Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH KEPEMIMPINAN

SISTEM KESEHATAN DENGAN PENDEKATAN I-P-O

Nama Kelompok 7:

dr. Ilham Hariyadi


dr. Ranu Verra Mardianti (2113101015)
Drg. Somali
Suci Tri Anggraini, STr. Keb (2113101023)

Dosen Pengampu:

Dr. Faisal Marzuki, MPd,CHCP-A

i
PROGRAM STUDI MAGISTER KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS FORT DE KOCK BUKITTINGGI
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat


rahmat dan hidayahnya kami dapat menyusun Makalah Sistem
Kesehatan dengan Pendekatan I-P-O (Input-Proses-Output).
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah
Kepemimpinan, dan kami berharap makalah ini dapat memberikan
wawasan dan pengetahuan bagi kami dan semua pihak yang membutuhkan,
serta memperoleh nilai yang maksimal pada mata kuliah
Kepemimpinan ini.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Faisal Marzuki
sebagai dosen pengajar dan semua pihak yang telah membantu
tersusunnya makalah ini.
Dalam menyusun makalah ini kami telah melakukannya sebaik
mungkin, namun kami menyadari bahwa masih banyak
kekurangannya. Untuk itu, kami mengharapkan kritik dan saran
untuk dapat menyempurnakan makalah ini, sehingga ke depannya
dapat lebih baik lagi.

Jakarta, 28 Januari 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................ii
BAB I.............................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................1
1.3 Tujuan......................................................................................2
BAB II............................................................................................1
PEMBAHASAN...............................................................................1
2.1 Pengertian Puskesmas...............................................................1
2.2 Fungsi Puskesmas.....................................................................2
2.3 Kedudukan Puskesmas.............................................................3
2.4 Struktur Organisasi..................................................................4
2.5 Sistem Puskesmas.....................................................................5
2.6 Model Sistem Puskesmas..........................................................7
2.7 Elemen Sistem, Suprasistem, Struktur Intern dan Ekstern
Struktur Intern dan Ekstern..........................................................9
2.8 Analisa Sistem Kesehatan.................................................11
BAB III..........................................................................................17
PENUTUP.....................................................................................17
3.1 Kesimpulan..........................................................................17
DAFTAR PUSTAKA........................................................................18

ii
i
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pembangunan kesehatan yang dilaksanakan dalam dasawarsa
terakhir masih menghadapi berbagai masalah yang belum sepenuhnya
dapat diatasi. Untuk itu diperlukan pemantapan dan percepatan melalui
sistem kesehatan nasional sebagai bentuk dan cara penyelenggaraan
pembangunan kesehatan yang disertai berbagai terobosan penting
seperti : pengembangan desa siaga, jaminan Kesehatan masyarakat, serta
program perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi (P4K). 1

Sesuai dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 72


Tahun 2012 Tentang Sistem Kesehatan Nasional, Sistem Kesehatan
Nasional, yang selanjutnya disingkat SKN adalah pengelolaan kesehatan
yang diselenggarakan oleh semua komponen bangsa Indonesia secara
terpadu dan saling mendukung guna menjamin tercapainya derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.2
SKN dilaksanakan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau
masyarakat, yang dilaksanakan secara berkelanjutan, sistematis, terarah,
terpadu, menyeluruh, dan tanggap terhadap perubahan dengan menjaga
kemajuan, kesatuan, dan ketahanan nasional berdasarkan standar
persyaratan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Perubahan Lingkungan yang strategis ditandai dengan
berlakukanya berbagai regulasi penyelenggaraan kepemerintahan, seperti
UU 32 tahun 2004 tentang pemerintah daerah, UU nomor 33 tahn 2004
tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah
daerah, UU 25 tahun 2004 tentang sistem perencanaan pembangunan
nasional, dan UU 17 tahun 2007 tentang rencana pembangunan jangka
panjang nasional tahun 2005-2025. 1

