Dosen Pengampu :
Mata Kuliah :
1
Kata Pengantar
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat tuhan YME. Atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya sehingga saya dapat menyusun tugas ini dengan judul “Perkembangan sistem
kebijakan kesehatan dan kecenderungan pemikiran sistem pelayanan kesehatan”
Dalam penyusunan makalah ini penyusun mendapatkan arahan dan bimbingan dari
berbagai pihak sehingga makalah ini dapat terselesaikan sesuai rencana dan target yang telah
ditentukan. Oleh karena itu, penyusun mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dr. Abdul Aziz, BE, SKM, MM, MARS. selaku dosen pengajar mata kuliah yang
telah memberikan pengarahan kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini sebagaimana mestinya.
2. Orang tua kami tercinta yang telah membantu, mendoakan, memotivasi, dan menanti
keberhasilan kami.
Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna
karena keterbatasan pengetahuan penulis. Oleh karena itu, saran dan kritik yang konstruktif
sangat penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, penyusun berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca
untuk menambah wawasan dan pengetahuan.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar...................................................................................................................... 2
BAB I...................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN.................................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................. 4
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................4
1.3 Tujuan........................................................................................................................... 4
BAB II..................................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN...................................................................................................................... 5
2.1 Sistem Kesehatan........................................................................................................5
2.2 Sistem Kebijakan Kesehatan.......................................................................................5
2.3 Perkembangan sistem kebijakan kesehatan kecenderungan.......................................7
2.4 Pemikiran Sistem Pelayanan Kesehatan......................................................................9
BAB III.................................................................................................................................. 11
PENUTUP............................................................................................................................ 11
3.1 Kesimpulan................................................................................................................. 11
3.2 Saran.......................................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................12
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari sistem kesehatan
2. Untuk mengetahui pengertian dari kebijakan kesehatan
3. Untuk mengetahui perkembangan sistem kebijakan kesehatan kecenderungan
4. Untuk mengetahui pemikiran sistem pelayanan kesehatan
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
sistem kesehatan meliputi sumber daya, struktur organisasi, manajemen, penunjang
lain dan pelayanan kesehatan (Cassels, 1995). Kebijakan kesehatan bertujuan untuk
mendesain program-program di tingkat pusat dan lokal, agar dapat dilakukan
perubahan terhadap determinan-determinan kesehatan (Davies 2001; Milio 2001),
termasuk kebijakan kesehatan internasional (Hunter 2005; Labonte, 1998; Mohindra
2007). Kebijakan Kesehatan itu adalah tujuan dan sasaran, sebagai instrumen, proses
dan gaya dari suatu keputusan oleh pengambil keputusan, termasuk implementasi
serta penilaian (Lee Buse & Fustukian, 2002).
Kebijakan kesehatan harus berdasarkan pembuktian yang menggunakan
pendekatan problem solving secara linear. Penelitian kesehatan adalah suatu kegiatan
untuk mendapatkan bukti yang akurat. Setelah dilakukan penelitian kesakitan dan
penyakit dari masyarakat, termasuk kebutuhan akan kesehatan, sistem kesehatan,
tantangannya selanjutnya adalah mengetahui persis penyebab dari kesakitan dan
penyakit itu.
6
B. Tujuan Kebijakan Kesehatan
Tujuan dari kebijakan kesehatan adalah untuk menyediakan pola pencegahan,
pelayanan yang berfokus pada pemeliharaan kesehatan, pengobatan penyakit dan
perlindungan terhadap kaum rentan (Gormley, 1999). Kebijakan kesehatan juga peduli
terhadap dampak dari lingkungan dan sosial ekonomi terhadap kesehatan (Poter, Ogden and
Pronyk, 1999). Kebijakan kesehatan dapat bertujuan banyak terhadap masyarakat. Untuk
kebanyakan orang kebijakan kesehatan itu hanya peduli kepada konten saja. Contohnya,
pembiayaan kesehatan dari pemerintah dan swasta atau kebijakan dalam hal pemantapan
pelayanan kesehatan ibu dan anak (Walt, 1994).
