat dibedakan sebgai berikut :

1. bersumber dari anggaran pemerintah


Pada sistem ini, biaya dan penyelenggaraan pelayanan kesehatan sepenuhnya ditanggung
oleh pemerintah. Pelayanannya diberikan secara cuma-cuma oleh pemerintah sehingga
sangat jarang penyelenggaraan pelayanan kesehatan disediakan oleh pihak swasta. Untuk
negara yang kondisi keuangannya belum baik, sistem ini sulit dilaksanakan karena
memerlukan dana yang sangat besar. Contohnya dana dari pemerintah pusat dan provinsi.
2. Bersumber dari anggaran masyarakat
Dapat berasal dari individual ataupun perusahaan. Sistem ini mengharapkan agar
masyarakat (swasta) berperan aktif secara mandiri dalam penyelenggaraan maupun
pemanfaatannya. Hal ini memberikan dampak adanya pelayanan-pelayanan kesehatan
yang dilakukan oleh pihak swasta, dengan fasilitas dan penggunaan alat-alat berteknologi
tinggi disertai peningkatan biaya pemanfaatan atau penggunaannya oleh pihak pemakai
jasa layanan kesehatan tersebut. Contohnya CSR atau Corporate Social Reponsibility)
dan pengeluaran rumah tangga baik yang dibayarkan tunai atau melalui sistem asuransi.
3. Bantuan biaya dari dalam dan luar negri
Sumber pembiayaan kesehatan, khususnya untuk penatalaksanaan penyakit-penyakit
tertentu cukup sering diperoleh dari bantuan biaya pihak lain, misalnya oleh organisasi
sosial ataupun pemerintah negara lain. Misalnya bantuan dana dari luar negeri untuk
penanganan HIV dan virus H5N1 yang diberikai oleh WHO kepada negara-negara
berkembang (termasuk Indonesia).
4. Gabungan anggaran pemerintah dan masyarakat
Sistem ini banyak diadopsi oleh negara-negara di dunia karena dapat mengakomodasi
kelemahan-kelemahan yang timbul pada sumber pembiayaan kesehatan sebelumnya.
Tingginya biaya kesehatan yang dibutuhkan ditanggung sebagian oleh pemerintah
dengan menyediakan layanan kesehatan bersubsidi. Sistem ini juga menuntut peran serta
masyarakat dalam memenuhi biaya kesehatan yang dibutuhkan dengan mengeluarkan
biaya tambahan.
Dengan ikut sertanya masyarakat menyelenggarakan pelayanan kesehatan, maka
ditemukan pelayanan kesehatan swasta. Selanjutnya dengan dükutsertakannya
masyarakat membiayai pemanfaatan pelayanan kesehatan, maka pelayanan kesehatan
tidaklah cuma-cuma. Masyarakat diharuskan membayar pelayanan kesehatan yang
dimanfaatkannya. Sekalipun pada saat ini makin banyak saja negara yang
mengikutsertakan masyarakat dalam pembiayaan kesehatan, namun tidak ditemukan satu
negara pun yang pemerintah sepenuhnya tidak ikut serta. Pada negara yang peranan
swastanya sangat dominan pun peranan pemerintah tetap ditemukan. Paling tidak dalam
membiayai upaya kesehatan masyarakat, dan ataupun membiayai pelayanan kedokteran
yang menyangkut kepentingan masyarakat yang kurang mampu.

2.5 Alur Pembiayaan Kesehatan


Mekanisme penumpulan pembiayaan kesehatan dijelaskan oleh Elias Mossialos, dkk dalam
bukunya Funding healthcare: options for Europe. Ia menjelaskan bahwa Pengumpulan dana
kesehatan dapat ditelisik dari sumber pembiayaan, mekanisme pengumpulan dan badan
Pengumpulan dana kesehatan. Secara lebih detail, sumber pembiayaan, mekanisme pengumpulan
dan badan Pengumpulan dana kesehatan
Menurut sumber pembiayaan, pembiayaan kesehatan dapat berasal dari berbagai sumber,
berbagai sumber pembiayaan kesehatan diantaranya adalah:

1. Perusahaan, firma dan pemberi kerja


2. Individu, rumah tangga dan pekerja
3. Organisasi non pemerintah dan Yayasan internasional dan domestik
4. Perusahaan dan pemerintah internasional

Adapun sumber pembiayaan tersebut dikumpulkan melalui beberapa mekanisme diantaranya


adalah:

1. Pajak langsung dan tidak langsung

Pajak, menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan, adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pajak langsung adalah pajak yang bebannya harus
ditanggung sendiri oleh wajib pajak yang bersangkutan dan tidak dapat dialihkan kepada
pihak lain. Dengan kata lain, pajak langsung harus dibayar sendiri oleh wajib pajak
bersangkutan. Yang termasuk dalam pajak langsung adalah Pajak penghasilan (PPh),
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dan Pajak Kendaraan Bermotor. Sedangkan pajak tidak
langsung adalah pajak yang bebannya dapat dialihkan atau digeser kepada pihak lain.
Dengan kata lain, pembayarannya dapat diwakilkan kepada pihak lain. Adapun contoh
dari pajak tidak langsung adalah Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak bea masuk dan
Pajak ekspor (Online Pajak, 2018b).

2. Asuransi kesehatan wajib, sosial dan swasta

Asuransi kesehatan wajib merupakan pajak penghasilan yang dipungut oleh Pemerintah.
Berbeda dengan pajak penghasilan biasa, asuransi kesehatan wajib dikumpulkan oleh
badan independen atau semi-independen pemerintah. Asuransi kesehatan sosial berkaitan
dengan pendapatan dan pembagian antara pekerja dan pemberi kerja. kontribusi dapat
bersumber dari pekerja mandiri dimana besaran premi dihitung berdasarkan pendapatan
ataupun tarif tertentu. Dalam skema asuransi kesehatan sosial, masyarakat yang tidak
mampu dapat dibayarkan melalui mekanisme pajak. Asuransi kesehatan sosial biasanya
dikumpulkan oleh badan khusus untuk mengelola keuangan tersebut. Asuransi kesehatan
swasta dibayarkan oleh individu, ataupun pembagian antara pemberi kerja dan pekerja
atau dibayarkan secara penuh oleh pemberi kerja. besaran premi pada umumnya
ditetapkan berdasarkan risiko kesehatan tiap individu, penilaian pada kelompok tertentu
maupun secara lokasi geografis tertentu maupun penilaian risiko pada suatu perusahaan
tertentu. Badan penyelenggara asuransi swasta dapat berupa perusahaan asuransi swasta
independen.

3. Medical saving account

Medical saving account dipahami sebagai simpanan individu yang ditujukan untuk
pembayaran kebutuhan medis tiap masing-masing individu dimana simpanan tersebut
muncul atas kekhawatiran meningkatnya biaya perawatan kesehatan yang dapat menimpa
tiap individu. Beberapa negara seperti Singapura, Tiongkok, Amerika Serikat dan Afrika
Selatan telah menerapkan sistem ini.
4. Out of pocket

Mekanisme pembiayaan kesehatan lainnya ialah berasal dari individu secara langsung
atau dikenal dengan istilah out of pocket (OOP). Pada OOP, pembayaran langsung
dilakukan oleh individu kepada penyedia layanan kesehatan pada saat penggunaan
layanan (World Health Organization, 2020). Dikarenakan pembayaran dilakukan
langsung oleh pengguna jasa pada saat menggunakan layanan, maka instansi yang
mengelola pembiayaan ini adalah penyedia layanan kesehatan, instalasi farmasi/apotek,
dokter dan rumah sakit. Pembiayaan ini terjadi ketika sebuah pelayanan kesehatan tidak
tercakup ke dalam pelayanan yang disediakan oleh pemerintah. OOP dapat berbentuk
pembagian formal antara pemerintah dan individu maupun pembayaran informal dimana
pembiayaan dilakukan di sektor publik namun tidak dianjurkan secara formal atau sesuai
regulasi.