Disamping itu sistem kesehatan di seluruh dunia sedang


menghadapi tantangan yang luar biasa, yaitu dengan adanya kondisi
pandemi COVID19, dalam penanganan kesehatan masyarakat akibat
pandemi COVID-19 tidak bisa hanya mengandalkan kekuatan pemerintah
4
pusat dan daerah, tetapi seluruh elemen bangsa memberikan
kontribusinya.
1 Lihat Keputusan Menteri Kesehatan NOmor 374/MENKES/SK/2009 tentang Sistem
Kesehatan NAsional
2 Lihat Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2012 Tentang Sistem
Kesehatan Nasional
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian Sistem Kesehatan ?
2. Apakah pengertian sistem kesehatan nasional ?
3. Apa saja subsistem dalam sistem kesehatan nasional?
4. Apasaja elemen-elemen yang terdapat dalam suatu sistem ?
5. Identifikasi masing-masing subsistem dalam sistem
kesehatan dengan pendekatan Input - Proses - Output (IPO) ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang sistem kesehatan
2. Untuk mengetahui tentang sistem kesehatan nasional
3. Untuk mengetahui indikator sistem kesehatan nasional
4. Untuk mengetahui elemen-elemen yang terdapat dalam
sistem
5. Untuk mengetahui penjelasan masing-masing indikator
sistem kesehatan dengan pendekatan IPO

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Sistem Kesehatan3

Sistem Kesehatan adalah suatu jaringan penyedia pelayanan


kesehatan (supply side) dan orang-orang yang menggunakan pelayanan
tersebut (demand side) di setiap wilayah, serta negara dan organisasi yang
melahirkan sumber daya tersebut, dalam bentuk manusia maupun dalam
bentuk material. Dalam definisi yang lebih  luas lagi, sistem kesehatan
mencakup sektor-sektor lain seperti pertanian dan lainnya. (WHO; 1996).

WHO mendefinisikan sistem kesehatan sebagai berikut:

Health system is defined as all activities whose primary purpose is to


promote, restore or maintain health. Formal Health services, including the
professional delivery of personal medical attention, are clearly within these
boundaries. So are actions by traditional healers, and all use of medication,
whether prescribed by provider or no, such traditional public health activities
as health promotion and disease prevention, and other health enhancing
intervention like road and environmental safety improvement, specific health-
related education, are also part of the system.

WHO mendefinisikan sistem kesehatan sebagai seluruh kegiatan yang


mana mempunyai maksud utama untuk meningkatkan dan memelihara
kesehatan. Mengingat maksud tersebut di atas, maka termasuk dalam hal
ini tidak saja pelayanan kesehatan formal, tapi juga tidak formal, seperti
halnya pengobatan tradisional. Selain aktivitas kesehatan masyarakat
radisional seperti promosi kesehatan dan pencegahan penyakit, peningkatan
keamanan lingkungan dan jalan raya, pendidikan yang berhubungan dengan
kesehatan merupakan bagian dari sistem

Sistem kesehatan paling tidak mempunyai 4 fungsi pokok yaitu:


