html
BAB II
ISI
DAFTAR ISI
JUDUL ....................................................................................................... 1
DAFTAR ISI ............................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................... 3
B. Tujuan ...................................................................................... 5
C. Manfaat .................................................................................... 5
BAB II ISI
A. Sistem Kesehatan Nasional ..................................................... 6
B. Pengertian Pelayanan Kesehatan .......................................... 11
C. Bentuk Dan Jenis Pelayanan Kesehatan ............................... 13
D. Syarat Pokok Pelayanan Kesehatan ...................................... 18
E. Stratifikasi Pelayanan Kesehatan ........................................... 19
F. Jenjang Pelayanan Kesehatan ............................................... 20
G. Upaya Pelayanan Rujukan ..................................................... 21
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................. 25
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 27
DAFTAR PUSTAKA
http://googleweblight.com/?
lite_url=http://wiwijayanti.blogspot.com/2013/09/be
ntuk-dan-jenis-pelayanan-kesehatan.html?m
%3D1&ei=xHPqIal_&lc=en-
ID&s=1&m=686&host=www.google.co.id&ts=1505912
836&sig=ANTY_L2vOeUj_mqxsluJEjAoklfTn7qn4Q
BENTUK DAN JENIS PELAYANAN KESEHATAN
Bentuk pelayanan kesehatan adalah:
1.Pelayanan kesehatan tingkat pertama (primer)
Pelayanan yang lebih mengutamakan pelayanan yang bersifat dasar dan dilakukan
bersama masyarakat dan dimotori oleh:
a.Dokter Umum (Tenaga Medis)
b.Perawat Mantri (Tenaga Paramedis)
Pelayanan kesehatan primer (primary health care), atau pelayanan kesehatan
masyarakat adalah pelayanan kesehatan yang paling depan, yang pertama kali
diperlukan masyarakat pada saat mereka mengalami gangguan kesehatan atau
kecelakaan. Primary health care pada pokoknya ditunjukan kepada masyarakat
yang sebagian besarnya bermukim di pedesaan, serta masyarakat yang
berpenghasilan rendah di perkotaan. Pelayanan kesehatan ini sifatnya berobat jalan
(Ambulatory Services).Diperlukan untuk masyarakat yang sakit ringan dan
masyarakat yang sehat untuk meningkatkan kesehatan mereka atau promosi
kesehatan.
Contohnya : Puskesmas, Puskesmas keliling, klinik.
2.Pelayanan kesehatan tingkat kedua (sekunder)
Pelayanan kesehatan sekunder adalah pelayanan yang lebih bersifat spesialis dan
bahkan kadang kala pelayanan subspesialis, tetapi masih terbatas. Pelayanan
kesehatan sekunder dan tersier (secondary and tertiary health care), adalah rumah
sakit, tempat masyarakat memerlukan perawatan lebih lanjut (rujukan). Di Indonesia
terdapat berbagai tingkat rumah sakit, mulai dari rumah sakit tipe D sampai dengan
rumah sakit kelas A.
Pelayanan kesehatan dilakukan oleh:
a.Dokter Spesialis
b.Dokter Subspesialis terbatas
Pelayanan kesehatan ini sifatnya pelayanan jalan atau pelayanan rawat (inpantient
services).Diperlukan untuk kelompok masyarakat yang memerlukan perawatan inap,
yang sudah tidak dapat ditangani oleh pelayanan kesehatan primer.
Contoh : Rumah Sakit tipe C dan Rumah Sakit tipe D.
3.Pelayanan kesehatan tingkat ketiga (tersier)
Pelayanan kesehatan tersier adalah pelayanan yang lebih mengutamakan
pelayanan subspesialis serta subspesialis luas.
Pelayanan kesehatan dilakukan oleh:
a.Dokter Subspesialis
b.Dokter Subspesialis Luas
Pelayanan kesehatan ini sifatnya dapat merupakan pelayanan jalan atau pelayanan
rawat inap (rehabilitasi).Diperlukan untuk kelompok masyarakat atau pasien yang
sudah tidak dapat ditangani oleh pelayanan kesehatan sekunder.
Contohnya: Rumah Sakit tipe A dan Rumah sakit tipe B.
