Disusun oleh:
Kelompok 3 Kelas E 2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Sistem
Kesehatan Nasional (SKN) ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan dari
makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Bapak dr. Antono Suryoputro, MPH pada mata
kuliah Administrasi Kebijakan Kesehatan. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang Sistem Kesehatan Nasional bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak dr. Antono Suryoputro, MPH pada
mata kuliah Administrasi Kebijakan Kesehatan yang telah memberikan tugas ini sehingga
dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang penulis tekuni.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Penulis menyadari,
makalah yang penulis tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun akan penulis nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Mengetahui dan memahami upaya Sistem Kesehatan Nasional.
2. Mengetahui dan memahami penelitian dan pengembangan esehatan.
3. Mengetahui dan memahami pembiyaan esehatan.
4. Mengetahui dan memahami sumber daya manusia dalam Sistem Kesehatan Nasional.
5. Mengetahui dan memahami manajemen, informasi, dan regulasi Kesehatan
6. Mengetahui dan memahami pemberdayaan masyarakat
BAB II
Pembahasan
b. Tujuan
Terselenggaranya kegiatan penelitian, pengembangan, dan penapisan teknologi dan
produk teknologi kesehatan, yang ditujukan untuk menghasilkan informasi kesehatan,
teknologi, produk teknologi, dan teknologi informasi (TI) kesehatan untuk mendukung
pembangunan kesehatan guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya.
c. Unsur - Unsur
d. Prinsip
1) Terpadu, berkesinambungan, dan paripurna; diselenggarakan secara berkala dan
sebagai kelanjutan hasil riset sebelumnya serta dilakukan menyeluruh di seluruh
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
2) Akurat dan akuntabel; dilakukan secara teliti dan berbasis bukti yang dapat
dipertanggungjawabkan kepada masyarakat.
3) Persetujuan setelah penjelasan: dilakukan atas dasar persetujuan dari
Pemerintah dan apabila melibatkan manusia harus atas dasar persetujuan
bersangkutan setelah diberikan penjelasan terlebih dahulu.
4) Bekerja dalam tim secara cepat dan tepat: dilakukan dengan melibatkan semua
pihak yang terkait dan kompeten, bekerja sama, dan dilakukan secara cepat
dengan ketepatan yang tinggi, termasuk dalam rangka peningkatan kapasitas dan
kompetensi tenaga peneliti kesehatan serta pemanfaatan fasilitas penelitian,
pengembangan dan penapisan teknologi kesehatan sebagai wahana pendidikan
tenaga peneliti mencapai jenjang keahlian tertinggi.
5) Norma agama: dilakukan tidak boleh bertentangan dengan norma agama dan yang
dapat menurunkan harkat dan martabat manusia.
6) Kebenaran ilmiah: dilakukan harus didasarkan pada kebenaran ilmiah, yakni
kebenaran yang didapatkan melalui tahap-tahap (proses, prosedur) metode ilmiah
7) Perlindungan terhadap subjek penelitian dan etik:
1. Apabila subjek penelitian tersebut adalah manusia maka harus:
a) Dilakukan sesuai dengan prinsip etik umum, yaitu menghormati harkat dan
martabat manusia (respect for person) yang bertujuan menghormati otonomi
dan melindungi manusia yang otonominya terganggu/kurang, berbuat baik
(beneficience), tidak merugikan (non-maleficence), dan keadilan (justice).
b) Kerahasiaan identitas dan data kesehatan subjek penelitian harus dijaga.
c) Hanya dapat dilakukan atas dasar persetujuan tertulis dari manusia yang
menjadi subjek penelitian.
e. Penyelenggaraan
1) Penelitian, pengembangan, penapisan teknologi, produk teknologi, teknologi
informasi, dan informasi kesehatan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan Hak
atas Kekayaan Intelektual (HKI) dan dimanfaatkan bagi kesehatan
masyarakat.
2) Penelitian, pengembangan, penapisan teknologi dan produk teknologi
kesehatan diselenggarakan untuk mencegah terjadinya penyakit,
mendeteksi adanya penyakit, meringankan penderitaan akibat penyakit,
menyembuhkan, memperkecil komplikasi, dan memulihkan kesehatan setelah
sakit serta menganalisis dan memformulasikan berbagai permasalahan yang
terjadi dalam pengelolaan kesehatan.