5. Dana pinjaman, hibah dan donasi

Sumber pembiayaan kesehatan lainnya dapat bersumber dari donasi dan hibah dari
organisasi non pemerintah maupun pinjaman dari dunia internasional. Badan/instansi
yang mengumpulkan dana tersebut dapat berasal dari berbagai bentuk diantaranya ialah:

 Pemerintah Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota


 Badan Independen Publik
 Perusahaan asuransi swasta dan swasta not-for profit/less profit

 Provider penyedia layanan kesehatan

2.6 Fungsi Pembiayaan Kesehatan


Fungsi pembiayaan kesehatan antara lain :

1. Penggalian dana
a. Penggalian dana untuk Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM). Sumber dana untuk
UKM terutama berasal dari pemerintah baik pusat maupun daerah, melalui pajak
umum, pajak khusus, bantuan dan pinjaman serta berbagai sumber lainnya. Sumber
dana lain untuk upaya kesehatan masyarakat adalah swasta serta masyarakat. Sumber
dari swasta dihimpun dengan menerapkan prinsip public-private patnership yang
didukung dengan pemberian insentif, misalnya keringanan pajak untuk setiap dana
yang disumbangkan. Sumber dana dari masyarakat dihimpun secara aktif oleh
masyarakat sendiri guna membiayai upaya kesehatan masyarakat, misalnya dalam
bentuk dana sehat atau dilakukan secara pasif yakni menambahkan aspek kesehatan
dalam rencana pengeluaran dari dana yang sudah terkumpul di masyarakat, contohnya
dana sosial keagamaan.
b. Penggalian dana untuk Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) berasal dari masing-
masing individu dalam satu kesatuan keluarga. Bagi masyarakat rentan dan keluarga
miskin, sumber dananya berasal dari pemerintah melalui mekanisme jaminan
pemeliharaan kesehatan wajib.

2. Pengalokasian dana

a. Alokasi dana dari pemerintah yakni alokasi dana yang berasal dari pemerintah untuk
UKM dan UKP dilakukan melalui penyusunan anggaran pendapatan dan belanja baik
pusat maupun daerah sekurang-kurangnya 5% dari PDB atau 15% dari total anggaran
pendapatan dan belanja setiap tahunnya.
b. Alokasi dana dari masyarakat yakni alokasi dana dari masyarakat untuk UKM
dilaksanakan berdasarkan asas gotong royong sesuai dengan kemampuan. Sedangkan
untuk UKP dilakukan melalui kepesertaan dalam program jaminan pemeliharaan
kesehatan wajib dan atau sukarela.

3. Pembelanjaan

a. Pembiayaan kesehatan dari pemerintah dan public-private patnership digunakan untuk


membiayai UKM.
b. Pembiayaan kesehatan yang terkumpul dari Dana Sehat dan Dana Sosial Keagamaan
digunakan untuk membiayai UKM dan UKP.
c. Pembelajaan untuk pemeliharaan kesehatan masyarakat rentan dan kesehatan keluarga
miskin dilaksanakan melalui Jaminan Pemeliharaan Kesehatan wajib.

