Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH SISTEM KESEHATAN NASIONAL (SKN)

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Administrasi Kebijakan Kesehatan


Dibina Oleh:
dr. Antono Suryoputro, MPH

Disusun oleh:
Kelompok 3 Kelas E 2020

Nur Faiz Yulianto 25000120140305


Khoirunnisa Nur A 25000120140310
Indriana Rahma Nidya 25000120140335
Maria Astuti Dwi Putri 25000120140353
Febiana Tania 25000120140355

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2020

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Sistem
Kesehatan Nasional (SKN) ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan dari
makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Bapak dr. Antono Suryoputro, MPH pada mata
kuliah Administrasi Kebijakan Kesehatan. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang Sistem Kesehatan Nasional bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak dr. Antono Suryoputro, MPH pada
mata kuliah Administrasi Kebijakan Kesehatan yang telah memberikan tugas ini sehingga
dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang penulis tekuni.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Penulis menyadari,
makalah yang penulis tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun akan penulis nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Semarang, 29 September 2020

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sistem Kesehatan adalah suatu jaringan penyedia pelayanan kesehatan (supply side)
dan orang-orang yang menggunakan pelayanan tersebut (demand side) di setiap wilayah,
serta negara dan organisasi yang melahirkan sumber daya tersebut, dalam bentuk manusia
maupun dalam bentuk material. Dalam definisi yang lebih  luas lagi, sistem kesehatan
mencakup sektor-sektor lain seperti pertanian dan lainnya. World Health Organization
(WHO) pada tahun 2000 mendefinisikan Sistem Kesehatan adalah semua aktivitas yang
memiliki tujuan utama meningkatkan, memperbaiki atau merawat esehatan dengan
definisi semua jenis pelayanan esehatan formal, professional yang berdedikasi terhadap
pengobatan baik dengan resep atau tidak. Sebagai pembanding Lassey mendefinisikan
Sistem Pelayanan Kesehatan (health care system), sebagai kombinasi antara institusi
pengobatan, sumber daya manusia, mekanisme financial, eseha informasi, mekanisme
jaringan organisasi dalam upaya mendukung penyediaan jasa pelayanan Kesehatan bagi
pasien
Pengembangan sistem kesehatan di Indonesia telah dimulai sejak tahun 1982 ketika
Departemen Kesehatan menyusun dokumen sistem kesehatan di Indonesia. Kemudian
Departemen Kesehatan RI pada tahun 2004 ini telah melakukan suatu “penyesuaian”
terhadap SKN 1982. Didalam dokumen dikatakan bahwa Sistem Kesehatan Nasional
(SKN ) didefinisikan sebagai  suatu tatanan yang menghimpun upaya Bangsa Indonesia
secara terpadu dan saling mendukung , guna menjamin derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya sebagai perwujudan kesejahteraan umum seperti dimaksud dalam Pembukaan
UUD 1945.
Dewasa ini, pembangunan kesehatan yang telah dilaksanakanmasih menghadapi
berbagai masalah yang belum sepenuhnya dapatdiatasi. Sehingga diperlukan pemantapan
dan percepatan melalui SKN sebagai pengelolaan kesehatan yang disertai berbagai
terobosan penting, antara lain program pengembangan Desa Siaga, Jaminan Kesehatan
Masyarakat (Jamkesmas), Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), Program Perencanaan
Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) yang dapat diwujudkan melalui Jampersal.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa saja upaya Sistem Kesehatan Nasional ?
2. Apa saja penelitian dan pengembangan esehatan yang dilakukan ?
3. Bagaimana pembiyaan esehatan ?
4. Bagaimana sumber daya manusia dalam Sistem Kesehatan Nasional ?
5. Bagaimana manajemen, informasi, dan regulasi Kesehatan ?
6. Bagaimana cara pemberdayaan masyarakat ?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui dan memahami upaya Sistem Kesehatan Nasional.
2. Mengetahui dan memahami penelitian dan pengembangan esehatan.
3. Mengetahui dan memahami pembiyaan esehatan.
4. Mengetahui dan memahami sumber daya manusia dalam Sistem Kesehatan Nasional.
5. Mengetahui dan memahami manajemen, informasi, dan regulasi Kesehatan
6. Mengetahui dan memahami pemberdayaan masyarakat
BAB II
Pembahasan

