Anda di halaman 1dari 31

http://aamaulana96.blogspot.co.id/2013/03/sistem-pelayanan-kesehatan.

html

   BAB II

ISI

DAFTAR ISI

JUDUL ....................................................................................................... 1
DAFTAR ISI ............................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................... 3
B. Tujuan ...................................................................................... 5
C. Manfaat .................................................................................... 5
BAB II ISI
A. Sistem Kesehatan Nasional ..................................................... 6
B. Pengertian Pelayanan Kesehatan .......................................... 11
C. Bentuk Dan Jenis Pelayanan Kesehatan ............................... 13
D. Syarat Pokok Pelayanan Kesehatan ...................................... 18
E. Stratifikasi Pelayanan Kesehatan ........................................... 19
F. Jenjang Pelayanan Kesehatan ............................................... 20
G. Upaya Pelayanan Rujukan ..................................................... 21
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................. 25
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 27

A.SISTEM KESEHATAN NASIONAL


1.  Pengertian Sistem
Sistem adalah suatu keterkaitan diantara elemen-elemen pembentuknya dalam
pola tertentu untuk mencapai tujuan tertentu (System is interconnected parts or
elements in certain pattern of work). Berdasarkan pengertian ini dapat
diinterpretasikan ada dua prinsip dasar suatu sistem, yakni:
a.    Elemen, komponen atau bagian pembentuk system;
b.  Interconnection, yaitu saling keterkaitan antar komponen dalam pola tertentu.
Keberadaan sekumpulan elemen, komponen, bagian, orang atau organisasi
sekalipun, jika tidak mempunyai saling keterkaitan dalam tata-hubungan tertentu
untuk mencapi tujuan maka belum memenuhi kriteria sebagai anggota suatu sistem.
2.  Pengertian Sistem Kesehatan
Sistem Kesehatan adalah suatu jaringan penyedia pelayanan kesehatan (supply
side) dan orang-orang yang menggunakan pelayanan tersebut (demand side) di
setiap wilayah, serta negara dan organisasi yang melahirkan sumber daya tersebut,
dalam bentuk manusia maupun dalam bentuk material. Dalam definisi yang lebih 
luas lagi, sistem kesehatan mencakup sektor-sektor lain seperti pertanian dan
lainnya. (WHO:1996). 
3.  Sistem Kesehatan Nasional
Sistem kesehatan menurut WHO adalah sebuah proses kumpulan berbagai
faktor kompleks yang berhubungan dalam suatu negara, yang diperlukan untuk
memenuhi tuntutan dan kebutuhan kesehatan perseorangan, keluarga, kelompok,
dan masyarakat pada setiap saat diutuhkan.
Sistem Kesehatan Nasional (SKN) adalah bentuk dan cara penyelenggaraan
pembangunan kesehatan yang memadukan berbagai upaya bangsa Indonesia
dalam satu derap langkah guna menjamin tercapainya tujuan pembangunan
kesehatan dalam kerangka mewujudkan kesejahteraan rakyat sebagaimana
dimaksud dalam Undang-undang Dasar 1945.
Sistem Kesehatan Nasional perlu dilaksanakan dalam konteks Pembangunan
Kesehatan secara keseluruhan dengan mempertimbangkan determinan sosial,
seperti: kondisi kehidupan sehari-hari, tingkat pendidikan, pendapatan keluarga,
distribusi kewenangan, keamanan, sumber daya, kesadaran masyarakat, dan
kemampuan tenaga kesehatan mengatasi masalah tersebut.
Sistem Kesehatan Nasional disusun dengan memperhatikan pendekatan
revitalisasi pelayanan kesehatan dasar yang meliputi:
a.    Cakupan pelayanan kesehatan yang adil dan merata,
b.    Pemberian pelayanan kesehatan yang berpihak kepada rakyat,
c.Kebijakan pembangunan kesehatan, dan
d.    Kepemimpinan.
SKN juga disusun dengan memperhatikan inovasi/terobosan dalam
penyelenggaraan pembangunan kesehatan secara luas, termasuk penguatan sistem
rujukan.
Sistem Kesehatan Nasional akan berfungsi baik untuk mencapai tujuannya
apabila terjadi Koordinasi, Integrasi, Sinkronisasi, dan Sinergisme (KISS), baik antar
pelaku, antar subsistem SKN, maupun dengan sistem serta subsistem lain di luar
SKN. Dengan tatanan ini, maka sistem atau seluruh sektor terkait, seperti
pembangunan prasarana, keuangan dan pendidikan perlu berperan bersama
dengan sektor kesehatan untuk mencapai tujuan nasional.
Tujuan Sistem Kesehatan Nasional adalah terselenggaranya pembangunan
kesehatan oleh semua potensi bangsa, baik masyarakat, swasta, maupun
pemerintah secara sinergis, berhasil guna dan berdaya guna, hingga terwujud
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
Landasan Sistem Kesehatan Nasional meliputi :
a.    Landasan Idiil, yaitu Pancasila.
b.    Landasan Konstitusional, yaitu UUD 1945, khususnya: Pasal 28 A, 28 H ayat (1) dan
ayat (3), serta Pasal 34 ayat (2) dan ayat (3), Pasal 28 B ayat (2), Pasal 28 C ayat
(1),
c.    Landasan Operasional meliputi seluruh ketentuan peraturan perundangan yang
berkaitan dengan penyelenggaraan SKN dan pembangunan kesehatan.
Mengacu pada substansi perkembangan penyelenggaraan pembangunan
kesehatan dewasa ini serta pendekatan manajemen kesehatan tersebut diatas,
maka subsistem yang mempengaruhi pencapaian dan kinerja Sistem Kesehatan
Nasional di Indonesia meliputi :
a.     Upaya Kesehatan : Upaya kesehatan di Indonesia belum terselenggara secara
menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Penyelenggaraan upaya kesehatan
yang bersifat peningkatan (promotif), pencegahan (preventif), dan pemulihan
(rehabilitasi) masih dirasakan kurang. Untuk dapat mencapai derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya perlu diselenggarakan berbagai upaya
kesehatan dengan menghimpun seluruh potensi bangsa Indonesia.
b.     Pembiayaan Kesehatan : Pembiayaan kesehatan di Indonesia masih rendah, yaitu
hanya rata-rata 2,2% dari Produk Domestik Bruto (PDB) atau rata-rata antara USD
12-18 per kapita per tahun. Persentase ini masih jauh dari anjuran Organisasi
Kesehatan Sedunia yakni paling sedikit 5% dari PDB per tahun. Sementara itu
anggaran pembangunan berbagai sektor lain belum sepenuhnya mendukung
pembangunan kesehatan. Pembiayaan kesehatan yang kuat, terintegrasi, stabil, dan
berkesinambungan memegang peran yang amat vital untuk penyelenggaraan
pelayanan kesehatan dalam mencapai tujuan pembangunan kesehatan.
c.    SDM Kesehatan : Sebagai pelaksana upaya kesehatan, diperlukan sumber daya
manusia kesehatan yang mencukupi dalam jumlah, jenis dan kualitasnya, serta
terdistribusi secara adil dan merata, sesuai tututan kebutuhan pembangunan
kesehatan. Sumber Daya Manusia Kesehatan dalam pemerataannya masih belum
merata, bahkan ada beberapa puskesmas yang belum ada dokter, terutama di
daerah terpencil. Bisa kita lihat, rasio tenaga kesehatan dengan jumlah penduduk
masih rendah. Produksi dokter setiap tahun sekitar 2.500 dokter baru, sedangkan
rasio dokter terhadap jumlah penduduk 1:5000. Produksi perawat setiap tahun
sekitar 40.000 perawat baru, dengan rasio terhadap jumlah penduduk 1:2.850.
Sedangkan produksi bidan setiap tahun sekitar 600 bidan baru, dengan rasio
terhadap jumlah penduduk 1:2.600. Namun daya serap tenaga kesehatan oleh
jaringan pelayanan kesehatan masih terbatas. Hal ini bisa menjadi refleksi bagi
Pemerintah dan tenaga medis, agar terciptanya pemerataan tenaga medis yang
memadai.
d.  Sumber daya Obat, Perbekalan Kesehatan, dan Makanan meliputi :berbagai
kegiatan untuk menjamin: aspek keamanan, kemanfaatan dan mutu sediaan
farmasi, alat kesehatan, dan makanan yang beredar; ketersediaan, pemerataan, dan
keterjangkauan obat, terutama obat esensial; perlindungan masyarakat dari
penggunaan yang salah dan penyalahgunaan obat; penggunaan obat yang rasional;
serta upaya kemandirian di bidang  kefarmasian melalui pemanfaatan sumber daya
dalam negeri. Industri farmasi di Indonesia saat ini cukup berkembang seiring waktu.
Hanya dalam hal ini pengawasan dalam produk dan obat yang ada. Perlunya ada
tindakan yang tegas, ketat dalam hal ini.
e.  Pemberdayaan Masyarakat : Sistem Kesehatan Nasional akan berfungsi optimal
apabila ditunjang oleh pemberdayaan masyarakat. Ini penting, agar masyarakat
termasuk swasta dapat mampu dan mau berperan sebagai pelaku pembangunan
kesehatan. Keberhasilan pembangunan kesehatan di Indonesia tidak terlepas dari
partisipasi aktif masyarakat.Sayangnya pemberdayaan masyarakat dalam arti
mengembangkan kesempatan yang lebih luas bagi masyarakat dalam
mengemukakan pendapat dan mengambil keputusan tentang kesehatan masih
dilaksanakan secara terbatas. Kecuali itu lingkup pemberdayaan masyarakat masih
dalam bentuk mobilisasi masyarakat. Sedangkan pemberdayaan masyarakat dalam
bentuk pelayanan, advokasi kesehatan serta pengawasan sosial dalam program
pembangunan kesehatan belum banyak dilaksanakan.
f.    Manajemen Kesehatan meliputi: kebijakan kesehatan, administrasi kesehatan,
hukum kesehatan, dan informasi kesehatan. Untuk menggerakkan pembangunan
kesehatan secara berhasil guna dan berdaya guna, diperlukan manajemen
kesehatan.Manajemen kesehatan sangatlah berpengaruh juga, karena dalam hal ini
yang memanage proses, tetapi keberhasilan manajemen kesehatan sangat
ditentukan antara lain oleh tersedianya data dan informasi kesehatan, dukungan
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan, dukungan hukum kesehatan
serta administrasi kesehatan. Jika tidak tersedianya hal ini maka bisa jadi proses
manajemen akan terhambat/ bahkan tidak berjalan. Sebenarnya, jika kita menengok
sebentar bagaimana proses pemerintah bekerja, selalu berusaha dan berupaya
yang terbaik, baik juga tenaga medis. Hanya saja dalam prosesnya terdapat sebuah
kendala baik dalam SDM pribadi ataupun sebuah pemerintahan itu. Bisa jadikan
renungan bagaimana kita bisa membuat sebuah sistem yang lebih baik dengan
input-proses-dan output yang bisa menghasilkan sebuah kebanggaan dan sebuah
tujuan bersama.
Upaya Kesehatan dalam UU No 36 Tahun 2009 adalah :
1.    Bab I pasal 1 ayat 11 – 15
Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan yang
dilakukan secara terpadu, terintregasi dan berkesinambungan untuk memelihara dan
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit,
peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit, dan pemulihan kesehatan oleh
pemerintah dan/atau masyarakat.
2.  Bab VI pasal 47
Upaya Kesehatan mencakup upaya promotf, preventif, kuratif dan rehabilitatif
dilaksanakan secara terpadu, menyeluruh, dan berkesinambungan.

