MAKALAH
Disusun Oleh :
DAFTAR ISI....................................................................................................................................i
BAB I...............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...........................................................................................................................1
1.3 Manfaat..................................................................................................................................2
BAB II.............................................................................................................................................3
KERANGKA TEORI......................................................................................................................3
2.6 Arah Kebijakan Upaya untuk menjamin ketersediaan obat, vaksin dan alat kesehatan......11
BAB III..........................................................................................................................................14
PEMBAHASAN............................................................................................................................14
i
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................ii
ii
BAB I
PENDAHULUAN
mampu memberikan pelayanan kesehatan ke semua orang, kapan dan dimanapun orang
itu dibutuhkan, dalam arti lain Sistem Kesehatan adalah sekumpulan dari total
organisasi, institusi dan sumber daya yang tujuan utamanya untuk mempromosikan,
Daerah, dan atau Masyarakat antara lain badan hukum, badan usaha, beserta lembaga
swasta yang secara terpadu dan tepat guna sehingga bisa tercapai derajat kesehatan
terkait munculnya pandemi Covid 19. Permasalahan yang dihadapi oleh sistem
kesehatan 2012 adalah belum mampu menciptakan kapasitas daerah yang merata
Status Kesehatan (Kondisi capaian pembangunan kesehatan) dan kapasitas fiskal daerah
1
2
masih banyak provinsi di Indonesia masih belum memiliki kapasitas daerah yang
memenuhi standar.
Hidup Sehat (GERMAS) belum optimal, sistem surveilans kesehatan yang belum
terintegrasi dan belum real time, beban ganda di bidang gizi dan beban ganda di bidang
penyakit, belum sinkron antara kebutuhan, produksi dan distribusi tenaga kesehatan,
dan pemenuhan obat serta kesediaan farmasi yang masih bergantung kepada negara lain.
Tantangan inilah yang menjadi dasar bagi Bappenas untuk merancang suatu reformasi
mengemukakan pandangan terhadap salah satu tantangan yaitu apakah sudah tepat jika
Bappenas memasukkan pemenuhan obat dan sediaan farmasi bergantung pada negara
1.3 Manfaat
1. Hasil diskusi dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi kedepannya mengenai obat dan
sediaan farmasi di Indonesia yang saat ini masih bergantung pada negara lain.
BAB II
KERANGKA TEORI
perubahan dengan menjaga kemajuan, kesatuan, dan ketahanan nasional yang menjadi
3
4
acuan dalam penyusunan dan pelaksanaan pembangunan kesehatan yang dimulai dari
subsistem dari SKN, yaitu pengelolaan berbagai upaya yang menjamin keamanan,
khasiat/manfaat, mutu sediaan farmasi, alat kesehatan, dan makanan. Sedangkan yang
dimaksud sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional, dan kosmetika.
Penyelenggaraan subsistem sediaan farmasi, alat kesehatan, dan makanan betujuan agar
tersedianya sediaan farmasi, alat kesehatan, dan makanan yang terjamin aman,
berkhasiat/bermanfaat dan bermutu, dan khusus untuk obat dijamin ketersediaan dan
tingginya. Unsur-unsur subsistem sediaan farmasi, alat kesehatan, dan makanan terdiri
dari:
a. Komoditi.
tersedia dalam jenis, bentuk, dosis, jumlah, dan khasiat yang tepat, begitupun dengan
alat kesehatan harus tersedia dalam jenis, bentuk, jumlah, dan fungsinya.
5
b. Sumber daya
Sumber daya dalam penyelenggaraan sediaan Farmasi, alat kesehatan, dan makanan
teridiri dari :
Sumber daya manusia yang mengerti dan terampil dalam bidang sediaan farmasi,
alat kesehatan, dan makanan harus dengan jumlah yang cukup serta mempunyai
Fasilitas sediaan farmasi, alat kesehatan, dan makanan yaitu peralatan atau tempat
yang harus memenuhi kebijakan yang telah ditetapkan, baik di fasilitas produksi,
Pembiayaan yang cukup dari Pemerintah dan Pemerintah Daerah diperlukan untuk
menjamin ketersediaan dan keterjangkauan obat, terutama obat dan alat kesehatan
c. pelayanan kefarmasian
dan alat kesehatan, secara rasional, aman, dan bermutu di semua fasilitas pelayanan
d. pengawasan
sebelum beredar, sertifikasi, pengawasan produk sebelum beredar, dan pengujian produk
ditujukan untuk menjamin setiap sediaan farmasi, alat kesehatan, dan makanan yang
6
beredar memenuhi standar dan persyaratan keamanan, khasiat/manfaat, dan mutu produk
e. Pemberdayaan masyarakat.