2.1 Upaya Kesehatan


Upaya Kesehatan adalah tatanan yang menghimpun berbagai upaya kesehatan
masyarakat (UKM) dan upaya kesehatan perorangan (UKP) secara terpadu dan saling
mendukung guna menjamin tercapainya derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Bentuk dan cara penyelenggaraan upaya kesehatan yang paripurna, terpadu, dan
berkualitas meliputi upaya peningkatan, pencegahan, pengobatan, dan pemulihan.
Tujuannya adalah terselenggaranya upaya kesehatan yang adil, merata, terjangkau,
dan bermutu untuk menjamin terselenggaranya pembangunan kesehatan.
Prinsip – prinsip Upaya Kesehatan
1. Penyelenggara UKM dan UKP. Contohnya :
- Pelayanan kesehatan - UKS
- Pelayanan KB - Pengamanan zat Adiktif
- Upaya kesehatan gizi, kesehatan lingkungan, kesehatan olahraga

Dilakukan dengan cara :

- Menyeluruh, terpadu, berkelanjutan, terjangkau, bermutu dan


berjenjang
- Mengikuti prinsip profesional, ekonomis, sesuai moral dan etika
- Didasarkan atas perkembangan iptek kedokteran adan kesehatan

2.2 Penelitian dan Pengembangan Kesehatan


a. Pengertian

Subsistem penelitian dan pengembangan kesehatan adalah pengelolaan penelitian dan


pengembangan, pemanfaatan dan penapisan teknologi dan produk teknologi kesehatan yang
diselenggarakan dan dikoordinasikan guna memberikan data kesehatan yang berbasis bukti
untuk menjamin tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

b. Tujuan
Terselenggaranya kegiatan penelitian, pengembangan, dan penapisan teknologi dan
produk teknologi kesehatan, yang ditujukan untuk menghasilkan informasi kesehatan,
teknologi, produk teknologi, dan teknologi informasi (TI) kesehatan untuk mendukung
pembangunan kesehatan guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya.

c. Unsur - Unsur

Unsur-unsur subsistem penelitian dan pengembangan kesehatan terdiri dari unsur-unsur


area penelitian, pengembangan, dan penapisan:

1) Biomedis dan teknologi dasar kesehatan: kegiatan riset untuk memecahkan


permasalahan ditinjau dari aspek host, agent, dan lingkungan dengan pendekatan
biologi molekular, bioteknologi, dan kedokteran guna peningkatan mutu upaya
kesehatan yang berhasil guna dan berdaya guna.
2) Teknologi terapan kesehatan dan epidemiologi klnik: kegiatan riset untuk menilai
faktor risiko penyakit, penyebab penyakit, prognosa penyakit, dan risiko penerapan
teknologi dan produk teknologi kesehatan, termasuk obat bahan alam, terhadap
manusia guna peningkatan mutu upaya kesehatan yang berhasil guna dan berdaya
guna.
3) Teknologi intervensi kesehatan masyarakat: kegiatan riset untuk menilai besaran
masalah kesehatan masyarakat, mengembangkan teknologi intervensi, serta menilai
reaksi lingkungan terhadap penerapan teknologi dan produk teknologi guna
peningkatan mutu upaya kesehatan yang berhasil guna dan berdaya guna.
4) Humaniora, kebijakan kesehatan, dan pemberdayaan masyarakat: kegiatan riset untuk
menganalisis bidang sosial, ekonomi, budaya, etika, hukum, psikologi, formulasi-
implementasi, dan evaluasi kebijakan, perilaku, peran serta, dan pemberdayaan
masyarakat terkait dengan perkembangan teknologi dan produk teknologi kesehatan
guna peningkatan mutu upaya kesehatan yang berhasil guna dan berdaya guna.