Menurut pendapat Hodgetts dan Casio, jenispelayanan kesehatansecara umum
dapat dibedakan atas dua, yaitu:
1.Pelayanan kedokteran
Pelayanan kesehatan yang termasuk dalam kelompok pelayanan kedokteran
(medical services) ditandai dengan cara pengorganisasian yang dapat bersifat
sendiri (solo practice) atau secara bersama-sama dalam satu organisasi. Tujuan
utamanya untuk menyembuhkan penyakit dan memulihkan kesehatan, serta
sasarannya terutama untuk perseorangan dan keluarga.
2.Pelayanan kesehatan masyarakat
Pelayanan kesehatan yang termasuk dalam kelompok kesehatan masyarakat
(public health service) ditandai dengan cara pengorganisasian yang umumnya
secara bersama-sama dalam suatu organisasi. Tujuan utamanya untuk memelihara
dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit, serta sasarannya untuk
kelompok dan masyarakat.
https://googleweblight.com/?lite_url=https://rossisanusi.wordpress.com/2010/10/19/ukm-primer-
ukm-sekunder-ukm-tersier/&ei=AzS3coEK&lc=en-
ID&s=1&m=686&host=www.google.co.id&ts=1505911652&sig=ANTY_L3-SPS7CveE2-
ECjjKoeNDZ04VuVw
Di dalam SKN 2009, hal. 36, dikatakan bahwa pembiayaan UKM Primer ditanggung oleh
pemerintah dan masyarakat, tetapi pemerintah “wajib membiayai pelayanan kesehatan
masyarakat yang ditujukan untuk menangani masalah kesehatan masyarakat yang menjadi
prioritas pembangunan. … Pemerintah wajib melaksanakan pelayanan kesehatan masyarakat
primer yang berhubungan dengan prioritas pembangunan melalui kegiatan perbaikan
lingkungan, peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit dan kematian serta paliatif.
Pelaksanaan pelayanan kesehatan masyarakat primer didukung upaya kesehatan penunjang
seperti: surveilans, pencatatan dan pelaporan.” Dari keterangan ini dapat ditarik kesimpulan
bahwa UKM Primer mencakup pencegahan primordial (i.e., penatalaksanaan lingkungan dan
agent penyakit) dan pencegahan primer, sekunder dan tersier pada host (i.e., UKP primer).
Juga dikatakan bahwa penyelenggaraan UKM Primer menjadi tanggung jawab DinKes
Kab/Kota. UKM dapat memberi pengaruh langsung kepada derajat kesehatan masyarakat jika
kepala Puskesmas dan kepala DinKes Kota/Kabupaten membuat keputusan-keputusan yang
memfasilitasi pencegahan primordial dan UKP (pemerintah dan swasta) di wilayah kerjanya.
Dengan sistem surveilans – respons (S-R) yang baik untuk masing-masing penyakit prioritas
mereka dapat mengarahkan sumberdaya, BimTek, kolaborasi lintas sektor dan kebijakan ke
tempat, waktu dan kelompok penduduk yang lebih membutuhkan. Jadi, UKM pada
hakekatnya adalah upaya kesehatan penunjang yang memfasilitasi penatalaksanaan orang
(UKP), agent dan lingkungan penyakit-penyakit prioritas.
Di halaman 38 dari SKN 2009 disebutkan bahwa UKM sekunder “… menerima rujukan
kesehatan masyarakat berupa sarana, teknologi dan didukung oleh pelayanan kesehatan
masyarakat tersier. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan masyarakat rujukan menjadi
tanggung jawab Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan atau Provinsi sebagai fungsi
teknisnya, yakni melaksanakan upaya kesehatan masyarakat yang tidak sanggup atau tidak
memadai dilakukan di tingkat puskesmas. … Dalam penanggulangan penyakit menular, yang
tidak terbatas pada suatu batas administrasi pemerintahan (lintas kabupaten/kota), maka
tingkat yang lebih tinggi (lintas provinsi) yang harus menanganinya.” Ini berarti bahwa
DinKes Kab/Kota bertanggungjawab memberikan BimTek kepada staf PusKesMas, Rumah
Sakit, Praktek Swasta, Apotik, serta sarana kesehatan lain, dan DinKes Provinsi
bertanggungjawab memberikan BimTek kepada DinKes Kab/Kota. BimTek yang diperlukan
ialah BimTek penatalaksanaan host, agent dan lingkungan, yaitu dalam hal deteksi kasus
secara valid dan intervensi kasus secara daya-guna (efficacious). Di dalam struktur organisasi
DinKes yang seharusnya berperan dalam BimTek ialah kelompok JabFung, yaitu para ahli
deteksi kasus dan intervensi kasus. Rujukan sarana dimungkinkan jika Kepala DinKes
mempunyai wewenang untuk merealokasi sarana antar program dan antar unit administratif
dan jika ia dibantu oleh staf struktural yang mengelola logistik secara efektif dan efisien.