Pelayanan kesehatan, pembiayaan kesehatan, penyediaan sumber daya
6 dan
stewardship/regulator. Fungsi-fungsi tersebut akan direpresentasikan dalam
bentuk subsistem dalam sistem kesehatan, dikembangkan sesuai
kebutuhan.
2.2 Sistem kesehatan nasional1
Sistem Kesehatan Nasional (SKN) adalah bentuk dan cara
penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang memadukan berbagai upaya
bangsa indonesia dalam satu derap langkah guna menjamin tercapainya
tujuan pembangunan kesehatan dalam rangka mewujudkan kesehajteraan
rakyat sebagaimana dimaksud dalam UUD 1945.
Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua
komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud.
Pembagunan kesehatan diselenggarakan berdasarkan pada : (1)
perikemanusiaan, (2) pemberdayaan dan kemandirian, (3) Adil dan merata,
serta (4) pengutamaan dan manfaat.
Sistem Kesehatan nasional perlu dilaksanakan dalam konteks pembagunan
kesehatan secara keseluruhan dengan mempertimbangkan determinan
sosial, seperti : kondisi kehidupan sehari-hari, tingkat pendidikan,
pendapatan keluarga, ditribusi kewenangan, keamanan, sumberdaya,
kesadaran masyarakat, serta kemampuan tenaga kesehatan dalam
mengatasi masalah-maslaah tersebut.
SKN 2009 merupakan perubahan dari SKN 2004 dengan berbagai
perubahan dan tantangan eksternal dan internal, yang merupakan pedoman
tentang bentuk dan cara pembangunan penyelenggaraan kesehatan baik
oleh masyarakat, swasta, maupun oleh pemerintah pusat, dan pemerintah
daerah serta pihak terkait lainnya.
SKN ini disusun dengan memperhatikan pendekatan revitalisasi
pelayanan kesehatan dasar yang meliputi :
1. Cakupan pelayanan kesehatan yang adil dan merata
2. Pemberian pelayanan kesehatan yang berpihak kepada rakyat 7
3. Kebijakan pembangunan kesehatan
4. Kepemimpinan
Selin itu, SKN ini jyga disusun dengan memperhatikan
inovasi/teroboson dalam penyelenggaraan pembagunan kesehatan secara
luas, termasuk penguatan sistem rujukan.

2.3 Subsistem dalam Sistem Kesehatan Nasional


Beberapa indikator dalam sistem kesehatan masyarakat belum
nampak perbaikan yang signifikan. Upaya percepatan pencapaian indikator
kesehatan dalam lingkungan strategis baru harus dapat terus diupayakan
dengan perbaikan sistem kesehatan nasional.

Subsistem dalam Sistem Kesehatan Nasional, yaitu :


1. Upaya Kesehatan
2. Pembiayaan kesehatan
3. Sumber daya manusia kesehatan
4. Sediaan farmasi, Alat Kesehatan dan makanan
5. Manajemen dan informasi kesehatan
6. Pemberdayaan masyarakat

Penjelasan dari masing - masing subsistem tersebut diatas yaitu :4


1. Subsistem Upaya Kesehatan
Subsistem Upaya Kesehatan merupakan acuan dari kegiatan-
kegiatan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Terdapat
tiga tingkatan upaya kesehatan, yaitu tingkat pertama (primer), tingkat
kedua (sekunder), dan tingkat ketiga (tersier). Ketiga tingkatan
tersebut juga bisa dibagi lagi menjadi pelayanan kesehatan perorangan
dan pelayanan kesehatan masyarakat. Dalam pelaksanaannya, ketiga
tingkatan tersebut menggunakan sistem rujuk.
Ada empat unsur dari subsistem upaya kesehatan sebagai
berikut:

1) Upaya kesehatan yaitu kegiatan pencegahan penyakit,


peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit, dan pemulihan
kesehatan.
2) Fasilitas pelayanan kesehatan sebagai alat dan/atau tempat
yang digunakan untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan.
3) Sumber daya upaya kesehatan yang terdiri dari tenaga
8
kesehatan, fasilitas, pembiayaan, sediaan farmasi dan alat
kesehatan, serta manajemen, informasi dan regulasi kesehatan.
4) Pembinaan dan pengawasan upaya kesehatan untuk menjamin
standar dan mutunya.
Peraturan ini menyatakan pemerintah memiliki kewajiban
menyediakan pelayanan kesehatan perorangan primer di seluruh
wilayah, terutama bagi masyarakat miskin, daerah terpencil, perbatasan,
pulau-pulau terluar dan terdepan, serta yang tidak diminati swasta. Bagi
penduduk miskin, pemerintah juga wajib membiayai pelayanan
kesehatan perorangan primer mereka.

2. Subsistem Pembiayaan Kesehatan

Subsistem ini mengatur penyelenggaraan pembiayaan kesehatan,


dari penggalian, pengalokasian, hingga pembelanjaan dana kesehatan.
Tujuannya adalah tersedianya pembiayaan yang memadai, dialokasikan
secara adil, dan dimanfaatkan untuk membangun upaya kesehatan
secara merata, terjangkau, dan bermutu bagi seluruh masyarakat.
Pembiayaan kesehatan adalah kunci dari terselenggarakannya berbagai
subsistem lain dalam SKN.