B.PENGERTIAN PELAYANAN KESEHATAN


Pengertian pelayanan kesehatan menurut para ahli dan institusi kesehatan
adalah :
1.    Menurut Prof. Dr. Soekidjo Notoatmojo 
Pelayanan kesehatan adalah sub sistem pelayanan kesehatan yang tujuan
utamanya adalah pelayanan preventif (pencegahan) dan promotif (peningkatan
kesehatan) dengan sasaran masyarakat.
2.    Menurut Azwar (1996)
Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau
secara bersama-sama dalamn suatu organisasi untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta
memulihkan perseorangan, keluarga kelompok, dan ataupun masyarakat.
3.    Menurut Depkes RI (2009)
Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau
secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta
memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok dan ataupun masyarakat. 
4.    Menurut Levey dan Loomba (1973)
Pelayanan Kesehatan adalah upaya yang diselenggarakan sendiri/secara bersama-
sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan,
mencegah, dan mencembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan,
keluarga, kelompok, atau masyarakat.
Jadi pelayanan kesehatan adalah sub sistem pelayanan kesehatan yang
tujuan utamanya adalah promotif (memelihara dan meningkatkan kesehatan),
preventif (pencegahan),kuratif (penyembuhan), dan rehabilitasi (pemulihan)
kesehatan perorangan, keluarga, kelompok atau masyarakat, lingkungan. Yang
dimaksud sub sistem disini adalah sub sistem dalam pelayanan kesehatan yaitu
input , proses, output, dampak, umpan balik.
1.    Input adalah sub elemen – sub elemen yang diperlukan sebagai masukan untuk
berfungsinya sistem.
2.    Proses adalah suatu kegiatan yang berfungsi untuk mengubah masukan sehingga
mengasilkan sesuatu (keluaran) yang direncanakan.
3.    Output adalah hal-hal yang dihasilkan oleh proses.
4.    Dampak adalah akibat yang dihasilkan oleh keluaran setelah beberapa waktu
lamanya.
5.    Umpan balik adalah hasil dari proses yang sekaligus sebagai masukan untuk sistem
tersebut.
6.    Lingkungan adalah dunia diluar sistem yang mempengaruhi sistem tersebut.
Contoh : Di dalam pelayanan kesehatan Puskesmas.
1.    Input adalah : Dokter, perawat, obat-obatan,
2.    Prosesnya : kegiatan pelayanan puskesmas,
3.    Outputnya : Pasien sembuh/tidak sembuh,
4.    Dampaknya : meningkatnya status kesehatan masyarakat,
5.    Umpan baliknya : keluhan-keluhan pasien terhadaf pelayanan,
6.    Lingkungannya : masyarakat dan instansi-instansi diluar
puskemas tersebut.
Tujuan Pelayanan Kesehatan :
1.    Promotif (memelihara dan meningkatkan kesehatan), hal ini diperlukan misalnya
dalam peningkatan gizi, perbaikan sanitasi lingkungan.
2.    Preventif (pencegahan terhadap orang yang berisiko terhadap penyakit), terdiri dari :
a.  Preventif primer.
Terdiri dari program pendidikan, seperti imunisasi,penyediaan nutrisi yang baik, dan
kesegaran fisik.
b.  Preventif sekunder.
Terdiri dari pengobatan penyakit pada tahap dini untuk membatasi kecacatan
dengan cara mengindari akibat yang timbul dari perkembangan penyakit tersebut.
c.  Preventif tersier.
Pembuatan diagnosa ditunjukan untuk melaksanakan tindakan rehabilitasi,
pembuatan diagnosa dan pengobatan.
3.    Kuratif (penyembuhan penyakit).
4.    Rehabilitasi (pemulihan), usaha pemulihan seseorang untuk mencapai fungsi normal
atau mendekati normal setelah mengalami sakit fisik atau mental , cedera atau
penyalahgunaan.

C.BENTUK DAN JENIS PELAYANAN KESEHATAN

   Pelayanan kesehatan tingkat kedua (sekunder)


Pelayanan kesehatan sekunder adalah pelayanan yang lebih bersifat spesialis
dan bahkan kadang kala pelayanan subspesialis, tetapi masih terbatas. Pelayanan
kesehatan sekunder dan tersier (secondary and tertiary health care), adalah rumah
sakit, tempat masyarakat memerlukan perawatan lebih lanjut (rujukan). Di Indonesia
terdapat berbagai tingkat rumah sakit, mulai dari rumah sakit tipe D sampai dengan
rumah sakit kelas A.
Pelayanan kesehatan dilakukan oleh:
a.Dokter Spesialis
b.Dokter Subspesialis terbatas
Pelayanan kesehatan ini sifatnya pelayanan jalan atau pelayanan rawat
(inpantient services).Diperlukan untuk kelompok masyarakat yang memerlukan
perawatan inap, yang sudah tidak dapat ditangani oleh pelayanan kesehatan primer.
Contoh : Rumah Sakit tipe C dan Rumah Sakit tipe D.
Menurut pendapat Hodgetts dan Casio, jenis pelayanan kesehatan secara
umum dapat dibedakan atas dua, yaitu:
1.    Pelayanan kedokteran
Pelayanan kesehatan yang termasuk dalam kelompok pelayanan kedokteran
(medical services) ditandai dengan cara pengorganisasian yang dapat bersifat
sendiri (solo practice) atau secara bersama-sama dalam satu organisasi. Tujuan
utamanya untuk menyembuhkan penyakit dan memulihkan kesehatan, serta
sasarannya terutama untuk perseorangan dan keluarga.
2.    Pelayanan kesehatan masyarakat
Pelayanan kesehatan yang termasuk dalam kelompok kesehatan masyarakat
(public health service) ditandai dengan cara pengorganisasian yang umumnya
secara bersama-sama dalam suatu organisasi. Tujuan utamanya untuk memelihara
dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit, serta sasarannya untuk
kelompok dan masyarakat.