Kebijakan kesehatan berpihak pada hal-hal yang dianggap penting dalam suatu
institusi dan masyarakat, bertujuan jangka panjang untuk mencapai sasaran, menyediakan
rekomendasi yang praktis untuk keputusan-keputusan penting (WHO, 2000)
7
yang saat ini bertumpu pada pelayanan kesehatan primer sederhana tidak mampu menarik
para peserta. Dalam hal ini tidak ada demand untuk membeli premi asuransi yang rendah
biayanya karena masyarakat masih beranggapan bahwa tarif pelayanan masih rendah
(Sudibya, 1997)
Dalam hal ini perlu upaya yang sistematik sehingga masyarakat siap menerima kenyataan
bahwa pelayanan kesehatan membutuhkan biaya yang cukup tinggi, sehingga tertarik untuk
membayar dengan cara pre-payment seperti premi asuransi kesehatan dan JPKM. Peluang
untuk mendapatkan dana kesehatan dari masyarakat masih tinggi karena pengeluaran belanja
rumah tangga untuk merokok masih tinggi.
3. Asuransi Kesehatan
Indonesia saat ini pengembangan sistem asuransi kesehatan dijalankan tanpa menggunakan
kaidah lembaga usaha yang berbasis ekonomi. Sistem penghitungan iuran dan pembayaran
rumah sakit yang dilakukan oleh PT Askes Indonesia sebagai pengelola asuransi kesehatan
terbesar di Indonesia belum sepenuhnya menggunakan pendekatan ekonomi. Sistem PT
Askes Indonesia yang wajib untuk pegawai negeri dengan Surat Keputusan Bersama
(SKB)antara menteri terkait belum mampu menggairahkan para dokter dan pengelola rumah
sakit pada pihak pemberi pelayanan kesehatan dan masyarakat untuk membelinya. Di masa
mendatang diharapkan JPKM dan perusahaan asuransi kesehatan merupakan unit usaha yang
berdasarkan prinsip-prinsip risiko dan memenuhi kriteria industri. Dalam hal ini diperlukan
keterampilan manajemen mikro untuk mengolah asuransi kesehatan dan Badan Pelaksana
(Bapel) JPKM. Keterampilan manajerial dan kemantapan sistem manajemen ternyata masih
memiliki kekurangan.
4. Pemberi Pelayanan Kesehatan
Di Indonesia saat ini lembaga pemberi pelayanan kesehatan sedang mencari bentuk,
apakah mengarah ke lembaga usaha atau bentuk lainnya. Rumah sakit pemerintah sedang
bergerak dari lembaga birokrasi ke lembaga usaha. Demikian pula rumah sakit swasta sedang
bergerak dari lembaga misionaris dan kemanusiaan menuju ke lembaga yang didasari oleh
konsep usaha. Perkembangan ke arah lembaga usaha ini seperti tidak dapat ditolak karena
sudah merupakan fenomena global. Apabila sektor rumah sakit di Indonesia tidak mengikuti,
kemungkinan rumah sakit akan kesulitan dalam mengikuti persaingan dunia.
Keadaan ini disebut dengan patologi dari birokrasi. Pada sektor rumah sakit, berbasis pada
pandangan Dwiyanto (1998) beberapa fenomena patologi dari birokrasi adalah sebagai
berikut:
1. Sikap dan perilaku rumah sakit yang belum menghargai konsumen.
Salah satu sebab adalah langkanya tenaga dokter dan lemahnya posisi pasien sehingga
terjadi paternalistik dalam pelayanan dokter. Sikap arogan dari dokter ini berlawanan
dengan berbagai hasil penelitian yang menginginkan pelayanan dokter yang
manusiawi (Dranove dkk, 1998; Like dan Zyzanski, 1988). Data mengenai jumlah
dokter spesialis menunjukkan hal yang memprihatinkan. Indonesia kekurangan dokter
spesialis yang pada akhirnya membuat laju perkembangan ekonomi sektor kesehatan
menjadi rendah.