SKN 2009, hal. 41, menyatakan bahwa pelaksanaan UKM Tersier “… menjadi tanggung
jawab Dinas Kesehatan Provinsi dan Departemen Kesehatan yang didukung dengan kerja
sama lintas sektor. … Dinas Kesehatan Provinsi dan Departemen Kesehatan dalam fungsi
teknisnya, melaksanakan upaya kesehatan masyarakat dalam bentuk upaya rujukan dari
upaya kesehatan sekunder. … Rujukan upaya kesehatan masyarakat diberikan dalam bentuk
rujukan sarana, rujukan ilmu pengetahuan dan teknologi serta rujukan operasional.” Sama
seperti pada UKM Sekunder, upaya rujukan teknis dilaksanakan oleh staf fungsional yang
memperhatikan logika dan upaya rujukan sarana dilaksanakan oleh staf struktural yang
memperhatikan logistika. Selain itu KemKes bertanggungjawab melaksanakan UKM lintas
batas negara dan provinsi dan merumuskan kebijakan-kebijakan nasional.
http://googleweblight.com/?lite_url=http://www.landasanteori.com/2015/09/pengertian-
pelayanan-kesehatan-pasien.html?m%3D1&ei=U6HVgJVm&lc=en-
ID&s=1&m=686&host=www.google.co.id&ts=1505912836&sig=ANTY_L0XQ9i9PoYlhXHyrDt4cuIMv8
YXvQ
Hak Atas Pelayanan Kesehatan (the right to health care) yang merupakan hak setiap orang dalam
kaitannya dengan hukum kedokteran merupakan hak pasien. Hak atas pelayanan kesehatan
memerlukan penanganan yang sungguh-sungguh sebagaimana yang diakui dan diatur dalam The
Universal Declaration of Human Rights tahun 1948. Beberapa pasal yang berkaitan dengan hak atas
pelayanan kesehatan dimuat dalam article 3 yang berbunyi: “ Everyone has right to life, liberty, and
the security of person” dan dalam Article 5 yang berbunyi: “No one shall be subjected to torture or
to cruel, inhuman or degrading treatment...” Ketentuan lainnya juga termuat dalam International
Covernant on Civil and Political Rights tahun 1966, yakni pada Article 7 yang berbunyi : “No one shall
be subjected to torture or to cruel, inhuman or degrading treatment... in particular, no one shall be
subjected without his free consent to medical or scientific experimentation” dan Article 10 yang
berbunyi: “All persons deprived of their liberty shall be treated with humanity and with respect for
the inherent dignity of the human person”.
Pengaturan mengenai pelayanan kesehatan di Indonesia secara tersirat terdapat dalam Undang-
Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang
Praktik Kedokteran, Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, Peraturan
Presiden Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan.
Berikut ini pengertian pelayanan kesehatan menurut para ahli dan institusi kesehatan
adalah: A.A.Maulana, 2013, http://aamaulana96.blogspot.com/2013/03/sosiologi_16.html?m=1 diakses tanggal 22 Maret 2014 pukul 20.55
WIB.
Pelayanan kesehatan adalah sub sistem pelayanan kesehatan yang tujuan utamanya adalah
pelayanan preventif (pencegahan) dan promotif (peningkatan kesehatan) dengan sasaran
masyarakat.
Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau secara bersama-sama
dalamn suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan
menyembuhkan penyakit serta memulihkan perseorangan, keluarga kelompok, dan ataupun
masyarakat.
Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau secara bersama-sama
dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan
menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok dan
ataupun masyarakat.
Pelayanan Kesehatan adalah upaya yang diselenggarakan sendiri/secara bersama-sama dalam suatu
organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah, dan mencembuhkan
penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok, atau masyarakat.
Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa pelayanan kesehatan adalah sub sistem
pelayanan kesehatan yang tujuan utamanya adalah promotif (memelihara dan meningkatkan
kesehatan), preventif (pencegahan), kuratif (penyembuhan), dan rehabilitasi (pemulihan) kesehatan
perorangan, keluarga, kelompok atau masyarakat, lingkungan. Maksud dari sub sistem disini adalah
sub sistem dalam pelayanan kesehatan yang meliputi: input , proses, output, dampak, umpan
balik.Soekidjo Notoatmodjo, Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni, Cet. 1 (Rineka Cipta, Jakarta, 2007), hlm. 97.
1. Input adalah sub elemen-sub elemen yang diperlukan sebagai masukan untuk berfungsinya
sistem.
2. Proses adalah suatu kegiatan yang berfungsi untuk mengubah masukan sehingga
mengasilkan sesuatu (keluaran) yang direncanakan.
3. Output adalah hal-hal yang dihasilkan oleh proses.
4. Dampak adalah akibat yang dihasilkan oleh keluaran setelah beberapa waktu lamanya.
5. Umpan balik adalah hasil dari proses yang sekaligus sebagai masukan untuk sistem tersebut.
6. Lingkungan adalah dunia diluar sistem yang mempengaruhi sistem tersebut.
SKEMA 2
Sub Sistem Dalam Pelayanan Kesehatan
Sumber: Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni karya Soekidjo Notoatmodjo, hlm. 98.
Tujuan Pelayanan Kesehatan, antara lain: A. A. Maulana, 2013, Sistem Pelayanan Kesehatan,
1. Promotif (memelihara dan meningkatkan kesehatan), hal ini diperlukan misalnya dalam
peningkatan gizi, perbaikan sanitasi lingkungan.
2. Preventif (pencegahan terhadap orang yang berisiko terhadap penyakit), terdiri dari :
o Preventif primer
Terdiri dari program pendidikan, seperti imunisasi,penyediaan nutrisi yang baik, dan
kesegaran fisik.
o Preventif sekunder
Terdiri dari pengobatan penyakit pada tahap dini untuk membatasi kecacatan
dengan cara mengindari akibat yang timbul dari perkembangan penyakit tersebut.
o Preventif tersier.
o Pembuatan diagnosa ditunjukan untuk melaksanakan tindakan rehabilitasi,
pembuatan diagnosa dan pengobatan.
3. Kuratif (penyembuhan penyakit).
4. Rehabilitasi (pemulihan), usaha pemulihan seseorang untuk mencapai fungsi normal atau
mendekati normal setelah mengalami sakit fisik atau mental , cedera atau penyalahgunaan.
Pelayanan yang lebih mengutamakan pelayanan yang bersifat dasar dan dilakukan bersama
masyarakat dan dimotori oleh:
Pelayanan kesehatan primer (primary health care), atau pelayanan kesehatan masyarakat adalah
pelayanan kesehatan yang paling depan, yang pertama kali diperlukan masyarakat pada saat mereka
mengalami gangguan kesehatan atau kecelakaan. Primary health care pada pokoknya ditunjukan
kepada masyarakat yang sebagian besarnya bermukim di pedesaan, serta masyarakat yang
berpenghasilan rendah di perkotaan. Pelayanan kesehatan ini sifatnya berobat jalan (Ambulatory
Services). Diperlukan untuk masyarakat yang sakit ringan dan masyarakat yang sehat untuk
meningkatkan kesehatan mereka atau promosi kesehatan.
Contohnya : Puskesmas, Puskesmas keliling, klinik.
Pelayanan kesehatan sekunder adalah pelayanan yang lebih bersifat spesialis dan bahkan kadang
kala pelayanan subspesialis, tetapi masih terbatas. Pelayanan kesehatan sekunder dan tersier
(secondary and tertiary health care), adalah rumah sakit, tempat masyarakat memerlukan
perawatan lebih lanjut (rujukan). Di Indonesia terdapat berbagai tingkat rumah sakit, mulai dari
rumah sakit tipe D sampai dengan rumah sakit kelas A.
1. Dokter Spesialis
2. Dokter Subspesialis terbatas
Pelayanan kesehatan ini sifatnya pelayanan jalan atau pelayanan rawat (inpantient services) dan
diperlukan untuk kelompok masyarakat yang memerlukan perawatan inap, yang sudah tidak
dapat ditangani oleh pelayanan kesehatan primer.