Masyarakat harus senantiasa dilibatkan secara aktif agar sadar dan dapat lebih berperan
dalam penyediaan dan penggunaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan makanan serta
terhindar dari penggunaan yang salah dan penyalahgunaan. Oleh karena itu perlu
penyediaan unit pelayanan publik bidang kesehatan menangani berbagai masalah yang
mudah diakses oleh masyarakat dan menerima keluhan atau pertanyaan terkait dengan
dari:
3. Rasional;
5. Kemandirian.
Prinsip kemandirian yang dimaksud, kita harus mampu mengelola potensi sumber
daya dalam negeri, utamanya bahan baku obat dan obat tradisional harus dikelola secara
profesional, sistematis, dan berkesinambungan sehingga memiliki daya saing tinggi dan
mengurangi ketergantungan dari sumber daya luar negeri serta menjadi sumber ekonomi
aktif obat yaitu setiap bahan maupun campuran bahan yang akan digunakan dalam
pembuatan sediaan farmasi yang jika digunakan dalam pembuatan obat akan menjadi zat
aktif obat tersebut, sedangkan bahan tambahan merupakan suatu bahan yang bukan
berupa zat aktif yang telah di teliti keamanannya. Kementrian Kesehatan RI telah
jalan Pengembangan bahan baku obat yang bertujuan untuk peningkatan pengembangan
Akan tetapi lebih dari 90% bahan baku obat adalah diimpor. Tiongkok, India dan
kawasan Eropa merupakan negara pemasok bahan baku obat di Indonesia, dengan
Selain 90% bahan aktif dan bahan pendukung pembuatn obat, 50% komponen
Indonesia belum memiliki rangkaian industri kimia dasar yang cukup andal untuk
industri secepatnya harus dilakukan untuk mengejar ketertinggalan dari induatri farmasi
global (4).
produk biologi yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi
pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi, untuk manusia (UU No. 36 Tahun
2009 tentang Kesehatan). Dari waktu ke waktu kondisi penyediaan obat, vaksin dan alat
kesehatan telah mengalami peningkatan secara signifikan, dari 75,50% di tahun 2014
menjadi 85,99% di tahun 2017 kemudian pa da triwulan I di 2018 mencapai 86,63% (3).
terpilih yang dibutuhkan dan tersedia di faskes sebagai acuan dalam pelaksanaan
pelayanan Farmasi. Perhitungan pembiayaan obat dan vaksin harus mengacu pada daftar
Formularium Nasional (Fornas) yang meliputi obat esensial (exhaustive list dari Daftar
Disamping itu, pemenuhan sediaan farmasi harus dipastikan memiliki Nomor Izin Edar
(NIE) yaitu bentuk persetujuan registrasi bagi produk obat, obat tradisional, kosmetik,
suplemen makanan, dan makanan yang dikeluarkan oleh Badan Pengawas Obat dan
Makanan Republik Indonesia agar produk tersebut secara sah dapat diedarkan di wilayah
Indonesia.
9
serta jumlah obat dan perbekalan kesehatan yang dibutuhkan dalam pelayanan
dilakukan dengan dua pendekatan yaitu metode konsumsi dan morbiditas. Dikatakan
metode konsumsi jika perhitungan kebutuhan obat dan perbekalan kesehatan didasarkan
kunjungan ke faskes.
pemerintah pusat, pemerintah daerah, swasta, organisasi masyarakat, serta iuran dari
a. dana alokasi khusus (DAK) bidang kesehatan (dana dari pusat yang turun ke APBD
b. Dana kapitasi yang diterima dari BPJS Kesehatan (maksimal 40% untuk biaya
c. Dana bersumber APBD dari kabupaten yang mampu secara fiskal dapat
Tuberculosis (TB), HIV, malaria, filiariasis, kesehatan Ibu dan anak, disediakan oleh
pemerintah pusat. Sementara untuk faskes dasar swasta, sumber pembiayaan obat berasal
10
dari dana kapitasi dan APBN yaitu untuk obat program melalui Dinas Kesehatan.
Sedangkan dana pengadaan dan penyediaan vaksin di Indonesia bersumber dari APBN
a. Ketersediaan Obat Dan Vaksin Yang Belum Memadai. Ketersediaan obat dan vaksin
ketersediaan obat dan vaksin adalah terkait bahan baku obat yang jumlahnya 90%
masih impor , sebagai contoh kondisi kekurangan sediaan obat ketika awal Juni
Covid - 19 secara siginfikan meningkat, otomatis permintaan obat naik dan hampir
semua tidak siap. Selain itu untuk pemenuhan vaksin COVID-19 di Indonesia adalah
b. Permasalahan Terkait Tata Kelola Obat, Vaksin Dan Alkes (Supply Chain
c. Praktik Penggunaan Obat Rasional (POR) Yang Masih Kurang & Anti Microbial
Resistance (AMR) Yang Semakin Tinggi, Permasalahan POR ini masih terjadi di
keempat indikator POR yaitu persentase antibiotik pada ISPA Non Pneumonia,
persentase antibiotik pada diare non spesifik, persentase injeksi pada mylgia dan
e. Minimnya Kapasitas Produksi Bahan Baku, lebih dari 90% bahan baku obat adalah
diimpor, yang nilai impornya mencapai 25% dari total nilai bisnis farmasi nasional.