Perbedaan Pelayanan Kedokteran dengan Pelayanan Kesehatan Masyarakat :


No. Pelayanan Kedokteran Pelayanan Kesehatan
Masyarakat
1. Tenaga pelaksaannya adalah Tenaga pelaksanaanya
tenaga para dokter terutama ahli kesehatan
masyarakat
2. Perhatian utamanya adalah Perhatian utamanya pada
penyembuhan penyakit pencegahan penyakit 
3. Sasaran utamanya adalah Sasaran utamanya adalah
perseorangan atau keluarga masyarakat secara
keseluruhan
4. Kurang memperhatikan Selalu berupaya mencari cara
efisiensi  yang efisien
5. Tidak boleh menarik perhatian Dapat menarik perhatian
karena bertentangan dengan masyarakat
etika kedokteran

6. Menjalankan fungsi Menjalankan fungsi dengan


perseorangan dan terikat mengorganisir masyarakat dan
undang-undang mendapat dukungan undang-
undang
7. Penghasilan diperoleh dari Pengasilan berupa gaji dari
imbal jasa pemerintah
8. Bertanggung jawab hanya Bertanggung jawab kepada
kepada penderita seluruh masyarakat
9. Tidak dapat memonopoli Dapat memonopoli upaya
upaya kesehatan dan bahkan kesehatan
mendapat saingan 
10. Masalah administrasi sangat Mengadapi berbagai
sederhana persoalan kepemimpinan 

Pelayanan kesehatan masyarakat pada prinsipnya mengutamakan pelayanan


kesehatan promotif dan preventif. Pelayanan promotif adalah upaya meningkatkan
kesehatan masyarakat ke arah yang lebih baik lagi dan yang preventif mencegah
agar masyarakat tidak jatuh sakit agar terhindar dari penyakit.
Sebab itu pelayanan kesehatan masyarakat itu tidak hanya tertuju pada
pengobatan individu yang sedang sakit saja, tetapi yang lebih penting adalah upaya-
upaya pencegahan (preventif) dan peningkatan kesehatan (promotif). Sehingga,
bentuk pelayanan kesehatan bukan hanya puskesmas atau balkesma saja, tetapi
juga bentuk-bentuk kegiatan lain, baik yang langsung kepada peningkatan
kesehatan dan pencegahan penyakit, maupun yang secara tidak langsung
berpengaruh kepada peningkatan kesehatan.
Upaya kesehatan terbagi menjadi 2 yaitu :
a.    Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM)
UKM adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat
serta swasta, untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah &
menanggulangi timbulnya masalah kesehatan di masyarakat.
Jenjang : UKM Strata I, II & III.
b.    Upaya Kesehatan Perorangan (UKP)
UKP adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat
serta swasta, untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah &
menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan.
Jenjang : UKP Strata I, II & III.

1)    Jenjang UKM (Upaya Kesehatan Masyarakat)


Jenjang UKM
Strata I (Dasar) Ujung tombaknya adalah
Mendayagunakan IPTEK Puskesmas yang didukung
kesehatan dasar kepada secara lintas sektoral dan
masyarakat. didirikan sekurang-kurangnya
satu di setiap kecamatan

Strata II (Lanjutan) Penanggung jawab adalah


mendayagunakan IPTEK Dinas Kesehatan
kesehatan spesialistik yang Kabupaten/Kota yang didukung
ditujukan kepada masyarakat secara lintas sektoral.

Strata III (Unggulan) Penanggung jawab adalah


Mendayagunakan IPTEK Dinas Kesehatan Provinsi dan
Kesehatan subspesialistik Departemen Kesehatan yang
kepada masyarakat. didukung secara lintas sektoral.
2)    Jenjang UKP (Upaya Kesehatan Perorangan)
Jenjang UKP

Strata I (Dasar) Praktik bidan, praktik perawat,


Mendayagunakan IPTEK praktik dokter,praktik dokter gigi,
kesehatan dasar kepada poliklinik, balai pengobatan, praktik
perorangan. dokter/klinik 24 jam, praktik bersama
dan rumah bersalin.
Termasuk Puskesmas
Strata II (Lanjutan) Praktik dokter spesialis, praktik
mendayagunakan IPTEK dokter gigi spesialis, klinik spesialis,
kesehatan spesialistik balai pengobatan penyakit paru-paru
kepada perorangan. (BP4), balai kesehatan mata
masyarakat (BKMM), balai
kesehatan jiwa masyarakat (BKJM),
rumah sakit kelas C dan B non
pendidikan
Strata III (Unggulan) praktik dokter spesialis konsultan,
mendayagunakan IPTEK praktik dokter gigi spesialis
kesehatan subspesialistik konsultan, klinik spesialis konsultan,
kepada perorangan. rumah sakit kelas B pendidikan dan
kelas A

D.SYARAT POKOK PELAYANAN KESEHATAN


Syarat-syarat pokok pelayanan kesehatan yang baik adalah :
1.  Tersedia dan berkesinambungan
Pelayanan kesehatan tersebut harus tersedia dimasyarakat serta bersifat
berkesinambungan artinya semua pelayanan kesehatan yang dibutuhkan
masyarakat tidak sulit ditemukan.
2.  Dapat diterima dan wajar
Artinya pelayanan kesehatan tidak bertentangan dengan keyakinan dan
kepercayaan masyarakat.
3.  Mudah dicapai 
Dipandang sudut lokasi untuk dapat mewujudkan pelayanan kesehatan yang baik
pengaturan distribusi sarana kesehatan menjadi sangat penting.
4.  Mudah dijangkau
Dari sudut biaya untuk mewujudkan keadaan yang harus dapat diupayakan biaya
pelayanan kesehatan sesuai dengan kemampuan ekonomi masyarakat.
5.Bermutu
Menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan
yang disatu pihak dapat memuaskan para pemakai jasa pelayanan dan dipihak lain
tata cara penyelenggaraanya sesuai dengan kode etik serta standar yang telah
ditetapkan.

Pelayanan kesehatan menyeluruh dan terpadu menurut Somers adalah:


1.  Pelayanan kesehatan yang memadukan berbagai upaya kesehatan yakni
peningkatan dan pemeliharaan kesehatan,pencegahan dan penyembuhan
penyakit,pemulihan.
2.  Pelayanan kesehatan yang tidak hanya memperhatikan keluhan penderita,tapi juga
latar belakang ekonomi,sosial,budaya,psikologi dan lainnya.

E.STRATIFIKASI PELAYANAN KESEHATAN


Stratifikasi pelayanan kesehatan merupakan pengelompokan pemberian
pelayanan kesehatan berdasarkan tingkat kebutuhan subjek layanan kesehatan.
Stratifikasi pelayanan kesehatan yang dianut oleh tiap negara tidaklah sama.
Namun secara umum stratifikasi pelayanan kesehatan dapat dikelompokkan menjadi
tiga macam, yaitu:
1.    Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama
Pelayanan kesehatan jenis ini diperlukan untuk masyarakat yang sakit ringan dan
masyarakat yang sehat untuk meningkatkan kesehatan mereka (promosi
kesehatan). Yang dimaksud pelayanan kesehatan tingkat pertama adalah pelayanan
kesehatan yang bersifat pokok (basic health services), yang sangat dibutuhkan oleh
sebagian besar masyarakat serta mempunyai nilai strategis untuk meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat. Pada umumnya pelayanan kesehatan tingkat
pertama ini bersifat pelayanan rawat jalan (ambulatory/ out patient services). Bentuk
pelayanan ini di Indonesia adalah Puskesmas, Puskesmas pembantu, Puskesmas
keliling, dan Balkesmas.
2.    Pelayanan Kesehatan Tingkat Kedua
Yang dimaksud pelayanan kesehatan tingkat kedua adalah pelayanan kesehatan
yang lebih lanjut yang diperlukan oleh kelompok masyarakat yang memerlukan
rawat inap (in patient services) yang sudah tidak dapat ditangani oleh pelayanan
kesehatan primer dan memerlukan tersedianya tenaga-tenaga spesialis. Bentuk
pelayanan ini misalnya Rumah Sakit tipe C dan D.
3.    Pelayanan Kesehatan Tingkat Ketiga
Yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan tingkat ketiga adalah pelayanan
kesehatan yang diperlukan oleh kelompok masyarakat atau pasien yang sudah tidak
dapat ditangani oleh pelayanan kesehatan sekunder, bersifat lebih komplek dan
umumnya diselenggarakan oleh tenaga-tenaga superspesialis. Bentuk pelayanan ini
di Indonesia adalah Rumah Sakit tipe A dan B (Azwar, 1996).