Subsistem Pembiayaan Kesehatan memiliki tiga unsur utama


yaitu 

1) dana,

2) sumber daya (meliputi SDM pengelola, sarana, standar, regulasi


dan kelembagaan), dan 

3) pengelolaan dana kesehatan (seperangkat aturan mengenai


mekanisme penggalian, pengalokasian, pembelanjaan dana
kesehatan, dan pertanggungjawaban).

Dalam penyelenggaraannya, terdapat tiga kegiatan utama.


Pertama, penggalian dana dari pemerintah pusat dan pemerintah daerah
melalui pajak dan APBN/APBD, dari swasta melalui kemitraan, dan dari
masyarakat secara sukarela. Pembiayaan kesehatan pada dasarnya
bukan hanya tanggung jawab pemerintah pusat dan daerah saja, tetapi
juga masyarakat dan swasta. 9

Meski begitu, pemerintah memiliki kewajiban untuk menanggung


pembiayaan kesehatan untuk masyarakat miskin dan tidak mampu. UU
Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, Pasal 171, menjelaskan
pemerintah pusat harus menganggarkan minimal 5 persen dari APBN di
luar gaji. Sementara pemerintah daerah perlu menganggarkan minimal
10 persen dari APBD di luar gaji.

Kedua, pengalokasian dana melalui perencanaan anggaran


kesehatan. Prioritas dari alokasi dana ini adalah upaya kesehatan
primer, program bantuan sosial bagi masyarakat miskin dan tidak
mampu, dan pembangunan kesehatan di  daerah terpencil, perbatasan,
pulau-pulau terluar dan terdepan, serta yang tidak diminati swasta.

Ketiga, pembelanjaan yang dilakukan secara efektif dan efisien


dengan pengelolaan yang transparan, akuntabel, serta menerapkan
prinsip penyelenggaraan tata pemerintahan yang baik (good governance).

3. Subsistem Sumber Daya Manusia Kesehatan (SDMK)

Subsistem SDM bertujuan agar tersedianya tenaga kesehatan yang


bermutu, dalam jumlah dan jenis yang mencukupi, terdistribusi secara
adil, dan didayagunakan secara optimal untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat. Terdapat tiga unsur dalam Subsistem SDM, yaitu

1) sumber daya manusia kesehatan;

2) sumber daya pengembangan dan pemberdayaan sumber daya


manusia kesehatan;

3) penyelenggaraan pengembangan dan pemberdayaan sumber


daya manusia kesehatan.

Subsistem ini menjadi acuan bagi tenaga kesehatan yaitu harus


memiliki kualifikasi minimum dan izin dari pemerintah, memenuhi
ketentuan kode etik, standar profesi, hak pengguna pelayanan
kesehatan, standar pelayanan, dan standar prosedur operasional.
Pemerintah melakukan pembinaan dan pengawasan praktik profesi
melalui uji kompetensi, sertifikasi, registrasi, dan pemberian izin
praktik/izin kerja bagi tenaga kesehatan yang memenuhi syarat.
10

4. Subsistem Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Makanan


Subsistem ini meliputi berbagai kegiatan antara lain :
1) menjamin keamanan, khasiat, manfaat, dan mutu semua
produk sediaan farmasi, alat kesehatan, dan makanan yang
beredar;
2) menjamin ketersediaan, pemerataan, dan keterjangkauan obat,
terutama obat esensial;
3) perlindungan masyarakat dari penggunaan yang salah dan
penyalahgunaan obat;
4) penggunaan obat yang rasional;
5) serta upaya kemandirian di bidang kefarmasian melalui
pemanfaatan sumber daya dalam negeri.