f. Minimnya Kapasitas Produksi Alkes Dalam Negeri, Sebanyak 94% dari alkes yang
beredar di Indonesia adalah produk impor, sehingga masih jauh dari kemandirian
g. Kurangnya Daya Saing Industri Obat Tradisional (IOT), Tantangan utama adalah
keamanan, mutu dan khasiatnya. Selain itu, produk illegal obat tradisional yang
2.6 Arah Kebijakan Upaya untuk menjamin ketersediaan obat, vaksin dan alat
kesehatan
Upaya untuk menjamin ketersediaan obat, vaksin dan alat kesehatan yang
terjangkau, merata dan berkualitas terdapat dua arah kebijakan yang utama yaitu:
1) Peningkatan akses, pemerataan, ketersediaan, distribusi rantai suplai obat, vaksin dan
konsumen/masyarakat.
2) Penguatan pengendalian obat, obat tradisional, vaksin, alkes dan PKRT pra dan pasca
Untuk pelaksanaan dua arah kebijakan utama tersebut maka diperlukan beberapa
a. Penguatan kapasitas SDM, sarana prasarana dan infrastruktur baik di pusat maupun
c. Perbaikan sistem pricing (misalnya penentuan HPS obat) dan penetapan tarif JKN
(kapitasi dan INA CBGs) yang secara langsung ataupun tidak langsung akan
d. Penguatan koordinasi antar lembaga pemerintah di tingkat pusat untuk tata kelola
obat, vaksin, alkes dan PKRT (Supply Chain Management) yang lebih baik, terutama
koordinasi peran dan fungsi antara Kementerian Kesehatan, Badan POM dan LKPP.
media) agar dapat mendorong kemandirian produksi farmalkes dalam negeri yang
f. Penetapan paket insentif untuk membangun dan meningkatkan daya saing industri
dan pemerataan obat, vaksin dan alkes serta peningkatan industri obat, obat
PEMBAHASAN
dan sediaan Farmasi bergantung pada negara lain sebagai salah satu tantangan Sistem
Kesehatan Nasional, karena walaupun produksi dalam negeri sudah bisa memenuhi sekitar
70% kebutuhan obat secara nasional, akan tetapi hampir seluruh bahan baku yang digunakan
industri farmasi diperoleh melalui impor yaitu sebesar 95%, sementara itu 25-30% total
biaya produksi obat berasal dari komponen bahan baku, hal ini akan berdampak bagi harga
obat, jika kita melakukan intervensi pada komponen bahan baku (5).
Perusahaan Farmasi harus mengatur strategi supaya beban produksi tidak terlalu
tinggi, karena kita tidak bisa memilih opsi menaikkan harga obat, karena kita harus
mempertimbangkan daya beli masyarkat dan peraturan penetapan harga obat generik dari
pemerintah (3).
ketersediaan obat maupun vaksin di puskesmas rata-rata kurang dari 90%. Selain itu terjadi
disparitas dalam ketersediaan obat dan vaksin antara faskes swasta dibanding fakses
pemerintah. Obat-obatan yang diproduksi di dalam negeri hanya 3%, sedangkan 97% impor.
Dari 10 bahan baku obat terbesar, hanya dua yang diproduksi di dalam negeri yaitu
14
15
Hambatan terpenuhinya ketersediaan obat dari hasil produksi dalam negeri karena,
bahan baku obat di pangsa pasar Indonesia haya 0,4% dari pangsa obat-obatan dunia.
Sehinga, jika produksi bahan baku sendiri dan hanya dijual di Indonesia hal tersebut tidak
akan efektif. Selain itu, persaingan dalam usaha seperti dalam kasus beberapa tahun yang
lalu ketika ada perusahaan di Indonesia yang membuat paracetamol sendiri. Namun, bahan
baku yang digunakan impor dari China dan dalam tahap intermediate. Begitu melihat
Indonesia sukses membuat paracetamol bahan baku yang digunakan dinaikkan harga jualnya
oleh China sehingga perusahaan tersebut merugi (7). Selain itu, hambatan produksi obat
dalam negeri adalah bahan baku yang digunakan. Untuk memenuhi kesanggupan memenuhi
bahan baku obat tersebut dibutuhkan waktu yang lama dan investasi yang besar.