2. Koordinasi buruk antara berbagai instansi yang mengurusi rumah sakit.
Sebagai contoh adalah koordinasi dalam penempatan dokter spesialis yang dapat
berlawanan dengan logika. Contoh kasus, sebuah rumah sakit di era sebelum
8
desentralisasi yang sudah mempunyai banyak dokter spesialis dipaksa oleh Kantor
Wilayah Bagian I 47 Departemen Kesehatan (Kanwil Depkes) menerima tambahan
tenaga dokter spesialis, walaupun tidak dibutuhkan (Permana, 1999, komunikasi
pribadi).
3. Prosedur pengadaan alat, peralatan serta bahan habis pakai yang berbelit-belit.
Berbagai bukti empirik seperti adanya Keputusan Presiden (Kepres) yang mengurangi
efisiensi dalam pengadaan barang, pembelian alat kesehatan oleh pemerintah pusat
yang tidak diperlukan oleh rumah sakit, pengadaan obat secara sentralisasi yang kaku
merupakan contoh-contoh patologi birokrasi yang sangat mudah ditemui di sektor
rumah sakit pemerintah.
4. Penggunaan prosedur (ICW) sudah tidak cocok lagi dengan situasi saat ini.
Prosedur ICW ini sampai tahun 2003 di saat Musyawarah Kerja Asosiasi Rumah
Sakit Daerah (ARSADA) di Balikpapan masih diperdebatkan karena pengelola rumah
sakit meminta otonomi pengelolaan keuangan, sementara otoritas keuangan
menyatakan sebaliknya.
5. Birokratisasi akreditasi rumah sakit.
Proses akreditasi yang tercampur dengan pengaruh birokrat akan menimbulkan
ketakutan sehingga justru menghilangkan esensi dari proses akreditasi yaitu
pengembangan mutu pelayanan.
9
memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit
serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok dan ataupun
masyarakat.
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa sistem kebijakan kesehatan adalah
kebijakan kesehatan yang didefinisikan sebagai suatu cara atau tindakan yang berpengaruh
terhadap perangkat institusi, organisasi, pelayanan kesehatan, dan pengaturan keuangan dari
sistem kesehatan (Walt,1994). Pada hakikatnya, ada 3 komponen dalam sistem kesehatan
atau yang biasa disebut dengan segitiga kesehatan yang saling berhubungan, yaitu kebijakan
kesehatan itu sendiri (health policy), para pelaku kebijakan (actor of policy), dan lingkungan
kebijakan (environment of policy).
Dalam pemikiran pelayanan kesehatan yang termasuk dalam kelompok kesehatan
masyarakat (public health service) ditandai dengan cara pengorganisasian yang umumnya
secara bersama-sama dalam suatu organisasi. Tujuan utamanya untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit, serta sasarannya untuk kelompok dan
masyarakat. Contoh dari pemikiran pelayanan kesehatan bagi masyarakat adalah GERMAS
(Gerakan Masyarakat Hidup Sehat).
3.2 Saran
Dengan adanya penyusunan makalah tentang “Perkembangan sistem kebijakan
kesehatan kecenderungan dan pemikiran sistem pelayanan kesehatan” ini diharapkan
pembaca dapat memahami materi ini secara detail. Demi kesempurnaan makalah ini,
dimohon kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun agar makalah ini bisa lebih
baik untuk kedepannya.
11
DAFTAR PUSTAKA
Poter J, Ogden J, Pronyk P, 1999. Infectious disease policy: towards the production of
health. Health Policy and Planning; 14(4): 322–8.
Walt G, 1994. Health policy: an introduction to process and power. London: Zed Books.
UK.
https://kebijakankesehatanindonesia.net/images/buku/MRS1/MRS_BAB%20III%20-
%20PERKEMBANGAN%20SEKTOR%20KESEHATAN.pdf
Diakses Rabu,4 Agustus 2021
12