Contoh : Rumah Sakit tipe C dan Rumah Sakit tipe D.
Pelayanan kesehatan tersier adalah pelayanan yang lebih mengutamakan pelayanan subspesialis
serta subspesialis luas.
Pelayanan kesehatan dilakukan oleh:
1. Dokter Subspesialis
2. Dokter Subspesialis Luas
Pelayanan kesehatan ini sifatnya dapat merupakan pelayanan jalan atau pelayanan rawat inap
(rehabilitasi).Diperlukan untuk kelompok masyarakat atau pasien yang sudah tidak dapat ditangani
oleh pelayanan kesehatan sekunder.
Contohnya: Rumah Sakit tipe A dan Rumah sakit tipe B.
Menurut pendapat Hodgetts dan Casio, jenis pelayanan kesehatan secara umum dapat dibedakan
atas dua, yaitu: Soekidjo Notoatmodjo, op.cit., hlm. 98.
a.Pelayanan kedokteran
Pelayanan kesehatan yang termasuk dalam kelompok pelayanan kedokteran (medical services)
ditandai dengan cara pengorganisasian yang dapat bersifat sendiri (solo practice) atau secara
bersama-sama dalam satu organisasi. Tujuan utamanya untuk menyembuhkan penyakit dan
memulihkan kesehatan, serta sasarannya terutama untuk perseorangan dan keluarga.
Pelayanan kesehatan yang termasuk dalam kelompok kesehatan masyarakat (public health service)
ditandai dengan cara pengorganisasian yang umumnya secara bersama-sama dalam suatu
organisasi. Tujuan utamanya untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit
dan sasarannya untuk kelompok dan masyarakat.
Dalam upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat dilakukan berbagai upaya kesehatan yang
dilakukan secara terpadu, terintregasi dan berkesinambungan untuk memelihara dan meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan,
pengobatan penyakit, dan pemulihan kesehatan oleh pemerintah dan/atau masyarakat. Upaya
kesehatan terbagi menjadi 2, yaitu: Indan Entjang, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Cet. Ketiga Belas (P.T. Citra Aditya Bakti, Bandung,
2000), hlm. 19.
UKM adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat serta swasta,
untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah & menanggulangi timbulnya
masalah kesehatan di masyarakat.
UKP adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat serta swasta,
untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah & menyembuhkan penyakit serta
memulihkan kesehatan perorangan.
Syarat-syarat pokok pelayanan kesehatan yang baik adalah: A. A. Maulana, 2013, Sistem Pelayanan Kesehatan,
Pelayanan kesehatan tersebut harus tersedia dimasyarakat serta bersifat berkesinambungan artinya
semua pelayanan kesehatan yang dibutuhkan masyarakat tidak sulit ditemukan.
c.Mudah dicapai
Dipandang dari sudut lokasi untuk dapat mewujudkan pelayanan kesehatan yang baik pengaturan
distribusi sarana kesehatan menjadi sangat penting.
d.Mudah dijangkau
Dari sudut biaya untuk mewujudkan keadaan yang harus dapat diupayakan biaya pelayanan
kesehatan sesuai dengan kemampuan ekonomi masyarakat.
e.Bermutu
Menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan yang disatu
pihak dapat memuaskan para pemakai jasa pelayanan dan dipihak lain tata cara penyelenggaraanya
sesuai dengan kode etik serta standar yang telah ditetapkan.
Pelayanan kesehatan menyeluruh dan terpadu menurut Somers adalah:* Ibid. penderita,tapi juga latar
belakang ekonomi,sosial,budaya,psikologi dan lainnya.
1. Pelayanan kesehatan yang memadukan berbagai upaya kesehatan yakni peningkatan dan
pemeliharaan kesehatan, pencegahan, penyembuhan penyakit dan pemulihan penyakit.
2. Pelayanan kesehatan yang tidak hanya memperhatikan keluhan
Dalam sistem pelayanan kesehatan dikenal adanya sistem rujukan. Menurut Surat Keputusan
Menteri Kesehatan RI Nomor 32 Tahun 1972, Sistem rujukan adalah suatu sistem penyelenggaraan
pelayanan yang melaksanakan pelimpahan wewenang atau tanggung jawab timbal balik, terhadap
suatu kasus penyakit atau masalah kesehatan, secara vertikal dalam arti dari unit yang terkecil atau
berkemampuan kurang kepada unit yang lebih mampu atau secara horisontal atau secara horizontal
dalam arti antar unit-unit yang setingkat kemampuannya.