F.JENJANG PELAYANAN KESEHATAN


Berdasarkan tingkat pelayanan kesehatan maka jenjang pelayanan
kesehatan dibedakan atas lima, yaitu:
1. Tingkat rumah tangga
Pelayanan kesehatan oleh individu atau oleh keluarga sendiri.
2.  Tingkat masyarakat
Kegiatan swadaya masyarakat dalam menolong mereka sendiri, misalnya:
posyandu, polindes, POD, saka bakti husada, dan lain-lain.
3.  Fasilitas pelayanan tingkat pertama
Upaya kesehatan tingkat pertama yang dilakukan oleh puskesmas dan unit
fungsional dibawahnya, praktek dokter swasta, bidan swasta,  dokter keluarga dan
lain-lain.
4.  Fasilitas pelayanan tingkat kedua
Upaya kesehatan tingkat kedua (rujukan spesial) oleh balai: balai pengobatan
penyakit paru (BP4), balai kesehatan mata masyarakat (BKMM), balai kesehatan
kerja masyarakat (BKKM), balai kesehatan olah raga masyarakat (BKOM), sentra
pengembangan dan penerapan pengobatan tradisional (SP3T), rumah sakit
kabupaten atau kota, rumah sakit swasta, klinik swasta, dinas kesehatan kabupaten
atau kota, dan lain-lain.
5.  Fasilitas pelayanan tingkat ketiga
Upaya kesehatan tingkat ketiga (rujukan spesialis lanjutan atau konsultan) oleh
rumah sakit provinsi atau pusat atau pendidikan, dinas kesehatan provinsi dan
departemen kesehatan.
G.UPAYA PELAYANAN RUJUKAN
Sistem rujukan adalah suatu sistem penyelenggaraan pelayanan yang
melaksanakan pelimpahan wewenang atau tanggung jawab timbal balik, terhadap
suatu kasus penyakit atau masalah kesehatan, secara vertikal dalam arti dari unit
yang terkecil atau berkemampuan kurang kepada unit yang lebih mampu atau
secara horisontal atau secara horizontal dalam arti antar unit-unit yang setingkat
kemampuannya.
Salah satu bentuk pelaksanaan dan pengembangan upaya kesehatan dalam
Sistem kesehatan Nasional (SKN) adalah rujukan upaya kesehatan. Untuk
mendapatkan mutu pelayanan yang lebih terjamin, berhasil guna (efektif) dan
berdaya guna (efesien), perlu adanya jenjang pembagian tugas diantara unit-unit
pelayanan kesehatan melalui suatu tatanan sistem rujukan. Dalam pengertiannya,
sistem rujukan upaya kesehatan adalah suatu tatanan kesehatan yang
memungkinkan terjadinya penyerahan tanggung jawab secara timbal balik atas
timbulnya masalah dari suatu kasus atau masalah kesehatan masyarakat, baik
secara vertikal maupun horizontal, kepada yang berwenang dan dilakukan secara
rasional.
Menurut tata hubungannya, sistem rujukan terdiri dari  :
1.Rujukan internal adalah rujukan horizontal yang terjadi antar unit pelayanan di
dalam institusi tersebut. Misalnya dari jejaring puskesmas (puskesmas pembantu) ke
puskesmas induk.
2.Rujukan eksternal adalah rujukan yang terjadi antar unit-unit dalam jenjang
pelayanan kesehatan, baik horizontal  (dari puskesmas rawat jalan ke puskesmas
rawat inap) maupun vertikal (dari puskesmas ke rumah sakit umum daerah).
Menurut lingkup pelayanannya, sistem rujukan terdiri dari :
1.Rujukan medik adalah rujukan pelayanan yang terutama meliputi upaya
penyembuhan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif). Misalnya, merujuk pasien
puskesmas dengan penyakit kronis (jantung koroner, hipertensi, diabetes mellitus)
ke rumah sakit umum daerah.
2.Rujukan kesehatan adalah rujukan pelayanan yang umumnya berkaitan dengan
upaya peningkatan promosi kesehatan (promotif) dan pencegahan (preventif).
Contohnya, merujuk pasien dengan masalah gizi ke klinik konsultasi gizi (pojok gizi
puskesmas), atau pasien dengan masalah kesehatan kerja ke klinik sanitasi
puskesmas.
Rujukan secara konseptual terdiri atas:
1.Rujukan upaya kesehatan perorangan yang pada dasarnya menyangkut masalah
medik perorangan yang antara lain meliputi:
a.Rujukan kasus untuk keperluan diagnostik, pengobatan, tindakan operasional dan
lain-lain.
b.Rujukan bahan (spesimen) untuk pemeriksaan laboratorium klinik yang lebih
lengkap.
c.Rujukan ilmu pengetahuan antara lain dengan mendatangkan atau mengirim tenaga
yang lebih kompeten atau ahli untuk melakukan tindakan, memberi pelayanan, ahli
pengetahuan dan teknologi dalam meningkatkan kualitas pelayanan.
2.Rujukan upaya kesehatan masyarakat pada dasarnya menyangkut masalah
kesehatan masyarakat yang meluas meliputi:
a.Rujukan sarana berupa antara lain bantuan laboratorium dan teknologi kesehatan.
b.Rujukan tenaga dalam bentuk antara lain dukungan tenaga ahli untuk penyidikan
sebab dan asal usul penyakit atau kejadian luar biasa suatu penyakit serta
penanggulangannya pada bencana alam, gangguan kamtibmas, dan lain-lain.
c.Rujukan operasional berupa antara lain bantuan obat, vaksin, pangan pada saat
terjadi bencana, pemeriksaan bahan (spesimen) bila terjadi keracunan masal,
pemeriksaan air minum penduduk, dan sebagainya.
Jalur rujukan terdiri dari dua jalur, yakni:
1.Rujukan upaya kesehatan perorangan
a.  Antara masyarakat dengan puskesmas
b.  Antara puskesmas pembantu atau bidan di desa dengan puskesmas
c.  Intern petugas puskesmas atau puskesmas rawat inap
d.  Antar puskesmas atau puskesmas dengan rumah sakit atau fasilitas pelayanan
lainnya.
2.Rujukan upaya kesehatan masyarakat
a.  Dari puskesmas ke dinas kesehatan kabupaten atau kota
b.  Dari puskesmas ke instansi lain yang lebih kompeten baik intrasektoral maupun lintas
sektoral
c.  Bila rujukan ditingkat kabupaten atau kota masih belum mampu mananggulangi, bisa
diteruskan ke provinsi atau pusat (Trihono, 2005).

DAFTAR PUSTAKA

Adisasmito,Wiku.2007.Sistem Kesehatan.Jakarta:PT Raja Gravindo


Persada.
Depkes RI. 2009. Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta.
Notoatmodjo Soekidjo.2001.Peran Pelayanan Kesehatan Swasta
dalam Menghadapi Masa Krisis. Jakarta:Suara Pembaruan
Daily.
Satrianegara, M. Fais. 2009. Buku Ajar Organisasi Dan Manajemen
Pelayanan Kesehatan Serta Kebidanan. Jakarta: Salemba
Medika.
http://www.kebijakankesehatanindonesia.net/component/content/article/597-
memahami-sistem-kesehatan.html (Diunduh pada tanggal 16 oktober 2012).

http://googleweblight.com/?
lite_url=http://wiwijayanti.blogspot.com/2013/09/be
ntuk-dan-jenis-pelayanan-kesehatan.html?m
%3D1&ei=xHPqIal_&lc=en-
ID&s=1&m=686&host=www.google.co.id&ts=1505912
836&sig=ANTY_L2vOeUj_mqxsluJEjAoklfTn7qn4Q
BENTUK DAN JENIS PELAYANAN KESEHATAN
Bentuk pelayanan kesehatan adalah:
1.Pelayanan kesehatan tingkat pertama (primer)
Pelayanan yang lebih mengutamakan pelayanan yang bersifat dasar dan dilakukan
bersama masyarakat dan dimotori oleh:
a.Dokter Umum (Tenaga Medis)
b.Perawat Mantri (Tenaga Paramedis)
Pelayanan kesehatan primer (primary health care), atau pelayanan kesehatan
masyarakat adalah pelayanan kesehatan yang paling depan, yang pertama kali
diperlukan masyarakat pada saat mereka mengalami gangguan kesehatan atau
kecelakaan. Primary health care pada pokoknya ditunjukan kepada masyarakat
yang sebagian besarnya bermukim di pedesaan, serta masyarakat yang
berpenghasilan rendah di perkotaan. Pelayanan kesehatan ini sifatnya berobat jalan
(Ambulatory Services).Diperlukan untuk masyarakat yang sakit ringan dan
masyarakat yang sehat untuk meningkatkan kesehatan mereka atau promosi
kesehatan.
Contohnya : Puskesmas, Puskesmas keliling, klinik.
2.Pelayanan kesehatan tingkat kedua (sekunder)
Pelayanan kesehatan sekunder adalah pelayanan yang lebih bersifat spesialis dan
bahkan kadang kala pelayanan subspesialis, tetapi masih terbatas. Pelayanan
kesehatan sekunder dan tersier (secondary and tertiary health care), adalah rumah
sakit, tempat masyarakat memerlukan perawatan lebih lanjut (rujukan). Di Indonesia
terdapat berbagai tingkat rumah sakit, mulai dari rumah sakit tipe D sampai dengan
rumah sakit kelas A.
Pelayanan kesehatan dilakukan oleh:
a.Dokter Spesialis
b.Dokter Subspesialis terbatas
Pelayanan kesehatan ini sifatnya pelayanan jalan atau pelayanan rawat (inpantient
services).Diperlukan untuk kelompok masyarakat yang memerlukan perawatan inap,
yang sudah tidak dapat ditangani oleh pelayanan kesehatan primer.
Contoh : Rumah Sakit tipe C dan Rumah Sakit tipe D.
3.Pelayanan kesehatan tingkat ketiga (tersier)
Pelayanan kesehatan tersier adalah pelayanan yang lebih mengutamakan
pelayanan subspesialis serta subspesialis luas.
Pelayanan kesehatan dilakukan oleh:
          a.Dokter Subspesialis
b.Dokter Subspesialis Luas
Pelayanan kesehatan ini sifatnya dapat merupakan pelayanan jalan atau pelayanan
rawat inap (rehabilitasi).Diperlukan untuk kelompok masyarakat atau pasien yang
sudah tidak dapat ditangani oleh pelayanan kesehatan sekunder.
Contohnya: Rumah Sakit tipe A dan Rumah sakit tipe B.
Menurut pendapat Hodgetts dan Casio, jenispelayanan kesehatansecara umum
dapat dibedakan atas dua, yaitu:
1.Pelayanan kedokteran
Pelayanan kesehatan yang termasuk dalam kelompok pelayanan kedokteran
(medical services) ditandai dengan cara pengorganisasian yang dapat bersifat
sendiri (solo practice) atau secara bersama-sama dalam satu organisasi. Tujuan
utamanya untuk menyembuhkan penyakit dan memulihkan kesehatan, serta
sasarannya terutama untuk perseorangan dan keluarga.
2.Pelayanan kesehatan masyarakat
Pelayanan kesehatan yang termasuk dalam kelompok kesehatan masyarakat
(public health service) ditandai dengan cara pengorganisasian yang umumnya
secara bersama-sama dalam suatu organisasi. Tujuan utamanya untuk memelihara
dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit, serta sasarannya untuk
kelompok dan masyarakat.