Hal tersebut juga sejalan dengan impor vaksin. Disaat terjadi pandemic Covid-19
PT.Biofarma hanya mampu memenuhi 250 juta dosis, sedangkan kebutuhan minimal adalah
360 juta dosis. Namun, tidak menutup kemungkinan suatu saat nanti Indonesia bisa menjadi
salah satu negara pengekspor vaksin. Hal ini dikarenakan salah satu perusahaan farmasi
yakni PT Biotis Prima Agrisindo memiliki kapaitas produksi mencapai 1 miliar dosis
pertahun (8).
Upaya yang regulasi yang dilakukan untuk memenuhi ketersediaan vaksin dan obat
oleh pemerintah agar terjangkau, merata dan berkualitas terdapat dua kebijakan utama yang
pertama adalah peningkatan, pemerataan, ketersediaan, distribusi rantai suplai obat, vaksin
dan alat kesehatan serta penggunaannya secara rasional oleh fasilitas kesehatan dan
konsumen atau masyarakat dan yang kedua penguatan pengendalian obat, obat tradisional,
16
vaksin, alat kesehatan dan PKRT dan pasca pemasaran untuk memastikan keamanan,
efektivitas dan mutu. Penggunaan obat dengan bahan baku tradisional merupakan upaya
yang sangat baik mengingat Indonesia merupakan penyedia bahan baku herbal terbesar
A. Kesimpulan
Dari 6 tantangan sistem kesehatan nasional yang disampaikan oleh Bappenas yaitu
upaya promotif, preventif melalui Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) belum
optimal, sistem surveilans kesehatan yang belum terintegrasi dan belum real time, beban
ganda di bidang gizi dan beban ganda di bidang penyakit, belum sinkron antara kebutuhan,
informasi dan digitalisasi sistem kesehatan dan pemenuhan obat dan kesediaan farmasi yang
masih bergantung kepada negara lain., kelompok kami setuju bahwa dari masing-masing
masing-masing tantangan tersebut saling terkait untuk mendukung sistem kesehatan nasional
dan-siaran-pers/konsep-reformasi-untuk-tingkatkan-pelayanan-kesehatan/
3. Bappenas. Kajian Sektor Kesehatan Penyediaan obat, vaksin dan alat kesehatan [Internet].
1st ed. Direktorat kesehatan dan gizi masyarakat, editor. Jakarta: Direktorat kesehatan dan
4. Indonesia IF. technological Catch-Up Industri Farmasi Indonesia [Internet]. 1st ed. LIPI,
5. Kementrian Kesehatan. Rencana Aksi Dirjen Kefarmasian dan Alat Kesehatan tahun
6. Putra IR. Menkes: Hanya 3 Persen Obat Diproduksi di Dalam Negeri, Sisanya Impor
https://www.merdeka.com/uang/menkes-hanya-3-persen-obat-diproduksi-di-dalam-
negeri-sisanya-impor.html
7. Vit. Ini Alasan 90% Bahan Baku Obat Indonesia Masih Impor [Internet].
https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-2581493/ini-alasan-90-bahan-baku-obat-
indonesia-masih-impor
https://www.wartaekonomi.co.id/read324271/vaksin-covid-19-diimpor-ini-alasan-
menristek?page=all
9. Faisol E. Indonesia Penyedia Bahan Baku Herbal Terbesar Kedua di Dunia [Internet].
https://bisnis.tempo.co/read/774311/indonesia-penyedia-bahan-baku-herbal-terbesar-
kedua-di-dunia
dan-siaran-pers/konsep-reformasi-untuk-tingkatkan-pelayanan-kesehatan/
3. Bappenas. Kajian Sektor Kesehatan Penyediaan obat, vaksin dan alat kesehatan [Internet].
1st ed. Direktorat kesehatan dan gizi masyarakat, editor. Jakarta: Direktorat kesehatan dan
4. Indonesia IF. technological Catch-Up Industri Farmasi Indonesia [Internet]. 1st ed. LIPI,
5. Kementrian Kesehatan. Rencana Aksi Dirjen Kefarmasian dan Alat Kesehatan tahun
6. Putra IR. Menkes: Hanya 3 Persen Obat Diproduksi di Dalam Negeri, Sisanya Impor
https://www.merdeka.com/uang/menkes-hanya-3-persen-obat-diproduksi-di-dalam-
negeri-sisanya-impor.html
iii
7. Vit. Ini Alasan 90% Bahan Baku Obat Indonesia Masih Impor [Internet].
https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-2581493/ini-alasan-90-bahan-baku-obat-
indonesia-masih-impor
https://www.wartaekonomi.co.id/read324271/vaksin-covid-19-diimpor-ini-alasan-
menristek?page=all
9. Faisol E. Indonesia Penyedia Bahan Baku Herbal Terbesar Kedua di Dunia [Internet].
https://bisnis.tempo.co/read/774311/indonesia-penyedia-bahan-baku-herbal-terbesar-
kedua-di-dunia
iv