d. Prinsip
1) Terpadu, berkesinambungan, dan paripurna; diselenggarakan secara berkala dan
sebagai kelanjutan hasil riset sebelumnya serta dilakukan menyeluruh di seluruh
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
2) Akurat dan akuntabel; dilakukan secara teliti dan berbasis bukti yang dapat
dipertanggungjawabkan kepada masyarakat.
3) Persetujuan setelah penjelasan: dilakukan atas dasar persetujuan dari
Pemerintah dan apabila melibatkan manusia harus atas dasar persetujuan
bersangkutan setelah diberikan penjelasan terlebih dahulu.
4) Bekerja dalam tim secara cepat dan tepat: dilakukan dengan melibatkan semua
pihak yang terkait dan kompeten, bekerja sama, dan dilakukan secara cepat
dengan ketepatan yang tinggi, termasuk dalam rangka peningkatan kapasitas dan
kompetensi tenaga peneliti kesehatan serta pemanfaatan fasilitas penelitian,
pengembangan dan penapisan teknologi kesehatan sebagai wahana pendidikan
tenaga peneliti mencapai jenjang keahlian tertinggi.
5) Norma agama: dilakukan tidak boleh bertentangan dengan norma agama dan yang
dapat menurunkan harkat dan martabat manusia.
6) Kebenaran ilmiah: dilakukan harus didasarkan pada kebenaran ilmiah, yakni
kebenaran yang didapatkan melalui tahap-tahap (proses, prosedur) metode ilmiah
7) Perlindungan terhadap subjek penelitian dan etik:
1. Apabila subjek penelitian tersebut adalah manusia maka harus:
a) Dilakukan sesuai dengan prinsip etik umum, yaitu menghormati harkat dan
martabat manusia (respect for person) yang bertujuan menghormati otonomi
dan melindungi manusia yang otonominya terganggu/kurang, berbuat baik
(beneficience), tidak merugikan (non-maleficence), dan keadilan (justice).
b) Kerahasiaan identitas dan data kesehatan subjek penelitian harus dijaga.
c) Hanya dapat dilakukan atas dasar persetujuan tertulis dari manusia yang
menjadi subjek penelitian.

2. Apabila subjek penelitian tersebut adalah hewan maka perlu memperhatikan


prinsip reduction, refinement, dan replacement untuk menghilangkan segi-segi
yang tidak manusiawi (inhumane) pada penggunaan hewan percobaan. Langkah-
langkahnya:
a) Memilih hewan yang kurang rasa atau tidak rasa (sentient, non-sentient)
sebagai tindakan replacement.
b) Melengkapi tindakan replacement harus diupayakan tindakan refinement
untuk mengurangi atau menghilangkan sejauh mungkin rasa nyeri,
ketidaknyamanan, dan kesusahan (distress) yang diderita hewan percobaan.
c) Menerapkan reduction yaitu upaya mengurangi jumlah hewan yang
digunakan sesedikit mungkin. Penggunaan hewan dalam jumlah besar tidak
dapat diterima lagi.
8) Penelitian dan pengembangan yang menggunakan manusia dan hewan percobaan
harus mendapatkan persetujuan etik (ethical clearance).

e. Penyelenggaraan
1) Penelitian, pengembangan, penapisan teknologi, produk teknologi, teknologi
informasi, dan informasi kesehatan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan Hak
atas Kekayaan Intelektual (HKI) dan dimanfaatkan bagi kesehatan
masyarakat.
2) Penelitian, pengembangan, penapisan teknologi dan produk teknologi
kesehatan diselenggarakan untuk mencegah terjadinya penyakit,
mendeteksi adanya penyakit, meringankan penderitaan akibat penyakit,
menyembuhkan, memperkecil komplikasi, dan memulihkan kesehatan setelah
sakit serta menganalisis dan memformulasikan berbagai permasalahan yang
terjadi dalam pengelolaan kesehatan.
3) Penelitian, pengembangan, penapisan, pemanfaatan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi (IPTEK) yang memadai ditujukan untuk meningkatkan mutu
pengelolaan upaya kesehatan. Sesuai dengan perkembangan dan
keperluannya, pengembangan dan pemanfaatan IPTEK perlu diperluas untuk
mendukung pembangunan kesehatan secara keseluruhan.
4) Pengembangan dan pemanfaatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK),
meliputi:
a) IPTEK kesehatan dihasilkan dari penelitian dan pengembangan
kesehatan yang diselenggarakan oleh pusat-pusat penelitian dan
pengembangan milik masyarakat, swasta, dan Pemerintah dan
Pemerintah Daerah. Pemerintah melaksanakan penelitian data dasar
kesehatan seperti Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), dan riset lainnya
secara berkala, penelitian dan pengembangan upaya kesehatan dan sumber
daya kesehatan.
b) Pemanfaatan dan penyebarluasan IPTEK kesehatan diatur oleh
Pemerintah dengan dukungan organisasi profesi, dilakukan dengan
membentuk pusat-pusat penelitian dan pengembangan unggulan, jaringan
informasi, dan dokumentasi IPTEK kesehatan.
5) Penelitian kesehatan yang dilaksanakan oleh badan asing dan/atau individu
warga negara asing (WNA), serta penelitian yang berisiko tinggi dan
berbahaya bagi kesehatan harus atas izin dan diawasi oleh Pemerintah sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.
6) Penyelenggaraan penelitian, pengembangan, penapisan teknologi dan produk
teknologi kesehatan yang memerlukan uji coba terhadap manusia dilakukan
dengan jaminan tidak merugikan manusia yang dijadikan uji coba.
7) Penyelenggaraan penelitian, pengembangan, penapisan teknologi dan produk
teknologi kesehatan yang dilakukan terhadap hewan dan makhluk hidup
lainnya harus dijamin untuk melindungi kelestarian hewan dan makhluk hidup
lainnya tersebut.
8) Untuk penelitian penyakit infeksi yang muncul baru atau berulang (new
emerging atau re-emerging diseases) yang dapat menyebabkan kepedulian
kesehatan dan kedaruratan kesehatan masyarakat (public health emergency of
international concern/PHEIC) harus dipertimbangkan kemanfaatan (benefit
sharing) dan penelusuran ulang asal muasalnya (tracking system) demi untuk
kepentingan nasional.
9) Penyelenggaraan penelitian, pengembangan, penapisan teknologi dan
produk teknologi kesehatan yang membawa risiko buruk terhadap kesehatan
masyarakat tidak diizinkan dan dilarang untuk dilakukan.