https://googleweblight.com/?lite_url=https://rossisanusi.wordpress.com/2010/10/19/ukm-primer-
ukm-sekunder-ukm-tersier/&ei=AzS3coEK&lc=en-
ID&s=1&m=686&host=www.google.co.id&ts=1505911652&sig=ANTY_L3-SPS7CveE2-
ECjjKoeNDZ04VuVw

UKM Primer, UKM Sekunder & UKM Tersier


Dalam SKN 2009 disebutkan bahwa subsistem Upaya Kesehatan (UK) t.d. tiga tingkatan –
Primer (UK dasar), Sekunder (UK rujukan spesialistik), dan Tersier (UK rujukan sub-
spesialistik). Masing-masing UK ini mencakup UK yang langsung dapat meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat (pelayanan kesehatan peorangan dan masyarakat) dan UK
penunjang yang mendukung upaya kesehatan langsung (e.g., sumber daya manusia, dana,
sarana dan prasarana, advokasi, promosi kesehatan, penelitian dan pengembangan). Yang
menarik dari pandangan KemKes tentang subsistem Upaya Kesehatan dalam SKN ini ialah
bahwa: (1) Pelayanan kesehatan masyarakat dianggap sebagai UK langsung; (2) Peringkatan
UKM menjadi UKM primer, sekunder dan tersier; dan, (3) UK penunjang tidak dianggap
sebagai bagian dari UKM.

Di dalam SKN 2009, hal. 36, dikatakan bahwa pembiayaan UKM Primer ditanggung oleh
pemerintah dan masyarakat, tetapi pemerintah “wajib membiayai pelayanan kesehatan
masyarakat yang ditujukan untuk menangani masalah kesehatan masyarakat yang menjadi
prioritas pembangunan. … Pemerintah wajib melaksanakan pelayanan kesehatan masyarakat
primer yang berhubungan dengan prioritas pembangunan melalui kegiatan perbaikan
lingkungan, peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit dan kematian serta paliatif.
Pelaksanaan pelayanan kesehatan masyarakat primer didukung upaya kesehatan penunjang
seperti: surveilans, pencatatan dan pelaporan.” Dari keterangan ini dapat ditarik kesimpulan
bahwa UKM Primer mencakup pencegahan primordial (i.e., penatalaksanaan lingkungan dan
agent penyakit) dan pencegahan primer, sekunder dan tersier pada host (i.e., UKP primer).
Juga dikatakan bahwa penyelenggaraan UKM Primer menjadi tanggung jawab DinKes
Kab/Kota. UKM dapat memberi pengaruh langsung kepada derajat kesehatan masyarakat jika
kepala Puskesmas dan kepala DinKes Kota/Kabupaten membuat keputusan-keputusan yang
memfasilitasi pencegahan primordial dan UKP (pemerintah dan swasta) di wilayah kerjanya.
Dengan sistem surveilans – respons (S-R) yang baik untuk masing-masing penyakit prioritas
mereka dapat mengarahkan sumberdaya, BimTek, kolaborasi lintas sektor dan kebijakan ke
tempat, waktu dan kelompok penduduk yang lebih membutuhkan. Jadi, UKM pada
hakekatnya adalah upaya kesehatan penunjang yang memfasilitasi penatalaksanaan orang
(UKP), agent dan lingkungan penyakit-penyakit prioritas.

Di halaman 38 dari SKN 2009 disebutkan bahwa UKM sekunder “… menerima rujukan
kesehatan masyarakat berupa sarana, teknologi dan didukung oleh pelayanan kesehatan
masyarakat tersier. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan masyarakat rujukan menjadi
tanggung jawab Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan atau Provinsi sebagai fungsi
teknisnya, yakni melaksanakan upaya kesehatan masyarakat yang tidak sanggup atau tidak
memadai dilakukan di tingkat puskesmas. … Dalam penanggulangan penyakit menular, yang
tidak terbatas pada suatu batas administrasi pemerintahan (lintas kabupaten/kota), maka
tingkat yang lebih tinggi (lintas provinsi) yang harus menanganinya.” Ini berarti bahwa
DinKes Kab/Kota bertanggungjawab memberikan BimTek kepada staf PusKesMas, Rumah
Sakit, Praktek Swasta, Apotik, serta sarana kesehatan lain, dan DinKes Provinsi
bertanggungjawab memberikan BimTek kepada DinKes Kab/Kota. BimTek yang diperlukan
ialah BimTek penatalaksanaan host, agent dan lingkungan, yaitu dalam hal deteksi kasus
secara valid dan intervensi kasus secara daya-guna (efficacious). Di dalam struktur organisasi
DinKes yang seharusnya berperan dalam BimTek ialah kelompok JabFung, yaitu para ahli
deteksi kasus dan intervensi kasus. Rujukan sarana dimungkinkan jika Kepala DinKes
mempunyai wewenang untuk merealokasi sarana antar program dan antar unit administratif
dan jika ia dibantu oleh staf struktural yang mengelola logistik secara efektif dan efisien.

SKN 2009, hal. 41, menyatakan bahwa pelaksanaan UKM Tersier “… menjadi tanggung
jawab Dinas Kesehatan Provinsi dan Departemen Kesehatan yang didukung dengan kerja
sama lintas sektor. … Dinas Kesehatan Provinsi dan Departemen Kesehatan dalam fungsi
teknisnya, melaksanakan upaya kesehatan masyarakat dalam bentuk upaya rujukan dari
upaya kesehatan sekunder. … Rujukan upaya kesehatan masyarakat diberikan dalam bentuk
rujukan sarana, rujukan ilmu pengetahuan dan teknologi serta rujukan operasional.” Sama
seperti pada UKM Sekunder, upaya rujukan teknis dilaksanakan oleh staf fungsional yang
memperhatikan logika dan upaya rujukan sarana dilaksanakan oleh staf struktural yang
memperhatikan logistika. Selain itu KemKes bertanggungjawab melaksanakan UKM lintas
batas negara dan provinsi dan merumuskan kebijakan-kebijakan nasional.

http://googleweblight.com/?lite_url=http://www.landasanteori.com/2015/09/pengertian-
pelayanan-kesehatan-pasien.html?m%3D1&ei=U6HVgJVm&lc=en-
ID&s=1&m=686&host=www.google.co.id&ts=1505912836&sig=ANTY_L0XQ9i9PoYlhXHyrDt4cuIMv8
YXvQ

Pengertian Pelayanan Kesehatan Pasien Tujuan Bentuk Jenis Syarat Serta


Tugas dan Fungsi Rumah Sakit Dalam Pemberian Pelayanan
Pengertian Pelayanan Kesehatan Pasien - Pasien adalah setiap orang yang melakukan konsultasi
masalah kesehatannya untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang diperlukan, baik secara
langsung maupun tidak langsung di Rumah Sakit. Pasien yang mengalami masalah kesehatan akan
mendatangi dokter atau rumah sakit untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Harapan pasien
dengan pelayanan kesehatan yang diberikan maka masalah kesehatan yang ia hadapi akan
terselesaikan atau singkatnya ia akan sembuh/sehat kembali.

Hak Atas Pelayanan Kesehatan (the right to health care) yang merupakan hak setiap orang dalam
kaitannya dengan hukum kedokteran merupakan hak pasien. Hak atas pelayanan kesehatan
memerlukan penanganan yang sungguh-sungguh sebagaimana yang diakui dan diatur dalam The
Universal Declaration of Human Rights tahun 1948. Beberapa pasal yang berkaitan dengan hak atas
pelayanan kesehatan dimuat dalam article 3 yang berbunyi: “ Everyone has right to life, liberty, and
the security of person” dan dalam Article 5 yang berbunyi: “No one shall be subjected to torture or
to cruel, inhuman or degrading treatment...” Ketentuan lainnya juga termuat dalam International
Covernant on Civil and Political Rights tahun 1966, yakni pada Article 7 yang berbunyi : “No one shall
be subjected to torture or to cruel, inhuman or degrading treatment... in particular, no one shall be
subjected without his free consent to medical or scientific experimentation” dan Article 10 yang
berbunyi: “All persons deprived of their liberty shall be treated with humanity and with respect for
the inherent dignity of the human person”.

Pengaturan mengenai pelayanan kesehatan di Indonesia secara tersirat terdapat dalam Undang-
Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang
Praktik Kedokteran, Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, Peraturan
Presiden Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan.