Ada lima unsur dari subsistem sediaan farmasi, alat kesehatan,


dan makanan, yaitu (a) kesediaan komoditi dalam jenis, bentuk, dosis,
jumlah, dan khasiat yang tepat, (b) sumber daya dalam bentuk SDM
yang kompeten di bidang farmasi, fasilitas produksi, distribusi, dan
pelayanan, serta pembiayaan dari pemerintah, (c) pelayanan kefarmasian
yang dapat menjamin penggunaan sediaan farmasi dan alat kesehatan,
secara rasional, aman, dan bermutu; (d) pengawasan komprehensif
melalui standardisasi, evaluasi produk sebelum beredar, sertifikasi,
pengawasan produk sebelum beredar, dan pengujian produk; (e)
pemberdayaan masyarakat agar dapat terlibat aktif dalam penyediaan
dan penggunaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan makanan serta
terhindar dari penggunaan yang salah.

5. Subsistem Manajemen, dan Informasi Kesehatan

Subsistem ini meliputi manajemen kesehatan, kebijakan


kesehatan, administrasi kesehatan, hukum kesehatan, dan informasi
kesehatan. Tujuannya untuk mewujudkan kebijakan kesehatan yang
sesuai dengan kebutuhan, berbasis bukti dan operasional,
terselenggaranya fungsi-fungsi administrasi kesehatan yang berdaya
guna dan akuntabel, serta didukung hukum kesehatan dan sistem
informasi kesehatan.

Untuk menggerakkan pembangunan kesehatan secara berhasil


11
guna dan berdaya guna, diperlukan manajemen kesehatan. Peranan
manajemen kesehatan adalah koordinasi, integrasi, regulasi,
sinkronisasi, dan harmonisasi berbagai subsistem SKN agar efektif,
efisien, dan transparansi dalam penyelenggaraan SKN tersebut.
Dalam proses pembuatan kebijakan kesehatan, pemerintah perlu
melibatkan  masyarakat dan berbagai stakeholders terkait. Kebijakan
kesehatan harus mengacu kepada kebijakan pembangunan kesehatan
nasional dan penetapan skala prioritas berbasis bukti. Pembagian peran
dalam pengelolaan kebijakan kesehatan adalah sebagai berikut.
Pemerintah pusat menetapkan kebijakan kesehatan, pemerintah daerah
provinsi membimbing dan mengendalikan kebijakan kesehatan, dan
pemerintah daerah kabupaten/kota menyelenggarakan bimbingan dan
pengendalian operasional urusan kesehatan.

6. Subsistem Pemberdayaan Masyarakat

Subsistem Pemberdayaan Masyarakat ada untuk meningkatnya


kemampuan masyarakat dalam berperilaku hidup sehat, mampu
mengatasi masalah kesehatan secara mandiri, berperan aktif dalam
setiap pembangunan kesehatan, serta menjadi penggerak dalam
mewujudkan pembangunan kesehatan. Kegiatannya meliputi
penggerakan masyarakat, pengorganisasian dalam pemberdayaan,
advokasi, kemitraan, dan peningkatan sumber daya.

Pemerintah memiliki peran untuk membuka akses informasi dan


dialog, menyiapkan regulasi, membekali masyarakat dengan
pengetahuan dan keterampilan, serta memberi dukungan sumber daya
untuk melaksanakan upaya kesehatan dan mendorong terbentuknya
Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM). Sementara, peran
masyarakat dalam pembangunan kesehatan adalah dengan mendirikan
fasilitas pelayanan kesehatan serta melakukan promosi kesehatan
kepada masyarakat lainnya.

Sedangkan Sistem Kesehatan Daerah menguraikan secara


spesifik unsur-unsur upaya kesehatan, pembiayaan kesehatan,
sumberdaya manusia kesehatan, sumberdaya obat dan perbekalan
kesehatan, pemberdayaan masyarakat, dan manajemen kesehatan
sesuai dengan potensi dan kondisi daerah. SKD merupakan acuan
12
bagi berbagai pihak dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan
di daerah
3 https://sistemkesehatan.net/memahami-sistem-kesehatan
4 https://cisdi.org/id/gva_event/mengenal-sistem-kesehatan-nasional/
2.4 Identifikasi subsistem dalam Sistem Kesehatan NAsional
1) Subsistem Upaya Kesehatan
Permasalahan dan tantangan :
a. Jumlah SDMK belum memadai
b. Penyebaran SDMK belum merata
c. Masih diperlukan peningkatan SDM dalam menjaga mutu
pelayanan kesehatan