3) Penelitian, pengembangan, penapisan, pemanfaatan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi (IPTEK) yang memadai ditujukan untuk meningkatkan mutu
pengelolaan upaya kesehatan. Sesuai dengan perkembangan dan
keperluannya, pengembangan dan pemanfaatan IPTEK perlu diperluas untuk
mendukung pembangunan kesehatan secara keseluruhan.
4) Pengembangan dan pemanfaatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK),
meliputi:
a) IPTEK kesehatan dihasilkan dari penelitian dan pengembangan
kesehatan yang diselenggarakan oleh pusat-pusat penelitian dan
pengembangan milik masyarakat, swasta, dan Pemerintah dan
Pemerintah Daerah. Pemerintah melaksanakan penelitian data dasar
kesehatan seperti Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), dan riset lainnya
secara berkala, penelitian dan pengembangan upaya kesehatan dan sumber
daya kesehatan.
b) Pemanfaatan dan penyebarluasan IPTEK kesehatan diatur oleh
Pemerintah dengan dukungan organisasi profesi, dilakukan dengan
membentuk pusat-pusat penelitian dan pengembangan unggulan, jaringan
informasi, dan dokumentasi IPTEK kesehatan.
5) Penelitian kesehatan yang dilaksanakan oleh badan asing dan/atau individu
warga negara asing (WNA), serta penelitian yang berisiko tinggi dan
berbahaya bagi kesehatan harus atas izin dan diawasi oleh Pemerintah sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.
6) Penyelenggaraan penelitian, pengembangan, penapisan teknologi dan produk
teknologi kesehatan yang memerlukan uji coba terhadap manusia dilakukan
dengan jaminan tidak merugikan manusia yang dijadikan uji coba.
7) Penyelenggaraan penelitian, pengembangan, penapisan teknologi dan produk
teknologi kesehatan yang dilakukan terhadap hewan dan makhluk hidup
lainnya harus dijamin untuk melindungi kelestarian hewan dan makhluk hidup
lainnya tersebut.
8) Untuk penelitian penyakit infeksi yang muncul baru atau berulang (new
emerging atau re-emerging diseases) yang dapat menyebabkan kepedulian
kesehatan dan kedaruratan kesehatan masyarakat (public health emergency of
international concern/PHEIC) harus dipertimbangkan kemanfaatan (benefit
sharing) dan penelusuran ulang asal muasalnya (tracking system) demi untuk
kepentingan nasional.
9) Penyelenggaraan penelitian, pengembangan, penapisan teknologi dan
produk teknologi kesehatan yang membawa risiko buruk terhadap kesehatan
masyarakat tidak diizinkan dan dilarang untuk dilakukan.
Ketiga hal ini harus saling mendukung supaya tercapainya derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya. Hal ini bertujuan mempersiapkan biaya
kesehatan yang akan terus berkesinambungan dengan jumlah yang tercukupi,
terakolasi secara tepat sasaran dan adil, serta dapat bermanfaat bagi masyarakat luas
untuk menjamin terselanggaranya pembangunan di bidang kesehatan. Sumber
pembiayaan kesehatan dapat dari pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat, swasta,
dan lain-lain. Hal ini juga sesuai dengan Undang-Undang Kesehatan No 36 tahun
2009 Bab 15 Pasal 170.
Tujuan
Unsur Utama
(1) Jaminan ketersediaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan makanan adalah upaya
pemenuhan kebutuhan sediaan farmasi, alat kesehatan dan makanan sesuai dengan
jenis dan jumlah yang dibutuhkan masyarakat.
(2) Jaminan pemerataan sediaan farmasi, alat kesehatan dan makanan adalah upaya
penyebaran sediaan farmasi, alat kesehatan dan makanan secara merata dan
berkesinambungan sehingga mudah diperoleh dan terjangkau oleh masyarakat.
(3) Jaminan mutu Sediaan farmasi, alat kesehatan dan makanan adalah upaya
menjamin khasiat, keamanan, dan keabsahan sediaan farmasi, alat kesehatan dan
makanan sejak dari produksi hingga pemanfaatannya.
Prinsip
(1) Sediaan farmasi, alat kesehatan dan makanan adalah kebutuhan dasar manusia
yang berfungsi sosial, sehingga tidak boleh diperlakukan sebagai komoditas ekonomi
semata.
(2) Sediaan farmasi, alat kesehatan dan makanan sebagai barang publik harus
dijamin ketersediaan dan keterjangkauannya sehingga penetapan harganya
dikendalikan oleh pemerintah pusat dan daerah.
(3) Sediaan farmasi, alat kesehatan dan makanan tidak dipromosikan secara
berlebihan dan menyesatkan.