2.3 Pembiayaan Kesehatan


Awal mula terjadinya system pembiayaan kesehatan dimulai ketika banyak
negara mengalami kecenderungan kenaikan biaya pelayanan kesehatan yang dapat
menyulitkan akses masyarakat untuk memperoleh layanan kesehatan. Hal ini terjadi
bila mana seorang individu tersebut harus membayar dari kantong sendiri. Keadaan
semakin sulit diatasi karena keterbatasan dari penyedia dana, yaitu pemerintah
maupun pemberi kerja untuk mengatasi masalah ini harus dibentuk suatu system
pembiayaan kesehatan yang efektif dan efisien agar bermanfaat bagi masyarakat di
negara tersebut.

Sistem pembiayaan kesehatan adalah tatanan yang menghimpun berbagai upaya,


yaitu:

1. Penggalian atau kolektif sumber pembiayaan.


2. Pengalokasian atau allocating.
3. Pembelajaan sumber daya keuangan.

Ketiga hal ini harus saling mendukung supaya tercapainya derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya. Hal ini bertujuan mempersiapkan biaya
kesehatan yang akan terus berkesinambungan dengan jumlah yang tercukupi,
terakolasi secara tepat sasaran dan adil, serta dapat bermanfaat bagi masyarakat luas
untuk menjamin terselanggaranya pembangunan di bidang kesehatan. Sumber
pembiayaan kesehatan dapat dari pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat, swasta,
dan lain-lain. Hal ini juga sesuai dengan Undang-Undang Kesehatan No 36 tahun
2009 Bab 15 Pasal 170.

Tujuan regulalasi pembiayaan kesehatan:

1. Acces berarti tiap individu maupun kelompok dapat memperoleh pelayanan


kesehatan tanpa ada batasan ekonomi, geografi, dan etnis.
2. Equity artinya tiap individu maupun kelompok dapat memperoleh pelayanan
kesehatan yang sama untuk penyakit yang sama tanpa ada perbedaan sosio-eko.
3. Quality acceptability merupakan layanan yang mengutamakan mutu sesuai
dengan persyaratan pasien atau kebutuhan sakit si pasien.
4. Cost-Effectiveness adalah pengelolaan dana secara efektif dan dilaksanakan secara
efisien agar tujuan dapat tercapai.

Sistem pembiayaan kesehatan di Indonesia:

 Dana pemerintah lebih banyak dialokasikan untuk upaya kuratif.


 WHO menganjurkan paling sedikit 5% dari PDB pertahun (15% APBN).
 Pembiayaan kesehatan di Indonesia masih rendah sekitar 2,2% dari Produk
Domestik Bruto (PDB).
 APBN Kesehatan Rp. 5,54 T (2004) menjadi Rp. 18,75 T (2007) dengan
presentase terhadap APBN 2,6-2,8%. Dimana pembelanjaan kesehatan masih
didominasi pembelajaan publik 49,6% dan pemerintah 50,4% (WHO 2008)
 Prosentase pengeluaran nasional sektor kesehatan 0,81% dari PDB (2005) menjadi
1,09% dari PDB dan belum mencapai 5% dari PDB per tahun.
 30% pembiayaan bersumber dari pemerintah, dan 70% bersumber dari masyarakat
termasuk swasta, yg sebagian besar masih digunakan untuk pelayanan kuratif.
 Mobilisasi sumber pembiayaan dari masyarakat masih terbatas serta bersifat
perseorangan (out of pocket).
 Cakupan jaminan kesehatan sekitar 46,5% dari seluruh penduduk th 2008
(sebagian besar adalah bagian dari Jamkesmas 76,4 juta atau 34,2%).