2) Subsistem Pembiayaan kesehatan


Permasalahan dan tantangan :
a. Jumlah SDMK belum memadai
b. Penyebaran SDMK belum merata
c. Masih diperlukan peningkatan SDM dalam menjaga mutu
pelayanan kesehatan

Sub system pembiayaan kesehatan


Komponen identifikasi
input 1. Man
 Belum cukup nya tenaga ahli keuangan
dalam system manajemen keuangan
kesehatan
2. Money
 Kurang nya dana untuk pembiayaan
kesehatan
 Tinggi nya angka kesakitan berdampak
terhadap biaya kesehatan

3. Material
 Kesenjangan antara kebutuhan dan
persediaan
4. Metode
 System pembukuan keuangan yang masih
belum sesuai dengan juknis
 Metode pembayaran kepada penyelenggara
pelayanan masih terbatas
5. Markets
 Jumlah masyarakat yang memiliki jaminan
13
kesehatan masih terbatas ( kurang dari
20%)

6. Machine
 pembiayaan bersumber dari pemerintah,
proses 1. Proses perencanaan kebutuhan tenaga ahli
keuangan dalam kesehatan
2. Proses pelatihan dan pendidikan bagi tenaga
keuangan
3. Proses penghitungan serta perkiraan biaya dalam
pelayanan kesehatan

4. Pemetaan serta inventarisasi asaet serta dana


dalam system pelayanan kesehatan
5. Proses penggunaan biaya yang terpenuhi
6. Proses perbaikan system pembayaran kepada
penyelenggara
7. Proses pemerataan pengguna jaminan kesehatan
output 1. Tercukupi nya tenaga ahli dalam keuangan
2. Terlaksananya pelatihan dan pendidikan bagi
tenaga keuangan
3. Tersusunnya jumlah anggaran biaya sewrta aset
dalam pelayanan kesehatan
4. System pembayaran terhadap penyelenggara yang
baik
5. Terjadinya pemerataan pengguna jaminan
kesehatan

3) Subsistem Sumber daya manusia kesehatan


Permasalahan dan tantangan :
a. Jumlah SDMK belum memadai
b. Penyebaran SDMK belum merata
c. Masih diperlukan peningkatan SDM dalam menjaga mutu
pelayanan kesehatan

Komponen Identifikasi
Input
1. Man

 belum memadainya jumlah SDM kesehatan

 masih rendahnya kompetensi tenaga


perencanaan dalam memperhitungkan
kebutuhan tenaga
14
2. Money

 dukungan pembiayaan yang masih


belum cukup tersedia
3. Material

 rasio tenaga kesehatan dengan jumlah


penduduk yang masih belum seimbang

4. Metode

 belum optimalnya pelaksanaan sistem


informasi dalam perencanaan
kepegawaian

5. Markets
 jenis petugas puskesmas yang belum
sesuai dengan jenis ketenagaan yang
wajib ada di puskesmas
 Belum meratanya distribusi ketenagaan
di fasyankes

6. Machine

 Kebijakan pemerintah/ kepala daerah


dan manajemen ASN yang kompleks
Proses
1. Proses membuat perencanaan dan
penyusunan kebutuhan SDMK secara
tepat

2. Proses pemanfaatan data dan sistem


informasi kepegawaian

3. Proses pembuatan regulasi/kebijakan


yang masih belum sama antar daerah

Output 1. Kesenjangan SDMK terkait kecukupan


jumlah dan jenis tenaga kesehatan di
masing-masing daerah
2. Tidak meratanya distribusi masing-masing
15
jenis tenaga kesehatan di fasyankes