Salah satu bentuk pelaksanaan dan pengembangan upaya kesehatan dalam Sistem kesehatan
Nasional (SKN) adalah rujukan upaya kesehatan. Untuk mendapatkan mutu pelayanan yang lebih
terjamin, berhasil guna (efektif) dan berdaya guna (efesien), perlu adanya jenjang pembagian tugas
diantara unit-unit pelayanan kesehatan melalui suatu tatanan sistem rujukan. Dalam pengertiannya,
sistem rujukan upaya kesehatan adalah suatu tatanan kesehatan yang memungkinkan terjadinya
penyerahan tanggung jawab secara timbal balik atas timbulnya masalah dari suatu kasus atau
masalah kesehatan masyarakat, baik secara vertikal maupun horizontal, kepada yang berwenang
dan dilakukan secara rasional. Ibid.
1. Rujukan internal adalah rujukan horizontal yang terjadi antar unit pelayanan di dalam
institusi tersebut. Misalnya dari jejaring puskesmas, puskesmas pembantu ke puskesmas
induk.
2. Rujukan eksternal adalah rujukan yang terjadi antar unit-unit dalam jenjang pelayanan
kesehatan, baik horizontal (dari puskesmas rawat jalan ke puskesmas rawat inap) maupun
vertikal (dari puskesmas ke rumah sakit umum daerah).
Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat
darurat. Rumah sakit merupakan suatu usaha yang pada pokoknya dapat dikelompokkan
menjadi: Alfred Albert Ameln, Kapita Selekta Hukum Kedokteran (Grafikatama Jaya, Jakarta, 1991), hlm 70-71.
Pelayanan medis dalam arti luas yang menyangkut kegiatan promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif.
Pendidikan dan latihan tenaga medis/paramedis.
Penelitian dan pengembangan ilmu kedokteran.
Personalia RS terdiri dari dokter (umum dan spesialis), perawat, paramedis non perawat, dan tenaga
adminstratif serta tenaga teknis.(Danny Wiradharma, Penuntun Kuliah Hukum Kedokteran (Binarupa Aksara, Jakarta, 1996), hlm.
111. ) Berdasarkan pelayanan yang diberikan, RS dapat dibedakan menjadi RS Umum dan RS Khusus.
Rumah Sakit Umum memberikan pelayanan kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit( Republik
Indonesia, Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, Bab VI, Pasal 19, Ayat (2). ) Sedangkan Rumah Sakit Khusus
memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan
disiplin ilmu, golongan umur, organ, jenis penyakit, atau kekhususan lainnya. Republik Indonesia, Undang-
Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, Bab VI, Pasal 19, Ayat (3).
a.RSU Pemerintah, dibagi menjadi:( Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, Bab VI,
Penjelasan Pasal 24, Ayat (2). sedikit 4 (empat) spesialis dasar dan 4 (empat) spesialis penunjang medik. )
1. RSU Pemerintah kelas A adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan
kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) spesialis dasar, 5 (lima) spesialis
penunjang medik, 12 (dua belas) spesialis lain dan 13 (tiga belas) subspesialis.
2. RSU Pemerintah kelas B adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan
kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) spesialis dasar, 4 (empat) spesialis
penunjang medik, 8 (delapan) spesialis lain dan 2 (dua) subspesialis dasar.
3. RSU Pemerintah kelas C adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan
kemampuan pelayanan medik palin
4. RSU Pemerintah kelas D adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan
kemampuan pelayanan medik paling sedikit 2 (dua) spesialis dasar.
RS Khusus juga diklasifikasikan dalam menjadi beberapa kelas, antara lain: Republik Indonesia, Undang-Undang
Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, Bab VI, Penjelasan Pasal 24, Ayat (3).
Rumah Sakit Khusus kelas A adalah Rumah Sakit Khusus yang mempunyai fasilitas dan
kemampuan paling sedikit pelayanan medik spesialis dan pelayanan medik subspesialis sesuai
kekhususan yang lengkap.
Rumah Sakit Khusus kelas B adalah Rumah Sakit Khusus yang mempunyai fasilitas dan
kemampuan paling sedikit pelayanan medik spesialis dan pelayanan medik subspesialis sesuai
kekhususan yang terbatas.