Berikut ini pengertian pelayanan kesehatan menurut para ahli dan institusi kesehatan
adalah: A.A.Maulana, 2013,  http://aamaulana96.blogspot.com/2013/03/sosiologi_16.html?m=1 diakses tanggal 22 Maret 2014 pukul 20.55

WIB.

a. Menurut Prof. Dr. Soekidjo Notoatmojo

Pelayanan kesehatan adalah sub sistem pelayanan kesehatan yang tujuan utamanya adalah
pelayanan preventif (pencegahan) dan promotif (peningkatan kesehatan) dengan sasaran
masyarakat.

b.Menurut Azwar (1996) 

Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau secara bersama-sama
dalamn suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan
menyembuhkan penyakit serta memulihkan perseorangan, keluarga kelompok, dan ataupun
masyarakat. 

c.Menurut Depkes RI (2009) 

Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau secara bersama-sama
dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan
menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok dan
ataupun masyarakat. 

d.Menurut Levey dan Loomba (1973) 

Pelayanan Kesehatan adalah upaya yang diselenggarakan sendiri/secara bersama-sama dalam suatu
organisasi untuk memelihara dan meningkatkan  kesehatan, mencegah, dan mencembuhkan
penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok, atau masyarakat.

Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa pelayanan kesehatan adalah sub sistem
pelayanan kesehatan yang tujuan utamanya adalah promotif (memelihara dan meningkatkan
kesehatan), preventif (pencegahan), kuratif (penyembuhan), dan rehabilitasi (pemulihan) kesehatan
perorangan, keluarga, kelompok atau masyarakat, lingkungan. Maksud dari sub sistem disini adalah
sub sistem dalam pelayanan kesehatan yang meliputi: input , proses, output, dampak, umpan
balik.Soekidjo Notoatmodjo, Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni, Cet. 1 (Rineka Cipta, Jakarta, 2007), hlm. 97.

1. Input adalah sub elemen-sub elemen yang diperlukan sebagai masukan untuk berfungsinya
sistem. 
2. Proses adalah suatu kegiatan yang berfungsi untuk mengubah masukan sehingga
mengasilkan sesuatu (keluaran) yang direncanakan. 
3. Output adalah hal-hal yang dihasilkan oleh proses. 
4. Dampak adalah akibat yang dihasilkan oleh keluaran setelah beberapa waktu lamanya. 
5. Umpan balik adalah hasil dari proses yang sekaligus sebagai masukan untuk sistem tersebut. 
6. Lingkungan adalah dunia diluar sistem yang mempengaruhi sistem tersebut. 

SKEMA 2
Sub Sistem Dalam Pelayanan Kesehatan

Sumber: Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni karya Soekidjo Notoatmodjo, hlm. 98.

Contoh : Di dalam pelayanan kesehatan Puskesmas.

1. Input:Dokter, perawat, obat-obatan.


2. Prosesnya:kegiatan pelayanan puskesmas.
3. Outputnya:Pasien sembuh/tidak sembuh.
4. Dampaknya:meningkatnya status kesehatan masyarakat.
5. Umpan baliknya :keluhan-keluhan pasien terhadaf pelayanan. 
6. Lingkungannya :masyarakat dan instansi-instansi di luar puskemas tersebut. 
Pelayanan Kesehatan merupakan hal yang penting yang harus dijaga maupun ditingkatkan
kualitasnya sesuai standar pelayanan yang berlaku. Pada hakikatnya pelayanan merupakan suatu
usaha untuk membantu menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan orang lain serta dapat
memberikan kepuasan sesuai dengan keinginan yang diharapkan oleh konsumen/pemakainya.
Menurut Gronroos, suatu pelayanan dikatakan mempunyai kualitas yang baik jika memenuhi kriteria
sebagai berikut: Sutopo, Standar Kualitas Pelayanan Medis (Mandar Maju, Jakarta, 2000), hlm. 11. 

1. Profesionalisme dan keterampilan (profesionalisme and skill); 


2. Sikap dan perilaku (attitudes and behaviour); 
3. Mudah dicapai dan fleksibel (accessibility and flexibility); 
4. Reliabel dan terpercaya (reliability and trustwothiness); 
5. Perbaikan (recovery); 
6. Reputasi dan kredibilitas (reputations and credibility. 

Tujuan Pelayanan Kesehatan

Tujuan Pelayanan Kesehatan, antara lain: A. A. Maulana, 2013, Sistem Pelayanan Kesehatan,

http://aamaulana96.blogspot.com/2013/03/sistem-pelayanan-kesehatan.html?m=1 diakses tanggal 22 Maret 2014 pukul 20.55 WIB. 

1. Promotif (memelihara dan meningkatkan kesehatan), hal ini diperlukan misalnya dalam
peningkatan gizi, perbaikan sanitasi lingkungan. 
2. Preventif (pencegahan terhadap orang yang berisiko terhadap penyakit),  terdiri dari :
o Preventif primer
Terdiri dari program pendidikan, seperti imunisasi,penyediaan nutrisi yang baik, dan
kesegaran fisik.
o Preventif sekunder
Terdiri dari pengobatan penyakit pada tahap dini untuk membatasi kecacatan
dengan cara mengindari akibat yang timbul dari perkembangan penyakit tersebut.
o Preventif tersier. 
o Pembuatan diagnosa ditunjukan untuk melaksanakan tindakan rehabilitasi,
pembuatan diagnosa dan pengobatan.
3. Kuratif (penyembuhan penyakit). 
4. Rehabilitasi (pemulihan), usaha pemulihan seseorang untuk mencapai fungsi normal atau
mendekati normal setelah mengalami sakit fisik atau mental , cedera atau penyalahgunaan.

Bentuk Pelayanan Kesehtan 


Menurut Azwar (1996), Bentuk pelayanan kesehatan adalah:

a.Pelayanan kesehatan tingkat pertama (primer) 

Pelayanan yang lebih mengutamakan pelayanan yang bersifat dasar dan dilakukan bersama
masyarakat dan dimotori oleh: 

1. Dokter Umum (Tenaga Medis) 


2. Perawat Mantri (Tenaga Paramedis)

Pelayanan kesehatan primer (primary health care), atau pelayanan kesehatan masyarakat adalah
pelayanan kesehatan yang paling depan, yang pertama kali diperlukan masyarakat pada saat mereka
mengalami gangguan kesehatan atau kecelakaan. Primary health care pada pokoknya ditunjukan
kepada masyarakat yang sebagian besarnya bermukim di pedesaan, serta masyarakat yang
berpenghasilan rendah di perkotaan. Pelayanan kesehatan ini sifatnya berobat jalan (Ambulatory
Services). Diperlukan untuk masyarakat yang sakit ringan dan masyarakat yang sehat untuk
meningkatkan kesehatan mereka atau promosi kesehatan.
Contohnya : Puskesmas, Puskesmas keliling, klinik.

b.Pelayanan kesehatan tingkat kedua (sekunder) 

Pelayanan kesehatan sekunder adalah pelayanan yang lebih bersifat spesialis dan bahkan kadang
kala pelayanan subspesialis, tetapi masih terbatas. Pelayanan kesehatan sekunder dan tersier
(secondary and tertiary health care), adalah rumah sakit, tempat masyarakat memerlukan
perawatan lebih lanjut (rujukan). Di Indonesia terdapat berbagai tingkat rumah sakit, mulai dari
rumah sakit tipe D sampai dengan rumah sakit kelas A. 

Pelayanan kesehatan dilakukan oleh: 

1. Dokter Spesialis 
2. Dokter Subspesialis terbatas 

Pelayanan kesehatan ini sifatnya pelayanan jalan atau pelayanan rawat (inpantient services) dan
diperlukan untuk kelompok masyarakat yang memerlukan  perawatan  inap,  yang  sudah  tidak
dapat ditangani  oleh pelayanan kesehatan primer.
Contoh : Rumah Sakit tipe C dan Rumah Sakit tipe D.

c.Pelayanan kesehatan tingkat ketiga (tersier) 

Pelayanan kesehatan tersier adalah pelayanan yang lebih mengutamakan pelayanan subspesialis
serta subspesialis luas. 
Pelayanan kesehatan dilakukan oleh: 

1. Dokter Subspesialis 
2. Dokter Subspesialis Luas 

Pelayanan kesehatan ini sifatnya dapat merupakan pelayanan jalan atau pelayanan rawat inap
(rehabilitasi).Diperlukan untuk kelompok masyarakat atau pasien yang sudah tidak dapat ditangani
oleh pelayanan kesehatan sekunder.
Contohnya: Rumah Sakit tipe A dan Rumah sakit tipe B.

Jenis Pelayanan Kesehatan

Menurut pendapat Hodgetts dan Casio, jenis pelayanan kesehatan secara umum dapat dibedakan
atas dua, yaitu: Soekidjo Notoatmodjo, op.cit., hlm. 98.

a.Pelayanan kedokteran 

Pelayanan kesehatan yang termasuk dalam kelompok pelayanan kedokteran (medical services)
ditandai dengan cara pengorganisasian yang dapat bersifat sendiri (solo practice) atau secara
bersama-sama dalam satu organisasi. Tujuan utamanya untuk menyembuhkan penyakit dan
memulihkan kesehatan, serta sasarannya terutama untuk perseorangan dan keluarga.

b.Pelayanan kesehatan masyarakat 

Pelayanan kesehatan yang termasuk dalam kelompok kesehatan masyarakat (public health service)
ditandai dengan cara pengorganisasian yang umumnya secara bersama-sama dalam suatu
organisasi. Tujuan utamanya untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit
dan sasarannya untuk kelompok dan masyarakat. 