2.7 Studi Kasus


Contoh Studi Kasus Pembiayaan Kesehatan di Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor
1. Jenis kasus
Pendapatan APBD Kabupaten Bogor Tahun 2014 masih dominan berasal dari pendanaan
Alokasi Umum (DAU) sebesar 38,27%. Pendanaan dari DAU yang masih dominan ini
menunjukkan masih adanya ketergantungan daerah Kabupaten Bogor terhadap
pendanaan yang berasal dari Pemerintah Pusat. Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Kabupaten Bogor terlihat belum memberikan kontribusi yang maksimal, hal ini sesuai
presentasenya yang masih dibawah Dana Alokasi Umum (DAU) yaitu sebesar 31,88%.
2. Landasan Hukum Terkait Kasus
a. UU No. 32/ 2004 tentang pemerintahan daerah yang menerapkan sistem desentralisasi
di Kabupaten/Kota, dimana aliran anggaran lebih banyak mengalir ke daerah, dengan
demikian sumber pembiayaan saat ini lebih bergantung kepada APBD Kabupaten.
b. Pasal 171 ayat (2) Undang-Undang nomor 36 tahun 2009 tentang
Kesehatan menyatakan “Besar anggaran kesehatan pemerintah provinsi,
kabupaten/kota dialokasikan minimal 10% (sepuluh persen) dari anggaran pendapatan
dan belanja daerah (APBD) di luar gaji”. Sehingga pendanaan seharusnya tidak
bergantung kepada pemerintah pusat.
3. Dampak yang ditimbulkan
Hal ini bisa menjadi kendala tersendiri bagi pemerintah daerah untuk mengalokasikan
dana yang terbatas ke berbagai sektor.
4. Penyebab kasus
a. Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Bogor terlihat belum memberikan
kontribusi yang maksimal
b. meningkatnya biaya pengeluaran kesehatan yang disebabkan oleh faktor diantaranya
tingkat inflasi, tingkat permintaan, perubahan pola penyakit, perubahan pola pelayanan
kesehatan, perubahan hubungan dokter/spesialis dengan pasiennya, kemudian
lemahnya mekanisme pengendalian biaya, dan penyalahgunaan asuransi kesehatan.
5. Solusi
Dinas Kesehatan hendaknya meningkatkan efisiensi internal dalam penggunaan dana
melalui integrasi kegiatan antar program. Selain itu perlu ditetapkan skala yang tepat
dalam usulan anggaran program, sehingga program prioritas mendapatkan alokasi
anggaran yang lebih besar. Kemudian untuk meningkatkan alokasi belanja publik yang
manfaatnya benar benar dirasakan oleh masyarakat hendaknya puskesmas lebih proaktif
dalam pendekatan kepada masyarakat.
BAB III

PENUTUPAN

3.1 Kesimpulan
Dalam sistem kesehatan nasional, pembiayaan kesehatan adalah penataan sumber daya
keuangan yang mengatur penggalian, pengalokasian dan membelanjakan biaya kesehatan dengan
prinsip efisiensi, efektif, ekonomis, adil, transparan akuntabel dan berkelanjutan untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Pembiayaan kesehatan
memiliki syarat-syarat pokok yang harus dipenuhi seperti jumlah, penyebaran dan
pemanfaatannya. Pembiayaan kesehatan dapat dilakukan dengan berbagai cara yang secara
umum dapat dilakukan dengan fee for service dan juag menggunakan health insurance atau
asuransi kesehatan yang ada.

Sumber biaya Kesehatan tidak sama antara satu negara dengan negara lain. Secara umu
sumber biaya Kesehatan dapat dibedakan menjadi beberapa sumber, seperti bersumber dari
anggaran yang telah ditetapkan oleh pemerintah, dari anggaran yang datang dari masyarakat,
bantuan biaya dari dalam dan luar negri, dan juga gabungan anggaran dari pemerintah dan juga
masyarakat. Anggaran dair pemerintah untuk kesehatan telah ditetapkan melalui peraturan
perundang-undangan yang ada.

3.2 Saran
Demikian pembahasan mengenai “Sumber-sumber Pembiayaan Kesehatan”yang dapat kami
muat dalam makalah ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa banyak kekurangan pada
makalah ini. Oleh karena itu penulis akan sangat terbuka atas penyampaian saran dan kritik
terhadap makalah ini guna untuk perbaikan di masa yang akan datang. Dengan adanya makalah
ini semoga dapat berguna dan bermanfaat bagi siapapun yang membacanya.
DAFTAR PUSTAKA

Dinas Kesehatan Kab. Bogor, 2013 Profil Kesehatan Kabu- paten Bogor, Tahun 2013

Ekalora, N. (2013). Makalah Pembiayaan Kesehatan. 5-9.

PEMBIAYAAN DAN PENGANGGARAN KESEHATAN. (2020). Yogyakarta: Anggun dkk


Wulandari.

https://www.google.co.id/url?sa=i&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&ved=0CAMQw7AJah
cKEwjAqNaD3Zz9AhUAAAAAHQAAAAAQAw&url=https%3A%2F%2Flms-
paralel.esaunggul.ac.id%2Fpluginfile.php%3Ffile%3D%252F94612%252Fmod_resource
%252Fcontent%252F1%252F11_7211_KMS235_112018.pdf&psig=AOvVaw2enOO6Q
xFvoGlMol8quDXE&ust=1676729163220081

Anda mungkin juga menyukai