.4 Sumber Daya Manusia Kesehatan


Sumber daya manusia kesehatan adalah pengelolaan upaya pengembangan dan
pemberdayaan sumber daya manusia kesehatan, yang meliputi: upaya perencanaan,
pengadaan, pendayagunaan, serta pembinaan dan pengawasan mutu sumber daya
manusia kesehatan untuk mendukung penyelenggaraan pembangunan kesehatan guna
mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Sumber daya
manusia kesehatan adalah tenaga kesehatan (termasuk tenaga kesehatan strategis) dan
tenaga pendukung atau penunjang kesehatan yang terlibat dan bekerja serta
mengabdikan dirinya dalam upaya dan manajemen kesehatan. Peran tenaga kesehatan
menjadi sangat penting dalam implementasi sistem kesehatan. Di sisi lain tantangan
seperti rendahnya komptensi menjadi hambatan tersendiri dalam pelaksanaan sistem
kesehatan.

Tujuan dari penyelenggaraan subsistem sumber daya manusia kesehatan


adalah tersedianya sumber daya manusia kesehatan sesuai kebutuhan yang kompeten
dan memiliki kewenangan yang terdistribusi secara adil dan merata serta
didayagunakan secara optimal dalam mendukung penyelenggaraan pembangunan
kesehatan guna mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
Unsur-unsur subsistem sumber daya manusia kesehatan terdiri dari: sumber daya
manusia kesehatan; sumber daya pengembangan dan pemberdayaan sumber daya
manusia kesehatan; dan penyelenggaraan pengembangan dan pemberdayaan sumber
daya manusia kesehatan.

Pengembangan SDM kesehatan harus berfokus pada penerapan metode


peningkatan kompetensi yang tepat dan pengembangan sistem monitoring dan
evaluasi dalam pemantauan kinerja. Prinsip-prinsip subsistem sumber daya manusia
kesehatan terdiri dari: adil dan merata serta demokratis; kompeten dan berintegritas;
objektif dan transparan; dan hirarki dalam sumber daya manusia kesehatan.
Penyelenggaraan subsistem sumber daya manusia kesehatan terdiri dari: perencanaan
sumber daya manusia kesehatan; pengadaan sumber daya manusia kesehatan;
pendayagunaan sumber daya manusia kesehatan; dan pembinaan dan pengawasan
mutu sumber daya manusia kesehatan

2.5 Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Makanan

Tujuan

Tujuan penyelenggaraan subsistem sediaan farmasi, alat kesehatan dan makanan


adalah tersedianya sediaan farmasi, alat kesehatan, dan makanan yang terjamin aman,
berkhasiat, bermanfaat dan bermutu serta terjamin ketersediaan dan
keterjangkauannya guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya.

Unsur Utama

(1)   Jaminan ketersediaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan makanan adalah upaya
pemenuhan kebutuhan sediaan farmasi, alat kesehatan dan makanan sesuai dengan
jenis dan jumlah yang dibutuhkan masyarakat.

(2)   Jaminan pemerataan sediaan farmasi, alat kesehatan dan makanan adalah upaya
penyebaran sediaan farmasi, alat kesehatan dan makanan secara merata dan
berkesinambungan sehingga mudah diperoleh dan terjangkau oleh masyarakat.

(3)   Jaminan mutu Sediaan farmasi, alat kesehatan dan makanan adalah upaya
menjamin khasiat, keamanan, dan keabsahan sediaan farmasi, alat kesehatan dan
makanan sejak dari produksi hingga pemanfaatannya.

Prinsip
(1)   Sediaan farmasi, alat kesehatan dan makanan adalah kebutuhan dasar manusia
yang berfungsi sosial, sehingga tidak boleh diperlakukan sebagai komoditas ekonomi
semata.

(2)   Sediaan farmasi, alat kesehatan dan makanan sebagai barang publik harus
dijamin ketersediaan dan keterjangkauannya sehingga penetapan harganya
dikendalikan oleh pemerintah pusat dan daerah.