Pelayanan kesehatan masyarakat pada prinsipnya mengutamakan pelayanan kesehatan promotif


dan preventif. Pelayanan promotif adalah upaya meningkatkan kesehatan masyarakat ke arah yang
lebih baik lagi dan yang preventif mencegah agar masyarakat tidak jatuh sakit agar terhindar dari
penyakit. Sebab itu pelayanan kesehatan masyarakat itu tidak hanya tertuju pada pengobatan
individu yang sedang sakit saja, tetapi yang lebih penting adalah upaya-upaya pencegahan
(preventif) dan peningkatan kesehatan (promotif). Sehingga, bentuk pelayanan kesehatan bukan
hanya puskesmas atau balai kesehatan masyarakat saja, tetapi juga bentuk-bentuk kegiatan lain,
baik yang langsung kepada peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit, maupun yang secara
tidak langsung berpengaruh kepada peningkatan kesehatan.

Dalam upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat dilakukan berbagai upaya kesehatan yang
dilakukan secara terpadu, terintregasi dan berkesinambungan untuk memelihara dan meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan,
pengobatan  penyakit,  dan  pemulihan  kesehatan  oleh  pemerintah  dan/atau masyarakat. Upaya
kesehatan terbagi menjadi 2, yaitu: Indan Entjang, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Cet. Ketiga Belas (P.T. Citra Aditya Bakti, Bandung,
2000), hlm. 19. 

a.Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) 

UKM adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat serta swasta,
untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah & menanggulangi timbulnya
masalah kesehatan di masyarakat. 

b.Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) 

UKP adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat serta swasta,
untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah & menyembuhkan penyakit serta
memulihkan kesehatan perorangan. 

Syarat Syarat Pokok Pelayanan Kesehatan

Syarat-syarat pokok pelayanan kesehatan yang baik adalah: A. A. Maulana, 2013, Sistem Pelayanan Kesehatan,

http://aamaulana96.blogspot.com/2013/03/sistem-pelayanan-kesehatan.html?m=1 diakses tanggal 22 Maret 2014 pukul 20.55 WIB.  

a. Tersedia dan berkesinambungan

Pelayanan kesehatan tersebut harus tersedia dimasyarakat serta bersifat berkesinambungan artinya
semua pelayanan kesehatan yang dibutuhkan masyarakat tidak sulit ditemukan.

b.Dapat diterima dan wajar 

Pelayanan kesehatan tidak bertentangan dengan keyakinan dan kepercayaan masyarakat. 

c.Mudah dicapai 

Dipandang dari sudut lokasi untuk dapat mewujudkan pelayanan kesehatan yang baik pengaturan
distribusi sarana kesehatan menjadi sangat penting. 

d.Mudah dijangkau 

Dari sudut biaya untuk mewujudkan keadaan yang harus dapat diupayakan biaya pelayanan
kesehatan sesuai dengan kemampuan ekonomi masyarakat. 

e.Bermutu 
Menunjuk  pada  tingkat  kesempurnaan  pelayanan  kesehatan  yang  diselenggarakan yang disatu
pihak dapat memuaskan para pemakai jasa pelayanan dan dipihak lain tata cara penyelenggaraanya
sesuai dengan kode etik serta standar yang telah ditetapkan.

Pelayanan kesehatan menyeluruh dan terpadu menurut Somers adalah:* Ibid. penderita,tapi juga latar
belakang ekonomi,sosial,budaya,psikologi dan lainnya.

1. Pelayanan kesehatan yang memadukan berbagai upaya kesehatan yakni peningkatan dan
pemeliharaan kesehatan, pencegahan, penyembuhan penyakit dan pemulihan penyakit. 
2. Pelayanan  kesehatan  yang  tidak  hanya  memperhatikan  keluhan 

Dalam sistem pelayanan kesehatan dikenal adanya sistem rujukan. Menurut Surat Keputusan
Menteri Kesehatan RI Nomor 32 Tahun 1972, Sistem rujukan adalah suatu sistem penyelenggaraan
pelayanan yang melaksanakan pelimpahan wewenang atau tanggung jawab timbal balik, terhadap
suatu kasus penyakit atau masalah kesehatan, secara vertikal dalam arti dari unit yang terkecil atau
berkemampuan kurang kepada unit yang lebih mampu atau secara horisontal atau secara horizontal
dalam arti antar unit-unit yang setingkat kemampuannya.
Salah satu bentuk pelaksanaan dan pengembangan upaya kesehatan dalam Sistem kesehatan
Nasional (SKN) adalah rujukan upaya kesehatan. Untuk mendapatkan mutu pelayanan yang lebih
terjamin, berhasil guna (efektif) dan berdaya guna (efesien), perlu adanya jenjang pembagian tugas
diantara unit-unit pelayanan kesehatan melalui suatu tatanan sistem rujukan. Dalam pengertiannya,
sistem rujukan upaya kesehatan adalah suatu tatanan kesehatan yang memungkinkan terjadinya
penyerahan tanggung jawab secara timbal balik atas timbulnya masalah dari suatu kasus atau
masalah kesehatan masyarakat, baik secara vertikal maupun horizontal, kepada yang berwenang
dan dilakukan secara rasional. Ibid. 

Menurut tata hubungannya, sistem rujukan terdiri dari: Ibid. 

1. Rujukan internal adalah rujukan horizontal yang terjadi antar unit pelayanan di dalam
institusi tersebut. Misalnya dari jejaring puskesmas, puskesmas pembantu ke puskesmas
induk. 
2. Rujukan eksternal adalah rujukan yang terjadi antar unit-unit dalam jenjang pelayanan
kesehatan, baik horizontal (dari puskesmas rawat jalan ke puskesmas rawat inap) maupun
vertikal (dari puskesmas ke rumah sakit umum daerah). 

Sistem rujukan menurut lingkup pelayanannya terbagi: Ibid.


1. Rujukan medik adalah rujukan pelayanan yang terutama meliputi upaya penyembuhan
(kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif). Misalnya, merujuk pasien puskesmas dengan penyakit
kronis (jantung koroner, hipertensi, diabetes melitus) ke rumah sakit umum daerah. 
2. Rujukan kesehatan adalah rujukan pelayanan yang umumnya berkaitan dengan upaya
peningkatan promosi kesehatan (promotif) dan pencegahan (preventif). Contohnya, merujuk
pasien dengan masalah gizi ke klinik konsultasi gizi (pojok gizi puskesmas), atau pasien
dengan masalah kesehatan kerja ke klinik sanitasi puskesmas. 

Tugas dan Fungsi Rumah Sakit Dalam Pemberian Pelayanan Kesehatan

Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat
darurat. Rumah sakit merupakan suatu usaha yang pada pokoknya dapat dikelompokkan
menjadi: Alfred Albert Ameln, Kapita Selekta Hukum Kedokteran (Grafikatama Jaya, Jakarta, 1991), hlm 70-71.

 Pelayanan medis dalam arti luas yang menyangkut kegiatan promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif.
 Pendidikan dan latihan tenaga medis/paramedis. 
 Penelitian dan pengembangan ilmu kedokteran. 

Personalia RS terdiri dari dokter (umum dan spesialis), perawat, paramedis non perawat, dan tenaga
adminstratif serta tenaga teknis.(Danny Wiradharma, Penuntun Kuliah Hukum Kedokteran (Binarupa Aksara, Jakarta, 1996), hlm.
111. ) Berdasarkan pelayanan yang diberikan, RS dapat dibedakan menjadi RS Umum dan RS Khusus.
Rumah Sakit Umum memberikan pelayanan kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit( Republik
Indonesia, Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, Bab VI, Pasal 19, Ayat (2). ) Sedangkan Rumah Sakit Khusus
memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan
disiplin ilmu, golongan umur, organ, jenis penyakit, atau kekhususan lainnya. Republik Indonesia, Undang-

Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, Bab VI, Pasal 19, Ayat (3). 

RS Umum (RSU) kemudian dibedakan lagi atas:

a.RSU Pemerintah, dibagi menjadi:( Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, Bab VI,

Penjelasan Pasal 24, Ayat (2).  sedikit 4 (empat) spesialis dasar dan 4 (empat) spesialis penunjang medik. )

1. RSU Pemerintah kelas A adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan
kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) spesialis dasar, 5 (lima) spesialis
penunjang medik, 12 (dua belas) spesialis lain dan 13 (tiga belas) subspesialis.
2. RSU Pemerintah kelas B adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan
kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) spesialis dasar, 4 (empat) spesialis
penunjang medik, 8 (delapan) spesialis lain dan 2 (dua) subspesialis dasar.
3. RSU  Pemerintah  kelas  C  adalah  rumah  sakit  umum  yang  mempunyai fasilitas dan
kemampuan pelayanan medik palin
4. RSU Pemerintah kelas D adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan
kemampuan pelayanan medik paling sedikit 2 (dua) spesialis dasar. 

b.  RSU Swasta, dibagi menjadi:

1. RSU Swasta Pratama melayani pelayanan medis umum.


2. RSU Swasta Madya melayani pelayanan spesialistik. 
3. RSU Swasta Utama melayani pelayanan spesialistik dan sub spesialistik.

RS Khusus juga diklasifikasikan dalam menjadi beberapa kelas, antara lain: Republik Indonesia, Undang-Undang
Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, Bab VI, Penjelasan Pasal 24, Ayat (3).