Rumah Sakit Khusus kelas C adalah Rumah Sakit Khusus yang mempunyai fasilitas dan
kemampuan paling sedikit pelayanan medik spesialis dan pelayanan medik subspesialis sesuai
kekhususan yang minimal.
Berdasarkan pengelolaannya, rumah sakit dapat dibagi menjadi rumah sakit publik dan rumah sakit
privat.(Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, Bab VI, Pasal 20, Ayat (1). ) Rumah sakit publik
sebagaimana dapat dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan badan hukum yang bersifat
nirlaba. Rumah sakit publik yang dikelola Pemerintah dan Pemerintah Daerah diselenggarakan
berdasarkan pengelolaan Badan Layanan Umum atau Badan Layanan Umum Daerah sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan. Rumah sakit publik yang dikelola Pemerintah dan
Pemerintah Daerah tidak dapat dialihkan menjadi rumah Sakit privat.( Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor
44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, Bab VI, Pasal 20, Ayat (2), Ayat (3) dan, Ayat (4). ) Sedangkan rumah sakit privat dikelola
oleh badan hukum dengan tujuan profit yang berbentuk Perseroan Terbatas atau Persero.
Rumah sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara
paripurna. Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, Bab III, Pasal 4. Pelayanan kesehatan
secara paripurna adalah Pelayanan Kesehatan Paripurna adalah pelayanan kesehatan yang meliputi
promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit,
Bab I, Pasal 1, Angka 3. Untuk menjalankan tugas tersebut, Rumah Sakit mempunyai fungsi sebagai
berikut: Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, Bab III, Pasal 5.
penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai dengan standar
pelayanan rumah sakit;
pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan kesehatan yang
paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis;
penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka peningkatan
kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan;
penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi bidang kesehatan
dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan
bidang kesehatan;
Rumah Sakit diselenggarakan berasaskan Pancasila dan didasarkan kepada nilai kemanusiaan( Yang
dimaksud dengan ”nilai kemanusiaan” adalah bahwa penyelenggaraan Rumah Sakit dilakukan dengan memberikan perlakuan yang baik dan
manusiawi dengan tidak membedakan suku, bangsa, agama, status sosial, dan ras. ), etika dan profesionalitas(Yang dimaksud dengan
”nilai etika dan profesionalitas” adalah bahwa penyelenggaraan rumah sakit dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki etika profesi dan sikap
profesional, serta mematuhi etika rumah sakit. ), manfaat(Yang dimaksud dengan ”nilai manfaat” adalah bahwa penyelenggaraan Rumah Sakit
harus memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kemanusiaan dalam rangka mempertahankan dan meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat. ), keadilan(Yang dimaksud dengan ”nilai keadilan” adalah bahwa penyelenggaraan Rumah Sakit mampu memberikan pelayanan
yang adil dan merata kepada setiap orang dengan biaya yang terjangkau oleh masyarakat serta pelayanan yang bermutu. ), persamaan hak
dan anti diskriminasi(Yang dimaksud dengan ”nilai persamaan hak dan anti diskriminasi” adalah bahwa penyelenggaraan Rumah Sakit
tidak boleh membedakan masyarakat baik secara individu maupun kelompok dari semua lapisan. ), pemerataan(Yang dimaksud dengan
”nilai pemerataan” adalah bahwa penyelenggaraan Rumah Sakit menjangkau seluruh lapisan masyarakat. ), perlindungan dan
keselamatan pasien(Yang dimaksud dengan ”nilai perlindungan dan keselamatan pasien” adalah bahwa penyelenggaraan Rumah Sakit
tidak hanya memberikan pelayanan kesehatan semata, tetapi harus mampu memberikan peningkatan derajat kesehatan dengan tetap ), serta
mempunyai fungsi sosial(Yang dimaksud dengan “fungsi sosial rumah sakit” adalah bagian dari tanggung jawab yang melekat pada
setiap rumah sakit, yang merupakan ikatan moral dan etik dari rumah sakit dalam membantu pasien khususnya yang kurang/tidak mampu untuk
memenuhi kebutuhan akan pelayanan kesehatan. ). Oleh karena itu, segala kegiatan yang dilaksanakan oleh rumah
sakit harus berdasarkan azas-azas tersebut karena azas-azas ini menjadi pedoman rumah sakit dan
perangkatnya menjalankan tugas dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien.