(3)   Sediaan farmasi, alat kesehatan dan makanan tidak dipromosikan secara
berlebihan dan menyesatkan.

(4)   Pembinaan, pengawasan dan pengamanan sediaan farmasi, alat kesehatan


danmakanan diselenggarakan mulai tahap produksi, distribusi dan pemanfaatan yang
mencakup mutu, manfaat, keamanan dan keterjangkauan dengan melibatkan unsur
pemerintah, masyarakat, swasta, organisasi profesi dan pihak asosiasi.

(5)   Peredaran obat mengutamakan obat esensial generik yang bermutu terutamapada
institusi pelayanan kesehatan milik pemerintah.

(6)   Pengembangan dan peningkatan obat tradisional ditujukan agar diperoleh obat
tradisional yang bermutu tinggi, aman, memiliki khasiat nyata yang teruji secara
ilmiah, dan dimanfaatkan secara luas baik untuk pengobatan sendiri oleh masyarakat
maupun digunakan dalam pelayanan kesehatan formal.

(7)   Prinsip penyelenggaraan subsistem sediaan farmasi, alat kesehatan dan makanan
lebih lanjut diatur dalam Peraturan Kepala Daerah.

(8)  Dinas Kesehatan menyelenggarakan:

(a)   Penyediaan dan pengelolaan bufferstock obat provinsi, alat kesehatan, dan vaksin


lainnya skala provinsi serta berperan aktif dalam menyebarluaskan dan
mengawasi branded  generik.

(b)   Pembinaan terhadap kesesuaian jenis pelayanan dan obat di Rumah Sakit
bersama dengan Komite Medik Fungsional.

(c)    Membantu Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dalam pengambilan sampling


dan/atau sertifikasi alat kesehatan, Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT)
bersama dengan Laboratorium Kesehatan Daerah (LABKESDA), Balai Besar
Pengawasan Obat dan Makanan (BBPOM) atau badan independen yang diakui oleh
Pemerintah Daerah.

(d)   Pembinaan produksi, distribusi dan mutu sediaan farmasi, makanan, minuman
dan alat kesehatan bersama dengan Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan
(BBPOM), Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi.

(e)   Pembinaan terhadap dinas kesehatan kabupaten/kota mengenai keamanan dan


sanitasi makanan dan minuman yang beredar di masyarakat bersama instansi terkait.

(9)   Dinas menyusun petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis pemberian sertifikasi
sarana produksi dan distribusi alat kesehatan, Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga
(PKRT) Kelas II.

(10)  Pemerintah Daerah dan Pemerintah daerah Kabupaten/Kota menjamin


ketersediaan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan, terutama obat untuk program
kesehatan, obat bagi masyarakat di daerah bencana, dan obat esensial.

a. Sediaan Farmasi

(1)  Perencanaan, pengadaan, pengelolaan, pembinaan, dan pengawasan sediaan


farmasi dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-perundangan.

(2)   Sediaan farmasi, perbekalan kesehatan, dan makanan adalah pengelolaan


berbagai upaya yang menjamin keamanan, khasiat/manfaat, mutu sediaan farmasi,
perbekalan kesehatan, dan makanan.

(3)   Pemerintah Daerah menjamin ketersediaan sediaan farmasi dan perbekalan


kesehatan, terutama obat untuk program kesehatan, obat bagi masyarakat di daerah
bencana, dan obat esensial. (Pasal 36)

b. Kewenangan Pengelolaan Sediaan Farmasi

(1)   Apotek, pedagang eceran obat, klinik pratama, klinik utama, Puskesmas, dan
rumah sakit harus memiliki izin untuk melakukan kewenangan pengelolaan sediaan
farmasi.
(2)   Setiap orang dan/atau badan yang tidak memiliki keahlian, kewenangan dan izin
dilarang mengadakan, menyimpan, mengolah, mempromosikan, dan mengedarkan
obat dan bahan yang berkhasiat obat.

(3)   Apotek, klinik pratama, klinik utama dan instalasi farmasi rumahsakit harus
memiliki apoteker.

(4)   Pelaksanaan penyediaan apoteker dilaksanakan sesuai dengan peraturan


perundang-undangan yang berlaku.

(5)   Dinas menyusun petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis penerbitan izin
Apotek dan toko obat.

(6)   Dinas menyusun petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis pembinaan dan
pengawasan terhadap Apotek dan toko obat.