 Rumah Sakit Khusus kelas A adalah Rumah Sakit Khusus yang mempunyai fasilitas dan
kemampuan paling sedikit pelayanan medik spesialis dan pelayanan medik subspesialis sesuai
kekhususan yang lengkap. 
 Rumah Sakit Khusus kelas B adalah Rumah Sakit Khusus yang mempunyai fasilitas dan
kemampuan paling sedikit pelayanan medik spesialis dan pelayanan medik subspesialis sesuai
kekhususan yang terbatas.
 Rumah  Sakit  Khusus  kelas  C  adalah  Rumah  Sakit  Khusus  yang  mempunyai fasilitas dan
kemampuan paling sedikit pelayanan medik spesialis dan pelayanan medik subspesialis sesuai
kekhususan yang minimal.

Berdasarkan pengelolaannya, rumah sakit dapat dibagi menjadi rumah sakit publik dan rumah sakit
privat.(Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, Bab VI, Pasal 20, Ayat (1). ) Rumah sakit publik
sebagaimana dapat dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan badan hukum yang bersifat
nirlaba. Rumah sakit publik yang dikelola Pemerintah dan Pemerintah Daerah diselenggarakan
berdasarkan pengelolaan Badan Layanan Umum atau Badan Layanan Umum Daerah sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan. Rumah sakit publik yang dikelola Pemerintah dan
Pemerintah Daerah tidak dapat dialihkan menjadi rumah Sakit privat.( Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor
44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, Bab VI, Pasal 20, Ayat (2), Ayat (3) dan, Ayat (4). ) Sedangkan rumah sakit privat dikelola
oleh badan hukum dengan tujuan profit yang berbentuk Perseroan Terbatas atau Persero.
Rumah sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara
paripurna. Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, Bab III, Pasal 4. Pelayanan kesehatan
secara paripurna adalah Pelayanan Kesehatan Paripurna adalah pelayanan kesehatan yang meliputi
promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit,
Bab I, Pasal 1, Angka 3.  Untuk menjalankan tugas tersebut, Rumah Sakit mempunyai fungsi sebagai
berikut: Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, Bab III, Pasal 5.
 penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai dengan standar
pelayanan rumah sakit; 
 pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan kesehatan yang
paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis;
 penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka peningkatan
kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan; 
 penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi bidang kesehatan
dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan
bidang kesehatan; 

Rumah Sakit diselenggarakan berasaskan Pancasila dan didasarkan kepada nilai kemanusiaan( Yang
dimaksud dengan ”nilai kemanusiaan” adalah bahwa penyelenggaraan Rumah Sakit dilakukan dengan memberikan perlakuan yang baik dan

manusiawi dengan tidak membedakan suku, bangsa, agama, status sosial, dan ras. ), etika dan profesionalitas(Yang dimaksud dengan
”nilai etika dan profesionalitas” adalah bahwa penyelenggaraan rumah sakit dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki etika profesi dan sikap

profesional, serta mematuhi etika rumah sakit. ), manfaat(Yang dimaksud dengan ”nilai manfaat” adalah bahwa penyelenggaraan Rumah Sakit
harus memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kemanusiaan dalam rangka mempertahankan dan meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat. ), keadilan(Yang dimaksud dengan ”nilai keadilan” adalah bahwa penyelenggaraan Rumah Sakit mampu memberikan pelayanan
yang adil dan merata kepada setiap orang dengan biaya yang terjangkau oleh masyarakat serta pelayanan yang bermutu.  ), persamaan hak
dan anti diskriminasi(Yang dimaksud dengan ”nilai persamaan hak dan anti diskriminasi” adalah bahwa penyelenggaraan Rumah Sakit
tidak boleh membedakan masyarakat baik secara individu maupun kelompok dari semua lapisan.  ), pemerataan(Yang dimaksud dengan
”nilai pemerataan” adalah bahwa penyelenggaraan Rumah Sakit menjangkau seluruh lapisan masyarakat. ), perlindungan dan
keselamatan pasien(Yang dimaksud dengan ”nilai perlindungan dan keselamatan pasien” adalah bahwa penyelenggaraan Rumah Sakit
tidak hanya memberikan pelayanan kesehatan semata, tetapi harus mampu memberikan peningkatan derajat kesehatan dengan tetap ), serta
mempunyai fungsi sosial(Yang dimaksud dengan “fungsi sosial rumah sakit” adalah bagian dari tanggung jawab yang melekat pada
setiap rumah sakit, yang merupakan ikatan moral dan etik dari rumah sakit dalam membantu pasien khususnya yang kurang/tidak mampu untuk

memenuhi kebutuhan akan pelayanan kesehatan. ). Oleh karena itu, segala kegiatan yang dilaksanakan oleh rumah
sakit harus berdasarkan azas-azas tersebut karena azas-azas ini menjadi pedoman rumah sakit dan
perangkatnya menjalankan tugas dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien.
Fungsi rumah sakit pada awalnya hanya memberikan pelayanan yang bersifat penyembuhan (kuratif)
terhadap pasien melalui rawat inap. Pelayanan kesehatan ini perlahan berubah menjadi karena
kemajuan ilmu pengetahuan khususnya teknologi kedokteran, peningkatan pendapatan dan
pendidikan masyarakat. Pelayanan kesehatan di rumah sakit saat ini tidak saja bersifat kuratif
(penyembuhan) tetapi juga bersifat pemulihan (rehabilitatif). Keduanya dilaksanakan secara terpadu
melalui upaya promosi kesehatan (promotif) dan pencegahan (preventif). Dengan demikian, cakupan
sasaran pelayanan kesehatan lebih luas, yang sebelumnya hanya untuk pasien saja menjadi
berkembang untuk keluarga pasien dan masyarakat umum.( A.A. Gde Muninjaya, Manajemen Kesehatan, Ed.2, Cet. 1
(EGC, Jakarta, 2004), hlm. 220.)

Rumah sakit sebagai institusi pelayanan kesehatan harus melaksanakan tugasnya dengan
mengutamakan kepentingan pasiennya. Rumah sakit tidak boleh mendahulukan kepentingan lain
selain kepentingan pasiennya. Dalam keadaan darurat, rumah sakit harus mendahulukan
kepentingan pasien. Hal ini karena fasilitas pelayanan kesehatan (termasuk RS) wajib memberikan
pelayanan kesehatan bagi penyelamatan nyawa pasien dan pencegahan kecacatan terlebih dahulu.
(Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, Bab VIII, Pasal 32, Ayat (1). ) Rumah sakit tidak boleh
menolak pasien dalam kondisi apapun ataupun meminta uang muka.( Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor
44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, Bab VIII, Pasal 32, Ayat (2). ) Walaupun ada larangan meminta uang muka, RS tetap
meminta uang muka terlebih dahulu sebelum memberikan pelayanan kesehatan kepada pasiennya.
Hal ini sangat disayangkan karena rumah sakit yang berazaskan fungsi sosial ini malah berubah
menjadi berazaskan komersialis. Rumah sakit juga membutuhkan pembayaran atas jasa pelayanan
kesehatan yang telah ia berikan kepada pasiennya. Akan tetapi, ada baiknya kalau rumah sakit
mendahulukan kepentingan pasiennya sebelum meminta uang muka kepada pasien ataupun
keluarga pasien, terutama terhadap pasien yang membutuhkan penanganan medis segera
(emergency patient). Dalam memberikan tindakan medis kepada pasiennya, suatu tindakan medis
sifatnya tidak bertentangan dengan hukum apabila memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: Danny
Wiradharma, Penuntun Kuliah Hukum Kedokteran (Binarupa Aksara, Jakarta, 1996), hlm. 45-46. 

1. mempunyai indikasi medis, untuk mencapai suatu tujuan yang konkrit. 


2. dilakukan menurut aturan-aturan yang berlaku di dalam ilmu kedokteran. 
3. harus mendapat persetujuan dahulu dari pasien. 

Syarat huruf a dan huruf b dapat disebut sebagai syarat legi artis. Pelaksanaan tindakan medis harus
memenuhi ketiga syarat tersebut karena ketiganya saling berhubungan satu dengan yang
lainnya. Ibid, hlm. 45. 
Rumah Sakit dalam menjalankan tugasnya harus memperhatikan keselamatan pasiennya. Rumah
sakit wajib menerapkan standar keselamatan pasien.* Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit, Bab IX, Pasal 43, Ayat (1). Keselamatan pasien (patient safety) adalah proses dalam suatu Rumah
Sakit yang memberikan pelayanan pasien yang lebih aman, termasuk di dalamnya asesmen risiko,
identifikasi, dan manajemen risiko terhadap pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan
untuk belajar dan menindaklanjuti insiden, dan menerapkan solusi untuk mengurangi serta
meminimalisir timbulnya risiko. Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, Bab IX, Penjelasan
Pasal 43, Ayat (2). 

Dalam proses perawatan kesehatannya, pasien bisa saja mengalami hal-hal yang membahayakan
keselamatannya. Hal-hal membahayakan ini dapat berupa kesalahan medis (medical error), kejadian
yang tidak diharapkan (adverse event), dan kejadian yang nyaris terjadi (near miss). Republik Indonesia,

Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, Bab IX, Penjelasan Pasal 43, Ayat (3). 

Anda mungkin juga menyukai