4) Subsistem Sediaan farmasi, Alat Kesehatan dan makanan


Permasalahan dan tantangan :
a. Jumlah SDMK belum memadai
b. Penyebaran SDMK belum merata
c. Masih diperlukan peningkatan SDM dalam menjaga mutu
pelayanan kesehatan

5) Subsistem Manajemen dan informasi kesehatan


Permasalahan dan tantangan :
a. Jumlah SDMK belum memadai
b. Penyebaran SDMK belum merata
c. Masih diperlukan peningkatan SDM dalam menjaga mutu
pelayanan kesehatan

6) Subsistem Pemberdayaan masyarakat


Permasalahan dan tantangan :
a. Keberhasilan pembangunan kesehatan di Indonesia tidak terlepas
dari partisipasi aktif masyarakat
b. Bentuk UKBM (Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat) telah
banyak terbentuk, antara lain posyandu balita, psoyandu lansia,
posbindu dan sebagainya

Komponen Identifikasi
Input
1. Man

 belum memadainya pengetahuan kader


dalam pelaksanaan kegiatan UKBM

2. Money

 Adanya dukungan pembiayaan kegiatan


UKBM melalui kegiatan Dana desa,
APBD dan dana lainnya yang tidak
mengikat

3. Material
16
 Peralatan dan perlengkapan di UKBM
belum tersedia lengkap

 Belum semua posyandu yang


representatif (masih ada yang
menumpang)

4. Metode

 Beberapa UKBM sudah terlaksana sesuai


dengan yang ditetapkan. Seperti
pelaksanaan 7 langkah di POsyandu
balita

5. Markets

belum semua sasaran yang datang ke


posyandu sesuai dengan jadwal yang telah
ditetapkan

6. Machine

 Regulasi/kebijakan terkait UKBM yang


dilaksanakan di desa/kelurahan melalui
keputusan Kepala desa/kelurahan
Proses
1. Proses pendataan sasaran

2. Proses pelaksanaan masing-masing


UKBM

3. Proses analisis status gizi sasaran (KMS)


Output 1. Terpantaunya kesehatan sasaran UKBM
dengan melakukan pemeriksaan kesehatan
berkala
2. Terdatanya sasaran yang mempunyai
permasalahan kesehatan serta
penanggulangannya

terpenuhi menunjukkan keadaan sebenarnya atau tidak


berfunginya manajemen dari proses tersebut diatas.

b. Komponen Output
Kualitas (mutu) pelayanan Kesehatan Masyarakat oleh
17
PUSKESMAS (Preventif, Promosi, Kuratif, Rehabilitatif ) yang
optimal.
1. Komponen Ouput ini diuraikan kegiatan program-
program dan interaksinya dari pencapaian mutu
pelayanan kesehatan Puskesmas yang telah
dilaksanakan oleh Puskesmas baik preventif, promosi,
kuratif maupun rehabilitatif yang dinyatakan dalam
satuan jumlah persatuan waktu atau cakupan/hasil
kegiatan, kunjungan frekwensi kontak dan lain-lain.
2. Optimal disini menunjukkan pelayanan program-
program yang berkisar antara 80-100% (sebagai contoh)
dari semua komponen proses pelayanan kesehatan
masyarakat yang dilakukan oleh Puskesmas (cakupan
dan target). Dibawah 80 % kualitas pelayanan program
pelayanan Puskesmas dikatakan tidak atau kurang
optimal.

B. Penilaian Masalah
Setelah disusun pedoman analisanya, selanjutnya dibuat
penilaian terhadap masalah yang kemungkinan timbul pada
pusat pelayanan kesehatan masyarakat (Puskesmas). Disini
dapat dibuat dengan model kualitatif sebagai contoh.
Pertama; dimulai dari uraian masalah pada komponen
output (tetap berpedoman pada pedoman analisa diatas).
Contoh masalah sebagai berikut: Kualitas Pelayanan
Kesehatan Masyarakat Oleh Puskesmas (Preventif, Promosi,
Kuratif, Rehabilitatif ) Kurang Optimal
a. Komponen Input

18
BAB III
PENUTUP

19

Anda mungkin juga menyukai