(7)   Dinas menyusun petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis penerbitan izin
produksi usaha mikro obat tradisional (UMOT).

(8)   Penerbitan izin edar usaha mikro obat tradisional (UMOT) dilakukan oleh Badan
POM.

(9)   Pemerintah Daerah memfasilitasi dan memprogramkan pengembangan dan


pemeliharaan bahan baku obat tradisional.

(10)  Dalam rangka pengembangan dan pemeliharaan, Pemerintah Daerah dapat


membentuk Pusat Saintifikasi dan Pelayanan Jamu.

(11)  Sediaan farmasi yang beredar harus memenuhi standar dan/atau persyaratan
yang ditentukan.

(12)  Pelayanan kefarmasian dilaksanakan berdasarkan standar terapi, formularium,


standar pengelolaan, standar fasilitas, dan standar tenaga dengan mengutamakan
pemberian obat secara rasional berdasarkan bukti ilmiah terbaik, prinsip tepat biaya
dan tepat manfaat.

(13)  Persyaratan dan tata cara pemberian izin Usaha Mikro Obat Tradisional
dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan perundang-perundangan.
c. Alat Kesehatan

(1)   Dinas menyusun petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis penerbitan


rekomendasi produksi alat kesehatan kelas 1 (satu) tertentu dan Perbekalan Kesehatan
Rumah Tangga (PKRT) kelas 1 (satu) tertentu. (Pasal 46)

(2)   Dinas menyusun petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis penerbitan izin toko
alat kesehatan. (Pasal 9)

(3)   Alat kesehatan yang digunakan oleh fasilitas pelayanan kesehatan harus


dilakukan kalibrasi sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku. (Pasal 5)

(4)   Dinas menyusun petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis pengawasan terhadap


kalibrasi alat kesehatan yang digunakan pada fasilitas kesehatan. (Pasal 5)

(5)   Pemerintah Daerah dapat menyelenggarakan kalibrasi alat kesehatan yang


digunakan pada fasilitas kesehatan. (Pasal 5)

d. Makanan dan Minuman

1)    Dinas menyusun petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis penerbitan


rekomendasi sertifikat Produksi Industri Rumah Tangga (SPP-IRT) pangan industri
rumah tangga dan rekomendasi Sertifikat Laik Higiene Sanitasi (SLHS) untuk rumah
makan dan jasa boga.

2)    Dinas menyusun petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis pembinaan dan
pengawasan terhadap makanan yang beredar di sekolah, institusi dan masyarakat.

3)    Dinas menyusun petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis pemberdayaan


sekolah, institusi danmasyarakat agar melakukan pembinaan dan pengawasan
makanan yang beredar di sekolah, institusi dan masyarakat.

4)    Masyarakat berperan serta dalam mengawasi produksi, penggunaan, promosi dan
peredaran bahan tambahan makananyang berbahaya.

5)    Dinas menyusun petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis penerbitan


rekomendasi Sertifikat Penyuluhan Keamanan Pangan (SPKP).
6)    Dinas menyusun petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis pengawasan produk
makanan minuman industri rumah tangga.

e. Perbekalan Kesehatan

(1)   Pemerintah Daerah menyelenggarakan pembinaan dan pengawasan alat


kesehatan dan/atau perbekalan kesehatan rumah tangga yang ada di peredaran untuk
memastikan kesesuaian terhadap mutu, keamanan, dan kemanfaatan.

(2)   Pembinaan dan pengawasan oleh Pemerintah Daerah dilakukan berjenjang sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-perundangan.

(3)  Dalam hal adanya indikasi kerugian akibat penggunaan alat kesehatan dan/atau
perbekalan kesehatan rumah tangga, dapat dilakukan penelusuran untuk segera
diambil tindakan lebih lanjut berdasarkan tingkat risiko yang ditimbulkan.

(4)  Dinas menyusun petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis Dinas menyusun
petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis Izin toko alat kesehatan.

(5)   Dinas menyusun petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis pencabutan Surat Izin
Praktik Apoteker (SIPA) atau izin pedagang eceran obat terhadap apotek atau
pedagang eceran obat yang menyalurkan alat kesehatan yang tidak mempunyai izin
edar.