Fungsi rumah sakit pada awalnya hanya memberikan pelayanan yang bersifat penyembuhan (kuratif)
terhadap pasien melalui rawat inap. Pelayanan kesehatan ini perlahan berubah menjadi karena
kemajuan ilmu pengetahuan khususnya teknologi kedokteran, peningkatan pendapatan dan
pendidikan masyarakat. Pelayanan kesehatan di rumah sakit saat ini tidak saja bersifat kuratif
(penyembuhan) tetapi juga bersifat pemulihan (rehabilitatif). Keduanya dilaksanakan secara terpadu
melalui upaya promosi kesehatan (promotif) dan pencegahan (preventif). Dengan demikian, cakupan
sasaran pelayanan kesehatan lebih luas, yang sebelumnya hanya untuk pasien saja menjadi
berkembang untuk keluarga pasien dan masyarakat umum.( A.A. Gde Muninjaya, Manajemen Kesehatan, Ed.2, Cet. 1
(EGC, Jakarta, 2004), hlm. 220.)
Rumah sakit sebagai institusi pelayanan kesehatan harus melaksanakan tugasnya dengan
mengutamakan kepentingan pasiennya. Rumah sakit tidak boleh mendahulukan kepentingan lain
selain kepentingan pasiennya. Dalam keadaan darurat, rumah sakit harus mendahulukan
kepentingan pasien. Hal ini karena fasilitas pelayanan kesehatan (termasuk RS) wajib memberikan
pelayanan kesehatan bagi penyelamatan nyawa pasien dan pencegahan kecacatan terlebih dahulu.
(Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, Bab VIII, Pasal 32, Ayat (1). ) Rumah sakit tidak boleh
menolak pasien dalam kondisi apapun ataupun meminta uang muka.( Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor
44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, Bab VIII, Pasal 32, Ayat (2). ) Walaupun ada larangan meminta uang muka, RS tetap
meminta uang muka terlebih dahulu sebelum memberikan pelayanan kesehatan kepada pasiennya.
Hal ini sangat disayangkan karena rumah sakit yang berazaskan fungsi sosial ini malah berubah
menjadi berazaskan komersialis. Rumah sakit juga membutuhkan pembayaran atas jasa pelayanan
kesehatan yang telah ia berikan kepada pasiennya. Akan tetapi, ada baiknya kalau rumah sakit
mendahulukan kepentingan pasiennya sebelum meminta uang muka kepada pasien ataupun
keluarga pasien, terutama terhadap pasien yang membutuhkan penanganan medis segera
(emergency patient). Dalam memberikan tindakan medis kepada pasiennya, suatu tindakan medis
sifatnya tidak bertentangan dengan hukum apabila memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: Danny
Wiradharma, Penuntun Kuliah Hukum Kedokteran (Binarupa Aksara, Jakarta, 1996), hlm. 45-46.
Syarat huruf a dan huruf b dapat disebut sebagai syarat legi artis. Pelaksanaan tindakan medis harus
memenuhi ketiga syarat tersebut karena ketiganya saling berhubungan satu dengan yang
lainnya. Ibid, hlm. 45.
Rumah Sakit dalam menjalankan tugasnya harus memperhatikan keselamatan pasiennya. Rumah
sakit wajib menerapkan standar keselamatan pasien.* Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit, Bab IX, Pasal 43, Ayat (1). Keselamatan pasien (patient safety) adalah proses dalam suatu Rumah
Sakit yang memberikan pelayanan pasien yang lebih aman, termasuk di dalamnya asesmen risiko,
identifikasi, dan manajemen risiko terhadap pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan
untuk belajar dan menindaklanjuti insiden, dan menerapkan solusi untuk mengurangi serta
meminimalisir timbulnya risiko. Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, Bab IX, Penjelasan
Pasal 43, Ayat (2).
Dalam proses perawatan kesehatannya, pasien bisa saja mengalami hal-hal yang membahayakan
keselamatannya. Hal-hal membahayakan ini dapat berupa kesalahan medis (medical error), kejadian
yang tidak diharapkan (adverse event), dan kejadian yang nyaris terjadi (near miss). Republik Indonesia,
Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, Bab IX, Penjelasan Pasal 43, Ayat (3).