(5) Peredaran obat mengutamakan obat esensial generik yang bermutu terutamapada
institusi pelayanan kesehatan milik pemerintah.
(6) Pengembangan dan peningkatan obat tradisional ditujukan agar diperoleh obat
tradisional yang bermutu tinggi, aman, memiliki khasiat nyata yang teruji secara
ilmiah, dan dimanfaatkan secara luas baik untuk pengobatan sendiri oleh masyarakat
maupun digunakan dalam pelayanan kesehatan formal.
(7) Prinsip penyelenggaraan subsistem sediaan farmasi, alat kesehatan dan makanan
lebih lanjut diatur dalam Peraturan Kepala Daerah.
(b) Pembinaan terhadap kesesuaian jenis pelayanan dan obat di Rumah Sakit
bersama dengan Komite Medik Fungsional.
(d) Pembinaan produksi, distribusi dan mutu sediaan farmasi, makanan, minuman
dan alat kesehatan bersama dengan Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan
(BBPOM), Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi.
(9) Dinas menyusun petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis pemberian sertifikasi
sarana produksi dan distribusi alat kesehatan, Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga
(PKRT) Kelas II.
a. Sediaan Farmasi
(1) Apotek, pedagang eceran obat, klinik pratama, klinik utama, Puskesmas, dan
rumah sakit harus memiliki izin untuk melakukan kewenangan pengelolaan sediaan
farmasi.
(2) Setiap orang dan/atau badan yang tidak memiliki keahlian, kewenangan dan izin
dilarang mengadakan, menyimpan, mengolah, mempromosikan, dan mengedarkan
obat dan bahan yang berkhasiat obat.
(3) Apotek, klinik pratama, klinik utama dan instalasi farmasi rumahsakit harus
memiliki apoteker.
(5) Dinas menyusun petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis penerbitan izin
Apotek dan toko obat.
(6) Dinas menyusun petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis pembinaan dan
pengawasan terhadap Apotek dan toko obat.
(7) Dinas menyusun petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis penerbitan izin
produksi usaha mikro obat tradisional (UMOT).
(8) Penerbitan izin edar usaha mikro obat tradisional (UMOT) dilakukan oleh Badan
POM.
(11) Sediaan farmasi yang beredar harus memenuhi standar dan/atau persyaratan
yang ditentukan.
(13) Persyaratan dan tata cara pemberian izin Usaha Mikro Obat Tradisional
dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan perundang-perundangan.
c. Alat Kesehatan
(2) Dinas menyusun petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis penerbitan izin toko
alat kesehatan. (Pasal 9)
2) Dinas menyusun petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis pembinaan dan
pengawasan terhadap makanan yang beredar di sekolah, institusi dan masyarakat.
4) Masyarakat berperan serta dalam mengawasi produksi, penggunaan, promosi dan
peredaran bahan tambahan makananyang berbahaya.
e. Perbekalan Kesehatan
(2) Pembinaan dan pengawasan oleh Pemerintah Daerah dilakukan berjenjang sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-perundangan.
(3) Dalam hal adanya indikasi kerugian akibat penggunaan alat kesehatan dan/atau
perbekalan kesehatan rumah tangga, dapat dilakukan penelusuran untuk segera
diambil tindakan lebih lanjut berdasarkan tingkat risiko yang ditimbulkan.
(4) Dinas menyusun petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis Dinas menyusun
petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis Izin toko alat kesehatan.
(5) Dinas menyusun petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis pencabutan Surat Izin
Praktik Apoteker (SIPA) atau izin pedagang eceran obat terhadap apotek atau
pedagang eceran obat yang menyalurkan alat kesehatan yang tidak mempunyai izin
edar.
a) Administrasi Kesehatan
b) Informasi Kesehatan
d) Hukum Kesehatan
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Christiawan, Rio. 2017. Kajian Filosofis Yuridis Implementasi Sistem Kesehatan Nasional
dalam Perspektif Utilitarianisme. 1(1):34-56
Dinkes Riau. Sistem Kesehatan Provinsi Riau. Pekanbaru : Dinas Kesehatan Provinsi Riau.
https://www.researchgate.net/publication/338425459_Rekomendasi_Omnibus_Law_Subsiste
m_Penelitian_dan_Pengembangan_Kesehatan_sesuai_Sistem_Kesehatan_Nasional_2012
http://manajemen-pelayanankesehatan.net/naskah-akademis-sistem-kesehatan-provinsi-
riau/bab-ii-subsistem-penelitian-dan-pengembangan-kesehatan/