2.6 Manajemen, Informasi, dan Regulasi Kesehatan

Subsistem manajemen, informasi, dan regulasi kesehatan adalah pengelolaan


yang menghimpun berbagai upaya kebijakan kesehatan, administrasi kesehatan,
pengaturan hukum kesehatan, pengelolaan data dan informasi kesehatan yang
mendukung subsistem lainnya dari SKN guna menjamin tercapainya derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

Tujuan subsistem manajemen, informasi, dan regulasi kesehatan adalah


terwujudnya kebijakan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan, berbasis bukti dan
operasional, terselenggaranya fungsi administrasi kesehatan yang berhasil guna,
berdaya guna, dan akuntabel, serta didukung oleh hukum kesehatan dan system
informasi kesehatan untuk menjamin terselenggaranya pembangunan kesehatan guna
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

Unsur-unsur subsistem manajemen, informasi, dan regulasi kesehatan terdiri dari :

a) Administrasi Kesehatan

Suatu kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian, serta pengawasan


dan pertanggungjawaban penyelenggaraan pembangunan kesehatan.

b) Informasi Kesehatan

Hasil pengumpulan dan pengolahan data yang merupakan masukan bagi


pengambilan keputusan di bidang kesehatan.

c) Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Kesehatan

hasil penelitian dan pengembangan yang merupakan masukan bagi


pengambilan keputusan di bidang Kesehatan.

d) Hukum Kesehatan

Peraturan perundang-undangan kesehatan yang dipakai sebagai acuan bagi


penyelenggaraan pembangunan kesehatan.

Prinsip-prinsip subsistem manajemen, informasi, dan regulasi kesehatan terdiri dari:

a) Administrasi kesehatan diselenggarakan dengan berpedoman pada asas dan


kebijakan dekonsentrasi, desentralisasi dan tugas pembantuan serta dukungan
kejelasan adanya:

a. Hubungan administrasi dengan berbagai sektor atau unit kesehatan lainnya;

b. Kesatuan koordinasi dari berbagai jenjang administrasi lainnya; dan

c. Pembagian kewenangan, tugas, dan tanggung jawab.

b) Informasi kesehatan mencakup seluruh data yang terkait dengan kesehatan


baik yang berasal dari sektor kesehatan maupun dari berbagai sektor
pembangunan lain, yang tersedia secara akurat, cepat, dan tepat waktu untuk
mendukung proses pengambilan keputusan di berbagai jenjang administrasi
dengan mendayagunakan teknologi informasi dan komunikasi.

c) Akses terhadap informasi kesehatan harus memperhatikan aspek kerahasiaan


yang berlaku di bidang kesehatan dan kedokteran.
d) Dalam melaksanakan upaya kesehatan dalam hal pengembangan dan
pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan haruslah berdasarkan
standar mutu pelayanan atau prosedur baku yang diakui dan tidak
bertentangan dengan etika, moral, agama serta digunakan sebesar-besarnya
untuk kepentingan masyarakat.

e) Pengembangan Hukum Kesehatan meliputi upaya penyusunan regulasi serta


harmonisasi hukum, sosialisasi dan advokasi hukum kepada aparatur
kesehatan dan masyarakat guna menjamin terwujudnya kepastian, keadilan
dan manfaat hukum bagi semua pihak.

f) Prinsip penyelenggaraan manajemen kesehatan lebih lanjut diatur dalam


Peraturan Kepala Daerah di masing-masing tingkat administrasi

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

Zakiah. 2012. Sistem Kesehatan Nasional dalam Perpres 72 Tahun 2012.


https://www.slideshare.net/dr_Qiqi/sistem-kesehatan-nasional-tahun-2012 (diakses tanggal
30 September 2016)

Achadi, Anhari. 2009. Sistem Kesehatan Indonesia.


https://staff.ui.ac.id/system/files/users/anhari.achadi/material/sknabrigedversion.pdf

Christiawan, Rio. 2017. Kajian Filosofis Yuridis Implementasi Sistem Kesehatan Nasional
dalam Perspektif Utilitarianisme. 1(1):34-56

Dinkes Riau. Sistem Kesehatan Provinsi Riau. Pekanbaru : Dinas Kesehatan Provinsi Riau.
https://www.researchgate.net/publication/338425459_Rekomendasi_Omnibus_Law_Subsiste
m_Penelitian_dan_Pengembangan_Kesehatan_sesuai_Sistem_Kesehatan_Nasional_2012
http://manajemen-pelayanankesehatan.net/naskah-akademis-sistem-kesehatan-provinsi-
riau/bab-ii-subsistem-penelitian-dan-pengembangan-kesehatan/

Anda mungkin juga menyukai